• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KUAT TEKAN BATA BETON DENGAN PENAMBAHANLIMBAH GYPSUM PT. PETROKIMIA GRESIK YANG Tinjauan Kuat Tekan Bata Beton Dengan Penambahan Limbah Gypsum Pt. Petrokimia Gresik Yang Menggunakan Agregat Halus Abu Batu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN KUAT TEKAN BATA BETON DENGAN PENAMBAHANLIMBAH GYPSUM PT. PETROKIMIA GRESIK YANG Tinjauan Kuat Tekan Bata Beton Dengan Penambahan Limbah Gypsum Pt. Petrokimia Gresik Yang Menggunakan Agregat Halus Abu Batu."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KUAT TEKAN BATA BETON DENGAN PENAMBAHAN

LIMBAH GYPSUM PT. PETROKIMIA GRESIK YANG

MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS ABU BATU

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat S1 Teknik Sipil

diajukan oleh :

ARDHI RAMADHANA SUWARNO

NIM : D 100 100 039

kepada:

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

TINJAUAN KUAT TEKAN BATA BETON DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH GYPSUM PT.

PETROKIMIA GRESIK YANG MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS ABU BATU

Ardhi Ramadhana Suwarno

1)

1)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A. Yani Tromol Pos 1

Pabelan Kartasura Surakarta

e-mail :

aku.ardhi@ymail.com

ABSTRAK

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal menyampaikan tahun 2013 penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun (Merdeka.com, 2013). Setidaknya dibutuhkan 750.000 unit rumah per tahun untuk memenuhi laju pertumbuhan penduduk tersebut. Ini akan berdampak pada keperluan bahan bangunan terutama kebutuhan batu bata akan terus meningkat jumlahnya di setiap tahun. Dilihat dari pembuatan batu bata bahan baku yakni tanah liat. Jika tanah liat terus menerus digunakan sebagai bahan baku bata maka tingkat kesuburan tanah berkurang dan tidak ada lagi lahan untuk menanan tanaman (padi) sebagai pemenuh kebutuhan pangan manusia. Ini akan bertentangan dengan progam pemerintah tentang pemanfaatan sumber daya alam untuk ketehanan pangan. Perkembangan teknologi industri di Indonesia diikuti pula dengan permasalahan yang selalu muncul, yaitu masalah limbah. Sebagai contoh pabrik pupuk PT. Petrokimia Gresik dapat menghasilkan limbah gypsum sebanyak ± 450.000 ton/tahun dan akan berpotensi terjadi pencemaran lingkungan. Limbah pupuk PT. Petrokimia Gresik tersebut berupa phosphogypsum yang tidak didaur ulang kembali sehingga hanya menjadi limbah yang dibiarkan begitu saja. Perkembangan teknologi beton saat ini menjadi lebih baik dengan adanya percobaan–percobaan yang dapat memberikan nilai positif pada hasil perkembangannya dengan memberikan bahan tambah agar beton mempunyai sifat yang lebih baik. Pada penelitian ini bertujuan untuk mencoba memanfaatkan limbah

limbah pupuk PT. Petrokimia Gresik tersebut berupa phosphogypsum menjadi bahan tambah untuk beton yang

diaplikasikan sebagai bata beton.

Dalam penelitian tugas akhir ini, variasi penambahan limbah gypsum PT. Petrokimia Gresik direncanakan sebanyak 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat pasir yang direncanakan, setiap variasi 3 benda uji dengan perbandingan berat semen dan agregat halus 1:5 dengan fas 0,5. Untuk uji kuat tekan menggunakan cetakan silinder dengan dimensi diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Untuk uji kuat lentur dan uji kuat serap air menggunakan cetakan balok dengan dimensi panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20cm. Metode perawatan benda uji yang digunakan adalah dengan direndam selama 28 hari.

Hasil dari penelitian ini didapatkan kuat tekan terbesar pada variasi penambahan limbah gypsum 10% yaitu sebesar 4,73 MPa, dengan kuat lentur dan serapan air pada variasi terseebut yaitu 0,791 Mpa dan 18,94%.

Kata kunci :

Bata Beton, Kuat Bahan, Limbah Gypsum

PENDAHULUAN

Kebutuhan

masyarakat akan perumahan

tidak pernah surut bahkan selalu meningkat dari

tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dari kenyataan

bahwa perumahan yang dibuat selalu laku terjual.

