• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Pasien Umum Tentang Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Pasien Umum Tentang Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian

Menurut Leavit (dalam Sobur, 2003) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu, (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006).

(2)

Menurut Rakbrnad dalam Dermawan (2010), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama, dengan demikian persepsi juga adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya.

Menurut Sears dkk (1999) menyebutkan bahwa persepsi manusia dinominasi dua asumsi yakni (1) Proses pembentukan kesan dianggap agak bersifat mekanis dan cenderung hanya memantulkan sifat manusia yang memberi stimulus (2) Proses itu berada dibawah dominasi perasaan atau evaluasi dan bukan oleh pikran atau kognisi. Pembentukan kesan tersebut secara mekanis memantulkan terkumpulnya informasi dalam pikiran seseorang.

Sebuah persepsi tidak terjadi begitu saja, melainkan terjadi akibat adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Vincent, ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Pengalaman masa lalu (terdahulu). Sebuah pengalaman yang pernah dirasakan dan dialami seseorang dapat menciptakan sebuah persepsi karena orang tersebut akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang dilihat, didengarkan dan dirasakan olehnya

(3)

3. Pengalaman dari orang lain. Pengalaman dari orang lain, dimana orang tersebut menceritakan pengalamannya akan dapat mempengaruhi persepsi dari orang yang mendengarkannya. Karena hal itu akan menjadi refrensi dari seseorang dalam memberikan persepsi pada keadaan yang sama kelak.

2.1.2 Reaksi Persepsi Terhadap Stimulus

Menurut Sudjana (1995), reaksi persepsi terhadap suatu stimulus (ransangan) dapat terjadi dalam bentuk :

1. Reciving / attending, yaitu semacam kepekaan menerima stimulus dari luar dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau ransangan luar.

2. Responding (Jawaban), yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar, hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, keputusan dalam menjawab stimulus dari luar dirinya. 3. Valuing (Penilaian), yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus yang diterima, termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai kesepakatan terhadap nilai tersebut.

(4)

5. nilai yang dimilikinya termasuk konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.

6. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua system yang dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya (Apulina, 2008).

2.1.3 Faktor faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005) ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

a. Faktor eksternal

1. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

2. Perubahan intensitas : suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

(5)

mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian kita, maka akhirnya akan mendapat perhatian kita.

4. Sesuatu yang baru (novelty) : suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak : suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.

b. Faktor internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Contoh faktor internal adalah :

1. Pengalaman /pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

1. Harapan atau expectation

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

(6)

mendapatkan undian sebesar 25 juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah. 3. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif. 4. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah.

5. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya sebagai sama saja.

2.1.4. Obyek Persepsi

Sebagaimana disebutkan bahwa persepsi itu merupakan proses pengamatan maka hal-hal yang diamati dapat dibedakan atas dua bentuk dan disebut sebagai objek dari persepsi itu.Adapun objek dari persepsi itu adalah :

(7)

2. Benda-benda mati seperti balok, pohon dan lain-lain. Dalam hal ini digunakan istilah persepsi obyek (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Pasien

Pasien merupakan konsumen pengguna jasa layanan kesehatan. Pasien di rumah sakit terbagi menjadi pasien rawat jalan, pasien rawat inap dan pasien gawat darurat. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat berdasarkan penyakitnya.Pasien setelah mendapatkan layanan dari rumah sakit sering merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya komunikasi antara pasien dengan dokter maupun petugas pelayanan kesehatan. Komunikasi yang kurang ini menyebabkan pasien kurang mengetahui hak-haknya. Pasien memiliki beberapa hak sebagai konsumen layanan kesehatan, Hak-hak pasien antara lain:

a) Hak untuk mendapatkan informasi.

Pasien berhak mendapatkan informasi yang dapat dipahaminya dari seorang dokter atau ahli kesehatan lainnya, Informasi dapat berupa: sakit yang diderita pasien, penyebab sakit, cara pengobatan yang akan dilakukan, perawatan yang harus dijalani, efek samping dalam pengobatan, biaya yang harus dikeluarkan, sistem pemeliharaan kesehatan.

b) Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan.

(8)

c) Hak mendapat ganti rugi.

Pasien berhak mendapatkan bantuan hukum, sehubungan perkara yan mungkin timbul akibat perawatan yang dilakukan.

d) Hak untuk memilih.

Hak untuk memilih pada pasien meliputi: 1. Membatalkan persetujuan.

