• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jarak Pendistribusian Rute Terpendek Rokok Sampoerna Dengan Metode Traveling Salesman Problem (Studi Kasus PT HM Sampoerna Tbk Malang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Jarak Pendistribusian Rute Terpendek Rokok Sampoerna Dengan Metode Traveling Salesman Problem (Studi Kasus PT HM Sampoerna Tbk Malang)."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Penentuan J ar ak Pendistr ibusian Rute Ter pendek Rokok

Sampoer na Dengan Metode

Traveling Salesman Problem

(Studi Kasus PT HM Sampoer na Tbk Malang)

SKRIPSI

Oleh :

Rachma Febr uar i Putr i

NPM : 1032010062

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

PENENTUAN J ARAK PENDISTRIBUSIAN RUTE

TERPENDEK ROKOK SAMPOERNA DENGAN METODE

TRAVELING SALESMAN PROBLEM

(STUDI KASUS PT. HM SAMPOERNA Tbk MALANG)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

RACHMA FEBRUARI PUTRI

1032010062

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

SKRIPSI

Penentuan J arak Pendistribusian Rute Terpendek Rokok Sampoerna

Dengan Metode Traveling Salesman Problem

(Studi Kasus PT. HM Sampoerna Tbk Malang)

Disusun oleh :

RACHMA FEBRUARI PUTRI NPM : 1032010062

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 28 J anuar i 2014

Tim Penguji : Pembimbing :

Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur Sur abaya

(4)

SKRIPSI

Penentuan J arak Pendistribusian Rute Terpendek Rokok Sampoerna

Dengan Metode Traveling Salesman Problem

(Studi Kasus PT. HM Sampoerna Tbk Malang)

Disusun oleh :

RACHMA FEBRUARI PUTRI NPM : 1032010062

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 28 J anuar i 2014

Tim Penguji : Pembimbing :

Ketua J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Sur abaya

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir/Skripsi

dengan judul “Penentuan Jarak Pendistribusian Rute Terpendek Rokok

Sampoerna Dengan Metode Traveling Salesman Problem” (Studi Kasus PT. HM Sampoerna Tbk Malang)

Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh

oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri,

Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur guna meraih gelar kesarjanaan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya :

1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Enny Ariyani, ST.MT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.

(6)

7. Segenap staff Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak

pengetahuan selama masa perkuliahan.

8. Segenap Pimpinan dan para staff PT. HM Sampoerna Tbk Malang yang

telah memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Terima kasih untuk Orang Tua yang selalu memberikan doa dan restunya

untuk setiap langkah yang kujalani.

10. Terima kasih buat Sahabat tersayangku Rahayu Tri Bintari yang selalu

membantu dalam banyak hal dan selalu menemani disaat susah dan senang.

11. Terima kasih buat wawaku Abdillah Zainul Musthofa yang selalu

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyusunan skripsi ini dan

selalu jadi sasaran omelan setiap saat.

12. Terima kasih buat Teman – teman angkatan 2010, yang selalu bisa bikin

ketawa disaat kepala terasa pusing memikirkan skripsi.

13. Terima kasih buat Dalinucil yang selalu bisa membuat suasana jadi lebih

meriah dan selalu bisa bikin ketawa.

14. Terima kasih banyak buat Keceng yang selalu minjemin laptopnya untuk

penyusunan skripsi ini.

15. Terima kasih buat Mbak Purwati, Aan, Mas Adit yang selalu memberi

semangat dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini, kalian selalu jadi

motifasi untuk semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Terima kasih buat K 4014 JN yang selalu nganter kemana aja, biarpun panas

(7)

17. Pihak – pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian Tugas

Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini terdapat

kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

kesempurnaan Tugas Akhir/Skripsi ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir/Skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 15 Janauari 2014

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR TABEL…...……….……….... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

ABSTRAK………. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…………...………...………... 1

1.2 Perumusan Masalah………... 3

1.3 Batasan Masalah………...…… 3

1.4 Asumsi - asumsi………...…... 3

1.5 Tujuan Penelitian………...……….. 4

1.6 Manfaat Penelitian………...………. 4

1.7 SistematikaPenulisan………...……… 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Logistik...….……….... 6

2.1.1 Ruang Lingkup Logistik .………... 6

2.2 Distribusi...………. 8

2.2.1 Pengertian Saluran Distribusi .……… 9

2.2.2 Faktor Penggunaan Distributor .…………... 9

2.2.3 Fungsi Saluran Distribusi .………... 11

(9)

2.2.5 Penentuan Biaya Distribusi .……….... 15

2.3 Sistem Transportasi………...………..………….... 17

2.3.1 Komp[onen Sistem Transportasi………....……... 18

2.4 Traveling Salesman Problem……….. 19

2.4.1 Sejarah Traveling Salesman Problem………. 19

2.4.2 Definis Traveling Salesman Problem……….. 20

2.5 Metode Traveling Salesman Problem...…………... 21

2.5.1 Pengertian Traveling Salesman Problem ... 21

2.5.2 Langkah-Langkah Traveling Salesman Problem ... 22

2.6 Graph……….…….. 24

2.6.1 Graph Berarah………... 24

2.6.7 Graph Tak Berarah……… 25

2.7 Lintasan Terpendek………. .……….. 26

2.8 Peneliti Terdahulu……….……….. 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………….………...………... 29

3.2 Identifikasi Variabel ...………. 29

3.2.1 Variabel Bebas dan Terikat ... 30

3.2.2 Definisi Operasional Variabel... 30

3.3 Pengumpulan Data ………... 30

3.4 Pengolahan Data ...……….. 31

3.4.1 Metode Awal Perusahaan……… 31

3.4.2 Penyelesaian Dengan Branch and Bound……… 31

(10)

3.4.4 Rekapitulasi hasil Perhitungan Jalur Distribusi……… 33

3.5 Langkah-Langkah Penelitian dan Pemecahan Masalah ..………... 34

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data... 39

4.1.1 Data Rute Awal Perusahaan... 39

4.1.2 Data Lokasi Agen Bulan November 2013……….. 40

4.1.3 Data Jarak Tempuh Lokasi Pengiriman……….. 41

4.2 Pengolahan Data...………... 44

4.2.1 Rute/Lintasan Metode Awal Perusahaan……... 44

4.2.2 Rute/Lintasan Metode Traveling Salesman Problem... 49

4.2.2.1 Rute/Lintasan Metode Branch and Bound……….. 49

4.2.2.2 Rute/Lintasan Metode Nearest Neighbour……….. 53

4.2.2.3 Perbandingan Metode Traveling Salesman Problem..60

4.2.3 Membandingkan Rute Awal Perusuhaan dan Rute Usulan…61 4.3 Hasil Dan Pembahasaan ...………... 64

4.3.1 Analisa Rute Dengan Metode TSP………... 64

4.3.2 Analisa Perbandingan Rute Awal dan Metode TSP………. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...……….. 67

5.1.1 Perbandingan Rute Awal Dengan Metode TSP……… 67

5.2 Saran……… 68

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Penentuan J arak Pendistr ibusian Rute Ter pendek Rokok Sampoer na Dengan

Metode Traveling Salesman Problem

(Studi Kasus PT HM Sampoer na Tbk Malang)

Rachma Februari Putri

Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, UPN “Veteran” Jawa Timur Jl. Gunung Anyar

E-mail: rachmaputrii@gmail.com

Abstraksi

PT. HM Sampoerna Tbk Malang adalah salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang Bisnis Rokok. Dalam pendistribusian produk rokok ke konsumen, perusahaan tersebut memiliki distributor–distributor yang salah satunya berada di kota Malang. Masalah yang dihadapi saat ini yaitu belum memiliki rute pendistribusian yang optimal sehingga mengakibatkan biaya distribusinya lebih mahal dan sering terjadinya keterlambatan pengiriman dari Distributor Anggarda Paramita ke sejumlah agen–agen. Traveling salesman problem merupakan metode yang dapat digunakan untuk mencari lintasan terpendek dengan mengunjungi setiap daerah tepat satu kali.

