38
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan
Pada awalnya untuk merencanakan serta membuat pesawat terbang di Indonesia, baru terwujud setelah proklamasi kemerdekaan yang ditujukan untuk kelencaran pertahanan dan keamanan.
Dengan dipelopori oleh pemuda-pemuda seperti Wiweko Supomo (mantan Direktur Utama Garuda) dan Nurtaino Pringgo Adisuryo pada tahun 1946 di Magetan, dibuatlah sebuah bengkel kecil yang dikenal dengan nama Seksi Percobaan yang berada dibawah pengawasan Komando Depot Perawatan Mayor Udara Nurtaino. Berkat pimpinan mayor Nurtaino, mereka mampu merancang pesawat terbang yang pertama dengan nama “SIKUMBANG”.
Sejalan dengan pertumbuhan dan kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia maka makin tumbuh pula kesadaran akan pentingnya penerbangan baik dalam masa damai maupun dalam masa perang. Untuk itu pada tanggal 16 Desember 1961 dibentuk LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang) yang ditugaskan untuk mempersiapkan pembangunan Unit Industri Penerbangan yaitu membuat Pesawat Terbang dan menyediakan Suku Cadang.
Dengan gugurnya Komandan Udara Nurtaino Pringgo Adisuryo pada tanggal 21 Maret 1966 karena kecalakaan pesawat terbang yang terjadi ditengah kota Bnadung, maka untuk menghormati dan mengabadikan jasa-jasanya LAPIP dirubah menjadi LIPINUR (Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtaino).
39
Pada masa kegiatan LIPINUR hanya memiliki kurang lebih dari 500 personil, kemudian berdasarkan akta notaries nomor 15 tanggal 28 April 1976 di Jakarta didirikan sebuah perseroan yaitu PT.IPTN.
Maka secara resmi PT. IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) berdiri tanggal 23 Agustus 1976 dengan Direktur Utama Prof. Dr. Ing. Bj. Habibie dengan surat keputusan Presiden nomor 15 tanggal 17 April 1986.
Kehadiran PT. IPTN dalam peraturan Industri Kawasan Prodiksi II, III,dan IV. Pengembangan personil dimulai hanya 500 karyawan pada tahun 1976 dan 900 karyawan pada tahun 1983 dan akhir tahun 1990 sampai sekarang sudah mencapai kurang lebih 15.000 karyawan dengan kualifikasi tertentu. Hal ini penting artinya dalam hubungan terbuka secara luas lapangan kerja teknologi tinggi sekaligus peningkatan kemampuan sumber daya manusia Indonesia.
Menginjak usia sepuluh tahun diselenggarakan Indonesia Air Show (IAS) 1986 yang menaruh perhatian masyarakat luas baik Nasional maupun Internasional. Tahun 1987 kerjasama produksi dengan General Dynamic untuk pembuatan komponen pesawat tempur F-16 di realisasikan. Sementara itu sub-kontrak pembuatan komponen Pesawat Terbang Boeing 767 dan 737 dengan lanjut yang lebih maju dan modern.
Kini memasuki dasa warsa yang kedua PT. IPTN tidak hanya mempertahankan dan meningkatkan penguasaaan teknologi, tetapi juga mulai mengarah kepada upaya bisnis industri pesawat terbang yang sesungguhnya. Hal ini dibuktikan dengan dikembangkanya suatu produk baru pesawat N-250 yang sepenuhnya hasil rancanagn bangsa Indonesia.
Adapun jenis pesawat terbang tersebut adalah: “NC-212, NC-235, NEO-105, NSA-330 (PUMA), NAS-332 (SUPER PUMA), NBK-117, NBELL-412”. Dalam rangka meningkatkan peluang-peluang alih teknologi dan bisnis PT. IPTN bersama dengan New Media Development Organization Japan mendirikan patung Nusantara System Internasional (NSI) yang bergerak dalam bidang perangkat lunak komputer, perusahaan yang didirikan pada tahun 1988 tersebut telah beroperasi.
Untuk lebih memperluas pemasaran bagi produk-produknya khususnya diwilayah Amerika sejak tahun 1992 yang lalu, PT. IPTN memiliki Branch Office yang berkedudukan di Seatle America. PT. IPTN pada dasawarsa pertama dalam
40
mewujudkan kemampuan teknologi pembuatan pesawat terbang sekaligus sebagai dasar langkah lanjut yang lebih maju.
Selama 24 tahun PT.IPTN telah berkembang dengan pesat, untuk itu guna memperluas bidang usahanya diberbagai jenis bidang maka PT.IPTN dirubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000 oleh Presiden Abdulrrahman Wahid. Dengan nama yang baru PT. Dirgantara Indonesia tidak dikhususkan hanya dalam pembuatan pesawat terbang saja tetapi usaha-usaha lain, seperti:
Sparepart. Jasa Perawatan. Technical Publication. Shop (Repair).
Training.
Dan pada tahun ini PT. Dirgantar Indonesia tidak hanya khusus memproduksi pesawat terbang tetapi berbagai produk contohnya, sistem persenjataan untuk mendukung pesawat yang ada di Devisi Sistem Persenjataan (Div. Sista) dan disamping itu juga telah membangun klinik dan hotel.
Aspek kegiatan pada PT. Dirgantara Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sparepart.
Yaitu seperti penjualan suku cadang pesawat terbang yang telah dibuat oleh PT. Dirgantara Indonesia.
2. Jasa Perawatan.
Yaitu jasa perawatan yang dilakukan oleh PT. Dirgantara Indonesia, misalnya: melakukan perawatan pesawat terbang kepada Negara-Negara lain yang membeli pesawat kepada PT. Dirgantara Indonesia.
3. Shop (Repair).
Yaitu apabila ada pesawat terbang yang rusak baik dalam negeri ataupun dari luar negeri dan memerlukan perbaikan maka PT. Dirgantara Indonesia yang akan memperbaikinya.
