• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif Ibu di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif Ibu di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif Ibu di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta

Health Workers Support Increased Exclusive Breastfeeding by Mother at Posyandu Health Center in Mampang Prapatan District Jakarta

Najah Syamiyah1 dan Helda2

1) Program Magister Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia.

2) Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia.

Korespondensi: syamiyah@gmail.com

Submitted: 10 Januari 2018, Revised: 23 Maret 2018, Accepted: 9 April 2018 https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i1.54

Abstrak

Cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan masih rendah, sementara pendidikan tentang ASI eksklusif kepada masyarakat harus terus dilakukan karena dapat memberikan informasi penting untuk calon ibu dan keluarga. Penelitian dilakukan untuk mengetahui dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif pada Ibu bayi usia 0-5 bulan 29 hari di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Penelitian dengan disain cross sectional ini dilakukan terhadap 250 ibu bayi yang terdaftar di Posyandu yang diwawancara menggunakan kuesioner terstruktur pada bulan November–Desember 2017. Berdasarkan hasil analisis multiple cox regression didapatkan bahwa peluang kelompok ibu yang mendapatkan dukungan tenaga kesehatan dengan baik untuk memberikan ASI eksklusif adalah 1,6 (CI 95% 1,02-2,34) kali dibandingkan dengan kelompok ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan. Disimpulkan bahwa Ibu yang mendapatkan 4 atau lebih dari 5 perlakuan diantaranya konseling ASI saat ANC, dilakukan IMD, dirawat gabung bersama bayi, bayinya tidak diberikan makanan dan minuman selain ASI selama masa perawatan, serta ibu pernah mendapatkan penyuluhan, maka peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan ibu yang hanya mendapatkan 0-3 perlakuan tersebut. Diharapkan kepada penyedia layanan kesehatan Ibu dan anak dapat menetapkan kebijakan terkait pelayanan manajemen laktasi.

Kata kunci: Dukungan Tenaga Kesehatan, ASI Eksklusif, Posyandu Abstract

The coverage of exclusive breastfeeding in Mampang Prapatan Public Health Center was still low. Meanwhile, education about exclusive breastfeeding to the community should continue to be done because it can provide important information for prospective mothers and families. Then conducted a study to determine the support of health workers to exclusive breastfeeding on the mother of the baby aged 0-5 months 29 days in Posyandu Mampang Prapatan Public Health Center. This cross sectional study was conducted on 250 infant mothers enrolled at Posyandu who were interviewed using structured questionnaire in November-December 2017.

Based on data analysis with multiple cox regression, it was found that the opportunity of maternal group that get good health support to give exclusive breastfeeding is 1,547 (95% CI 1.023-2,339) times bigger than those group of mothers who get less support from health worker. It can be concluded that if the mothers get 4 or more of 5 treatments such as breastfeeding counseling during ANC, early breastfeeding initiation, treated together with baby, the baby is not given any food and drink other than breastmilk during the treatment period, and the mother has got counseling, the possibility to give exclusive breastfeeding greater than mothers who only

(2)

Pendahuluan

UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada anak minimal selama 6 bulan sejak lahir dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak sehingga Pemerintah Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan tahun 2003. Kebijakan tentang ASI eksklusif diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450 Tahun 2014, Undang- Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 128 Ayat 2 dan 3, serta dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 6.1

Pemerintah menetapkan target cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80% tahun 2014, namun sampai saat ini belum mencapai angka yang diharapkan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, pencapaian ASI eksklusif di Indonesia 42%, meningkat tahun 2014 52,3% dan 2015 55,7%. ASI eksklusif di DKI Jakarta tahun 2012 62,7% meningkat tahun 2015 menjadi 67,1% namun masih lebih rendah dibandingkan dengan provinsi lainnya seperti Nusa Tenggara Barat (78,9%), Jawa Timur (65%) dan Lampung (57,3%).3

Rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan karena bayi di perkotaan diberi susu formula dan bayi di pedesaan diberi makanan tambahan seperti pisang atau bubur. Berdasarkan penelitian di Jabodetabek tahun 1995, 5% dari 900 ibu yang dapat memberikan ASI eksklusif selama empat bulan, 37,4% ibu tidak pernah mendapatkan informasi ASI dan 70,4% tidak pernah mendengar informasi ASI eksklusif.4 Faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif adalah faktor internal ibu dan eksternal. Faktor eksternal memiliki peran besar dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di Puskesmas Kota Depok menemukan bahwa faktor penguat yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif antara lain dukungan suami, dukungan sarana dan tenaga kesehatan, dukungan keluarga, serta dukungan teman.5

Danso dalam penelitiannya di salah satu kota di Ghana menemukan bahwa sumber utama informasi pemberian ASI eksklusif berasal dari profesional kesehatan saat mereka mengunjungi klinik, pusat kesehatan, dan rumah sakit. Sebagian besar sumber informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan ditargetkan pada keperawatan ibu terutama saat melahirkan. Selain profesional perawatan kesehatan, para ibu belajar menyusui secara eksklusif dari membaca media massa, melalui sekolah, teman dan lainnya termasuk keluarga,6 yang menggambarkan pentingnya dukungan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi dan edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada butir b dinyatakan semua tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif .7

Penelitian di Kota Semarang menemukan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari bidan berpeluang 2,5 kali menyusui ASI eksklusif8 dan di Kota Motta, Ethiopia tahun 2015 menemukan bahwa ibu yang mendapatkan konseling menyusui sejak pemeriksaan kehamilan memiliki peluang 3 kali dalam memberikan ASI eksklusif.9 Penelitian di Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone menemukan bahwa terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif.10 Penelitian kualitatif di Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menemukan bahwa yang memberikan dampak keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah penyuluhan petugas kesehatan tentang ASI dan kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan tempat bersalin ikut mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif, terutama pada beberapa hari pertama Ibu menyusui dan melanjutkan sampai keluar dari fasilitas kesehatan karena fasilitas pelayanan pelayanan mengatur pemberian susu formula atau asupan selain ASI.12

get 0-3 of these treatments. It was expected that health providers can establish policies related to lactation management services.

Keywords: Health Workers Support, Exclusive Breastfeeding , Posyandu

(3)

Kecamatan Mampang Prapatan adalah wilayah perkotaan dengan akses pelayanan kesehatan yang cukup mudah terletak di Jakarta Selatan namun berdasarkan data puskesmas, cakupan ASI eksklusifnya masih rendah dan belum mencapai target. Cakupan ASI eksklusif Kecamatan Mampang Prapatan tahun 2015 51,3% dan menurun tahun 2016 menjadi 43,4%, atas dasar tersebut peneliti tertarik meneliti faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif.

Metode

Desain penelitian adalah cross sectional.

Pengumpulan data pada November-Desember 2017 di Posyandu Wilayah Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 0-5 bulan 29 hari dengan jumlah sampel 250 yang dihitung dengan manggunakan rumus besar sampel pengujian hipotesis beda dua proporsi.13 Kriteria inklusi yaitu ibu dan bayi yang berdomisili di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan tahun 2017, bayi berusia 0-6 bulan dan terdaftar di Posyandu. Responden akan dieksklusi jika bayi atau ibu mengalami gangguan atau sakit yang menyebabkan proses menyusui tidak dapat dilakukan.