Mengacu pada judul penelitian, maka dapat diidentifikasikan variabel-variabel yang berhubungan dengan permasalahan dan nantinya akan dianalisa sebagai berikut, yang termasuk variabel terikat adalah penentuan rute terpendek dan yang termasuk variabel bebas adalah rute awal distribusi, data lokasi agen dan data jarak tempuh. Data di ambil menggunakan proses wawancara sehingga didapatkan data lokasi agen serta jarak tempuh dari pabrik ke tiap-tiap agen kemudian data diolah menggunakan

Software WinQsb

Hasil yang diperoleh dengan Metode Branch And Bound didapat jarak sebesar 24,7 km untuk Kota Malang, 71 km untuk Kota Batu, dan 238,3 km untuk Kabupaten Pasuruan. Sedangkan dengan Metode Nearest Neighbor didapat jarak sebesar 24,7 km untuk Kota Malang, 72,6 km untuk Kota Batu, dan 249,8 km untuk Kabupaten Pasuruan. Sehingga dari kedua metode tersebut didapat bahwa Metode

Branch And Bound lebih baik dalam meyelesaikan permasalahan Traveling

Salesman.

Kata kunci : traveling salesman, lintasan terpendek, branch and bound, nearest

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kegiatan dalam transportasi adalah pendisitribusian suatu

produk dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam mendistribusikan suatu produk,

faktor jarak tempuh dan waktu tempuh menjadi hal yang cukup penting untuk

diperhatikan karena melibatkan banyak hal dalam pengoperasianya. Misalnya

jumlah armada yang dibutuhkan, biaya bahan bakar, dan lain lain, sehingga

dibutuhkan suatu perhitungan yang matang agar proses distribusi yang ada lebih

optimal, baik segi jalur yang dilalui serta biaya yang dikenakan.

Perusahaan yang bergerak di bidang industri rokok di Indonesia ini sudah

sangat berkembang, hal ini ditunjukkan dengan semakin banyak perusahaan rokok

yang berlomba-lomba membuat produk rokok dengan berbagai macam jenis nya,

dengan tujuan memenangkan persaingan di industri rokok dan memenuhi apa

yang menjadi keinginan serta kepuasan konsumen. Akan tetapi perkembangan

tersebut tidak sebanding dengan perkembangan masalah distribusi rokok itu

sendiri. Seringnya terjadi keterlambatan pengiriman dari distributor ke toko/agen

dan logistik tidak sesuai apa yang dikehendaki oleh konsumen.

PT. HM Sampoerna Anggarda Paramitha adalah salah satu perusahaan di

Indonesia yang bergerak di bidang Bisnis Rokok. Dalam pendistribusian produk

rokok ke konsumen, perusahaan tersebut memiliki distributor–distributor yang

salah satunya berada di kota Malang. Dalam aktivitas setiap harinya Distributor

Anggarda Paramita melakukan pendistribusian produk kepada konsumen yang

(13)

dihadapi Distributor Anggarda Paramita saat ini yaitu belum memiliki rute

pendistribusian yang optimal sehingga mengakibatkan biaya distribusinya lebih

mahal dan sering terjadinya keterlambatan pengiriman dari Distributor Anggarda

Paramita ke sejumlah agen–agen. Adapun rute pendistribusian Distributor

Anggarda Paramita untuk wilayah Kota Malang adalah Distributor Anggarda

Paramita -Toko Sidodadi-Monas Jaya-Star Mart-Sumber Rejeki-Toko

Mojopahit-Toko Saudara dengan total jarak 43,1 Km, untuk wilayah Kota Batu adalah

Distributor Anggarda Paramita-Toko Tining-Toko Linda-Toko Ringan-Toko

Yuli-Toko Indra Jaya-Toko Pojok-Toko Barokah dengan total jarak sebesar 85,6

Km, dan untuk wilayah Pasuruan adalah Distributor Anggarda Paramita-Sumber

Makmur-Toko Murni-Toko Rahnafa-Toko Pojok-Subur Makmur-Toko Asri-Toko

Rizqi dengan total jarak sebesar 307,6 Km.

Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian menentukan

jalur distribusi pengiriman produk yang dilakukan Distributor Anggarda Paramita

yang bertujuan mengetahui jalur distribusi yang memberikan rute yang terpendek

serta biaya yang minimal sebagai acuan pada pendistribusian produk rokok.

Salah satu metode yang ada adalah travelling salesmen problem, yang dapat menyelesaikan permasalahan penentuan jalur optimal. Travelling salesman problem mempuyai banyak cara yang bisa digunakan untuk menyelesaikan problem-problem dalam travelling salesman problem, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu penyelesaian secara optimal dan aprosimasi. Pendekatan secara

optimal diharapkan mampu menyelesaikan masalah secara optimal, sedangkan

secara aproksimasi diharapkan mampu menghasilkan penyelesaian yang

(14)

dalam tugas akhir ini digunakan dua metode agar dapat melihat perbandingan

hasil kedua metode tersebut, sehingga dapat dilihat metode yang paling baik.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

“Bagaimana menentukan jalur distribusi yang optimal yang harus dilalui petugas

distribusi dalam penyampaian produk rokok ke agen-agen, sehingga dapat

meminimumkan rute/ jarak distribusi?”

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang dianalisa adalah pekerjaan pendistribusian produk rokok dari

Distributor Anggarda Paramita ke sejumlah agen–agen.

2. Perhitungan dilakukan untuk menentukan rute dengan jarak tempuh yang

tersingkat dari rute yang telah ada.

3. Data yang digunakan yaitu data bulan November 2013

4. Jumlah agen yang akan didistribusikan sebanyak 21 agen.

1.4 Asumsi – Asumsi

Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Kondisi jalur transportasi dalam keadaan lancar.

2. Logistik yang diangkut sesuai dengan jumlah permintaan agen.

(15)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

Merencanakan distribusi produk rokok dari Distributor Anggarda

Paramita ke sejumlah agen untuk mencapai rute terpendek.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Universitas

Bagi Institusi diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan kedepanya agar

lebih baik serta untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai Penghematan jarak pendistribusian produk ke setiap lokasi agen dan

mengurangi baiaya pendistribusian dan meningkatkan kepuasaan dan

kepercayaan konsumen kepada perusahaan.

3. Bagi Penulis

Memberikan tambahan pengalaman dalam mengaplikasikan teori dengan

memberikan ide guna memperdalam ilmu pengetahuan untuk pengembangan

lebih lanjut.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian.

(16)

masalah, tujuan penelitian, asumsi-asumsi, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas metode yang digunakan dalam penelitian dan teori

lain yang dapat menunjang pelaksanaan penelitian. Teori tersebut akan

menjelaskan konsep pemikiran yang digunakan dalam penelitian

sehingga dapat memahami konsep penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan

dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian memberikan

gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan Prosedur penelitian

secara sistematis untuk memperhatikan tahap yang dilalui dalam

melakukan kegiatan penelitian.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan pengolahan dari data yang telah dikumpulkan dan

melakukan analisis, evaluasi data yang telah diolah untuk

menyelesaikan masalah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan suatu rekomendasi sebagai masukan bagi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Logistik

Distribusi produk sering menciptakan hirarki lokasi penyimpanan, yang

dapat meliputi pusat–pusat produksi (manufacturing sistem), pusat–pusat distribusi (distribution center), grosir (wholesalers), dan pengecer (retailers). Dalam kamus APICS, logistik didefinisikan sebagai ilmu dan seni hasil proses

produksi serta distribusi material dan produk dalam kuantitas dan tempat yang

tepat. Dapat pula didefinisikan logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan

mengkontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti

produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar. Manufaktur dan

marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik.

Menurut Donald J. Bowersox (2000) mendefinisikan logistik adalah

sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan

barang, suku cadang dan barang jadi dari suplier, diantara fasilitas-fasilitas

perusahan dan kepada para pelanggan. Logistik juga mencakup integrasi

informasi, transportasi, inventori, pergudangan, dan pemaketan.

