• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 1 MATARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK NEGERI 1 MATARAM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

117

ANALISIS PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DI SMK NEGERI 1 MATARAM

Oleh

Novi Sarianti, Siti Rohana Hariana Intiana, Syaiful Musaddat e-mail: novisarianti7@gmail.com

Abstract

This study aims to describe the implementation of authentic assessment used in learning Bahasa Indonesia at SMKN 1 Mataram, the obstacles faced by the Engish teachers in implementing the authentic assessment strategy, and explore the solutions used in overcoming the obstacles. It was a survey research with cross sectional survey design. The population of this study were all Bahsa Indonesia teachers at the school. Data obtained through interviews, observations, and documentation. These data were analyzed with qualitative data analysis techniques using the Miles and Huberman models. The results showed that authentic assessment model which were implemented by the teachers are journal and observation techniques for assessing students’ attitude, written test techniques for assessing knowledge, and performance techniques for assessing skills. The application of authentic assessment includes planning, implementing, and reporting. The attitude and skills assessment planning is lacking because the attitude assessment does not make an assessment plan but only makes assessment instruments, whereas in the assessment of skills, the instrument used is not made in assessing students when conducting discussions, planning for the assessment of knowledge is sufficient because planning for assessment by means of arranging indicators, grids lattice questions, questions, and assessment rubrics. The implementation of attitude assessment is stated to be lacking because it does not take notes during the learning process, while knowledge and skills are sufficient because it is carried out by conveying material and providing understanding to students, then asking students to do the work. Reporting attitude assessment is lacking because it only provides feedback to students, reporting knowledge and skills assessment is sufficient because it is done by reporting the results of the assessment to students, and the homeroom teacher.

Obstacles faced by teachers, among others, teachers can not observe the overall ability of students, time that is not effective. Efforts made by teachers include asking students who are not active to answer the questions given by the teacher, to find out whether students pay attention or not, the teacher makes an assessment outside of teaching hours, to make time efficient.

Keywords: authentic assessment, Indonesian language learning

(2)

118 PENDAHULUAN

Misdan (dalam Rohana, 2016:5) mengatakan bahwa kurikulum merupakan tempat berpijak lembaga pendidikan, landasan guru pada saat melakukan proses belajar-mengajar, dan kompas penunjuk arah bagi para pengelola pendidikan. Pada tahun 2013 pemerintah telah mengubah dan menetapkan bahwa kurikulum yang harus digunakan pada setiap satuan pendidikan adalah kurikulum K-13.

Dalam kurikulum K-13 penilaian yang ditekankan adalah bentuk penilaian otentik yaitu penilaian yang dilakukan di semua aspek pembelajaran baik proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran.

Meskipun lembaga pendidikan di Indonesia telah mewajibkan penerapan penilaian otentik dalam mengukur kemampuan peserta didik, akan tetapi guru masih banyak yang tidak menggunakan penilaian otentik di dalam mengukur kemampuan peserta didik.

Penilaian otentik sangat baik dilakukan untuk seluruh tingkat satuan pendidikan.

Penilaian tidak hanya dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran saja, tetapi juga menilai proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti bermaksud meneliti penerapan penilaian otentik pada salah satu sekolah yang telah menggunakan kurikulum 2013.

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Mataram. SMK Negeri 1 Mataram dipilih sebagai tempat melakukan penelitian karena SMK Negeri 1 Mataram merupakan salah satu sekolah yang telah menggunakan kurikulum 2013 diseluruh mata pelajaran, termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Sehingga akan memudahkan didalam pengambilan data mengenai penerapan penilaian otentik.

Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan teknik penilaian otentik yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Mataram, mendeskripsikan penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Mataram, mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Mataram, dan mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Mataram.

Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu, manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat teoretis, yaitu diharapkan mampu memberikan pengetahuan atau sumber ilmiah mengenai teknik-teknik penilaian otentik serta penerapan penilaian otentik dan diharapkan mampu memberikan referensi sebagai pertimbangan dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penerapan penilaian otentik.

