• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI DRTA (DIRECTED READING THINKING ACTIVITY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI DRTA (DIRECTED READING THINKING ACTIVITY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

Desna Rosyana, 2015

PENERAPAN STRATEGI DRTA (DIRECTED READING THINKING

ACTIVITY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

PEMAHAMAN SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Taman Kota Serang)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Desna Rosyana

1103957

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Desna Rosyana, 2015

PENERAPAN STRATEGI DRTA

(DIRECTED READING

THINKING ACTIVITY)

UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negri Taman Kota Serang)

oleh

DESNA ROSYANA

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

©DESNA ROSYANA 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh di perbanyak seluruhnya atau sebagian

(3)
(4)

Desna Rosyana, 2015

ABSTRAK

Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang rendah pada pembelajaran membaca pemahaman di kelas V SDN Taman. Hal ini dikarenakan kurangnya pemanfaatan media, dan strategi yang kurang efektif dalam pembelajaran. Selain itu, guru tidak menanyakan prediksi siswa terhadap teks, hanya mengintruksikan siswa membaca tanpa menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki mereka dengan pengetahuan baru yang akan didapatkan sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini diantaranya (1) Mendeskripsikan penerapan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity), (2) Mendeskripsikan seberapa besar kemampuan membaca pemahaman dengan penerapan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity). Adapun yang menjadi subjek pada penelitian ini siswa kelas V SDN Taman Tahun Ajaran 2014/2015 Kota Serang yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan strategi DRTA dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata observasi proses pembelajaran pada siklus I yaitu 2,52 dan siklus II menjadi 3,04. Sedangkan perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tahap pra siklus 54,83, siklus I yaitu 64,33 dan siklus II menjadi 70,33. Maka, peneliti menyimpulkan penerapan strategi DRTA dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

(5)

Desna Rosyana, 2015

ABSTRACT

The background of this study is the low student learning outcomes in learning reading comprehension in class V SDN Taman. This is due to lack of utilization of the media, and the strategies that are less effective in learning. In addition, the teacher did not ask the students to the text prediction, just instruct students to read without prior knowledge possessed connect them with new knowledge that will be obtained so that students are less active in the learning process. The purpose of this study include (1) Describe the application of learning in reading comprehension by using a strategy DRTA (Directed Reading Thinking Activity), (2) Describe how big the reading comprehension with the implementation of the strategy DRTA (Directed Reading Thinking Activity). The subject of this research grade students of SDN Parks School Year 2014/2015 Serang totaling 30 students, consisting of 18 men and 12 women. The method used is classroom action research models Kemmis and Mc.Taggart. Data collection techniques used include observation and tests. The results showed that the application of learning strategies in reading comprehension DRTA can increase the activity and student learning outcomes. This is evident from the acquisition of the average value of observation learning process in the first cycle and the second cycle is 2.52 to 3.04. Meanwhile, the average acquisition value of student learning outcomes at this stage of the cycle pre 54.83, 64.33 and the first cycle that the second cycle into 70.33. Thus, the researchers concluded the application of learning strategies in reading comprehension DRTA can increase the activity of learning and student learning outcomes.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Struktur Organisasi ... 4

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teori ... 6

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

C. Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Desain Penelitian ... 19

B. Partisipan dan Tempat Penelitian... 24

C. Pengumpulan Data ... 24

(7)

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Temuan Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 51

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 55

A. Simpulan ... 56

B. Rekomendasi ... 56

(8)

DAFTAR TABEL

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 16

3.1 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran ... 25

3.2 Kisi-Kisi Soal Tes ... 27

4.1 Hasil Tes Pra Siklus ... 31

4.2 Hasil Observasi Siklus I ... 35

4.3 Hasil Tes Siklus I ... 37

4.4 Hasil Observasi Siklus II ... 42

4.5 Hasil Tes Siklus II ... 44

4.6 Perbandingan Hasil Observasi Siklus I dan II ... 47

(9)

DAFTAR GRAFIK

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Siklus (RPP) I

Lampiran 5 Teks Wacana Siklus I

Lampiran 6 Evaluasi Siklus I

Lampiran 7 Hasil Tes Siklus I

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan (RPP) Siklus II

Lampiran 9 Teks Wacana Siklus II

Lampiran 10 Evaluasi Siklus II

Lampiran 11 Hasil Tes Siklus II

Lampiran 12 Dokumentasi

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keterampilan berbahasa merupakan hal penting yang perlu

dikuasai seseorang.Kegiatan berbahasa memiliki peranan penting dalam

kehidupan sehari-hari.Selain itu kegiatan berbahasa memiliki peran

penting dalam kegiatan belajar mengajar karena kegiatan berbahasa

sebagai pengantar dalam menguasai materi yang diajarkan.

Keterampilan berbahasa di sekolah dasar mencakup empat aspek

diantaranya membaca, menulis, menyimak dan berbicara.Keterampilan

berbahasa saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.Seperti,

keterampilan membaca berkaitan dengan keterampilan menulis.Kerena

sebelum keterampilan menulis dikuasai, maka keterampilan membaca

harus dikuasai terlebih dahulu oleh seorang individu.

Membaca adalah aktivitas untuk memahami dan mendapatkan

informasi dari bahan yang dibaca.Namun pada kenyataannya terkadang

kita sulit memahami bahan yang dibaca.Hal ini disebabkan oleh berbagai

faktor.Faktor tersebut dianataranya tidak menggunakan strategi membaca

pamahaman.

Membaca merupakan keterampilan yang penting dikuasai dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia oleh siswa sekolah dasar, baik membaca

permulaan atau membaca lanjut. Dalam pembelajaran membaca lanjut di

kelas tinggi salah satu kemampuan yang perlu dikuasai siswa adalah

kemampuan membaca pemahaman.Namun pada kenyataanya kemampuan

membaca pemahaman siswa masih tergolong rendah.Siswa sering merasa

kesulitan dalam memahami bahan bacaan.Terlihat dati hasil tes membaca

sebuah bacaan.Hal ini dikarenakan pembelajaran membaca yang diberikan

guru cendrung monoton dan kurang menarik.

Dalam proses pembelajaran, guru hanya menggunakan cara-cara

(13)

sebelumnya. Siswa tidak berperan aktif selama proses pembelajaran

membaca kerena guru tidak mendorong siswa untuk ikut serta berperan

secara aktif selama proses pembelajaran membaca. Siswa hanya

melakukan intruksi yang diberikan guru.Hal tersebut ditunjukan dari hasil

sudi awal yaitu observasi di kelas V SD Negeri Taman.Berdasarkan hasil

tes yang telah dilakukan, nilai rata-rata siswa dalam membaca pemahaman

masih rendah yaitu 54,83. Nilai tersebut belum mencapai standar

ketuntasan belajar minimal pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang

ditetapkan di SD Negeri Taman yaitu 65.

Dari permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, agar

kemampuan siswa dalam memahami bacaan dapat meningkat, maka guru

harus menggunakan strategi yang tepat.Siswa perlu diajarkan penerapan

strategi membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi

bacaan.Oleh sebab itu, penerapan strategi DRTA(Directed Reading

Thinking Activity) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan

memahami isi bacaan.Stauffer (Rahim, 2009, hlm. 47) mengemukakan

bahwa:

Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) adalah strategi mengajar membaca yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks, karena siswa memprediksi dan membuktikannya ketika mereka membaca.Strategi DRTA (Directed Reading

Thinking Activity) mampu membantu siswa dalam memahami

bacaan dengan membuat prediksi dan membuktikanya.

Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan strategi

DRTA (Directed Reading Thinking Activity)akan membuat proses

pemebelajaran menjadi lebih efektif. Siswa dapat berpartisipasi secara

aktif selama proses pembelajaran dengan memberikan prediksi di awal

sebelum membaca berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki dan

membandingkan prediksi-prediksi yang telah dibuat dengan bahan bacan.

(14)

memahami bacaan.Berdasarkan anggapan tersebut, penelitian ini berjudul “Penerapan Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Taman Kota Serang)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

1. Bagaimanakahpenerapan pembelajaran membaca pemahaman dengan

menggunakan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity)?

2. Seberapa besarkahkemampuan membaca pemahaman dengan

penerapan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity)?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran membaca pemahaman

dengan menggunakan strategi DRTA (Directed Reading Thinking

Activity).

2. Mendeskripsikan seberapa besar kemampuan membaca pemahaman

dengan penerapan strategi DRTA (Directed Reading Thinking

Activity).

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat dari segi teori

a. Ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran

bahasa Indonesia.

b. Melakukan pengembangan teori DRTA (Directed Reading

Thinking Activity)dari penelitian-penelitian terdahulu.

2. Manfaat dari segi kebijakan

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah

pada peningkatan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk

penelitian selanjutnya.

(15)

a. Bagi guru

-Guru dapat menerapkan straregi DRTA (Directed Reading

Thinking Activity) dalam pembelajaran membaca pemahaman.

-Menambah strategi pembelajaran yang bisa digunakan di kelas

-Menambah pengetahuan guru tentang strategi DRTA (Directed

Reading Thinking Activity.

-Guru dapat meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman.

b. Bagi siswa

-Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan memahami

sebuah bacaan.

-Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif.

c. Bagi peneliti

-Peneliti memiliki pengetahuan tentang strategi DRTA (Directed

Reading Thinking Activity.

-Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada dalam proses

pembelajaran dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.

-Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran dalam

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

4. Dari segi isu serta aksi sosial

Sebagai motivasi untuk peningkatan pembelajaran membaca yang

lebih inovatif.

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi skripsi ini berpatokan pada pedoman penulisan

karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014 yang terdiri

dari beberapa komponen.Pertama, halaman judul, halaman pengesahan,

halaman pernyataan, halaman ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Selanjutnya, BAB I yang memuat latar belakang yang menjelaskan

hal-lal yang melatarbelakangi penelitian ini.Kemudian rumusan masalah

(16)

Reading Thinking Activity)dan seberapa besarkan kemampuan membaca

pemahaman dengan strategi DRTA (Directed Reading Thinking

Activity).Setelah rumusan masalah yaitu tujuan yang tercermin dari

rumusan masalah.Terakhir yaitu manfaat penelitian dari segi teori,

kebijakan, praktik, dan isu serta aksi sosial.

Pada BAB II kajian pustaka, pada bagian menjelaskan dari apa

yang telah dipaparkan di bab I. Bab ini berisikan teori membaca

pemahaman dan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity).

Selain itu terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan strategi

DRTA (Directed Reading Thinking Activity).

BAB III metode penelitian, bagian ini menjelaskan prosedur

bagaimana peneliti merancang penelitian.Unsur-unsur yang terdapat dalam

metode penelitian yaitu, desain penelitian, partisipan dan tempat

penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV yaitu temuan dan pembahasan. Pada bab ini ada dua

komponen yaitu temuan hasil pengolahan dan analisis data, serta

pembahasan temuan penelitian.

BAB V yaitu simpulan, implikasi, dan rekomendasi.Selanjutnya

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pengertian Membaca

Terdapat beberapa pengertian membaca menurut para ahli seperti

berikut.Anderson dalam Tarigan (2008, hlm.7) berpendapat bahwa:

Membaca adalah suatu preses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding presess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tertulis

(written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang

mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.

Hodgson (Tarigan, 2008, hlm.7) menjelaskan bahwa:

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Finochiaro dan Bonomo dalam Tarigan (2008, hlm.7) menjelaskan

bahwa Reading adalah bringing meaning to and getting meaning from

printed ow written material, memetik serta memahami arti atau makna yang

terkandung di dalam bahan tertulis.

Dari ketiga definisi yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa membaca adalah proses pemahaman tulisan untuk

mendapatkan pesan atau makna dari sebuah tulisan.

2. Pengertian Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah membaca yang merujuk kepada jenis

kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan untuk memperoleh

pengertian tentang sesuatu atau untuk tujuan belajar sehingga memperoleh

wawasan yang lebih luas tentang sesuatu yang dibaca (Tarigan, 2008,

(18)

Membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk

mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang perlu dipahami dan

menerapkan informasi yang ada dalam bahan-bahan tertulis (Resmini dkk,

2010, hlm.47).

Dalam membaca pemahaman pembaca dituntut untuk memahami

isi bacaan. Didalam membaca pemahaman kecepatan memahami bacaan

bervariasi, tergantung pada bahan bacaan yang dibaca. Jika bahan bacaan

yang kita baca mudah dipahami maka kecepatan memahami akan

kecepatan maksimal, sedangkan jika bahan bacaan yang dibaca sulit untuk

dipahami maka kecepatan dalam memahami akan kurang maksimal.

Membaca pemahaman adalah keterampilan membaca yang

dipelajari dikelas tinggi dan keterampilan ini dipelajari setelah membaca

permulaan dikuasai. Keterampilan membaca pemahaman lebih tinggi dari

membaca permulaan. Tarigan dalam Solchan (2011, hlm.8.8)

mengemukakan bahwa:

Membaca di kelas tinggi melatih siswa dalam keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang mencakup aspek memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), memahami signifikasi atau makna (antara lain makna dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, rekasi pembaca), evaluasi atau penilaian (isi,bentuk), dan kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

a. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman

Menurut Mc.Laughlin & Allen (Resmini & Juanda, 2007, hlm.83)

mengemukakan prinsip-prinsip membaca sebagai berikut:

1) Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.

2) Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang

membantu perkembangan pemahaman.

3) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar

siswa.

4) Pembaca yang baik memgang peranan aktif dalam proses membaca.

(19)

6) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks

pada berbagai tingkatan kelas.

7) Perkembangan kosa kata dan pembelajaran mempengaruhi

pemahaman membaca.

8) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

9) Strategi dan keterampilan bisa diajarkan.

10) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca

pemahaman.

Dari sepuluh prinsip membaca pemahaman dapat dijelaskan lebih

rinci sebagai berikut.

a) Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.

Menurut Cox (Rahim, 2009, hlm.4) anak-anak terus

membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya

yang mereka miliki untuk proses komunikasi.

Dari penjelasan tersebut anak-anak memproses secara

berkelanjutan untuk bangunan sebuah makna bahasa.Kontruktivis

erat kaitannya dengan kata membangun dan dapat dikaitkan

dengan teori belajar.

