• Tidak ada hasil yang ditemukan

OTF 13 2020 Teknologi

N/A
N/A
Olimpianus Meda

Academic year: 2022

Membagikan "OTF 13 2020 Teknologi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI FARMASI

OBAT TRADISIONAL

(2)

PERSYARATAN AMAN, BERMANFAAT DAN SUDAH TERSTANDARDISASI BAGI OBAT TRADISIONAL

 Untuk melindungi masyarakat dari peredaran dan

penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang tidak memenuhi persyaratan

mutu, keamanan dan khasiat perlu dilakukan evaluasi melalui pendaftaran sebelum diedarkan

 Proses evaluasi obat tradisional, obat herbal

terstandar dan fitofarmaka yang meliputi mutu, keamanan dan khasiat harus mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(3)

Untuk dapat memiliki izin edar obat herbal terstandar dan fitofarmaka harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat

b. Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku

c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif

yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional,

obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat,

rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam

rangka pendaftaran.

(4)

OBAT TRADISIONAL TANPA IJIN EDAR

Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang

dibuat dan atau diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan. Dikecualikan terhadap :

a. obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan untuk penelitian

b. obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas

c. obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan pameran dalam jumlah terbatas

d. obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong

e. bahan baku berupa simplisia dan sedíaan galenik

(5)

Tahap-tahap

pengembangan dan

pengujian fitofarmaka

(6)

1. TAHAP SELEKSI CALON  FITOFARMAKA

 Proses pemilihan dengan skala prioritas:

 Calon fitofarmaka yang diperkirakan dapat sebagai alternative pengobatan untuk penyakit-penyakit yang belum ada atau masih belum jelas pengobatannya.

 Calon fitofarmaka yang berdasar pengalaman pemakaian empiris sebelumnya dapat berkhasiat dan bermanfaat

 Calon fitofarmaka yang sangat diharapkan berkhasiat untuk penyakit-penyakit utama

(7)

2. TAHAP BIOLOGICAL SCREENING CALON FITOFARMAKA

3. TAHAP PENELITIAN

FARMAKODINAMIK CALON FITOFARMAKA

 Tahap ini untuk melihat pengaruh

calon fitofarmaka terhadap masing-masing sistem biologis organ tubuh,Pra klinik, in vivo dan in vitro

 Tahap ini dipersyaratkan mutlak, hanya jika diperlukan saja untuk mengetahui mekanisme kerja yang lebih rinci dari calon fitofarmaka.

 Toksisitas subkronis

 Toksisitas akut

 Toksisitas khas/ khusus

(8)

4. TAHAP PENGUJIAN TOKSISITAS LANJUT (MULTIPLE DOSES) CALON FITOFARMAKA

 Mengetahui bentuk-bentuk sediaan yang memenuhi syarat mutu, keamanan, dan estetika untuk pemakaian pada

manusia.

 Tata laksana teknologi farmasi dalam rangka uji klinik

 Teknologi farmasi tahap awal

 Pembakuan (standarisasi): simplisia, ekstrak , sediaan Obat Alam

 Parameter standar mutu: bahan baku Obat Alam, ekstrak, sediaan Obat Alam

5. TAHAP PENGEMBANGAN SEDIAAN (FORMULASI) BAHAN CALON

FITOFARMAKA

6. TAHAP UJI KLINIK PADA MANUSIA

(9)

STANDARDIS ASI SEDERHANA, PENENTUAN IDENTITAS DAN PEMBUATAN SEDIAAN TERSTANDAR

 Pada tahap ini dilakukan standarisasi simplisia,

penentuan identitas, dan menentukan bentuk sediaan yang sesuai.

 Bentuk sediaan obat herbal sangat mempengaruhi efek yang ditimbulkan.

 Bahan segar berbeda efeknya dibandingkan dengan bahan yang telah dikeringkan.

 Proses pengolahan seperti direbus, diseduh dapat merusak zat aktif tertentu yang bersifat termolabil.

(10)

 Sebagai contoh tanaman obat yang mengandung minyak atsiri atau glikosida tidak boleh dibuat dalam bentuk decoct karena termolabil.

 Demikian pula prosedur ekstraksi sangat mempengaruhi efek sediaan obat herbal yang dihasilkan. Ekstrak yang diproduksi dengan jenis

pelarut yang berbeda dapat memiliki efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. Sebagai contoh daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) memiliki tiga jenis kandungan kimia yang diduga berperan untuk pelangsing yaitu tanin, musilago, alkaloid.

