• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Arsitek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Arsitek"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

3

Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan 2.1.1. Arsitek

Arsitek merupakan sebutan ahli yang mampu melakukan peran dalam proses kreatif menuju terwujudnya tata-ruang dan tata-massa guna memenuhi tata kehidupan masyarakat dan lingkungannya, yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur atau yang setara mempunyai kompetensi yang diakui sesuai ketentuan Ikatan Arsitek Indonesia, serta melakukan praktik profesi arsitek. Arsitek yang profesional adalah arsitek yang terdaftar dalam Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan mempunyai sertifikasi keahlian arsitek (SKA).

Sertifikasi keahlian arsitek mempunyai tiga tingkatan yaitu tingkatan arsitek pratama / muda, tingkatan arsitek madya, tingkatan arsitek utama (IAI, 2007).

Dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2017, disebutkan bahwa untuk menjadi arsitek, seseorang wajib memiliki surat tanda registrasi arsitek kecuali untuk seseorang yang merancang bangunan gedung sederhana dan bangunan gedung adat. Surat tanda registrasi arsitek merupakan bukti tertulis bagi arsitek untuk melakukan praktik arsitek. Untuk memperoleh surat tanda regirstrasi arsitek terdapat beberapa regulasi yang harus diikuti oleh arsitek seperti mengikuti magang minimal dua tahun secara terus-menerus dan mempunyai sertifikat kompetensi.

2.1.2. Pengembang

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 3 tahun 1987, pengembang dapat diartikan sebagai perusahaan pembangunan perumahan yang merupakan badan usaha yang berbentuk badan hukum yang berusaha dalam bidang pembangunan.

(2)

4

Universitas Kristen Petra

2.1.3. Apartemen

Dalam undang-undangan no 20 pasal 1 ayat 1 tahun 2011 disebutkan bahwa rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan- satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Serta dalam ayat 10 yaitu rumah susun komersial yang artinya adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan.

Kesimpulan dari undang-undang tersebut adalah apartemen merupakan rumah susun komersial. Apartemen dapat dibagi menurut jenis dan besarnya bangunan (Acherman, 2013 dalam Akmal, 2007). Klasifikasi apartemen tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi Apartemen Berdasarkan Jenis & Besarnya Bangunan.

Berdasarkan jenis dan besarnya bangunan 1 Garden apartemen  Terdiri dari 2-4 lantai

 Memiliki taman di sekitar bangunan

 Tergolong apartemen menengah atas 2 Walk-up apartemen  Terdiri 3-6 lantai

 Tidak selalu memiliki lift di dalamnya 3 Low-rise

apartemen

 Jumlah lantai < 7 lantai

 Akses vertikal menggunakan tangga

 Tergolong apartemen menengah ke bawah 4 Medium-rise

apartemen

 Terdiri dari ≤ 7-10 lantai

 Biasanya berada di kota satelit 5 High-rise

apartemen

 Jumlah lantai > 10 lantai dilengkapi dengan basemen, sistem kenyamanan dan servis penuh

 Struktur sistem bangunan lebih kompleks dan unit cenderung standar dan berada di pusat kota.

Sumber: Acherman (2013) dalam Akmal (2007).

2.2. Faktor Pemilihan Arsitek

Pemilihan arsitek tidak semudah seperti memilih barang. Karena layanan arsitek merupakan layanan yang tidak berwujud / intangible dimana pengetahuan arsitek tentang pekerjaannya yang dituangkan dalam wujud yang lebih besar dengan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia yang dimana desain yang

(3)

5

Universitas Kristen Petra

diwujudkan tersebut sesuai dengan aktivitas yang dibutuhkan / diinginkan oleh klien (Sporrong, 2014). Dalam memilih arsitek tersebut, klien belum mengetahui kualitas arsitek yang akan digunakan untuk proyek mereka. Sehingga bila klien mengetahui faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan arsitek akan mempermudah klien untuk memilih arsitek yang sesuai dengan kebutuhannya.

Faktor pemilihan arsitek terdiri dari kinerja tugas, kinerja kontekstual, jaringan relasi, dan harga (Ling, 2003).

