• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Perusahaan

UKM Melati merupakan salah satu UKM yang memproduksi keripik tempe sebagai oleh-oleh khas kota Malang yang berlokasi di jalan Raya sanan no. 36 Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Pengolahan keripik tempe di UKM Melati masih dilakukan secara tradisional.

Selain keripik tempe rasa original UKM melati menyediakan berbagai macam keripik dengan rasa yang beda. Penjualan di UKM Melati diawali dengan kegiatan pemesanan oleh konsumen. UKM melati melayani pemebelian keripik tempe tanpa label (kosongan) untuk dijual ke distributor besar. Keripik tempe (kosongan) dijual dengan harga Rp. 30.000 per kilogram. Selain pembelian produk tanpa label, UKM melati juga memperoduksi sekaligus menjual sendiri produknya. UKM Melati sendiri sudah mendapatkan sertifikat Halal.

(2)

Gambar 4.1 Denah Lokasi UKM Melati

(3)

4.1.1 Profil pekerja aktivitas pemotongan

Profil pekerja UKM Melati diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan pekerja mengenai biodata pekerja tersebut. Profil pekerja digunakan untuk menjelaskan secara umum bagaimana kondisi pekerja yang dilihat dari jenis kelamin, umur, berat badan,, tinggi badan dan lama waktu bekerja.

Tabel 4.1 data pekerja aktivitas pemotongan tempe UKM Melati jaya

No Nama Jenis Kelamin

Usia (tahun)

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm)

Masa kerja (tahun)

1 Mulyo Laki-laki 54 60 163 14

2 Surandi Laki-laki 31 65 172 7

3 Riski Laki-laki 28 57 166 4

Berdasarkan tabel 4.1 pada aktivitas pemotongan terdapat 3 pekerja.

Secara umum rentang usia antara 28 sampai 54 tahun. Usia pekerja pada aktivitas pemotongan kripik tempe termasuk dalam kategori usia produktif, sehingga masih mempunyai semangat kerja yang tinggi.

Tinggi badan pekerja antara 163 cm sampai 172 cm dengan berat badan antara 57 kg sampai 65 kg. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan karena tinggi badan dan berat badan dapat mempengaruhi aktivitas kerja yang dilakukan secara manual. Tinggi badan berpengaruh terhadap jangkauan pekerja, sedangkan berat badan dapat berpengaruh terhadap kecepatan perpindahan pergerakan. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa lama masa kerja pekerja yaitu mulai dari 4 tahun sampai 14 tahun. Semakin lama masa kerja pekerja maka dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya serta memiliki pengalaman kerja lebih banyak.

(4)

4.1.2 Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan di UKM Melati ini termasuk sistem kerja borongan dengan jumlah produksi ±50kg/hari. Alur produksi keripik tempe dapat dilihat pada gambar 4.2

Kedelai

Penyortiran biji kedelai

Pencucian I

Perendaman 24 jam

Dikupas dari kulit ari

Pencucian II

Dikukus 1 jam

Dicampur dengan ragi tempe

Dicetak/dibungkus

Proses fermentasi 24 jam

Tempe Pendinginan

(a) (b)

Gambar 4.2 (a) alur pembuatan tempe; (b) alur pembuatan keripik tempe

1. Alur Pembuatan Tempe a) Penyortiran biji kedelai

Penyortiran biji kedelai dilakukan dengan tujuan memisahkan biji kedelai yang busuk dengan kotoran yang masih menempel seperti pasir dan kerikil. Sehingga dihasilkan biji kedelai dengan kualitas yang baik.

