• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Kondisi Geografis, Topografis dan Geohidrologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2.1 Kondisi Geografis, Topografis dan Geohidrologi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

22 2 .. . G G G aa a m m m bb b aa a rr r aa a nn n U U U m m m uu u m m m K K K oo o tt t aa a

2.1 Kondisi Geografis, Topografis dan Geohidrologi

2.1.1 Letak Geografis.

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi, dahulu disebut Ujung Pandang, yang terletak antara antara 119:18'38” sampai 119:32'31”Bujur Timur dan antara 5:30'30” sampai 5:14'49” Lintang Selatan, yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km2. Luas laut dihitung dari 12 mil dari daratan sebesar 29,9 Km2, dengan ketinggian topografi dengan kemiringan 0: sampai 9:. Terdapat 12 pulau-pulau kecil, 11 diantaranya telah diberi nama dan 1 pulau yang belum diberi nama. Kota Makassar memiliki garis pantai kurang lebih 100 km yang dilewati oleh dua sungai yaitu Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang.

2.1.2 Topografi

Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2: (datar) dan kemiringan lahan 3-15: (bergelombang) dengan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

 Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.

 Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Panakkukang, dan Rappocini.

2.1.3 Geologi

Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah kota Makassar terdiri dari : Tanah Inceptisol, Jenis tanah incepsitol terdapat hampir diseluruh wilayah kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horizon penciri kambik. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Penyebaran tanah ini terutama didaerah dataran struktural berelief datar, landform structural/tektonik, dan dataran/perbukitan volkan.

Kadang-kadang berada pada kondisi tergenang untuk selang waktu yang cukup lama pada kedalaman 40 sampai 50 cm. Tanah Inceptisol memiliki horizon cambic pada horizon B yang

(2)

dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghayutan pada lapisan tanah. Sedangkan Tanah Ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut terjadi akibat kandungan logam – terutama besi dan aluminium – yang teroksidasi (weathered soil). Umum terdapat di wilayah tropis pada hutan hujan, secara alamiah cocok untuk kultivasi atau penanaman hutan. Selain itu juga merupakan material yang stabil digunakan dalam konstruksi bangunan. Tanah ultisol berkembang dari bantuan sedimen masam (batupasir dan batuliat) dan sedikit dari bantuan volkan tua. Penyebaran utama terdapat pada landform tektonik/struktural dengan relief datar hingga berbukit dan bergunung. Tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm atau lebih di bawah batas atas horizon argilik atau kandik. Tanah ini telah mengalami pelapukan lanjut dan terjadi translokasi liat pada bahan induk yang umumnya terdiri dari bahan kaya aluminiumsilika dengan iklim basah, sifat- sifat utamanya mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, diantaranya : miskin unsure hara N, P, dan K, sangat masam sampai masam, miskin bahan bahan organik, lapisan bawah kaya aluminium (AI), dan peka terhadap erosi.

Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah di wilayah kota Makassar adalah jenis tanah batuan, iklim, dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang horisonnya akan semakin intensif di pergunakan, terutama untuk kegiatan budidaya.

Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan lapisan tanahnya masih tipis biasa di manfaatkan untuk kegiatan budi daya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Makassar, karena wilayah Makassar terdiri dari laut, dataran rendah dan dataran tinggi, sehingga perlu dibuatkan prioritas-prioritas penggunaan lahan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan intensitas pemanfaatnya.

2.1.4 Hidrologi

Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai, membentang sepanjang koridor Barat dan Utara, lazim dikenal sebagai kota dengan ciri “Waterfront City”, di dalamnya mengalir beberapa sungai yamg kesemuanya bermuara ke dalam kota (Sungai Tallo, Jeneberang, Pampang ). Sunga Jeneberang misalnya, yang mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara ke bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m/detik). Sedangkan sungai Tallo dan Pampang yang bermuara di bagian utara Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m/detik di musim kemarau.

Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga kearah Timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan ke utara merupakan koridor utama kota yang termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoan, perkantoran, pendidikan dan pusat kegiatan industri di Makassar.

(3)

Hanya saja, sejalan dengan perkembangannya saat ini dinamika pengembangan wilayah dengan konsentrasi pembangunan seakan terus berlomba di atas lahan kota yang sudah semakin sempit dan terbatas. Sebagai imbasnya tidak sedikit lahan yang terpakai saat ini menjadi lain dalam peruntukannya, hanya karena lahan yang dibutuhkan selain sudah terbatas, juga karena secara rata-rata konsentrasi kegiatan pembangunan cenderung hanya pada satu ruang tertentu saja.

2.1.5 Klimatologi.

Berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujan, Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang sehingga tropis. Sepanjang 5 tahun terakhir suhu udara rata-rata Kota Makassar berkisar antara 25º C sampai 33º C. curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret dengan rata-rata curah hujan 227 mm dan jumlah hari hujan bekisar 144 hari per tahun. Untuk daerah-daerah yang mendekati pegunungan, yaitu daerah sebelah timur, hujan basah cenderung sampai pada bulan Mei, sedangkan pada daerah pantai, umumnya sampai bulan April.

2.2 Administratif

Berdasarkan data Tahun 2010 (BPS Kota Makassar, 2011) wilayah administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143 kelurahan, dengan 971 RW, dan 4789 RT, dengan total Luas wilayah administrasi Kota Makassar adalah 175,77 km2. Prosentase luas wilayah kecamatan yang tergolong cukup luas adalah Kecamatan Biringkanaya (27,43%), Tamalanrea (18,11%), Manggala (13,73%) dan Tamalate (11,50%) dari luas total luas wilayah Kota Makassar. Luas wilayah per kecamatan di kota Makassar dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Per Kecamatan di Kota Makassar

No Kecamatan Luas Wilayah

(Km2)

Presentase Luas (%)