41
4.1.2 Hasil Produksi PT.Dirgantara Indonesia
Berikut adalah daftar produk yang dihasilkan oleh PT. Dirgantara Indonesia, yaitu: 1. Pesawat NC-212. 2. Pesawat CN-235. 3. Pesawat N-250. 4. Helicopter NBO 105. 5. Helicopter NBEL 412. 6. Helicopter PUMA.
Gambar 4-1 Produk Helicopter PT. Dirgantara Indonesia 4.1.3 Lokasi PT. Dirgantara Indonesia
Pada kegiatan ini dilakukan pada bagian Divisi Eurocopter tepatnya di Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia yang beralamatkan di Jl. Padjadjaran No. 154 Bandung 410174. Telepon : 022-6040606, 6031717. Fax : 022- 6033912. Website dan Email : www.Indonesia-aerospace.com dan [email protected]
4.1.4 Pemasaran Produk PT. Dirgantara Indonesia
Hasil produk PT.Dirgantara Indonesia diantaranya sebagai berikut : 1. Dalam Negeri: Merpati, Garuda, TNI AU.
2. Negara-Negara ASEAN. 3. Timut Tengah dan Asia Barat.
42 4. Asia Timur dan Asia Selatan.
5. Amerika Utara. 6. Afrika.
7. Korea.
4.1.5 Struktur Organisasi dan Manajemen PT Dirgantara Indonesia
Visi dan Misi PT Dirgantara Indonesia Visi PT Dirgantara Indonesia
Menjadi perusahaan kelas dunia dalam bidang industeri Dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global, dengan mengandalkan keunggulan biaya.
Misi PT Dirgantara Indonesia
1. Menjalankan usaha dan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil ,dan dapat menghasilkan produk serta jasa yang memiliki keunggulan biaya.
2. Sebagai pusat keunggulan di bidang industeri kedirgantaraan, terutama dalam rekayasa, rancang bangun , manukfatur, produksi dan pemeliharaan untuk aplikasi diluar industri global yang berkompeten untuk bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainya.
3. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainya.
Organisasi pada PT Dirgantara Indonesia Direktorat Aerostructure menggunakan struktur Devisi yaitu dimana setiap menager bertanggungjawab atas hampir semua fungsi yang dilakukan dalam membuat dan mendistribusikan kelompok atau lini produk masing-masing divisi.
Direktorat Aerostructure terdiri dari 3 Departemen dan 4 Divisi, yaitu: Departemen:
1. Departemen Quality Control Jaminan Mutu, Kode Departemen AI0100. 2. Departemen Urusan umum dan Akuntansi, Kode Departemen AI0200. 3. Depertemen rekayasa, kode departemen AI0300.
43 Devisi :
1. Devisi Asisten Direktur Bidang Produk Militer, Kode Devisi MI0000. 2. Devisi Sales and Marketing Aerostructure, Kode Devisi BI0000. 3. Devisi Operation Aircraft Integration, Kode Devisi OI0000. 4. Devisi Logostic and Costomer Support, Kode Devisi CI0000.
Struktur organisasi PT. Dirgantara Indonesia ini merupakan struktur organisasi fungsional dimana pembagian-pembagian devisi berdasarkan pad fungsi dari masing-masing devisi yang ada pada perusahaan.
Adapun tugas dan wewenangnya adalah sebagai berikut: 1. Departemen Quality Control / Jaminan Mutu.
a. Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan pengawasan terhadap sistem prosedur pengendalian mutu mulai dari bahan baku sampai menjadi barang jadi.
b. Bertanggungjawab terhadap pengecekan dan pengawasan kualitas bahan baku yang akan dipakai, dan hasil produksi yang dihasilkan (barang jadi).
44
c. Bertanggungjawab atas kualitas bahan baku dan produk jadi yang dihasilkan. 2. Departemen Urusan Umum dan Akuntansi.
a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan pengolahasn dana, yang meliputi penerimaan, penggunaan, pertanggungjawaban administrasi, pengendalian dan pengawasan.
b. Menyusun program kerja jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi penerimaan dan penanggungan dana serta pertanggungjawaban administrasi yang sesuai dengan neraca kerja perusahaan.
c. Menyusun dan menyimpan laporan keuangan yang meliputi neraca, laba-rugi, cash flow, dan laporan-laporan keuangan lainnya.
3. Departemen Rekayasa a. Lisensi Aircraft.
b. Membuat dan bertanggungjawab dalam pembuatan bagian-bagian pesawat yang terdiri atas badan pesawat, pintu pesawat, dan sayap pesawat.
4. Devisi Asisten Direktur Bidang Produk Milter.
a. Mengatur dan menetapkan produk miter yang akan dipakai. b. Mengatur dan menetapkan jenis produk militer yang dipakai. 5. Divisi Sales and Marketing Aerostructure.
a. Mengatur dan menetapkan strategi pemasaran yang baik untuk memasarkan produksinya baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
b. Mempelajari keadaan pasar dalam rangka melaksanakan produksinya.
c. Menyusun dan mempertahankan kontrak dengan Costumer dan membuat special produk sesuai permintaan.
d. Mengusahakan untuk meningkatkan penjualan yang ada serta menjalankan kebijaksanaan dalam penjualan.
6. Devisi Operation Aerostructure
a. Membuat dan merancang bangun pesawat terbang. b. Melaksanakan rancangan yang telah dibuat. 7. Devisi Logistic and Costumer Support
a. Menetapkan kebijakan pelaksanaan pengolahan perrsedian yang meliputi pembelian, penerimaan, pengeluaran, pertangungjawaban administraasi, pengendalian serta pengawasan persediaan.
45
b. Menetapkan metode untuk penanganan, keamanan penyimpanan, mencegah kerusakan persedian bahan baku dan menjamin kesesuaian kulaitas bahan baku yang diterima supplier.
c. Bertanggungjawab atas technical support, technical publication, and costumer training.