Proses pengambilan bahan baku (Tempe)

Proses pemotongan tempe

Proses Penepungan keripik tempe

Proses penggorengan keripik tempe

Proses penirisan minyak

Proses pengepakan keripik tempe

(5)

b) Pencucian I

Pencucian biji kedelai dilakukan dengan tujuan membersihkan sisa-sisa kotoran yang terdapat pada biji kedelai menggunakan air mengalir, bersih dan tidak berbau

c) Perendaman

Biji kedelai di rendam selama 24 jam dengan tujuan untuk melunakan biji kedelai serta membuat biji kedeai mengembang. Pengembangan biji kedelai ini disebabkan karena adanya penyerapan air oleh biji kedelai secara osmosis. Selaian itu proses perendaman brfungsi agar kulit ari biji kedelai dapat mudah terlepas.

d) Pemisahan kedelai dari kulit ari

Kulit ari pada biji kedelai dikupas agar meselium fungsi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi, pengupasan dapat dilakukan menggunakan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau menggunakan alat pengupas biji kedelai.

e) Pencucian II

Proses pencucian II atau pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa kulit ari dan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghabat pertumbuhan fungsi.

f) Pengukusan

Proses pengukusan dilakukan selama 1 jam agar dapat melunakan biji kedelai. Selain itu proses pengukusan dapat meminimalisir pertumbuhan bakteri patogen.

g) Pendinginan

Pada proses ini biji kedelai yang telah dikukus akan didinginkan, kemudian diaduk-aduk secara merata agar keping biji kedelai menjadi cepat kering dan dingin.

h) Pencampuran dengan ragi tempe

(6)

Proses inokulasi atau peragian dimana biji kedelai akan di campurkan dengan ragi tempe. Proses peragian ini sangat menentukan kualitas tempe yang akang dihasilkan. Dosis ragi yang dibutuhkan utuk 1 kg biji kedelai sekitar 2 gram (1-2 sdm) ragi tempe. Ragi tersebut diaduk merata keseluruh keping biji kedelai yang akan dibuat tempe. Keping biji kedelai yang telah dicampur dengan ragi dihamparkan diatas rak kayu yang telah disiapkan pada ketebalan sekitar 2-3 cm. Setelah itu kepingan biji kedelai dapat dibungkus dengan kantong plastik

i) Pembungkusan/pencetakan

Setelah proses peragian kepingan biji kedelai dibungkus menggunakan plastik untuk fermentasi. Plastik pembungkus harus diberi lubang berukuran kecil agar memungkinkan untuk masuknya udara karena proses ini membutuhkan adanya oksigen untuk pertumbuhan kapang.

j) Proses fermentasi

Proses fermentasi berfungsi untuk menginokulasi jamur tempe sehingga merombat protein dalam kedelai dan menghasilkan miselim- miselium putih pada tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20°C-30°C selama 24 jam, waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak ragi dan suhu yang lebih tinggi.

2. Alur Pembuatan Keripik Tempe a) Proses pengambilan bahan baku

Proses pertama yang dilakukan yaitu pengabilan bahan baku (tempe) di gudang. UKM melati tidak memproduksi tempe sendiri melainkan memesan dari pengecer lain. Dalam proses ini sekalilugus dilakukan inspeksi bahan baku, sehingga didaptkan tempe dengan kualitas yang baik.

b) Proses pemotongan tempe

Setelah dilakukan proses inspeksi bahan baku, proses pemotongan tempe dilakukan secara manual. Pada proses ini tempe akan disusun sejajar kemudian disatukan dengan penjepit (bilah bambu) dan karet.

(7)

Proses ini dilakukan agar tempe tidak bergerak/bergoyang saat dilakukan pemotongan. Kemudian setelah di tata tempe kemudian dipotong tipis menggunakan pisau besar.

c) Proses penepungan keripik tempe

Proses penepungan tempe bertujuan untuk menambah cita rasa pada keripik tempe.

d) Proses penggoregan keripik tempe

Proses penggorengan keripik tempe ini bertujuan untuk mnghasilkan keripik tempe yang renyah. Proses penggorengan tempe dilakukan sebanyak 2 kali agar tempe matang dengan merata dan juga menghindari tempe gosong yang akan menimbulkan rasa pahit.

e) Proses penirisan minyak

Proses penirisan dilakukan untuk mengurangi kadar minyak dan menjaga kerenyahan keripik yang disebabkan oleh terlalu banyaknya minyak. Tujuan dilakukan penirisan yaitu agar keripik lebih tahan lama dan tidak mudah basi.

f) Proses pengepakan keripik tempe (Packaging)

Proses pengepakan dilakukan ketika tempe telah dingin, pengepakan biasanya dilakukan sehari setelah tempe digoreng karena tempe harus dalam suhu stabil agar nantinya tempe lebih awet setelah di packing karena perusahaan tidak menggunakan bahan pengawet.