Sedangkan manfaat praktisnya, yaitu diharapkan dapat membantu guru mata pelajaran khususnya pelajaran Bahasa Indonesia untuk memperbaiki teknik-teknik penilaian yang digunakan sehingga mampu menilai peserta didik dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian yang lain, seperti penelitian yang dilakukan oleh Arista Ediawati (2016) dalam jurnal yang berjudul “Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Menulis Teks Ulasan Di Kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja”.

Tujuan penelitian tersebut adalah Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan

(3)

119 penilaian autentik, (2) pelaksanaan penilaian autentik, (3) kendala yang dihadapi oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik, dan (4) respons siswa terhadap pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja.

Penelitian yang dilakukan oleh Nusrotus Sa’idah (2017) dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Penerapan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Peningkatan Kinerja Ilmiah Siswa”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari penerapan ketiga penilaian otentik, yaitu penilaian proyek, penilaian kinerja dan penilaian portofolio. Penelitian yang dilakukan oleh Iswardah (2007) dengan judul “Penerapan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (Studi Kasus di MTsN 1 Malang)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan penilaian otentik yang dilakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di MTsN 1 Malang.

Menurut Nurgiyantoro (2015:

23) penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan- keterampilan tersebut digunakan.

Sedangkan Rohana (2017:117) menyatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keseluruhan (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Abidin (2012:168) mengatakan penilaian otentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik. Kunandar (2013:42) menjelaskan dalam melakukan penilaian otentik ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh guru, yakni autentik dari instrumen yang digunakan, autentik dari aspek yang diukur, autentik dari aspek peserta didik.

Kunandar (2013) mengelompok- kan model atau teknik penilaian otentik berdasarkan kompetensi yang dinilai.

Penilaian kompetensi sikap dapat dilakukan dengan observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, jurnal dan wawancara. Sedangkan untuk penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan model penilaian otentik berbentuk tes tertulis, tes lisan dan penugasan. Dan untuk penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan model atau teknik penilaian kinerja, portofolio, dan proyek.

Nurgiyantoro membagi peni- laian otentik dalam pembelajaran bahasa menjadi empat, yaitu (a) penilaian otentik kompetensi berba- hasa; (b) penilaian otentik kompetensi menyimak dan membaca; (c) penilaian otentik kompetensi berbicara dan menulis; dan (d) penilaian otentik kompetensi bersastra.

Penerapan penilaian otentik dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian, dan pelaporan penilaian.

pada perencanaan penilaian, guru harus membuat renana penilaian dan menyusun instrumen penilaian.

Kunandar (2013:55) mengungkapkan bahwa pelaksanaan penilaian autentik dalam kegiatan proses pembelajaran dimulai dengan menelaah dan diakhiri dengan tes tulis atau nontes. Menelaah dilakukan dengan teknik tanya jawab untuk mengeksplorasi pemahaman, dan pengalaman belajar sesuai tingkat

(4)

120 kemampuan peserta didik.

Setelah pelaksanaan dalam penilaian, langkah selanjutnya pelaporan penilaian. Hasil penilaian dilakukan analisis agar mengetahui kemajuan dan kesulitan siswa dalam belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik untuk perbaikan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif verbal yang secara konkret berangkat dari kata-kata deskripsi tentang sesuatu. Populasi dan sample dalam penelitian ini adalah seluruh guru bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Mataram yang berjumlah 4 orang guru.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara observasi, dan

dokumentasi. Berdasarkan metode pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, dan pedoman analisis dokumen.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data berupa teknik penilaian otentik yang digunakan di SMK Negeri 1 Mataram, penerapan penilaian otentik di SMK Negeri 1 Mataram, dan kendala serta upaya yang dilakukan dalam menerap- kan penilaian otentik. Pedoman pengamatan digunakan untuk menda- patkan data pelaksanaan penilaian otentik, dan pedoman analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan data berupa perencanaan penilaian otentik yang dilakukan oleh guru. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatid dengan

model Miles dan Huberman dengan tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data- data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram dan bentuk tulisan atau narasi (Textular Presentation).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi ditemukan data sebagai berikut.

