i
TUGAS AKHIR
RUMAH SAKIT JIWA KHUSUS WANITA
DI SURABAYA
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ( Strata – 1 )
Diajukan oleh :
ILMIAH ANGKASAWATI
1051010036FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad, taufiq dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Penyusunan dalam bentuk laporan ini berjudul “Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya” disusun untuk memenuhi sebagian tugas dan kewajiban pada Semester VIII Mata Kuliah Tugas Akhir, yang disyaratkan sebagai salah satu persyaratan dalam penyelesaian program S-1 ( Strata – 1 ) Jurusan Arsitektur Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, antara lain:
1. Ibu Ir. Naniek Ratni Jar., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur
2. Ibu Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT . selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur, serta Dosen Penguji pada Sidang Tugas Akhir.
3. Ibu Dyan Agustin, ST,. MT. Selaku Koordinator Studio Tugas Akhir. 4. Ibu Ir. Eva Elviana, MT. Selaku Dosen Wali serta Dosen Pembimbing
Utama.
5. Bapak Ir. Erwin Djuni Winarto, MT. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping.
6. Bapak Heru Subiantoro, ST,. MT. Selaku Dosen Penguji pada Sidang Tugas Akhir.
7. Bapak M. Pranoto Soedjarwo, ST,. MT. Selaku Dosen Penguji pada Sidang Tugas Akhir.
iv
Penenulis menyadari sedalam-dalamnya bahwa terlaksananya keseluruhan proses hingga selesainya laporan ini banyak ditunjang oleh bantuan dan peran aktif dari berbagai pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan kerendaran hati penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini dan tak lupa sebelumnya penulis ucapkan banyak terima kasih.
Sebagai akhir kata semoga laporan tugas akhir ini ada guna dan manfaatnya khususnya bagi dunia pendidikan Arsitektur. Amin.
Surabaya, Juli 2014
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi... v
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Abstrak ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan ... 4
1.3 Batasan dan Asumsi ... 5
1.4 Tahapan Perancangan... 6
1.5 Sistematika Laporan ... 7
BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN ... 10
2.1 Tinjauan Umum Perancangan ... 10
2.1.1 Pengertian Judul ... 10
2.1 .2 Studi Literatur ... 10
2.1.3 Studi Kasus ... 29
vi
2.1.3.2 Rumah Sakit Jiwa Menur ... 35
2.1.3 Analisa Hasil Studi ... 38
2.2 Tinjauan Khusus Perancangan ... 42
2.2.1 Penekanan Perancangan ... 42
2.2.2 Lingkup Pelayanan ... 42
2.2.3 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 42
2.2.4 Perhitungan Luas Ruang ... 47
2.2.5 Program Ruang ... 62
BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN ... 69
3.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 69
3.2 Penetapan Lokasi ... 70
3.3 Kondisi Fisik Lokasi ... 87
3.3.1 Existing Site ... 75
3.3.2 Aksesibilitas ... 77
3.3.3 Potensi Lingkungan Site ... 78
3.3.4 Insfrstruktur Kota ... 79
3.3.5 Peraturan Bangunan Setempat ... 80
BAB IV ANALISA PERANCANGAN ... 81
4.1 Analisa Site ... 81
4.1.1 Analisa Aksesibilitas ... 81
vii
4.1.3 Analisa Lingkungan Sekitar ... 89
4.1.4 Analisa Zoning ... 90
4.2 Analisa Ruang ... 92
4.2.1 Organisasi Ruang ... 97
4.2.2 Hubungan Ruang dan Sirkulasi ... 103
4.2.3 Diagram Abstrak ... 107
4.3 Analisa Bentuk dan Tampilan ... 108
4.3.1 Analisa Bentuk Massa Bangunan... 108
4.3.2 Analisa Tampilan Bangunan ... 109
BAB V KONSEP RANCANGAN ... 111
5.1 Tema Rancangan ... 111
5.1.1 Pendekatan Permasalahan ... 111
5.1.2 Penentuan Tema Rancangan ... 113
5.2 Metode Perancangan ... 114
5.3 Pendekatan Perancangan ... 114
5.4 Konsep Rancangan ... 115
5.4.1 Konsep Tatanan Massa dan Sirkulasi ... 115
5.4.2 Konsep Bentuk Massa ... 116
5.4.3 Konsep Tampilan ... 116
5.4.4 Konsep Ruang Dalam ... 116
5.4.5 Konsep Ruang Luar... 117
viii
5.4.7 Konsep Utilitas ... 118
5.4.7.1 Konsep Penyediaan Air Bersih ... 118
5.4.7.2 Konsep Pembuangan Air Kotor dan Kotoran ... 119
5.4.7.3 Konsep Limbah Rumah Sakit ... 120
5.4.8 Konsep Mekanikal dan Elektrikal ... 122
5.4.8.1 Konsep Penghawaan ... 122
5.4.8.2 Konsep Pengcahayaan ... 123
5.4.8.3 Pencegahan Bahaya Kebakaran ... 124
5.4.8.4 Jaringan Listrik dan Genset ... 124
5.4.8.5 Instalasi Penangkal Petir ... 124
5.4.8.6 Jaringan Telekomunikasi ... 125
5.4.9 Konsep Sistem Akustik atau Peredaman Bunyi ... 125
5.4.10 Konsep Warna ... 126
BAB VI APLIKASI PERANCANGAN ... 127
6.1 Pengertian Judul ... 127
6.2 Aplikasi Rancangan Tapak ... 127
6.2.1 Tatanan Massa dan Sirkulasi ... 127
6.2.2 Ruang Luar ... 129
6.2.3 Aplikasi Pencapaian ... 130
6.2.4 Aplikasi Penzoningan... 130
6.2.5 Aplikasi Perletakan Bangunan ... 131
ix
6.3 Aplikasi Rancangan Bangunan ... 132
6.3.1 Aplikasi Bentuk Bangunan ... 132
6.3.2 Aplikasi Tampilan Bangunan ... 133
6.3.3 Aplikasi Interior Pada Ruang Poliklinik ... 134
6.3.4 Aplikasi Interior Pada Ruang Inap ... 135
6.3.5 Aplikasi Penyelesaian Faktor Keamanan ... 135
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Rumah Sakit Umum dengan Rumah Sakit
Jiwa ... 12
Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Fase Emosional Psikologis ... 27
Tabel 2.3 Analisa Hasil Studi... 38
Tabel 2.4 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ... 43
Tabel 2.5 Perhitungan Kebutuhan Ruang ... 48
Tabel 2.6 Program Ruang ... 63
Tabel 3.2 Pertimbangan Alternatif Lokasi ... 73
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Site Plan RSJ Lawang ... 30
Gambar 2.2 Ruang Klinik Kesehatan Jiwa ... 31
Gambar 2.3 Klinik Bedah dan Kamar Operasi ... 32
Gambar 2.4 Klinik Tumbuh Kembang Anak ... 32
Gambar 2.5 Ruang Rawat Inap Kelas VIP ... 32
Gambar 2.6 Ruang Rawat Inap Kelas I dan Kelas 11 ... 33
Gambar 2.7 Ruang Rawat Inap Kelas II (Napza) ... 33
Gambar 2.8 Ruang Rawat Inap Kelas III ... 33
Gambar 2.9 Ruang Rawat Inap Kelas III ... 34
Gambar 2.10 Apotek ... 34
Gambar 2.11 Selasar Antar Ruang Rawat Jalan ... 34
Gambar 2.12 Tampak Depan ... 34
Gambar 2.13 Ruang Poli Napza ... 37
Gambar 2.13 Ruang Poli Jiwa-Rawat Jalan ... 37
Gambar 2.14 Ruang Rawat Inap Kelas III ... 37
Gambar 2.15 Ruang Rawat IPCU ... 37
Gambar 2.16 Ruang Rawat Inap Kelas Utama ... 38
Gambar 2.17 Tampak Depan Graha Menur ... 38
Gambar 4.1 Sudut Pandang Orang Ke Site ... 82
Gambar 4.2 Analisa Alternatif Perletakan ME ... 82
Gambar 4.3 Respon Desain Alternatif Perletakan ME ... 83
Gambar 4.4 Respon Desain Alternatif Perletakan ME ... 84
Gambar 4.5 Analisa Orientasi Matahari Arah Angin dan Curah Hujan pada Lokasi Site ... 85
Gambar 4.6 Respon Desain Orientasi Matahari pada Lokasi Site ... 86
Gambar 4.7 Respon Desain Orientasi Arah Angin pada Lokasi Site ... 88
Gambar 4.8 Respon Desain Orientasi Curah Hujan pada Lokasi Site ... 89
xii
Gambar 4.10 View Ke Dalam ... 91
Gambar 4.11 View Kebisingan ... 91
Gambar 4.12 Respon Desain Kebisingan (Perletakan Zonning) ... 92
Gambar 4.13 Respon Desain Kebisingan (Perletakan Zonning) ... 92
Gambar 5.1 Konsep Tatanan Massa... 115
Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi ... 115
Gambar 5.6 Konsep Struktur... 118
Gambar 5.7 Konsep Tahapan Sistem Penyediaan Air Bersih ... 119
Gambar 5.8 Konsep Tahapan Sistem Penyediaan Air Kotor dan Kotoran ... 119
Gambar 5.9 Penempatan Septic Tank dan Zona Resapan ... 120
Gambar 5.10 Inserator ... 122
Gambar 5.11 Penempatan Inserator ... 122
Gambar 5.12 Penghawaan Buatan ... 123
Gambar 5.13 Unit Sprinkler ... 124
Gambar 5.14 Jaringan Listrik dan Genset ... 124
Gambar 5.15 Penangkal Petir Zeus ... 125
Gambar 5.16 Penangkal Peredaman Suara ... 126
Gambar 6.1 Tatanan Massa ... 128
Gambar 6.2 Sirkulasi ... 128
Gambar 6.3 Aplikasi Ruang Luar ... 129
Gambar 6.4 Selasar Sebagai Penghubung Antar Ruang ... 129
Gambar 6.5 Aplikasi Pencapaian ... 130
Gambar 6.6 Aplikasi Penzoningan ... 131
Gambar 6.7 Aplikasi Area Parkir ... 132
Gambar 6.8 Aplikasi Bentuk Bangunan ... 133
Gambar 6.9 Aplikasi Tampilan Bangunan ... 133
Gambar 6.10 Aplikasi Interior Pada Ruang Poliklinik ... 134
Gambar 6.11 Aplikasi Interior Pada Ruang Konsultasi ... 134
xiii
ABSTRAK
Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya, merupakan suatu proyek dengan tujuan mengembalikan wanita yang mengalami ganggun jiwa kepada kehidupannya yang sehat. Dimana nantinya di dalam proyek ini, lebih menekankan fasilitas-fasilitas sebagai alternatif pengobatannya. Selain itu mengingat jumlah gangguan jiwa yang semakiin meningkat akhibat tuntutan hidup yang tinggi, proyek ini juga menekankan pada ruang inap nya, sehingga tidak akan ada lagi kelebihan kapasitas pada rumah sakit lain.