Menurut Kotler (2002) mengemukakan pengertian Logistik Pasar adalah

Mencakup perencanaan, implementasi, dan pengendalian arus fisik bahan serta

barang akhir dari titik asal ke titik penggunaaan untuk memenuhi tuntutan

pelanggan atas dan dengan melakukan semua tugas itu diperoleh imbalan berupa

laba.

Menurut Amin Tunggal Widjaja (2008) Dasar-Dasar Manajemen Logistik

(18)

berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan keefesienan

dan keefektifan aliran penyimpanan barang, pelayan dan informasi terkait dari

titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point-of-cosumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.

Dengan kata lain dapat pula diungkapkan bahwa kegiatan berjalan efektif

dan efisien apabila memenuhi syarat 4 tepat yaitu : tepat mutu, tepat ongkos,

maupun tepat waktu. Tujuan logistik adalah menyediakan produk dalam jumlah

tepat, kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya yang rendah.

Aspek operasional logistik adalah mengenai manajemen pemindahan

(movement) dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi logistik dapat dipandang sebagai berawal dari pengangkutan pertama material

komponen-komponen dari sumber perolehanya dan berakhir produk yang dibuat

atau diolah itu kepada langganan atau konsumen, dapat dibagi kedalam 3 kategori,

antara lain :

a. Manajemen Distribusi Fisik

b. Manajemen Material

c. Transfer Persediaan Barang di Dalam Perusahaan

Proses manajemen distribusi fisik menyangkut pengangkutan produk

kepada pelanggan. Dalam distribusi fisik, pelanggan dipandang sebagai

pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Jadi, distribusi fisik

menghubungkan suatu perusahaan dengan konsumennya. Manajemen material

(19)

tempat pembelian ke tempat pembuatan atau perakitan (assembly), gudang atau agen. (Sinaga, dalam Tuti Sarma,2008).

2.1.1 Ruang Lingkup Logistik

Menurut Sinaga, dalam Tuti Sarma, (2008). Beberapa kegiatan logistik

mencakup kegiatan berikut:

1. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, barang jadi.

2. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.

3. Penyiapan transportasi serta alat penangkutan barang–barangnya.

4. Masalah pembukuan dan pencatatan.

5. Pelaksanaan komunikasi yang persuasif sebagai penyampaian ide, konsep,

gagasan, informasi dari individu atau bagian–bagian lain dalam organisasi.

6. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan baku, suku

cadang, barang jadi yang disesuaikan dengan jenis dan spesifikasinya. Jenis

dan spesifikasi barang yang berbeda akan memerlukan pengelolaan yang

berbeda.

7. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku, suku

cadang, serta barang jadi sampai pada batas waktu tetentu tanpa harus

mengurangi kualitas barang yang bersangkutan.

2.2 Distribusi

Distribusi adalah kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi

dan konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangan

konsumen. Dengan demikian kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkat

(20)

Menurut Philip Kotler (2007) Distribusi adalah suatu perangkat organisasi

yang tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa

menjadi untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis.

Sehingga dalam hal ini distribusi mempunyai tugas untuk menyampaikan produk

ataupun jasa yang diproduksi oleh perusahaan atau produsen kepada para

konsumen ataupun konsumen industri.

Menurut Eko, Y. (2009) Dari apa yang baru saja diuraikan dapat

disimpulkan bahwa distribusi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk

menyalurkan barang dan/atau jasa dari produsen ke konsumen. Orang yang

melakukan kegiatan distribusi disebut distributor. Dalam distribusi terdapat

pengertian saluran distribusi, faktor perusahaan menggunakan distributor, fungsi

saluran distribusi, dan macam saluran distribusi.

2.2.1 Pengertian Salur an Distribusi

Terdapat beberapa pengertian Saluran distribusi menurut para ahli:

1. Menurut Kotler dan Keller (2007) saluran distribusi adalah

organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat

produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Mereka

adalah perangkat jalur yang diikuti produk atau jasa setelah produksi, yang

berkulminasi pada pembeli dan penggunaan oleh pemakai akhir.

2. Menurut Alma (2007) saluran distribusi merupakan lembaga yang saling

terkait untuk menjadi produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.

3. Menurut Tjiptono (2008) saluran distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan

(21)

barang dan jasa dari produsen kekonsumen, sehingga penggunaannya sesuai

dengan yang diperluas (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan).

4. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) saluran distribusi adalah sekelompok

orgnaisasi yang saling begantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk

atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran distribusi

merupakan seprangkat alur yang diikuti produk atau jasa setelah produksi,

berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh pengguna akhir.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa saluran distribusi

adalah kegiatan pemasaran yang saling tergantung dalam proses mempermudah

penyaluran produk dari produsen ke konsumen untuk digunakan atau dikonsumsi.

Dan dapat disimpulkan bahwa pengertian saluran distribusi adalah seperangkat

organisasi yang saling tergantung, organisasi atau orang-orang yang terlibat di

dalamnya melakukan proses perpindahan barang atau jasa yang telah tersedia bagi

penggunaan atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial.

2.2.2 Faktor yang Mendor ong Perusahaan Menggunakan Distributor

Adapun faktor pendorong perusahaan dalam menggunakan distributor,

yaitu antara lain :

1. Para produsen atau perusahaan kecil dengan sumber keungangan terbatas tidak

mampu mengembangkan organisasi penjualan langsung.

2. Para distributor nampaknya lebih efektif dalam penjualan partai besar karena

skala operasi mereka dengan pengecer dan keahlian khusus nya.

3. Para pengusaha pabrik yang cukup model lebih senang menggunakan dana

(22)

4. Pengecer yang menjual banyak sering lebih senang membeli macam-macam

barang dari seorang grosir daripada membeli langsung dari masing-masing

pabriknya.

2.2.3 Fungsi Saluran Distribusi

Fungsi utama saluran distribusi adalah menyalurkan barang dari produsen

ke konsumen , maka perusahaan dalam melaksanakan dan menetukan saluran

distribusi harus melakukan pertimbangan yang baik. Yang dimaksud dengan

fungsi utama/pokok adalah tugas-tugas yang mau tidak mau harus dilaksanakan.

Dalam hal ini fungsi pokok distribusi meliputi:

1. Pengangkutan (Transportasi)

Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal

konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya

teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan

barang yang disalurkan semakin luas, sehingga membutuhkan alat

transportasi (pengangkutan).

2. Penjualan (Selling)

Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh

produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat

dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen

(23)

3. Pembelian (Buying)

Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika penjualan

barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang

membutuhkan barang tersebut.

4. Penyimpanan (Stooring)

Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan

terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan

barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan). Contoh, kalian

bisa lihat mengapa orang tua kita ada yang membuat lumbung padi?

5. Pembakuan Standar Kualitas Barang

Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli selalu

menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang yang akan

diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar baik jenis,

ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut.

Pembakuan (standardisasi) barang ini dimaksudkan agar barang yang akan

dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.

6. Penanggung Risiko

Barang yang didistribusikan bisa jatuh dan pecah, maka rusaklah barang yang

akan didistribusikan tersebut. Hal ini mungkin saja terjadi pada kegiatan

distribusi, maka seorang distributor tentunya akan menanggung risiko. Pada

jaman sekarang untuk menanggung risiko yang muncul bisa dilakukan

kerjasama dengan lembaga/ perusahaan asuransi.

(24)

2.2.4 Macam-Macam Salur an Distribusi

Menurut Sinaga, dalam Tuti sarma, (2008) terdapat berbagai macam

distribusi barang konsumsi, antara lain :

1. Produsen–Konsumen

Bentuk saluran distribusi ini merupakan yang paling pendek dan sederhana

karena tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang

dihasilkanya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen. Oleh

karena itu sering pula disebut saluran distribusi langsung.

2. Produsen–Pengecer–Konsumen

Produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang

besar saja, tidak menjual ke pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh

pedagang besar , dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

3. Produsen–Pedagang Besar–Pengecer–Konsumen

Saluran distribusi ini banyak digunakan oleh produsen , dan dinamakan saluran

distribusi tradisional. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam

jumlah besra kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer.

Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh

konsumen dilayani pengecer saja.

4. Produsen–Agen–Pengecer–Konsumen

Di sini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan

perdagangan besar dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya

(25)

5. Produsen–Agen–Pedagang Besar–Pengecer–Konsumen

Dalam saluran distribusi, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara

untuk menyalurkan barangnya kepada pedagang besar yang kemudian

menjualnya kepada toko-toko kecil.

Permasalahan penjadwalan kendaraan/alat angkut mempunyai banyak

variasi , namun kita dapat mengurangi menjadi beberapa jenis saja. Diantaranya

adalah :

1. Permasalahan penjadwalan kendaraaan dengan tujuan tunggal dan sumber

tunggal dan terpisah (sparate and single origin and destination point).

2. Permasalahan penjadwalan kendaraan dengan beberapa tujuan dan beberapa

sumber (multiple origin and destination point).

3. Permasalahan penjadwalan kendaraan dengan titik sumber dan tujuan akhir

yang sama (coincident origin and destinationt point).

4. Titik–titik yang terhubung secara spasial (points are spatially related)

5. Titik–titik yang tidak terhubung secara spasial (points are not spatially related).

Permasalahan jenis ke 3 ini sebenernya jenis lain dari permasalahan

penjadwalan jenis ke 1. Namun dengan adanya ketentuan agar kendaraan atau alat

angkut untuk kembali ke titik asal (sumber) maka permasalahan jenis ke 1

menjadi lebih kompleks. Permasalahan jenis ke 3 ini bisa terjadi jika kendaraan

yang digunakan untuk menangkut barang adalah kendaraan pribadi perusahaan.

(26)

2.2.5 Penentuan Biaya Distr ibusi

Dalam suatu pengertian yang luas biaya distribusi dapat didefinisikan

sebagai biaya yang berhubungan dengan semua kegiatan, mulai dari saat

barang-barang telah dibeli/diproduksi sampai barang-barang-barang-barang tiba di tempat pelanggan jadi

adalah biaya pemasaran atau penjualan. Namun dalam pembahasan di sini, yang

dimaksud dengan biaya distribusi adalah biaya-biaya yang lazim berada di bawah

pengendalian eksekutif pemasaran atau penjualan, tidak termasuk biaya

administrasi dan biaya finanasial. Biaya distribusi demikian dapat meliputi, tetapi

tidak terbatas hanya pada, klasifikasi-klasifikasi umum sbb :

1. Biaya Langsung Penjualan (Direct Selling Expense).

Semua biaya langsung untuk memperoleh order, termasuk biaya langsung dari

para salesmen, manajemen dan pengembalian penjualan, kantor-kantor cabang,

dan jasa penjualan yaitu semua biaya yang lazim berhubungan dengan mencari

order.

2. Biaya Periklanan dan Promosi Penjualan.

Semua pengeluaran media advertensi, biaya-biaya yang berhubungan dengan

berbagai jenis promosi penjualan, pengembangan padar dan publisitas.

3. Biaya Transportasi.

Semua beban transporatasi untuk pengiriman batang kepada para pelanggan

dan atas barang yang dikembalikan, serta biaya untuk mengelola dan

memelihara bekerjanya fasilitas-fasilitas transportasi keluar.

4. Biaya Pergudangan dan Penyimpanan (Warehousing and Storage Expanse). Termasuk semua biaya untuk penggudangan, penyimpanan, penanganan

(27)

5. Biaya Distribusi Umum.

Semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi distribusi di bawah

manajemen penjualan yang tidak termasuk pada klasifikasi 1 sampai dengan 4

di atas. Ini dapat meliputi biaya umum pengelolaan penjualan, pelatihan, riset

pasar, dan fungsi-fungsi staf seperti akuntansi.

Biaya distribusi telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun terakhir

ini. Dalam kenyataannya pada banyak perusahaan, biaya distribusi malah

melebihi biaya produksi atau biaya perolehan/pembelian. Secara umum dapat

dikatakan, bahwa biaya produksi telah semakin menurun, sedangkan biaya

distrbusi semakin menaik. Sampai tingkat tertentu, kenaikan biaya penjualan yang

menyebabkan peningkatan volume penjualan telah memungkinkan perusahaan

mencapai efisiensi yang besar dalam proses pabrikase.

Agar dapat menetapkan dan menentukan standar - standar biaya distribusi

secara berhasil, maka perusahaan harus mengakumulasikan dan memiliki

sejumlah besar informasi yang berhubungan dengan aktivitas - aktivitas distribusi

dan faktor-faktor biaya yang menyangkut aktivitas-aktivitas tersebut. Ini meliputi

sejumlah informasi yang tidak tersedia dalam catatan akuntansi biasa. Catatan

yang permanen harus dirancang untuk mencatat dan mengakumulasikan data ini

secara teratur dan dalam bentuk yang siap untuk dipakai.

Sama seperti telah menjadi suatu kebiasaan masa sekarang untuk mencatat

secara teratur faktor-faktor produksi seperti jam kerja, jam yang dapat

dibebankan, jam menganggur, jam mesin, dan banyaknya operasi, catatan-catatan

yang demikian juga harus dibuat untuk faktor-faktor distribusi. Contoh-contoh

(28)

• Analisa penjualan dalam saru satuan fisik

• Jumlah transaksi penjualan yang diklasifikasikan menurut ukuran, jam

terjadinya transaksi, dan lain-lain.

• Jumlah Quotations yang dibuat

• Jumlah order yang diklasifikasikan menurut ukuran, periode dimana

order-order diterima, dan lain-lain

• Jumlah order yang ditulis

• Banyaknya tenaga penjual secara rata-rata

• Jumlah hari-penjual

• Jumlah kunjungan pada para pelanggan lama dan baru

• Jumlah hari perjalanan tenaga penjual

• Jumlah perjalanan yang ditempuh tenaga penjual

• Jumlah pelanggan yang secara rata-rata yang diklasifikasikan sehubungan

dengan lokasi, volume tahunan dan lain-lain.

• Jumlah jam kerja para tenaga penjual, tenaga advertensi, pekerja gudang, supir,

tenaga tata usaha, dan lain-lain.

• Jumlah retur dan potongan yang diklasifikasikan menurui sebab - sebabnya.

• Jumlah ruangan advertensi dan waktu yang dipergunakan dalam berbagai

media advertensi.

(http://elfiraworotitjan.wordpress.com/2010/11/definisi-biaya-distribusi.html)

2.3 Sistem Transportasi

Menurut Novan Ied Akbar (2011) Transportasi adalah suatu kegiatan

(29)

lain, baik dengan atau tanpa sarana. Pemindahan ini harus menempuh suatu jalur

perpindahan atau lintasan atau prasarana yang mungkin sudah disiapkan oleh

alam, seperti laut, sungai dan udara, maupun jalur lintasan hasil rekayasa manusia

seperti jalan raya, jalan rel dan pipa.

Ditinjau dari terminologinya, sistem transportasi suatu wilayah adalah

sistem pergerakan manusia dan barang antara zona asal dan zona tujuan dalam

wilayah yang bersangkutan, pergerakan dilakukan dengan menggunakan berbagai

sarana atau moda, berbagai sumber tenaga, dan dilakukan untuk suatu keperluan

tertentu. Menurut skala perorangan, sistem transportasi adalah suatu perjalanan

dari tempat asal ke tempat tujuan daslam usaha untuk melakukan suatu aktivitas

tertentu di tempat tujuan. Implikasi dari pergerakan yang dilakukan secara masal

dan bersamaan dalam kurun waktu tertentu akan terbentuk aliran (flow). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa sistem transportasi adalah sistem yang terdiri

dari sarana, prasarana, dan sistem pelayanan yang memungkinkan terjadinya

pergerakan orang dan barang ke seluruh wilayah sedemikian sehingga :

• Terakomodasinya mobilitas penduduk

• Dimungkinkannya adanya pergerakan barang, dan

• Dimungkinkannya akses ke seluruh wilayah.