Kepala Badan

Kependudukan

dan

Keluarga

Berencana

Nasional

(BKKBN)

Fasli

Jalal

menyampaikan tahun 2013 penduduk Indonesia

diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa dengan

laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun

(Merdeka.com, 2013).

Setidaknya dibutuhkan

750.000 unit rumah per tahun untuk memenuhi laju

pertumbuhan

penduduk

tersebut.

Ini

akan

berdampak pada keperluan bahan bangunan

terutama kebutuhan batu bata akan terus meningkat

jumlahnya di setiap tahun.

(4)

Perkembangan

teknologi

industri

di

Indonesia diikuti pula dengan permasalahan yang

selalu muncul, yaitu masalah limbah. Sebagai

contoh pabrik pupuk PT. Petrokimia Gresik dapat

menghasilkan limbah

gypsum

sebanyak ± 450.000

ton/tahun dan akan berpotensi terjadi pencemaran

lingkungan. (Detiknews, 2012). Namun apabila

limbah produksi dapat dimanfaatkan, selain dapat

mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan juga

dapat menghasilkan keuntungan. Untuk itu, dengan

optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian yang

berupa

limbah

gypsum

ini diharapkan akan

mengurangi limbah yang mencemari lingkungan

dan dapat mengurangi kerusakan lahan pertanian

dari penggunaan bahan baku tanah liat. Maka dari

itu di dalam laporan tugas akhir ini yang mendorong

peneliti mencari alternatif pengganti batu bata untuk

pembuatan dinding bangunan yaitu bata beton

dengan pemanfaatan limbah

gypsum

PT. Petrokimia

Gresik.

Dengan adanya laporan akhir ini, penyusun berharap bisa memberikan sumbangsih peneltian yang

bermanfaat bagi masyarakat. Kemudian diharapakan

dapat diterapkan dan diteliti lebih lanjut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah

pemanfaatan

limbah

gypsum

PT.

Petrokimia Gresik sebagai bahan tambah pada

pembuatan bata beton dapat digunakan dan dapat

mengurangi jumlah limbah yang mengganggu

kualitas lingkungan.

2. Bagaimanakah

kualitas bata beton yang dibuat

dengan

penambahan

limbah

gypsum

PT.

Petrokimia Gresik tersebut bermutu sesuai

dengan SNI bata beton

Adapun batas masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

2. Limbah gypsum yang digunakan berasal dari PT.

Petrokimia Gresik Limbah ini masih dalam kondisi asli dan murni.

3. Semen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semen Portland tipe PPC.

4. Agregat halus yang digunakan yaitu abu batu (dust) yang berasal dari industri pemecah batu di daerah Mojosongo.

5. Bata beton pasaran berasal dari produk usaha

kecil di daerah Mojosongo Surakarta dengan

dimensi 10 x 20 x 40 cm.

6. Air dari Laboratorium Bahan Bangunan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7. Perencanaan campuran bata beton dengan

perbandingan berat semen dan agregat halus (abu batu) = 1 : 5, dan dengan faktor air semen (fas) sebesar 0,5.

8. Penambahan limbah gypsum PT. Petrokimia Gresik

direncanakan sebanyak 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat semen yang direncanakan.

9. Dilakukan uji penyerapan air terhadap bata beton yang memiliki kuat tekan yang optimal dari tiap prosentase campuran.

10.

Pengujian yang dilakukan adalah uji kuat tekan, uji kuat lentur dan uji serap air

dari bata beton pada

umur 28 hari.

Bahan-Bahan Campuran Bata Beton

Bahan-bahan yang digunakan untuk campuran beton terdiri dari semen, agregat halus, dan bahan tambah

additive. Dalam perencanaan suatu campuran bahan-bahan material harus memenuhi syarat.

Bahan campuran beton :

1. Semen Portland Composite Cement

Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambah lain.

2. Agregat

Mengingat bahwa agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan

agregat yang baik, beton dapat dikerjakan

(workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis. Agregat itu dibedakan menjadi 2 macam yaitu agregat halus dan agregat kasar (ASTM C33-86 dalam Subakti,1995)

3. Air

(5)

atau bahan lainnya yang dapat merusak beton (ACI 318-89:2-2) dalam (Mulyono, 2004:53).