Konsep perancangan dengan menggunakan metode analogi yang termasuk kedalam Analogi Linguistik. Yaitu dengan menghadirkan suatu bangunan rumah sakit jiwa yang dikhususkan untuk wanita melalui pendekatan analogi linguistik sebagai perwujudan Landmark. Dengan tema “Showing Tenderness” yang bermakna menampilkan kelembutan maka tema kelembutan dalam metode ini merupakan bentukan lekukan dari filosofinya sendiri yaitu bentuk tubuh wanita.
Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya, diharapkan dapat memberikan fasilitas dan wadah bagi masyarakat khususnya wanita. Agar di sisi lain itu pula, keprivasian sebagai wanita tetap terjaga. Jadi perlu adanya suatu komplek atau kawasan dimana didalamnya dipergunakan untuk proses penyembuhan gangguan jiwa seperti layaknya pengobatan pada umumnya, namun dikhususkan hanya untuk wanita yang bertujuan menjaga privasi sebagai wanita meskipun sedang sakit jiwanya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa kondisi yang sehat manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik, sehingga dapat dikatakan bahwa kesehatan merupakan faktor terpenting bagi manusia. Kesehatan tubuh manusia itu sendiri mencakup dua hal, yaitu kesehatan fisik atau jasmani dan kesehatan jiwa atau rohani. Penyakit fisik atau jasmani relatif lebih mudah dideteksi dengan sarana kedokteran yang modern, sedangkan penyakit jiwa atau rohani yang biasanya timbul akibat gangguan jiwa (psikis) seseorang lebih sulit dideteksi oleh peralatan yang paling modern sekalipun.
Kesehatan fisik tak ada gunanya tanpa kesehatan jiwa. Apa istimewanya wanita cantik dan bodi seksi, tapi gila? Karena itu, patut menengok kondisi mental kaum wanita. Pasalnya, wanita sangat rentan terkena gangguan jiwa. Bahkan untuk gangguan ringan, wanita dua kali lebih berisiko dibanding pria. Gangguan seperti depresi, kecemasan, dan keluhan somatik didominasi wanita dengan angka sekitar 1 dari 3 orang dan merupakan masalah kesehatan serius. (Naajiyah, 2011). Kesehatan jiwa didefinisikan sebagai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa ini menjadi mahal harganya bagi wanita yang mendukung gaya hidup liberalisme. Sistem ini tidak menjamin kesejahteraan wanita, bahkan mengeksploitasi wanita di berbagai sektor. Inilah yang memicu stres.
2
wanita benar-benar dikendalikan oleh hormon. Pengaruh hormon selama kehamilan dan masa menopuase juga menyebabkan wanita rentan depresi. Wanita memang memiliki tingkat depresi, gangguan stres dan masalah kecemasan yang lebih tinggi dibanding pria. Berbagai hal bisa menyebabkan tekanan emosional pada diri mereka, mulai dari pekerjaan di kantor, pengasuhan anak, gangguan panik, fobia, insomnia, gangguan stres pasca trauma, serta gangguan pola makan sampai soal penampilan. Tapi selama ini belum ada yang mampu menjelaskan perbedaan ini secara biologis.
Hormon stres yang disebut corticotropinreleasing factor (CRF) lebih erat terikat pada protein stres sel-sel otak wanita, sehingga membuatnya lebih sensitif terhadap dampak dari perubahan hormon tersebut. Sedangkan pada pria, otak dapat mengurangi kadar protein, menghentikan hormon dari pengikatan dan mengurangi dampaknya terhadap otak. Selain itu aspek biologis, psikologis, dan lingkungan bisa menjelaskan mengapa stres lebih sering dialami wanita.
Pada usia produktif gangguan kesehatan jiwa wanita sering berhubungan dengan perannya sebagai istri, ibu dan pekerja. Depresi wanita juga dipicu kesehatan fisik, terutama bagian yang menjadi simbol kewanitaan (menjaga keseksian tubuh, hamil dan melahirkan); penganiayaan dan beban ekonomi. Kondisi krisis berkepanjangan, bencana alam, dan problem psikososial tak berkesudahan, membuat kaum wanita sulit menjaga level kesehatan jiwanya.
Penduduk Jawa Timur yang mengalami gangguan jiwa di tahun 2012 sebanyak 170 ribu jiwa untuk pria sedangkan wanita yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 173 ribu jiwa. Yang penanganannya tersebar di Rumah Sakit Khusus di Surabaya, Malang, dan Kediri, dan selebihnya dirawat di puskesmas desa dan rumah sendiri. (Riskesdas Dinkes RI, 2012)
3
Pada tahun 2012 dari total kunjungan pasien di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, 31 ribu dengan kapasitas tempat tidur adalah 300 tempat tidur namun yang dipergunakan hanyalah 250 tempat tidur. 30 tempat tidur disediakan untuk ruang rawat inap pavilion, begitu juga 30 tempat tidur untuk rawat inap kelas II. Sedangkan kapasitas rawat inap untuk pria kelas III yaitu 100 tempat tidur dengan total pasien yang saat ini dirawat sejumlah 150-180 pasien rawat inap. Dan kapasitas rawat inap untuk wanita kelas III yaitu 60 tempat tidur, dengan total pasien yang saat ini dirawat sejumlah 50 pasien rawat inap. Sebelum masuk ruang rawat inap, masing-masing pasien dengan gangguan jiwa berat (gaduh gelisah) pasien di rawat inapkan di ruang rawat inap IPCU dengan total tempat tidur 30 tempat tidur. (RSJ Menur Surabaya, 2013)
Upaya paling penting tentu saja mencabut akar masalah pemicu gangguan jiwa, yakni penerapan sistem yang tidak mendukung terbangunnya kesehatan jiwa. Seperti kemiskinan, mahalnya biaya kesehatan, ekploitasi perempuan, kekerasan terhadap wanita, dan lain-lain. Wanita harus dibebaskan dari beban-beban di luar kodratnya, sehingga dia bisa menikmati perannya dengan suka cita. wanita harus dibebaskan dari “penjara” gaya hidup hedonis yang memicu stres karena selalu memikirkan penampilan dirinya.
Di sisi lain, negara wajib membangun mental dan spiritual warga negaranya. Pelayanan optimal dan humanis harus mencerminkan keberpihakan pada rakyat karena rakyat mempunyai hak untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya tanpa membedakan sakit fisik atau sakit jiwa. Jadi, tidak boleh ada diskriminasi dan stigmatisasi terhadap para penderita gangguan jiwa. Tidak seperti sekarang, banyak penderita gangguan jiwa yang ditelantarkan di jalan-jalan hingga menemui ajalnya dalam keadaan merana.
4
itu tidak bisa diprediksi atau tidak bisa diduga, dapat terjadi perilaku penderita seperti tersebut di luar ekspektasi atau pemikiran manusia normal.