Jumlah Kelurahan

Jumlah RW

Jumlah RT

1 Mariso 1,82 1,04 9 50 230

2 Mamajang 2,25 1,28 13 57 292

3 Tamalate 20,21 11,50 10 71 308

4 Rappocini 9,23 5,25 10 37 140

5 Makassar 2,52 1,43 14 45 159

6 Ujung Pandang 2,63 1,50 10 58 262

7 Wajo 1,99 1,13 8 82 504

8 Bontoala 2,10 1,19 12 51 201

9 Ujung Tanah 5,94 3,38 12 91 445

10 Tallo 5,83 3,32 15 101 553

11 Pannakukkang 17,05 9,70 11 91 420

12 Manggala 24,14 13,73 6 66 368

13 Biringkanaya 48,22 27,43 7 89 480

14 Tamalanrea 31,84 18,11 6 82 427

Total 143 971 4789

Sumber : Makassar dalam angka, Tahun 2011

(4)

Gambar 2.1 Peta Administratif Kota Makassar

(5)

2.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Sesuai hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 667.995 perempuan, rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Makassar sebesar 97,55% dan yang terbesar terdapat di Kecamatan Ujung Tanah (100,31%) dan Kecamatan Tallo (100,30%).

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2011

NO Kecamatan Penduduk Rasio Jenis

Kelamin (%) Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Mariso 27.836 28.039 55.875 99,28

2. Mamajang 28.811 30.187 58.998 95,44

3. Tamalate 84.474 86.404 170.878 97,77

4. Rappocini 73.377 77.714 151.091 94,42

5. Makassar 40.233 41.467 81.700 97,02

6. Ujung Pandang 12.684 14.220 26.904 89,20

7. Wajo 14.279 15.080 29.359 94,69

8. Bontoala 26.432 27.765 54.197 95,20

9. Ujung Tanah 23.380 23.308 46.688 100,31

10. Tallo 67.247 67.047 134.294 100,30

11. Panakkukang 69.996 71.386 141.382 98,05

12. Manggala 58.451 58.624 117.075 99,70

13. Biringkanaya 83.203 84.538 167.741 98,42

14. Tamalanrea 50.976 52.216 103.192 97,63

Jumlah 661.379 677.995 1.339.374 97,55

Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011

Sementara jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2010 tercatat sebanyak 1.235.239 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar dari Tahun 2009 ke Tahun 2010 sebesar 1,65%.

Pertumbuhan penduduk yang besar terjadi di Kecamatan Biringkanaya (5,45%), Manggala (3,9%), Tamalate (2,55%), dan Tamalanrea (2,02%), hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan (rumah tumbuh baru) dan perkembangan kota mengarah pada wilayah-wilayah kecamatan tersebut. Laju pertumbuhan penduduk per Kecamatan di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 2.3.

(6)

Tabel 2.3 Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk Tahun 2010 Kota Makassar

No. Kecamatan Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk (%)

2009 2010

1 Mariso 55.431 55.875 0,56

2 Mamajang 61.294 58.998 -0,32

3 Tamalate 154.464 170.878 2,55

4 Rappocini 145.090 151.091 1,52

5 Makassar 84.143 81.700 -1,5

6 Ujung Pandang 29.064 26.904 -0,66

7 Wajo 35.533 29.359 -1,83

8 Bontoala 62.731 54.197 -0,83

9 Ujung Tanah 49.103 46.688 0,23

10 Tallo 137.333 134.294 1,16

11 Panakkukang 136.555 141.382 0,98

12 Manggala 100.484 117.075 3,9

13 Biringkanaya 130.651 167.741 5,45

14 Tamalanrea 90.473 103.192 2,02

Jumlah 1.272.349 1.339.374 1,65

Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011

Jumlah rumah tangga yang ada di Kota Makassar Tahun 2010 tercatat sebanyak 30.6067 Rumah Tangga, dengan rata-rata penghuni empat jiwa per rumah tangga. Sedangkan kepadatan penduduk di kota Makassar sebesar 7.620 jiwa/km2, dengan wilayah kecamatan tergolong padat tersebar di Kecamatan Makassar (32.421 jiwa/km2), Kecamatan Mariso (30.701 jiwa/km2), Kecamatan Mamajang (26.221 jiwa/km2), Kecamatan Bontoala (25.808 jiwa/km2), dan kecamatan Tallo (23.035 Jiwa/km2).

Wilayah Kecamatan yang berpenduduk terbesar adalah Kecamatan Tamalate sebesar 170.878 jiwa atau 12,76% dan Kecamatan Biringkanaya sebesar 167.741 jiwa atau 12,52%. Sedangkan wilayah kecamatan yang berpenduduk terkecil adalah Kecamatan Ujung Pandang sebesar 26.904 jiwa atau 2,01% dan Kecamatan Wajo sebesar 29.359 Jiwa atau 2,19%. Luas wilayah, Jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk Kota makassar dapat dilihat pada Tabel 2.4.

(7)

Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kota Makassar

No. Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Rumah Tangga

Rata2 jiwa

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan penduduk (jiwa/Km2)

Prosentase Penduduk

(%)

1 Mariso 1,82 12.026 5 55.875 30.701 4,17

2 Mamajang 2,25 13.015 5 58.998 26.221 4,40

3 Tamalate 20,21 41.298 4 170.878 8.455 12,76

4 Rappocini 9,23 33.926 4 151.091 16.370 11,28

5 Makassar 2,52 17.087 5 81.700 32.421 6,10

6 UjungPandang 2,63 5.594 5 26.904 10.230 2,01

7 Wajo 1,99 5.923 5 29.359 14.753 2,19

8 Bontoala 2,1 11.074 5 54.197 25.808 4,05

9 Ujung Tanah 5,94 9.359 5 46.688 7.860 3,49

10 Tallo 5,83 27.493 5 134.294 23.035 10,03

11 Panakkukang 17,05 33.758 4 141.382 8.292 10,56

12 Manggala 24,14 25.363 5 117.075 4.850 8,74

13 Biringkanaya 48,22 39.272 4 167.741 3.479 12,52

14 Tamalanrea 31,84 30.879 3 103.192 3.241 7,70

Jumlah 175,77 306.067 4 1.339.374 7.620 100,00

Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011

2.3.1 Struktur Usia

Penduduk Kota Makassar bila dilihat dari kelompok umur dan kelamin, kelompok terbesar adalah usia 20-24 Tahun sebesar 169.068 jiwa, yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 82.580 jiwa, seperti yang terlihat pada tabel 2.5