4. Limbahgypsum

Limbah gypsumPT. Petrokimia Gresik, sebagai bahan utama penyusun bahan pengikat/binder beton geopolimer. Komposisi kimia dan fasa dari limbah

gypsum Petrokimia tergantung kepada mineral-mineral yang berhubungan dengan batubaranya dan tergantung pula kepada kondisi pembakarannya.

Apabila limbah gypsum Petrokimia yang dipakai

berasal dari industri yang berbeda, maka akan

diperoleh limbah gypsum Petrokimia dengan

komposisi yang berbeda pula, walaupun dengan jenis mineral yang sama (Swanopoel, 2002). Limbah

gypsum PT. Petrokimia Gresik tersebut berupa

phosporgypsum.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode SNI 03-0349-1989, yaitu dengan mengadakan percobaan di laboratorium guna mendapatkan hasil yang menjelaskan bagian-bagian yang diteliti. Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini silinder dengan ukuran 15x30 cm dan balok dengan ukuran 40x20x10 cm. Dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1. Rincian benda uji pada perendaman 28 hari

Perencanaan Campuran Bata Beton

Campuran dasar dari bata beton terdiri atas dua bagian, yaitu pasta semen dan agregat. Selain itu juga mengandung udara dan bahan tambah bila digunakan untuk menaikkan mutu bata beton. Adapun langkah – langkah untuk perhitungan rencana campuran adukan bata beton untuk pembuatan benda uji adalah sebagai berikut (LPMB, 1989):

1) Berdasarkan pemeriksaan berat satuan, akan

diketahui rata–rata berat satuan volume abu batu dan rata–rata berat satuan semen.

2) Perencanaan campuran bata beton pada umumnya dibuat dengan perbandingan berat 1 semen : (5–12) pasir atau kerikil, tergantung dari kekuatan bata beton yang dikehendaki. Pada penelitian ini digunakan

perbandingan berat semen dengan agregat halus adalah 1 : 5.

3) Dari nilai rata – rata satuan volume serta

perbandingan volume antara semen dan agregat halus, maka diperoleh perbandingan nilai berat semen dan berat agregat halus.

4) Nilai fas yang digunakan 0,5 berarti perbandingan berat antara air dan semen adalah 0,5 : 1, jadi dapat dihitung perbandingan berat air, semen dan agregat halus.

5) Perkiraan berat jenis bata beton yang direncanakan = ±1,8 gr/cm2, sehingga berat adukan yang diperlukan untuk pembuatan benda uji bata beton dapat dihitung.

6)

Kebutuhan bahan untuk tiap proporsi campuran

ditambah 5% dimaksudkan

untuk

menjaga

kemungkinan

kekurangan

pada

waktu

penimbangan.

Rancangan Campuran Bata Beton

Rancangan mix design digunakan untuk menentukan proporsi suatu bahan material dalam membuat campuran bata beton adapun pembuatanya diperlukan 2 cetakan dengan bentuk yang berbeda, cetakan yang pertama yakni berbentuk silinder dan cetakan kedua berbentuk balok.

Tabel 2. Proporsi Campuran Bata Beton Silinder

Perbandingan semen dan

abu batu

Berat bahan (kg) Variasi Air Semen Abu

Batu

Limbah Gypsum

1 : 5

Pasaran - - -

-5% 0,526 1,315 6,107 0,305 10% 0,526 1,315 6,107 0,611 15% 0,526 1,315 6,107 0,916 20% 0,526 1,315 6,107 1,211

Tabel 3. Proporsi Campuran Bata Balok Beton.

Perbandingan semen dan abu

batu

Berat bahan (kg) Variasi Air Semen Abu

Batu

Limbah Gypsum

1 : 5

Pasaran - - -

-5% 0,794 1,985 9,219 0,461 10% 0,794 1,985 9,219 0,922 15% 0,794 1,985 9,219 1,383 20% 0,794 1,985 9,219 1,844

Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap I (Persiapan)

(6)

2. Tahap II (Pemeriksaan bahan)

Bahan untuk pembuatan campuran beton

dilakukan pengujian. Bahan yang di uji antara lain semen, agregat halus, air, dan limbahgypsum.

3. Tahap III (Pembuatan rancangan campuran)

Kegiatan pada tahap ini yaitu perencanaan rancangan campuran.