Kesimpulannya bahwa sistem transportasi sangat dipengaruhi oleh tiga faktor

utama, yaitu konfigurasi spasial, teknologi transportasi, dan sistem kelembagaan.

2.3.1 Komponen Sistem Transportasi

Menurut Novan Ied Akbar (2011) Dalam suatu kegiatan sistem

transportasi, ada komponen-komponen yang mempengaruhinya, dimana

(30)

bentuk dan jenis komponen itu sendiri. Komponen tersebut dapat berupa sarana

dan prasarana.

Prasarana adalah sesuatu yang dapat menjadi media terjadinya kegiatan

transportasi, seperti jalan raya, jalan rel, terminal, sungai, udara dan lain-lain.

Sedangkan sarana adalah sesuatu yang berujud kendaraan yang berfungsi sebagai

alat yang dapat memindahkan sesuatu baik orang maupun barang untuk mencapai

tujuannya (bus, kereta api, perahu, pesawat udara dan lain-lain). Komponen

sistem transportasi tersebut adalah :

• Lintasan atau jalur sebagai tempat benda bergerak

• Terminal yang merupakan simpul keluar masuk kendaraan dari maupun ke

sistem dan sebagai tempat pergantian moda transportasi.

• Kendaraan yang memberikan suatu mobilitas terhadap benda yang diangkut

untuk suatu jalur gerak tertentu dan dapat digerakkan dijalur tersebut.

• Rencana operasi atau prosedur pengaturan yang dapat menjamin kegiatan

transportasi bergerak secara aman, lancar dan tertib.

2.4 Traveling Salesman Problem (TSP)

2.4.1 Sejar ah Traveling Salesman Problem

Permasalahan tentang Traveling Salesman Problem dikemukakan pada tahun 1800 oleh matematikawan Irlandia yaitu Willian Rowan Hamilton dan

matematikawan Inggris yaitu Thomas Penyngton. Gambar dibawah ini merupakan

foto Icosian Hamilton yang membutuhkan pemain untuk menyelesaikan

(31)

Gambar 2.1 Foto dari permainan Icosion Hamilton

Bentuk umum dari TSP pertama dipelajari oleh Karl Menger di Viena dan

Harvard. Setelah itu permasalahan TSP dipublikasikan oleh Hassler Whitney dan

Merril Flood di Princeton. Selanjutnya dengan permasalahan ini, TSP dibuat

menjadi permasalahan yang terkenal dan popular untuk dipakai sebagai model

produksi, transportasi dan komunikasi. (Aisyah lestari dalam Amin, rahman

Aulia,2010).

2.4.2 Definisi Traveling Salesman Problem

Traveling Salesman Problem dikenal sebagai suatu permasalahan optimasi yang bersifat klasik dan Non Deterministic Polynimial-time Complete (NPC), dimana tidak ada penyelesaian yang paling optimal selain mencoba seluruh

kemungkinan penyelesain yang ada. Permasalahan ini melibatkan seorang

traveling salesman yang harus melakukan kunjungan sekali pada semua kota dalam sebuah lintasan sebelum dia kembali ke titik awal, sehingga perjalananya

dikatakan sempurna.

Berawal dari sini lah dikembangkan metode-metode pemecahan masalah

(32)

Penyelesaian dari permasalahan ini adalah nilai optimum dari lintasan yang paling

murah, yaitu perjalanan dengan jarak terpendek atau yang mempunyai total jarak

minimum. Untuk menemukan suatu permasalahan tersebut dibutuhkan waktu

komputasi yang tidak sedikit.

Waktu komputasi akan bertambah seiring dengan bertambahnya suatu

faktor dalam masalah NPC. Pada TSP waktu komputasi akan bertambah seiring

dengan pertmabahan jumlah kota, karena akan semakin banyak kemungkinan

lintasan yang harus diperiksa untuk mencari jarak lintasan yang paling minimum.

2.5 Metode Traveling Salesman Problem

2.5.1 Pengertian Metode Traveling Salesman Problem

Metode Traveling Salesman Problem adalah sebuah metode yang digunakan untuk meminimasi biaya distribusi dengan cara mencari jarak dan rute

terdekat, waktu tercepat dan biaya yang minimal. Traveling Salesman Problem

yaitu diberikan n buah kota dan Cij yang merupakan jarak antara kota i dan kota j,

seorang ingin membuat suatu lintasan tertutup dengan mengunjungi setiap kota

satu kali. Tujuannya adalah memilih lintasan tertutup yang total jaraknya paling

minimum diantara pilihan dari semua kemungkinan lintasan.

(33)

Parameter :

n = Jumlah kota/lokasi/pelanggan yang akan dikunjungi (n tidak termasuk

tempat asal (base), yang diindekkan dengan i = 0) Cij = Biaya/jarak traveling dari kota i ke kota j

A = Sepasang arc/edge (i,j) yang ada. Note bahwa (i,j) yang dimaksud adalah

arc yang ada dari node i ke node j. (Santosa, Budi, Paul Willy, 2011)

Traveling Salesman Problem menurut (Wisnubadhra,1997 dalam Utomo, 2004) merupakan persoalan klasik optimasi yang cukup sederhana yakni

pengantaran atau perjalanan yang dimulai dan berakhir pada konsumen tertentu.

Perjalanan kesetiap konsumen dilakukan satu kali, hasil yang diinginkan adalah

perjalanan dengan jarak tempuh terpendek/minimum.

2.5.2 Langkah - langkah Metode Traveling Salesman Problem

Adapun langkah- langkah yang dapat diselesaikan adalah sebagai berikut :

1. Metode Branch and Bound

WinQsb merupakan suatu program komputer yang memiliki multi module decision support system yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan Traveling Salesman. Berikut adalah langkah– langkah penyelesaian TSP menggunakaan SoftwareWinQsb :

1) Buka Program WinQsb

2) Masuk menu modules 1

3) Pilih Assigment and Traveling Salesman

4) Input data

5) Masukan inisial untuk nama-nama daerah yang dikunjungi

(34)

7) Masukan jarak antara daerah

8) Solution

9) Solve the problem

10) Untuk melihat iterasi jawaban pilih solve and display step

11) Show the solution

2. Metode Nearest Neighbour

Pada metode ini , pemilihan lintasan akan dimulai pada lintasan yang memiliki

jarak paling minimum setiap melalui kota, kemudian akan memilih kota

selanjutnya yang belum dikunjungi dan memiliki jarak yang paling minimum.

Langkah–langkah untuk menyelesaikan Metode Nearest Neighbour antara lain adalah :

1) Buat peta aliran yang menggambarkan letak–letak daerah konsumen/agen

2) Proses pengerjaan dengan melihat daerah dengan jarak terpendek. Setiap

mencapai satu daerah algoritma ini akan memilih daerah selanjutnya yang

belum dikunjungi dan memiliki jarak yang minimum.

3) Perhitungan nilai optimal dengan menjumlah jarak dari awal sampai akhir

perjalanan.

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Nearest Neighbour

S T J S T J S T J

Keterangan :

1. S = Start

2. T = Tujuan

(35)

2.6 Graph

Graph adalah himpunan benda-benda yang disebut vertex (atau node) yang terhubung oleh edge - edge (atau arc). Biasanya Graph digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (melambangkan vertexs) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan edge). Banyak sekali struktur yg bisa dipresentasikan dengan

Graph dan banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan bantuan Graph.

Suatu Graph didefinisikan oleh himpunan verteks dan himpunan sisi (edge). Verteks menyatakan entitas-entitas data dan sisi menyatakan keterhubungan antara verteks. Biasanya untuk suatu Graph G digunakan notasi matematis G = (V, E) V adalah himpunan verteks dan E himpunan sisi yang terdefinisi antara pasangan-pasangan verteks. Sebuah sisi antara verteks x dan y ditulis {x, y}. Suatu Graph H = (V1, E1) disebut subGraph dari Graph G jika V1 adalah himpunan bagian dari V ndan E1 himpunan bagian dari E.