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Usia Tahun 2010

NO Kelompok Umur

(Thn) Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

1 0 – 4 66.461 62.009 128.470

2 5 – 9 66.096 61.864 127.960

3 10 – 14 61.244 57.787 119.031

4 15 – 19 68.302 73.282 141.584

5 20 – 24 82.580 86.488 169.068

6 25 – 29 64.916 65.678 130.594

7 30 – 34 54.031 55.979 110.010

8 35 – 39 47.835 49.552 97.387

(8)

Sambungan tabel 2.5 NO Kelompok Umur

(Thn) Laki-laki Perempuan Jumlah (Jiwa)

9 40 – 44 41.573 44.981 86.554

10 45 – 49 32.906 34.849 67.755

11 50 – 54 25.517 25.246 50.763

12 55 – 59 18.404 18.695 37.099

13 60 – 64 12.877 15.277 28.154

14 65 + 18.637 26.308 44.945

Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011

2.3.2 Angkatan Kerja

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010, penduduk Kota tercatat sebanyak 61,04% angkatan kerja terdiri dari yang bekerja sebanyak 53,61% dan pengangguran sebanyak 7,43%. Sedangkan bukan angkatan kerja pada Tahun 2010 sebesar 38,96% yang terdiri dari yang masih duduk dibangku sekolah sebesar 14,57%, mengurus rumah tangga 19,36%, lainnya sebesar 5,03%. Sedangkan pengangguran terbuka pada tahun 2010 sebesar 12,17% menurun bila dibandingkan pada tahun 2009 sebesar 12,86%, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 61,04%. Untuk lebih rincinya diuraikan pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan.

Kegiatan Utama Tahun (%)

2009 2010

(1) (3) (4)

1. Angkatan Kerja

- Bekerja 52,97 53,61

- Pengangguran 7,82 7,43

Jumlah Angkatan Kerja 60,79 61,04

% Bekerja Terhadap Angkatan Kerja 87,14 87,83

2. Bukan Angkatan Kerja

- Sekolah 14,26 14,57

- Mengurus RT 19,77 19,36

- Lainnya 5,18 5,03

Jumlah Bukan Angkatan Kerja 39,21 38,96

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 12,86 12,17

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 60,79 61,04 Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011

(9)

2.3.3 Tingkat Kesejahteraan

Jumlah Kepala Keluarga di Kota Makassar berjumlah 262.422 KK (Kepala Keluarga), dengan rincian tingkat kesejahteraan sebagai berikut :

 Keluarga Miskin (berdasarkan penerima RASKIN) : 62.192 KK atau (23,70%)

 Keluarga Pra Sejahtera I : 61.001 KK atau (23,25%)

 Keluarga Sejahtera I : 54.432 KK atau (20,74%)

 Keluarga Sejatera II : 73.430 KK atau (27,98%)

 Keluarga Sejahtera III : 52.387 KK atau (19,96%)

 Keluarga Sejahtera III Plus : 21.172 KK atau (8,07%)

Berdasarkan prosentase penduduk miskin yang ada di Kota Makassar, konsentrasi terbesar berada di wilayah Kecamatan Tamalate sebesar 9.315 KK atau 14,98%, dan Kecamatan Tallo sebesar 8.158 KK atau 13,12%. Jumlah kepala keluarga per kecamatan menurut tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.7.

(10)

Tabel 2.7 Jumlah Kepala Keluarga Per Kecamatan Menurut Tingkat Kesejahteraan

No. Kecamatan

Jumlah Kepala keluarga

Keluarga Miskin *)

Pra Keluarga Sejahtera

Keluarga Sejahtera I

Keluarga Sejahtera II

Keluarga Sejahtera

III

Keluarga Sejahtera III Plus

Prosentase Keluarga Miskin (%)

% Penyebaran

KK Miskin

1 Mariso 11.644 3.219 4.096 2.534 2.888 1.769 357 27,65 5,18

2 Mamajang 12.179 3.779 2.917 3.206 3.019 2.362 675 31,03 6,08

3 Tamalate 32.499 9.315 9.826 4.290 8.214 6.533 3.636 28,66 14,98

4 Rappocini 28.870 6.409 5.472 5.264 8.340 7.084 2.710 22,20 10,31

5 Makassar 17.638 6.355 5.333 4.169 5.092 1.961 1.083 36,03 10,22

6 Ujung Pandang 5.804 644 787 1.097 1.989 1.598 333 11,10 1,04

7 Wajo 8.151 859 859 1.715 2.468 2.426 683 10,54 1,38

8 Bontoala 10.912 2.658 2.783 2.849 3.224 1.465 591 24,36 4,27

9 Ujung Tanah 10.544 4.842 3.287 3.260 3.038 812 147 45,92 7,79

10 Tallo 27.697 8.158 8.719 8.630 6.656 3.086 606 29,45 13,12

11 Panakkukang 27.138 5.873 6.480 4.236 6.447 7.206 2.769 21,64 9,44

12 Manggala 21.109 4.258 3.900 4.131 4.513 3.849 4.716 20,17 6,85

13 Biringkanaya 31.157 4.060 5.218 5.547 11.165 7.579 1.648 13,03 6,53

14 Tamalanrea 17.080 1.763 1.324 3.504 6.377 4.657 1.218 10,32 2,83

Jumlah 262.422 62.192 61.001 54.432 73.430 52.387 21.172 23,70 100

Prosentase 100,00 23,70 23,25 20,74 27,98 19,96 8,07

Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011

(11)

Sedangkan Proyeksi kondisi dan Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2008-2014 dapat di lihat pada tabel 2.8.