4. Tahap IV (Pembuatan benda uji)

Setelah sesuai rencana maka semua bahan dicampur kemudian diaduk hingga rata.

5. Tahap V (Perawatan dan Pengujian)

Benda uji yang sudah dibuat kemudian dilakukan perawatan dengan cara direndam didalam air selama 28 hari. Setelah dilakukan perawatan kemudian benda uji dilakukan pengujian yaitu uji kuat tekan.

6. Tahap VI (Analisis Data dan Kesimpulan)

Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil pengujian lalu dianalisis dan dibahas

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan dilaboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta, merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada perumusan masalah, yaitu untuk mengetahui bahan-bahan material yang digunakan sudah memenuhi syarat atau tidak dan mengetahui efek dari penambahan limbah

gypsumterhadap mutu dan kuat tekan.

Hasil Pengujian Agregat

Pengujian agregat meliputi kandungan zat organik, kandungan lumpur, berat jenis, serapan air, dan gradasi. Tabel 4. Hasil Pengujian Agregat Halus

(sumber: hasil penelitian)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan material yang digunakan dalam campuran beton sudah memenuhi syarat.

Gambar 1. Grafik hubungan antara ukuran ayakan dengan presentase lolos komulatif

Dari gambar 1 bahwa agregat masuk pada gradasi 4. Sehingga agregat halus termasuk pasir halus (Mulyono, 2004).

Hasil Pengujiangypsum

Pemeriksaan gypsum dilakukan untuk

mengetahui kandungan kimia yang terkandung dalam

gypsumdan untuk menetukan jenis klasifikasigypsum. Dari hasil pengujian diatas, didapatkan kadar SiO2+ Al2O3+ Fe2O3= 2,47% dan kadar CaO = 52,39% pada gypsum . Dari kedua hasil diatas menunjukkan bahwa SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 < 70% dan kadar CaO >10% sehingga dapat dikategorikan dalampozolankelas C karena memiliki kadar CaO > 10% (Canadian Standard CSA A-23.5).

Tabel 5. Hasil Pengujiangypsum

Komposisi dalam senyawagypsum Berat ( % )

SiO2 2,4

Fe2O3 0,07

CaO 52,39

P2O5 0,85

SO3 43,59

TiO2 0,08

CuO 0,03

SrO 0,45

Yb2O3 0,14

(sumber: hasil penelitian) Standar

ASTM C 33 – 74a

Kandungan organik Coklat Muda SNI 03-2816-1992 No 3 Memenuhi

Pemeriksaan SSD 3.4 SNI 03-2816-1992 < 3,8 Memenuhi

Berat jenis

1). Berat jenis bulk 2.24 SNI 03-1970-1990 - Memenuhi

2). Berat jenis SSD 2.38 SNI 03-1970-1990 - Memenuhi

3). Berat jenis semu 2.59 SNI 03-1970-1990 - Memenuhi

Absortion% 3.52% SNI 03-1970-1990 < 5% Memenuhi

Kandungan lumpur 2.65% SNI 03-2816-1992 < 5% Memenuhi

Gradasi abu batu Daerah IV SNI 03-1968-1990 - Memenuhi

Modulus halus butir 2.14 - 1,5-3,8 Memenuhi

Keterangan

Jenis pemeriksaan Hasil

pemeriksaan SNI

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

P

e

rs

e

n

l

o

lo

s

(

%

)

UKuran ayakan (mm)

Daerah 4 bawah

Daerah 4 atas

(7)

Hasil Pengujian Kuat Tekan

1. Kuat tekan

Pada penelitian ini kuat tekan awal diperoleh dari pengujian kuat tekan bata beton rata-rata yang

direndam pada air tawar umur 28 hari.