4.1.6 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu dari lima elemen penting dalam berdirinya perusahaan (Man, Material, Machine, Methode, Money). Tenaga kerja adalah elemen penting dari perusahaan untuk menjaga, mengontrol dan meningkatkan proses produksi yang sedang dan akan dijalankan oleh perusahaan. PT Dirgantara Indonesia. memiliki jumlah tenaga kerja sekitar ±10.000 orang. Sebagian besar jumlah tenaga kerja didominasi oleh tim member bagian produksi.
Jam Kerja
Jam kerja yang diberlakukan di dalam PT Dirgantara Indonesia. disesuaikan dengan jam kerja yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transporasi (Depnakertrans). PT Dirgantara Indonesia. memberlakukan jam kerja operasional sebagai berikut :
Tabel 4-1 Waktu Jam Kerja
4.1.7 Penentuan Objek Penelitian
PT Dirgantara Indonesia. memproduksi beberapa item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu banyaknya item produk yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. maka, Penulis mengamati item produk Tail Boom Eurocopter. Diharapkan dengan memilih item produk Tail Boom Eurocopter, dapat membantu PT Dirgantara Indonesia. dalam mengidentifikasi kemungkinan penggunaan tipe lot size selain dari yang saat ini dipergunakan oleh Seksi Production and Planning Control (Seksi PPC) di PT Dirgantara Indonesia.
Hari Jam Kerja Jam Istirahat Senin-Kamis 08.00-17.00 WIB 12.00-13.00 WIB Jum'at 08.00-17.00 WIB 11.00-13.00 WIB
46
4.1.8 Data Permintaan Tail Boom Eurocopter
Untuk melakukan penelitian ini Penulis membutuhkan data terkait dengan jumlah permintaan Tail Boom Eurocopter. Data permintaan ini akan dibutuhkan Penulis untuk mengolah data peramalan. Data hasil peramalan ini selanjutnya akan dipakai untuk menerapkan metode persediaan Fixed Period Requirement (FPR), Lot For Lot (LFL), Fixed Order Quantity (FOQ), Least Total Cost (LTC), Fixed Period Requirement (FPR). Kelima metode ini merupakan bagian dari analisa penerapan Material Requirement Planning (MRP I) di PT Dirgantara Indonesia. Berikut data permintaan Tail Boom Eurocopter dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012.
Tabel 4-2 Data Permintaan Tail Boom Eurocopter Periode 2002-2012
4.1.9 Lead Time Tail Boom Eurocopter dan Komponen Penyusunnya
Di dalam pembuatan Master Production Schedule (MPS), terdapat kolom – kolom penting yang harus diisi. Pengisian kolom ini membutuhkan keterangan pelengkap berupa Lead time produk utama dan komponen penyusunnya. Berikut rangkuman data mengenai lead time dan komponen penyusunnya.
Periode Permintaan (unit)
2002 1 2003 1 2004 3 2005 2 2006 3 2007 1 2008 3 2009 1 2010 2 2011 2 2012 3
47
Tabel 4-3 Lead Time Tail Boom Eurocopter dan Komponen Penyusunnya
No Level Komponen Kuantitas (unit) Measure Lead Time
1 0 TAIL BOOM 1 Pcs 1 Tahun
2 1 CONE-PYLONE-JUNCTION 1 Pcs 2 Tahun 3 1 KEEL-PRESENTATION 1 Pcs 2 Tahun 4 1 PYLON-ASSY 1 Pcs 2 Tahun 5 1 TAIL-BOOM-EQUIPMENT 1 Pcs 2 Tahun 6 1 TAIL-CONE-ASSY 1 Pcs 2 Tahun 7 2 CONE-PYLONE-JUNCTION-NET 1 Pcs 2 Tahun 8 2 KEEL-PRESENTATION-NT 1 Pcs 1 Tahun 9 2 PYLON-ASSY-NET 1 Pcs 1 Tahun 10 2 TAIL-BOOM-EQUIPMENT-NET 1 Pcs 1 Tahun 11 2 TAIL-CONE-ASSY-NET 1 Pcs 2 Tahun
12 3 CONE PYLON JUNCTION 4 Pcs 1 Tahun
13 3 STRUCTURE ASSY , KEEL 3 Pcs 2 Tahun
14 3 KEEL PRESENTATION 2 Pcs 2 Tahun
15 3 SUPPORT ASSY , BEARING 8 Pcs 1 Tahun
16 3 BASE ASSY ( BEARING N.5) 10 Pcs 2 Tahun
17 3 BASE ASSY (BEARING N.6) 10 Pcs 2 Tahun
18 3 TAIL BOOM EQUIPMENT 2 Pcs 2 Tahun
19 3 TAIL CONE ASSY 2 Pcs 2 Tahun
20 3 FRAME ASSY AT X12619 4 Pcs 1 Tahun
21 3 FRAME ASSY , OBLIQUE 4 Pcs 2 Tahun
22 3 FRAME ASSY AT X10178 4 Pcs 2 Tahun
23 3 DECK ASSY , TRANS , MK II 2 Pcs 1 Tahun
24 3 SKIN ASSY , LOWER 4 Pcs 1 Tahun
25 3 SKIN ASSY, SIDE , RH 2 Pcs 1 Tahun
26 3 SKIN ASSY SIDE LH 2 Pcs 1 Tahun
27 3 FRAME ASSY AT 9900 4 Pcs 2 Tahun
28 3 PYLON ASSY, MK II 2 Pcs 1 Tahun
29 3 SPAR ASSY 4 Pcs 1 Tahun
30 3 TAIL ASSY, RIB 2 Pcs 1 Tahun
31 3 SKIN ASSY, LH, FIN 2 Pcs 2 Tahun
32 3 SKIN ASSY , RH , FIN 2 Pcs 2 Tahun
4.1.10 Biaya Material, Pesan dan Simpan Tail Boom Eurocopter dan Komponen Penyusunnya
Untuk detail data mengenai besar biaya material, pesan, dan simpan, tidak diberikan secara pasti. Penulis membuat asumsi atas rincian biaya yang diperlukan.