2. Menolak pengobatan atau tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien. 3. Meninggalkan rumah sakit sewaktu-waktu. Jika pasien ingin meninggalkan

rumah sakit tanpa persetujuan rumah sakit maka pasien harus bertanggung jawab penuh terhadap semua akibat-akibat lebih lanjut. (Marius Widjayarta, dkk, 1995) Hak-hak dari pasien tersebut diinformasikan kepada pasien agar pasien mengetahui haknya sehingga tidak terjadi ketidakpuasan pasien. Pasien dalam layanan kesehatan tidak hanya melihat haknya saja tetapi juga harus memperhatikan kewajibannya sebagai pasien. Berikut ini kewajiban dari pasien yaitu:

A. Kewajiban untuk bersikap kritis. Bersikap kritis pasien meliputi:

1. Mengetahui sejarah atau riwayat pengobatan mereka sendiri.

2. Menepati janji dengan petugas kesehatan, sehubungan dengan perawatan sakitnya.

3. Mematuhi perawatan yang diberikan.

(9)

5. Mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat diatasi oleh perusahaan asuransi. Jika pasien menggunakan jaminan kesehatan.

B. Kewajiban untuk memiliki kepedulian sosial.

Menjaga diri sendiri dan sekitarnya sehingga tidak melakukan hal-hal yang mengganggu ketertiban atau mengganggu hak pasien lain atau petugas. (Marius Widjayarta, dkk, 1995).

2.2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White (dalam Haryanti, 2000), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu :

1. Karakteristik produk

Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.

2. Harga

(10)

3. Pelayanan

Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan.

4. Lokasi

Letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudalnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.

5. Fasilitas

(11)

6. Image

Cara reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah sakit tersebut, meski pun dengan harga yang tinggi. Pasien akan tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang diinginkan pasien.

7. Disain visual

Bangunan dan disain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu disain dan visual harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi terhadap kepausan pasien atau konsumen.

8. Suasana

(12)

9. Komunikasi

Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang berkunjung di rumah sakit.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana dan disain visual.

2.2.2 Cara Pengukuran Kepuasan Pasien

Menurut McLaughin dan Kaluzny (Awinda, 2002), terdapat enam langkah pengukuran kepuasan pasien :

1. Penetapan tujuan

(13)

2. Seleksi metode

Langkah kedua yaitu memilih metode pengumpulan data yang akan digunakan pemilihan didasari oleh kelompok pasien yang dijadikan target serta informasi yang ingin didapat sesuai kebutuhan rumah sakit. Setiap mempunyai keuntungan dan kekurangan masing-masing. Kadangkala dilakukan penggabungan atau kombinasi dari beberapa metode pengumpulan data. Salah satu contoh adalah metode Focus Group Discussion (FGD). Metode ini sering digunakan untuk menggali segala kebutuhan dari pasien atau bahkan konflik yang sering terjadi diantara para staf professional.

3. Pembuatan alat pengumpulan data

Dalam pembuatan instrumen pengumpulan data haruslah dipikirkan untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran instrumen haruslah diujicobakan reliabilitas dan validitasnya serta sudah dibuktikan. Pembuatan instrumen ini membutuhkan keahlian khusus serta pengalaman. Salah satu contoh dari suatu instrumen pengumpulan data yang terdapat di rumah sakit terbagi dalam tujuh bagian yaitu :

a. Aksesibilitas menuju rumah sakit, apakah penjelasan dari dokter yang merujuk jelas dan lengkap mengenai arah untuk menuju rumah sakit, apakah petunjuk arah di dalam rumah sakit jelas dll.

(14)

c. Registrasi : menyangkut waktu tunggu, prilaku petugas, kelancaran proses registrasi, petugas bersikap informatif.

d. Proses pemberian pelayanan pemeriksaan medis ; waktu tunggu yang diperlukan, penjelasan dokter yang sangat informatif, penjelasan dari staf lainnya, perilaku petugas, kelancaran atau efektifitas proses pelayanan, serta kebutuhan pribadi seperti : Courtesy, Interest, Attention, and Support Show.

e. Fasilitas yang ada.

f. Kepuasan secara umum terhadap rumah sakit

g. Fakta pelayanan mengenai diri pasien : bagian apa di rumah sakit yang telah memberikan pelayanan, pukul berapa datang ke rumah sakit, apakah pasien pria atau wanita dll.

h. Pengumpulan dan penyimpanan data

Disarankan agar segala informasi yang telah didapat disimpan dalam CIS (Customer Information System) database.

i. Analisa data dan persentasi

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik dan analitik.

j. Menterjemahkan hasil yang didapat dalam tindakan

2.3Perawat

(15)

keperawatan sekurang-kurangnya Diploma III keperawaatan. Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik (Gartinah.dkk, 1999).