Tabel 6. Analisis Hasil Uji Kuat Tekan Bata Beton Kubus dan Silinder

Variasi Limbah Gypsum

No Luas Permukaan (mm²)

Beban Maksimum (N)

Kuat Tekan

Konversi Kubus ke Silinder (MPa)

Kuat Tekan Rata-rata

(MPa) (N/mm²) (MPa)

Pasaran

A

10000

40000 4,000 4,000 3,223

3,28

B 44000 4,400 4,400 3,546

C 38000 3,800 3,800 3,062

5%

A

17672

62000 3,508 3,508

-3,87

B 70000 3,961 3,961

-C 73000 4,131 4,131

-10%

A

17672

82000 4,640 4,640

-4,73

B 85000 4,810 4,810

-C 84000 4,753 4,753

-15%

A

17672

20000 1,132 1,132

-1,49

B 29000 1,641 1,641

-C 30000 1,698 1,698

-20%

A

17672

18000 1,019 1,019

-1,15

B 20000 1,132 1,132

-C 23000 1,301 1,301

-(sumber : hasil penelitian)

Berdasarkan rata-rata kuat tekan dan variasi gypsum

maka dapat digambarkan grafik sebagai berikut :

Gambar 2. Grafik hubungan rata-rata kuat tekan beton dengan variasigypsum

Dari data yang diperoleh pada Tabel 6, nilai kuat tekan bata beton tanpa limbah gypsum rata-rata sebesar 3,28 MPa. Pada bata beton dengan penambahan limbah

gypsum5% kuat tekan rata-rata sebesar 3,870 MPa, pada

bata beton dengan penambahan limbah gypsum 10%

kuat tekan rata-rata sebesar 4,730 MPa, pada bata beton

dengan penambahan limbah gypsum 15% kuat tekan

rata-rata sebesar 1,490 MPa, pada bata beton dengan penambahan limbah gypsum 20% kuat tekan rata-rata sebesar 1,150 MPa.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

penambahan limbahgypsum sebesar 10% dari berat abu

batu dapat menaikkan kuat tekan bata beton rata-rata sebesar 4,730 MPa.

Hasil Pengujian Kuat Lentur

2. Kuat lentur

Pada penelitian ini

kuat lentur awal

diperoleh dari pengujian kuat tekan bata beton

rata-rata yang direndam pada air tawar umur 28

hari.

3,28

3,87

4,73

1,49

1,15

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00

Pasaran 5% 10% 15% 20%

K

u

a

t

T

e

k

a

n

(

M

P

a

)

(8)

Tabel 7. Analisis Kuat Lentur Bata Beton

Variasi Limbah Gypsum

No

L h b W q P Kuat LenturMaksimal Kuat Lentur Rata-rata

(mm) (mm) (mm) (N) (N/mm) (N) (MPa) (MPa)

Pasaran

A 400 200 100 138,8 0,139 2000 0,304

0,359 B 400 200 100 135,4 0,135 2100 0,319

C 400 200 100 135,6 0,136 3000 0,454

5%

A 400 200 100 131,0 0,131 5100 0,769

0,771 B 400 200 100 136,0 0,136 5130 0,774

C 400 200 100 132,1 0,132 5110 0,771

10%

A 400 200 100 128,7 0,129 5230 0,789

0,791 B 400 200 100 128,5 0,129 5300 0,799

C 400 200 100 121,7 0,122 5210 0,785

15%

A 400 200 100 121,9 0,122 5490 0,827

0,798 B 400 200 100 123,6 0,124 5090 0,768

C 400 200 100 120,5 0,121 5300 0,799

20%

A 400 200 100 117,0 0,117 5990 0,902

0,846 B 400 200 100 114,5 0,115 5370 0,809

C 400 200 100 115,0 0,115 5490 0,827

(sumber : hasil penelitian)

Berdasarkan rata-rata kuat lentur dan variasi

gypsummaka dapat digambarkan grafik sebagai berikut :

Gambar 3. Grafik hubungan rata-rata kuat tekan beton dengan variasigypsum.

Dari data yang diperoleh pada Tabel 7, nilai kuat lentur bata beton tanpa limbah gypsum rata-rata sebesar 0,359 MPa. Pada bata beton dengan penambahan limbah

gypsum5% kuat tekan rata-rata sebesar 0,771 MPa, pada

bata beton dengan penambahan limbah gypsum 10%

kuat tekan rata-rata sebesar 0,791 MPa, pada bata beton

dengan penambahan limbah gypsum 15% kuat tekan

rata-rata sebesar 0,798 MPa, pada bata beton dengan penambahan limbah gypsum 20% kuat tekan rata-rata sebesar 0,846 MPa.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

penambahan limbah gypsum dapat menaikkan kuat

lentur bata beton, tetapi besarnya angka kuat lentur bata

beton tidak terlalu signifkan sehingga tidak terlalu berpengaruh banyak pada kekuatan struktur bangunan.