 Ekstraksi yang dilakukan dengan etanol 95% hanya melarutkan

alkaloid dan sedikit tanin, sedangkan ekstraksi dengan air atau etanol 30% didapatkan ketiga kandungan kimia daun jati belanda yaitu

tanin, musilago, dan alkaloid tersari dengan baik.

(11)

Persyaratan Ramuan Fitofarmaka :

 Ramuan (komposisi) fitofarmaka hendaknya terdiri dari 1 (satu) simplisia atau sediaan galenik.Namun bila hal tersebut tidak mungkin, ramuan dapat terdiri dari beberapa simplisia/sediaan galenik dengan syarat tidak boleh

melebihi 5 (lima) simplisia /sediaan galenik.

 Simplisia tersebut sekurang-kurangnya telah diketahui khasiat dan keamanannya berdasarkan pengalaman.

 Penggunaan zat kimia berkhasiat (tunggal murni) tidak diperbolehkan/dilarang dalam fitofarmaka.

 Bentuk - bentuk sediaan fitofarmaka antara lain :

1.  Sediaan Oral terdiri dari serbuk, rajangan, kapsul (ekstrak), Tablet (ekstrak), Pil (ekstrak), sirup, dan sediaan terdispersi.

2.   Sediaan Topikal terdiri dari Salep/krim (ekstrak), Suppositoria (ekstrak), Linimenta (Ekstrak) dan bedak.

(12)

LAMPIRAN PERMENKES RI NO.760/MENKES/PE R/IX/1992 TANGGAL

4 SEPTEMBER 1992 DAFTAR OBAT TRADISIONAL YANG HARUS DIKEMBANGKAN MENJADI FITOFARMAKA YAITU :

1.        Antelmintik

2.        Anti ansietas (anti cemas) 3.        Anti asma

4.        Anti diabetes (hipoglikemik) 5.        Anti diare

6.        Anti hepatitis kronik 7.        Anti herpes genitalis 8.        Anti hiperlipidemia 9.        Anti hipertensi 10.    Anti hipertiroidisma 11.    Anti histamin

12.    Anti inflamasi (anti Rematik) 13.    Anti kanker

14.    Anti malaria 15.    Anti TBC

16.    Antitusif / ekspektoransia 17.    Disentri

18.    Dispepsia (gastritis) 19.    Diuretik

(13)

LANGKAH-LANGKAH PEMBAKUAN (STANDARISASI)

Pembakuan simplisia Pembakuan ekstrak

Pembakuan sediaan obat tradisional

(14)

PEMBAKUAN SIMPLISIA

 Ditujukan agar simplisia mempunyai mutu standar

 Mendorong budidaya tanaman obat

 Pada saat akan dilakukan uji klinik obat tradisional harus sudah mengandung simplisia dengan

spesifikasi

(15)

PEMBAKUAN EKSTRAK

Dilakukan dengan tujuan memperoleh zat identitas

Penentuan senyawa identitas dapat

dilakukan dengan cara melalui sidik jari

(finger print) dalam pola kromatografi

(16)

ZAT

IDENTITAS

 Zat Identitas adalah Marker / Zat Penanda / Zat Petanda.

 Kriteria Zat Identitas : 1. Unik

2. Dominan 3. Aktif

Example :

Coffeae semen : kofein Capsici fructus : kapsaisin

Digitalis purpureae folium : digitoksin Cinchonae cortex : kinin

(17)

PEMBAKUAN SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

 Perbedaan bahan baku menyebabkan perbedaan sifat dan karakteristik kualitas bentuk sediaan yang dibuat

 Bentuk sediaan obat tradisonal yang dilakukan untuk mempermudah pengujian dan penggunaan dibuat

dalam bentuk : larutan, kapsul, tablet dll.

 Untuk mempermudah pengembangan, pemanfaatan dan pengamatan OT yang berbahan baku lebih dari satu, dibuat dari bermacam ekstrak , bukan dari

bermacam simplisia kemudian di ekstraksi

(18)

FORMULASI, BENTUK

SEDIAAN DAN BENTUK

KEMASAN OBAT

TRADISONAL

 Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 51/2009 tentang sediaan obat dan Permenkes RI No.760, 1992, formulasi farmasetik, sediaan dan kemasan obat tradisional dengan obat modern adalah sama hanya berbeda dalam hal bahan baku.