48
Asumsi ini diperiksa dan mendapat persetujuan dari pembimbing PT Dirgantara Indonesia.
Tabel 4-4 Struktur Biaya Bahan Baku Tail Boom Eurocopter
No Komponen Cost
Unit Simpan** Pesan*
1 TAIL BOOM $ 666.667 $ 8.333 $ 116.667 2 CONE-PYLONE-JUNCTION $ 150.000 $ 1.875 $ 26.250 3 KEEL-PRESENTATION $ 58.333 $ 729 $ 10.208 4 PYLON-ASSY $ 83.333 $ 1.042 $ 14.583 5 TAIL-BOOM-EQUIPMENT $ 166.667 $ 2.083 $ 29.167 6 TAIL-CONE-ASSY $ 208.333 $ 2.604 $ 36.458 7 CONE-PYLONE-JUNCTION-NET $ 150.000 $ 1.875 $ 26.250 8 KEEL-PRESENTATION-NT $ 58.333 $ 729 $ 10.208 9 PYLON-ASSY-NET $ 83.333 $ 1.042 $ 14.583 10 TAIL-BOOM-EQUIPMENT-NET $ 208.333 $ 2.604 $ 36.458 11 TAIL-CONE-ASSY-NET $ 166.667 $ 2.083 $ 29.167 12 CONE/PYLON JUNCTION $ 150.000 $ 1.875 $ 26.250 13 STRUCTURE ASSY , KEEL $ 41.667 $ 521 $ 7.292 14 KEEL PRESENTATION $ 16.667 $ 208 $ 2.917 15 SUPPORT ASSY , BEARING $ 25.000 $ 313 $ 4.375 16 BASE ASSY ( BEARING N.5) $ 8.333 $ 104 $ 1.458 17 BASE ASSY (BEARING N.6) $ 8.333 $ 104 $ 1.458 18 TAIL BOOM EQUIPMENT $ 125.000 $ 1.563 $ 21.875 19 TAIL CONE ASSY $ 62.500 $ 781 $ 10.938 20 FRAME ASSY AT X12619 $ 16.667 $ 208 $ 2.917 21 FRAME ASSY , OBLIQUE $ 16.667 $ 208 $ 2.917 22 FRAME ASSY AT X10178 $ 16.667 $ 208 $ 2.917 23 DECK ASSY , TRANS , MK II $ 16.667 $ 208 $ 2.917 24 SKIN ASSY , LOWER $ 20.833 $ 260 $ 3.646 25 SKIN ASSY, SIDE , RH $ 20.833 $ 260 $ 3.646 26 SKIN ASSY SIDE LH $ 20.833 $ 260 $ 3.646 27 FRAME ASSY AT 9900 $ 16.667 $ 208 $ 2.917 28 PYLON ASSY, MK/MK2+ $ 16.667 $ 208 $ 2.917 29 SPAR ASSY $ 20.833 $ 260 $ 3.646 30 TAIL ASSY, RIB $ 20.833 $ 260 $ 3.646 31 SKIN ASSY, LH, FIN $ 12.500 $ 156 $ 2.188 32 SKIN ASSY , RH , FIN $ 12.500 $ 156 $ 2.188
49 CATATAN:
*) Biaya Pemesanan atau Setup = Harga x 17,5%
Angka 17,5% adalah persentase dari harga per sekali pesan (Sumber: Wawancara dengan Manager Pembelian)
**) Biaya Simpan per Bulan = (Harga x 15%) / 12 bulan
Angka 15% adalah resiko penyimpanan per tahun per harga satuan material, dengan estimasi sebagai berikut:
Biaya penurunan barang/bongkar muat : 0,04% Biaya penyusutan dan rusak barang digudang : 0,35% Biaya pemeliharaan barang : 0,11% Biaya modal tertanam dalam perusahaan : 14,5% +
Jumlah : 15%
4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Peramalan
Data permintaan Tail Boom Eurocopter selama rentang tahun 2002 sampai dengan 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4-5 Permintaan Tail Boom Eurocopter (Periode 2002 - 2012)
Periode Permintaan (unit)
2002 1 2003 1 2004 3 2005 2 2006 3 2007 1 2008 3 2009 1 2010 2 2011 2 2012 3
50
Data permintaan tersebut akan dipergunakan oleh Penulis untuk meramalkan jumlah permintaan Tail Boom Eurocopter untuk kurun waktu empat tahun kedepan. Dari data tersebut di atas, Penulis merefleksikannya dalam bentuk grafik. Hal in dilakukan untuk mempermudah Penulis dalam melihat pola data permintaan Tail Boom Eurocopter.
Grafik 4.1 Permintaan Tail Boom Eurocopter Periode 2002 - 2012
Secara garis besar grafik diatas menunjukan terjadinya Kenaikan dan penurunan permintaan. Walau tidak memperlihatkan terjadinya penurunan atau peningkatan secara konstan di waktu – waktu tertentu, namun data permintaan tetap berfluktuasi seperti pola musiman dan siklikal. Dapat diperhatikan pula bahwa grafik diatas menunjukan pola kecenderungan menurun terhitung pada tahun 2005, 2007 dan tahun 2009. Berdasarkan grafik diatas Penulis menyimpulkan bahwa metode peramalan yang akan dipakai adalah peramalan dengan metode Single exponential Smooting (SES), Moving Average Kuadratik (MA), Weighted Moving Average (WMA) yang sesuai pola musiman dan siklikal. 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Unit (Satu an ) Periode (Tahun) Permintaan (unit)
51
1. Membuka aplikasi perangkat lunak WINQSB – Modul Forecasting.
Gambar 4-2 Tampilan Awal Perangkat Lunsk WinQSB – Modul Forecasting
2. Membuat file Forecasting baru
Gambar 4-3 WinQSB Forecast - Susun FILE forcasting problem Baru
Setelah membuat file Forecasting baru, selanjutnya mengisi profil permasalahan seperti di bawah ini :
Gambar 4-4 WinQSB Forecast - Tampilan Forecasting Problem Specification Tail
Boom Eurocopter
Pada tampilan di atas kolom pertama problem title penulis mengisi permasalahan forecasting Tail Boom Eurocopter, dan kolom ke dua diisi dengan month untuk menentukan hasil dari time unit, sedangkan untuk periodenya penulis 11 periode
52
yang didapatkan dari permintaan Tail Boom Eurocopter selama 11 tahun kebelakang. Klik OK.