Hasil Pengujian Kuat Serap Air

3. Kuat lentur

Pada penelitian ini kuat serap air diperoleh dari perendaman pada air tawar selama 24 jam. dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Analisis Kuat Serap Air

Perbandinga n semen dan abu batu Variasi Limbah Gypsum No Berat Batako kering (gr) Berat Batako jenuh (gr) Penyerapan air (%) Penyerapan air rata-rata (%)

1 : 5

Pasaran

A 14100 15350 8,865

7,85

B 13900 14980 7,770

C 14200 15180 6,901

5%

A 13200 14980 13,485

12,73

B 13550 15200 12,177

C 13320 14990 12,538

10%

A 12560 14800 17,834

18,94

B 12400 14770 19,113

C 12220 14650 19,885

15%

A 12340 15200 23,177

23,83

B 11890 14870 25,063

C 12090 14900 23,242

20%

A 11850 14890 25,654

28,69

B 11760 15270 29,847

C 11450 14950 30,568

(sumber : hasil penelitian)

Berdasarkan rata-rata serap air dan variasi beton maka dapat digambarkan grafik sebagai berikut :

Gambar 4. Grafik hubungan rata-rata serap air dengan variasigypsum.

Dari data yang diperoleh pada Tabel 8, nilai kuat serap air bata beton tanpa limbah gypsum rata-rata sebesar 7,85%. Pada bata beton dengan penambahan limbahgypsum5% kuat tekan rata-rata sebesar 12,73%, 0,359

0,771 0,791 0,798 0,846

0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800 0,900

Pasaran 5% 10% 15% 20%

K u a t L e n tu r ( M P a )

Variasi Limbah Gypsum

7,85 12,73 18,94 23,83 28,69 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Pasaran 5% 10% 15% 20%

K u a t S e r a p Air ( %)

(9)

pada bata beton dengan penambahan limbah gypsum

10% kuat tekan rata-rata sebesar 18,94%, pada bata

beton dengan penambahan limbah gypsum 15% kuat

tekan rata-rata sebesar 23,83%, pada bata beton dengan penambahan limbah gypsum 20% kuat tekan rata-rata sebesar 28,69%.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

penambahan limbahgypsumdapat menaikkan kuat serap

air bata beton karena semakin banyak penambahan

gypsumsemakin besar daya serap air oleh bahan limbah gypsum itu sendiri, tetapi besarnya angka serap air bata beton pada variasi 20% telah melebihi batas ketentuan SNI bata beton sebesar 25%.

Perbandingan

Biaya

4. Perbandingan Biaya

Ditinjau dari jumlah dan harga material yang dibutuhkan pada penelitian ini, biaya pembuatan bata

beton dengan bahan tambah limbahgypsumdengan bata

beton pasaran dapat dilihat pada tabel 9.

Dari hasil perbandingan analisis perbandingan biaya pada Tabel 9 antara bata beton pasaran dengan

bata beton menggunakan bahan tambah limbah gypsum,

dapat disimpulkan bata beton pasaran berharga Rp4000,00 per 1 bata beton dan bata beton yang mempunyai kuat tekan paling tinggi yaitu bata beton dengan variasi limbah gypsum sebesar 10% memiliki harga Rp3763,00 per 1 bata beton. Sehinnga bata beton variasi limbah gypsum memiliki perbedaan harga lebih murah sebesar Rp237,00 per 1 bata beton.

Tabel 9. Tabel Analisis Harga

Benda

Uji Material Koef Satuan

Harga Satuan

Jumlah Harga (Rp) (Rp)