Dalam teori kinerja pekerjaan, terdapat dua jenis kinerja yaitu kinerja tugas dan kinerja kontekstual (Sonnentag & Frese, 2002). Konseptualisasi kinerja dibedakan antara aspek tindakan / tingkah laku dan aspek hasil kinerja. Aspek hasil kinerja ini mengacu pada konsekuensi atau hasil dari tingkah laku individu (Roe, 1999).

Terdapat tiga perbedaan dasar antara kinerja tugas dan kontekstual yaitu (1) kinerja kontekstual merupakan kinerja yang selalu dibutuhkan di semua pekerjaan sedangkan kinerja tugas merupakan kinerja yang sesuai dengan spesifikasi pekerjaan masing-masing, (2) kinerja tugas merupakan faktor dimana kemampuan berperan penting di dalamnya, sedangkan kinerja kontekstual merupakan faktor yang terpengaruh oleh motivasi dan kepribadian seseorang; (3) kinerja tugas merupakan peranan internal dalam pekerjaan sesuai dengan deskripsi pekerjaan masing-masing sedangkan kinerja kontekstual merupakan peranan pendukung seperti kemampuan bersosialisasi (Borman dan Motowidlo, 1997;

Motowidlo et al., 1997; Motowidlo dan Schmidt, 1999).

2.2.1. Kinerja Tugas

Kinerja tugas merupakan konsep multi dimensi yang mengacu pada kemampuan / kecakapan individual yang berkontribusi pada organisasi yaitu inti teknis pekerjaan (Borman & Motowidlo, 1993; Sonnentag & Frese, 2002). Secara umum, kinerja tugas merupakan aktivitas yang mengubah material menjadi barang / jasa yang dihasilkan oleh organisasi untuk efisiensi dan efektivitas organisasi (Motowidlo et al., 1997). Terdapat beberapa kriteria untuk mengevaluasi kinerja tugas yang terdiri dari kemampuan kognitif / kemampuan

(4)

6

Universitas Kristen Petra

mental secara umum, pengetahuan tentang pekerjaan, kemampuan / kecakapan kerja, dan pengalaman kerja (Ling, 2003).

Kemampuan mental secara umum tertuang dalam kreatifitas dan desain yang inovatif, pendekatan proyek yang baik, dan kemampuan menyelesaikan masalah (Ling, 2003, Oluwatayo, 2014, 2016; Sporrong 2011, 2014).

Kemampuan arsitek ini didukung oleh pengetahuan arsitek akan material, sistem bangunan, sirkulasi, dan sebagainya.

Pengetahuan merupakan penentu dalam meningkatkan kinerja seseorang.

Dalam lingkup arsitek pengetahuan yang diperlukan adalah pengetahuan akan terhadap desain yang ekonomis, regulasi yang relevan, administrasi kontrak dan desain dapat direalisasikan (Ling, 2003). Pengetahuan akan realisasi desain penting untuk diketahui karena desain yang mempunyai estetika yang tinggi belum tentu dapat direalisasikan.

Selain itu kinerja seorang arsitek dilihat dari kecakapannya seperti desain berkualitas secara teknis maupun fungsi, desain akurat dan sesuai dengan anggaran. Selain itu juga arsitek harus dapat memilah beban pekerjaan dengan baik. Dari sisi lain, klien juga melihat faktor finansial dan besar perusahaan arsitek (Ling, 2003). Karena semakin besar dan ternama perusahaan arsitek tersebut juga akan membantu klien dalam memasarkan properti yang akan dijual.

Pengalaman kerja adalah salah satu media pembelajaran dan merupakan hal penting yang sangat dibutuhkan dalam semua pekerjaan karena teori dengan prakteknya terkadang berbeda. Pengalaman kerja akan membantu dalam mengevaluasi ,penerapan dan mengerti hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan. Seperti dalam bidang apartemen, arsitek harus mempunyai pengalaman dalam bidangnya baik dari segi tipe dan ukuran (Ling, 2003).