Teknik Penilaian Otentik yang Digunakan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi ditemukan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia digunakan beberapa teknik penilaian. Pada penilaian sikap seluruh guru menggunakan teknik jurnal dan observasi. Pada penilaian ranah pengetahuan seluruh guru menggunakan teknik tes tertulis. Pada penilaian ranah keterampilan guru menggunakan teknik kinerja.

Jurnal merupakan catatan pendidikan di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku (Kunandar, 2015:151). Teknik penilaian dengan menggunakan jurnal dinyatakan kurang otentik karena intrumen penilaian jurnal yang digunakan oleh guru berupa lembaran jurnal harian yang berisi kolom-kolom dan dalam setiap kolomnya berisi No, Hari/Tgl, Nama Siswa, Kejadian, dan Rekomedasi Tindak Lanjut. Adapun hal yang dinilai atau dicatat di dalam jurnal harian hanya berupa kejadian- kejadian negatif yang dilakukan oleh peserta didik.

(5)

121 Menurut Kunandar (2015) kriteria yang harus dipenuhi untuk instrumen penilaian dengan menggunakan jurnal yaitu, (1) Mengukur capaian kompetensi sikap yang penting untuk dikembangkan, (2) sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator, (3) menggunakan format yang sederhana, (4) dapat dibuat rekapitulasi tampilan sikap secara kronologis, (5) memungkinkan untuk dilakukannya pencatatan yang sistematis, (6) menuntut guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.

Sehingga Instrumen yang digunakan guru dikatakan kurang otentik karena hanya memuat beberapa kriteria di atas.

Observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan guru untuk menggunakan data penilaian belajar peserta didik. Teknik tersebut merupakan teknik yang dilakukan dengan berkelanjutan dengan cara mendengarkan atau melihat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Instrumen yang digunakan hanya berbentuk lembar observasi dengan beberapa aspek penilaian yang termuat dalam kompetensi inti penilaian sikap.

Kunandar (2015) mengemukakan beberapa kriteria di dalam instrumen penilaian observasi adalah (1) mengukur aspek sikap yang dituntut pada kompetensi inti dan kompetensi dasar, (2) sesuai dengan kompetensi yang akan diukur, (3) memuat indikator sikap yang dapat diobservasi, (4) mudah digunakan, (5) dapat merekam peserta didik.

Instrumen penilaian dengan teknik observasi, guru menggunakan lembar observasi yang berisi Tahun Pelajaran, Kelas, Mata Pelajaran, Semester, Nama Guru. Kemudian terdapat kolom, pada kolom pertama berisi No, kolom kedua berisi Nama Siswa, kolom ketiga jenis kelamin, kolom keempat Nomor Induk, dan kolom kelima berisi Nilai Sikap Sosial yang memuat aspek penilaian

sikap yaitu ketekunan, kemampuan kerja sama, tanggung jawab, toleransi, santun, dan jujur. Akan tetapi tidak dilengkapi dengan rubrik penilaian atau kriteria penilaian.

Teknik penilaian observasi dinyatakan kurang otentik karena hanya memenuhi beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam membuat instrumen penilaian observasi. Pada instrumen penilaian observasi yang digunakan oleh guru hanya memuat aspek sikap pada kompetensi inti dan dasar saja.

Pada ranah pengetahuan teknik penilaian yang digunakan adalah teknik tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Kunandar, 2015:173). Kunandar (2015:176) mengatakan dalam menyusun instrumen penilaian tertulis memerhatikan hal-hal berikut, (1) Karakteristik mata pelajaran, (2) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum, (3) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (4) Bahasa, misalnya rumusan soal atau pertanyaan tidak menggunakan kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

Instrumen yang digunakan R1 dan R2 hanya memenuhi beberapa hal yaitu karakteristik mata pelajaran dan materi.

Soal uraian yang digunakan oleh R1 dan R2 memenuhi karakteristik mata pelajaran dan sesuai dengan materi, KD atau Indikator pembelajaran. Sedangkan instrumen yang digunakan oleh R3 dan R4 hanya memenuhi karakteristik mata pelajaran tetapi soal yang digunakan kurang sesuai dengan KD atau Indikator yang hendak dicapai. Sehingga berdasarkan instrumen yang digunakan teknik penilaian yang digunakan dikatakan kurang otentik.

