• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Hernia Inguinalis Di Poli Bedah RSUD DR. Soehadi Prijonegoro Sragen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Hernia Inguinalis Di Poli Bedah RSUD DR. Soehadi Prijonegoro Sragen."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH

DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI

BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO

SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh : Hatif Mahendra Parmono

J500100026

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI

PRIJONEGORO SRAGEN

Latarbelakang: Overweight-obesitas dapat dikaitkan dengan etiologi hernia inguinalis. Insidensi hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien dengan overweight dan obesitas. Namun, beberapa studi menyatakan insidensi hernia inguinalis lebih rendah pada overweight-obesitas dibandingkan dengan berat badan normal. Faktor indeks massa tubuh yang dihubungkan dengan hernia inguinalis menjadi dasar penelitian ini untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

Metode: Desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross

sectional. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.

Sampel yang diperoleh kemudian dianalisis dan diuji statistik dengan Chi-Square. Hasil: Sampel yang diperoleh adalah 72 pasien, terdiri dari 32 pasien (44,4 %) didiagnosis hernia inguinalis dan 40 pasien (55,6 %) didiagnosis tidak hernia inguinalis. Hasil uji statistik Chi-Square didapatkan nilai p = 0,787 (p > 0,05) dengan nilai X2 = 0,479. Hasil analisis secara statistik ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

(5)

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam kasus bedah. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat strangulasi (ireponibel disertai gangguan pasase) dan inkarserasi (ireponibel disertai gangguan vascularisasi). Inkarserasi merupakan penyebab

obstruksi usus nomor satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah

apendicitis akut di Indonesia (Sjamsuhidajat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %, hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al, 2002). Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (Ruhl, 2007).

Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan. Setiap tahun diperkirakan terdapat 20 juta kasus prosedur bedah mengenai hernia inguinalis. Insiden dan prevalensi di seluruh dunia tidak diketahui pasti. Tingkat prosedur operasi dalam berbagai negara memiliki tingkat yang bervariasi, berkisar antara 100 hingga 300 prosedur per 100.000 orang dalam satu tahun (Burney, 2012). Kasus hernia inguinalis di USA (United States

America) sekitar 800.000 kasus setiap tahun dan negara Belanda sekitar 33.000

kasus setiap tahun (Ruhl, 2007). Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD dr. Soehadi Prijonegoro kabupaten Sragen terdapat 324 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan pasien bedah rawat jalan 5291 kasus pada tahun 2012 atau dengan prevalensi 6,12 % (Rekam Medik, 2012).

(6)

processus vaginalis belum tertutup. Hernia inguinalis lebih sering terjadi di

sebelah kanan 60 %, sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral 15 % (Greenberg et al, 2008 dan Sjamsuhidajat, 2010).

Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu peningkatan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua, kehamilan,

prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional,

overweight dan obesitas) (Sjamsuhidajat, 2010 dan Burney, 2012). Salah satu

faktor risiko yang dapat mempengaruhi atau meningkatkan terjadinya hernia inguinalis adalah overweight dan obesitas. Menurut Chan Yong Park et al, insiden hernia inguinalis lebih tinggi pada pasien dengan overweight dan obesitas dibandingkan dengan berat badan normal (Way, 2003; De Luca et al, 2004; Rosetto et al, 2010; Pluta et al, 2011; Park et al, 2011; Burney, 2012).

Menurut WHO pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa berumur di atas 20 tahun di dunia mempunyai kategori overweight dan 11 % obesitas dan wilayah Asia Tenggara 14 % overweight dan 3 % obesitas (WHO, 2013a; CDC, 2011). Berdasarkan Badan Litbangkes Kemenkes RI, prevalensi status gizi berdasarkan indeks massa tubuh untuk penduduk dewasa (> 18 tahun) di Indonesia tahun 2010 adalah 12,6 % pada kategori kurus, kategori normal 65,8 %, kategori berat badan lebih / overweight 10,0 %, dan obesitas 11,7 %. Untuk wilayah Jawa Tengah, persentase penduduk dengan kategori kurus sebesar 13,7 %, normal 67,4 %, berat badan lebih/ overweight 9,3 %, dan obesitas 9,5 % (Kemenkes RI, 2012).