4.2 Pengumpulan Data

4.2.1 Data Kuesioner Nordic Body Map (NBM)

Data kuesioner Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk melihat bagian spesifik dari tubuh yang mengalami keluhan ketitaknyamanan berupa nyeri, pegal, kekauan, kesemutan, panas, kejang dan bengkak. Penggunaan kuesioner NBM pada penelitian ini yaitu guna mengukur dengan datail tingkat keluhan sakit dari yang terendah ke tertinggi pada bagian tubuh pekerja. Dengan NBM dapat melakukan identifikasi dan memberikan penilaian terhadap keeluhan sakit yang dialami.

Dibawah ini merupakan tabel distribusi frekwensi keluhan MSDs pekerja di bagian pemotongan dengan jumlah pekerja 3 orang.

(8)

Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Keluhan MSDs

% =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 100

% 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 = 2

3 𝑥 100 = 67%

Tabel 4.3 keterangan skor nordic body map

Dari tabel diatas berdasarkan peritungan presentase kuesioner nordic body map diketahui bahwa jenis keluhan tertinggi dengan kategori sangat sakit

JM pekerja %

JM pekerja %

JM pekerja %

JM pekerja %

sakit pada atas leher 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%

sakit pada bawah leher 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%

sakit pada kiri bahu 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada kanan bahu 0 0% 0 0% 0 0% 3 100%

sakit pada kiri atas lengan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada punggung 0 0% 0 0% 0 0% 3 100%

sakit pada kanan atas lengan 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%

sakit pada pinggang 0 0% 0 0% 2 67% 1 33%

sakit pada pantat 1 33% 2 67% 0 0% 0 0%

sakit pada bagian bawah pantat 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%

sakit pada kiri siku 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada kanan siku 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada kiri lengan bawah 1 33% 1 33% 1 33% 0 0%

sakit pada kanan lengan bawah 0 0% 0 0% 3 100% 0 0%

sakit pada pergelangan tagan kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%

sakit pada pergelangan tangan kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada tangan kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%

sakit pada tangan kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada paha kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada paha kanan 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%

sakit pada lutut kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada lutut kanan 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada betis kiri 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada betis kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%

sakit pada pergelangan kaki kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada pergelangan kaki kanan 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada kaki kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

sakit pada kaki kanan 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%

presentase

0 (TS) 1 (AS) 2 (S) 3 (SS)

Bagian Tubuh yang Sakit

Skor 0 Tidak Sakit 0-20

Skor 1 Agak Sakit 21-41

Skor 2 Sakit 42-62

Skor 3 Sangat Sakit 63-84

Tinggi (Diperlukan perbaikan)

Sangat Tinggi (Diperlukan perbaikan segera)

keterangan Scoring Keterangan Tingkat Resiko Bersarkan Skor Hasil Rendah (tidak diperlukan perbaikan)

Sedang (sebaiknya dilakukan perbaikan)

(9)

dengan skor 3, yaitu sakit pada bahu kanan dan punggung sebesar 100%.

Keluhan dengan kategori sakit dengan skor 2 yaitu sakit pada pinggang sebesar 67%. Hal ini menandakan bahwa keluhan sakit yang dirasakan oleh seluruh operator pada aktivitas pemotongan terdapat pada bagian tubuh tersebut dan perlu adanya tindakan perbaikan.

4.2.1 Data BRIEF Survei

Data BRIEF Survei dilakukan dengan menggunakan lebar checklis brief untuk menilai faktor resiko ergonomi dengan mengkaji 9 bagian tubuh atau hampir seluruh bagian tubuh. Prosedur yang dibutuhkan yaitu melengkapi informasi pekerjaan, identifikasi resiko, penilaian postur tubuh yang terdiri dari penilain beban, durasi dan frekwensi kemudian menentukan score.