Dari 111 Posyandu didapatkan 440 nama bayi yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kemudian dilakukan pemilihan sample secara random menggunakan aplikasi online www.randomizer.org dan didapatkan 253 nama ibu dan bayinya untuk dikunjungi dan diwawancara. Terdapat 3 pasangan ibu dan bayi yang dieksklusi karena bayinya sakit dan ibu menolak untuk di wawancara, maka jumlah sampel yang berhasil dianalisa adalah 250.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner modifikasi peneliti berdasarkan beberapa instrument diantaranya untuk variabel ASI eksklusif (Recall 24 jam) menggunakan definisi dan alat ukur dari Indicators for assessing infant and young child feeding practices,14 variabel sikap menggunakan Instrumen Iowa Infant Feeding Attitudes Scale (IIFAS),15 variabel pengetahuan menggunakan Infant Feeding Test Form-A (FORMA),16 dan variabel lainnya menggunakan Monitoring Baby-Friendly Hospital Intiative Tools.17 Persetujuan penelitian dari tim Kaji Etik Departemen Epidemiologi FKM UI dan izin riset dari Unit Pelaksana PTSP Kota

Administrasi Jakarta Selatan Nomor 2682-082.61.

Analisis data menggunakan software analisis data dengan uji multiple cox regression.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian kecil ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu 38% (95 orang), dukungan tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif kurang atau ibu mendapat konseling ASI saat ANC yaitu 57,6%, sebagian besar tenaga kesehatan tidak memberikan makanan atau minuman selain ASI kepada bayi saat masa post partum, ibu yang melakukan inisiasi menyusui dini ketika melahirkan 37,2%, dan ibu yang mendapatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif 40,4%. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku pemberian ASI eksklusif dan dukungan tenaga kesehatan sebagaimana pada Tabel 1.

Dukungan didapatkan dengan melakukan komposit dari perlakuan yang diterima oleh ibu menyusui. Dukungan dikatakan baik jika ibu mendapatkan 4 dari 5 perlakuan yang diterima.

Lima perlakuan tersebut diantaranya; pemberian konseling ASI saat Ante Natal Care (ANC), dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) saat bayi tidak diberikan makanan atau minuman selain ASI saat masa perawatan, rawat gabung bersama bayi saat masa perawatan, serta penyuluhan tentang ASI eksklusif. Perlakuan tersebut setidaknya harus diberikan kepada ibu secara lengkap. Karena pada penelitian ini didapatkan distribusi yang berbeda untuk setiap perlakuan. Distribusi masing-masing bentuk dukungan tenaga kesehatan yang diberikan kepada ibu serta hubungannya dengan perilaku pemberian ASI eksklusif sebagaimana pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa kelompok ibu yang menjalani rawat gabung bersama bayinya saat masa postpartum berpeluang 1,71 kali (CI 95% 1,01-2,0). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Malaysia, proporsi pemberian ASI eksklusif lebih tinggi pada ibu yang tidur satu tempat dengan bayinya19 sebagaimana kebijakan dari fasilitas kesehatan tempat ibu bersalin. Hubungan dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif dapat dilihat pada Tabel 2.

Peneliti mencoba memperhitungkan score

(4)

dari 5 perlakuan untuk mendapatkan kategori dukungan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif. Didapatkan pembagian kategori yang terbaik untuk dukungan tenaga kesehatan adalah dengan cut of point 4 sehingga dikatakan baik jika total score >4 dan kurang jika >4. Hubungan dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu adalah sebagai berikut:

Pengaruh variabel perancu dalam penelitian ini dikendalikan pada tahap analisis dengan menggunakan analisis multivariat. Didapatkan satu variabel perancu adalah penolong utama persalinan.

Pada Tabel 3 diketahui saat sebelum dilakukan analisis multivariat, kelompok ibu yang mendapatkan dukungan baik dari tenaga kesehatan memiliki peluang 1,61 kali (CI 95% 1,07-2,43) memberikan ASI eksklusif. Setelah dilakukan analisis multivariat, kelompok ibu yang mendapatkan dukungan tenaga kesehatan berpeluang 1,55 kali (CI 95% 1,03-2,34)

untuk memberikan ASI eksklusif setelah dikontrol variabel penolong utama persalinan.

Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif adalah yang berusia 20-35 tahun, tidak bekerja dan berpendidikan tinggi. Selain itu, proporsi pemberian ASI eksklusif lebih besar ditemukan pada kelompok ibu dengan riwayat paritas 1 kali dan riwayat persalinan normal.