Kaum wanita lebih membutuhkan privasi yang lebih dibandingkan pria, artinya kebutuhan wanita akan kehidupannya sehari-hari adalah kegiatan pribadi. Dalam hal ini sebagian besar wanita yang mengalami gangguan jiwa disediakan wadah guna tetap menjaga kehormatan sebagai wanita meskipun sedang terganggu jiwanya. Meski sedang sakit itu jiwanya, keadaan fisik wanita tetaplah sama. Ini untuk menjaga wanita dari perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Jadi perlu adanya suatu komplek atau kawasan dimana didalamnya dipergunakan untuk proses penyembuhan gangguan jiwa seperti layaknya pengobatan pada umumnya, namun dikhususkan hanya untuk wanita yang bertujuan menjaga privasi sebagai wanita meskipun sedang sakit jiwanya.
1.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan
Tujuan direncanakannya proyek ini adalah:
1. Membantu memberikan pelayanan kesehatan kejiwaan kepada masyarakat khususnya wanita hingga sehat total atau dikategorikan mampu kembali ke masyarakat.
2. Memenuhi kebutuhan peningkatan kesehatan ibu, karena depresi sudah menjadi gejala umum bagi ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan. 3. Membantu mempercepat kesehatan jiwa dengan memilah pasien menurut
penyebab gangguan jiwa, hingga pasien tersebut dapat kembali ke masyarakat.
4. Membantu pemerintah dalam usaha meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan kejiwaan bagi wanita.
Sasaran yang akan dicapai dalam kaitannya dengan Arsitektur antara lain: 1. Memberikan wadah guna pelayanan kesehatan kejiwaan kepada
5
wanita hingga sehat total atau dikategorikan mampu kembali ke masyarakat.
2. Memberikan wadah guna proses penyembuhan kebutuhan kesehatan ibu depresi, karena depresi merupakan gejala umum bagi ibu selama kehamilan dan setelah melahirkan.
3. Memberikan wadah atau fasilitas kepada pasien gangguan jiwa yang digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan gangguan jiwa, sebagai salah satu konsep desain perancangan.
4. Memberikan wadah guna proses penyembuhan pasien penderita kejiwaan baik yang hanya konsultasi kejiwaan, pasien tenang maupun bagi pasien kejiwaan yang gaduh atau gangguan jiwa berat.
1.3Batasan dan Asumsi
Batasan obyek perancangan proyek ini adalah:
1. Diperuntukkan bagi pasien penderita penyakit kejiwaan khusus wanita. Dan pelayanan kejiwaan di luar konsultasi kejiwaan yang meliputi; Fasilitas Poli Umum, Fasilitas Poli Gigi, Fasilitas Fisioterapi, Fasilitas Poli Psikologi, Fasilitas Radiologi, Fasilitas Laboratorium, Fasilitas Farmasi-Apotik, tidak hanya dikhususkan bagi pasien penderita kejiwaan.
2. Mengidentifikasikan permasalahan dalam masyarakat dengan menelaah kondisi fisik rumah sakit jiwa, terutama penekanan terhadap massa-massa bangunan yang digunakan sebagai fasilitas kesembuhan pasien.
3. Batasan umur untuk pasien rawat inap adalah 16 tahun hingga manula. Sedangkan untuk anak-anak hanya ditempatkan pada ruang rawat inap. Sedangkan asumsi dari obyek perancangan ini adalah:
1. Pengguna merupakan pasien dengan gangguan kejiwaan khusus wanita dengan menekankan massa-massa yang dikhususkan bagi pasien menurut kelasnya.
6
kedepan sebagai gambaran akan kebutuhan ruang rawat inap bagi pasien gangguan jiwa.
3. Dengan memperhatikan arahan dan kebijakan pemerintah yang telah ada sebagai bahan masukan obyek perancangan, karena asumsi kepemilikan merupakan kepemilikan swasta yang bergerak dibidang perlindungan perempuan.
1.4. Tahapan Perancangan
Menjelaskan dan menguraikan tentang langkah-langkah yang diterapkan dalam menyelesaikan proses perancangan, mulai tahap interprestasi judul, pengumpulan data, analisa data, penyusunan konsep rancangan, sampai pada tahap terbentuknya gambar rancangan (final design).
Di dalam merencanakan dan menyelesaikan perancangan “Rumah Sakit
Jiwa Khusus Wanita di Surabaya” ini dilakukan beberapa langkah. Pertama
7
Gambar 1.1. Skema Tahapan Perancangan
1.5 Sistematika Laporan
Sistematika penyusunan dari laporan ini disusun dalam 6 (enam) bab pokok bahasan antara lain:
BAB I: Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang latar belakang timbulnya obyek perancangan yang diperjelas dengan data-data yang diperoleh, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan sasaran perancangan dimana dalam perancangan tersebut memiliki batasan dan asumsi. Setelah itu, disusunlah langkah-langkah perancangan yang dituangkan ke dalam bentuk tahap perancangan dan diakhiri sistematika laporan.
BAB II: Tinjauan Obyek Perancangan, bab ini berisi Tinjauan Umum dan Tinjauan Khusus Perancangan. Untuk tinjauan umum sendiri berisi pengertian judul, studi literatur, studi kasus dan analisa hasil studi. Sedangkan tinjaun khusus terdiri dari penekanan perancangan, lingkup pelayanan, aktifitas dan kebutuhan ruang, perhitungan luasan ruang, serta program ruang.
Pemilihan Judul
Interpretasi Judul
Pengumpulan Data
Komplikasi dan Analisa Data
Hasil Interview Observasi Lapangan
Referensi
Perumusan Konsep dan Asas Metode Rancangan
Feed Back Control
Gagasan Ide
Feed Back Control
Pengembangan, Perancangan
data primer: observasi lapangan dan wawancara
8
BAB III: Tinjauan Lokasi Perancangan, bab ini berisi Latar Belakang Lokasi, Penetapan Lokasi dan Kondisi Fisik Lokasi. Untuk Kondisi Lokasi terdiri dari sub subbab aksesibilitas, potensi lingkungan dan infrastruktur kota. BAB IV: Analisa Perancangan, bab ini berisi beberapa sub bab, antara lain:
Analisa Site, Analisa Ruang serta Analisa Bentuk dan Tampilan. Analisa site terdiri dari sub subbab aksesibilitas, analisa iklim dan lingkungan sekitar. Analisa ruang terdiri dari sub subbab organisasi ruang, hubungan ruang dan sirkulasi serta diagram abstrak. Sedangkan analisa bentuk dan tampilan terdiri dari sub subbab analisa bentuk massa bangunan dan analisa tampilan bangunan.
BAB V: Konsep Rancangan, bab ini berisi beberapa sub bab, antara lain: Tema Rancangan, Metode Perancangan, Pendekatan Perancangan, Konsep Rancangan, serta Konsep Rancangan. Tema Rancangan terdiri dari sub subbab pendekatan permasalahan, penentuan tema rancangan. Konsep Rancangan terdiri dari sub subbab konsep tatanan massa dan sirkulasi, konsep bentuk massa, konsep tampilan, konsep ruang dalam, konsep ruang luar, konsep struktur dan material, konsep utilitas (konsep penyediaan air bersih, konsep pembuangan air kotor dan kotoran, konsep limbah rumah sakit), konsep mekanikal dan elektrikal (konsep penghawaan, konsep pencahayaan, konsep pencahayaan, pencegahan bahaya kebakaran, jaringan listrik dan genset, instalasi penangkal petir, jaringan telekomunikasi), konsep sistem akustik atau peredaman bunyi, konsep warna.
9
10
BAB II
TINJAUAN OBYEK RANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum Perancangan 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Jiwa
Rumah sakit : Salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Gangguan jiwa : Suatu ketidakberesan kesehatan dengan manifestasi- manifestasi psikologis atau perilaku terkait dengan penderitaan yang nyata dan kinerja yang buruk, dan disebabkan oleh gangguan biologis, sosial, psikologis, genetik, fisis, atau kimiawi.
Wanita : Perempuan dewasa.
Kota Surabaya : Ibukota Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
2.1.2 Studi Literatur 2.1.2.1 Materi Obyek
Pengertian Rumah Sakit menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 031/Birhub/1972 tentang Renefal adalah, “Suatu komplek atau rumah atau ruangan yang dipergunakan untuk menampung dan merawat orang sakit; kamar-kamar orang sakit yang berada dalam suatu perumahan khusus, seperti Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus”.
11
Jadi, Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya adalah suatu komplek atau rumah atau ruangan yang dipergunakan untuk melayani pasien yang menderita penyakit jiwa khusus wanita yang melayani satu kawasan regional khususnya Surabaya, umumnya Jawa Timur.