Karakteristik keperawatan sebagi profesi menurut Gillies (1996) yaitu memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistemis dan khusus, mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia secara konstan melalui penelitian, melaksanakan pendidikan melalui pendidikan tinggi, menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam pelayanan, berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan pengendalian praktek profesional, memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas kepentingan pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika profesi serta memberikan kesempatan untuk

2.3.1 Peran dan Fungsi Perawat

Berdasarkan Konsorsiun Ilmu Kesehatan (1989), peran perawat terdiri atas: 1. Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis keperawatannya, perencanaannya dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Asuhan keperawtan yang diberikan mulai dari awal yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks. pertumbuhan profesional dan mendokumentasikan proses perawatan

(16)

Peran dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam mengiterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain, khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

3. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

4. Koordinator

Peran ini dilakukan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Kolaborator

(17)

6. Konsultan

Peran perawat sebagai konsultan yaitu tempat konsultasi terhadap masalah atas tindakan keperwatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayan keperawatan yang diberikan.

7. Pembaharu

Peran perawat sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

Berdasarkan hasil lokakarya nasional keperawatan (1983) bahwa peran perawat di bagi menjadi empat yaitu :

1. Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan

(18)

Kemampuan ini diperoleh selama masa pendidikan dan dimantapkan saaat menjalankan tugasnya di sarana pelayanan kesehatan (Lokakarya, 1983).

2. Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dalam profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawatan merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien (Lokakarya, 1983).

3. Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bias berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Lokakarya, 1983).

4. Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan

(19)

rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dalam hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan , perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelititan dalam rangka : mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan khususnya pelayanan keperawatan pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan (Lokakarya, 1983).

2.3.2 Tanggung jawab perawat

Secara umum perawat mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi. Tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mencakup aspek bio-psiko-kultural-spiritual dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi :

1. Membantu pasien memperoleh kesehatannya.

2. Membantu pasien yang sehat untuk memelihara kesehatannya.

(20)

4. Membantu pasien yang menghadapi ajal untuk memperlakukan secara manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal.

2.3.3 Lingkup kewenangan perawat

Gartinah,dkk (1999) membagi kewenangan perawat menjadi lima, yaitu :

1. Melaksanakan pengkajian perawat terhadap status bio-psiko-sosio-kultural spiritual pasien.

2. Merumuskan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan utama yaitu tidak terepenuhinya kebutuhan dasar pasien.

3. Menyusun rencana tindakan keperawatan. 4. Melaksanakan tindakan keperawatan.

2.3.4 Konsep Caring Perawat

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam filosofi dan perspektif etik (Dwiyanti, 2010).

(21)

pengetahuan sehingga klien dapat melakukan aktivitas sendiri dengan sesegera mungkin dalam pemenuhan kebutuhannya (Creasia & Parker, 2001).

Watson (1985) meyakini praktek caring sebagai inti keperawatan, yang menggambarkan dasar dalam kesatuan nilai-nilai kemanusiaan yang universal ( kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain) caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan. Hal ini meliputi keinginan untuk merawat, dengan tulus yang meliputi komunikasi, tanggapan positif, dukungan atau intervensi fisik oleh perawat (Synder, 2011).

Watson (1979) dan Leininger (1984) menempatkan asuhan sebagai jantung dari seni dan ilmu keperawatan. Keperawatan sebagai hubungan antar-manusia yang di sentuh dengan rasa keantar-manusiaan dari orang lain. Dalam menampilkan asuhan sebagai inti dari modelnya, menambahkan faktor caratif dengan tujuh asumsi utama berikut ini:

1. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal.

2. Caring terdiri dari faktor caratif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien.

3. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.

(22)

mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

5. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit.

6. Caring merupakan inti dari keperawatan (Watson, 1979, 1989, dalam Slevin & Basford, 2006).

2.4 Rawat Inap

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta petugas medik lainnya secara intensif setiap hari.

(23)

terpisah yang diberikan terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik khusus guna mempercepat penyembuhan dan mencegah penularan penyakit. Perawatan isolasi dilakukan secara terpisah yang diberikan terhadap pasien yang memerlukan perawatan medik khusus guna mempercepat penyebuhan dan mencegah penularan penyakit.

Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap

mengalami tingkat proses transformasi, yaitu :

a. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan

dirawat tinggal dirumah sakit.

b. Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam

program perawatan dan terapi.

d. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan

dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.

Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses

untuk didiagnosa ulang.

Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara

menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi

individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi

medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan dokter dan

(24)

Pasien dapat datang sendiri dengan atau tanpa rujukan dan luar kemudian diterima oleh bagian penerimaan pasien. Bagian penerimaan pasien meneruskan ke ruang perawatan untuk seterusnya secara terperinci dan spesifik diperiksa untuk rnenegakkan diagnosa. Mulai pasien diterima sampai pasien dinyatakan boleh pulang maka pasien mendapat pelayanan-pelayanan sebagai berikut:

a. Pelayanan administrasi

Bagian penerimaan merupakan wajah dan suatu unit rawat inap dan sebagai pusat info pelayanan serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang pelayanan rawat inap didapat oleh pasien. Untuk itu diperlukan petugas-petugas yang menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil, selama pasien di rumah sakit, maka apa yang menjadi hak pasien sudah sepatutnya diterima sesuai dengan kemampuan rumah sakit tersebut. Sebagai bagian terakhir dan proses perawatan sebelum pasien pulang maka salah satu kewajiban yang harus dipenuhi adalah kewajiban memberikan pembayaran yang pantas kepada pihak pemberi jasa, dalam hal ini adalah rumah sakit (Deira, 2003).

b. Pelayanan Dokter

(25)

ketenagaan rumah sakit pernerintah menyatakan bahwa yang dirnaksuddengan tenaga medis adalah seorang lulusan fakultas kedokteran atau kedokteran gigi dan pasca sarjananya yang memberikan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis.

Keputusan pasien harus menjalani rawat inap ditentukan oleh dokter, baik dokter di instalasi rawat jalan maupun instalasi rawat inap. Pasien kemudian mengikuti prosedur yang ditentukan oleh pihak rumah sakit untuk mendapatkan layanan rawat inap. Pasien di rawat inap perlu diklasifikasikan sesuai dengan ketergantungan mereka terhadap pemberi perawatan dalam proses penyembuhan penyakit.

c. Pelayanan Perawat

Sekolah atau akademi perawatan kesehatan yang memberikan pelayanan perawatan paripuma (Andriani, 2005). Tenaga perawat adalah orang yang lebih erat hubungannya dengan pasien bila dibanding dengan petugas kesehatan lainnya di rumab sakit karena perawat berada 24 jam sehari di samping pasien. Dengan demikian kualitas perawat sangat menentukan mutu pelayanan perawatan pasien di rumab sakit. Pasien mengharapkan perawat mahir dalam profesinya, serius dalam pekerjaannya, penuh perhatian dan menerima mereka sebagaimana adanya dan tidak membeda-bedakan pasien (Aditama, 2003) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan mempunyai 5 (lima) tugas, yaitu :

1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termasuk untuk kesehatan emosional dan sosial.

(26)

3. Menciptakan keadaan lingkungan. fisik. kognitif dan ernosional sedemikian rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.(perilaku caring)

4. Berupaya meminimalisasi akibat buruk dari penyakit. 5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi.

Etika Pelayanan menurut Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis.

d. Pelayanan Penunjang Medis

(27)

1. Melakukan penyusunan kebutuhan tenaga para medik dan non medik, alat dan atau bahan untuk fasilitas pelayanan penunjang medik.. 2. Melakukan penyusunan penyediaan fasilitas pelayanan penunjang

medik. Melakukan pengawasan dan pengendalian pasien.

3. Melakukan pemantauan. Pengawasan dan penilaian penggunaan fasilitas serta kegiatan pelayanan penunjang medik.

4. Melakukan urusan ketatausahaan dan kerumah tanggaan. e. Pelayanan Obat

1. Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di Rumah Sakit,Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit bertanggung jawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang diperlukan. Agar terjadi efisiensi pelayanan obat dilakukan dengan mengacu kepada Formularium obat pelayanan kesehatan program ini.

2. Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat sebagai mana diatas maka Rumah Sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut melalui koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

3. Pemberian obat untuk pasien RJTP dan RJTL diberikan selama 3 (tiga) hari kecuali untuk penyakit-penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan medis.

(28)

5. Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit dapat mengganti obat sebagaimana diatas dengan obat-obatan yang jenis dan harganya sepadan dengan sepengetahuan dokter penulis resep.

f. Pelayanan Makanan dan Gizi

Menu makanan harus di bawah pengawasan ahli gizi. Makanan yang dihidangkan harus dalam jumlah perkiraan kebutuhan, enak dipandang dan dapat dicerna dengan baik, mempunyai kualitas yang baik, bersih, bebas dan kontaminasi serta Waktu yang tepat dan teratur (Anwar, 1999)

2.5 Rumah Sakit 2.5.1 Pengertian

Menurut Benyamin Lumenta, rumah sakit adalah salah satu jasa yang menyelenggarakan upaya terutama penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan rumah sakit yang diberikan bersifat individual, tergantung dari jenis penyakit, kondisi pasien, latar belakang kehidupan, pendidikan, sosial, ekonomi, dan budaya yang diharapkan mampu bersaing dan mampu mewujudkan pelayanan efektif, efisien dan bertujuan memfokuskan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi pada kepuasan pasien. Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial di bidang medis klinis.