Menurut Rahim (2009, hlm.4) teori belajar kontruktivisme

dapat diaplikasikan dalam belajar bahasa dan guru dapat

membantu siswa belajar empat keterampilan. Pertama, membuat

hubungan antara apa yang mereka ketahui dan apa yang akan

mereka pelajari. Kedua, menggunakan strategi untuk membaca

(membuat prediksi) dan menulis (menggambarkan pengalaman

sebelumnya). Ketiga, berpikir tentang proses membaca dan

menulis mereka sendiri. Keempat, mendiskusikan

tanggapan-tanggapan mereka tentang teks yang mereka baca dan tulis.

Keempat keterampilan yang telah dijelaskan diatas dapat

diimplementasikan dalam strategi DRTA (Directed Reading

(20)

antara apa yang mereka ketahui dan apa yang akan mereka

pelajari dilakukan dan pada langkah pertama yaitu membuat

prediksi berdasarkan judul atau gambar.

b) Keseimbangan kemahiran adalah kerangka kerja kurikulum yang

membantu perkembangan pemahaman.

Pearson (Rahim, 2009, hlm.6) menyarankan bahwa model

pembelajaran pemahaman yang didukung oleh penelitian terakhir

sebenarnya lebih dari keseimbangan antara kesempatan belajar,

menghubungkannya, dan mengintegrasikannya.

Keseimbangan kemahiran merupakan kerangka kerja

kurikulum untuk mengenal pentingnya aspek kognitif dan

kemahiran membaca.Menempatkan pembelajran membaca dalam

kerangka kurikulum berarti memberikan tempat pengajaran

keterampilan membaca yang lebih tinggi untuk kemampuan

pemahaman siswa.

c) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar

siswa.

Guru yang unggul adalah guru yang yang dapat

memberikan pemahaman dengan baik kepada siswa.Pemahaman

dalam membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang

bermakna. Didalam proses membaca guru memiliki peran untuk

meningkatkan kemampuan siswa memahami teks. Motivasi

merupakan hal penting untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam segala hal, termasuk dalam meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami teks.Guru yang unggul tentu dapat

memotivasi siswa.

d) Pembaca yang baik memgang peranan aktif dalam proses

membaca.

Menurut McLaughlin & Allen pembaca yang baik ialah

pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses mambaca.

(21)

menurut Anderson pembaca yang baik bisa mengintegrasikan

informasi dengan terampil dalam teks dengan pengetahuan

sebelumnya tentang topik (Rahim, 2009, hlm.7).

Pembaca yang baik adalah pembaca yang mempunyai

tujuan dan dapat memahami bacaan dengan baik.Mempunyai

tujuan yang jelas dan meninjau tujuan dari bahan bacaan.Selain

itu pembaca yang baik menggunakan strategi efektif untuk

membangun makna dari bahan bacaan.

e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

Pembelajaran membaca hendaknya disesuaikan dengan

tujuan agar proses membaca terjadi dalam konteks yang

bermakna. Misalkan, apabila tujuan pengajaran membaca adalah

agar siswa memahami bacaan dari bahan yang dibaca dengan

menggunakan strategi DRTA (Directed Reading Thinking

Activity).

Gambrell (Rahim, 2009, hlm.8) mengemukakan bahwa

transaksi berbagai aliran secara luas mencakup biografi, fiksi

sejarah, legenda, puisi, dan brosur meningkatkan pemahaman

membaca siswa.

Dari pendapat tersebut, penggunaan berbagai macam bahan

atau aliran bacaan dapat digunakan dalam peningkatam

pemahaman membaca siswa. Namun hal yang perlu diperhatikan

adalah kesesuaian bahan bacaan dengan perkembangan siswa.

f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai

teks pada berbagai tingkatan kelas.

Pengalaman membaca memberikan banyak manfaat dari bacaan

yang dipahami siswa.Banyaknya jenis bacaan meningkatkan

pengetahuan siswa.Siswa hendaknya membaca teks dari tingkatan

yang berbeda untuk memperluas pengetahuan.Tugas guru dalam

hal ini ialah memfasilitasi bahan bacaan dan memotivasi minat

(22)

g) Perkembangan kosa kata dan pembelajaran mempengaruhi

pemahaman membaca.

Pembelajaran yang diberikan guru tentunya mempengaruhi

pemahaman membaca. Pembelajaran membaca dengan berbagai

metode atau strategi yang tepat akan menjadikan proses

pembelajaran lebih efektif. Selain itu hal penting yang

mempengaruhi pemahaman membaca yaitu perkembangan kosa

kata.Karena semakin luas makna dari kata yang dikuasai siswa,

semakin baik pula pemahaman siswa terhadap bacaan.

h) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses

pemahaman.

Keterlibatan siswa merupakan hal penting bagi siswa untuk

menguasai berbagai strategi membaca yang diajarkan.Penguasaan

terhadap strategi membaca pemahaman membangun pemahaman

berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai siswa sebelumnya.

i) Strategi dan keterampilan bisa diajarkan

Menurut McLaughlin & Allen (Rahim, 2009, hlm.10)

strategi pemahaman mencakup sebagai berikut:

-Peninjauan-mengaktifkan latar belakang pengetahuan

memprediksi dan menyusun tujuan.

-Membuat pertanyaan sendiri-membuat pertanyaan untuk

memandu membaca.

-Membuat hubungan, menghubungkan membaca dengan dirinya

sindiri, teks, dan lain-lain.

-Memvisualisasikan-menciptakan gambaran secara mental

sambil membaca.

-Mengetahui bagaimana kata-kata menjadi kalimat bermakna,

memahami kata-kata melalui perkembangan kosa kata yang

strategis, mencakup perkembangan sintaksis, yang memberi

petunjuk makna kata untuk menemukan kata-kata yang tidak

(23)

-Memonitor-menanyakan “Bisakah ini dipahami?”, serta memperjelasdengan mengadaptasi proses strategi untuk

mengakomondasi tanggapan.

-Meringkas-menyintesiskan gagasan-gagasan yang penting.

-Mengevaluasi-membuat pertimbangan-pertimbangan.

Memadukan strategi-strategi dengan keterampilan membaca

dapat membantu siswa menguasai strategi membaca

pemahaman yang lebih rumit dibandingkan keterampilan

pemahaman.

-Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran

membaca pemahaman.

Asesmen merupakan koleksi data seperti nilai tes dan

catatan-catatan informal untuk mengukur hasil belajar siswa.Dengan

Asesmen menilai kemajuan siswa dapat dengan mudah

dilakukan karena dengan begitu kemajuan siswa dapat

terlihat.Selain itu dapat dijadikan bahan refleksi bagi guru jika

pembelajaran membaca pemahaman belum dapat dikatakan

berhasil dan untuk keefektifan mengajar selanjutnya.

3. Dua belas sub keterampilan pemahaman

Berikut ini adalah dua belas sub keterampilan pemahaman menurut

Resmini dkk (2010, hlm.49).

a.Memahami makna kata

Yakni menyatakan makna denotatif, konotatif, bahasa berkias, ciri khas

bahasa itu (kata pinjaman, singkatan, akronim).

b.Identifikasi rincian

Identifikasi rincian yaitu mencatat isi bacaan, misalnya mencatat ide-ide

penjelas.

c.Identifikasi gagasan utama

Mengidentifikasi gagasan utama yaitu mencari ide pokok bacaan.Gagasan

utama dalam sebuah paragraf terdapat di awal atau di akhir paragraf.