Proporsi pemberian ASI eksklusif pada kelompok ibu yang bayinya berusia lebih kurang dari dua bulan lebih besar dibandingkan dengan usia di atas dua bulan. Hal tersebut dapat menandakan bahwa pemberian ASI eksklusif menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi.

Pembahasan

Rendahnya cakupan ASI eksklusif yang ditemukan dalam penelitian ini bisa menjadi peringatan dalam hal kualitas kesehatan bayi, karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi

Variabel Jumlah

n %

Pemberian ASI Eksklusif

• ASI Eksklusif 95 38,0

• Tidak ASI Eksklusif 155 62,0

Konseling ASI ANC

• Iya 144 57,6

• Tidak 106 42,4

Pemberian Makanan/Minuman Selain ASI Saat Postpartum

• Tidak Diberikan 194 77,6

• Diberikan 56 22,4

Riwayat IMD

• IMD 93 37,2

• Tidak IMD 157 62,8

Rawat Gabung

• Rawat Gabung 182 72,8

• Tidak Rawat Gabung 68 27,2

Penyuluhan

• Pernah 101 40,4

• Tidak Pernah 149 59,6

Dukungan Tenaga Kesehatan

• Baik 71 28,4

• Kurang 179 71,6

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017

(5)

bayi sampai berusia 6 bulan. Sebagian besar ibu memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan meskipun tetap memberikan ASI karena menganggap ASI tidak cukup untuk bayi mereka.

Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 0-6 Bulan tahun 2015 di Indonesia hanya sebesar 41,9% dengan cakupan tiga provinsi terendah adalah Kalimantan Tengah (15,8%), Sumatera Utara (20,3%) dan DKI Jakarta (20,3%).3 Dalam penelitian ini cakupan pemberian ASI ekslusif 38% sehingga kemungkinan ada over estimasi. Survey di Timor

Tabel 2. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017

Variabel Dukungan

Tenaga Kesehatan ASI Eksklusif Tidak ASI

Eksklusif Total PR*

(CI 95%) P value

n % n % n %

Konseling ASI ANC

Iya 57 39,6% 87 60,4% 144 100 1,104

(0,73-1,67) 0,64

Tidak 38 35,8% 68 64,2% 106 100

Pemberian Susu Formula Saat Postpartum

Tidak Diberikan 78 40,2% 116 59,8% 194 100 1,32

(0,78-2,24) 0,29

Diberikan 17 30,4% 39 69,6% 56 100

Riwayat IMD

IMD 40 43,0% 53 57,0% 93 100 1,23

(0,82-1,85) 0,32

Tidak IMD 55 35,0% 102 65,0% 157 100

Rawat Gabung

Rawat Gabung 78 42,9% 104 57,1% 182 100 1,71

(1,01-2,9) 0,04

Tidak Rawat Gabung 17 25,0% 51 75,0% 68 100

Penyuluhan

Pernah 40 39,6% 61 60,4% 101 100 1,07

(0,71-1,61) 0,74

Tidak Pernah 55 36,9% 94 63,1% 149 100

*PR : Prevalence Ratio

Leste menggunakan metode yang sama menemukan prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 sampai 5 bulan 49%.18 Hal tersebut diduga karena peneliti menggunakan metode recall 24 jam dari WHO dalam mengukur asupan yang diberikan pada bayi. Karena hanya mengukur asupan dalam satu waktu saat penelitian maka dapat menimbulkan over estimasi terhadap penentuan outcome, dimana riwayat asupan sebelum waktu penelitian tidak ditanyakan. Bias informasi dalam penelitian ini masih mungkin terjadi. Meskipun pewawancara telah berusaha menggunakan bahasa yang mudah Tabel 3. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu di Posyandu Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017