2.2.2. Kinerja Kontekstual

Kinerja kontekstual merupakan aktivitas yang tidak berkontribusi pada inti teknis namun dapat mendukung jalannya organisasi, sosial, psikologi lingkungan untuk mencapai tujuan organisasi (Motowidlo & Van Scotter, 1994). Kinerja

(5)

7

Universitas Kristen Petra

kontekstual ini timbul karena individu bekerja dalam kerangka atau alur organisasi bukan dari alur mereka sendiri dan karena itu perlu adanya komunikasi antara satu dengan yang lain untuk mengkoordinasikan tindakan, mengikuti instruksi, dan melakukan pekerjaan lain di luar deskripsi pekerjaan mereka. Faktor kinerja kontekstual terdiri dari konsistensi, inisiatif, pengendalian diri, kemampuan bersosialisasi, pengendalian diri dan komitmen (Ling, 2003).

Konsistensi dideskripsikan sebagai berhati-hati, teliti, andal, tanggung jawab, pekerja keras, terorganisir, dan terencana. Konsistensi dalam mengevaluasi kinerja kontekstual dapat dilihat dari kecepatan membuat gambar kerja dan perolehan persetujuan hukum, perhatian terhadap desain dan detail konstruksi, ketangguhan dan antusiasme dalam menghadapi masalah, memastikan proyek dibangun sesuai spesifikasi (Ling, 2003).

Disamping itu klien / owner juga melihat inisiatif dan respon arsitek untuk memberikan pelayanan terbaik kepada klien tersebut. Dapat dilihat dari seberapa besar perhatian arsitek dalam melayani klien dengan mencari tahu keinginan atau kemauan klien dan keramahan arsitek dan inisiatif arsitek dalam memberi masukan dan saran desain kepada klien (Ling, 2003). Inisiatif dapat ditunjukan dari sikap arsitek untuk mencari dan menggali keinginan owner yang akan dituangkan dalam desain (Oluwatayo, 2014).

Sikap arsitek dalam menangani klien telihat dari cara arsitek menghormati dan menerima klien / manajer proyek sebagai ketua tim, mengikuti instruksi dan perintah dan merespon dengan cepat permintaan dan instruksi klien (Ling, 2003).

Selain itu, sikap arsitek dalam merespon permintaan klien juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan arsitek (Oluwatayo, 2014).

Kemampuan bersosialisasi merupakan kemampuan unuk membaca, mengerti, mengontrol interaksi sosial (Witt & Ferris, 2003). Kemampuan / kertampilan bersosialisasi sangat penting dalam komunikasi. Komunikasi merupakan sarana untuk menyampaikan tujuan / sasaran. Beberapa kemampuan sosial yang harus dimiliki oleh seorang arsitek adalah dapat bergaul dengan baik dengan orang-orang disekitar dan dapat berkomunikasi dengan anggota tim (Ling,

(6)

8

Universitas Kristen Petra

2003). Kemampuan bersosialisasi berpengaruh terhadap hubungan personal antara arsitek dengan klien (Oluwatayo, 2016).

Kemampuan bersosialisasi mempengaruhi kinerja pekerjaan yang merefleksikan efektivitas interpersonal (Witt & Ferris, 2003). Ketika berkomunikasi dengan orang lain maka konten verbal dalam pesan tersebut, pemilihan kata dan frase sangat penting. Begitu pula dari bagaimana pesan dikomunikasikan. Seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, tatapan mata, dan cara penyampaian yang baik, dan nada suara yang tegas dapat membantu mengkomunikasikan pesan. (Beheshtifar & Norozy, 2013).

Seorang arsitek pasti mempunyai visi dan misi dalam melayani klien.

Dalam visi - misi tersebut terdapat komitmen untuk setia / taat kepada klien / owner, akan memperbaiki desain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh klien, tertarik dan tekun di bidangnya, dan melaksanakan tanggung jawab dan otoritas dari anggota tim (Ling, 2003).