(24)

Identifikasi menyangkut pertanyaan mengapa dan bagaimana. Kalimat

yang menjelaskan terjadinya sesuatu akan menjelaskan akibat atau

sebaliknya.

e. Membuat inferensi

Untuk membuat inferensi pembaca harus mengenali dan memahami

hubungan rincian dengan pesan yang tidak disampaikan oleh

penulis.Dapat dilakukan dengan memusatkan perhatian terhadap kata

kunci dalam bacaan, memusatkan kemungkinan implikasi makna di balik

kata-kata yang dinyatakan, dan memperhatiakan inferensi yang mungkin

dibuat tentang orang atau situasi yang diambil dari deskripsi yang

menyertainya, sekelilingnya, atau tindakannya.

f.Membuat generalisasi dan simpulan

Membuat generalisasi yaitu, membuat kesimpulan umum dari sebuah

bacaan.

g.Identifikasi nada dan suasana

Nada didefinisikan secara berbeda-beda oleh para penulis namun

umumnya dikatakan bahwa nada itu menyangkut gaya penulis dalam

mengekspresikan sikapnya terhadap pokok persoalan pembaca.

h.Identifikasi tema

Indentifikasi tema yakni menentukan tema bacaan.

i.Identifikasi Perwatakan

Identifikasi perwatakan yakni diidentifikasi melalui apa yang dikatakan

tokoh, apa yang dilakukan tokoh, apa yang dilakukan pelaku lain tentang

tokoh, dan apa yang dikatakan penulis tentang tokoh.

j.Identifikasi fakta, fiksi, dan opini

Identifikasi fakta, fiksi, dan opini yaitu mencari dan membedakan hal-hal

yang bersifat nyata (fakta), khayalan (fiksi) atau pendapat (opini).

k. Identifikasi propaganda

Identifikasi propaganda yaitu mencari kata-kata atau kalimat yang berupa

(25)

Terdapat lima keterampilan dari dua belas sub keterampilan

pemahaman yang akan diambil peneliti diantaranya yaitu:

1) Identifikasi tema.

2) Identifikasi gagasan utama.

3) Identifikasi sebab akibat.

4) Identifikasi fakta, fiksi, dan opini.

4. Pelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V SD

Dalam kurikulum 2006 Resmini (2007, hlm.79) menjelaskan bahwa

arah membaca di kelas tinggi ialah agar siswa dapat membaca dan

memahami berbagai jenis wacana berupa petunjuk, teks panjang, dan

berbagai karya sastra untuk anak berbentuk puisi, dongeng, pantun,

percakapan, cerita, dan drama.

Berdasarkan penjelasan tersebut, pembelajaran di SD untuk kelas

tinggi merupakan membaca lanjut untuk memperoleh pemahaman.Kegiatan

membaca pemahaman di SD kelas V dapat berupa membaca beragam teks,

menjelaskan isinya, menemukan gagasan utama dari setiap

paragraf.Ketercapaian tujuan tersebut dapat diiukur dengan seberapa besar

siswa menjawab dengan benar soal-soal berdasarkan wacana, dan

identifikasi gagasan utama yang tepat dari setiap paragraf.

Pembelajaran membaca pemahaman di kelas V berdasarkan

kurikulum KTSP yaitu:

-Standar Kompetensi

Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan

membaca cerita anak .

-Kompetensi Dasar

Menemukan informasi secara cepat dari berbagai teks khusus (buku

petunjuk telepon, jadwal perjalanan, daftar susunan acara, daftar menu, dll.)

yang dilakukan melalui membaca memindai.

(26)

Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran membaca pemahaman

dengan menggunakan strategi DRTA menurut Rahim (2009, hlm.48).

a. Membuat prediksi berdasarkan petunjuk judul.

Langkah pertama, guru menuliskan judul cerita atau judul wacana yang

akan dipelajari di papan tulis, kemudian guru menyuruh siswa untuk

membacakananya. Judul cerita yang dipilih misalnya Si Anak Itik Kecil.

Tanyakan pada siswa berdasarkan judul cerita ini bercerita tentang apa.

Berikan mereka waktu untuk mempertimbangkan pertanyaan seluruhnya,

dan biarkan setiap siswa kesempatan untuk membuat prediksi. Semua

prediksi siswa seharusnya diterima tanpa memperhatikan apakah masuk

akal atau tidak, tetapi seharusnya guru tidak membuat prediksi apapun

saat proses diskusi.

b. Membuat prediksi dari petunjuk gambar.

Guru mengintruksikan siswa untuk memperhatikan gambar dengan

seksama. Kemudian, guru menanyakan pada siswa gambar apa yang

terlihat dan meminta siswa untuk memprediksikan apa yang terjadi pada

gambar tersebut.

c. Membaca bahan bacaan.

Pada langkah ini siswa diminta membaca teks yang telah dibagi kedalam

beberapa bagian.Siswa membaca secara berurutan dari bagian awal

hingga bagian akhir.Setelah itu, siswa diminta menghubungkan

bagian-bagian dari cerita yang telah dibaca dengan judul.

d. Menilai ketepatan prediksi dan menyesuaikan prediksi.

Saat siswa membaca pada bagian pertama dari wacana, guru

mengarahkan siswa pada sebuah diskusi dan mengajukan pertanyaan

pada siswa prediksi siapakah yang benar sesuai yang diceritakan bagian

ini. Setelah itu guru meminta siswa untuk yakin pada prediksinya dan

membacanya secara nyaring di depan kelas dari bacaan yang mendukung

prediksinya. Siswa dengan prediksi yang salah dapat menjelaskan apa

yang menyebabkan prediksinya salah. Kemudian guru menyuruh siswa

(27)

mereka baca. Beberapa anak menduga bahwa prediksi mereka hampir

tepat, dan yang lain mungkin membuang prediksi mereka karena tidak

sesuai dengan teks. Kemudian membuat prediksi baru berdasarkan

masukan baru.

e. Guru mengulang kembali prosedur 1 sampai 4 hingga semua bagian

pelajaran di atas telah tercakup.

Pada setiap tempat berhenti, guru mengulang kembali langkah 4.Dan

terakhir, guru menyuruh siswa membuat ringkasan cerita sesuai dengan

versi mereka masing-masing.

6. Evaluasi Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi DRTA

(Directed Reading Thinking Activity)

Evaluasi dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan

strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) terdiri dari 2 yaitu

evaluasi proses dan dan evaluasi hasil. Pada evaluasi proses pembelajaran,

aspek yang dinilai oleh peneliti adalah sikap siswa saat kegiatan dalam

memprediksi bacaan berdasarkan judul dan gambar, membuktikan, serta

refleksi. Selanjutnya, pada evaluasi hasil, hal yang diperhatikan yaitu pada

aspek seberapa besar ketepatan siswa dalam menjawab soal-soal yang

diberikan setelah membaca dengan strategi DRTA (Directed Reading

Thinking Activity), dan menentukan pokok pikiran dari setiap paragraf.