Bata Beton Pasaran

40 x 10 20 cm

Pasir - m³

-4.000

Semen - kg

-Air - lt

-Pekerja - Oh

-Jumlah Total Rp

4.000,00 per 1 Bata Beton variasi bahan tambah 5 %

40 x 10 20 cm

Abu Batu 0,0065 m³ 80000 520

Semen 1,985 kg 1300 2580,5

Air 0,794 lt 0 0

Limbah

Gypsum 0,461 kg 480 221,28

Pekerja 0,003 Oh 40000 120

Sewa Alat 0,0005 Hari 200000 100

Jumlah Total Rp

3.541,78 per 1 Bata Beton variasi bahan tambah 10 %

40 x 10 20 cm

Abu Batu 0,0065 m³ 80000 520

Semen 1,985 kg 1300 2580,5

Air 0,794 lt 0 0

Limbah

Gypsum 0,922 kg 480 442,56

Pekerja 0,003 Oh 40000 120

Sewa Alat 0,0005 Hari 200000 100

Jumlah Total Rp

3.763,06 per 1 Bata Beton variasi bahan tambah 15 %

40 x 10 20 cm

Abu Batu 0,0065 m³ 80000 520

Semen 1,985 kg 1300 2580,5

Air 0,794 lt 0 0

Limbah

Gypsum 1,383 kg 480 663,84

Pekerja 0,003 Oh 40000 120

Sewa Alat 0,0005 Hari 200000 100

Jumlah Total Rp

3.984,34 per 1 Bata Beton variasi bahan tambah 20 %

40 x 10 20 cm

Abu Batu 0,0065 m³ 80000 520

Semen 1,985 kg 1300 2580,5

Air 0,794 lt 0 0

Limbah

Gypsum 1,844 kg 480 885,12

Pekerja 0,003 Oh 40000 120

Sewa Alat 0,0005 Hari 200000 100

Jumlah Total Rp

(10)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB V, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1). Nilai kuat tekan rata-rata bata beton pasaran sebesar

3,280 MPa. Pada penambahan limbah gypsum 5%

mengalami penurunan sebesar 4,914 % sehingga menjadi 3,87 MPa, pada penambahan limbah

gypsum10% mengalami kenaikan sebesar 13,953% sehingga menjadi 4,73 MPa, pada penambahan

limbah gypsum 15% mengalami penurunan drastis

sebesar 63,39% sehingga menjadi 1,49 MPa, pada

penambahan limbah gypsum 20% mengalami

penurunan 71,74% sehingga menjadi 1,15 MPa. 2). Nilai kuat lentur balok rata-rata bata beton pasaran

sebesar 0,359 MPa. Pada penambahan limbah

gypsum 5% mengalami kenaikan sebesar 53,43% sehingga menjadi 0,771 MPa, pada penambahan

limbah gypsum 10% mengalami kenaikan 56,0%

sehingga menjadi 0,791 MPa, pada penambahan

limbah gypsum 15% mengalami kenaikan 57,49%

sehingga menjadi 0,798 MPa, pada penambahan

limbah gypsum 20% mengalami kenaikan 58,74%

sehingga menjadi 0,846 MPa.

3). Hasil prosentase kuat serap bata beton pasaran sebesar adalah 7,85%. Pada penambahan limbah

gypsum 5% mengalami kenaikan sebesar 12,73%,

pada penambahan limbah gypsum 10% mengalami

kenaikan 18,94%, pada penambahan limbahgypsum

15% mengalami kenaikan 23,83%, pada

penambahan limbah gypsum 20% mengalami

kenaikan 28,69%.

4). Perbandingan analisis biaya bata beton

menggunakan variasi limbah gypsum dengan bata

beton pasaran, disimpulkan biaya bata beton variasi

limbah gypsum tidak berbeda jauh dengan bata

beton pasaran tetapi jika dilihat dari segi kekuatan

bata beton menggunakan variasi limbah gypsum

lebih unggul.

5). Limbah gypsum PT Petrokimia Gresik layak atau dapat dijadikan sebagai bahan tambah dalam pembuatan bata beton dengan penambahan limbah maksimal 10% daari berat abu batu.

6). Komposisi optimal dengan campuran semen, abu batu (dust), limbah gypsum, dan air didapat pada penambahan variasi limbah gypsum sebanyak 10% yaitu semen 1,985 kg, abu batu (dust) 9,219 kg, limbahgypsum0,922 kg, dan air 0,794 kg.

SARAN

Dari kesimpulan di atas maka dapat dibuat suatu saran-saran sebagai berikut :

1). Sebelum melakukan penelitian, perlu dikenali sifat bahan dan peralatannya terlebih dahulu agar hal-hal di luar spesifikasi bisa diantisipasi dengan baik. 2). Untuk membuat sampel benda uji beton sesuai

spesifikasi yang telah direncanakan sebelumnya,

diperlukan pemahaman yang baik dalam

perencanaan bata beton dan pelaksanaan yang baik dalam langkah-langkah pembuatan benda uji bata beton.