Selanjutnya akan muncul tabel untuk memasukan data permintaan masa lalu. Berikut merupakan tampilan yang telah diisi oleh dengan data permintaan selama delapan bulan ke belakang.
Gambar 4-5 WinQSB Forecast - Pengisian data histori permintaan Tail Boom
Eurocopter
Tampilan tersebut terdiri dari dua kolom dan memiliki sebelas baris. Kolom pertama adalah kolom Years. Kolom ini adalah hasil dari Time Unit yang sebelumnya telah ditentukan oleh Penulis. Kolom kedua adalah Historical Data yang diisi berdasarkan jumlah permintaan atas Tail Boom Eurocopter, selama sebelas tahun ke belakang.
1. Klik Solve and Analyze – Perform Forcasting
Gambar 4-6 WinQSB Forecast - Solve and Analyze – Perform Forecasting di WinQSB
Modul – Forecasting (periode 2002 – 2012)
Variasi metode peramalan yang dapat dipergunakan di dalam WinQSB – Modul Forecasting
53
Gambar 4-7 WinQSB Forecast - Forecasting Setup
Selanjutnya untuk perhitungan ramalan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak WinQSB akan dijelaskan masing – masing di subbab-subbab bawah ini.
4.2.1.1 Single Eksponensial Smoothing (SES)
Metode smoothing adalah metode peramalan dengan mengadakan penghalusan terhadap data pada masa lalu, yaitu dengan mengambil rata-rata dari nilai beberapa tahun untuk menaksir nilai pada beberapa tahun ke depan.
Rumus ramalan penghalusan eksponensial sederhana:
( ) = ramalan untuk periode berikutnya α = bobot konstanta penghalus
= permintaan aktual (periode sekarang)
= ramalan yang telah ditentukan sebelumnya (periode sekarang)
Setelah memasukan permintaan Tail Boom Eurocopter selama sebelas tahun ke belakang, lakukan pemecahan masalah dan analisa dengan memilih button Solve and Analyze. Kemudian akan keluar tampilan Forecasting Setup. Di Forecasting Setup terdapat berbagai macam metode peramalan yang bisa diaplikasikan.
54
Metode pertama yang dipilih adalah, SES (Single exponential Smooting)
Gambar 4-8 WinQSB Forecast - Metode Pertama : SES (Single exponential Smooting)
– Search The Best Di Forecasting Setup terdapat bagian “Smoothing constant alpha”.
Di Forecasting Setup terdapat bagian “Smoothing constant alpha”. Nilai α berkisar antara 0,01 sampai dengan 0.99. Salah satu keuntungan dalam mengaplikasikan perangkat lunak WinQSB adalah bahwa untuk metode Single Eksponensial Smoothing user dapat meminta program untuk langsung menentukan nilai α yang memberikan hasil peramalan terbaik. Setelah selesai menentukan metode peramalan permintaan, klik OK. Kemudian akan muncul hasil peramalan seperti di bawah ini.
Gambar 4-9 WinQSB Forecast - Hasil Peramalan dengan SES (Single exponential
55
Grafik 4.2 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan SEST
α =0,06
Untuk kembali ke data awal dan melakukan peramalan lagi, klik icon seperti di bawah ini.
Gambar 4-10 WinQSB Forecast - Icon Return to Data 4.2.1.2 Moving Average (MA)
Rumus metode Moving Average (MA) adalah :
Dimana :
Aktual ft = Ramalan permintaan real untuk periode t Ft = Permintaan aktual pada periode t
56
M = Jumlah periode yang dipergunakan sebagai dasar peramalan (nilai minimal m adalah 2)
Setelah memasukan permintaan Tail Boom Eurocopter selama sebelas tahun ke belakang, prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti metode peramalan dengan Moving Average (MA). Akan keluar tampilan Forecasting Setup, dan pada kolom rata-rata periode penulis mengisi dengan rata-rata periode 2 tahun.
Moving average (MA) 2 Tahun
Gambar 4-11 WinQSB Forecast - Forecasting Setup MA 2 Tahun
Gambar 4-12 WinQSB Forecast - Hasil Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan MA
57
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel diatas dapat diketahui secara langsung dengan peramalan permintaan untuk sebelas periode mendatang, nilai MAD (Mean Absolute Deviation), MSE (Mean Square Error) dan MAPE (Mean Absolute Persentage Error).
Grafik 4.3 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan MA-2 tahun Penulis juga menerapkan metode Moving Average dengan kriteria perataan tahun yang berbeda. Penulis menggunakan Moving Average 3-Tahun, dan Moving Average 4-Tahun. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan akurasi data peramalan dengan lebih akurat. Prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti pada rata-rata periode yang akan diterapkan.
Moving Average (MA) 3 Tahun
58
Gambar 4-14 WinQSB Forecast - Hasil Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan MA
– 3 tahun
Grafik 4.4 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan MA-3 tahun
59 Moving Average (MA) 4 Tahun
Gambar 4-15 WinQSB Forecast - Forecasting Setup MA 4 tahun
Gambar 4-16 WinQSB Forecast - Hasil Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan MA
– 4 tahun
Grafik 4.5 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan MA-4 tahun
60
4.2.1.3 Weighted Moving Average (WMA)
Rumus metode Weight Moving Average (WMA) adalah :
Dimana :
Aktual ft = Ramalan permintaan real untuk periode t Ft = Permintaan aktual pada periode t
Ct = Bobot masing – masing data yang dipergunakan (Σct = 1 dan pemberian bobot diberikan melalui intuisi) M = Jumlah periode yang dipergunakan sebagai dasar
peramalan (nilai minimal m adalah 2)
Setelah memasukan permintaan Tail Boom Eurocopter selama sebelas tahun ke belakang, prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti metode peramalan dengan Weighted Moving Average. Pemilihan metode peramalan ini juga di dasari dengan melihat pola permintaan selama sebelas tahun ke belakang. Akan keluar tampilan Forecasting Setup, dan pada kolom rata-rata periode penulis mengisi dengan rata-rata periode 2 tahun.