B.Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

2011 Penerapan Strategi Directed

Reading Thinking Activities

(DRTA) Untuk

pemahaman siswa meningkat

dengan menggunakan strategi

Directed Reading Thinking

(28)

Indonesia Siswa Kelas V

SDN Kasin Malang.

kemampuan membaca

pemahaman siswa menunjukan

angka sebesar 63,97. Kemudian,

2012 Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Dalam Membaca

Intensif Dengan

Menggunakan Strategi

Directed Reading Thinking

Activity (DRTA) (Penelitian

Tindakan Kelas Di Kelas V

SD Negeri Ciwedus 1

Kecamatan Cilegon Kota

Cilegon)

Penggunaan strategiDirected

Reading Thinking Activity

(DRTA) dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam membaca intensif. Proses

pembelajaran membaca intensif

dengan strategi DRTA

menunjukan peningkatan. Hal

ini ditunjukan dari nilai rata-rata

siswa pada siklus I sebesar

60,91, pada siklus II sebesar

71,21. Kemudian meningkat lagi

pada siklus III menjadi 80,45.

3.

Panji

Maulana

2012 Penerapan Strategi DRTA

(Directed Reading Thinking

Activity) Dalam

Pembelajaran Membaca

Pemahamn Karya Sastra

dan Berpikir Kritis Siswa

sekolah dasar : Studi Kuasi

Eksperimen pada Siswa

Kelas V Sekolah Dasar

Negeri Margalaksana 3 dan

4 Kec. Cilawu Kab. Garut.

Hasil penelitian menunjukan

(29)

C.Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kaliamat pertanyaan(Sugiyono, 2013, hlm.96).Berdasarkan definisi tersebut

maka peneliti membuat hipotesis tindakan sebagai berikut:

Jika strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity) digunakan dalam pembelajaran, maka kemampuan membaca pemahaman siswa akan

(30)

Desna Rosyana, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Menurut beberapa sumber penelitian tindakan

kelas diartikas sebagai berikut:

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan

terjadi dalam sebuah kelas secara bersama(Arikunto dkk, 2012, hlm.3).

Penelitian tindakan kelas (PTK) diidentifikasikan sebagai suatu

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan

tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran di kelas secara lebih professional(Yusnandar & Nur’aeni,

2014, hlm. 7).

David Hopkins (Kunandar, 2012, hlm.45) menyatakan bahwa:

a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (in-cluding educational) situation in order to improve the rationality and justice of: (a) their own social or educational practices; and (c) the situations in which pratices are carried out.

Selanjutnya penelitian tindakan kelas (PTK) dapat didefinisikan

sebagai penelitian yang memperhatikan kegiatan belajar yang disengaja

atau tidak disengaja untuk direfleksikan sebagai acuan untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar.Didalam penelitian tindakan kelas

tidak hanya hasil dari penelitian yang diperhatikan akan tetapi yang

mempengaruhi hasil juga diperhatikan dalam penelitian ini

a. Prinsip-Prinsip Dalam Penelitian Tindakan Kelas

Berikut adalah prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan kelas

menurut Arikunto (2012, hlm.6).

(31)

Desna Rosyana, 2015

Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dijalankan tanpa

mengubah situasi rutin.

2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian ini diadakan dari sebuah inisiatif dengan tujuan untuk

memperbaiki pembelajaran yang lebih baik.

3) SWOT sebagai dasar berpijak

SWOT terdiri atas S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses

(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman).

Keempat hal tersebut menjadi pijakan dilaksanakannya penelitian

tindakan kelas.

4) Upaya empiris dan sistemik

Berupaya dari latar belakang pengalaman (empiris) dan sistemik

yang berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan

sistem.Sistem dalam hal ini pembelajaran.

5) Ikuti Prinsip SMART dalam perencanaan

SMART merupakan singkatan dari dari lima huruf yang membentuk

kata smart yang memiliki arti sebagai berikut:

a) S: Specific artinya khusus, tidak terlalu umum.

b) M: Managable artinya dapat dikelola, dilaksanakan.

c) A: Acceptable artinya dapat diterima lingkungan, atau

Achievable artinya dapat dicapai/dijangkau.

d) R: Realistic artinya tidak diluar jangkauan.

e) T: Timebound, artinya diikat oleh waktu.

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Borg dalam Arikunto dkk (2012, 107) menjelaskan bahwa

tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah pengembangan

keterampilan proses pembelajaran yang dihadapi oleh guru kelasnya,

bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang

(32)

Desna Rosyana, 2015

Menurut Kunandar (2012, hlm.61) tujuan PTK bukan

menemukan pengetahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi

bersifat pragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan

mutu PBM (proses belajar mengajar) di kelas.

Menurut Asmani (2011, hlm.54) tujuan PTK digolongkan

menjadi dua jenis, yaitu tujuan utama dan tujuan tambahan.Tujuan

tersebut adalah sebagai berikut.

1) Untuk melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional

guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat

dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi,

kemudian secara sistematis guru mencoba berbagai model

pembelajaran alternatif yang diyakini secara teorotis dan praktis

mampu memecahkan masalah pembelajaran.

2) Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan terhadap

keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk

menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait

dengan proses pembelajaran.

3) Tujuan terakhir yang sekaligus sebagai tambahan adalah untuk

menumbuh-kembangkan budaya meneliti di kalangan guru.

2. Model Penelitian Tindakan Kelas

Kemmis dan Mc.Taggart dalam Arikunto dkk (2012, hlm.16)

mengemukakan model penelitian tindakan kelas dalam empat tahapan

sebagai berikut:

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)

Didalam tahap ini peneliti menjelaskan tantang apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan penelitian tindakan

kelas dilakukan. Di tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan

titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk

diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk

(33)

Desna Rosyana, 2015

Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (acting)

Pada tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan

yang berarti implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenakan isi rancangan di kelas. Hal yang perlu diperhatikan adalah

pengajar harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3 yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat (observer).Kegiatan pengamatan tidak dipisahkan dengan

kegiatan pelaksaaan. Keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang telah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari bahasa Inggris

reflection yang artnya pemantulan.Memantul dapat dikatakan seperti

menatap atau memancar.Dalam hal ini pelaksana tindakan sedang

memantulkan pengalamannya serta membuka kembali kegiatan yang

telah berlangsung. Dengan kata lain, pelaksana tindakan melihat dirinya

kembali untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasa memuaskan karena

sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal

yang masih perlu diperbaiki. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui

bebrapa siklus maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan

rencana yang disarankan pada peneliti lain apabila dia menghentikan

kegiatanya.

Apabila rata-rata nilai kelas siswa pada siklus I belum mencapai

nilai Standar Ketuntasan Mimimum (KKM) dan jumlah siswa yang

mencapai nilai di atas KKM tidak mencapai 70% dari jumlah

keseluruhan siswa, maka peneliti perlu mempersiapkan rencana tindakan

selanjutnya untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan hasil belajar

siswa pada siklus II dan seterusnya. Adapun nilai KKM pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia yang ditetapkan di SDN Taman adalah 65.

(34)

Desna Rosyana, 2015

tindakan, observasi, dan refleksi. Masing-masing tahap dilaksanakan

berdasarkan hasil tes, observasi, dan refleksi pada siklus sebelumnya.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk

membentuk siklus dan dapat dilihat dalam diagram siklus berikut yaitu

model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart yang

tersusun dari beberapa siklus.

Gambar 3.1

Model PTK menurut Kemmis & Mc.Taggart Hidayah (2013, hlm.19)

SIKLUS-I Pengamatan

Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

SIKLUS-II

Perencanaan Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

(35)

Desna Rosyana, 2015

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas V SDN

Taman tahun ajaran 2014/2015 Kota Serang yang berjumlah 30 siswa,

yang terdiri dari orang 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Taman kecamatan

Taktakan Kota Serang.berlokasi di kampung Sitauan kelurahan Umbul

Tengah kecamatan Taktakan kota Serang.