Tabel 2.8 Kondisi & Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2008 – 2014

No Kecamatan

Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Mariso 54.616 55.149 56.233 57.060 57.898 58.749 59.612

2 Mamajang 60.394 61.268 62.154 63.053 63.964 64.890 65.828

3 Tamalate 152.197 154.412 156.659 158.939 161.251 163.598 165.979

4 Rappocini 142.958 145.126 147.328 149.562 151.831 154.134 156.472

5 Makassar 82.907 84.189 85.490 86.811 88.153 89.516 90.900

6 Ujung Pandang 28.637 29.075 29.519 29.970 30.428 30.893 31.365

7 W ajo 35.011 35.525 36.048 36.577 37.115 37.660 38.214

8 Bontoala 61.809 62.783 63.773 64.778 65.799 66.836 67.88

9 Ujung Tanah 48.382 49.050 49.728 50.414 51.110 51.816 52.532 10 Tallo 135.315 137.231 139.174 141.144 143.142 145.169 147.224 11 Panakkukang 134.548 136.649 138.784 140.951 143.152 145.388 147.659 12 Manggala 99.008 100.482 101.977 103.495 105.035 106.599 108.185 13 Biringkanaya 128.731 130.651 132.600 134.578 136.586 138.623 140.691 14 Tamalanrea 89.143 90.489 91.855 93.242 94.650 96.080 97.530

Jumlah

Penduduk 1.253.65 1.272.349 1.291.320 1.310.574 1.330.116 1.349.950 1.370.080

Pertumbuhan - 1,55

Sumber : BPS Kota Makassar (data diolah)

2.4 Pendidikan

Kualitas sumber daya manusia tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) dimana pada Tahun 2009 sebesar 78,20% dan pada Tahun 2010 telah mencapai 78,59% yang didorong dengan semakin membaiknya pelaksanaan sistem pendidikan di kota Makassar. Demikian pula Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota pada Tahun 2009 penduduk usia SD (7-12 Tahun ) sebesar 96,89%, usia SLTP (13-15 Tahun ) sebesar 85,62% dan usia SLTA (16-18 Tahun ) sebesar 55,64%. Pada Tahun 2010 angka partisipasi sekolah meningkat dimana penduduk usia SD (7-12 Tahun ) sebesar 97,47%, usia SLTP (13-15 Tahun ) sebesar 86,06% dan usia SLTA (16-18 Tahun ) sebesar 57,47%.

(12)

Untuk melaksanakan komitmen terhadap kepedulian dibidang pendidikan maka Pemerintah kota Makassar pada Tahun 2007 telah mencanangkan Sekolah Gratis untuk 18 Satuan Pendidikan, yaitu 15 SD & 3 SMP. Sebanyak 4.382 siswa miskin terbantu program ini untuk menikmati pendidikan dasar 9 Tahun, khusus anak-anak pulau bebas pungutan untuk bersekolah. Program ini dilanjutkan di Tahun 2008 dengan fokus pada 48 Satuan Pendidikan, yaitu 43 SD dan 5 SMP yang menolong 11.470 siswa miskin & dilanjutkan 152 sekolah untuk 138 SD & 12 SMP dan 2 SLTA akan mengangkat 21.153 siswa. Dan pada Tahun 2010 seluruh murid SD dan SMP yang berjumlah 158.480 murid dari 541 SD/MI dan 64.771 siswa dari 225 SMP/MTs menjadi target sekolah gratis.

Sekolah bersubsidi penuh yang dilaksanakan Pemerintah Kota Makassar sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan bagi keluarga miskin di kawasan kumuh dan di kepulauan/pesisir dengan cara memenuhi seluruh kebutuhan biaya pendidikan bersubsidi penuh yang dialokasikan dalam APBD kota Makassar dan pada Tahun 2010 dilaksanakan pula pendidikan gratis atas bantuan pembiayaan dari Pemerintah Provinsi dan APBD Kota dengan sasaran sekolah dasar dan sekolah menengah dengan realisasi anggaran sebesar Rp.

54.693.407.000,-

Beberapa sekolah tidak berminat ikut dalam Program Pendidikan Gratis (10 SD dan 12 SMP) dengan alasan bahwa bila ikut program pendidikan gratis tidak bisa memungut sumbangan sedangkan biaya operasional sekolah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan bantuan Pendidikan Gratis.

Disamping itu pula telah dilakukan berbagai perbaikan dan renovasi terhadap 322 sekolah untuk mendukung aktivitas proses belajar mengajar secara layak dan berkualitas. Seiring dengan semakin membaiknya sistem pendidikan di kota Makassar masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan yang dihimpun menjadi permasalahan pokok dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah prasarana dan sarana sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Kondisi fisik gedung sekolah beberapa yang tidak memadai lagi, ruang belajar relatif kurang dan masih kurang perpustakaan, laboratorium, meubelair dan buku-buku paket pelajaran sekolah. Alat peraga pendidikan juga masih kurang serta masih banyaknya murid yang tidak mampu secara finansial. Disamping itu, taman baca dan kendaraan perpustakaan keliling masih terbatas. Demikian juga ketersediaan tenaga pengajar, upaya dilakukan penambahan sesuai kebijakan Pemerintah Pusat dan redistribusi sesuai kewenangan pemerintah kota Makassar untuk mendekati keseimbangan rasio murid guru. Sehingga pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dapat terwujud.

Oleh karena itu pemerintah kota Makassar berupaya secara terus menerus untuk menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan yang representatif sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk dan penuntasan program wajib belajar 9 Tahun . Sedangkan kemampuan membaca dan menulis penduduk Kota cukup meningkat ditandai dengan meningkatnya prosentase penduduk yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin dan yang buta huruf semakin berkurang. Sekitar 97,45 % penduduk usia 10 Tahun ke atas mampu membaca dan menulis huruf latin.