Weighted Moving Average (WMA) 4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Gambar 4-17 WinQSB Forecast - Forecasting Setup WMA-4 Tahun dengan
pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Sebelum untuk mengetahui hasil peramalan WMA, terlebih dahulu penulis akan menentukan bobot untuk masing-masing periode, yaitu dengan cara klik pada form Enter Moving Average Weight seperti pada tampilan Forecasting Setup WMA diatas,
61
yang kemudian akan muncul pengaturan input bobot untuk masing-masing periode seperti di bawah ini :
Gambar 4-18 Input Bobot WMA-4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25
. W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Kemudian penulis menentukan bobot untuk data periode t-1, t-2, t-3 dan t-4, memberikan bobot 0,75 untuk data periode t-2 dan bobot sebesar 0,25 untuk data periode t-1. Kemudian setelah bobot masing-masing periode diisi, lalu klik OK, maka pengaturan forecasting akan kembali seperti pada Gambar 4.17. setelah itu klik OK.
Gambar 4-19 Hasil Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan WMA – 4 Tahun dengan
pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel diatas dapat diketahui secara langsung dengan peramalan permintaan untuk sebelas periode mendatang, nilai MAD (Mean Absolute Deviation), MSE (Mean Square Error) dan MAPE (Mean Absolute Persentage Error).
62
Grafik 4.6 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter
dengan MA-4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Penulis juga menerapkan metode Moving Average dengan kriteria perataan tahun yang sama dan menentukan besaran bobot yang berbeda.. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan akurasi data peramalan dengan lebih akurat. Prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti pada rata-rata periode yang akan diterapkan, dan menentukan bobot untuk masing-masing periode.
Weighted Moving Average (WMA) 4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,3 . W(2)=0,1 . W(3)=0,2 . W(4)=0,4
Gambar 4-20 WinQSB Forecast - Forecasting Setup WMA-4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
63
Gambar 4-21 Input Bobot WMA-4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25
. W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Gambar 4-22
Hasil Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan WMA – 4 Tahun
dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Grafik 4.7 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan WMA-4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,25 . W(2)=0,25 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
64
Weighted Moving Average (WMA) 4 Tahun dengan pembobotan W(1)=0,3 . W(2)=0,2 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Gambar 4-23 WinQSB Forecast - Forecasting Setup WMA 4 tahun dengan pembobotan W(1)=0,3 . W(2)=0,2 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Gambar 4-24 Input Bobot WMA 4 tahun dengan pembobotan W(1)=0,3 . W(2)=0,2 .
W(3)=0,3 . W(4)=0,2
Gambar 4-25 Hasil Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan WMA – 4 tahun dengan
65
Grafik 4.8 WinQSB Forecast-Peramalan Tail Boom Eurocopter dengan WMA-4 tahun dengan pembobotan W(1)=0,3 . W(2)=0,2 . W(3)=0,3 . W(4)=0,2
4.2.2 Pembuatan Bild Of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) adalah struktur yang dibuat berdasarkan level kebutuhan suatu bahan baku menurut kebutuhan level parentnya. Pembuatan BOM ini menggunakan aplikasi terdapat di dalam perangkat lunak WinQSB. Berikut merupakan Bill of Material (BOM) untuk item Tail Boom Eurocopter.
66
4.2.3 Perhitungan Lot size Material Requirement Planning (MRP) Membuka aplikasi perangkat lunak WINQSB – Modul Forecasting.
Gambar 4-26 Tampilan Awal Perangkat Lunsk WinQSB – Material Requirement
Planning 1. Membuat file Material Requirement Planning baru
Gambar 4-27 WinQSB Forecast - Susun FILE MRP Baru
Mengisi profil permasalahan
Untuk menspesifikasikan permasalahan MRP, kita ikuti prosedur sebagai berikut : o Tulis judul permasalahan
o Memasukkan jumlah produk dan part yang sesuai permasalahan
o Memasukkan satuan waktu pada tiap periode dalam hal ini dalam tahun o Memasukkan jumlah rencana periode
o Memasukkan jumlah rencana periode tiap tahun. Ini akan digunakan untuk menghitung lotsize dan inventori berhubungan dengan biaya.
o Masukkan jumlah maksimum dari komponen langsung untuk tiap komponen induknya (yaitu BOM atau rentang struktur produknya). Batas ini adalah berapa
67
banyak komponen yang dapat dimasukkan / digabungkan untuk masing-masing produk atau sub assembly.
Gambar 4-28 WinQSB Forecast - Tampilan MRP Problem Specification Tail Boom
Eurocopter
Untuk menyelesaikannya masih perlu kita memasukkan data-data input dari persoalan, maka kita pilih option view dan kita masukkan data-data BOM, MPS, dan inventori.
Gambar 4-29 WinQSB Forecast - Pengisian data histori Tail Boom Eurocopter
o ABC Class adalah tingkatan dari produk.
o Sourse code adalah definisi apakah material tersebut dibuat sendiri atau dibeli dari pemasok.
o Material type adalah jenis material aslinya yaitu apakah full, semifull, assembly atau componen.