4.2.1.1 Pengamatan BRIEF Survei

Gambar 4.3 aktivitas pengambilam tempe

Pada gambar 4.3 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas mengambil tempe dimana posisi pergelangan tangan ketika mengambil tempe tertekuk dengan siku tegak dan posisi lengan yang berada di samping tubuh. Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan posisi kaki jongkok.

(10)

Gambar 4.4 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas pengambilan tempe

Gambar 4.5 aktivitas penataan tempe untuk dipotong

Pada gambar 4.5 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas penataan tempe dimana posisi pergelangan tangan kiri ketika menata tempe tertekuk ke atas (extended) dan tangan kanan pun tertekuk (flexed), posisi siku yang tertekuk dengan lengan yang berada di samping tubuh. Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan posisi kaki jongkok.

(11)

Gambar 4.6 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas penataan tempe umtuk dipotong

Gambar 4.7 aktivitas pemotongan tempe

Pada gambar 4.7 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas memotong tempe dimana posisi tangan pergelangan tangan ketika memotong tempe dalam kondisi menggenggam pisau pemotong dengan siku tertekuk dan posisi

(12)

lengan yang berada di samping tubuh. Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan posisi kaki yang canggung.

Gambar 4.8 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas pemotongan tempe

Gambar 4.9 penataan tempe ke wadah

Pada gambar 4.9 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas menata tempe ke wadah dimana posisi tangan dan pergelangan tangan ketika menata tempe

(13)

termasuk posisi radial deviation dengan siku kanan dan kiri yang tegak tegak . Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan menyamping (sideways) serta posisi kaki yang sedikit berjongkok.

Gambar 4.10 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas penataan tempe ke wadah

4.2.2 Data Massa Benda

Tabel 4.4 Data massa benda

Nama Benda Massa (Kg) Dimensi (cm)

Pisau 1,3 37x6

Bilah bambu 0,2 43

Tempe 2,5 96

Nampan 0,5 40x20

4.2.3 Data Durasi Kerja Tiap Aktivitas

Tabel 4.5 Durasi kerja

No Aktivitas Durasi (menit)

1 Pengambilan tempe 3

(14)

2 Penataan tempe 7

3 Pemotongan tempe 249

4 Penataan tempe di wadah 10

Data durasi kerja menggunakan alat ukur stopwatch. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui waktu lebih dari 30% per hari (4,4 jam dari 7 jam kerja) pada tiap aktivitas di satsiun pemotongan.

4.3 Pengolahan Data

Penilaian variabel pada postur kerja berdasarkan tabel BRIEF survei, yaitu jika nilai 0 maka tidak sesuai dengan kategori, apabila nilai 1 maka sesuai dengan kategori. Hasil dari penilaian 4 variabel yaitu postur, beban, durasi dan frekwensi, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor tingkatan resiko ergonomi.

Penilaian variabel postur, beban durasi, dan frekensi pada aktivitas pengambilan tempe gambar 4.5.

Tabel 4.6 hasil lembar kerja BRIEF Survei pengambilan tempe Tangan dan

pergelangan Siku Bahu

Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

Postur 0 0 0 0 0 0 1 1 1

Kekuatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Durasi 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Frekwensi 0 0 1 1 1 1 1 1 1

Skor 1 1 2 2 2 2 3 3 2

Tingkat

Resiko Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang

Pada lembar checklist BRIEF survy diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 3 adalah leher dan punggung. Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah siku (kanan dan kiri), bahu (kanan dan kiri) dan kaki. Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.

(15)

Tabel 4.7 Hasil lembar kerja BRIEF Survei penataan tempe Tangan dan

pergelangan Siku Bahu

Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

Postur 1 1 1 1 0 0 0 0 1

Kekuatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Durasi 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Frekwensi 0 0 1 1 1 1 1 1 1

Skor 2 2 3 3 2 2 2 2 2

Tingkat

Resiko Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Pada lembar checklist BRIEF survei diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 3 adalah siku (kiri dan kanan). Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah tangan dan pergelangan tangan (kanan dan kiri), bahu (kanan dan kiri) dan kaki.

Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.