2.1.2.2 Persyaratan
Spesifikasi Rumah Sakit Jiwa memiliki perbedaan dari rumah sakit umum, yaitu:
1. Pasien terdiri dari orang yang berperilaku abnormal walau fisiknya dalam keadaan sehat
2. Terdapat tiga tahap penyembuhan yaitu pengobatan melalui fisik, jiwa dan sosialnya
3. Dibutuhkan ruang-ruang bersama (lebih cenderung merupakan bangsal) baik untuk perawatan maupun untuk bersosialisasi.
4. Dibutuhkannya ruang untuk terapi dan rehabilitasi yang dilakukan dalam ruangan.
5. Tanah yang luas unuk penyediaan lahan bagi terapi, kerja lapangan seperti pertanian, perkebunan, dan terapi lainnya yang berada di luar ruangan. Fungsi rumah sakit jiwa berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 135/Men. Kes/SK/IV/78 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa adalah:
a. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pencegahan b. Melaksanakan usaha pelayanan kesehatan jiwa pemulihan c. Melaksanakan usaha kesehatan jiwa rehabilitasi
12 Sedangkan Tujuan Rumah Sakit Jiwa:
a. Mencegah terjadinya gangguan jiwa pada masyarakat (promosi preventif). b. Menyembuhkan penderita gangguan jiwa dengan usaha-usaha
penyembuhan optimal
c. Rehabilitasi di bidang kesehatan jiwa.
Menurut Jurnal Kesehatan (Ingram et al., 1993), gangguan jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung menyatakan yang kesehatan sebelumnya, kelainan yang berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam kehidupan.
Dari hasil studi banding, studi literatur dan wawancara maka didapatkan beberapa perbedaan karakteristik rumah sakit umum dengan rumah sakit jiwa pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. PerbedaanKarakteristikRumah Sakit Umum dengan Rumah Sakit Jiwa
Karakteristik Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Jiwa
Jenis penyakit yang ditangani
Penyakit yang ditangani sangat luas
lingkupnya namun umumnya penyakit bersifat somatis/fisik
Penyakit yang berhubungan dengan kejiwaan/mental
Metode penyembuhan Penangan medik yang bersifat fisik,
obat-obatan yang berhubungan fsikologis
yang diderita
Selain dengan obat-obatan juga dilakukan terapi yang bersifat sosial, mendorong aktivitas
Aspek yang menonjol Aspek sterilisasi (medis) kebanyakan lemah/cacat secara fisik
Aspek keamanan fisik masih baik namun secara mental terganggu atau kesulitan adaptasi secara sosial
Kelengkapan fasilitas Memiliki standar kelengkapan fasilitas yang tinggi dalam hal medis
13
Tenaga yang terlibat Perawat, paramedis, dokter umum, dokter spesialis, dokter bedah, dokter gigi, tenaga administrasi, tenaga servis.
Perawat psikiatri, dokter ahli jiwa (psikiater), psikolog, pekerja sosial, dokter gigi, tenaga administrasi, tenaga servis.
Sumber: Depkes RI, 2009
2.1.2.3 Literatur Penyakit Gangguan Jiwa
1. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (Skizofrenia):
1. Gangguan kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengn lingkungan dalam maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal).
Proses kognisi meliputi : 1) Sensasi dan persepsi 2) Perhatian
3) Ingatan 4) Asosiasi 5) Pertimbangan 6) Pikiran 7) Kesadaran
1) Gangguan Sensasi dan Persepsi
A. Sensasi atau penginderaan adalah pengetahuan atau kesadaran akan
suatu rangsang. Terdapat enam macam sensasi yaitu : rasa kecap, rasa raba, rasa cium, penglihatan, pendengaran dan kesehatan. Macam-macam gangguan sensasi, yaitu:
a) Hiperestesia : Keadaan dimana terjadi peningkatan abnormal dari
14
b) Anestesia : Tidak didapatkan sama sekali perasaan pada
penginderaan. Sifatnya dapat menyeluruh, setempat atau sebagian saja.
c) Parestesia : Terjadi perubahan pada perasaan yang normal
(biasanya raba), misalnya kesemutan. Parestesia dapat berupa : Acroparestesia adalah keadaan dimana perasaan menebal pada ujung-ujung ektreminitas (baal). Aestereognosis adalah keadaan dimana terjadi kegagalan mengenal bentuk dengan rasa raba.
d) Sinestesia Rangsang yang sesuai dengan alat indera tertentu,
ditangapi oleh indera yang lain.
e) Hiperosmia Terjadi peningkatan kepekaan berlebihan indera
penciuman.
f) Anosmia Terjadi kegagalan /kehilangan daya penciuman baik
sebagian maupun seluruh.
g) Hiperkinestesia Terjadi peningkatan kepekaan yang berlebihan
terhadap perasaan gerak tubuh.
h) Hipokinestesia Tejadi penurunann kepekaan terhadap perasaan
gerak tubuh.
B. Persepsi atau pencerapan adalah kesadaran akan suatu ragsang yang
dimengerti. Macam-macam gangguan persepsi, yaitu:
a) Ilusi : Suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada atau pernah ada
rangsangan dari luar.
b) Halusinasi : Suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya
rangsang dari luar. Jenis-jenis halusinasi :
i. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) : Paling sering
dijumpai dapat berupa bunyi mendengging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna.
ii. Halusinasi penglihatan (visual, optik) : Sering terjadi pada
15
iii. Halusinasi penciuman (olfaktorik) : Halusinasi biasanya berupa
encium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak.
iv. Halusinasi pengecapan (gustatorik) : Penderita merasa mengecap
sesuatu.
v. Halusinasi raba (taktil) : Merasa diraba, disentuh, ditiup atau
seperti ulat, yang bergerak dibawah kulit.
vi. Halusinai seksual, ini termasuk halusinasi raba : Penderita
merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia engan waham kebesaran terutama mengenai organ- organ.
vii. Halusinasi kinestetik : Penderita merasa badanya bergerak-gerak
dalam suatu ruang atau anggota badanya yang bergerak-gerak. viii. Halusinasi visera : Timbulnya perasaan tertentu di dalam
tubuhnya.
ix. Depersonalisi : Perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
x. Derealisasi : Perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak
sesuai dengan kenyataan. 2) Gangguan Perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai dalam sustu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsang. Beberapa bentuk gangguan perhatian:
a) Distraktibiliti : Perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang
tidak berati, misal suara nyamuk, suara kapal, orang lewat, dan lain-lain
b) Aproseksia : Keadaan dimana terdapat ketidak sanggupan untuk
memperhatikan secara tekun erhadap situasi atau keadaan tanpa memandang masalah tersebut.
c) Hiperproseksia : Keadaan dimana terjadinya pemusatan/konsentrasi
16 3) Gangguan Ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesangguapan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi dan tanda- tanda kesadaran. Proses Ingatan ada 3 unsur :
a. Pencatatan ( mencamkan, reception, registration) b. Penyimpanan (menahan, retention, preservation) c. Pemanggilan kembali (recalling)
Beberapa bentuk gangguan ingatan :
a) Amnesia : Ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada,
dapat sebagian atau total retrogad atau antegrad dan dapat ditimbulkan oleh faktor organik atau psikogen.
b) Hipernemsia : Suatu keadaan pemanggilan kembali yang berlebihan
sehingga seseorang dapat menggambarkan kejadian- kejadian yang lalu dengan sangatteliti sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya. Sering pada mania, paranoia, katatonik.
c) Paramnesia (pemalsuan atau pemiuhan, ingatan) : Gangguan dimana
terjadi penyimpangan /pemiuhan terhadap ingatan- ingatan lama yang dikenal dengan baik.
d) Konfabulasi : Keadaan dimana secara sadar seseorang mengisi
lubang-lubang dalam ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan, akan tetapi yang bersangkutan percaya akan kebenaranya. e) Pemalsuan retrospektif : Ilusi ingatan yang dibentuk sebagai jawaban
terhadap kebutuhan afektif. Penderita akan memberikan kesimpulan yang salah terhadap suatu kejadian dengan menambhkan penggalaman yang tidak berdasarkan kenyataan sama sekali.
f) Deja’vu (ilusi ingatan) : Suatu perasaan seakan-akan pernah melihat
sesuatu yang sebenarnya belum pernah dilihatnya.
g) De Jamais vu : Suatu perasaan palsu terhadap suatu kejadian yang
17
tidak pernah dialaminya tapi saat ini dirasakan belum atau tidak pernah dialami/dilihatnya.
4) Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respons atau konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya. Faktor- faktor yang menentukan pola-pola dalam proses asosiai anatara lain:
a. Keadaan lingkungan pada saat itu b. Kejadian-kejadian yang baru terjadi c. Pelajaran dan pengalaman sebelumnya d. Harapan- harapan dan kebiasaan seseorang e. Kebutuhan dan riwayat emosionalnya.
