29 BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Perusahaan
UKM Melati merupakan salah satu UKM yang memproduksi keripik tempe sebagai oleh-oleh khas kota Malang yang berlokasi di jalan Raya sanan no. 36 Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Pengolahan keripik tempe di UKM Melati masih dilakukan secara tradisional.
Selain keripik tempe rasa original UKM melati menyediakan berbagai macam keripik dengan rasa yang beda. Penjualan di UKM Melati diawali dengan kegiatan pemesanan oleh konsumen. UKM melati melayani pemebelian keripik tempe tanpa label (kosongan) untuk dijual ke distributor besar. Keripik tempe (kosongan) dijual dengan harga Rp. 30.000 per kilogram. Selain pembelian produk tanpa label, UKM melati juga memperoduksi sekaligus menjual sendiri produknya. UKM Melati sendiri sudah mendapatkan sertifikat Halal.
Gambar 4.1 Denah Lokasi UKM Melati
4.1.1 Profil pekerja aktivitas pemotongan
Profil pekerja UKM Melati diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan pekerja mengenai biodata pekerja tersebut. Profil pekerja digunakan untuk menjelaskan secara umum bagaimana kondisi pekerja yang dilihat dari jenis kelamin, umur, berat badan,, tinggi badan dan lama waktu bekerja.
Tabel 4.1 data pekerja aktivitas pemotongan tempe UKM Melati jaya
No Nama Jenis Kelamin
Usia (tahun)
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Masa kerja (tahun)
1 Mulyo Laki-laki 54 60 163 14
2 Surandi Laki-laki 31 65 172 7
3 Riski Laki-laki 28 57 166 4
Berdasarkan tabel 4.1 pada aktivitas pemotongan terdapat 3 pekerja.
Secara umum rentang usia antara 28 sampai 54 tahun. Usia pekerja pada aktivitas pemotongan kripik tempe termasuk dalam kategori usia produktif, sehingga masih mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Tinggi badan pekerja antara 163 cm sampai 172 cm dengan berat badan antara 57 kg sampai 65 kg. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan karena tinggi badan dan berat badan dapat mempengaruhi aktivitas kerja yang dilakukan secara manual. Tinggi badan berpengaruh terhadap jangkauan pekerja, sedangkan berat badan dapat berpengaruh terhadap kecepatan perpindahan pergerakan. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa lama masa kerja pekerja yaitu mulai dari 4 tahun sampai 14 tahun. Semakin lama masa kerja pekerja maka dapat beradaptasi dengan lingkungan kerjanya serta memiliki pengalaman kerja lebih banyak.
4.1.2 Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan di UKM Melati ini termasuk sistem kerja borongan dengan jumlah produksi ±50kg/hari. Alur produksi keripik tempe dapat dilihat pada gambar 4.2
Kedelai
Penyortiran biji kedelai
Pencucian I
Perendaman 24 jam
Dikupas dari kulit ari
Pencucian II
Dikukus 1 jam
Dicampur dengan ragi tempe
Dicetak/dibungkus
Proses fermentasi 24 jam
Tempe Pendinginan
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) alur pembuatan tempe; (b) alur pembuatan keripik tempe
1. Alur Pembuatan Tempe a) Penyortiran biji kedelai
Penyortiran biji kedelai dilakukan dengan tujuan memisahkan biji kedelai yang busuk dengan kotoran yang masih menempel seperti pasir dan kerikil. Sehingga dihasilkan biji kedelai dengan kualitas yang baik.