3). Perlu diperhatikan cetakan yang akan digunakan untuk membuat benda uji khususnya pada penelitian ini karena peneliti hanya menggunakan cetakan manual, di penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan cetakan mesin dengan sebaik mungkin agar hasil hassilnya sempurna, karena pada penelitian ini cetakannya kurang memuaskan. 4). Alat uji kuat tekan Compression Tension Machine

harus benar-benar akurat, atau teruji keakuratannya untuk menguji benda uji yang mempunyai kuat tekan rendah, serta pembacaan jarum beban maksimal harus teliti dan cermat sehingga bisa mendapatkan nilai kuat tekan bata beton yang benar-benar akurat

(11)

DAFTAR PUSTAKA

ASTM, 1993. Concrette and Concrette Aggregates,

Annual book of ASTM volume 04.02, USA.

BSN, 1996. Bata Beton (Paving Blok) SNI-03-0691-1996, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

BSN, 1989. Bata Beton Untuk Pasangan Dinding SNI-03-0349-1989, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

Cahyorini, D., 2006. Pemanfaatan Limbah Batubara

(bottom ash) Sebagai Bahan Batako, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Surakarta.

Detiknews, 2012. PT.Petro Kimia Gresik Menghasilkan

Limbah Padat Sebanyak ± 450.000 ton/tahun Dan Akan Berpotensi Terjadi Pencemaran Lingkungan., Detikcom, www.detiknews.com.

KLH, 2007. Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup, Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.

Merdeka, 2013. PT. Kepala Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal Menyampaikan Tahun 2013 Penduduk Indonesia Diperkirakan Akan Mencapai 250 Juta Jiwa Dengan Laju Pertumbuha Penduduk 1,49 Persen per Tahun, Merdeka.com, www.merdeka.com.

Mulyono, T., 2003. Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Murdock, L.J dan Brook, K.M., 1999, Bahan dan

Praktek Beton, (alih bahasa:Stwpanus Hendarko), Erlangga, Jakarta.

Swanopoel. 2002. Limbah Padat Industri Pupuk.

Tjokrodimuljo, K., 1996.Teknologi Beton, Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Wikipedia, 2007. Gypsum, wikipedia.org.

id.wikipedia.org/wiki/gypsum.

Wikipedia, 2007. Abu Batu, wikipedia.org.

Gambar

Tabel 1. Rincian benda uji pada perendaman 28 hari
Tabel 4. Hasil Pengujian Agregat Halus
Tabel 6. Analisis Hasil Uji Kuat Tekan Bata Beton Kubus dan Silinder
Tabel 8. Analisis Kuat Serap Air
+2

Referensi

Dokumen terkait

3. Bagaimana kuat tekan dinding pasangan batu bata tanpa perkuatan tulangan baja. 4. Bagaimana kuat lentur dinding pasangan batu bata tanpa perkuatan

Kuat tekan lentur batu bata dengan perkuatan diagonal.. Dari hasil pengujian kuat lentur dinding pasangan batu bata tanpa perkuatan diagonal tulangan bambu diperoleh

Dari hasil pengujian kuat lentur dinding pasangan batu bata tanpa perkuatan diagonal tulangan bambu diperoleh nilai kuat lentur rata-rata 2,670 MPa sedangkan

Tujuan penelitian ini untuk menentukan nilai karakteristik agregat dan nilai kuat tekan beton dari pemanfaatan limbah beton sebagai subtitusi agregat halus dengan

Hasil perbandingan kuat tekan antara bata beton ringan tanpa tambahan zeolit dengan bata beton ringan dengan penambahan zeolit serta perbedaan kuat tekan

Berdasarkan uji kuat tekan beton diperoleh hasil bahwa agregat kasar dengan ukuran 1/2 memiliki kuat tekan rata-rata terbesar yaitu 27,94 Mpa, sedangkan agregat dengan ukuran 2/3

Variasi penambahan steel slag pada beton normal untuk mengetahui nilai kuat tekan dan kuat lentur yang lebih baik serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas beton berupa

1) Untuk pengujian kuat tekan beton tanpa campuran abu sekam padi pada umur 14 hari yaitu dengan hasil rata- rata 17,25 MPa ternyata tidak dapat mencapai