Arsitek membuat desain yang tertuang dalam gambar teknik. Kemudian gambar desain tersebut masuk ke tahap selanjutnya agar dapat direalisasikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, gambar tersebut perlu dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait seperti kontraktor, mekanikal-elektrikal, dll. Di antara pihak- pihak tersebut, arsitek merupakan pemimpin yang mengatur agar hasil rancangannya dapat terealisasikan dengan baik dan sesuai dengan desain yang ada. Oleh karena itu arsitek memerlukan sikap kepemimpinan untuk memimpin dan mengkoordinasikan rancangannya kepada kontraktor, konsultan, dan berbagai pihak terkait lainnya (Ling, 2003).

2.2.3. Jaringan Relasi dan Harga

Selain performa arsitek yang menjadi faktor utama pemilihan arsitek, jaringan relasi dan harga juga termasuk dalam faktor pemilihan arsitek. Karena arsitek hidup di lingkungan yang saling berhubungan satu sama lain sehingga relasi merupakan hal yang penting untuk keberlangsungan usaha / pekerjaan mereka (Ling & Tan, 2001). Jaringan relasi dapat meningkatkan / menambah

(7)

9

Universitas Kristen Petra

keuntungan dan memperbesar kesempatan yang diperoleh dari kontak personal seseorang (Lee, 1993). Pemilihan arsitek didasarkan pada reputasi, rekomendasi, hubungan saat ini dan masa lalu, harga ekonomis, penundaan pembayaran, dan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu dan biaya (Ling, 2003).

Reputasi yang baik akan mengundang klien yang lain untuk mempercayakan proyeknya kepada arsitek tersebut. Dari penelitian terdahulu, reputasi merupakan hal yang paling penting dalam pemilihan arsitek (Ling, 2003;

Oluwatayo, 2014,2016; Sporrong, 2011,2014). Karena reputasi akan menciptakan citra yang melekat dalam arsitek tersebut. Reputasi dalam arsitek adalah reputasi untuk dapat dipercaya, profesional dalam bidangnya dan kompeten dan direkomendasi dan direferensikan oleh klien dan konsultan lain (Ling, 2003).

Jaringan relasi saat ini juga berpengaruh dalam pemilihan arsitek. Relasi yang harmonis saat ini dengan mempunyai hubungan personal yang baik dan harmonis antara klien dan pemberi jasa. Hubungan personal antara kedua belah pihak dapat meningkatkan performa / kinerja karena akan membuat suasana kerja yang nyaman dan dapat menciptakan kerja sama yang baik (Ling,, 2003;

Oluwatayo, 2014,2016).

Arsitek yang pernah berkerja dengan klien sebelumnya dan klien itu merasa puas akan jasa arsitek tersebut. Klien itu akan merekomendasikan arsitek tersebut kepada teman / klien lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa hubungan masa lalu penting karena hubungan tersebut akan membuat arsitek telah mengetahui dan mengerti selera / keinginan / tuntutan klien. Dari hubungan kerja arsitek dengan klien pada masa lalu akan menimbulkan rasa kepercayaan klien yang menambah nilai positif pada arsitek (Ling, 2003; Oluwatayo, 2016;

Sporrong, 2011,2014).

Harga merupakan salah satu faktor yang selalu diperhatikan. Dalam The American Institute of Architect (AIA) mengidentifikasi bahwa terdapat tiga kriteria umum dalam pemilihan arsitek yang salah satunya adalah harga / biaya (Demkin, 2008). Dimana arsitek dapat memberikan harga jasa yang ekonomis (Ling, 2003; Oluwatayo, 2014, 2016; Sporrong, 2011) dan mengijinkan pembayarannya diangsur dan ditunda merupakan salah satu faktor yang diperhitungkan dalam pemilihan arsitek (Ling, 2003).

(8)

10

Universitas Kristen Petra

Imbalan jasa arsitek yang tercantum dalam IAI berdasarkan prosentase, satuan waktu, dan lumpsum. Prosentasi parameter imbalan jasa yang dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya bangunan dan kategori bangunan. Sedangkan untuk biaya langsung personil yang tidak dapat menggunakan prosentasi, maka dihitung sesuai dengan waktu yang dipergunakan yaitu dalam satuan jam, hari, dan bulan.