Proses pengambilan bahan baku (Tempe)
Proses pemotongan tempe
Proses Penepungan keripik tempe
Proses penggorengan keripik tempe
Proses penirisan minyak
Proses pengepakan keripik tempe
b) Pencucian I
Pencucian biji kedelai dilakukan dengan tujuan membersihkan sisa-sisa kotoran yang terdapat pada biji kedelai menggunakan air mengalir, bersih dan tidak berbau
c) Perendaman
Biji kedelai di rendam selama 24 jam dengan tujuan untuk melunakan biji kedelai serta membuat biji kedeai mengembang. Pengembangan biji kedelai ini disebabkan karena adanya penyerapan air oleh biji kedelai secara osmosis. Selaian itu proses perendaman brfungsi agar kulit ari biji kedelai dapat mudah terlepas.
d) Pemisahan kedelai dari kulit ari
Kulit ari pada biji kedelai dikupas agar meselium fungsi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi, pengupasan dapat dilakukan menggunakan tangan, diinjak-injak dengan kaki, atau menggunakan alat pengupas biji kedelai.
e) Pencucian II
Proses pencucian II atau pencucian akhir dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa kulit ari dan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat agar biji kedelai tidak terlalu asam. Bakteri dan kotorannya dapat menghabat pertumbuhan fungsi.
f) Pengukusan
Proses pengukusan dilakukan selama 1 jam agar dapat melunakan biji kedelai. Selain itu proses pengukusan dapat meminimalisir pertumbuhan bakteri patogen.
g) Pendinginan
Pada proses ini biji kedelai yang telah dikukus akan didinginkan, kemudian diaduk-aduk secara merata agar keping biji kedelai menjadi cepat kering dan dingin.
h) Pencampuran dengan ragi tempe
Proses inokulasi atau peragian dimana biji kedelai akan di campurkan dengan ragi tempe. Proses peragian ini sangat menentukan kualitas tempe yang akang dihasilkan. Dosis ragi yang dibutuhkan utuk 1 kg biji kedelai sekitar 2 gram (1-2 sdm) ragi tempe. Ragi tersebut diaduk merata keseluruh keping biji kedelai yang akan dibuat tempe. Keping biji kedelai yang telah dicampur dengan ragi dihamparkan diatas rak kayu yang telah disiapkan pada ketebalan sekitar 2-3 cm. Setelah itu kepingan biji kedelai dapat dibungkus dengan kantong plastik
i) Pembungkusan/pencetakan
Setelah proses peragian kepingan biji kedelai dibungkus menggunakan plastik untuk fermentasi. Plastik pembungkus harus diberi lubang berukuran kecil agar memungkinkan untuk masuknya udara karena proses ini membutuhkan adanya oksigen untuk pertumbuhan kapang.
j) Proses fermentasi
Proses fermentasi berfungsi untuk menginokulasi jamur tempe sehingga merombat protein dalam kedelai dan menghasilkan miselim- miselium putih pada tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 20°C-30°C selama 24 jam, waktu fermentasi yang lebih singkat biasanya untuk tempe yang menggunakan banyak ragi dan suhu yang lebih tinggi.
2. Alur Pembuatan Keripik Tempe a) Proses pengambilan bahan baku
Proses pertama yang dilakukan yaitu pengabilan bahan baku (tempe) di gudang. UKM melati tidak memproduksi tempe sendiri melainkan memesan dari pengecer lain. Dalam proses ini sekalilugus dilakukan inspeksi bahan baku, sehingga didaptkan tempe dengan kualitas yang baik.
b) Proses pemotongan tempe
Setelah dilakukan proses inspeksi bahan baku, proses pemotongan tempe dilakukan secara manual. Pada proses ini tempe akan disusun sejajar kemudian disatukan dengan penjepit (bilah bambu) dan karet.
Proses ini dilakukan agar tempe tidak bergerak/bergoyang saat dilakukan pemotongan. Kemudian setelah di tata tempe kemudian dipotong tipis menggunakan pisau besar.
c) Proses penepungan keripik tempe
Proses penepungan tempe bertujuan untuk menambah cita rasa pada keripik tempe.
d) Proses penggoregan keripik tempe
Proses penggorengan keripik tempe ini bertujuan untuk mnghasilkan keripik tempe yang renyah. Proses penggorengan tempe dilakukan sebanyak 2 kali agar tempe matang dengan merata dan juga menghindari tempe gosong yang akan menimbulkan rasa pahit.