(29)

a. Rumah sakit milik pemerintah

Rumah sakit pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu rumah sakit milik pemerintah pusat (RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi, kabupaten atau kota.

b. Rumah sakit milik militer

Rumah sakit ini memiliki misi yaitu kesehatan militer dan persiapan perang. Rumah sakit militer merupakan ujung tombak kemajuan pelayanan kesehatan militer.

c. Rumah sakit swasta milik yayasan keagamaan dan kemanusiaan

Rumah sakit keagamaan dan yayasan di Indonesia dalam perkembangannnya terkenal sebagai rumah sakit untuk kelas menengah ke atas. Hal ini karena tarif sebagian besar layanannya mahal.

d. Rumah sakit swasta milik dokter

Rumah sakit swasta milik dokter bersumber dari prestasi klinis seorang dokter. Bahkan beberapa dokter yang memiliki keahlian yang sama bergabung dan bekerja sama untuk mendirikan rumah sakit. Namun hal ini dapat mengurangi laju perkembangan rumah sakit pemerintah karena dokter senior lebih banyak melakukan kegiatan di rumah sakitnya.

e. Rumah sakit milik badan usaha milik negara

(30)

2.5.2 Klasifikasi rumah sakit

Berdasarkan UUD Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, mengklasifikasikan rumah sakit umum dalam 4 tipe yaitu :

1. Rumah sakit umum tipe A 2. Rumah sakit umum tipe B 3. Rumah sakit umum tipe C 4. Rumah sakit umum tipe D

2.5.2.1Rumah sakit umum tipe A

Rumah sakit umum tipe A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Spesialistik Luas dan Sub Spesialistik Luas.

1. Penyakit dalam

2. Kebidanan dan penyakit kandungan 3. Bedah

4. Kesehatan anak 5. THT

6. Mata 7. Syaraf 8. Jiwa

9. Kulit dan kelamin 10.Jantung

(31)

13.Anesthesi

14.Rehabilitasi medis 15.Pathologi klinis 16.Patologi anatomi

2.5.2.2Rumah sakit umum tipe B

Rumah sakit umum tipe B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 Spesialistik dan Sub Spesialistik Terbatas.

1. Penyakit dalam 2. Kesehatan anak 3. Bedah

4. Kesehatan anak 5. THT

6. Mata 7. Syaraf 8. Jiwa

9. Kulit dan kelamin 10.Jantung

11.Paru

2.5.2.3Rumah sakit umum tipe C

(32)

1. Penyakit dalam

2. Kebidanan dan penyakit kandungan 3. Bedah

4. Kesehatan anak

2.5.2.4 Rumah sakit umum tipe D

Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis Dasar.

2.5.3 Fungsi rumah Sakit

Menurut Permenkes RI No. 159b/Men Kes/Per/1998, fungsi rumah sakit adalah :

1. Menyediakan dan menyelanggarakan pelayanan medik, penunjang medik, rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan.

2. Menyediakan tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik

3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas bahwa pelayanan caring melekat pada perawat pelaksana, yang akan ditanyai kepada pasien umum yang berada di ruang rawat inap.

Persepsi Pasien Umum Perilaku Caring

Referensi

Dokumen terkait

[r]

e. Banyaknya Jama’ah yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan KBIH As-Shodiqiyyah. Seringnya melaksanakan kegiatan-kegiatan

Pada akhirnya program aplikasi modul interactive fisika dasar 3 ini akan diaplikasikan pada web universitas gunadarma untuk mempermudah dalam melaksanakan kegiatan belajar

IPA UNTUK SEKQI[M 1DA.SAR SE KABUPATEK. PASAIVAV WIUliAIET

Untuk menambah pengetahuan penulis tentang bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pengguna jasa laundry pakaian serta pertanggungjawaban pihak pelaku usaha

Pengunjung memasuki gate entrance site dengan membayar karcis parkir, kemudian dapat melihat kolam dan air mancur, merasakan suasana alam dengan kehadiran

▪ ESP is centered on the language ( grammar, lexis, register), skills, discourse and genre appropriate to these activities..?.

secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks ulasan (review), lisan dan tulis, terkait penilaian film/buku/cerita Tindakan