Gambar 2.2 Graph dengan 6 simpul dan 7 sisi

Sumber : Purwanto, Heri, Gina Indriani, Erlina Dayanti, 2006

2.6.1 Graph Berarah (Directed Graph atau DiGraph)

Jika sisi-sisi pada Graph, misalnya {x, y} hanya berlaku pada arah-arah tertentu saja, yaitu dari x ke y tapi tidak dari y ke x; verteks x disebut origin dan

vertex y disebut terminus dari sisi tersebut. Secara grafis maka penggambaran

(36)

Gambar 2.3 Graph Berarah dan Berbobot

Sumber : Purwanto, Heri, Gina Indriani, Erlina Dayanti, 2006

2.6.2 Graph Tak Berarah (Undirected Graph Atau UndiGraph)

Setiap sisi {x, y} berlaku pada kedua arah: baik x ke y maupun y ke x.

Secara grafis sisi pada UndiGraph tidak memiliki mata panah dan secara notasional menggunakan kurung kurawal. Graph di samping ini adalah suatu contoh UndiGraph G = {V, E} dengan V = {A, B, C, D, E, F, G, H, I,J, K, L, M} dan E = { {A,B},{A,C}, {A,D}, {A,F}, {B,C}, {B,H}, {C,E}, {C,G}, {C,H},

{C,I}, {D,E}, {D,F}, {D,G}, {D,K}, {D,L}, {E,F}, {G,I}, {G,K}, {H,I}, {I,J},

{I,M}, {J,K}, {J,M}, {L,K}, {L,M}}.

Dalam masalah-masalah Graph undiGraph bisa dipandang sebagai suatu diGraph dengan mengganti setiap sisi tak berarahnya dengan duasisi untuk masing-masing arah yang berlawanan. UndiGraph di atas tersebut bisa dipandang sebagai DiGraph G = {V, E} dengan V = {A, B, C, D, E, F, G, H, I,J, K, L, M} dan E = { (A,B),(A,C), (A,D), (A,F), (B,C), (B,H), (C,E), (C,G), (C,H), (C,I),

(D,E), (D,F), (D,G), (D,K), (D,L), (E,F), (G,I), (G,K), (H,I), (I,J), (I,M), (J,K),

(J,M), (L,K), (L,M), (B,A), (C,A), (D,A), (F,A), (C,B), (H,B), (E,C), (G,C),

(H,C), (I,C), (E,D), (F,D), (G,D), (K,D), (L,D), (F,E), (I,G), (K,G), (I,H), (J,I),

(37)

Selain itu, berdasarkan definisi ini maka struktur data linear maupun

hirarkis adalah juga Graph. Node-node pada struktur linear atupun hirarkis adalah verteks-verteks dalam pengertian Graph dengan sisi-sisinya menyusun

node - node tersebut secara linear atau hirarkis. Sementara kita telah ketahui bahwa struktur data linear adalah juga tree dengan pencabangan pada setiap node

hanya satu atau tidak ada. Linear 1- way linked list adalah diGraph, linear 2-way linkedlist bisa disebut undiGraph.

Gambar 2.4 Graph Tidak Berarah dan Berbobot

Sumber : Purwanto, Heri, Gina Indriani, Erlina Dayanti, 2006

2.7 Lintasan Terpendek

Lintasan terpendek merupakan lintasan minimum yang diperlukan untuk

mencapai suatu tempat dari tempat tertentu. Lintasan yang dimaksud tersebut

dapat dicari dengan menggunakan graph. Persoalan dalam mencari lintasan terpendek ini sering terjadi dalam kehidupan sehari hari. graph yang digunakan dalam pencarian lintasan terpendek adalah graph berbobot (Weight Graph), yaitu

graph yang setiap sisinya diberikan suatu nilai atau bobot.

Bobot pada sisi graph dapat menyatakan jarak antar kota, waktu pengiriman pesan, ongkos pembangunan, dan sebagainya.asumsi yang digunakan

adalah bahwa semua bobot bernilai positif. Kata “terpendek” berarti

(38)

Akan tetapi algoritma lintasan terpendek yang paling terkenal adalah

algoritma dijkstra. Algoritma dijkstra pertama kali dikembangkan oleh

E.W.Dijkstra yaitu seorang ilmuan computer berkebangsaan belanda yang pada

perkembangannya menggunakan struktur data yang berbeda-beda, serta memakai

strategi greedy, dimana pada setiap langkah dipilih sisi- sisi dengan bobot terkecil

yang menghubungkan setiap simpul yang sudah terpilih dengan simpul lainnya.

Terdapat beberapa jenis persoalan lintasan terpendek, anatara lain:

• Lintasan terpendek antara dua simpul tertentu.

• Lintasan terpendek antara semua pasangan simpul.

• Lintasan terpendek dari simpul tertentu ke semua simpul yang lain.

• Lintasan terpendek antara dua buah simpul yang melalui beberapa simpul

tertentu. (Purwanto, Heri, Gina Indriani, Erlina Dayanti, 2006).

2.8 Peneliti Terdahulu

Masalah jaringan distribusi pada penelitian ini , berhubungan dengan

penelitian yang telah ada yaitu antara lain :

1. Aisyah Lestari, 2010 dengan judul penelitian adalah Metode Traveling Salesman Problem untuk menentukan lintasan terpendek pada daerah – daerah yang teridentifikasi bahaya. Didapat kesimpulan pada tugas akhir ini dibahas

tentang penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan metode Branch and Bound didapat penghematan jarak sebesar 0,75 km untuk wilayah kota surabaya, 13,64 km untuk wilayah jakarta, dan 22,63 km untuk wilayah

bandung. Sedangkan metode nearest neighbour didapat penghematan jarak 0 km untuk wilayah surabaya, 8,046 km untuk wilayah kota jakarta dan 20,19

(39)

bahwa metode Branch and Bound lebih baik dalam permasalhan traveling salesman problem.

2. Indra Tri Prasetyawan, 2012 Dengan Judul Penentuan Jarak Pendistribusian

Rute yang Optimal Koran Jawa Pos Dengan Metode Traveling Salesman Problem Dengan kesimpulan masalah yang dihadapi perusahaan saat ini yaitu rute distribusi yang kurang optimal, sehingga berdampak pada biaya distribusi

dan keterlambatan pengiriman dari distributor ke toko / agen., penentuan

lintasan terpendek menjadi hal yang cukup npenting untuk diperhitungkan

karena dapat digunakan untuk meminimalkan bahaya atau hal buruk yang

mungkin terjadi. Traveling Salesman Problem merupakan metode yang dapat digunakan untuk mencari lintasan terpendek dengan mengunjungi setiap daerah

satu kali. Pada tugas akhir ini dibahas tentang penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan metode Branch and Bound didapat penghematan jarak sebesar 75,9 km dan penghematan bahan bakar sebesar Rp.853875.

Sedangkan metode nearest neighbour didapat penghematan jarak 77,4 km dan penghematan bahan bakar sebesar 871,875. Sehingga dari kedua metode

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Distributor Anggarda Paramita yang

berlokasi di kota Malang dan penelitian dilakukan pada bulan November 2013.

3.2 Identifikasi dan Definisi Oper asional Var iabel

3.2.1 Identifikasi Variabel

Mengacu pada judul penelitian, maka dapat diidentifikasikan

variabel-variabel yang berhubungan dengan permasalahan dan nantinya akan dianalisa

sebagai berikut :

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

adanya variabel bebas. Yang termasuk dalam variabel terikat adalah penentuan

rute terpendek.

2. Variabel Bebas

Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya berubahnya

variabel terikat. Yang termasuk variabel bebas adalah :

a. Rute Awal Distribusi

b. Data Lokasi Agen

(41)

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

jarak yang paling dekat. Dalam pengumpulan data, data dilihat dulu distribusinya,

kalau distribusinya jaraknya terlalu jauh akan membebani biaya distribus. Rute

perjalanan yang dicari adalah rute pendistribusian terpendek. Data penelitian ini

menggunakan data bulan November 2013 dilakukan sebanyak 4 kali (4 kali

penelitian dalam sebulan)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Berisi tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan dianalisa.