e) Proses penirisan minyak
Proses penirisan dilakukan untuk mengurangi kadar minyak dan menjaga kerenyahan keripik yang disebabkan oleh terlalu banyaknya minyak. Tujuan dilakukan penirisan yaitu agar keripik lebih tahan lama dan tidak mudah basi.
f) Proses pengepakan keripik tempe (Packaging)
Proses pengepakan dilakukan ketika tempe telah dingin, pengepakan biasanya dilakukan sehari setelah tempe digoreng karena tempe harus dalam suhu stabil agar nantinya tempe lebih awet setelah di packing karena perusahaan tidak menggunakan bahan pengawet.
4.2 Pengumpulan Data
4.2.1 Data Kuesioner Nordic Body Map (NBM)
Data kuesioner Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk melihat bagian spesifik dari tubuh yang mengalami keluhan ketitaknyamanan berupa nyeri, pegal, kekauan, kesemutan, panas, kejang dan bengkak. Penggunaan kuesioner NBM pada penelitian ini yaitu guna mengukur dengan datail tingkat keluhan sakit dari yang terendah ke tertinggi pada bagian tubuh pekerja. Dengan NBM dapat melakukan identifikasi dan memberikan penilaian terhadap keeluhan sakit yang dialami.
Dibawah ini merupakan tabel distribusi frekwensi keluhan MSDs pekerja di bagian pemotongan dengan jumlah pekerja 3 orang.
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Keluhan MSDs
% =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 100
% 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔 = 2
3 𝑥 100 = 67%
Tabel 4.3 keterangan skor nordic body map
Dari tabel diatas berdasarkan peritungan presentase kuesioner nordic body map diketahui bahwa jenis keluhan tertinggi dengan kategori sangat sakit
JM pekerja %
JM pekerja %
JM pekerja %
JM pekerja %
sakit pada atas leher 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%
sakit pada bawah leher 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%
sakit pada kiri bahu 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada kanan bahu 0 0% 0 0% 0 0% 3 100%
sakit pada kiri atas lengan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada punggung 0 0% 0 0% 0 0% 3 100%
sakit pada kanan atas lengan 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%
sakit pada pinggang 0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
sakit pada pantat 1 33% 2 67% 0 0% 0 0%
sakit pada bagian bawah pantat 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
sakit pada kiri siku 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada kanan siku 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada kiri lengan bawah 1 33% 1 33% 1 33% 0 0%
sakit pada kanan lengan bawah 0 0% 0 0% 3 100% 0 0%
sakit pada pergelangan tagan kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
sakit pada pergelangan tangan kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada tangan kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
sakit pada tangan kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada paha kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada paha kanan 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
sakit pada lutut kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada lutut kanan 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada betis kiri 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada betis kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
sakit pada pergelangan kaki kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada pergelangan kaki kanan 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada kaki kiri 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
sakit pada kaki kanan 3 100% 0 0% 0 0% 0 0%
presentase
0 (TS) 1 (AS) 2 (S) 3 (SS)
Bagian Tubuh yang Sakit
Skor 0 Tidak Sakit 0-20
Skor 1 Agak Sakit 21-41
Skor 2 Sakit 42-62
Skor 3 Sangat Sakit 63-84
Tinggi (Diperlukan perbaikan)
Sangat Tinggi (Diperlukan perbaikan segera)
keterangan Scoring Keterangan Tingkat Resiko Bersarkan Skor Hasil Rendah (tidak diperlukan perbaikan)
Sedang (sebaiknya dilakukan perbaikan)
dengan skor 3, yaitu sakit pada bahu kanan dan punggung sebesar 100%.
Keluhan dengan kategori sakit dengan skor 2 yaitu sakit pada pinggang sebesar 67%. Hal ini menandakan bahwa keluhan sakit yang dirasakan oleh seluruh operator pada aktivitas pemotongan terdapat pada bagian tubuh tersebut dan perlu adanya tindakan perbaikan.