Dukungan Tenaga Kesehatan

EksklusifASI Tidak ASI

Eksklusif Total PRcrude

(CI 95%) P value PRadjusted

(CI 95%) P value

n % n % n %

Baik 37 52,1 34 47,9 71 100 1,61

(1,07-2,43) 0,024 1,547

(1,023-2,339) 0,039

Kurang 58 32,4 121 67,6 179 100

PR adjusted setelah dikontrol variabel penolong utama persalinan

(6)

dipahami dan tanpa memberikan intervensi ketika mengajukan pertanyaan, namun terdapat pengaruh lingkungan yang tidak dapat dikendalikan ketika wawancara sedang berlangsung, misalnya ketika keluarga responden turut mendengarkan dan memberikan jawaban, atau pada saat kondisi lingkungan yang ramai membuat responden tidak menjawab dengan penuh konsentrasi. Bias recall juga masih mungkin terjadi ketika ibu menjawab pertanyaan seputar ANC dan bentuk tindakan tenaga kesehatan yang diberikan sejak masa kehamilan sampai kunjungan neonatal. Namun sebagian besar responden berada pada rentang usia produktif sehingga diharapkan responden masih mengingat dan dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan

Tabel 4. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Posyandu Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017

Variabel Kovariat ASI Eksklusif Tidak ASI

Eksklusif Total PR

(CI 95%) P value

n % n % n %

Usia Ibu

20-35 tahun 79 39,5% 121 60,5% 200 100 1,23

(0,72-2,11) 0,44

<20 tahun dan >35 tahun 16 32,0% 34 68,0% 50 100 Pendidikan Ibu

Tinggi 74 39,8% 112 60,2% 186 100 1,2

(0,74-1,96) 0,44

Rendah 21 32,8% 43 67,2% 64 100

Pekerjaan Ibu

Tidak Bekerja 78 41,3% 111 58,7% 189 100 1,48

(0,88-2,51) 0,14

Bekerja 17 27,9% 44 72,1% 61 100

Riwayat Paritas

1 kali 35 41,2% 50 58,8% 85 100 1,13

(0,75-1,72) 0,56

>1 kali 60 36,4% 105 63,6% 165 100

Usia Bayi

<2 bulan 43 51,2% 41 48,8% 84 100 1

2-3 bulan 29 31,2% 64 68,8% 93 100 1,64

(0,98-2,7) 0,06

4-5 bulan 29 hari 23 31,5% 50 68,5% 73 100 1,63

(0,57-1,71) 0,97 Metode Persalinan

Normal 70 42,9% 93 57,1% 163 100 1,49

(0,95-2,36) 0,09

Operasi 25 28,7% 62 71,3% 87 100

Penolong Utama Persalinan

Bidan 61 48,0% 66 52,0% 127 100 1,74

(1,14-2,64) 0,01

Dokter 34 27,6% 89 72,4% 123 100

kondisi yang dialami.

Diantara semua bentuk dukungan tersebut hanya rawat gabung yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif secara statistik. Penelitian lain yang dilakukan di kota Motta, Ethiopia menemukan bahwa ibu yang mendapatkan konseling tentang ASI sejak masa kehamilan memiliki peluang 2,76 kali (CI 95% 1.52-4.99) memberikan ASI secara eksklusif.9 Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan bisa disebabkan oleh jumlah sampel pada penelitian ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tewabe meskipun disain penelitian dan teknik sampling yang digunakan sama. Penelitian Asfaw (2015) juga menemukan bahwa ibu yang mendapatkan konseling

(7)

tentang asupan bayi memiliki peluang lebih besar untuk praktik pemberian ASI eksklusif20.

Dalam penelitian ini, IMD tidak berhubungan secara statistik dengan pemberian ASI eksklusif. Namun, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bengkulu Tahun 2010- 2011 didapatkan bahwa IMD meningkatkan hampir 2 kali peluang seorang ibu untuk memberikan ASI eksklusif21. Peran tenaga kesehatan dalam mendukung pelaksanaan IMD perlu ditingkatkan tidak hanya melalui peningkatan keterampilan teknis tentang IMD, melainkan juga dengan membangun sikap positif agar tenaga kesehatan menjadi lebih serius dalam menjalankan program IMD. Kendala utama dalam pelaksanaan IMD yang ditemukan di lapangan adalah belum optimalnya komitmen serta dukungan Rumah Sakit dan penolong persalinan untuk menerapkan IMD pada bayi baru lahir.22

Penelitian ini menemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara dukungan tenaga kesehatan yang dinilai dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok, dimana ibu yang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan memiliki peluang 3,97 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan.5

Keterbatasan instrumen dalam menilai dukungan tenaga kesehatan pada penelitian ini juga dapat menjadi penyebab kemungkinan kecilnya angka PR untuk hubungan antara variabel dependent dan independent. Namun demikian, selain terbukti secara statistik bahwa dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif, proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif pada kelompok ibu yang mendapatkan dukungan baik dari tenaga kesehatan juga lebih besar jika dibandingkan dengan proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif pada kelompok ibu yang mendapatkan dukungan kurang dari tenaga kesehatan. Hampir semua wanita bisa menyusui jika mereka didukung untuk percaya diri serta mendapatkan promosi dan edukasi tentang teknik praktik menyusui yang benar.23 Untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif, seorang ibu membutuhkan motivasi yang baik. Sebagaimana pada hasil penelitian Lakshmi di Yogyakarta menemukan

bahwa seorang ibu yang mengikuti kegiatan KP Ibu (Kelompok Ibu) lebih dari 3 kali memiliki peluang 1,97 kali memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah mengikuti kegiatan KP Ibu.24

Orang yang berpengaruh bagi ibu mempunyai peran yang penting dalam memberikan dukungan informasi karena faktor keterikatan emosional dengan ibu menyusui. Oleh karena itu, membina lingkungan yang positif disekitar ibu menyusui adalah hal yang penting dilakukan bagi ibu menyusui agar informasi yang diterima mampu mendorong terwujudnya pemberian ASI eksklusif.

Bukan hanya keluarga dan teman, tenaga kesehatan juga mampu menjadi orang yang berpengaruh bagi ibu menyusui karena dianggap sebagai orang yang lebih paham tentang ASI.25

Penelitian ini menemukan bahwa ibu yang persalinannya ditolong oleh bidan memiliki peluang yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang persalinannya ditolong oleh dokter. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tindakan operasi atau dilakukannya IMD atau tidak. Namun operasi dan IMD tidak terbukti secara statistik berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Mungkin hal ini bisa menjadi evaluasi bagi tenaga kesehatan yang bertugas memberikan pertolongan persalinan. Penolong utama persalinan memiliki peran yang sangat penting pada saat pelaksanaan IMD. Perbedaan peran, tugas, dan fungsi pokok bisa menjadi penyebab mengapa dalam penelitian ini ibu yang ditolong bidan lebih besar peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan Ibu yang ditolong oleh dokter. Sebagaimana penelitian kualitatif yang dilakukan pada dua Rumah Sakit berbeda di Jakarta menemukan bahwa peran dokter spesialis kebidanan dan bidan di Rumah Sakit hanya dikhususkan untuk proses persalinan, sedangkan konselor laktasi yang juga adalah dokter anak berperan mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada bayi mereka pasca melahirkan.22

Kesimpulan

Ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan 29 hari di Posyandu Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan sebesar 38,0%

karena mendapatkan dukungan tenaga kesehatan

(8)

dengan baik dan berpeluang 1,55 kali memberikan ASI eksklusif setelah dikontrol variabel penolong utama persalinan. Dukungan Tenaga Kesehatan dianggap baik jika Ibu mendapatkan 4 atau lebih dari 5 perlakuan diantaranya konseling ASI saat ANC, dilakukan IMD, dirawat gabung bersama bayi, bayinya tidak diberikan makanan dan minuman selain ASI selama perawatan, serta ibu pernah mendapatkan penyuluhan. Dapat disimpulkan jika Ibu mendapatkan 4 atau lebih dari 5 perlakuan tersebut, maka peluangnya untuk memberikan ASI eksklusif lebih besar dibandingkan dengan ibu yang hanya mendapatkan 0-3 perlakuan saja.