Data yang dikumpulkan berisi tentang data primer maupun data sekunder, dimana

data sekunder lebih banyak di dalam pengumpulan data ini. Peneliti juga

menggunakan beberapa cara, antara lain melalui Penelitian Pustaka yang

mempunyai pengertian pengumpulan data sebagai dasar teoritis yang dipakai

sebagi pedoman yang didapat dari berbagi macam leteratur yang ada.

Dan peneliti juga menggunakan cara Meneliti keadaan lapangan, dan terdapat 3

cara yang dilakukan, antara lain :

1. Metode Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan tanya jawab secara

langsung dengan pimpinan perusahaan, karyawan dan pihak-pihak yang

(42)

2. Metode Pengamatan

Yaitu teknik pengambilan dta dengan mengadakan penmgamatan langsung

pada objek yang diteliti (jenis produk dan data permintaan).

3. Metode Dokumentasi

Yaitu teknik pengambilan data yang berupa arsip-arsip atau catatan (jumlah

data yang diangkut,jarak msing-masing customer)

3.4 Metode Pengolahan Data

Dalam penyelesaian masalah TSP kita dapat membagi keadaan kedalam

dua metode , yaitu metode optimal dan metode aproksimasi. Metode optimal

akan menghasilkan hasil yang optimal (minimum) jarak rute distribusi sedangkan

metode aproksimasi akan menghasilkan hasil yang mendekati optimal jarak

terpendek dari rute pendistribusian produk. Dalam kegiatan ini meliputi langkah–

langkah sebagai berikut :

3.4.1 Metode Awal Distr ibutor Anggarda Paramita

Yang dimaksud metode awal perusahaan adalah jalur reguler yang

ditempuh oleh perusahaan secara berurutan dari daerah awal menuju daerah

selanjutnya sampai ke daerah titik terakhir.

3.4.2 Penyelesaian Dengan Metode Branch and Bound

WinQsb merupakan suatu program komputer yang memiliki multi module decision support system yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

Traveling Salesman.

Berikut adalah langkah–langkah penyelesaian TSP menggunakaan

(43)

1. Buka Program WinQsb

2. Masuk menu modules 1

3. Pilih Assigment and Traveling Salesman

4. Input data

5. Masukan inisial untuk nama-nama daerah yang dikunjungi

6. Pilih spreadsheet format 7. Masukan jarak antara daerah

8. Solution

9. Solve the problem.

10. Untuk melihat iterasi jawaban pilij solve and display step.

11. Show the solution

3.4.3 Metode Nearest Neighbour

Pada metode ini, pemilihan lintasan akan dimulai pada lintasan yang

memiliki nilai jarak paling minimum setiap melalui kota, kemudian akan memilih

kota selanjutnya yang belum dikunjungi dan memiliki jarak yang paling

minimum.

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Nearest Neighbour

S T J S T J S T J

Keterangan :

S = Start

T = Tujuan

(44)

3.4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan J alur Distribusi

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Jalur Yang Dilalui

Agen

Perhitungan Jalur (km) Penghematan Jarak

Reguler Branch and Bound

Nearest Neighbour

Reguler

Branch and Bound

Reguler

Nearest Neighbour

Tabel 3.3 Presentase Efisiensi Penghematan Jarak

Agen Branch and Bound Nearest Neighbour

% %

Keterangan :

Untuk metode Branch and Bound

%Efisiensi = jarak reguler – jarak Branch and Bound X 100% Jarak reguler

Untuk metode Nearest Neighbour

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan

wawancara langsung dengan pihak PT. HM Sampoerna Tbk Malang.

4.1.1 Data Rute Awal Pengir iman Rokok Sampoer na

Data rute awal pengiriman rokok Sampoerna dari PT. HM Sampoerna Tbk

Malang ke sejumlah Agen-agen bulan November 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Rute Awal Distribusi Rokok Wilayah Kota Malang

Rute Nama Agen Kode

Tabel 4.2 Data Rute Awal Distribusi Rokok Wilayah Kota Batu

(46)

Tabel 4.3 Data Rute Awal Distribusi Rokok Wilayah Pasuruan

4.1.2 Data Lokasi Agen Bulan November 2013

Data lokasi agen di tiga wilayah untuk distribusi rokok Sampoerna Bulan

November 2013 adalah seperti pada Tabel berikut :

Tabel 4.4 Data Lokasi Agen Wilayah Kota Malang

No Nama Agen Alamat

1 Monas Jaya Jl. Sersan Harun, Sukun Malang 2 Toko Kalimas Jl. Kyai Tamin, Klojen Malang 3 Star Mart Jl. S Supriadi, Sukun Malang 4 Toko Sidodadi Jl. Cokrominoto, Klojen Malang

5 Toko Mojopahit Jl. Kol Sugiono, Kedungkandang Malang 6 Sumber Rejeki Jl. Letjend S Parman, Blimbing Malang 7 Toko Saudara Jl. MT Haryono, Lowokwaru Malang

Sumber : PT. HM Sampoerna Tbk Malang

Tabel 4.5 Data Lokasi Agen Wilayah Kota Batu

No Nama Agen Alamat

1 Toko Tining Jl. Sumberejo Batu 2 Toko Indra Jaya Jl. Abd Rahman Batu 3 Toko Yuli Jl. Abd Ghani, Bumiaji Batu 4 Toko Pojok Jl. Dewi Sartika Batu

5 Toko Linda Jl. Raya Bukit Berbunga Batu 6 Toko Ringan Jl. Raya Punten Batu

7 Toko Barokah Jl. Oro-Oro Ombo 219 Batu

(47)

Tabel 4.6 Data Lokasi Agen Wilayah Paasuruan

No Nama Agen Alamat

1 Toko Rahnafa Jl. Raya Purwosari Kabupaten Pasuruan 2 Sumber Makmur Jl. Raya Prigen Kabupaten Pasuruan 3 Toko Murni Jl. Tutur Kabupaten Pasuruan 4 Toko Pojok Jl. Tanjungsari, Sukorejo Kabupaten

Pasuruan

5 Subur Makmur Jl. Jaksa Agung Suprapto, Pandaan Kabupaten Pasuruan

6 Toko Rizki Jl. Gunung Gengsir, Gempol Kabupaten Pasuruan

7 Toko Asri Jl. Raya Purwodadi Kabupaten Pasuruan

Sumber : PT. HM Sampoerna Tbk Malang

4.1.3 Data J arak Tempuh Lokasi Pengir iman Rokok Sampoer na

Data jarak tempuh Agen di tiga wilayah Jawa Timur untuk distribusi Rokok

Sampoerna Mild Bulan November 2013 adalah sebagai berikut :

• Wilayah Kota Malang

(48)

Tabel 4.7 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kota Malang (Km)

(49)

Tabel 4.8 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kota Batu (Km)

(50)

Tabel 4.9 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kabupaten Pasuruan (Km)

Dari / Ke A B C D E F G H

A 64,9 65,9 70,7 73,5 80,5 86,6 89,9

B 64,9 19,5 25,3 18,5 58,1 21,6 12,5

C 65,9 19,5 42,0 16,1 12,6 16,3 29,3

D 70,7 25,3 42,0 31,0 38,1 44,2 23,6

E 73,5 18,5 16,1 31,0 10,8 16,9 17,8

F 80,5 58,1 12,6 38,1 10,8 18,2 25,3

G 86,6 21,6 16,3 44,2 16,9 18,2 31,3

H 89,9 12,5 29,3 23,6 17,8 25,3 31,3

Keterangan :

A = Sampoerna E = Toko Pojok

B = Toko Rahnafa F = Subur Makmur

C = Sumber Makmur G = Toko Rizki

D = Toko Murni H = Toko Asri

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Rute/Lintasan Metode Distr ibusi Awal Per usahan

Perhitungan jarak yang dilakukan adalah dengan menjumlah semua total jarak

awal yang ditempuh oleh perusahaan dari awal sampai akhir perjalanan distribusi

rokok Sampoerna Mild.