4.2.1 Data BRIEF Survei
Data BRIEF Survei dilakukan dengan menggunakan lebar checklis brief untuk menilai faktor resiko ergonomi dengan mengkaji 9 bagian tubuh atau hampir seluruh bagian tubuh. Prosedur yang dibutuhkan yaitu melengkapi informasi pekerjaan, identifikasi resiko, penilaian postur tubuh yang terdiri dari penilain beban, durasi dan frekwensi kemudian menentukan score.
4.2.1.1 Pengamatan BRIEF Survei
Gambar 4.3 aktivitas pengambilam tempe
Pada gambar 4.3 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas mengambil tempe dimana posisi pergelangan tangan ketika mengambil tempe tertekuk dengan siku tegak dan posisi lengan yang berada di samping tubuh. Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan posisi kaki jongkok.
Gambar 4.4 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas pengambilan tempe
Gambar 4.5 aktivitas penataan tempe untuk dipotong
Pada gambar 4.5 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas penataan tempe dimana posisi pergelangan tangan kiri ketika menata tempe tertekuk ke atas (extended) dan tangan kanan pun tertekuk (flexed), posisi siku yang tertekuk dengan lengan yang berada di samping tubuh. Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan posisi kaki jongkok.
Gambar 4.6 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas penataan tempe umtuk dipotong
Gambar 4.7 aktivitas pemotongan tempe
Pada gambar 4.7 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas memotong tempe dimana posisi tangan pergelangan tangan ketika memotong tempe dalam kondisi menggenggam pisau pemotong dengan siku tertekuk dan posisi
lengan yang berada di samping tubuh. Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan posisi kaki yang canggung.
Gambar 4.8 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas pemotongan tempe
Gambar 4.9 penataan tempe ke wadah
Pada gambar 4.9 adalah posisi pekerja pada saat melakukan aktivitas menata tempe ke wadah dimana posisi tangan dan pergelangan tangan ketika menata tempe
termasuk posisi radial deviation dengan siku kanan dan kiri yang tegak tegak . Posisi leher menekuk dengan punggung yang membungkuk dan menyamping (sideways) serta posisi kaki yang sedikit berjongkok.
Gambar 4.10 Lembar kerja BRIEF Survei aktivitas penataan tempe ke wadah
4.2.2 Data Massa Benda
Tabel 4.4 Data massa benda
Nama Benda Massa (Kg) Dimensi (cm)
Pisau 1,3 37x6
Bilah bambu 0,2 43
Tempe 2,5 96
Nampan 0,5 40x20
4.2.3 Data Durasi Kerja Tiap Aktivitas
Tabel 4.5 Durasi kerja
No Aktivitas Durasi (menit)
1 Pengambilan tempe 3
2 Penataan tempe 7
3 Pemotongan tempe 249
4 Penataan tempe di wadah 10
Data durasi kerja menggunakan alat ukur stopwatch. Berdasarkan tabel 4.5 diketahui waktu lebih dari 30% per hari (4,4 jam dari 7 jam kerja) pada tiap aktivitas di satsiun pemotongan.
4.3 Pengolahan Data
Penilaian variabel pada postur kerja berdasarkan tabel BRIEF survei, yaitu jika nilai 0 maka tidak sesuai dengan kategori, apabila nilai 1 maka sesuai dengan kategori. Hasil dari penilaian 4 variabel yaitu postur, beban, durasi dan frekwensi, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor tingkatan resiko ergonomi.
Penilaian variabel postur, beban durasi, dan frekensi pada aktivitas pengambilan tempe gambar 4.5.
Tabel 4.6 hasil lembar kerja BRIEF Survei pengambilan tempe Tangan dan
pergelangan Siku Bahu
Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Postur 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Kekuatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Durasi 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Frekwensi 0 0 1 1 1 1 1 1 1
Skor 1 1 2 2 2 2 3 3 2
Tingkat
Resiko Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Pada lembar checklist BRIEF survy diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 3 adalah leher dan punggung. Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah siku (kanan dan kiri), bahu (kanan dan kiri) dan kaki. Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.