Pada penilaian ranah keterampilan

(6)

122 seluruh guru bahasa Indonesia di SMKN 1 Mataram menggunakan teknik penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. Unjuk kerja dalam konteks hasil pembelajaran bahasa berkaitan dengan kinerja aktif-produktif lewat berbicara dan menulis (Nurgiyantoro, 2015 : 34).

Berdasarkan instrumen penilaian dikatakan kurang otentik karena guru menggunakan lembar observasi untuk menilai keterampilan peserta didik, akan tetapi instrumen yang digunakan tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya observasi. Instrumen yang digunakan tidak dilengkapi dengan rubrik penilaian/pedoman penskoran.

Berdasarkan aspek yang dinilai dikatakan kurang otentik karena tidak menjelaskan secara detail aspek- aspek apa saja yang akan dinilai di dalam melakukan diskusi. Lembar observasi yang digunakan sama dengan lembar observasi yang digunakan untuk menilai sikap peserta didik sehingga kurang sesuai dengan KD dan indikator yang hendak dicapai.

Penerapan Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMKN 1 Mataram

1) Perencanaan Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi seluruh guru bahasa Indonesia di SMKN 1 Mataram melakukan perencanaan sebelum melaksanakan penilaian. Pada

penilaian sikap guru hanya menyiapkan instrumen penilaian.

Perencanaan dengan mengguna- kan jurnal dianggap kurang karena tidak memenuhi kriteria perencanaan penilaian. Dalam Kunandar (2015:154) disebutkan bahwa beberapa hal yang harus dilakukan dalam merencakan penilaian sikap dengan menggunakan jurnal yaitu (1) menentukan sikap atau perilaku yang dinilai dalam satu pokok bahasan tertentu; (2) menyususn indikator sikap dan perilaku berdasarkan kompetensi yang sudah dirumuskan; (3) menentukan lamanya waktu pengama- tan; (4) merencanakan format jurnal yang akan digunakan untuk mencatat;

dan (5) mempersiapkan buku/jurnal untuk kepentingan pencatatan.

Perencanaan penilaian yang dilakukan oleh guru tidak sedetail seperti yang dijelaskan oleh Kunandar (2015), dalam perencanaan yang dilakukan oleh guru hanya menyiapkan lembar jurnal untuk mencatat setiap kejadian selama proses pembelajaran berlangsung.

Begitu juga pada teknik penilaian observasi, R1 dan R2 melakukan perencanaan penilaian hanya dengan menyiapkan lembar observasi tetapi lembar observasi yang digunakan tidak dibuatkan rubrik penilaian dan juga pedoman penskoran. Sedangkan perencanaan penilaian dengan teknik observasi yang dilakukan oleh R3 dan R4 dengan cara membuat rencana penilaian yang tercantum dalam RPP tetapi tak ditemukan bentuk instrumen penilaian secara nyata.

Pada penilaian ranah pengetahuan dengan menggunakan teknik tes tertulis dinyatakan cukup karena perencanaan/persiapan yang dilakukan oleh guru dianggap cukup. Pada penilaian ranah pengetahuan guru melakukan perencanaan penilaian dengan cara menyusun rencana penilaian dengan cara menyiapkan

(7)

123 materi, menyusun indikator, merumuskan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator, menyusun soal sesuai dengan kisi-kisi soal, menyususn kriteria penilaian, dan membuat instrumen penilaian.

Pada penilaian ranah keterampilan guru melakukan rencana penilaian dengan cara menyusun materi, menyususn indikator sesuai dengan KD, menyusun tugas sesuai dengan indikator, menyususn kisi-kisi soal, menyusun soal menyusun kriteria penilaian. Tetapi guru tidak membuat instrumen penilaian dalam menilai peserta didik saat malakukan diskusi kelompok.