(7)

Beberapa studi memiliki pendapat bahwa insiden hernia inguinalis lebih rendah pada overweight dan obesitas dibandingkan dengan berat badan normal. Obesitas dibandingkan dengan berat badan normal dapat mengurangi risiko kejadian hernia inguinalis sebesar 43 %. Hernia inguinalis lebih mudah dideteksi pada pria kurus. Pasien kurus dan obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi post-operasi dan kekambuhan (Ruhl, 2007; Rosemar, 2008; dan Rosemar, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di bagian poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal 25 November 2013 sampai dengan tanggal 18 Desember 2013.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang berkunjung di bagian poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Besarnya sampel penelitian ini adalah total populasi yang memenuhi kriteria restriksi. Kriteria inklusi yaitu laki – laki dan perempuan, pasien yang berkunjung di bagian poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, usia ≥ 40 tahun, pasien post-operasi untuk semua jenis hernia inguinalis, pasien dengan semua status pekerjaan (buruh, buruh kuli, petani, PNS, swasta, wiraswasta), dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria Eksklusi yaitu ada penyakit penyerta (diabetes mellitus tak terkontrol dan penyakit gagal ginjal kronik), dalam keadaan hamil, hernia congenital, residif/kekambuhan hernia, dan tidak bersedia mengikuti penelitian.

(8)

HASIL

Berdasarkan hasil penelusuran data yang didapat bahwa jumlah total populasi pasien di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen pada tanggal 25 November 2013 sampai dengan tanggal 18 Desember 2013 sebanyak 316 pasien, yang memenuhi kriteria sampel adalah 72 pasien. Data sebagai berikut :

1. Karakteristik / Distribusi Subjek Penelitian

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Pasien di Poli Bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen Tanggal 25 November 2013 Sampai 18 Desember 2013

Karakteristik n=72

1. Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan

46 (63,9%) 26 (36,1%) 2. Usia

40 – 49 tahun 50 – 59 tahun 60 tahun ke atas

18 (25,0%) 23 (31,9%) 31 (43,1%) 3. Kategori Indeks Massa Tubuh

Underweight Normal

Overweight-obesitas

12 (16,7%) 35 (48,6%) 25 (34,7%) 4. Diagnosis Hernia Inguinalis

Ya Tidak

(9)

Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Pasien dengan Diagnosis Hernia Inguinalis di Poli Bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Karakteristik n=32 3. Kategori Indeks Massa Tubuh

Underweight

2. Analisis Uji Data Statistik

Tabel 5. Chi-Square Tests

Linear-by-Linear Association .070 1 .792

N of Valid Cases 72

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 5.33.

(10)

Tabel 6. Hasil Analisis Data Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Hernia Inguinalis di Poli Bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Hernia Inguinalis

Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6, hasil analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p = 0,787 (p > 0,05) dengan nilai X2 = 0,479. Hasil analisis secara statistik ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelusuran data yang didapat bahwa jumlah pasien di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang memenuhi kriteria sampel pada tanggal 25 November 2013 sampai dengan tanggal 18 Desember 2013 adalah 72 pasien dengan jumlah diagnosis hernia inguinalis sebanyak 32 pasien (44,4%) dan yang tidak diagnosis hernia inguinalis sebanyak 40 pasien (55,6%).

(11)

mengalami proses degenerasi. Selain itu, adanya penyakit penyerta seperti batuk kronik dan benigna prostatic hyperplasia yang menyebabkan kondisi mengejan dapat mengakibatkan tekanan intra-abdominal meningkat (Chow, 2007; Compagna et al, 2013).

Berdasarkan tabel 4 diperoleh distribusi pasien dengan diagnosis hernia inguinalis sebagian besar pasien laki – laki dengan persentase sebesar 87,5% sedangkan perempuan 12,5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan data penelitian yang dilakukan oleh Ruhl (2007) bahwa angka kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki (13,9 %) daripada perempuan (2,1 %) (Ruhl, 2007). Penelitian oleh Burcharth (2013) juga menyatakan hal yang sama bahwa pasien hernia inguinalis lebih sering pada laki – laki (88,6%) dibandingkan dengan perempuan (11,4%). Hal ini dimungkinkan karena laki-laki lebih banyak bekerja dibandingkan perempuan. Beberapa studi mengkaitkan pekerjaan atau aktifitas fisik berat sebagai faktor etiologi hernia inguinalis (Pluta, 2011; Burney, 2012). Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, pada tahun 2010 penduduk yang bekerja dengan jenis kelamin laki-laki (61,42%) lebih besar daripada perempuan (38,58%) (Kemenakertrans, 2012). Pekerjaan atau aktifitas fisik berat seperti angkat beban berat menimbulkan kondisi mengejan yang mengakibatkan peningkatan tekanan intra-abdominal (Pluta, 2011; Burney, 2012). Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah merokok. Laki – laki (67,0%) di Indonesia cenderung lebih banyak merokok dibandingkan perempuan (2,7%) (WHO, 2013c). Merokok dikaitkan dengan kelemahan otot karena terjadi kerusakan metabolisme jaringan ikat dengan cara colagenolisis perifer (Sorensen, 2002; Burney, 2012; Jansen, 2009). Selain itu, dari struktur anatomis, canalis

inguinalis pada laki-laki lebih miring daripada wanita. Hal ini memicu laki-laki

lebih sering terjadi hernia inguinalis. Pada pria, canalis inguinalis menjadi titik lemah karena terdapat daerah yang tidak menutup sempurna akibat dari penurunan

testis ke dalam scrotum (Berge et al, 2013).