Saran

Fasilitas kesehatan dapat menetapkan kebijakan terkait pelayanan manajemen laktasi yang dapat mendukung terlaksananya 5 kegiatan penting untuk ibu hamil dan menyusui diantaranya tentang pelaksanaan IMD, rawat gabung, pemberian makanan dan minuman bayi, serta meningkatkan pemberian informasi dan edukasi terkait pemberian ASI eksklusif yang benar melalui kunjungan ANC, masa postpartum, kunjungan neonatal, dan penyuluhan.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada para ibu bayi yang telah bersedia menjadi responden, 2 enumerator (Desfira dan Fatih) dari Prodi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta, serta ibu kader kesehatan Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan yang telah membantu peneliti di lapangan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. dr. Sudarto, SKM.,M.Sc dan Dr. dr. Helda, M.Kes yang telah memberikan kritik dan saran bagi penelitian ini.

Terima kasih kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan dan rekan-rekan penulis yang telah memberikan izin dan kesempatan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian ini sampai selesai.

Daftar Rujukan

1. Mari Dukung! Menyusui dan Bekerja: 1-7 Agustus Pekan ASI Sedunia. Jakarta: Pusdatin Kemenkes; 2015.

2. Pusdatin. Profil Kesehatan Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes; 2015.

3. Pusdatin. Profil Kesehatan Kesehatan Indonesia

Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes; 2016.

4. Roesli, Utami. Mengenal ASI Eksklusif.

Jakarta: Niaga Swadaya; 2000.

5. Ida. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ASI Eksklusif 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011 [Tesis]. Universitas Indonesia; 2012 6. Danso, Janet. Examining the Practice of

Exclusive Breastfeeding among Professional Working Mothers in Kumasi Metropolis of Ghana. International Journal of Nursing. 2014 Jun; 1(1):11-24.

7. Susmaneli, Herlina. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Hilir I Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Komunitas. 2013 Mei; 2(2):67-71.

8. Ariwati, Valentina Dili., M. Imron Rosyidi., Puji Pranowowati. Hubungan Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran;

2014.

9. Tewabe, Tilahun., Alemnesh Mandesh., Tenaw Gualu., Girma Alem., Getnet Mekuria., dan Haymanot Zeleke. Exclusive Breastfeeding Practice and Associated Factors Among Mothers in Motta Town, East Gojjam Zone, Amhara Regional State, Ethiopia, 2015:

A Cross-Sectional Study, International Breastfeeding Journal. 2017 Feb; 12(12): 1-7.

10. Rahmawati., Burhanuddin Bahar. & Abdul Salam. Hubungan antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone. Universitas Hasanuddin Makassar; 2013.

11. Sabati, Maryasti Rambu. Peran Petugas Kesehatan terhadap Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif (Studi Kualitatif Di Wilayah Puskesmas Sekaran Kecamatn Gunungpati Kota Semarang) [Skripsi]. Universitas Diponegoro Semarang; 2010.

12. Denk, Charles E., Florence Mojta Rotondo., Janet Heroux., Lakota K. Kruse. Breastfeeding and New Jersey Maternity Hospitals: A

(9)

Comparative Report. Maternal & Child Health Epidemiology. 2014 Agust.

13. Lameshow, S.J. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1997.

14. Indicators for Assessing Infant and Young Child Feeding Practices Part 2: Measurement.

Switzerland: World Health Organization; 2010.

15. Inoue, Madoka., Colin W Binns., Yoko Katsuki., Mikio Ouchi. Japanese Mother’s Breastfeding Knowledge and Attitudes Assessed by The Iowa Infant Feeding Attitudes Scale, Asi Pac J Clin Nutr. 2013; 22(2). 261-265.