Perencanaan yang dilakukan oleh guru dikatakan kurang karena hanya memenuhi beberapa kriteria dalam membuat perencanaan penilaian. Dalam Kunandar (2015:267) menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian unjuk kerja/kinerja yaitu, (1) menentukan kompetensi yang penting, (2) menyusun indikator berdasarkan kompetensi yang dinilai, (3) menguraikan kriteria penilaian, (4) menyusun kriteria dalam rubrik, (5) menyusun tugas sesuai dengan rubrik, (6) mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau penggunaan alat, (7) memperbaiki berdasarkan uji coba, jika dilakukan uji coba, (8) menyusun kriteria atau batas kelulusan.

2) Pelaksanaan Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi ditemukan bahwa pelaksanaan penilaian pada ranah sikap dinyatakan kurang karena guru hanya sekedar mengamati peserta didik tanpa melakukan pencatatan pada setiap kejadian yang dilakukan oleh peserta

didik secara menyeluruh.

Dalam Kunandar (2015) pada penilaian jurnal ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian yaitu, (1) mengamati perilaku peserta didik, (2) membuat catatan tentang sikap dan perilaku siswa, (3) mencatat tampilan sikap siswa sesuai dengan indicator, (4) mencatat sesuai urutan waktu, (5) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik berdasarkan catatan sikap peserta didik.

Pada saat proses pembelajaran guru melakukan pengamatan pada setiap perilaku peserta didik, guru melakukan pencatatan pada perilaku peserta didik akan tetapi yang dicatat oleh guru hanya perilaku negatif dari peserta didik dan tidak melakukan pencatatan pada perilaku baik peserta didik. Adapun hal yang dicatat oleh guru hanya berupa hal-hal negatif yang dilakukan oleh peserta didik, guru tidak melakukan penilaian secara menyeluruh. Sedangkan pelaksanaan penilaian dengan teknik observasi hanya dilaksanakan dengan cara mengamati setiap sikap peserta didik akan tetapi tidak melakukan pencatatan terhadap setiap kejadian yang dilakukan peserta didik.

Pelaksanaan pada penilaian pengetahuan guru menelaah kemampuan peserta didik, menyampaikan materi dan kemudian meminta peserta didik untuk mengerjakan soal yang telah dirumuskan pada RPP yang terdapat di dalam buku paket peserta didik.

Pelaksanaan penilaian pengetahuan dinyatakan cukup karena dilaksnakan dengan cara meminta peserta didik untuk mengerjakan soal tertulis sesuai dengan KD dan Indikator yang dicapai dan meminta siswa untuk menjawab secara tertulis. Pelaksanaan penilaian dengan menggunakan tes tertulis pada saat proses pembelajaran dilakukan

(8)

124 dengan cara meminta siswa untuk mengerjakan soal tugas yang terdapat di dalam buku paket yang sesuai dengan KD atau indicator yang sedang dipelajari. Jadi selama proses pembelajaran, setelah guru selesai menyampaikan materi guru meminta peserta didik untuk mengerjakan soal tes tertulis. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur kemampuan ataupun pemahaman peserta didik pada materi yang sedang dipelajari.

Pelaksanaan pada penilaian keterampilan guru menyampaikan materi, kemudian setelah guru menyampaikan materi guru memberikan tugas berupa tugas keterampilan yang sesuai dengan KD atau indikator yang sedang dipelajari, dan kemudian menjelaskan tugas yang harus dikerjakan peserta didik baik secara individu maupun kelompok.

Pelaksanaan penilaian keterampilan dengan menggunakan teknik unjuk kerja/kinerja dinyatakan cukup.

Pelaksanaan penilaian yang dilakukan sesuai dengan pelaksanaan penilaian kinerja yang dijelaskan oleh Kunandar (2015) bahwa dalam melaksanakan penilaian kinerja ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu, (1) menyampaikan rubric sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik, (2) memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang criteria penilaian, (3) menyampaikan tugas kepada peserta didik, (4) memeriksan ketersediaan alat, (4) melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang ditentukan, (6) membandingkan kinerja peserta didik dengan rubric penilaian, (7) melakukan penilaian secara individu, (8) mencatat hasil penilaian, (9) mendokumentasi- kan hasil penilaian.