68
o Unit meassure adalah ukuran satuan material.
o Lead time adalah waktu antara yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut.
o Lot Size adalah ukuran jumlah lot produk yang dapat diproduksi atau dipesan, dimana tergantung pada perusahaan produsen.
o Lot Size Multiple hanya berlaku jika lot sizenya adalah FOQ maka tulis Q didalamnya.
o Scrap adalah produk sisa yang merupakan nilai allowance atau toleransi jumlah produk yang dibuat.
o Annual demand adalah permintaan tahunan. o Unit Cost adalah biaya tiap unit.
o Holding Annual Cost adalah biaya-biaya tahunan yang harus dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan proses produksi produk tersebut.
o Shortage annual cost adalah biaya penyusutan/ kerugian/tekor tiap tahun yang harus dikeluarkan.
o Item deskription adalah gambaran mengenai spesifikasi produk tersebut. Menyusun BOM sesuai alur cerita di View – BOM.
Gambar 4-30 Tabel BOM Tail Boom Eurocopter
Setelah memasukan alur komponen pada BOM setup pada komponen produk Tail Boom Eurocopter, klik pada tanda lingkar pada gambar di bawah ini untuk mengetahui struktur produk Tail Boom.
69
Gambar 4-31 Icon Product Structure Selection
Berikutnya akan muncul gambar tampilan seperti di bawah ini
Gambar 4-32 Spesifikasi Product Structure Selection yang Ingin Ditampilkan
Gambar di atas adalah gambar seleksi struktur produk Tail Boom Eurocopter, yang di mana penulis memilih Multi-level sehingga pada struktur produk yang tampil akan muncul semua level Tail Boom Eurocopter, yang pada sebelumnya penulis menentukan satu item pada komponen Tail Boom, seperti pada tampilan gambar di atas dan penulis memberi tanda untuk keterangan lead time dan usage yang di mana akan muncul keterangan-keterangan tersebut pada setiap struktur komponen. Setelah itu klik OK.
70
Gambar 4-33 Bill Of Material (BOM) Tail Boom Eurocopter
Mengisi keterangan yang pada View – Master Production Schedule (MPS)
Gambar 4-34 Master Production Schedule (MPS) Tail Boom Eurocopter
Pada gambar di atas penulis mengisi Master Production Schedule (MPS) Tail Boom Eurocopter, berdasarkan hasil terbaik dari perhitungan peramalan yang dilakukan pada tahap sebelumnya.
4.2.3.1 Perhitungan lot size tipe Lot For Lot (LFL)
Teknik Lot for Lot (LFL) merupakan teknik pengukuran lot yang paling sering diaplikasikan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan proses perhitungannya sederhana dan dianggap dapat meminimumkan biaya persediaan yang akan dikeluarkan. Dasar penggunaan teknik lot size Lot for Lot adalah karena tipe lot ini hanya memenuhi memproduksi sesuai dengan jumlah permintaan yang telah direncanakan dalam kurun
71
periode tertentu. Kondisi tersebut tentu tidak akan menghasilkan sisa komponen atau material, yang pada akhirnya akan memboroskan biaya inventory perusahaan.
Mengisi keterangan yang pada View - Item Master
Gambar 4-35 WinQSB Forecast - Perform Forecasting di WinQSB Modul – MRP Tail
Boom Eurocopter
Setelah penulis memasukan data history komponen pada MRP setup pada komponen produk Tail Boom Eurocopter, klik pada tanda lingkar pada Item Master untuk mengetahui perhitungan MRP lot size LFL.
Gambar 4-36 Hasil Perhitungan MRP – LFL pada Level 0 Tail Boom Eurocopter
Berdasarkan pada tabel di atas merupakan contoh hasil perhitungan MRP pada level nol yakni independent product dari item Tail Boom Eurocopter. Untuk perhitungan level selengkapnya dapat dilihat di bagian lampiran I.
Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Lot For Lot (LFL) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus
72
dikeluarkan untuk membiayai setup, penyimpanan serta pengiriman, dan biaya unit cost pada Tail Boom Eurocopter beserta komponennya dengan metode LFL.
Gambar 4-37 Biaya Material Requirement Planning Lor For Lot (LFL) 4.2.3.2 Perhitungan lot size tipe Fixed Order Quantity (FOQ)
Di dalam metode FOQ ukuran lot ditentukan secara subjektif menurut intuisi pengguna atau asumsi yang telah ditentukan. Tidak ada teknik pasti yang dikemukakan dalam penentuan ukuran lot yang akan dipakai. Kapasitas produksi selama lead time produksi dalam hal ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya lot. Sekali ukuran lot telah ditetapkan maka lot ini akan digunakan untuk seluruh periode selanjutnya dalam perencanaan.
Berikut dibawah ini adalah pengisian variabel item master perencanaan bahan baku Tail Boom Eurocopter dengan metode lot sizing Fixed Order Quantity (FOQ), dengan komponen penyusunnya dengan lot size multiplier sebesar 2. prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti metode lot size dengan FOQ.
73
Gambar 4-38 WinQSB Forecast - Perform MRP di WinQSB Modul – MRP Tail Boom
Eurocopter
Setelah penulis memasukan data history komponen pada MRP setup pada komponen produk Tail Boom Eurocopter, dapat diketahui secara langsung perhitungan MRP lot size FOQ, dengan prosedur yang sama pada metode lot size sebelumnya.
Gambar 4-39 Hasil Perhitungan MRP – FOQ pada Level 0 Tail Boom Eurocopter
Berdasarkan pada tabel diatas, merupakan contoh hasil perhitungan MRP metode lot size FOQ pada level nol yakni independent product dari Tail Boom Eurocopter. Untuk perhitungan level selengkapnya dapat dilihat di bagian lampiran II.
Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Fixed Order Quantity (FOQ) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai setup, penyimpanan serta pengiriman, dan biaya unit cost pada Tail Boom Eurocopter beserta komponennya dengan metode FOQ.