Beberapa bentuk gangguan asosiasi :
a) Retardasi (perlambatan) : Proses asosiasi yang berlangsung lebih
lambat dari biasanya.
b) Kemiskinan ide : Suatu keadaan diman aterdapat kekurangan asosiasi
yang dapat dipergunakan.
c) Perseversi : Suatu keadaan dimana satu asosiasi diulang-ulang kembali
secara terus –menerus yang seakan –akan mengambarkan seseorang tidak sangup lagi untuk melepaskan ide yang telah diucapkan.
d) Flight of ideas (lari cita, pikiran melompot- lompat) : Suatu keadaan
dimana aliran asosiasi berlangsung sangat cepat yang tampak dari perubahan isi pembicaraan dan pikiran.
e) Inkohorensi : Suatu keadaan dimana aliran asosiasi tak berhubungan
satu dengan yang lain.
f) Blocking (hambatan, benturan) : Suatu keadaan dimana terjadi
18
reaksi emisional yang kuat sampai pada blocking yang lama seperti terdapat pada penyakit jiwa yang berat.
g) Alphasia : Suatu keadaan diman terjadi kegagalan sebagian atau
seluruhnya untuk menggunakan atau memahami bahasa. 5) Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untu membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja degan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.
6) Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan seseorang. Proses berpikir yang normal mengandung arus ide, simbol, dan asosiasi yang terarah pada tujuan dan yang ibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas yang dapat menghantarkan pada suatu penyelesaian yang berorientasi pada kenyataan. Faktor- faktor yang mempenggaruhi pross berpikir, yaitu :
a. Faktor soatik (gangguan otak dan kelelahan) b. Faktor psikologik (gangguan emosi dan psikosa) c. Faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial tertentu)
Beberapa bentuk gangguan proses berpikir :
a) Gangguan bentuk pikiran (produksi); termasuk semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu tujuan:
b) Pikiran deristik : Bentuk pikiran dimana tidak ada hubungan antara
proses mental dengan pengalamannya yang sedang berjalan.
c) Pikiran austistik : Gangguan dalam proses berpikir dimana terjadi
19
d) Pikiran yang non-realistik: Bentuk pikiran yang sama sekali tidak
berdasarkan kenyataan.
e) Pikiran obsesif: Gangguan pikiran dimana satu ide selalu datang
berulang-ulang, irasional dan secara sadar tak diinginkan, tapi tidak dapat dihilangkan.
f) Konfabulasi : Gangguan pikiran dimana seorang mempersatukan
hal-hal atau kejadian yang tidak berkaitan, dalam suatu usaha untuk mengisi kekosongan pikiran yang timbul karena kehilangan ingatan.
Gangguan arus atau jalan pikiran meliputi cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran:
a) Flight od ideas (lari cita, pikiran melompot-lompat melayang):
Keadaan dimana terjadi perubahan yang mendadak, cepat dalam pembicaraan, sehingga suatu ide belum selesai sudah disususl oleh ide yang lain.
b) Retardasi (perlambatan): Keadaan dimana terjadi perlambatan dalam
jalan pikiran seseorang, sering dijumpaipada penderita skizofrenia dan psikosa efektif fase depresi.
c) Persevarasi: Keadaan dimana seseorang secara berulang
memberitahukan suau ide, pikiran atau theme secara berlebihan. d) Circumstantiality (pikiran berbelit-belit, pikiran berputar-putar)
Kedaaan dimana untuk menuju secara tidak langsung kepeda ide pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan tidak relevan. sering pada anak remaja dan epilepsi. e) Inkohorensi: Keadaan dimana terdapat gangguan dalam bentuk bicara,
pembicaraannya sukar atau tidak dapat ditangkap maksudnya.
f) Blocking: Keadaan dimana jalan pikiran secara tiba-tiba berhenti, hal
20
g) Logorea: Banyak bicara dimana kata-kata yang baru tidak dapat
dipahamai secar umum.
h) Neologisme: Membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami secara
umum
i) Irelevansi: Keadaan diman isi pikiran atau ucapan tidak ada
hubungannya dengan pertanyaan atau dengan hal-hal yang sedang dibicarakan.
j) Aphasia: Keadaan dimana seseorang tidak atau sukar mengerti
pembicaraan orang lain (sensorik) dan atau tidak dapat atau sukar berbicara (motorik). Sering pada kerusakan otak.
Gangguan isi pikiran (meliputi isi pikiran yang non verbal atau isi pikiran yang diceritakan)
a. Waham.
Suatu kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi atas dasar fakta dan kenyataan. Waham ada yang sistematis dan tidak sistemtis, diklafikasi menurut isinya dan isi waham biasanya mempunyai kecenderungan untuk menguasai atau menonjol.
a) Waham kebesaran (waham ekspansif) : Suatu kepercayaan palsu dimana seseorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik mengenai kualitas tindakan atau kejadian atau orang disekeliling, dalam bentuk tidak realistik.
b) Waham depresif (menyalahkan diri sendiri) : Kepercayaan yang tidak berdasar. Menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan lain. Waham depresif sering disebut waham bersalah, waham sakit dan waham misin.
21
d) Waham nihilistik : Suatu kenyataan bahw dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah hancur.
e) Waham kejar : Penderita yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya,menipunya, memata-matai atau menjelekkan dirinya.
f) Waham hubungan : Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara interprestasi yang salah dari pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.
g) Waham pengaruh : Keyakinan yang aplsu bahwa dia merupakan subjek pengaruh dari orang lain atau tenaga gaib yang tak terlibat. b. Fobi.
Rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh penderita walau disadari bahwa hal tersebut irasional.
a) Ideas of reference (pikiran hubungan): Suatu keadaan yang mana
pembicaraan orang, benda atau kejadian dihubungkan dengan dirinya sendiri.
b) Pre-okupasi: Suatu pikiran yang terpaku hanya pada sebuah ide
saja, yang biasanya brhungan dengan keadaan emosional yang kuat.
c) Thougt Insertion (sisip pikiran): Suatu perasaan bahwa ada pikiran
dari luar yang disisipkan dan dimasukan kedaam otaknya
d) Thought broad cast (siar pikir): Suatu perasaan bahwa pikiranya
telah disiarkan melalui radio, televisi, kawat liat lisrik, dan lampu 7) Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemapuan seseorang untuk mangadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya sendiri melalui pancaindera dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Bentuk- bentuk gangguan kesadaran:
22
Kesadaran yang menurun: Kesadaran dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan.
a) Apatis (kesadaran seperti orang mangantuk
b) Somnolen (kesadaran seperti orang mengantuk benar, memberi
jawaban bila dirangsang).
c) Sopor (hanya bereaksi dengan rangsang yang kuat, ingatan,
orientasi dan pertimbangan sudah hilang)
Subkoma dan koma (tidak didapatkan reaksi terhadap rangsang apapun)
d) Kesadaran yang meninggi : Keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang, disebabkan zat toksik yang merangsang otak atau oleh faktor psikologik.
b. Kesadaran kualitatif
Terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran, dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik dan psikogen.
a) Stupor: Karena faktor psikogen didapatkan pada keadaan katatonia,
depresi, epilepsi, ketakutan, dan reaksi disosiasi.
b) Twilight state (keadaan dini, senja, senjakala): Kehilangan ingatan
atas dasar psikologik yang mana kesadaran terganggu dan dalam beberapa keadaan sangant mengaburkan, sehingga penderita tidak mengenali lingkungannya.
c) Fuge: Suatu periode penurunan kesadaran dengan pelarian
menimbulkan banyak stres, tapi dapat mempertahankan kebiasaan dan keterampilanya.
d) Confusion (bingung): Gangguan keadaan karena rusaknya aparat
sensoris dimana didapatkan kesulitan pengertian, mengacau, disorientasi disertai gangguan fungsi asosiasi.
e) Tranco (trans): Keadaan kesadaran tanpa reaksi yang jelas terhadap
lingkungan yang biasanya mulai secra mendadak roman muka tampak seperti bengong, kehilangan akal atau melamun.
23
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubunganya dengan waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang lain. Terdapat kerusakan yang hebat dari ingatan, persepsi, dan perhatian.
8. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinhinan dipertimbangkan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan. Proses kemauan adalah:
a) Saat terlihat (terdiri dari tanggapan dan tegangan yang cukup kuat). b) Saat objektif (sudah ada yang diingini, walau hanya dalam niat saja,
tapi benda yang jadi tujuannya sudah ada.
c) Saat aktual (timbul kesadarn akan keinginan dan menghendaki, tidakan sudah dikhayalkan dan dialami).
d) Saat subjektif (berupa tindakan kemauan itu sendiri, dengan kesadaran penuh dan menggunakan segala daya dan tenaga).
Kemauan dapat dirusak oleh gangguan emosional, gangguan- gangguan kognisi, kerusakan otak organik, dalam keadaan tidak terlatih atau bahkan terlalu banyak latihan. Bentuk-bentuk gangguan kemauan:
a) Abulia (kemauan yang lemah): Keadaan inaktivitas sebagai akibat
ketidaksanggupan membuat keputusan atau memulai suatu tingkah laku.
b) Negativisme: Ketidaksanggupan dalam bertindak atas sugesti dan tidak
jarang terjadi melaksanakan sesuatu yang bertentangan dengan yang disugestikan.
c) Kekakuan (rigiditas): Ketidakmampuan memiliki keleluasaan dalam
memutuskan untuk merubah suatu tingkah laku, misal stereotipe yang merupakan sikap atau gerakan mekanis yang dilakuakn berulang-ulang.
d) Kompulsi: Keadaan dimana seorang merasa didorong untuk melakukan
24
e) Kleptomania (mencuri kompulsif): Sering memncuri barang yang
mempunyai arti simbolis dan biasanya tidak bernilai.
f) Pyromania (membakar kompulsif): Dipandang sebagai suatu bentuk
simbolis pemuasan seksual.
g) Mencuci tangan berulang-ulang dengan tidak dapat dicegah atau dikuasai.
9. Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pegalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologik. Bentuk-bentuk gangguan emosi:
a) Euforia
b) Elasi
c) Eksaltasi d) Eklasi
e) Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai)
f) Afek yang kaku g) Emosi labil
h) Cemas dan depresi i) Ambivalensi
j) Apatis
k) Emosi
2. Karakteristik Usia Pasien
Usia seseorang adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tertentu. Usia disini maksudnya adalah masa pada keadaan tertentu yang dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa antara lain: a. Usia Bayi
a) Orok (Infancy) 0-2 minggu
25
Yang dimaksud masa adalah masa dimana dasar perkembangan yang dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi.
c) Usia Prasekolah atau Anak-Anak Awal (Early Childhood) 2-6 tahun
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah tumbuh displin dan otoritas.
d) Usia Anak Sekolah
e) Anak-Anak Akhir (Late Childhood) 6-12 tahun f) Pubertas (Puberty)12-14 tahun
Masa ini tandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas keluarga.
g) Usia Remaja
h) Remaja Awal (Early Adolescene) 14-17 tahun i) Remaja Akhir (Late Adolescene) 17-21 tahun
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian) sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan yang hebat. Pada masa ini, seorang remaja mulai (hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain pihak belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya. Egosentrik bersifat menentang terhadap otoritas, senang berkelompok, idealis adalah sifat-sifat yang sering terlihat. Suatu lingkungan yang baik dan penuh pengertian akan sangat membantu proses kematangan kepribadian di usia remaja.
j) Usia Dewasa Muda atau Dewasa Awal (Early Adulthood) 21-40 tahun
26
mengalami banyak gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa.
k) Usia Dewasa Tua atau Setengah Baya (Middle Age) 40-60 tahun
Sebagai patokan, masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial seseorang sudah mantap.
l) Usia Tua (Senescene) 60 tahun ke atas
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan masa ini berkurangnya daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman orangtua terhadap orang dilingkungannya. Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya, keterbatasan gerak, dapat menimbulkan kesulitan emosional cukup hebat. 3. Pemulihan Penderita Gangguan Jiwa (Skizofrenia):
Penderita gangguan jwa (skizofrenia) dapat disembuhkan dan dipulihkan melalui terapi psikologi dan dipadu dengan terapi akupunktur. Terapi psikologi akan dibimbing oleh pakar psikologi (psikolog) berupa psikoterapi, hipnoterapi, terapi pernafasan, terapi konsentrasi, terapi penenangan sedangkan terapi akupunktur dapat berfungsi untuk menurunkan gejala depresi dengan memperbaiki titik-titik depresi yang ada di dalam tubuh penderita.
27
Sedangkan menurut klasifikasi fase emosional psikologis pasien penderita gangguan jiwa, dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Klasifikasi Menurut Fase Emosional Psikologis Pasien
Fase Emosional Perawatan Kebutuhan Kaitan dalam perancangan
Gaduh Gelisah: •Tidak dapat
berkomunikasi •Membahayakan
diri sendiri dan orang lain •Punya tendensi
bunuh diri •Ganguan panca
indera
•Kesadaran rendah
Semi Tenang: •Mulai dapat
berkomunikasi •Tidak terlalu
berbahaya (pasif)
•Kesadaran hampir utuh
•Butuh perawatan dan pengawasan •Terapi berupa
okupasi •Rekreasi dan
olah raga •Konsultasi dan
terapi kelompok
•Terapi okupasi yang lebih rumit •Mulai digunakan yang tidak membahayakan •Membutuhkan ruangan
yang menenangkan (warna lembut, view alam, dan lain-lain) •Unit kamar dekat dan
mudah untuk diawasi dari nurse station •Keamanan pengunjung,
perawat dan pasien lain harus diperhatikan
•Pengawasan mudah, ruang bersama (day
room) yang baik dan
dapat mendorong interaksi sosial sangat diperlukan
•Membutuhkan interaksi dengan lingkungan alami •Membutuhkan ruang
terapi kelompok fasilitas rekreasi dan olah raga
•Pasien mulai dapat diijinkan untuk menempati ruang tidur yang lebih privat •Lebih bersifat terbuka
membutuhkan fasilitas rehabilitasi
28
2 TT, 4 TT)
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2009
Menurut data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa klasifikasi kelompok pasien menurut fase emosional, yaitu:
1. Kelompok isolasi, pasien yang dianggap berbahaya dan agresif.
2. Kelompok observasi yaitu yang dalam masa penghayatan iklim atau suasana perawatan pasien-pasien baru yang belum terbiasa dengan suasana rumah sakit.
3. Kelompok semi tenang: merupakan masa pembentukan struktur mental bagi penderita yang masih rendah tingkat kesadarannya
4. Kelompok tenang: merupakan masa penghayatan atau pengenalan kepada pola kehidupan normal
5. Kelompok mandiri, merupakan masa penghayatan norma-norma dan tata cara hidup bermasyarakat,
Persyaratan Rumah Sakit Jiwa: Persyaratan Jarak,
1. Rumah sakit jiwa tidak bersifat isolatif
2. Letaknya tidak boleh jauh dari pusat kota, tidak lebih dari 15 Km 3. Berisik kurang dari 40 db
4. Adanya fasilitas komunikasi, jaringan telepon tidak jauh penyambungannya dan komunikasi radio
5. Berada pada derah datar dan tenang 6. Bebas dari banjir
7. Air dari PDAM jika memungkinkan ataupun dari sumber air bersih 8. Terdapat jalur listrik dan telepon yang tidak jauh pemasangan
Persyaratan Lokasi, 1. Luas lahan 6-10 Ha.
29
3. Kemudahan transportasi, mempunyai akses keluar kota guna memudahkan pasien dari luar kota.
4. Dekat dengan daerah pemukiman. 5. Bebas dari banjir.
6. Tidak berdekatan dengan rel kereta api.
7. Tidak berdekatan dengan tempat bongkar muat barang. 8. Tidak berdekatan dengan bermain anak.
9. Tidak berdekatan dengan pabrik industri dan limbah pabrik (sumber: Depkes RI, 2009)
2.1.2.4 Klasifikasi Pemakai Rumah Sakit Jiwa
Klasifikasi pemakai ditetapkan berdasarkan tujuan utama pemakai fasilitas yang direncanakan, sehingga dapat diketahui tingkat kepentingannya. Dalam perencanaan fisik dibagi dalam:
1. Staff, karyawan, dokter, perawat, pembantu dapur umum, pembantu laundry sebagai pengelola dan administratif.
2. Pasien dan masyarakat, sebagai pemakai fasilitas dan tamu. 3.
3.1.3 Studi Kasus Obyek
1. Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat atau Rumah Sakit Jiwa Lawang.
a. Deskripsi Lokasi
30
Type A. Terdiri atas 26 masa bangunan, dengan tinggi masa bangunan antara 1 hingga 3 lantai.
b. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat atau Rumah Sakit Jiwa Lawang yaitu:
a) Fasilitas Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat
(Klinik Kesehatan Jiwa, Instalasi Gawat Darurat, Klinik Napza, Klinik Anak & Remaja, Klinik Geriatri atau Lanjut Usia, Klinik Umum, Klinik KIA, Klinik Bedah dan Kamar Operasi, Klinik Kulit, Klinik Tumbuh, Kembang Anak, Klinik Fisioterapi, Klinik Foto Aura, Akupuntur)
b) Pelayanan Penunjang
(E C T-Electro Convulsive Therapy, HI-TOP-Brain Mapping)
c) Fasilitas Rawat Inap dan Instalasi Pelayanan Umum Pelayanan rawat inap terdiri:
(Rawat Inap Intensif Psychiatric Care Unit-IPCU, Rawat Inap Zieken
Zaal)
(Rawat Inap Napza menggunakan terapi: Detoxifikasi, Rehabilitasi, Rawat Inap Psikogeriatri-Lanjut Usia, Rawat Inap Anak dan Remaja, Rawat Inap Mental Organik, Autis-Day Care, Instalasi Pelayanan Umum (IPU) / GHH)
(Ruang-ruang perawatan : Tediri dari ruang VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Fasilitas Poli Umum, Fasilitas Poli Gigi, Fasilitas Fisioterapi, Fasilitas Poli Psikologi, Fasilitas Radiologi, Fasilitas Laboratorium, Fasilitas Farmasi-Apotik)
31
Gambar 2.2. Ruang Klinik Kesehatan Jiwa
Gambar 2.3. Klinik
Bedah dan Kamar
Operasi
Gambar 2.4. Klinik Tumbuh Kembang Anak
Gambar 2.5. Ruang Rawat Inap Kelas VIP
sumber: hasil pengamatan lapangan(2013)
Gambar 2.6. Ruang Rawat Inap Kelas I dan Kelas II
32
Gambar 2.7.