(13)

Tabel 2.9 Kemampuan Baca dan Tulis Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Kota Makassar Tahun 2010

Jenis Kelamin Membaca dan

Menulis Tidak dapat %

Laki-laki 99.10 0.90

Perempuan 97.11 2.89

Laki-laki + Perempuan 97.45 2.55

Sumber: BPS Kota Makassar, 2011

Sebagai tindak lanjut dari program Pemerintah Kota dalam rangka meningkatkan kecerdasan dan minat baca masyarakat dengan “Gerakan Makassar Gemar Membaca” (GMGM) yang bertujuan (1). Membaca dapat membudaya di masyarakat; (2). Buku sebagai pusat pengetahuan dan informasi; (3) Perpustakaan dan tempat baca lainnya mudah diakses. Melalui program tersebut Pemerintah Kota telah mencanangkan penggunaan Taman Baca pada 14 Kecamatan, pelibatan swadaya masyarakat telah dibangun 150 Taman Baca Masyarakat dan telah beroperasinya 2 (dua) unit Mobil Perpustakaan, penyediaan 2 (dua) unit kendaraan motor pintar ke berbagai sekolah dan tempat keramaian umum lainnya serta telah dibangun 8 (delapan) buah Taman Baca Masyarakat termasuk Taman Baca didaerah Kepulauan (Lakkang, Barrang Caddi dan Barrang Lompo). Sebagai keberlanjutan pelaksanaan Program GMGM maka pada Tahun 2008 telah dialokasikan anggaran di 14 Kecamatan untuk program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan berbagai kegiatan seperti pengelolaan taman baca, lomba membaca dan menulis serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Arsip, Perpustakaan dan PDE dengan kegiatan sebagai berikut : Lomba membaca koran bagi tukang becak, lomba desain perpustakaan impian, karnaval gemar membaca, gelar minat baca, peduli minat baca anjal, pengelolaan perpustakaan umum, wajib kunjungan perpustakaan publikasi gemar membaca melalui media elektronik serta beberapa kegiatan lainnya yang mendukung pelaksanaan Program “Gerakan Makassar Gemar Membaca” (GMGM)

Hingga Tahun pelajaran 2010/2011 jumlah sekolah, siswa dan guru yang mengajar merupakan faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan pendidikan di Kota Makassar. Adapun rincian jumlah sekolah, siswa dan guru adalah sebagai berikut: jenjang pendidikan TK dengan jumlah sekolah sebanyak 341 unit dengan jumlah siswa 14.586 orang dan jumlah guru yang mengajar sebanyak 1.867 orang. Jenjang pendidikan SD sebanyak 452 unit sekolah negeri dan sekolah swasta, dengan jumlah siswa 144.499 orang siswa dan 6.033 guru. Jenjang pendidikan SMP 179 unit sekolah negeri dan sekolah swasta, dengan jumlah siswa 61.107 orang siswa dan 4.268 guru. Jenjang pendidikan SMA/MA terdapat 116 unit sekolah negeri dan sekolah swasta, 35.567 siswa dan 5.595 guru sedangkan jenjang pendidikan SMK terdapat 8 unit sekolah negeri, 73 unit sekolah swasta, 21.563 siswa dan 701 guru.

Berdasarkan data tersebut diatas bahwa pada tahun 2010, untuk tingkat SD rasio murid terhadap sekolah adalah 270 orang per sekolah dengan rasio murid terhadap guru adalah 24 orang murid per guru dan rasio guru per sekolah yakni 11 orang per sekolah. Kemudian tingkat SLTP, rasio murid terhadap sekolah yakni 339 orang per sekolah dan rasio guru terhadap murid yakni 14 orang murid per guru dan rasio guru terhadap sekolah yakni 24 orang guru per sekolah. Selanjutnya untuk tingkat SLTA, rasio murid terhadap sekolah adalah 337 orang per

(14)

sekolah dengan rasio murid terhadap guru yakni 23 murid per guru dan rasio guru terhadap sekolah yakni 14 guru per sekolah.

Sesuai data Badan Pusat Statistik Kota Makassar untuk tahun 2010, distribusi sekolah dapat dilihat pada tabel 2.10. Untuk tingkat SD, jumlah terbesar berada di Kecamatan Rappocini yakni 48 sekolah atau 10,62%, menyusul di Kecamatan Panakukang yakni 46 sekolah atau 10,18% dan Kecamatan Tallo yakni 44 sekolah atau 9,73% dan dan Kecamatan Tamalate yakni 43 sekolah atau 9,29%. Sedang yang terkecil, berada di Kecamatan Wajo yakni 14 sekolah atau 3,10%, menyusul Kecamatan Mariso yakni 19 sekolah atau 4,20% dan Kecamatan Bontoala dan Kecamatan Ujung Tanah Masing 21 sekolah atau 4,65%.

Tabel 2.10 Jumlah dan Distribusi SD, SLTP dan SLTA di Kota Makassar Tahun 2010.

No. Kecamatan SD SLTP SLTA

1 Mariso 19 7 6

2 Mamajang 24 11 11

3 Tamalate 42 14 13

4 Rappocini 48 16 10

5 Makassar 38 16 10

6 Ujung Pandang 29 18 10

7 Wajo 14 8 5

8 Bontoala 21 10 6

9 Ujung Tanah 21 9 5

10 Tallo 44 13 3

11 Panakkukang 46 16 13

12 Manggala 33 14 9

13 Biringkanaya 43 19 7

14 Tamalanrea 30 8 8

Jumlah 452 179 116

Sumber : BPS Kota Makassar.

Selanjutnya untuk tingkat SLTP, jumlah terbesar terdapat di Kecamatan Biringkanaya yakni 19 sekolah atau 10,61%, menyusul di Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 18 sekolah atau 10,06% dan Kecamatan Rappocini, Kecamatan Makassar dan Kecamatan Panakukang masing- masing sebanyak 16 sekolah atau 8,94%. Kemudian untuk tingkat SLTA, jumlah terbesar terdapat di Kecamatan Panakkukang dan Kecamatan Tamalate masing-masing yakni 13 sekolah atau 11,21%, menyusul di Kecamatan Mamajang sebanyak 11 sekolah atau 9,48% dan Jumlah terkecil terdapat di Kecamatan Tallo sebanyak 3 sekolah atau 2,59%.

(15)

2.5 Kesehatan

Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan, pemerintah kota Makassar sejak Tahun 2007 telah melakukan pelayanan kesehatan gratis pada seluruh Puskesmas yang ada di kota Makassar. Pelayanan yang diberikan secara gratis kepada seluruh warganya dengan tidak membedakan latar belakang ekonomi kaya atau miskin, semuanya memperoleh pengobatan dan pemeriksaan ke Puskesmas secara gratis. Hal ini mendorong kesadaran warga akan arti pentingnya kesehatan terbukti dari lonjakan kunjungan ke Puskesmas Tahun 2010 menjadi 2.032.409 orang terdiri dari kunjungan sakit 1.561.199 orang dan kunjungan sehat 471.210 orang.