Tabel 4.8 Hasil lembar kerja BRIEF Survei pemotongan tempe Tangan dan

pergelangan Siku Bahu

Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

Postur 0 1 0 1 1 0 1 1 1

Kekuatan 0 1 0 0 0 0 0 0 0

Durasi 0 1 1 1 1 0 1 1 1

Frekwensi 0 1 1 1 1 0 1 1 1

Skor 0 4 2 3 3 0 3 3 3

Tingkat

Resiko Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi

Pada lembar checklist BRIEF survei diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 4 adalah tangan dan pergelangan tangan kanan dan skor 3 adalah siku kanan, bahu kiri, leher, punggung dan kaki. Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah siku kiri. Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.

(16)

Tabel 4.9 Hasil lembar kerja BRIEF Survei penataan tempe ke wadah Tangan dan

pergelangan Siku Bahu

Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

Postur 0 1 0 0 1 1 1 1 0

Kekuatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Durasi 1 1 1 1 1 1 1 1 0

Frekwensi 0 0 0 0 1 1 1 1 1

Skor 1 2 1 1 3 3 3 3 1

Tingkat

Resiko Rendah Sedang Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah

Pada lembar checklist BRIEF survei diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 3 adalah bahu (kiri dan kanan), leher, dan punggung. Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah tangan dan pergelangan tangan kanan. Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.

Tabel 4.10 Rekapitulasi scoring BRIEF Survei

Aktivitas Ket

Tangan dan Pergelangan

Tangan

Siku Bahu

Leher Pungg

ung Kaki Rata -rata Kiri Knn Kiri Knn Kiri Knn

Mengambil bahan baku

(tempe)

total skor 1 1 2 2 2 2 3 3 2

2,00 resiko kerja rendah rendah sedang sedang sedang sedang tinggi tinggi sedang

Menata tempe

total skor 2 2 3 3 2 2 2 2 2

2,22 resiko kerja sedang sedang tinggi tingi sedang sedang sedang sedang sedang

Pemotonga n tempe

total skor 0 4 2 3 3 0 3 3 3

2,33 resiko kerja rendah tinggi sedang tinggi tingii rendah tinggi tinggi tinggi

Menata tempe ke

wadah

total skor 1 2 1 1 3 3 3 3 1

2,00 resiko kerja rendah sedang rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi rendah

Hasil pengolahan data BRIEF Survei berdasarkan tabel 4.9 maka dapat dilihat bahwa seluruh aktivitas kerja memiliki resiko yang tinggi. Hal ini dapat dilihat melaluai banyaknya angka atau skor pada masing-masing bagian tubuh untuk setiap aktivitas kerja. Dari semua aktivitas dapat dilihat pada aktivitas

(17)

pemotongan tempe memiliki skor yang sangat tinggi yaitu skor 4 pada bagian tubuh tangan dan pergelangan tangan sehingga diperlukan perhatian khusus pada aktivitas tersebut dan perlu adanya tindakan perbaikan.

Gambar

Gambar 4.1 Denah Lokasi UKM Melati
Tabel 4.1 data pekerja aktivitas pemotongan tempe UKM Melati jaya
Gambar 4.2 (a) alur pembuatan tempe; (b) alur pembuatan keripik tempe
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Keluhan MSDs
+7

Referensi

Dokumen terkait

tersebut dan dari penjelasan latar belakang yang diuraikan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara penggunaan semen ionomer

Pada hasil output dari analisis Probit ekstrak jamur tiram, diperoleh nilai. signifikansi pada parameter estimate 0,000<0,005 sehingga dapat

Junie pernah bekerja di sebuah perusahaan consulting asal Jer- man. Sementara sewaktu masih di Surabaya, ia juga pernah bekerja di sebuah hotel dan bank ternama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan cinta lingkungan sekitar yang masih kurang sesuai dengan harapan, pada materi Sumber

i. Mempererat hubungan antar bangsa. Pasal 144 Pengangkut bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak

Abimanyu.et.al (2009:11) mengemukakan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk

Untuk itu setelah materi segiempatselesai disajikan kepada siswa sesuai dengan urutan yang terdapat pada GBPP, maka diakhir pertemuan guru nebfarahkan siswa untuk

Pada Gambar 3.16 merupakan diagram jenjang proses level 2, diagram jenjang proses ini merupakan turunan dari proses mengelola data informasi produk. Pada