Pelaksanaan penilaian dilakukan oleh guru dengan cara memberikan tugas kepada peserta didik baik secara

kelompok maupun individu. Pada tugas kelompok guru meminta siswa untuk melakukan diskusi dan mempresentasi- kan hasil diskusinya di kelas. Akan tetapi guru tidak melaksanakan penilaian dengan benar pada saat peserta didik melakukan diskusi ataupun presentasi.

3) Pelaporan Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk pelaporan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan data sebagai berikut. Hasil penilaian pada ranah sikap tidak dilaporkan, guru hanya memberikan umpan balik kepada siswa untuk memperbaiki tingkah laku yang dianggap tidak baik. Sehingga pada pelaporan ranah sikap dinyatakan kurang karena guru hanya memberikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil penilaian. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kunandar (2015) bahwa dalam pemberian umpan balik guru menyampaikan hasil penilaian sikap kepada peserta didik agar peserta didik dapat memperbaiki sikap dan perilaku yang dilakukan.

Pelaporan disampaikan secara lisan diakhir prose pembelajaran.

Pelaporan untuk penilaian pengetahuan berdasarkan hasil observasi dilihat bahwa guru melakukan pencatatan nilai yang didapatkan oleh peserta didik, guru mencatat hasil penilaian pada lembar penilaian yang telah disiapkan.

Kemudian guru melakukan pelaporan dengan cara mengembalikan hasil tugas yang telah dinilai kepada peserta didik.

Pada penilaian ranah keterampi- lan guru melakukan pencatatan pada hasil tugas keterampilan peserta didik.

Bentuk pelaporan yang ditemukan

(9)

125 adalah dengan cara mengembalikan hasil tugas peserta didik yang telah dinilai. Selain itu pada akhir semester guru juga melakukan pelaporan kepada wali kelas untuk dijadikan nilai rapot.

Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Kunandar (2015) bahwa laporan penilaian oleh guru disampaikan kepada kepala sekolah/madrasah dan pihak lainnya seperti: wali kelas, guru bimbingan dan konseling, dan orang tua/wali siswa).

Sehingga pelaporan pada ranah pengetahuan dan keterampilan dinyatakan cukup.

4) Kendala yang Dihadapi dalam Penerapan Penilaian Otentik Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan keempat guru Bahasa Indonesia di SMKN 1 Mataram, ditemukan bahwa seluruh guru mengalami kendala di dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Berikut data hasil wawancara mengenai kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan penilaian otentik.

a) Guru tidak dapat mengamati kemampuan siswa secara keseluruhan.

b) Waktu yang tidak efektip saat melaksanakan penilaian dengan tes tertulis.

c) Siswa yang terlambat dalam mengumpulkan tugas yang diberikan guru.

d) Guru tidak dapat menilai secara obyektif dikarenakan siswa yang sering kerjasama di dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

e) Siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan untuk dikerjakan dirumah, dikarenakan terlalu banyak tugas pada mata

pelajaran yang lain.

f) Siswa yang kurang serius di dalam proses belajar mengajar.

5) Solusi yang Digunakan dalam Mengatasi Kendala pada Penerapan Penilaian Otentik

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa seluruh guru Bahasa Indonesia di SMKN 1 Mataram memiliki solusi atau melakukan upaya untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi. Berikut data hasil wawancara mengenai upaya/solusi yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

a) Meminta siswa yang tidak aktif untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, untuk mengetahui apakah siswa memperhatikan atau tidak.

b) Guru melakukan penilaian di luar jam mengajar, untuk mengefisien- kan waktu.

c) Memberikan nasehat kepada siswa agar dapat belajar lebih giat lagi dan guru juga memberikan bimbingan diluar jam mengajar. Sehingga siswa tidak lagi terlambat dalam mengumpulkan tugas.

d) Guru meminta siswa yang telah selesai mengerjakan tugas untuk langsung mengumpulkan tugasnya, sehingga siswa yang lain tidak memiliki kesempatan untuk mencontek.

e) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas lewat wa group, agar tidak mengganggu proses pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran

(10)

126 bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Mataram maka dapat di simpulkan bahwa teknik penilaian yang digunakan pada ranah yaitu taknik jurnal dan observasi. Pada ranah pengetahuan menggunakan teknik tes tertulis. Dan pada ranah keterampilan menggunakan teknik kinerja.