Berkaitan dengan kesehatan gratis disediakan 6.034 sarana pelayanan kesehatan bagi warga kota berupa 1 Rumah Sakit Umum Daerah Daya, 8 Puskesmas Rawat Inap, 29 Puskesmas, 41 Puskesmas Pembantu, 955 Posyandu yang didukung oleh 1.193 Tenaga Medis. Sedangkan masyarakat pulau disediakan Puskesmas Keliling yang siap memberikan mengatasi berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat pulau serta disediakan pula 2 Puskesmas Percontohan Metadon dari 24 pelayanan yang ada di Indonesia siap memberikan pelayanan dan rujukan bagi penderita HIV/AIDS & penyalahgunaan narkoba (NAPZA);

Tabel 2.11 Jumlah Prasarana dan Sarana Kesehatan Kota Makassar 2010

No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 37

2 Puskesmas Pembantu 42

3 Puskesmas keliling 37

4 Rumah Sakit 16

5 Rumah Sakit Bersalin 10

6 Rumah Bersalin 24

7 Bidan Praktek swasta 117

8 Balai Pengobatan Gigi 22

9 Praktek Dokter Perorangan 2.176

10 Praktek Dokter Bersama 62

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, Tahun 2011

Dalam mengantisipasi terjadinya penyakit deman berdarah maka hinga Tahun 2010 telah terbentuk 1.854 Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di seluruh pelosok kota Makassar untuk memantau, melaporkan dan memberantas sarang nyamuk deman berdarah melalui gerakan menguras, menutup dan mengubur serta abatesasi, penyemprotan atau fogging baik massal maupun khusus. Setiap Kecamatan disediakan 2 petugas fogging untuk mengantisipasi munculnya wabah demam berdarah.

(16)

Tabel 2.12 10 (Sepuluh) Diagnosa Penyakit Terbanyak di Puskesmas se Kota Makassar 2010

No. Jenis Penyakit Kasus %

1 Infeksi akut pada Saluran Pernafasan Bagian Atas 114.253 25,98%

2 Penyakit lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas 72.572 16,50%

3 Batuk 43.448 9,88%

4 Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 36.766 8,36%

5 Dermatitis dan Eksim 35.855 8,15%

6 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 35.813 8,14%

7 Demam yang tidak diketahui penyebabnya 26.467 6,02%

8 Infeksi Kulit dan jaringan sub kutan ( Ploderma ) 26.221 5,96%

9 Artrosis lainnya 25.619 5,83%

10 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 22.706 5,16%

JUMLAH 439.720 100,00%

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011

Tabel 2.13 Jumlah Penderita Diare menurut kecamatan di Kota Makassar Tahun 2006-2010

No. Kecamatan Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

1 Mariso 2.863 2.877 2.444 2.157 1.936

2 Mamajang 4.676 4.407 2.862 3.223 2.106

3 Tamalate 3.914 4.444 3.389 3.936 3.339

4 Rappocini 3.694 3.857 3.602 2.633 920

5 Makassar 4.416 3.377 4.231 3.458 1.028

6 Ujung Pandang 1.045 2.116 1.054 1.268 2.060

7 Wajo 1.705 1.985 2.221 1.982 4.357

8 Bontoala 1.300 2.412 3.515 3.972 2.749

9 Ujung Tanah 4.477 4.947 2.988 2.370 5.359

10 Tallo 5.344 5.358 4.307 5.014 3.491

11 Panakkukang 7.023 5.382 5.073 4.476 3.426

12 Manggala 4.752 4.451 3.371 3.293 2.795

13 Biringkanaya 3.079 2.394 2.572 2.959 3.374

14 Tamalanrea 3.821 4.271 5.172 4.273 3.800

Kota Makassar 52.109 52.278 46.801 45.014 39.740

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011

(17)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan penyakit diare adalah perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya higiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan.

Program kesehatan gratis yang dilakukan oleh pemerintah kota Makassar menyiapkan layanan gratis khusus secara berkala, seperti pengobatan gratis, perbaikan gizi masyarakat khususnya kepada masyarakat miskin kurang gizi, pelayanan operasi katarak, operasi bibir sumbing, sunatan massal, dan lain-lain.

Untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan gratis di tengah-tengah masyarakat maka pemerintah kota Makassar memfasilitasi pembentukan kelompok kerja (Pokja) Kelurahan Sehat yang saat ini mencapai 63 Pokja, yang bertujuan untuk mengaktifkan kader-kader posyandu untuk mendukung keluarga yang sehat melalui Kelurahan Siaga, Gerakan Sayang Ibu, Revitalisasi Posyandu, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan ASI eksklusif, dan lain-lain.

Kesehatan Gratis akan ditingkatkan kualitasnya melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota Makassar dengan target perluasan dari 160.103 ASKES, 336.004 JAMKESMAS/ASKESKIN, 88.654 JAMSOSTEK & 644.760 tanggungan pemerintah kota Makassar. Realisasi penyaluran bantuan kesehatan dari APBD Provinsi Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp. 3.952.276.089,00 atau 93,90% dari total anggaran sebanyak Rp. 4.208.993.280,- yang diperuntukkan bagi rawat inap di 37 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit Umum Daya Kelas III dengan anggaran sebesar Rp.

1.980.702.720,00

Tempat-tempat dan fasilitas/area publik secara bertahap disediakan Bilik Air Susu Ibu terutama di Mall, Plaza, Pusat Perbelanjaan, Hotel, Restoran dan lain-lain.