Sedangkan lumpsum merupakan harga layanan arsitek yang disepakati bersama oleh oleh kedua belah pihak (IAI, 2007).

Pengumpulan pekerjaan yang tepat waktu mempunyai peringkat tertinggi dalam kriteria penting pemilihan arsitek dalam proyek manajemen, desain interior, dan renovasi. Arsitek harus dapat meyakinkan klien / owner bahwa arsitek dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu dan dengan biaya yang dapat diterima (Oluwatayo, 2016).

2.4. Kerangka Berpikir

Dari literatur - literatur yang di dapatkan pada sub bab 2.2 tentang faktor pemilihan arsitek yang terdiri dari kinerja tugas, kinerja kontekstual, jaringan relasi dan harga. Masing-masing variabel tersbut mempunyai faktor-faktor yang dapat dilihat dalam kerangka berpikir yang tertuang pada gambar 2.1 sebagai berikut:

(9)

11

Universitas Kristen Petra Kinerja

Tugas

Kinerja Kontekstual

Jaringan Relasi &

Harga

Kreatif dan inovatif Pendekatan proyek baik

Mempunyai kemampuan penyelesaian masalah Mempunyai pengetahuan tentang desain yang ekonomis

Desain dapat direalisasikan

Mempunyai pengetahuan tentang desain yang relevan dan regulasi

Mempunyai pengetahuan tentang administrasi kontrak

Desain mempunyai kualitas teknis & fungsional Desain akurat dan tidak ada kesalahan

Desain sesuai anggaran

Dapat mengatur dan memilah beban pekerjaan Kemampuan finansial stabil

Banyak pengalaman kerja

Pengalaman proyek serupa dari segi tipe & ukuran Kecepatan membuat gambar kerja

Kecepatan memperoleh persetujuan hukum Memperhatikan hal-hal penting dalam desain dan detail konstruksi

Ketangguhan dalam menghadapi masalah

Proyek konstruksi sesuai spesifikasi

Mempunyai inisiatif untuk memberi saran dalam improvisasi desain

Menghormati dan menerima klien sebagai pemimpin tim

Mengikuti instruksi dan order klien Kecepatan dalam merespon instruksi dan permintaan klien

Mepertahankan kemandiriannya

Mempunyai kemampuan interpersonal dan komunikasi yang baik

Dipercaya oleh klien

Merevisi gambar kerja / desain untuk menghemat biaya dan waktu

Arsitek tertarik pada proyek

Mampu memimpin dan berkoordinasi dengan kontraktor dan konsultan

Mempunyai reputasi untuk dapat dipercaya, profesional, dan kompeten

Direkomendasikan dan direferensikan klien / konstultan lain

Mempunyai hubungan baik dengan konsultan lain Pernah bekerja dengan klien sebelumnya Harga jasa arsitek ekonomis

Memperbolehkan klien untuk menunda pembayaran Desain sesuai waktu dan biaya

Antusiasme dalam menyelesaikan masalah

PEMILIHAN ARSITEK

Perusahaan arsitek besar dan ternama

Gambar 2.1. Skema kerangka berpikir.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan ini bersifat eksperimental dan dibagi dalam beberapa tahapan pelaksanaan, dengan tujuan untuk mengetahui terdapat pengaruh tipe basis

1.4 Tujuan Tujuan dari pebuatan sistem informasi ini adalah sebagai berikut : Merancang bangun sistem informasi Bimbingan Konseling yang berbasis web pada SMP Negeri 39 Surabaya,

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) apakah pencapai- an

Dalam rangka pengaturan pelayanan perizinan, yang terdiri atas Izin Lokasi, Izin Mendirikan Bangunan, Izin Usaha Pariwisata, Izin Gangguan, Izin Tempat Usaha, Izin

Berdasarkan peta kompetensi fasilitator dan pengaruh peubah-peubah bebas terhadap kompetensi maka pengembangan kompetensi fasilitator P4TK Pertanian dilakukan melalui: (a)

Untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari 2 lantai, tangga dan ramp yang tidak disyaratkan berada di dalam saf tahan api harus dengan konstruksi sesuai