74
Gambar 4-40 Biaya Material Requirement Planning Fixed Order Quantity (FOQ)
4.2.3.3 Perhitungan lot size tipe Algoritma Wagner Whiting (AWW)
Teknik ini menggunakan prosedur optimasi yang didasari model program dinamis. Tujuannya adalah untuk mendapatkan strategi pemesanan yang optimum untuk seluruh jadwal kebutuhan bersih dengan jalan meminimalkan total ongkos pengadaan dan ongkos simpan. Pada dasarnya, teknik ini menguji semua cara pemesanan yang mungkin dalam memenuhi kebutuhan bersih setiap periode yang ada pada horizon perencanaan sehingga senantiasa memberikan jawaban optimal.
Berikut dibawah ini adalah pengisian variabel item master perencanaan bahan baku Tail Boom Eurocopter dengan metode lot sizing Algoritma Wagner Whiting (AWW). prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti metode lot size dengan AWW.
75
Gambar 4.41 WinQSB Forecast - Perform MRP di WinQSB Modul – MRP Tail Boom
Eurocopter
Setelah memasukan data history komponen pada MRP setup pada komponen produk Tail Boom Eurocopter, dapat diketahui perhitungan MRP lot size AWW, dengan prosedur yang sama pada metode lot size sebelumnya.
Gambar 4.42 Hasil Perhitungan MRP – AWW pada Level 0 Tail Boom Eurocopter
Berdasarkan pada tabel diatas, merupakan contoh hasil perhitungan MRP metode lot size AWW pada level nol yakni independent product dari Tail Boom Eurocopter. Untuk perhitungan level selengkapnya dapat dilihat di bagian lampiran III.
Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Algoritma Wagner Whiting (AWW) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai setup, penyimpanan serta pengiriman, dan biaya unit cost pada Tail Boom Eurocopter beserta komponennya dengan metode AWW.
76
Gambar 4.43 Biaya Material Requirement Planning Algoritma Wagner Whiting
(AWW)
4.2.3.4 Perhitungan lot size tipeLeast Total Cost (LTC)
Teknik ini didasarkan pada pemikiran bahwa jumlah ongkos pengadaan dan ongkos simpan (ongkos total) setiap ukuran pemesanan (lot size) yang ada pada suatu horizon perencanaan dapat diminimalkan jika besar ongkos-ongkos tersebut sama atau hampir sama. Sarana untuk mencapai tujuan tersebut adalah suatu faktor yang disebut Economic Part Period (EPP). Pemilihan ukuran lot ditentukan dengan jalan membandingkan ongkos part period yang ditimbulkan oleh setiap ukuran lot yang akan dilaksanakan. Part period adalah suatu unit yang disimpan dalam persediaan selama satu periode. EPP dapat didefinisikan sebagai kuantitas suatu item persediaan yang bila disimpan dalam persediaan selama satu periode akan menghasilkan ongkos pengadaan yang sama dengan ongkos simpan. EPP dihitung secara sederhana dengan membagi ongkos pengadaan dengan ongkos simpan per unit per periode.
Berikut dibawah ini adalah pengisian variabel item master perencanaan bahan baku Tail Boom Eurocopter dengan metode lot sizing Least Total Cost (LTC). prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti metode lot size dengan LTC.
77
Gambar 4.44 WinQSB Forecast - Perform MRP di WinQSB Modul – MRP Tail Boom
Eurocopter
Setelah memasukan data history komponen pada MRP setup pada komponen produk Tail Boom Eurocopter, dapat diketahui perhitungan MRP lot size LTC, dengan prosedur yang sama pada metode lot size sebelumnya.
Gambar 4.45 Hasil Perhitungan MRP – LTC pada Level 0 Tail Boom Eurocopter
Berdasarkan pada tabel diatas, merupakan contoh hasil perhitungan MRP metode lot size LTC pada level nol yakni independent product dari Tail Boom Eurocopter. Untuk perhitungan level selengkapnya dapat dilihat di bagian lampiran IV.
Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Least Total Cost (LTC) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai setup, penyimpanan serta pengiriman, dan biaya unit cost pada Tail Boom Eurocopter beserta komponennya dengan metode LTC.
78
Gambar 4.46 Biaya Material Requirement Planning Least Total Cost (LTC)
4.2.3.5 Perhitungan lot size tipe Fixed Period Requirement (FPR)
Teknik Fixed Period Requirement (FPR) juga merupakan teknik pengukuran lot diskrit (Teguh B. 2002). Dalam penerapan teknik FPR penentuan ukuran lot didasarkan pada periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah pemesanan didasarkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada beberapa periode mendatang. Di dalam penerapan teknik FPR ini, selang waktu antar pemesanan dibuat secara tetap dengan penyesuaian pada ukuran lot pemesanan sesuai dengan kebutuhan bersihnya.
Berikut dibawah ini adalah pengisian variabel item master perencanaan bahan baku Tail Boom Eurocopter dengan metode lot sizing Fixed Period Requirement (FPR), dengan komponen penyusunnya dengan lot size multiplier sebesar 2 dan shortage annual cost sebesar 50 pada item Tail Boom. prosedur yang sama dilakukan kembali dengan mengganti metode lot size dengan FPR.
79
Gambar 4-47 WinQSB Forecast - Perform MRP di WinQSB Modul – MRP Tail Boom
Eurocopter
Setelah memasukan data history komponen pada MRP setup pada komponen produk Tail Boom Eurocopter, dapat diketahui perhitungan MRP lot size FPR, dengan prosedur yang sama pada metode lot size sebelumnya.
Gambar 4-48 Hasil Perhitungan MRP – FPR pada Level 0 Tail Boom Eurocopter
Berdasarkan pada tabel diatas, merupakan contoh hasil perhitungan MRP metode lot size FPR pada level nol yakni independent product dari Tail Boom Eurocopter. Untuk perhitungan level selengkapnya dapat dilihat di bagian lampiran V.
Setelah mengetahui perhitungan Material Requirement Planning dengan tipe lot size Fixed Period Requirement (FPR) telah selesai, selanjutnya dapat diketahui biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai setup, penyimpanan serta pengiriman, dan biaya unit cost pada Tail Boom Eurocopter beserta komponennya dengan metode FPR.
80