Derajat kesehatan masyarakat Kota di Tahun 2010 cukup mengalami peningkatan tercermin dari Angka Harapan Hidup. Pada Tahun 2009 Angka Harapan Hidup sebesar 73,43 Tahun sedangkan pada Tahun 2010 Angka Harapan Hidup menjadi 73,58 Tahun. Angka kematian bayi Tahun 2009 sebesar 11,34/1000 KH (Kelahiran Hidup) dan pada tahun 2010 menurun menjadi 10/1000 KH (kelahiran Hidup). Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2009 sebesar 16 /100.000 LH (Kelahiran Hidup) dan pada tahun 2010 menurun menjadi 11,8/100.000 LH (Kelahiran Hidup). Prevalensi gizi kurang anak balita tahun 2009 sebesar 15,35 % dan tahun 2010 prevalensi gizi kurang anak balita sebesar 15,22%.

Pada tahun 2010, sarana kesehatan yang tersedia di kota Makassar terdiri atas 40 unit Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Bersalin, 73 unit Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu serta 2 unit BKIA. Kemudian pada tahun 2010 jumlah Puskesmas, yakni 112 unit yang terdiri dari 36 unit Puskesmas, 40 unit Pustu dan 36 Puskesmas Keliling.

Selain itu, terdapat juga tempat pelayanan kesehatan berupa dokter dan bidang praktek. Pada tahun 2009, jumlah dokter praktek tersebut adalah 1.008 unit dan bidan praktek sebanyak 124 unit. Kemudian pada tahun 2010, jumlah dokter praktek tersebut menjadi 2.012 unit dan bidan praktek sebanyak 168 unit.

(18)

Tabel 2.14 Jumlah penderita penyakit menular yang dapat mewabah pada masyarakat menurut jenis penyakit di Kota Makassar tahun 2010

No. Jenis Penyakit Penderita Meninggal

Prosentase yang Meninggal

1 Diare 39.740 0 0

2 Typoid 3.404 0 0

3 Dipteri 3 0 0

4 Pertusis 0 0 0

5 Campak 309 0 0

6 D H F 182 0 0

7 Varicella 1.041 0 0

8 Tyetanus Neonatorum 0 0 0

Jumlah Total

2010 44.679 0 0

2009 49554 10 0,02

2008 49758 13 0,03

2007 55713 15 0,03

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011

Tabel 2.15 Jumlah Penderita Yang meninggal akibat penyakit diare dirinci menurut golongan umur di Kota Makassar tahun 2010

No. Golongan Umur (Tahun) Penderita Meninggal

Prosentase yang Meninggal

1 Dibawah 1 tahun 6.505 4 0,06

2 1 – 4 14.633 2 0,01

3 5 ke Atas 18.602 0 0

Jumlah Total

2010 39.740 6 0,02

2009 45014 8 0,02

2008 46801 9 0,02

2007 52278 10 0,02

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011

Berdasarkan data pada tabel 2.13 tersebut diatas, maka anak-anak usia dibawah 5 tahun sangat rentan sekali terhadap penyakit diare yaitu ada 21.138 kasus atau 53,19%, dan anak penderita diare yang sampai meninggal dunia ada 6 kasus atau 0.028% dari jumlah anak penderita diare.

(19)

Tabel 2.16: Jumlah Penderita Yang meninggal akibat penyakit diare dirinci menurut Kecamatan di Kota Makassar tahun 2010

No. Kecamatan Penderita Meninggal

Prosentase yang Meninggal

1 Mariso 1.936 0 0

2 Mamajang 2.106 0 0

3 Tamalate 2.795 0 0

4 Rappocini 3.426 0 0

5 Makassar 3.339 0 0

6 Ujung Pandang 920 0 0

7 Wajo 1.028 0 0

8 Bontoala 2.060 0 0

9 Ujung Tanah 2.749 0 0

10 Tallo 4.357 0 0

11 Panakkukang 4.359 0 0

12 Manggala 3.491 0 0

13 Biringkanaya 3.800 0 0

14 Tamalanrea 3.374 0 0

Jumlah Total

2010 39.740 0 0

2009 45.014 8 0,02

2008 46.801 9 0,02

2007 52.278 10 0,02

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2010

Pemerintah Kota telah melaksanakan berbagai upaya preventif dan promotif secara terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan masyarakat dan berbagai sektor terkait, termasuk dalam penanggulangan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS serta penyalahgunaan NAPZA.

2.6

Sosial Kemasyarakatan

Kota Makassar memiliki posisi yang sangat strategis karena terletak di tengah-tengah kepulauan Indonesia, dan secara ekonomis daerah ini memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, dimana Selat Makassar merupakan salah satu jalur pelayaran internasional.

Disamping sebagai titik simpul transportasi laut dan udara, kota Makassar bukan hanya sebagai pusat pelayanan dan pengembangan distribusi jasa dan perdagangan Kawasan Timur Indonesia (KTI) tetapi merupakan ruang keluarga (“Living Room”) yaitu sebagai tempat yang aman tenteram,damai sangat kondusif sebagai tempat tinggal dan berinvestasi serta melakukan berbagai aktivitas.

Disamping memiliki keunggulan tersebut, Kota Makassar dihuni oleh penduduk dari berbagai etnis, budaya, memiliki nilai-nilai luhur yang diangkat dari nilai tradisional dan budaya lokal, dan secara universal dapat dipadukan dengan cara pandang global. Nilai-nilai tersebut

(20)

berfungsi sebagai rambu-rambu/koridor dalam pelaksanaan semua aktivitas pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Ada empat etnis besar yang mewarnai nilai-nilai luhur tersebut, yaitu etnis Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar, disamping etnis-etnis lainnya; Cina, India, Arab dan Melayu.

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam mewujudkan pembangunan, seluruh kemampuan dipadukan secara bijak antara potensi sumber daya alam yang strategi dengan potensi sumber daya manusia yang terbekali dengan nilai-nilai luhur. Pengembangan potensi harus direncanakan sebaik mungkin dan dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin melalui aspek yang saling terkait, saling mempengaruhi dan secara keseluruhan dikelola seoptimal mungkin yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sesuai dengan latar belakang agama dan keyakinan penduduk kota Makassar, terdapat empat jenis tempat peribadatan yang ada di kota ini, yakni Masjid/Mushallah bagi umat Islam, gereja bagi yang beragama kristen/protestan serta peribatan bagi pemeluk agama Budha dan Hindu.