Berdasarkan tabel 4 diperoleh distribusi kategori indeks massa tubuh pasien, terbanyak pada kategori normal sebesar 53,1%, kemudian diikuti kategori

(12)

penelitian yang dilakukan oleh Chan Yong Park et al (2011) bahwa persentase terbesar pada kategori overweight-obesitas (55,6%), kemudian diikuti kategori normal (44,4%).

Dari hasil analisis secara statistik dengan uji Chi-Square seperti yang terdapat pada tabel 5 dan tabel 6 ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chan Young Park et al (2011) bahwa tidak ada perbedaan yang spesifik antara kedua kelompok. Chan Young Park et al (2011) membagi variabel bebas indeks massa tubuh menjadi dua yaitu kelompok O (indeks massa tubuh > 23) sebagai kelompok overweight-obesitas dan kelompok N (indeks massa tubuh antara 18,5 – 23) sebagai kelompok normal. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosemar et al (2010) bahwa kategori indeks massa tubuh <20 (termasuk underweight) dan indeks massa tubuh > 25 (termasuk overweight) tidak ada perbedaan. Menurut Zendejas et al (2013), juga menyatakan bahwa hubungan antara indeks massa tubuh dan hernia inguinalis tidak jelas (unclear) (Zendejas et al, 2013a). Secara umum faktor yang mempengaruhi hernia inguinalis adalah usia dan jenis kelamin (Zendejas et al, 2013b). Selain itu, struktur dari fascia juga berperan dalam hernia inguinalis. Adanya fascia yang lemah/cacat memungkinkan untuk bisa menjadi faktor hernia inguinalis (Pans, 2001; Ozdogan, 2006).

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis, hal ini dimungkinkan karena indeks massa tubuh hanya berkaitan dengan otot dinding perut baik yang mengalami kelemahan maupun tidak. Sedangkan untuk terjadinya hernia inguinalis, menurut Sjamsuhidajat dkk (2010) hernia inguinalis dapat terjadi bila ada mekanisme berikut : peningkatan intra-abdomen sehingga kondisi

canalis inguinalis berjalan tidak miring (cenderung vertikal), kemudian diikuti

(13)

KESIMPULAN

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kejadian hernia inguinalis di poli bedah RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

SARAN

1. Bagi instansi Rumah Sakit, diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan pasien secara optimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan jumlah subjek penelitian yang lebih besar, karena dalam desain cross

sectional semakin banyak subjek penelitian maka semakin memperkuat

kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M.T.Q., 2010. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS Press, pp.62-4

Bappeda, 2011. Inilah Keberhasilan Sragen. http://bappeda.sragenkab.go.id/ index.php?page=4&berita_id=49 (diakses 23 Oktober 2013)

Berge et al, 2013. Diseases and Conditions Inguinal Hernia. Mayo Foundation for Medical Education and Research: Mayo Clinic Staff http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inguinal-hernia/basics/ causes/con-20021456 (diakses 2 April 2014)

Burcharth, J.; Pedersen, M.; Bisgaard, T.; Pedersen, C.; Rosenberg, J., 2013.

Nationwide Prevalence of Groin Hernia Repair. Plos One. 8(1): 1-6

Burney, R., 2012. Inguinal Hernia. https://online.epocrates.com/u/2911723/ Inguinal+hernia (diakses: 30 April 2013)

CDC, 2011. About BMI for Adults. http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/ bmi/adult_bmi/index.html (diakses: 3 Mei 2013)

Chow, A.; Purkatyastha, S.; Athanashiou, T.; Tekkis, P.; Darsi, A., 2007. Inguinal

(14)

Compagna et al, 2013. Emergency groin hernia repair: implications in elderly.

BMC Surgery. 13(Suppl 2): S29

De Luca, L. et al, 2004. Relationship between hiatal hernia and inguinal hernia.