16. Alonzo, Natalie. Infant Feeding Knowledge, Attitudes, Exposure, and Intentions Among Non-Pregnant Adolescents. [Thesis] Faculty of The School of Nursing California State University, San Marcos; 2016.

17. Baby-Friendly Hospital Initiative : Revised., Updated and Expanded for Integrated Care.

Section 3, Breastfeeding Promotion and Support in a Baby-Friendly Hospital: a 20-hour Course for Maternity Staff. Switzerland: WHO

& UNICEF; 2009.

18. Khanal , Vishnu., Jonia Lourenca., Rajendra Karkee., and Andy H. Lee. Factors Associated with Exclusive Breastfeeding in Timor-Leste:

Findings from Demographic and Health Survey 2009–2010. Nutrients. 2014 Apr; 6(4): 1691- 1700.

19. Tan, Kok Leong. Factors Associated with Exclusive Breastfeeding Among Infants Under Six Months of Age in Peninsular Malaysia. International Breastfeeding Journal. 2011 Feb; 6(2): 1-7.

20. Asfaw, Maeza Mitiku., Mesele Damte Argaw., Zelalem Kebede Kefene. Factors associated with exclusive breastfeeding practices in Debre Berhan District, Central Ethiopia: a cross sectional community based study. International Breastfeeding Journal. 2015 Agust; 10(23): 1-9 21. Helda. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi yang Lahir di RSUD M.Yunus dan Bidan Praktik Swasta (BPS): Analisa Kesintasan di Kota Bengkulu pada Juli 2010 2010 - Juni 2011 [Disertasi]. Universitas Indonesia; 2013.

22. Novianti & Anissa Rizkianti.

Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan IMD: Studi Kasus di RS Swasta X dan RSUD Y di Jakarta. Jurnal Kesehatan Repsoduksi. 2016 Agust; 7(2): 95-108.

23. Idris , Shadia Mohamed., Amin Gordiano Okwahi Tafeng, Arafa Elgorashi. Factors Influencing Exclusive Breastfeeding among Mother with Infant Age 0-6 Months.

International Journal of Science and Research.

2015 Agust; 4(8): 28-33.

24. Lakshmi, Triashtra. Hubungan Kelompok Pendukung Ibu terhadap Perubahan Perilaku Menyusui di Kelurahan Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul di Yogyakarta (Analisis Data Sekunder KPC Healthy Start Yogyakarta Survey 2009-2010) [Tesis]. Universitas Indonesia; 2011.

25. Wibowo, Marsiana. Dukungan Informasi bagi Ibu Menyusui dalam Memberikan ASI Eksklusif di Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

2016 Jan; 11(2): 96-103.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif dan                Dukungan Tenaga Kesehatan di  Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017
Tabel 2. Hubungan Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu                    di  Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017
Tabel 4. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Ibu di Posyandu Puskesmas                 Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Adapun gambaran rancangan use case diagram untuk kebutuhan user dapat dilihat pada gambar 4.3. Setelah admin melakukan login akan muncul halaman dashboard. Admin

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai daya dukung lingkungan obyek wisata Aik Berik sehingga dapat digunakan untuk merencanakan/menentukan waktu

There- fore, using a finite mixture of Dirichlets helps correct for the limitations of the unsegmented Dirichlet high- lighted by Fader and Schmittlein (1993). Apart

Dalam proses belajar mengajar persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan oleh guru, dimana guru mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi

Pada beberapa penelitian lain juga memperlihatkan bahwa buku sebagai bahan ajar masih mengandung teks dan ilustrasi yang bias gender yakni (1) Ng Yun Jin dkk menunjukkan

Selain faktor derajat kejenuhan dari segi rumus panjang antrian pada nilai luas areal smp yang sebesar 20m 2 dinilai sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini

Membran komposit khitosan dengan komposisi optimum dipotong menjadi potongan-potongan kecil (1,6 cm x 5,0 cm) dan direndam dalam larutan asam sulfat dengan variasi