C. Pengumpulan Data

Intrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada saat penelitian berlangsung. Instrumen yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini antara lain, observasi, dan tes.

1. Observasi

Hadi (Sugiyono, 2013, hlm.203) mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara

yang terpentingadalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

untuk mengamati proses pembelajaran membaca pemahaman.

Observasi yang dilakukan dengan dua cara diantaranya:

a) Observasi tidak terstruktur

Dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen

pengamatan.

b)Observasi terstruktur

Peneliti dengan menggunakan observasi terstruktur dalam

melakukan pengamatan peneliti menggunakan pedoman istrumen

(36)

Desna Rosyana, 2015

Tabel 3.1

Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity)

No Aspek yang diamati Nilai

1 2 3 4

1 Pengenalan

a. Melakukan kegiatan menarik yang

berhubungan dengan materi yang akan

disampaikan.

b. Menghubungkan fenomena yang sering

ditemui sehari-hari dengan materi yang akan

disampaikan.

c. Melakukan tanya jawab tentang materi yang

akan disampaikan.

d. Mengkomunikasikan dan mengilustrasikan

tentang wacana yang akan disampaikan.

2 Prediksi

a. Siswa memprediksi bacaan berdasarkan

petunjuk judul

b. Siswa memprediksi isi bacaan berdasarkan

petunjuk gambar

c. Siswa membuat prediksi tanpa rasa ragu.

d. Masing-masing siswa menuliskan hasil

prediksinya.

3 Membaca

a.Siswa membaca teks yang telah dibagi

kedalam bebrapa bagian.

b.Siswa membaca secara berurutan dari bagian

awal hingga bagian akhir.

(37)

Desna Rosyana, 2015

cerita yang telah dibaca dengan judul.

d.Membaca teks dengan arahan guru

4 Membuktikan dan memodifikasi prediksi

a. Siswa menyesuaikan hasil prediksi yang telah

dibuat dengan isi bacaan.

b. Siswa mendiskusikan hasil prediksi bersama

dengan teman dan guru.

c. Siswa yang membuat prediksi dengan benar

membacakan prediksinya.

d. Siswa yang membuat prediksi salah membuat

prediksi yang baru.

5 Refleksi

a. Bertanya jawab mengenai kesan yang

didapatkan.

b. Menceritakan kesan yang didapatkan dari

pembelajaran yang telah berlangsung.

c. Siswa memahami pembelajaran.

d. Siswa mampu menyimpulkan materi.

Jumlah

Rata-rata

Keterangan:

Nilai 1 jika dalam satu aspek tampak 1 deskriptor

Nilai 2 jika dalam satu aspek muncul 2 deskriptor

Nilai 3 jika dalam satu aspek muncul 3 deskriptor

Nilai 4 jika dalam satu aspek muncul 4 deskriptor

Empat aspek yang diamati tersebut dilakukan saat proses

pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi DRTA (Directed

Reading Thinking Activity) mencakup empat aspek dan setiap

aspeknya terdiri dari empat deskriptor dengan kategori penilaian satu

(38)

Desna Rosyana, 2015

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,

dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Peneliti menggunakan tes tertulis yakni dalam bentuk uraian atau

subjektif dan pilihan ganda atau objektif.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : V (lima)/ II (dua)

No. Kompetensi Indikator Tingkat Aspek Jumlah Persentase

(39)

Desna Rosyana, 2015

Kriteria Penilaian:

95-100 = Istimewa

80-94 = Sangat baik

65-79 = Baik

55-64 = Cukup

40-54 = Kurang

<40 = Sangat Kurang

D. Analisis Data

Laporan PTK bukan semata-mata penelitian yang menghasilkan

kata-kata yang analisisnya bersifat kualitatif tapi juga menghasilkan

angka-angka, misalkan hasil dari tes, dll yang analisisnya menggunakan

perhitungan sederhana, misalkan penjumlahan atau persentase, dll.Sampai

kepada perhitungan kompleks, misalkan harus menggunakan rumus

tertentu yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, karena bukan hal yang

tidak mungkin angka-angka dapat dideskripsikan dengan angka-angka

(Hidayah, 2013, hlm.49).

Data yang telah dikumpulkan disajikan dalam bentuk deskripsi

meliputi hasil observasi dan hasil tes.Data yang telah disajikan dianalisis

berdasarkan pedoman dalam tiap instrumen.Selanjutnya temuan-temuan

yang ada diinterpretasi untuk memunculkan makna dari setiap data yang

diperoleh.Kemuadian disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian dan

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN

A.Temuan Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan temuan penelitian

berdasarkan hasil penelitian. Hasil penelitian merupakan uraian data penemuan

tentang permasalahan penelitian di lapangan.Deskripsi hasil penelitian

pembelajaran mambaca pemahaman dengan menggunakan strategi DRTA

(Directed Reading Thinking Activity) disajikan berdasarkan pengamatan dan

pencatatan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hasil penelitian dalam bagian

ini mencakup deskripsi data pada proses perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi dari pembelajaran pada setiap siklus.

Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN Taman, berlokasi di kampung

Sitauan kelurahan Umbul Tengah kecamatan Taktakan kota Serang. Subjek

penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SDN Taman Tahun Ajaran

2014/2015 sebanyak 30 orang yang terdiri dari orang 18 laki-laki dan orang 12

perempuan. Dalam penelitian ini peneliti berkedudukan sebagai guru model

dan peneliti.

Secara umum proses pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap pra

siklus dan siklus pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi DRTA di

kelas V SDN Taman. Pelaksanaaan pra siklus pada tanggal 13 Maret dan

pelaksanaan siklus dilakukan mulai tanggal 13Mei sampai 27 Mei 2015 yang

terdiri terdiri dari dua pertemuan, memuat pelaksanaaan siklus I dan siklus II.

Perencanaan pada setiap siklus berbeda karena perencanaan yang dibuat sesuai

dengan permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran. Target

penilaian pada penelitian ini ditentukan dari nilai standar minimal mata

pelajaran bahasa Indonesia yang ditetapkan di SDN Taman, yaitu 65. Jika nilai

rata-rata siswa dapat mencapai target penilaian, maka penelitian dianggap

berhasil. Jika nilai rata-rata siswa tidak mencapai target maka penelitian

dianggap belum berhasil. Berikut adalah uraian hasil penelitian dari setiap

(41)

1.Pra Siklus

Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari Selasa tanggal16 Maret 2015.