Dig Dis Sci. 49(2): 243-7

Greenberg, M.I.; Hendrickson, R.G.; Silvenberg, M., 2008. Greenberg Teks Atlas:

Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga, pp. 312-3

Jansen, P.L.; Klinge, U.; Jansen, M.; Junge, K., 2009. Risk Factors For Early

Recurrence After Inguinal Hernia Repair. BMC Surg. 9: 18

Kemenakertrans, 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010 – 2025

Bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrsasian. Jakarta: Kementerian

Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian RI, pp. 21-30

Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83

Lavelle, M. et al, 2002. Surgery 1. Edisi 2. London: Churchill Livingstone, pp. 75-8

Martin, C.M.; Helen, M.; Roman, S.; David, C.; Hardon, 2000. General Surgery:

Inguinal Hernia. Western Canada Waiting List Project, pp. 195-96

Ozdogan, M. et al, 2006. Changes in collagen and elastic fiber contents of the

skin, rectus sheath, transversalis fascia and peritoneum in primary inguinal hernia patients. Bratisl Lek Listy. 107(6-7):235-8

Pans, A.; Albert, A.; Lapiere, C.M.; Nusgens, B., 2001. Biochemical study of

collagen in adult groin hernias. J Surg Res. 95(2):107-13

Park, C.Y.; Kim, J.C.; Kim, D.Y.; Kim, S.K., 2011. Inguinal Hernia Repair in

Overweight and Obese Patients. J Korean Surg Soc. 81(3): 205-10

Pluta, R.M.; Burke, A.E.; Golub, R.M., 2011. Abdominal Hernia. JAMA. 305: 20

Rekam Medik, 2012. Data Rekam Medik. Sragen: RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

Rosemar, A.; Angeras, U.; Rosengren, A., 2008. Body Mass Index and Groin

Hernia: a 34-year Follow-up Study in Swedish Men [abstract]. Ann Surg.

247(6): 1064-8

Rosemar, A.; Angeras, U.; Rosengren, A.; Nordin, P., 2010. Effect of Body Mass

Index on Groin Hernia Surgery [abstract]. Ann Surg. 252(2): 397-401

Rosetto, L.A. et al, 2010. Factors Assosiated With Hernia And Bulge Formation

at The Donor Site of The Pedicled TRAM Flap. Eur J Plast Surg. 33(4):

(15)

Ruhl, C.E.; Everhart, J.E., 2007. Risk Factors for Inguinal Hernia among Adults

in the US Population. Am J Epidemiol. 165(10): 1154-61

Sjamsuhidajat, R.; Karnadihardja, W.; Prasetyono,T.O.H.; Rudiman, R., 2010.

Sjamsuhidajat-De Jong: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.

pp: 619-37

Sorensen et al, 2002. Smoking is a risk factor for recurrence of groin hernia.

World J Surg. 26(4): 397-400

Way, L.W.; Doherty, G.M., 2003. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Edisi 11. New Delhi India: McGraw-Hill, pp. 783-9

WHO, 2013a. Mean Body Mass Index (BMI). http://www.who.int/gho/ncd/ risk_factors/bmi_text/en/index.html (diakses: 4 Juli 2013)

_____, 2013b. Obesity and Overweight. http://www.who.int/mediacentre/fact sheets/fs311/en/ (diakses: 4 Juli 2013)

_____, 2013c. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2013. www.who.int/entity/tobacco/surveillance/policy/country_profile/idn.pdf?ua =1 (diakses: 27 Maret 2014)

Zendejas et al, 2013a. Relationship between body mass index and the incidence of

inguinal hernia repairs: a population-based study in Olmsted County, MN.

Hernia http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24233340 (diakses 12

Februari 2014)

_____, 2013b. Incidence of Inguinal Hernia Repairs in Olmsted County, MN: A

Gambar

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Pasien di Poli Bedah
Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Pasien dengan Diagnosis
Tabel 6. Hasil Analisis Data Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu kasus yang jelas adalah transfer konsonan hambat Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia; jenis transfer ini antara lain berupa transfer konsonan hambat bersuara

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel model prediksi kebangkrutan, debt default, dan opini audit tahun

Syarat-syarat yang terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata menjadi penting untuk mengetahui kedudukan Nota Kesepahaman dalam hukum kontrak yang berlaku di

Hasil analisis ragam komponen produksi genotipe cabai yang diuji menunjukkan pengaruh nyata untuk peubah panjang buah, diameter buah, bobot per buah, bobot buah

Bentuk kata ganti penanya ngopo merupakan bentuk kata ganti penanya kenapa/mengapa dalam bahasa Jawa Tengah dialek Solo yang digunakan oleh masyarakat desa Kota Raya

sebesar Rp 1,00 dalam usahatani tersebut akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,84. Berdasarkan nilai R/C usahatani jagung di Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

6 Jenis Pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan derajat hipertensi khsususnya bagi yang memiliki pekerjaan akan mendapatkan pengetahuan

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 23 Tahun 1999 tentang Retribusi