Ruang Rawat
Inap Kelas II
(Napza)
sumber: hasil
pengamatan
lapangan (2013)
Gambar 2.8.
Rawat Inap
Kelas III
sumber: hasil
pengamatan
lapangan (2013)
Gambar 2.9.
Ruang Rawat
Inap Kelas III
sumber: hasil
pengamatan
lapangan (2013)
Gambar 2.10. Apotek
Gambar 2.11.
Selasar Antar
Ruang Rawat
Jalan
33 2. Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya a. Deskripsi Lokasi
Rumah Sakit Jiwa Menur terletak di Jalan Raya Menur 120 Surabaya -Jawa Timur. Rumah Sakit Jiwa Menur adalah Rumah Sakit Jiwa Type A. Luas lahan 38.000,00 m2 dengan luas bangunan 17.123,80 m2. Rumah Sakit Jiwa Menur memiliki kapasitas tempat tidur 250 tempat tidur.
b. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas Rumah Sakit Jiwa Menur yaitu:
a) Fasilitas Rawat Jalan: (Poli Jiwa Dewasa, Poli Psikogeratri, Poli Gangguan Mental Organik, Poli Umum Spesialis, Poli Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Poli Psikologi)
b) Instalasi Rawat Inap: (Rawat Inap Intensif Psychiatric Care Unit, Rawat Inap Paviliun (Puri Anggrek), Rawat Inap Klas II Pria dan Wanita (Puri Mitra), Rawat Inap Klas III Pria dan Wanita (Gelatik,Kenari,Flamboyan) ) c) Instalasi Gawat Darurat dan Umum 24 jam
d) Instalasi Rehab Medik dan Mental Psikososial
e) Instalasi Napza: (Poli Rumatan Metadon, Poli Suboxon, Poli Napza, Skreening Narkoba Calon Pegawai, T&R Napza)
f) Instalasi Diklat – Lit dan Asrama
g) Pelayanan Medik: (Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis (Psikiatri, Penyakit Dalam, Jantung, Saraf, Paru, Kulit dan Kelamin, Rehabilitasi Medik, Penyakit Anak), Dokter Subspesialis Jiwa (K), Kesehatan Jiwa Anak (K))
h) Pelayanan Penunjang: (Laboratorium Patologi Klinik, ECT-Electro
Convulsive Therapy, EEG dan Brain Mapping, Rehabilitasi Mental
Psikososial, Fisioterapi, X Ray atau Foto Rongent, USG, Treadmill, EKG,
Echocardiografi, Farmasi, Konsultasi Gizi, Pemulasaran Jenasah, IPS RS,
34
3. Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat, Bandung a. Deskripsi Lokasi
Rumah Sakit Jiwa Prov.Jabar Bandung. Jalan Cisarua KM.7, Bandung.
Gambar 2.13 Ruang Poli Napza Gambar 2.14. Ruang Poli Jiwa – Rawat Jalan
Gambar 2.15 Ruang Rawat Inap Kelas III
Gambar 2.16. Ruang Rawat IPCU
Gambar 2.15 Ruang Rawat Inap Kelas Utama
35
232,890 m2 ( lokasi Cisarua ), 1.861 m2 ( lokasi Jl. LL.RE Martadinata No. 11 (Bandung)
b. Fasilitas Pelayanan a) Rawat Jalan
- Klinik Kesehatan Jiwa: Klinik Kesehatan Jiwa terdiri dari Klinik Kesehatan Anak Remaja (Keswara), Klinik Kesehatan Jiwa Dewasa (Keswasa), Klinik Kesehatan Jiwa Lanjut Usia (Keswalansia) dan Klinik Analisis dan Depresi, Klinik Psikiatri terdiri dari: Klinik Kesehatan Jiwa Dewasa (Keswasa), Klinik Kesehatan Jiwa Lanjut Usia (Keswalansia) dan Klinik Ansietas dan Depresi (Andep).
- Poli Umum: Klinik Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja (Keswara), Klinik Gigi dan Mulut
-
- Klinik Psikologi / Psikometri: Memberikan layanan (Pemeriksaan test intelegensi, Pemeriksaan minat dan bakat, Pemeriksaan test kematangan, Test penjurusan, Test seleksi pegawai, test seleksi
2.17 Ruang Kesehatan Jiwa-Rawat Jalan
36
calon kepala desa, calon legislatif, MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory, Test pengembangan karier)
-
b) Rawat Inap
- Rawat Inap Napza: Detoksifikasi, Palma (Primary), Melon (Re-Entry), After Care
- Rawat Jiwa Intensif: Rajawali (Laki-laki), Garuda (Laki-laki), Kasuari (Laki-laki), Gelatik (Laki-laki), Nuri (Perempuan)
- Rawat Tenang: Merpati (Perempuan), Cendrawasih(Perempuan), Elang (Laki-laki), Kutilang (Laki-laki), Perkutut (Laki-laki), Merak (Laki-laki).
-
2.19 Ruang Klinik Psikologi-Rawat Jalan
2.20 Ruang Rawat Inap Napza
37 c) Instalasi Gawat Darurat
Pelayanan yang tersedia:
- Kegawatdaruratan Psikiatri: (pasien gaduh gelisah (mengamuk), kegawatan akibat penyalahgunaan zat (napza), pasien resiko bunuh diri, dll)
- Kegawatdaruratan Umum: (serangan jantung, asma/sesak nafas, kejang demam, kecelakaan lalu lintas, keracunan, nyeri perut yang hebat, dll)
- Pelayanan Kesehatan Lainnya: (khitan, operasi kecil/jahit luka, demam, diare dan muntah-muntah, maag, dll)
- Fasilitas Instalasi Gawat Darurat: (Ruang Triage, Ruang Resusitasi, Ruang Tindakan Bedah Minor, Ruang Observasi, Pelayanan Mobil Ambulance)
- Fasilitas penunjang: (Laboratorum, Farmasi, Radiologi)
d) Penunjang Medik - Laboratorium
Instalasi Laboratorium melayani pemeriksaan dan melakukan berbagai macam pemeriksaan specimen antara lain: Hematologi lengkap (Automatic Hematology Analyzer); Pemeriksaan Imunologi dan penyalahgunaan Obat (Automated Immunology Analyzer Axysm), pemeriksaan Narkoba Opiat, Amfetamin, Cannabis, Benzodiazepin, Paket Narkoba; Diabetes, Profil Lipid, Pankreas, Jantung, Elektrolit / AGD, Imunoserologi, dll; Urine
38
rutin, Feces rutin, dan mikrobiologi sederhana (preparat BTA dan gram)
-
- Farmasi
- Radiologi RS. Jiwa Provinsi Jawa Barat memberikan pelayanan pemeriksaan Radiografi dan USG antara lain: Foto Thorax, Kepala, Sinus paranasalis, Column avertebralis dan Pelvis, Extermitas; Analisa Jantung dan paru, BNO – IVP, OMD, Colon Inloop, Appendicografi, USG; Mobile Rontgen; Proses pencucian menggunakan CR (Computed Radiografi)
-
- Instalasi Gizi
2.23 Laboratorium
2.24 Farmasi
39 - Instalasi Gizi
e)
e) Rehabilitasi: Rehabilitasi Medik, NAPZA, dan Mental
Analisa hasil studi yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat atau Rumah Sakit Jiwa Lawang, Malang dan Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya serta Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jawa Barat, Bandung seperti pada tabel 2.3 berikut.
2.3 Tabel Analisa Hasil Studi
Kriteria RSJ Lawang RSJ Menur RSJ Jabar
Fasilitas Pelayanan
1.Fasilitas Rawat Jalan dan
1.Fasilitas Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat dan Umum 24 jam
- Poli Jiwa Dewasa - Poli Psikogeratri
- Poli Napza
1.Fasilitas Rawat Jalan dan - Klinik Psikiatri
- Kesehatan Anak Remaja (Keswara) - Klinik
40
2.Fasilitas Rawat Inap dan Mental Organik
2.Instalasi Rawat
42
3.Instalasi Diklat – Lit dan Asrama 4. Pelayanan Medik
43 - Dokter Spesialis
• Psikiatri • Rehabilitasi
Medik
- Rehabilitasi Mental
- Echocardiografi - Konsultasi Gizi - Pemulasaran
Jenazahh - IPS RS
- Instalasi Kesling Dalin
44
- Instalasi Rehab Medik dan Mental Psikososial Kapasitas
Tempat Tidur
700 tempat tidur 300 tempat tidur 400 tempat tidur
Dengan melihat tabulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut fasilitasnya tidak jauh beda, karena memang menurut standarnya dikhususkan untuk RSJ Kelas A yang mempunyai fasilitas-fasilitas selengkap mungkin. RSJ Menur dan RSJ Lawang melayani kawasan regional Jawa Timur. RSJ Lawang banyak menerima mutasi pasien dari RSJ Menur dan RSJ-RSJ lainnya.