Pembuatan graph lintasan yaitu dilakukan dengan menghubungkan tiap kota

(node) yang akan dilalui oleh perusahaan dari awal sampai akhir perjalanan.

Berdasarkan rute/lintasan distribusi perusahaan di tiga wilayah di Jawa Timur terlihat

(51)

• Wilayah Kota Malang

Tabel 4.10 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kota Malang (Km)

Dari / Ke A B C D E F G H

Gambar 4.4 Graph Lintasan Distribusi Awal Perusahaan

Dari graph di atas dapat disimpulkan bahwa lintasan dimulai dari node A dan

kembali lagi ke node A yaitu melalui : A – B – C – D – E – F – G – H – A.

Penjumlahan total jarak yang ditempuh oleh perusahaan yaitu dengan cara

menjumlah jarak dari awal sampai akhir perjalanan dengan melihat nilai jarak

dalam Tabel 4.7. Berdasarkan data yang diperoleh maka total jarak yang

(52)

Rute Awal Distribusi Perusahaan: A – B – C – D – E – F – G – H – A

: 0 – 1,2 – 1,4 – 2,1 – 9,7 – 10,1 – 6,5 – 5,4 – 6,6

: 43,1 Km

Dari pengolahan data rute awal di atas dapat disimpulkan bahwa total jarak yang

dilalui perusahaan dalam proses pendistribusian rokok Sampoerna Mild yaitu

sebesar 43,1 Km untuk wilayaha kota Malang.

• Wilayah Kota Batu

Tabel 4.11 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kota Batu (Km)

Dari / Ke A B C D E F G H

(53)

Dari graph di atas dapat disimpulkan bahwa lintasan dimulai dari node A dan

kembali lagi ke node A yaitu melalui : A – B – C – D – E – F – G – H – A.

Penjumlahan total jarak yang ditempuh oleh perusahaan yaitu dengan cara

menjumlah jarak dari awal sampai akhir perjalanan dengan melihat nilai jarak

dalam Tabel4.8. Berdasarkan data yang diperoleh maka total jarak yang

didapatkan untuk rute distribusi awal perusahaan adalah sebagai berikut :

Rute Awal Perusahaan : A – B – C – D – E – F – G – H – A.

: 0 – 27,5 – 1,2 – 1,0 – 1.9 – 3,9 – 2,4 – 7,7 – 40.

: 85,6 Km

Dari pengolahan data rute awal di atas dapat disimpulkan bahwa total jarak

yang dilalui perusahaan dalam proses pendistribusian rokok Sampoerna Mild

yaitu sebesar 85,6 untuk wilayah kota Batu.

• Wilayah Kabupaten Pasuruan

Tabel 4.12 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kabupaten Pasuruan (Km)

Dari / Ke A B C D E F G H

A 64,9 65,9 70,7 73,5 80,5 86,6 89,9

B 64,9 19,5 25,3 18,5 58,1 21,6 12,5

C 65,9 19,5 42,0 16,1 12,6 16,3 29,3

D 70,7 25,3 42,0 31,0 38,1 44,2 23,6

E 73,5 18,5 16,1 31,0 10,8 16,9 17,8

F 80,5 58,1 12,6 38,1 10,8 18,2 25,3

G 86,6 21,6 16,3 44,2 16,9 18,2 31,3

(54)

Gambar 4.6 Graph Lintasan Distribusi Awal Perusahaan

Dari graph di atas dapat disimpulkan bahwa lintasan dimulai dari node A dan

kembali lagi ke node A yaitu melalui : A – B – C – D – E – F – G – H - A.

Penjumlahan total jarak yang ditempuh oleh perusahaan yaitu dengan cara

menjumlah jarak dari awal sampai akhir perjalanan dengan melihat nilai jarak

dalam Tabel4.9. Berdasarkan data yang diperoleh maka total jarak yang

didapatkan untuk rute distribusi awal perusahaan adalah sebagai berikut :

Rute Awal Perusahaan : A – B – C – D – E – F – G – H – A.

: 0 – 64,9 – 19,5 – 42 – 31 – 10,8 – 18,2 – 31,3 – 89,9

: 307,6 Km

Dari pengolahan data rute awal di atas dapat disimpulkan bahwa total jarak yang

dilalui perusahaan dalam proses pendistribusian rokok Sampoerna Mild yaitu

sebesar 307,6 untuk wilayah Kabupaten Pasuruan.

H A

D

C

E

F G

(55)

4.2.2 Rute/Lintasan Distr ibusi Metode Traveling Salesman Problem

4.2.2.1 Rute/Lintasan Distr ibusi Metode Branch and Bound

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan Software WinQsb yang

ada di lampiran satu. Hasil perhitungan dapat juga dicari dengan metode trial and

error dalam analisis jaringan yaitu menentukan semua alternatif rute yang dijadikan

pilihan adalah rute yang mempunyai nilai jarak tempuh yang terpendek.

Rute Pengiriman Rokok Sampoerna Mild dari Perusahaan ke sejumlah

agen-agen di tiga wilayah Jawa Timur diperlihatkan pada jaringan berikut ini :

• Wilayah Kota Malang

Tabel 4.13 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kota Malang (Km)

Dari / Ke A B C D E F G H

A 1,2 1,5 1,5 1,9 6,2 6,5 6,6

B 1,2 1,4 5,4 9,3 3,2 3,8 7,5

C 1,5 1,4 2,1 9,5 1,0 4,7 7,5

D 1,5 5,4 2,1 9,7 6,0 4,5 9,8

E 1,9 9,3 9,5 9,7 10,1 7,6 3,3

F 6,2 3,2 1,0 6,0 10,1 6,5 8,0

G 6,5 3,8 4,7 4,5 7,6 6,5 5,4

H 6,6 7,5 7,5 9,8 3,3 8,0 5,4

Gambar 4.7 Graph Lintasan Distribusi metode Branch and Bound

(56)

Dari graph di atas dapat disimpulkan bahwa lintasan dimulai dari node A dan

kembali lagi ke node Adengan melalui : A – B – C – F – D – G – H – E – A.

Penjumlahan total jarak yang ditempuh oleh perusahaan yaitu dengan cara

menjumlah jarak dari awal sampai akhir perjalanan dengan melihat nilai jarak

dalam Tabel 4.7. Berdasarkan data yang diperoleh maka total jarak

yangdidapatkan untuk rute distribusi dengan metode Branch and Bound adalah

sebagai berikut :

Rute Branch and Bound : A – B – C – F – D – G – H – E – A.

: 1,2 – 1,4 – 1,0 – 6,0 – 4,5 – 5,4 – 3,3 – 1,9.

: 24,7Km

Dari pengolahan data rute Branch and Bound di atas dapat disimpulkan bahwa

total jarak yang dilalui perusahaan dalam proses pendistribusian rokok

Sampoerna Mild yaitu sebesar 24,7 Km untuk wilayah kota Malang.

• Wilayah Kota Batu

Tabel 4.14 Matrik Data Jarak Tempuh Agen Wilayah Kota Batu (Km)

Dari / Ke A B C D E F G H

A 27,5 27,6 28,5 30,4 30,7 31,4 40

B 27,5 1,2 1,4 3,4 1,3 3,3 4,3

C 27,6 1,2 1,0 2,6 2,0 4,4 3,5

D 28,5 1,4 1,0 1,9 2,5 4,8 2,9

E 30,4 3,4 2,6 1,9 3,9 6,0 1,9

F 30,7 1,3 2,0 2,5 3,9 2,4 5,3

G 31,4 3,3 4,4 4,8 6,0 2,4 7,7

Gambar

Gambar 2.1 Foto dari permainan Icosion Hamilton
Gambar 2.3 Graph Berarah dan Berbobot
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Nearest Neighbour
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Jalur Yang Dilalui
+7

Referensi

Dokumen terkait