Tabel 4.7 Hasil lembar kerja BRIEF Survei penataan tempe Tangan dan
pergelangan Siku Bahu
Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Postur 1 1 1 1 0 0 0 0 1
Kekuatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Durasi 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Frekwensi 0 0 1 1 1 1 1 1 1
Skor 2 2 3 3 2 2 2 2 2
Tingkat
Resiko Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Pada lembar checklist BRIEF survei diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 3 adalah siku (kiri dan kanan). Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah tangan dan pergelangan tangan (kanan dan kiri), bahu (kanan dan kiri) dan kaki.
Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.
Tabel 4.8 Hasil lembar kerja BRIEF Survei pemotongan tempe Tangan dan
pergelangan Siku Bahu
Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Postur 0 1 0 1 1 0 1 1 1
Kekuatan 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Durasi 0 1 1 1 1 0 1 1 1
Frekwensi 0 1 1 1 1 0 1 1 1
Skor 0 4 2 3 3 0 3 3 3
Tingkat
Resiko Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
Pada lembar checklist BRIEF survei diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 4 adalah tangan dan pergelangan tangan kanan dan skor 3 adalah siku kanan, bahu kiri, leher, punggung dan kaki. Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah siku kiri. Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.
Tabel 4.9 Hasil lembar kerja BRIEF Survei penataan tempe ke wadah Tangan dan
pergelangan Siku Bahu
Leher Punggung Kaki Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
Postur 0 1 0 0 1 1 1 1 0
Kekuatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Durasi 1 1 1 1 1 1 1 1 0
Frekwensi 0 0 0 0 1 1 1 1 1
Skor 1 2 1 1 3 3 3 3 1
Tingkat
Resiko Rendah Sedang Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah
Pada lembar checklist BRIEF survei diatas dapat diketahui bahwa bagian tubuh dengan kategori tingkat resiko tinggi atau skor 3 adalah bahu (kiri dan kanan), leher, dan punggung. Bagian tubuh dengan tingkat resiko sedang atau skor 2 adalah tangan dan pergelangan tangan kanan. Selebihnya termasuk kategiri tingkat resiko rendah atau skor 0 dan 1.
Tabel 4.10 Rekapitulasi scoring BRIEF Survei
Aktivitas Ket
Tangan dan Pergelangan
Tangan
Siku Bahu
Leher Pungg
ung Kaki Rata -rata Kiri Knn Kiri Knn Kiri Knn
Mengambil bahan baku
(tempe)
total skor 1 1 2 2 2 2 3 3 2
2,00 resiko kerja rendah rendah sedang sedang sedang sedang tinggi tinggi sedang
Menata tempe
total skor 2 2 3 3 2 2 2 2 2
2,22 resiko kerja sedang sedang tinggi tingi sedang sedang sedang sedang sedang
Pemotonga n tempe
total skor 0 4 2 3 3 0 3 3 3
2,33 resiko kerja rendah tinggi sedang tinggi tingii rendah tinggi tinggi tinggi
Menata tempe ke
wadah
total skor 1 2 1 1 3 3 3 3 1
2,00 resiko kerja rendah sedang rendah rendah tinggi tinggi tinggi tinggi rendah
Hasil pengolahan data BRIEF Survei berdasarkan tabel 4.9 maka dapat dilihat bahwa seluruh aktivitas kerja memiliki resiko yang tinggi. Hal ini dapat dilihat melaluai banyaknya angka atau skor pada masing-masing bagian tubuh untuk setiap aktivitas kerja. Dari semua aktivitas dapat dilihat pada aktivitas
pemotongan tempe memiliki skor yang sangat tinggi yaitu skor 4 pada bagian tubuh tangan dan pergelangan tangan sehingga diperlukan perhatian khusus pada aktivitas tersebut dan perlu adanya tindakan perbaikan.