Karena nantinya penekanan Rumah Sakit Jiwa hanya untuk wanita, dan untuk lebih mempercepat proses penyembuhan pembagian unit rawat inap dibedakan berdasarkan stadium penyakitnya, dengan melihat hasil studi kasus pada RSJ Jawa Barat yang penekanan pada inap juga berdasarkan stadium penyembuhan.
2.2 Tinjauan Khusus Perancangan 2.2.1 Penekanan Perancangan
Dengan mengedepankan kelompok-kelompok fasilitas yang akan dirancang nantinya, Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya ini di rancang dengan menggunakan perancancangan tatanan massa (massa bangunan kompleks).
2.2.2 Lingkup Pelayanan
Rumah Sakit Khusus Wanita ini merupakan rumah sakit jiwa yang melayani penderita gangguan jiwa khususnya wanita. Lingkup pelayanan rumah sakit ini di bagi dalam beberapa lingkup, yaitu:
45
2. Lingkup pelayanan nasional, diharapkan sebagai salah satu pilihan rumah sakit jiwa yang hanya dikhususkan untuk wanita yang mengalami gangguan kejiwaan.
2.2.3 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
a. Pengguna Bangunan
Pengelolaan bangunan dilakukan oleh manajemen professional yang mempunyai struktur organisasi pengelolaan, sebagai berikut:
1. Tenaga Medis. Dokter Ahli Jiwa, Dokter Umum, Psikiater, Psikolog, koasisten.
2. Paramedis Perawatan. Perawat AKPER, Perawat jiwa, perawat umum. 3. Paramedis non perawatan. Apoteker, Pengatur Gizi, Pekerja Sosial. 4. Staf Administrasi dan Pengelola
b. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan pemakai Rumah Sakit Jiwa Khusus Wanita di Surabaya ini diijabarkan seperti dalam tabel 2.4 berikut ini.
2.4 Tabel Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
1. Unit Rawat Inap
- Pengelola
- Kepala Unit Rawat Inap - Staff Unit Rawat Inap
- Ruang Kepala Unit Rawat Inap - Ruang Staff Unit Rawat Inap - Tenaga Medis
- Dokter Gigi dan Mulut - Dokter Jaga
- Ruang Dokter Gigi dan Mulut - Ruang Dokter Jaga
- Toilet - Paramedis Perawatan
46
- Pasien - Ruang Tamu
- Ruang Terapi
- ECT (Electro Convulsive Therapy) - EEG dan Brain Mapping
- Fisioterapi - Dental therapy
- Feredesasi
- Diatermin
- Neodinator
- Ruang Tidur Pasien - Ruang Makan
- Kamar Mandi atau Water Closet 2. Unit Rawat Jalan atau Poliklinik
- Pengelola
- Kepala Unit Rawat Jalan - Ruang Kepala Unit Rawat Jalan
- Tenaga Medis - Dokter atau Psikiater - Psikolog
- Koasisten
- Ruang Isolasi Sementara - Ruang Arsip
- Toilet - Ruang Rapat
- Ruang Rekam Medik - Gudang Obat, Apotek - Apotek
- Paramedis Perawatan
- Perawat - Ruang Perawat
- Toilet
- Pengunjung atau Pasien
- Pasien atau Pengunjung - Ruang Pendaftaran - Ruang Pembayaran - Ruang Tunggu
- Ruang Poli Kesehatan Jiwa - Ruang Psikiatri
- Ruang Poli Umum - Ruang Poli Gigi
- Ruang Skreening Narkoba dan Napza - Ruang Konsultasi Psikolog
- Toilet
3. Unit Rehabilitasi
- Pengelola
- Kepala Unit Rehabilitasi - Wakil Kepala Unit Rehabilitasi - Staff TU
- Ruang Kepala Unit Rehabilitasi - Ruang Wakil Kepala Unit Rehabilitasi - Ruang Bagian TU
47
- Psikiater - Psikolog
- Ruang Periksa Medis Psikiater - Ruang Periksa Psikolog
- Ruang Penilaian kerja (Work Assement) - Paramedis Non Perawatan
- Pekerja Sosial (Social Worker) - Ruang Social Worker - Ruang Istirahat - Ruang Hasil Kerja - Gudang Alat - Gudang Bahan - Ruang Terapi Kerja - Ruang Latihan Kerja - Ruang Kerja Terlindung - Pengunjung atau Pasien
- Pasien - Ruang Tamu
- Ruang Terapi - Ruang Tidur Pasien - Ruang Makan - Toilet
4. Unit Kesehatan Jiwa Masyarakat
- Pengelola
- Kepala Unit Kesehatan Jiwa Masyarakat
- Staff Sub Unit Penyuluhan Masyarakat
- Ruang Kepala Unit Kesehatan Jiwa Masyarakat - Ruang Sub Unit Penyuluhan Masyarakat - Ruang Sub Unit Penemuan Kasus (Case
Finding)
- Ruang Sub Unit Kunjungan Rumah (Visit
Home)
- Ruang Kerja Kesehatan Jiwa Masyarakat - Tenaga Medis
- Psikolog - Ruang Terapi
- Paramedis Perawatan
- Perawat Jaga - Ruang Perawat - Ruang Ganti
- Kamar Mandi atau Water Closet 5. Unit Struktural atau Administrasi - Pengelola
- Direktur
- Sekretaris
(Kepala Bagian Sekretariatan) - Kepala Sub Bagian Keuangan
- Staff Bagian Keuangan - Kepala Sub Bagian PPL - Staff Bagian PPL
- Kepala Sub Bagian Tata Usaha
- Ruang Kerja - Ruang Tamu
- Ruang Rapat Terbatas atau Rapat Direksi - Ruang Kerja
- Ruang Kepala Sub Bagian Keuangan - Ruang Rapat Untuk 6 Orang
48
- Staff Bagian Tata Usaha
- Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian
- Staff Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian
- Kepala Sub Bagian Medis - Staff Bagian Medis
- Kepala Bidang Pelayanan Medis - Staff Bidang Pelayanan Medis - Kepala Bidang Penunjang Medis - Staff Bidang Penunjang Medis - Kepala Bidang Perawatan - Staff Bidang
Perawatan
- Ruang Staff Bagian TU
- Ruang Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian
- Ruang Staff Bagian Rumah Tangga dan Kepegawaian
- Ruang Kepala Sub Bagian Medis - Ruang Staff Bagian Medis
- Ruang Kepala Bidang Pelayanan Medis - Ruang Staff Bidang Pelayanan Medis - Ruang Kepala Bidang Penunjang Medis - Ruang Staff Bidang Penunjang Medis - Ruang Kepala Bidang Perawatan - Ruang Staff Bidang Perawatan - Ruang Perpustakaan
- Ruang Tamu
- Ruang Operator - Tenaga Medis
- Dokter atau Psikiater
- Koasisten
- Ruang Dokter - Toilet
- Ruang Koasisten
- Pengunjung atau Pasien
- Pengunjung - Ruang Tamu
- Toilet
6. Instalasi Dapur dan Laundry
- Pengelola
- Kepala Instansi Dapur
- Staff Instalasi Dapur
- Staff Instalasi Dry Clean
(Laundry)
- Ruang Kepala Instalasi Dapur - ZA
- Ruang Staff Instalasi Dapur - Gudang Alat
- Gudang Bahan Makanan - Ruang Cuci
- Ruang Masak atau Dapur - Pantry
- Ruang Ganti - Toilet
49
- Toilet
2.2.4 Perhitungan Luasan Ruang
Perhitungan standar ruang berdasarkan : 1. Planning The Architects Handbook
2. Architect’s Data, Ernst and Peter Neufert
3. Time Saver Standart for Interior Design and Space Planning, Joseph de
Chiara, Julius Panero, and Martin Zelnik
4. Time Saver Standart for Building Type, Joseph de Chiara, and Jhon
Callender
5. Asumsi berdasarkan studi kasus atau studi banding
Asumsi untuk jumlah penderita gangguan jiwa adalah berdasarkan pertimbangan:
a. Jumlah penderita gangguan jiwa di Surabaya yang belum tertangani secara medis ditampung sementara di Lingkungan Pondok Sosial
b. Kapasitas Rumah Sakit Jiwa dan pondok sosial yang selama ini digunakan dalam penanganan penderita gangguan jiwa di Surabaya. Berikut adalah daftar kapasitas tempat tidur yang selama ini dipakai di kota Surabaya dan Malang:
1. Lingkungan Pondok Sosial, Keputih dengan kapasitas 400 orang. 2. Rumah Sakit Jiwa Menur dengan kapasitas 300 orang.
3. Rumah Sakit Jiwa Lawang dengan kapasitas 700 orang. Studi kasus
1. Asumsi jumlah penderita gangguan jiwa: