• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK SKRIPSI"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI

GO-JEK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) Pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Oleh:

AKBAR SETIAWAN P.

No. Mahasiswa : 13410387

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2017

(2)

ii elah Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji dalam

Ujian Tugas Akhir/Pendadaran

Pada Tanggal 8 Maret 2017 dan Dinyatakan LULUS

Yogyakarta,8 Maret 2017

SURAT PERNYATAAN

ORISININALITAS KARYA TULIS ILMIAH BERUPA TUGAS AKHIR MAHASISWA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. Budi Agus Riswandi S.H., M.Hum. ...

2. Anggota : Ery Arifudin S.H., M.H. ...

3. Anggota : Nurjihad S.H., M.H. ...

Mengetahui:

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Fakultas Hukum

Dekan,

Dr. Aunur Rahim Faqih., S.H.,M.Hum NIP. 844100101

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi CURICULUM VITAE

1. Nama Lengkap : Akbar Setiawan P.

2. Tempat Lahir : Gorontalo

3. Tanggal Lahir : 21 Juni 1995

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Golongan Darah : A

6. Alamat Terakhir : Taman Siswa, Nyutran, Gang Warsokusumo, Mergangsan, Yogyakarta.

7. Alamat Asal : Jl. Palu 1 No. 19, Liluwo, Kota Tengah, Gorontalo.

8. Identitas Orang tua/Wali

a. Nama Ayah : Dharmawansyah Pulubuhu Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

b. Nama Ibu : Misro Suroso S.E., M.M.

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta 9. Riwayat Pendidikan

a. SD : SD N 1 Kayubulan

b. SLTP : SMP N 1 Kota Gorontalo

c. SLTA : SMA N 3 Gorontalo

10. Hobby : Interiror Decoration

(7)

vii MOTTO

“...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...”- Q.S. Al-

Mujadalah ayat 11

“THE BEST SWARD IN THE WORLD IS SCIENCE AND KOWLEDGE THAT YOU HAVE - PEDANG TERBAIK DI DUNIA INI ADALAH ILMU

DAN PENGETAHUAN YANG KAMU MILIKI” - Akbar Setiawan P.

Sejatinya Badai Pasti Berlalu, Hanya Saja Kamu Perlu Cukup Sabar dan Kuat untuk Bertahan Melewatinya - Akbar Setiawan P.

DREAM, BELIEVE, AND MAKE IT HAPPEN – AgnezMo

(8)

viii PERSEMBAHAN

I dedicate this thesis for my lovely family, especially my mom and also want to say thank you for all that you have done.

I dedicate this thesis to all those who have participated in my research. And I also dedicate this thesis for my campus, for the law science, and for this State.

(9)

ix KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahhirabbil’alamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir/Skripsi ini dengan baik guna memenuhi syarat kelulusan pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indoensia. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan besar kita, manusia teladan sepanjang zaman, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan pengetahuan dan cahaya Islam.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir/Skripsi ini tidak lepas dari doa, motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah Penulis menghaturkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua Penulis, Dharmawansyah Pulubuhu dan Misro Suroso S.E., M.M. Sungguh merupakan salah satu hal yang selalu penulis syukuri dapat terlahir ditengah keluarga ini. Terima Kasih atas cinta dan kasih sayang yang tiada akhir, motivasi serta doa tulus yang tak pernah putus.

2. Seluruh keluarga besar terutama kakak dan adik Penulis, mereka adalah salah satu alasan bagi Penulis untuk segera menyelesaikan studi dan tugas akhir/skripsi ini. Terima kasih atas doa dan dukungan yang mungkin diam- diam kalian panjatkan kepada Allah SWT.

(10)

x 3. Bapak Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum., dan Ibu Retno Wulansari S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi I dan II yang sangat menginspirasi dan membantu Penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih atas waktu dan ilmu selama penyusunan tugas akhir/skripsi ini.

4. Dr. Aunur Rohim Faqih, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, serta seluruh jajaran dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu Penulis selama menuntut ilmu di kampus ini.

Terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan kepada Penulis.

5. PT. GO-JEK Indonesia yang menjadi pembahasan dalam penelitian hingga penulisan tugas akhir/skripsi ini. Semoga tugas akhir/skripsi ini dapat menjadi suatu saran dan kritik yang bermanfaat untuk menjadikan perusahaan lebih baik.

6. Oki Kustiwa c.SH., salah satu teman paling baik dan sabar yang pernah Penulis temukan, terima kasih atas segala bantuan selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Sri Anggun Mutia Hunowu c.SH. yang telah menjadi teman sepermainan, seperkuliahan, sepermagangan, dan seperskripsian. Terima kasih sudah “memindahkan Gorontalo ke Jogja”.

Terima kasih atas semuanya teman. Muthmainnah K. Hamid yang telah menjadi sepupu sepermainan, seperjuangan di jogja. Terima kasih atas bantuan, dukungan, serta doanya selama ini, and also thank you for being one of the actors who moved gorontalo to jogja.

(11)

xi 7. Sahabat-sahabat Paradamns yaitu Ella Sabrina Hamid, Fahri Pratama, Tri Putranto Gobel, Safira Alamri, Rahmat Noholo, Wulandari Pratiwi, Ochtarina Mahmud, yang telah dipisahkan oleh pulau namun tetap senantiasa mendoakan Penulis, mendukung dan memotivasi secara tidak langsung. Thank you for always listening, understanding, motivating, and always being my best friend. You are also one of the best things that ever happened to me. Karena sejauh apapun Penulis melangkah mereka tetaplah

“rumah”, tempat kembali. Without you all, i won’t be the same.

8. Teman-teman alumni Kost VIP Arjuna, Kost Eyang, Kontrakan Masa Gitu, Terima kasih atas bantuan dan dukungan, serta motivasi untuk semangat menyusun skripsi. Terima kasih atas kekonyolan, canda, dan tawa selama ini. Five words for you guys, Time flies but memory stays.

9. Teman-teman KKN Unit 48 Panceng yaitu Saiful Islam, Fellisyah Azizah, Dara Damayanti, Muhammad Alfian, Erle Arwana, Imam Dwi Prasetyo, dan An Nissa Ramadhona, yang sudah saling mendukung satu sama lain untuk berpacu dalam menulis dan menyelesaikan tugas akhir/skripsi masing- masing.

10. Pak Pardi, Bu Pardi dan anak-anaknya yang sudah menjadi keluarga kedua bagi penulis di jogja. Terima kasih atas doa dan bantuan yang telah diberikan sejak awal perkuliahan hingga saat-saat penulis menyelesaikan semua persyaratan kelulusan di FH UII.

(12)

xii 11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

Semoga seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan tugas akhir/skripsi ini dapat diberikan balasan yang paling baik oleh Allah SWT sebaik-baiknya pemberi balasan. Tidak lupa juga penulis sampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya apabila penulis melakukan kesalahan selama proses penelitian dan pencarian data berlangsung. Akhirnya, semoga tugas akhir/skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca, serta dapat menjadi rujukan keilmuan bagi yang membutuhkannya. Penulis juga menyadari bahwa Tugas akhir/Skripi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk perbaikan dan pembelajaran. Wabillahitaufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatu.

Yogyakarta, 21 Februari 2017 Penulis,

Akbar Setiawan P.

NIM. 13410690

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ...iv

CURICULUM VITAE...vi

MOTTO ...vii

PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xiii

ABSTRAKSI ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Orisinalitas Penelitian ...7

E. Tinjauan Pustaka ...9

F. Definisi Operasional ...21

G. Metode Penelitian ...23

H. Kerangka Skripsi...25

BAB II TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG A. PENGANGKUTAN SECARA UMUM...27

1. Definisi Pengangkutan...27

2. Asas-Asas Hukum Pengangkutan...28

3. Fungsi dan Tujuan Pengangkutan ...30

4. Jenis-Jenis Pengangkutan dan Pengaturannya ...32

(14)

xiv

5. Subjek dan Objek Hukum dalam Pengangkutan ...37

B. PERJANJIAN PENGANGKUTAN...40

1. Defenisi Perjanjian Pengangkutan...40

2. Terjadinya Perjanjian Pengangkutan ...41

3. Dokumen dalam Pengangkutan ...46

4. Berakhirnya Perjanjian Pengangkutan ...47

5. Perjanjian Dalam Hukum Islam...48

C. PENGANGKUTAN BARANG MELALUI ANGKUTAN DARAT...50

1. Definisi Pengangkutan Barang...50

2. Jenis Angkutan di Darat...51

3. Para Pihak dalam Pengangkutan Barang di Darat ...55

4. Penyerahan Barang Muatan ...58

D. HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PENGANGKUTAN BARANG ...59

1. Hak dan Kewajiban Pengangkut ...60

2. Hak dan Kewajiban Pengirim ...61

3. Hak dan Kewajiban Penerima ...62

E. TANGGUNG JAWAB DALAM PENGANGKUTAN BARANG ...63

1. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab dalam Pengangkutan ...63

2. Tanggung Jawab Pengangkut ...69

BAB III PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK A. Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-jek Ditinjau berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan terkait Angkutan Jalan yang Berlaku ...72

B. Tanggung Jawab Hukum apabila Terjadi Kerugian dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggukan Sepeda Motor Melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-jek ...84

(15)

xv BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...100 B. Saran ...101 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

xvi ABSTRAK

Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor, yang dilaksanakan oleh pengemudi ojek melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek. Rumusan masalah yang diajukan adalah apakah pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku di Indonesia? dan bagaimana tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek? Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Metode pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek tidak termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku di Indonesia, adalah hal ini tidak sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send ini pihak yang harus bertanggung jawab apabila terjadi kerugian adalah Pengemudi Ojek. PT. GO-JEK Indonesia hanya bertanggung jawab pada penggunaan teknologi aplikasi yang disediakannya, bukan pada penyelenggaraan angkutan umumnya. Dalam hal terjadi kerugian pada pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send maka upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak yang merasa dirugikan dapat dengan jalur litigasi maupun non litigasi.

Dengan maraknya fenomena transportasi berbasis online seperti go-jek ini maka menurut penulis perlu kiranya aturan yang jelas dan harmonis serta tidak saling bertentangan satu sama lain. Perlunya peran Pemerintah untuk memastikan bahwa pelaksanaan jasa transportasi berbasis online yang marak terjadi saat ini dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, PT. GO-JEK Indonesia yang dalam hal ini adalah perusahaan penyedia aplikasi penghubung jasa transportasi harusnya bermitra dengan perusahaan angkutan umum yang memang dalam pelaksanaan pengangkutannya menggunakan kendaraan bermotor umum, sehingga dapat tercipta pelaksanaan pengangkutan umum yang baik dan aman serta sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Harus ada regulasi yang jelas dari pemerintah mengenai pemisahan tanggung jawab antara pelaku usaha teknologi aplikasi dengan pelaku usaha penyedia barang dan/atau jasa karena antara pelaku usaha teknologi aplikasi dengan pelaku usaha penyedia barang dan/atau jasa memiliki tanggung jawabnya masing-masing.

Kata kunci : Pengangkutan barang, sepeda motor, tanggung jawab.

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi adalah suatu proses pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain ini berfungsi meningkatkan nilai ataupun daya guna dari sesuatu yang diangkut tersebut. Transportasi dalam kata lain dapat juga disebut dengan pengangkutan. Pengangkutan dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi ditempat tujuan daripada ditempat asalanya. Oleh karena itu, pengangkutan dikatakan memberi nilai kepada barang yang diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai yang diberikan berupa nilai tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility).1

Pengangkutan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu negara, dengan adanya pengangkutan atau transportasi kegiatan-kegiatan disuatu negara dapat berjalan dengan lancar. Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya tergantung pada barang itu sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan pengangkutan nilai suatu barang akan meningkat.2 Begitu penting

1 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, Revisi Pertama, (Yogyakarta: FH UII Press, 2014), hlm 371.

2 Zainal Asikin, Hukum Dagang, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm 153.

(18)

2 pengangkutan dalam dunia perniagaan, mengingat sarana ini sebagai angkutan dari produsen ke agen/grosir, sampai ke konsumen, dari pelabuhan ke gudang, dari pelelangan ikan ke pasar dan lain-lain.3

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas dengan letak geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadang kala laut yang memisahkan antara dua pulau lebih luas dari pada pulau yang dipisahkan.4 Oleh karena itu di Indonesia pengangkutan secara umumnya dilakukan melalui kegiatan angkutan darat, angkutan laut, dan angkutan udara. Hal ini demi memenuhi kebutuhan pengangkutan diseluruh wilayah Indonesia yang letak geografisnya merupakan negara kepulauan. Terhadap pengangkutan darat, di Indonesia terdapat dua jenis yakni pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api. Pengangkutan jalan raya tersebut dibagi atas pengangkutan terhadap orang dan pengangkutan barang.

Di era globalisasi ini transportasi di suatu negara dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan dan kemajuan. Terkait kemajuan bidang transportasi, di Indonesia telah hadir moda transportasi berbasis aplikasi yakni Go-jek. Go-jek merupakan suatu aplikasi ciptaan PT GO-JEK Indonesia berupa perangkat lunak yang dapat diakses melalui handphone. Go-jek telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Medan, Semarang, Palembang, dan

3 Sution Usman Adji, et. al., Hukum Pengangkutan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm 1.

4 Toto T. Suriaatmadja, Pengangkutan Kargo Udara (Tanggung Jawab Pengangkut dalam Dimensi Hukum Udara Nasional dan Internasional), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), hlm 1.

(19)

3 Balikpapan dengan rencana pengembangan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang. Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di daerah-daerah tersebut dapat dipastikan sudah tak asing lagi dengan fenomena maraknya ojek yang layanannya berbasis aplikasi seluler ini. Terlebih lagi di awal kemunculannya begitu marak pemberitaan di media-media yang memberitakan terkait meluasnya teknologi aplikasi berfasilitas jasa transportasi ini.

Go-jek merupakan aplikasi yang dapat menghubungkan antara pengemudi ojek dengan pengguna jasa ojek. Dengan kata lain aplikasi ini menyediakan informasi yang ditawarkan oleh penyedia layanan sebagai pihak ketiga. Go-jek menyediakan beberapa macam informasi layanan antara lain adalah:5

1. Go-ride : layanan transportasi sepeda motor 2. Go-car : layanan transportasi mobil

3. Go-food : layanan pesan antar makanan

4. Go-send : layanan kurir isntan pengantaran barang 5. Go-massage : layanan jasa pijat

6. Go-clean : layanan jasa kebersihan

7. Go-tix : layanan informasi acara dengan pembelian tiket Dari layanan yang diberikan Go-jek tersebut di atas pada dasarnya adalah bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam kegiatan pengangkutan di beberapa perkotaan di Indonesia yang sering mengalami kemacetan. Dalam

5 Dikutip dari https://www.go-jek.com/ yang diakses tanggal 30 september 2016.

(20)

4 hal proses pengangkutan umum, Go-jek rata-rata melayani pengangkutan dengan moda sepeda motor sebagai alat angkut, yakni dengan mengangkut barang atau orang dengan dipungut biaya tertentu. Seperti yang telah disebutkan di atas, pada aplikasi Go-jek terdapat layanan Go-send. Layanan Go-send merupakan layanan kurir instan atau angkutan barang yang dapat mengirim surat atau barang dengan menggunakan sepeda motor sebagai alat angkut. Go- send merupakan inovasi baru dalam pelayanan pengangkutan barang, karena dapat mengantarkan barang dengan cepat dalam waktu 60 menit.

Berkembangnya platform teknologi aplikasi yang memfasilitasi jasa transportasi seperti Go-jek ini menyebabkan munculnya reaksi dan tekanan terhadap para pelaku usaha agar menjalankan usahanya berdasarkan izin yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di sisi lain melalui website resminya, PT GO-JEK Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa PT GO-JEK Indonesia adalah suatu perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia. Go-jek adalah perusahaan teknologi dan bukanlah perusahaan transportasi atau kurir sehingga tidak memberikan layanan transportasi atau kurir. Go-jek tidak mempekerjakan penyedia layanan dan tidak bertanggung jawab atas setiap tindakan dan/atau kelalaian penyedia layanan.

Go-jek hanya merupakan sarana untuk memudahkan pencarian atas layanan.6 Go-jek hadir dengan menuai pro-kontra dari beberapa pihak. Go-jek dinilai tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Go-jek dalam pelaksanaannya, melakukan kegiatan pengangkutan umum dengan

6 Dikutip dari https://www.go-jek.com/terms, yang diakses tanggal 30 September 2016.

(21)

5 menggunakan sepeda motor, dimana sepeda motor tidak termasuk sebagai kendaraan bermotor umum yang dapat digunakan utuk kegiatan pengangkutan umum. Kendaraan bermotor umum yakni kendaraan yang digunakan untuk angkutan orang dan/atau barang dengan memungut biaya tertentu. Dalam Pasal 47 Ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak disebutkan bahwa sepeda motor merupakan kendaraan bermotor umum,7 sedangkan jika kita lihat pada Pasal 138 Ayat (3) mewajibkan angkutan umum orang dan/atau barang dilakukan dengan kendaraan bermotor umum. Begitupun dalam hal kegiatan pengangkutan umum barang yang dilakukan melalui layanan Go-send, dalam Undang-Undang tersebut di atas pada Pasal 137 Ayat (3) diatur bahwa angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil barang.8 Dari uraian di atas maka timbulah masalah terkait pelaksanaan pengangkutan barang yang dilaksanakan oleh go-jek tersebut, selain itu juga akan timbul masalah terkait tanggung jawab dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor itu sendiri.

Maka berdasarkan uraian-uraian di atas penulis bermasud untuk melakukan penelitian mendalam mengenai masalah tersebut yang dituliskan dalam judul penelitian: PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN SEPEDA MOTOR MELALUI LAYANAN GO-SEND DALAM APLIKASI GO-JEK.

7 Lihat Pasal 47 Ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

8 Lihat Pasal 137 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(22)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku di Indonesia?

2. Bagaimana tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send dalam aplikasi go-jek apakah termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang berdasarkan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku di Indonesia.

2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-send go-jek.

(23)

7 D. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, penulisan atau penelitian mengenai Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda Motor Melalui Layanan Go-send dalam aplikasi Go-jek belum pernah dilakukan.

Sedangkan berdasarkan penelusuran internet, penulis menemukan beberapa topik yang hampir serupa dengan penelitian ini namun dengan kajian yang berbeda, diantaranya adalah:

1. Tahun 2016, Universitas Pasundan, Dwi Nur Aini Habibah, melakukan penelitian dengan judul Aspek Hukum yang Timbul dari Kegiatan Usaha Ojek Berbasis Aplikasi atau Online (Go-Jek). Pada penelitian tersebut penulis yang bersangkutan secara garis besar mengangkat tiga pokok masalah yaitu mengenai aspek hukum yang timbul dari kegiatan usaha ojek berbasis aplikasi, perlindungan hukum terhadap pengemudi dan pengguna jasa, serta upaya pemerintah terkait kegiatan usaha tersebut.

Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Pada peneltian tersebut meneliti jenis pengangkutan secara umum yang dilaksanakan oleh go-jek. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis lebih memfokuskan secara khusus pada pengangkutan barangnya yakni pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan aplikasi go-jek. Penulis juga tidak membahas masalah perlindungan hukum serta upaya pemerintah seperti halnya yang dilakukan pada penelitian tersebut.

(24)

8 2. Tahun 2016, Universitas Sumatera Utara, Ivana Sarah Sidabutar, melakukan penelitian dengan judul Aspek Perlindungan Hukum Pengguna Jasa (Penumpang) Transportasi Online Berbasis Aplikasi Ditinjau Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Angkutan Jalan (Studi Pada Dinas Perhubungan Kota Medan). Pada penelitian tersebut penulis yang bersangkutan secara garis besar mengangkat tiga pokok masalah yaitu mengenai aturan hukum terkait jasa pengangkutan darat online berbasis aplikasi, perlindungan hukum terhadap pengguna jasa pada jenis pengangkutan tersebut, serta bentuk ganti rugi kepada pengguna jasa dalam hal terjadi kecelakaan atas jenis pengangkutan tersebut. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan pertama, pada peneltian tersebut meneliti tentang semua jenis pengangkutan berbasis aplikasi, jadi semua pengangkutan yang berbasis apliaksi akan dikaji. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis nanti berfokus pada pengangkutan berbasis aplikasi yang dilaksanakan oleh go-jek. Kedua, masalah yang diangkat pada penelitian tersebut menitikberatkan mengenai perlindungan hukum bagi pengguna jasa serta bentuk ganti rugi dalam hal terjadi kecelakan, hal ini jelas berbeda dengan masalah yang diangkat dalam penelitian penulis karena penulis dalam penelitian ini tidak mengangkat kedua masalah tersebut. Ketiga, pada penelitian tersebut mengangkat studi kasus yang terjadi di Kota Medan. Sedangkan

(25)

9 pada penelitian penulis tidak terfokus pada studi kasus yang terjadi di kota medan.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan fokus terhadap kajian yang dilakukan, selain itu penelitian ini adalah orisinal dan layak untuk diteliti. Namun apabila diluar pengetahuan penulis ternyata telah ada penelitian serupa dengan penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian sebelumnya serta dapat menambah literatur ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum perdata.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengangkutan Secara Umum

Berdasarkan Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.9 Sedangkan pengangkutan disini dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat lain tertentu.

Dari segi hukum, khususnya hukum perjanjian, pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang dan/atau penumpang dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang kesuatu tempat

9 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(26)

10 tujuan tertentu, dan pihak-pihak pengirim barang dan/atau penumpang mengikatkan dirinya pula untuk membayar ongkos angkutannya.10

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dan pengirim atau penumpang.

Sifat dari perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik, artinya masing-masing pihak mempunyai kewajiban sendiri-sendiri. Pihak pengangkut berkewajiban untuk menyelenggarakan pengangkutan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim atau penumpang berkewajiban untuk membayar uang angkutan.11

Pengaturan hukum pengangkutan di Indonesia dapat ditemukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur masalah pengangkutan, yakni:12

1. KUHD

2. UU No. 13 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian 3. UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 4. UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

5. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Legislasi tersebut diikuti oleh peraturan pelaksanaannya.

10 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), hlm 183.

11 Zainal Asikin, loc. cit.

12 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 372.

(27)

11 Secara umum terdapat beberapa fungsi pengangkutan:13

1. Berperan dalam hal ketersediaan barang (availability og goods) 2. Stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization) 3. Penurunan harga (price reduction)

4. Meningkatkan nilai tanah (land value)

5. Terjadinya spesialisasi antar wilayah (territorial division of labour) 6. Berkembangnya usaha skala besar (large scale production)

7. Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk dalm kehidupan 2. Pengangkutan Barang Melalui Darat

Kegiatan dari transportasi memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dari suatu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain (part of destination), maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan kata lain produksi jasa bagi masyarakan yang membutuhkan untuk pemindahan/pemgiriman barang-barangnya.14

Pengangkutan adalah proses pemindahan barang dari pengiriman ke tempat tujuan. Dengan demikian, terdapat tiga komponen dasar dalam pengangkutan barang yaitu: Pengirim, Jasa angkut (alat angkutan), dan Penerima. Pengangkutan sebagai sebuah proses atau kegiatan memerlukan alat pengangkutan untuk mengangkut barang atau penumpang, atau membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan

13 Zainal Asikin, op. cit., hlm 156.

14 Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hlm 1.

(28)

12 dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.15

Pengangkut secara umum adalah orang atau siapa saja, baik dengan persetujuan charter menurut waktu (time charter) atau charter menurut perjalanan, baik dengan suatu persetujuan lain mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya maupun sebagian melalui pengangkutan.16

Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi ditempat tujuan daripada ditempat asalanya.

Oleh karena itu, pengangkutan dikatakan memberi nilai kepada barang yang diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Nilai yang diberikan berupa nilai tempat (place utility) dan nilai waktu (time utility).

Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan mempunyai dua nilai keguanaan, yaitu:17

1) Kegunaan Tempat (Place Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati terjadi perpindahan barang dari suatu tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang bermanfaat, ke tempat lain yang menyebabkan barang tadi menjadi lebih bermanfaat.

15 Zainal Asikin, op. cit. hlm 154.

16 Ibid., hlm 154.

17 Ibid., hlm 154.

(29)

13 2) Kegunaan Waktu (Time Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati dapat dimungkinan terjasinya suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain di mana barang itu lebih diperlukan tepat pada waktunya

Perjanjian pengangkutan barang adalah suatu perjanjian antara pengangkut dan pengirim untuk mengangkut dan memindahkan barang milik pengirim ke tempat tujuan dengan selamat, dengan membayar biaya pengangkutan.18

Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut yakni pihak yang berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan.19 Sedangkan pengirim jika kita lihat dalam KUHD tidak mengatur definisi pengirim secara umum. Akan tetapi, dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. Dalam bahasa inggris pengirim disebut consigner, khusus pada pengangkutan perairan pengirim disebut shipper.20

Menurut Ridwan Khairandy, penerima barang dalam kerangka perjanjian pengangkutan tidak menjadi para pihak. Penerima merupakan

18 Ibid., hlm 169.

19 Ibid., hlm 163.

20 Ibid., hlm 164.

(30)

14 pihak ketiga yang berkepentingan atas penyerahan barang.21 Pihak penerima barang yakni sama dengan pihak pengirim dalam hal pihak pengirim dan penerima merupakan subjek yang berdeda. Namun adakalanya pihak pengirim barang juga adalah sebagai pihak yang menerima barang yang diangkut ditempat tujuan. Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan.22

Dalam kegiatan pengangkutan melalui darat, terdapat dua jenis pengangkutan, yakni pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api, dan dalam ulasan ini akan dibatasi pada pengangkutan barang di jalan raya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pada Pasal 47 Ayat (1) disebutkan bahwa kendaraan terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor masih dikelompokan lagi berdasarkan jenisnya, sebagai berikut:

a. Kendaraan Bermotor

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel.23 Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut

21 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang, op. cit., hlm 376.

22 Zainal Asikin, op. cit., hlm 164.

23 Lihat Pasal 1 Angka (8) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(31)

15 biaya. Dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Pasal 47 Ayat (2), kendaraan bermotor terbagi atas:

1) Sepeda motor

Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah- rumah.24

2) Mobil penumpang

Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal delapan orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3500 kilogram.25

3) Mobil bus

Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih dari delapan orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnyalebih dari 3.500 kilogram.26 4) Mobil barang

Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang.27

24 Lihat Pasal 1 Angka (20) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

25 Lihat Pasal 1 Angka (10) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.

26 Lihat Pasal 1 Angka (11) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.

27 Lihat Pasal 1 Angka (12) PP No. 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.

(32)

16 5) Kendaraan khusus

Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang dirancang khusus yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu, antara lain: 28

- Kendaraan bermotor Tentara Nasional Indonesia.

- Kendaraan bermotor Kepolisian Negara Republik Indonesia.

- Alat berat antara lain bulldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift, loader, excavator, dan crane.

- Kendaraan khusus penyandang cacat.

b. Kendaraan tidak Bermotor

Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.29

3. Tanggung Jawab dalam Pengangkutan

Titik sentral setiap pembahasan mengenai tanggung jawab pengangkut pada umumnya adalah tentang prinsip tanggung jawab (Liability Principle) yang diterapkan. Penggunaan suatu prinsip tanggung jawab tertentu bergantung kepada keadaan tertentu, baik ditinjau secara makro (sesuai dengan perkembangan masyarakat), maupun ditinjau secara mikro (sesuai dengan perkembangan dunia angkutan yang bersangkutan, baik darat, laut, atau udara). 30

28 Lihat Penjelasan Pasal 47 Ayat (2) huruf e UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

29 Lihat Pasal 1 Angka (9) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Linta dan Angkutan Jalan.

30 E. Saefullah Wiradipradja, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, (Yogyakarta: Liberty, 1989), hlm 19.

(33)

17 Setidak-tidaknya ada 3 (tiga) prinsip atau teori mengenai tanggung jawab yang dikenal, ialah: prinsip tanggung jawab berdasarkan atas adanya unsur kesalahan (fault liability, liability based on fault principle), prinsip tanggung jawab berdasarkan atas praduga (rebuttable presumption of liability principle), prinsip tanggung jawab mutlak (no-fault liability, absolute atau strict liability principle). 31

Cara membedakan prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut pada dasarnya diletakkan pada masalah pembuktian, yaitu mengenai ada tidaknya kewajiban pembuktian, dan kepada siapa beban pembuktian dibebankan dalam proses penuntutan.32

a. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Kesalahan (Liability based on Fault Principle)

Menurut sejarahnya, tanggung jawab berdasarkan kesalahan pada mulanya dikenal dalam kebudayaan Babylonia kuno. Dalam bentuknya yang lebih moderen, prinsip ini dikenal pada tahap awal pertumbuhan hukum Romawi termasuk dalam doktrin “culpa” dalam lex aquila. Lex aquila menentukan bahwa kerugian baik disengaja ataupun tidak harus selalu diberikan santunan.33

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu.

31 Ibid., hlm 19.

32 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 184-185.

33 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 377-378.

(34)

18 Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut.34

Dalam prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan, pembuktian kesalahan tergugat harus dilakukan oleh penggugat (yang dirugikan). Sebagai contoh prinsip ini di Indonesia dianut dalam pasal 1365 KUHPerdata,35 yakni bunyinya adalah tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian pada seorang lain, mewajibkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.36 Pasal ini mengharuskan pemenuhan unsur-unsur untuk menjadikan suatu perbuatan melanggar hukum dapat dituntut ganti rugi, yaitu:37

1. Adanya perbuatan melawan hukum dari tergugat.

2. Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepadanya 3. Adanya kerugian yang diderita akibat kesalahan tersebut

b. Prinsip Tanggung Jawab berdasarkan Praduga (Presumption of Liability Principle)

Menurut prinsip ini pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakan. Tetapi jika pengangkut dapat membuktikan bahwa ia

34 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998), hlm 37.

35 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 25.

36 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Balai Pustaka, 2014), hlm 346.

37 Toto T. Suriaatmadja, loc. cit.

(35)

19 tidak bersalah, maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian. Yang dimaksud dengan “tidak bersalah” adalah tidak melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dihindari.38

Pada dasarnya prinsip tanggung jawab berdasarkan praduga adalah juga prinsip tanggung jawab berdasarkan adanya kesalahan (liability based on fault), tetapi dengan pembalikan beban pembuktian (omkering van de bewijslaast, shifting of the burden of proof) kepada pihak tergugat.39 Perbedaan yang utama antara prinsip tanggung jawab yang didasarkan semata-mata pada adanya unsur kesalahan dan

“presumption of liability” adalah bahwa di dalam prinsip yang kedua beban pembuktian beralih dari penggugat (korban) kepada pengangkut.40 Artinya, bahwa penggugat selalu dianggap salah sehingga ia mempunyai beban untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah dengan mengemukakan hal-hal yang dapat membebaskan dari tanggung jawabnya.41

c. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (Absolute Liability Principle)

Di dalam prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability atau absolute liability) tergugat atau pengangkut selalu bertanggung jawab

38 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hlm 28.

39 Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, op. cit., hlm 188.

40 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 30.

41 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 27.

(36)

20 tanpa melihat ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa yang bersalah.42 Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian, unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu.

Prinsip ini dapat dirumuskan dengan kalimat: “pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul karena peristiwa apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini”.43

Terkait prinsip tanggung jawab mutlak ini biasa disebut (absolute liability) dan (strict liability). Kkedua istilah tersebut beberapa pakar ada yang membedakannya, tetapi ada juga yang mempersamakannya. Menurut Bin Cheng sebagaimana yang dikutip oleh E. Saefullah, meskipun baik secara teoritis maupun praktis sulit mengadakan pembedaan yang tegas di antara kedua istilah tersebut, namun Bin Cheng menunjukan adanya perbedaan pokok antara kedua istilah tersebut.

Pada “strict liability” terdapat hubungan kausalitas antara orang yang benar-benar bertanggung jawab dengan kerugian. Semua hal yang biasanya dapat membebaskan tanggung jawab tetap diakui kecuali hal- hal yang mengarah pada pernyataan tidak bersalah. Sedangkan

“absolute liability” akan timbul kapan saja keadaan yang menimbulkan tanggung jawab tersebut ada tanpa mempermasalahkan oleh siapa atau

42 Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, op. cit., hlm 382-383.

43 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 41.

(37)

21 bagaimana terjadinya kerugian tersebut.44 Dengan demikian dalam absolute liability tidak diperlukan hubungan kausalitas dan hal-hal yang dapat membebaskan dari tanggung jawab hanya yang dinyatakan secara tegas dalam perundang-undangan.45

F. Definisi Operasional

Untuk mengantarkan pada pemahaman yang benar perlu kiranya penulis menerangkan pengertian dan batasan judul tersebut di atas sehingga jelas bagi kita segala pengertian yang ada di dalamnya.

Arti kata pelaksanaan itu sendiri dikutip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan. Jadi dapat disimpulkan penulis pelaksanaan yang dimaksud adalah suatu proses menjalankan sesuatu hal tertentu.46

Seperti yang telah diuraikan di atas, berdasarkan Pasal 1 Angka 3 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan bahan dan/atau orang dari tempat asal ke tempat tujuan.

Sepeda motor menurut Pasal 1 Angka 20 UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah kendaraan bermotor beroda dua dengan

44 E. Saefullah Wiradipradja, op. cit., hlm 37.

45 Toto T. Suriaatmadja, op. cit., hlm 30.

46 Dikutip dari http://kbbi.web.id/pelaksanaan yang diakses tanggal 1 Oktober 2016.

(38)

22 atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.

Layanan aplikasi adalalah suatu layanan berbasis komputer untuk pelanggan melaui sistem elektronik atau suatu jaringan. Dalam hal ini aplikasi yang dimaksud adalah Go-jek. Go-jek merupakan suatu aplikasi perangkat lunak yang dapat diakses melalui handphone/smartphone, dimana apliaksi ini berfungsi sebagai sarana untuk menghubungkan antara pengemudi dengan pengguna jasa ojek. Dengan kata lain aplikasi ini menyediakan informasi yang ditawarkan oleh penyedia layanan sebagai pihak ketiga. Jenis layanan yang dapat diminta melalui aplikasi ini antara lain adalah kurir instan, transportasi, pengiriman makanan, pembelanjaan pribadi, dan lain-lain. Adapun yang menjadi bahan penelitian penulis adalah layanan go-send yakni layanan kurir instan atau angkutan barang yang dapat mengirim surat atau barang dengan menggunakan sepeda motor sebagai alat angkut.

Dari uraian pengertian-pengertian di atas jadi yang dimaksud dengan Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda Motor melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-Jek adalah melihat bagaimana pelaksanaan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan dipungut biaya tertentu dan menggunakan sepeda motor, dalam hal ini kendaraan beroda dua yang didapatkan dengan cara mengakses layanan Go- send pada aplikasi Go-jek. Berdasarkan kegiatan pengangkutan barang tersebut akan dikaji apakah termasuk dalam kegiatan pengangkutan barang sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait angkutan jalan yang berlaku dan

(39)

23 juga mengkaji bagaimana tanggung jawab hukum apabila terjadi kerugian dalam pelaksanan pengangkutan barang tersebut yakni siapa pihak yang harus betanggung jawab serta tanggung jawabnya seperti apa.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode penelitian hukum normatif, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif (normatif legal research) yakni dilakukan melalui kajian terhadap Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Metode Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini metode pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach) yakni pendekatan yang mendasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalah yang akan dibahas. Selain itu adalah pendekatan konseptual (conceptual approach) yakni pendekatan yang mendasarkan pada konsep-konsep dalam ilmu hukum yang berkaitan langsung dengan masalah dalam penelitian ini.

3. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu data yang telah diperoleh akan diuraikan dalam bentuk keterangan dan penjelasan, selanjutnya akan dikaji berdasarkan peraturan

(40)

24 perundang-undangan, konsep dalam hukum, dan argumentasi dari peneliti sendiri.

4. Sumber Data

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data sekunder. Metode pengumpulan data sekunder terbagi atas tiga, yaitu :

a. Bahan hukum primer yaitu, peraturan dasar seperti Peraturan Perundang-Undangan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah.

b. Bahan hukum sekunder adalah buku-buku atau literatur yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer

c. Bahan hukum tersier adalah kamus, bahan dari internet yang dapat memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi kepustakaan yakni dengan mengumpulkan data dan meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul penelitian ini, bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi. Penelitian yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan perundang- undangan maupun dokumentasi lainnya seperti karya ilmiah para sarjana,

(41)

25 majalah, surat kabar, internet, maupun sumber teoritis lainnya yang berkaitan dengan materi penelitian.

H. Kerangka Skripsi

Penelitian ini akan disusun dalam empat bab yang antara bab pertama hingga bab terakhir akan disambungkan menjadi satu kesatuan pemikiran yaitu mengkaitkan teori-teori dan norma hukum dengan permasalahan yang terjadi.

Bab I (Pendahuluan) merupakan kerangka pikir yang menjawab mengapa penelitian ini disusun, teori-teori apa yang digunakan serta bagaimana penelitian ini disusun hingga mencapai kesimpulan. Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, orisinalitas penelitian, tinjauan pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematikan penulisan.

Bab II (Tinjauan Umum Pelaksanaan Pengangkutan Barang) merupakan penjelasan secara mendalam mengenai teori-teori yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini. Dalam bab ini akan dijelaskan secara teoritis mengenai pengangkutan secara umum, pengangkutan barang melalui darat, tanggung jawab dalam pengangkutan barang. Dari paparan ini diharapkan dapat mengantarkan penulis pada penyelesaian terhadap pokok persoalan yang menjadi fokus penelitian.

Bab III (Pelaksanaan Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda Motor melalui Layanan Go-send dalam Aplikasi Go-Jek) berisi data berupa hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan pengangkutan barang menggunakan sepeda motor melalui layanan go-

(42)

26 send dalam aplikasi go-jek dengan meninjau peraturan perundang- undangan, bahan hukum, buku-buku, dan lain-lain yang nantinya dapat menjawab rumusan masalah pada bab pertama.

Bab IV (Penutup) berisi kesimpulan jawaban atas permasalahan yang menjadi objek penelitian setelah dilakukannya pembahasan oleh penulis dan juga berisi saran berupa rekomendasi terhadap hasil kesimpulan dalam skripsi dari penulis atas penelitian ini.

(43)

27 BAB II

TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG

A. PENGANGKUTAN SECARA UMUM 1. Definisi Pengangkutan

Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini unsur-unsur pengangkutan adalah:47

1) Ada sesuatu yang diangkut

2) Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutnya 3) Ada tempat yang dapat dilalui alat angkutan

Berdasarkan Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.48 Jadi dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat lain tertentu.

Angkutan dapat berarti suatu proses atau gerakan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Berdasarkan ulasan tersebut dapat diartikan bahwa pengangkutan mengandung pengertian suatu proses kegiatan memuat barang atau mengangkut orang, membawa barang atau penumpang ke tempat yang lain. Jika dirumuskan dalam suatu kalimat yang dimaksud

47 Ridwan Khairandy Et. Al., Pengantar Hukum Dagang I, (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2006), hlm 195.

48 Lihat Pasal 1 Angka (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(44)

28 angkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke dalam alat tempat pemuatan yang diangkut ke tempat tujuan dan diturunkan ke tempat yang telah ditetapkan.49

Abdulkadir Muhammad mendefinisikan pengangkutan meliputi tiga dimensi pokok yaitu:50

1) Pengangkutan sebagai usaha (business) yakni mempunyai ciri- ciri sebagai berikut: berdasarkan perjanjian, kegiatan ekonomi di bidang jasa, berbentuk perusahaan, menggunakan alat pengangkut mekanik.

2) Pengangkutan sebagai perjanjian yakni pada umumnya bersifat lisan tetapi selalu didukung oleh dokumen angkutan.

3) Pengangkutan sebagai proses yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju ke tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan.

2. Asas-Asas Hukum Pengangkutan

Asas-asas hukum pengangkutan merupakan landasan dasar filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:51

49 H.K. Martono dan Eka Budi Tjahjono, Transportasi di Perairan berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm 5-6.

50 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 12-13.

51 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, op. cit., hlm 16-19.

(45)

29 a. Bersifat Publik

1) Asas manfaat, yakni setiap pengangkutan harus dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, kesejahteraan rakyat.

2) Asas adil dan merata, yakni penyelenggaraan pengangkutan harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat, dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

3) Asas keseimbangan, yakni pengangkutan harus dengan keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa.

4) Asas kepentingan umum, yakni penyelenggaraan pengangkutan harus lebih mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas.

5) Asas keterpaduan, yakni pengangkutan harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi baik intra maupun antar moda pengangkutan.

b. Bersifat Perdata

1) Asas konsensual, yakni perjanjian pengangkutan tidak harus dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan para pihak. Tetapi untuk menyatakan bahwa perjanjian pengangkutan itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan atau didukung oleh dokumen angkutan.

(46)

30 2) Asas koordinatif, yakni pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain.

3) Asas campuran, yakni perjanjanjian pengangkutan secara umum merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian, yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang, dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut.

4) Asas retensi, yakni pengangkutan tidak menggunakan hak retensi.

Penggunaan hak retensi bertentangan dengan tujuan dan fungsi pengangkutan. Pengangkut hanya mempunyai kewajiban menyimpan barang atas biaya pemiliknya.

5) Asas pembuktian dengan dokumen, yakni setiap pengangkutan harus dibuktikan dengan dokumen angkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan dengan angkutan kota (angkot) tanpa tiket/karcis penumpang.

3. Fungsi dan Tujuan Pengangkutan

Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Disini jelas meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan dari pengangkutan, yang artinya apabila daya guna dan nilai di tempat yang baru itu tidak naik, maka pengangkutan tidak perlu diadakan, sebab merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedagang/penjual.52

52 Ibid., hlm 1.

(47)

31 Dalam hal pengangkutan barang, pengangkutan dilakukan karena nilai barang akan lebih tinggi ditempat tujuan daripada di tempat asalanya. Oleh karena itu, pengangkutan dikatakan memberi nilai kepada barang yang diangkut. Nilai itu akan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan mempunyai dua nilai keguanaan, yaitu:53

a. Kegunaan Tempat (Place Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati terjadi perpindahan barang dari suatu tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang bermanfaat, ke tempat lain yang menyebabkan barang tadi menjadi lebih bermanfaat.

b. Kegunaan Waktu (Time Utility)

Dengan adanya pengangkutan berati dapat dimungkinan terjadinya suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain di mana barang itu lebih diperlukan tepat pada waktunya

Zainal Asikin dalam bukunya berpendapat bahwa secara umum terdapat beberapa fungsi pengangkutan:54

a. Berperan dalam hal ketersediaan barang (availability og goods) b. Stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization) c. Penurunan harga (price reduction)

53 Zainal Asikin, op. cit., hlm 154.

54 Ibid., hlm 156.

(48)

32 d. Meningkatkan nilai tanah (land value)

e. Terjadinya spesialisasi antar wilayah (territorial division of labour)

f. Berkembangnya usaha skala besar (large scale production) g. Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk dalm kehidupan Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk tiba di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi penumpang atau barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan yang dimaksud adalah proses pemindahan dari satu tempat ke tempat tujuan berlangsung lancar atau tanpa hambatan, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Dengan selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya yang mengakibatkan luka, sakit atau meninggal dunia. Sedangkan arti selamat jika yang diangkut adalah barang maka barang tersebut tidak mengalami kerusakan, kehilangan, kekurangan, atau kemusnahan.55

4. Jenis-Jenis Pengangkutan dan Pengaturannya a. Pengangkutan Darat

Pengangkutan di darat pengaturannya terdapat dalam Ordonansi Lalu Lintas di Jalan Umum atau Wegverkeersordonnantie (Lembaran Negara 1933-86). Pada peraturan tersebut memberikan peraturan-peraturan untuk lalu lintas di jalan umum, yakni seperti

55 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008) hlm 16.

(49)

33 mengenai tanggung jawab pengangkut ditetapkan dalam Pasal 28 ayat (1) bahwa “seorang pemilik atau pengusaha sebuah kendaraan umum bertanggung jawab untuk tiap kerugian yang diderita oleh seorang penumpang atau kerusakan pada barang yang diangkutnya, keculai jika ia dapat membuktikan bahwa kerugian atau kerusakan itu tidak dapat disebabkan karena kesalahan pengangkut atau bukan disebabkan oleh orang-orang yang bekerja padanya”. Dengan demikian setiap kerugian atau kerusakan pada barang yang ditimbulkan dalam pengangkutan, oleh undang-undang dianggap sebagai akibat dari kelalaian pihak pengangkut, sehingga memberikan hak pada penumpang atau pengirim barang untuk menuntut ganti rugi.56

Terhadap pengangkutan darat, di Indonesia terdapat dua jenis yaitu pengangkutan jalan raya dan pengangkutan kereta api.

Pengaturannya terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), yakni dalam Buku I Bab V bagian 2 dan 3, mulai Pasal 90 sampai dengan Pasal 98. Dalam bagian tersebut diatur sekaligus pengangkutan darat dan perairan darat, namun hanya khusus mengenai pengangkutan barang. Selain itu terdapat dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (pengganti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian) dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

56 R. Subekti, op. cit., hlm 71-72.

(50)

34 Angkutan Jalan (pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ).

Pada pengangkutan darat agar terjadi pengangkutan dengan kendaraan umum, perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu, yang dapat dibuktikan dengan karcis penumpang atau surat pengangkutan barang. Perusahaan pengangkutan umum wajib mengangkut orang dan atau barang setelah disepakati perjanjian pengangkutan tersebut atau setelah dilakukannya pembayaran biaya angkutan oleh penumpang atau pengirim barang.57

b. Pengangkutan Perairan

Jenis angkutan di perairan dibagi menjadi tiga yaitu angkutan laut, angkutan sungai dan danau, angkutan penyeberangan. Dalam hukum pelayaran, diadakan perbedaan antara pelayaran laut dengan pelayaran sungai dan perairan pedalaman. Dalam hal pelayaran laut hubungan laut dengan daratan terputus, sedangkan pada perairan pedalaman pada umumnya tidak demikian. Oleh karena itu pada pelayaran laut timbul keadaan-keadaan luar biasa, lebih banyak yang harus diatur daripada perairan pedalaman.58

57 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke IV, op. cit., hlm 18.

58 Sapto Sardjono, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, (Jakarta: Simplex, 1985), hlm 5-6.

(51)

35 Pengaturan mengenai pengangkutan laut terdapat dalam:

1) KUHD, dalam Buku II Bab V tentang Perjanjian Charter Kapal, Buku II Bab VA tentang Pengangkutan Barang- barang, dan Buku II Bab VB tentang Pengangkutan Orang.

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (pengganti Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran),

3) PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan

4) PP No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

c. Pengangkutan Udara

Pengangkutan melalui udara di Tanah Air kita telah diadakan serta dikembangkan dengan baik, mulai dari ujung barat sampat dengan ujung timur angkutan udara telah mampu menghubungkan tempat atau kota-kota tertentu dengan waktu yang singkat, karena sarana-sarana angkutan baik pesawat maupun lapangan terbangnya telah berkembang dengan pesat.59

Hukum pengangkutan udara adalah sebagian dari hukum udara.

Hukum udara Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu hukum udara kenegaraan dan hukum udara keperdataan. Hukum pengangkutan udara adalah sebagian dari hukum udara keperdataan.60 Sistem

59 G. Kartasapoetra dan E. Roekasih, Segi-Segi Hukum dalam Charter dan Asuransi Angkutan Udara, (Bandung: Armico, 1981), hlm 5.

60 H.M.N. Purwosujipto, op. cit., hlm 90.

Gambar

Gambar sistem pemesanan dalam aplikasi go-jek yang dapat menetukan terjadinya  perjanjian pengangkutan :

Referensi

Dokumen terkait

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.. Emulsi

Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memperoduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)

Upaya meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam melalui strategi kepala sekolah dalam memotivasi minat peserta didik dalam pembelajaran PAI yang telah dilakukan di SMA

Menyetujui dan menerima baik Laporan Tahunan 2020, termasuk mengesahkan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Perseroan, serta mengesahkan Laporan Keuangan

Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir saya mengenai perusahaan jasa e-commerce Go-Jek, spesifiknya fitur Go-Food dari aplikasi Go-Jek, mengenai

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa meskipun Go-Jek dan Grab Bike memiliki pelayanan dalam jasa yang sejenis namun Go-Jek memiliki layanan yang lebih beragam

Komponen e-commerce pada GO-JEK terdiri dari jenis-jenis jasa yang dijual melalui internet, jasa di jual dalam sebuah aplikasi GO-JEK, cara pesan jasa juga menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) di kelas VII A SMP N 3 Sentolo, yang