Penerapan penilaian otentik yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Perencanaan pada ranah sikap dinyatakan kurang, pada ranah pengetahuan dinyatakan cukup, pada ranah keterampilan dinyatakan kurang.

Pelaksanaan penilaian pada ranah sikap dinyatakan kurang, pada ranah pengetahuan dan keterampilan cukup.

Begitu juga pada pelaporannya, pelaporan ranah sikap kurang, ranah pengetahuan dan keterampilan cukup.

Kendala yang dihadapi oleh guru antara lain yaitu, guru tidak dapat mengamati kemampuan siswa secara keseluruhan, waktu yang tidak efektip saat melaksanakan penilaian dengan tes tertulis, siswa yang terlambat dalam mengumpulkan tugas yang diberikan guru. Solusi yang digunakan oleh guru antara lain yaitu, meminta siswa yang tidak aktif untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, untuk mengetahui apakah siswa memperhatikan atau tidak, guru melakukan penilaian diluar jam mengajar, untuk mengefisienkan waktu.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat diberikan saran-saran mengenai penerapan penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia, antara lain, bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, hendaknya guru dapat menguasai teknik-teknik penilaian otentik terutama pada instrumen- intrumen yang digunakan harus disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar atau

indikator yang ingin dicapai. Bagi sekolah, hendaknya sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan guru di dalam menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Ediawati Arista, dkk. 2016. “Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Menulis Teks Ulasan Di Kelas V IIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja”. e- Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses 2 April 2019, pukul 14.00 WITA.

Herlianti, Yanti. Pembelajaran Tematik (Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: UIN PRESS, 2015.

Iswardah. 2017. “Penerapan Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (Studi Kasus di MTsN 1 Malang)”. Skripsi Jurusann Sastra Indonesia-Fakultas Sastra UM, 2007.Diakases 2 April 2019, pukul 15.00 WITA.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013): Suatu Pendekatan Peraktis

(11)

127 Disertai Contoh. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Kusaeri. Acuan & Teknik Penilaian Proses

& Hasil Belajar Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2014

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Penilaian Otentik dalam embelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rohana, Siti. 2016. Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Mataram:

FKIP Universitas Mataram.

Sa’idah Nusrotus, dkk. “Efektivitas Penerapan Penilaian Otentik Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Peningkatan Kinerja Ilmiah Siswa”. Jurnal Refleksi Edukatika.

Diakses 2 April 2019, pukul 14.30 WITA.

Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktisnya. Jakarta: Bumi Aksar.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sunu, Endrayanto, Herman, Yosep., dan Harumurti, Yustiana, Wahyu. 2014.

Penilaian Belajar Siswa di Sekolah.

Yogyakarta: PT. Kanisius

Wahyuni, Sri dan Syukur Ibrahim. 2012.

Asesmen Pembelajaran Bahasa.

Bandung: Refika Aditam

Referensi

Dokumen terkait

Pusing ganti pekerja merupakan isu yang tidak dapat dielak oleh mana-mana syarikat dan menjadi suatu keutamaan untuk mengatasinya. Isu tersebut telah wujud di syarikat

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Di Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar” dimana penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Review Procedure dan Quality Control pada Kantor Akuntan Publik serta Karakteristik Profesional dalam Dimensi Komitmen Organisasi, Dimensi Komitmen Profesional, dan

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada

Teknik non test merupakan teknik pengumpulan data yang tidak baku dan hasil rekayasa dari pendidik dan sekolah yang mana kegunaan dari teknik non test ini adalah

untuk mengetahui kemampuan tumbuh jamur ligninolitik dan selulolitik asal tanah gambut Desa Rimbo Panjang Kabupaten Kampar Riau yang telah diisolasi dari

Kedapatan pemineralan U di Sektor Kayu Ara pada batuan kuarsit serisit terakumulasi dalam fraktur berarah NW - SE dan NE - SW berbentuk urat dan kadang-kadang menipis seperti

Untuk harga kapasitas sembarang, hubungan antara kapasitas dengan daya dan efisiensi dapat dilihat dalam tabel 9.2 dan dari tabel 9.2 tersebut dapat digambarkan grafik