Peneliti melakukan studi awal berupa observasi untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan membaca pemahaman siswa di kelas V SDN Taman dan

mendapatkan temuan-temuan pada proses pembelajaran. Studi awal berupa

observasi dilaksanakan dengan mengamati proses pembelajaran membaca

pemahaman. Data yang dihasilkan dari studi awal pada pra siklus

menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam membaca pemahaman masih

tergolong rendah.Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam

memahami bacaan dan keliru dalam menentukan pokok pikiran tiap

paragraf serta memahami isi bacaan.

a. Observasi pra siklus 1) Hasil Observasi

Dari hasil observasi pada tahap pra siklus peneliti melakukan

observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur tanpa menggunakan

instrumen pengamatan. Peneliti menemukan beberapa kekurangan dalam

proses pembelajaran. Berikut ini adalah hasil temuan-temuan dari

observasi pada proses pembelajaran:

a)Dalam proses pembelajaran, guru hanya menggunakan cara-cara

tradisional.

b)Siswa hanya membaca tanpa diberi arahan dari guru.

c)Siswa tidak berperan aktif selama proses pembelaajaran membaca.

d)Guru tidak mendorong siswa untuk ikut serta berperan secara aktif

selama proses pembelajaran membaca.

e)Siswa hanya melakukan instruksi yang diberikan guru.

f)Siswa kurang memahami bacaan sehingga perolehan nilai rata-rata

kelas dari hasil tes masih dibawah nilai standar yaitu 65.

2) Hasil Tes

Adapun data dari hasil tes pada pra siklus dipaparkan pada tabel

(42)

Tabel 4.1

(43)

Standar ketuntasan belajar minimal yaitu 65.Siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 10% (3 siswa) dari 100%

(siswa 30), sedangakan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM

sebanyak 90% (27 siswa) dari 100% (30 siswa). Adapun pada aspek

indikator menjawab pertanyaan sebesar 50,33 dengan kriteria kurang dan

menentukan pokok pikiran 59,33 dengan kriteria cukup. Rata-rata nilai

siswa kelas V yaitu 54,83 yang artinya belum mencapai standar

ketuntasan belajar minimal.

b. Refleksi pra siklus

Setelah observasi dilaksanakan peneliti mengevaluasi kekurangan

yang ditemukan dan mencari solusi. Selain itu, peneliti memperkenalkan

dan menjelaskan strategi DRTA yang akan digunakan dalam penelitian

tindakan kelas ini kepada guru kelas. Hal yang harus diperbaiki sebagai

bahan perencanaan pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi

DRTA pada siklus Isebagai berikut:

1)Pengetahuan awal yang dimiliki siswa harus dirangsang pada awal

pembelajaran dengan mengaitkanmeteri yang akan disampaikan

dengan kehidupan sehari-hari.

2)Melalui pemanfaatan media pembelajaran yang relevan diharapkan

dapat memotivasi dan merangsang pengetahuan awal siswa.

3)Menerapkan langkah-langkah membaca dengan strategi DRTA

(Directed Reading Thinking Activity).

2.Siklus I

a. Perencanaan siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus Idilaksanakan pada hari Rabu

tanggal 13 Mei 2015. Pembelajaran dilakukan pada jam kedua dengan

alokasi waktu dua jam pelajaran. Pada siklus Ipeneliti mengumpulkan

data menggunakan lembar observasi proses pembelajaran, lembar

(44)

Persiapan yang dilakukan peneliti yaitu menyediakan bahan ajar,

menetapkan sumber belajar, menyediakan lembar observasi proses

pembelajaran, menyediakan lembar tes tertulis untuk siswa, dan format

penilaian bagi siswa. Selain itu, peneliti juga membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang membaca pemahaman siswa

kelas V dengan menggunakan strategi DRTA.

b. Tindakan siklus I

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

rencana pembelajaran yang telah dibuat.Dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran memuat kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhirdalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi DRTA.Adapun

kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan siklus Iyaitu.

1) Kegiatan awal

-Salam

-Doa

-Absensi

-Apresepsi/ Motivasi: Menanyakan kepada siswa tentang kebiasaan

mereka ketika membaca.

2) Kegiatan Inti

-Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang meteri yang akan

diajarkan.

-Guru menuliskan judul bacaan di papan tulis dan meminta siswa

untuk memprediksi judul sebagai petunjuk dalam

memprediksibacaan yang akan dibaca.

-Siswa menjawab pertanyaan guru dengan memprediksi isi bacaan

melalui petunjuk judul yang dituliskan oleh guru.

-Guru meminta siswa memperhatikan gambar yang disajikan di papan

tulis dan meminta siswa memprediksi isi bacaan berdasarkan

(45)

-Guru membagikan bahan bacaan pada siswa yang terdiri dari

beberapa bagian bacaan.

-Ketika siswa membaca bagian pertama, guru mengarahkan pada suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Siapa yang

memprediksi dengan benar? Apa yang diceritakan bagian ini?”.

-Guru meminta siswa yang benar dalam memprediksi untuk

menceritakannya di depan kelas.

-Guru meminta siswa menghubungkan bagian-bagian dari cerita itu

dengan judul cerita.

-Guru meminta siswa membaca teks bacaan secara keseluruhan.

-Guru meminta siswa untuk menyesuaikan prediksi mereka yang

didasarkan pada teks yang baru saja mereka baca.

-Siswa yang tidak tepat dalam memprediksi diminta membuat

prediksi baru berdasarkan masukan yang baru.

-Guru menjelaskan cara menentukan pokok-pokok pikiran dan

meringkas isi bacaan.

-Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3) Kegiatan Penutup

-Siswa menuliskan pokok-pokok pikiran, menjawab pertanyan dan

meringkas isi bacaan pada lembar evaluasi yang disediakan.

-Guru mengamati siswa ketika mengerjakan tugas dan guru

menawarkan bantuan ketika siswa menemui kesulitan dalam

menyelesaikan tugasnya.

-Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan

pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

(46)

c. Observasi Siklus I 1) Hasil Observasi

Setiap proses pembelajaran berlangsung selalu disertai dengan

pedoman observasi. Pedoman observasi digunakan untuk memantau

proses belajar mengajar dengan strategi DRTA. Pada tahap ini

peneliti sebagai pelaksana tindakan dan guru sebagai

observer.Berikut adalah hasil observasi terhadap kegiatan.

Tabel 4.2

Hasil Observasi Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi DRTA Pada Siklus I

Aspek

No Nama Siswa Pengenalan Prediksi Membaca

(47)

Keterangan:

Nilai 1 jika dalam satu aspek tampak 1 deskriptor

Nilai 2 jika dalam satu aspek muncul 2 deskriptor

Nilai 3 jika dalam satu aspek muncul 3 deskriptor

Nilai 4 jika dalam satu aspek muncul 4 deskriptor

Aspek pengenalan termasuk dalam kriteria baik.Sedangkan, aspek

prediksi, membaca, dan refleksi termasuk dalam kriteria penilaian

cukup.Adapun aspek membuktikan dan memodifikasi prediksi

termasuk dalam kriteria penilaian kurang.

Dari 30 siswa terdapat 4 siswa termasuk dalam kategori baik, 5

siswa dalam ketegori cukup, dan 21 siswa dalam ketegori kurang. Pada

tahap siklus Iperolehan nilai rata-rata proses pembelajaran hanya

mencapai 2,52 dengan kriteria cukup. Disebabkan karena pada kegiatan

pembelajaran, siswa masih belum memahami apa yang harus mereka

lakukan sehingga pembelajaran yang dilaksanakan belum berjalan

dengan efektif. Hal ini terlihat dari aspek prediksi pada kegiatan

memprediksi isi bacaan berdasarkan judul dan gambar.Sebagian siswa

masih belum mengerti bagaimana memprediksi yang seharusnya.