Pada tahun 2010, terdapat 613 buah masjid dan 98 buah mushallah. Kemudian, 70 buah gereja protestan dan 16 buah gereja Katholik. Berikut yakni tempat peribadatan umat Budha 3 buah dan umat Hindu 1 buah. Angka-angka tersebut pada tahun 2008 menjadi : a) Masjid sebanyak 864 buah dan Mushallah sebanyak 112 buah, b) Gereja Protestan sebanyak 90 buah dan Gereja Katholik sebanyak 57 buah, c) Tempat peribadatan umat Budha sebanyak 23 buah dan d) Tempat peribadatan umat Hindu tetap 1 buah.

2.7 Perekonomian

2.7.1 Pertumbuhan Ekonomi

Dalam analisis ekonomi wilayah, indikator yang lazim digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, pendapatan per kapita, tenaga kerja, perkembangan investasi dan distribusi Pendapatan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2009 sebesar Rp.31,26 trilyun lebih dan pada tahun 2010 naik menjadi Rp.36,73 trilyun lebih.

Pertumbuhan ekonomi yang baik ditandai dengan semakin tertekannya laju inflasi, dimana pada Tahun 2009 laju inflasi mencapai rata-rata sebesar 3,24%, pada tahun 2010 naik menjadi 6,82% sedangkan inflasi secara nasional sebesar 11,64%, dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar pada Tahun 2009 sebesar 9,28% naik menjadi 9,31%

pada tahun 2010. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan atau peningkatan beberapa indikator–indikator makro ekonomi dan juga disebabkan oleh investasi Pemerintah Kota melalui APBD disamping peran swasta dalam sektor riil yang memacu peningkatan perekonomian.

(21)

Tabel 2.17 Perkembangan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2008-2009

No. Indikator Ekonomi Lokal 2009 2010

Prosentase (%) 1 Jumlah PDRB Harga Berlaku (Triliyun Rp) 31,26 36,73 17,50 2 Jumlah PDRB Harga konstran (Triliyun Rp) 14,798

3 Jumlah penduduk (Jiwa) 1.272.349 1.339.374 5,27

4 PDRB harga berlaku perkapita ( Rp/Bulan) 2.004.167 2.285.833 14,05 5 PDRB harga konstan perkapita (Rp/Bulan) 2.063.177

6 Tingkat inflasi (%) 3,24% 6,82% 110,50

7 Kebutuhan Hidup Minimum (Rp/Bulan) 900.000 1.000.000 11,11

8 Upah Minimum Kota (Rp/Bulan) 905.000 1.000.000 10,50

9

Prosentase (%) UMK terhadap PDRB harga

berlaku perkapita 45,16 43,74 -3,12

Sumber : Berbagai Sumber dan data di olah.

Investasi dan instrumen moneter dengan tingkat bunga yang responsif terhadap iklim investasi, pada tahun 2009 menghasilkan persetujuan investasi PMDN Rp. 195,45 milyar dan PMA $ US 13,8 Juta dan pada tahun 2010 menghasilkan persetujuan investasi PMDN Rp.

1.265,79 milyar lebih dan PMA $ US 1.029.330 juta.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar juga dipengaruhi oleh dunia perbankan dimana jumlah pinjaman pada tahun 2009 jumlah pinjaman sebesar Rp.16,06 trilyun lebih, terdiri dari pinjaman modal kerja Rp. 6,57 trilyun lebih, pinjaman investasi sebesar Rp. 4,50 trilyun lebih dan pinjaman konsumsi sebesar Rp. 4,98 trilyun lebih. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah pinjaman meningkat menjadi Rp. 19,17 trilyun lebih, terdiri dari pinjaman modal kerja Rp. 7,99 trilyun lebih, pinjaman investasi sebesar Rp. 4,69 trilyun lebih dan pinjaman konsumsi sebesar Rp 6,47 trilyun lebih.

2.7.2 Pendapatan perkapita

Pada tahun 2010 indikator perekonomian lainnya, yaitu pendapatan perkapita, memperlihatkan perkembangan PDRB perkapita yang cukup berarti, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 16,87 Juta lebih dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 20,79 juta lebih.

Struktur ekonomi Kota Makassar masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel. Struktur ekonomi pada Tahun 2010 dapat dilihat pada grafik berikut ini.

(22)

Grafik 2.1

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2010.

Grafik 2.2

PDRB Perkapita Kota Makassar Berdasarkan Harga Berlaku (Rupiah) Tahun 2005-2009.

2.7.3 Keuangan Daerah.

Kebijakan keuangan daerah khususnya pada kelompok Pendapatan Daerah tetap memperhatikan kondisi obyektif masyarakat dan peraturan perundang – undangan yang berlaku, Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp.

0 5 10 15 20 25 30 35

Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Angkutan&Komunikasi Jasa-jasa

0,58 0,01

20,46 1,95

8,79 30,16

15,49 10,96 11,11

15,74

18,17

20,79

26,07

31,26

TAHUN

2007

2006 2008 2009

Trilyun

2005

Trilyun

Trilyun

Trilyun

Trilyun

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan kriteria tersebut dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka pemilihan informan dilakukan secara purposive digunakan untuk mengarahkan pengumpulan

Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus. Menurut peraturan Tata Gereja dan Tata Laksana GKSBS, bahwa seorang calon Pendeta wajib mengikuti Pembimbingan agar dapat

Menguasai teknik tolak peluru gaya orthodox dengan baik dan benar merupakan syarat untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dari gaya tolak peluru memiliki

2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan

Meskipun kita lebih menitikberatkan pada komunikasi nonverbal dibandingkan dengan pesan verbal ketika mendeteksi manipulasi, tidak ada aturan baku yang dapat memungkinkan

Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Sekretariat, Bidang Penegakan Peraturan Perundang-undangan Daerah, Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, Bidang

Sehingga siswa dapat mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan analogi-analogi yang dibuat pada tahapan latihan-latihan Peregangan (

Data transaksi dimasukan dalam system POS , kemudian sistem ini akan memproses data transaksi menggunakan datamining MBA untuk menghasilkan Association rule, tanpa