(48)

Pada aspek membuktikan dan memodifikasi prediksi, rata-rata

siswa belum bisa mendiskusikan hasil prediksinya bersama teman dan

guru. Pada saat siswa diminta untuk menceritakan prediksi mereka di

depan kelas beberapa siswa masih takut untuk maju. Kekurangan ini

dikarenakan siswa baru pertama kalinya mengikuti kegiatan

pembelajaran membaca dengan strategi DRTA.

Selain itu aspek refleksi pada proses pembelajaran ini juga masih

kurang. Pada siklus Iini, guru belum mampu memberikan penguatan

secara maksimal terhadap konsep yang siswa dapatkan. Hanya beberapa

siswa yang dapat menyimpulkan materi yang telah disampaikan oleh

guru dan mengutarakan kesan yang dirasakan selama proses

pembelajaran berlangsung.

2) Hasil Tes

Tabel 4.3

Hasil Tes Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi DRTA Pada Siklus I

(49)

Berdasarkan tabel hasil tes membaca pemahaman dengan

strategi DRTA siklus I, indikator menjawab pertanyaan berdasarkan

isi bacaan mendapatkan nilai 62.67termasuk pada kriteria penilaian

cukup dan indikator menentukan pokok pikiran mendapatkan nilai 66

dengan kriteria penilaian baik.

Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 53,4% (16

siswa) sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM

sebanyak 46,6% (14 siswa). Adapun pada aspek menjawab pertanyaan

sebesar 62,67 dengan kriteria cukup dan menentukan pokok pikiran 66

dengan kriteria baik. Rata-rata nilai kelas pada siklus 1 yaitu 64,33

yang artinya belum mencapai standar ketuntasan belajar

minimal,namun jumlah tersebut meningkat dari hasil tes pada tahap

pra siklus.

d. Refleksi siklus I

Kegiatan refleksi ini adalah upaya untuk mengevaluasi proses dan hasil

(50)

kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran di siklus I. Adapun

kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran di siklus

Isebagai berikut.

Kekurangan:

-Pada aspek membuktikan dan memodifikasi prediksi, rata-rata siswa belum bisa mendiskusikan hasil prediksinya bersama teman.

-Proses pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi DRTA

masih kurang efektif. Hal ini terlihat darinilai rata-rata observasi

termasuk dalam kriteria cukup.

-Hasil tes belum mencapai standar ketuntasan minimal.

Kelebihan:

-Pada langkah membaca isi bacaan, siswa lebih mudah memahami isi

bacaan.

-Pada aspek prediksi, membaca, dan refleksi terlaksana dengan cukup

baik.

-Kegiatan yang dilaksanakan sudah dapat meningkatkan hasil tes siswa

meskipun masih di bawah nilai standar yang ditetapkan.

Untuk itu peneliti kembali merencanakan pembelajaran untuk siklus II

dengan adanya perbaikan-perbaikan diantaranya:

1) Nilai pada proses pembelajaran menunjukan bahwa aktivitas belajar

siswa masih kurang efektif. Sehingga perlu adanya kegiatan yang

lebih bervariasi dan menarik minat siswa untuk belajar.

2) Dalam pelaksanaan kegiatan memprediksi dan menyesuaikannya

dengan isi bacaan, siswa masih merasa takut untuk maju ke depan

kelas sehingga perlu adanya arahan dan motivasi lebih dari guru.

3) Perlu ditambahkan teks bacaan yang lebih dekat dengan keadaan

lingkungan siswa sehingga siswa lebih tertarik pada teks bacaan

(51)

4) Dari hasil tes membaca pemahaman dengan strategi DRTA yang

telah dilaksanakan pada siklus I, nilai rata-rata siswa masih di bawah

standar minimal sehingga perlu adanya penjelasan materi dan

pemberian contoh secara lebih rinci dari guru agar hasil tes pada

siklus berikutnya dapat meningkat.

3. Siklus II

a. Perencanaansiklus II

Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Mei 2015.Pada tahap

perencanaan siklus II ini, seperti yang dilakukan pada siklus pertama

yaitu mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

tetap difokuskan pada membaca pemahaman dengan strategi DRTA.

Selain RPP, juga dipersiapkan media pembelajaran, bahan ajar, lembar

observasi proses pembelajaran, lembar evaluasi tertulis untuk siswa,

format penilaian siswa, dan catatan lapangan. Namun peneliti

mengadakan sedikit inovasi dari perencanaan siklus I, yaitu pada

kegiatan inti dengan memberikan selembar kertas kepada siswa agar

mereka dapat menuliskan terlebih dahulu apa yang mereka prediksikan

dari judul dan gambar yang disajikan.

b. Tindakansiklus II

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai

rencana pembelajaran yang telah dibuat.Dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran memuat kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhirdalam melaksanakan pembelajaran dengan strategi

DRTA.Adapun kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan siklus II

yaitu.

1) Kegiatan awal

-Salam

-Doa

(52)

-Apresepsi/ Motivasi: Menanyakan kepada siswa tentang kebiasaan

mereka ketika membaca.

2) Kegiatan Inti

-Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang meteri yang akan diajarkan.

-Guru menuliskan judul bacaan di papan tulis dan meminta siswa

untuk memprediksi judul sebagai petunjuk dalam

memprediksibacaan yang akan dibaca.

- Siswa menjawab pertanyaan guru dengan memprediksi isi bacaan

melalui petunjuk judul yang dituliskan oleh guru.

-Guru meminta siswa memperhatikan gambar yang disajikan di papan

tulis dan meminta siswa memprediksi isi bacaan berdasarkan

gambar.

-Guru memberikan selembar kertas kepada siswa untuk menuliskan

prediksi berdasarkan judul dan gambar yang disajikan

-Guru membagikan bahan bacaan pada siswa yang terdiri dari

beberapa bagian bacaan.

-Ketika siswa membaca bagian pertama, guru mengarahkan pada suatu diskusi dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Siapa yang

memprediksi dengan benar? Apa yang diceritakan bagian ini?”.

-Guru meminta siswa yang benar dalam memprediksi untuk

menceritakannya di depan kelas.

-Guru meminta siswa menghubungkan bagian-bagian dari cerita itu

dengan judul cerita.

-Guru meminta siswa membaca teks bacaan secara keseluruhan.

-Guru meminta siswa untuk menyesuaikan prediksi mereka yang

didasarkan pada teks yang baru saja mereka baca.

-Siswa yang tidak tepat dalam memprediksi diminta membuat

Gambar

gambaran secara
gambar tersebut.
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1 Model PTK menurut Kemmis & Mc.Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman Melalui Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Pada Siswa Kelas V SD Negeri Tunggulsari I No 72 Surakarta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan keterampilan membaca pemahaman penggunaan strategi Directed Reading Thingking Activity (DRTA) dan

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dalam peningkatan keterampilan membaca pemahaman

PENERAPAN STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INTENSIF TEKS BIOGRAFI KELAS VII SMP NEGERI 1 PONDOKSALAM PURWAKARTA.. disetujui dan

Langkah-langkah dalam membaca pemahaman dengan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) menurut Rahim (2008: 48-51) adalah seba- gai berikut:

Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) terhadap kemampuan membaca pemahaman dongeng pada mata pelajaran bahasa

Guru menjelaskan langkah pembelajaran dengan startegi directed reading thinking activity (DRTA), membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang terdiri 3- 5 siswa, membagikan lembar

Dari proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan strategi Directed Reading Thinking Activity DRTA di kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa strategi Directed Reading Thinking