 Formulasi harus mengikuti aturan

Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOB) atau mengikuti

aturan GMP (Good Manufacturing

Practice)

(19)

SECARA GARIS BESARNYA ADA BEBERAPA

POINT YANG HARUS DIPATUHI ANTARA LAIN :

1. Bangunan tempat pembuatan formulasi harus pada lingkungan yang bersih dan sehat.

2. Peralatan yang baik dan bersih sesuai persyaratan.

3. Personalia (tenaga kerja) harus mempunyai kualifikasi yang disyaratkan.

4. Kontrol kualitas mulai dari bahan baku, proses

formulasi dan pengemasan harus dijaga keamanan

dan kebersihannya

(20)

FORMULASI OBAT TRADISIONAL

Obat tradisional :

• Bahan tunggal

• Diformulasikan dengan bahan lain

Tujuan formulasi :

• mengurangi rasa pahit/tidak enak

• mengurangi bau tidak sedap

• menstabilkan sediaan

• mengatur dosis pemakaian

• mempermudah penggunaan

(21)

STUDI PRA-

FORMUL ASI

 Penelitian atau pemeriksaan sifat-sifat fisika & kimia

suatu zat aktif/ekstrak yang diperlukan untuk memformulasi suatu sediaan yang stabil, efektif

& aman

 Studi praformulasi juga meliputi studi interaksi zat aktif

dengan eksipien

(22)

Sifat fisikokimia bahan baku ekstrak antara lain :

 Kekentalan

 Kelarutan

 Higroskopisitas

 Stabilitas (suhu, cahaya,

kelembaban, pH, oksidasi)

(23)

PRA - FORMULASI

 Kandungan air ekstrak kering untuk sediaan padat tidak boleh lebih dari 5%

 Resin dalam simplisia sering mengganggu dalam proses formulasi sehingga perlu dihilangkan terlebih dahulu

 Bahan tambahan

 Bahan pengisi :

 Larut air : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol

 Tidak larut air : CaCO3, CaSO4, pati, selulosa

 Bahan penghancur :

 Amilum, avicel, kombinasi asam

(24)

PRA - FORMULASI

Bahan pengikat :

• Pati amilum : 5-20% cairan kanji

• Gelatin : 2- 10% dalam air panas

• PVP : 2%

dalam air atau alkohol

• Metil

selulosa : 2- 10% dalam air

Bahan pelincir :

• Talk 5%

• Mg stearat 1%

Bahan perisa :

• Benzaldehida

 buah lobi- lobi

• Etil butirat  buah nanas

• Oktil asetat  buah jeruk

• Amil asetat  buah pisang

• Amil valerat

 buah apel

(25)

PRA - FORMULASI

Bahan pemanis :

Alami : sukrosa, fruktosa, glukosa, madu

Buatan : aspartam,

sakarin, siklamat

Bahan pewarna :

Ektrak anato CI.

No 75120 (Annato extracts, bixin

based)

Beta karoten CI.

No 75130 (sayuran)

Kurkumin CI. No 75300

Merah bit

Bahan pengawet

Alami : gula merah, garam

Sintetis : benzoat, sorbat, nipagin, nipasol, sulfit

(26)

METODE FORMULASI

Metode formulasi yang baik yakni metode yang secara

cepat & logis dapat

menghasilkan suatu formula dengan kualitas sederhana,

adaptabel & reprodusibel

(27)

 Sederhana

 Semakin banyak eksipien akan memberikan lebih banyak kesulitan daripada keuntungan

 Adaptabilitas

 Tidak memberikan masalah pada peralihan skala kecil percobaan (lab) ke skala produksi (industri)

 Reprodusibilitas

 Selalu menghasilkan produk dengan kualitas yang seragam &

konstan

(28)

CONTOH FORMULASI

SEDIAAN

Kapsul Ekstrak Kental Buah Adas

 Tiap kapsul mengandung :

 Ekstrak kental buah adas 400 mg

 Pengisi150 mg

 Selulosa mikrokristal 100 mg

 Ekstrak mengandung : minyak atsiri tidak kurang dari 12% dan trans-anetol tidak kurang dari 7,8%

 Indikasi : membantu meredakan batuk dan mengencerkan dahak

(29)

SKEMA

PEMBUATAN SEDIAAN KAPSUL CANGKANG

KERAS

(30)

TERIMAKASIH

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirrabil‘alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas izin dan karunia-Nya penulis diberikan kemampuan serta kesempatan untuk

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dan untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan terlalu luas, maka penulis membatasi

Dengan terjadinya kondisi-kondisi tersebut, seorang pimpinan suatu unit organisasi dituntut dapat memberikan coaching (pembinaan) kepada bawahannya untuk mengatasi

yang didapat dari hasil optimasi menunjukan hasil yang sangat baik dan mengalami peningkatan data dari kondisi awal di daerah dayeuhkolot dan margahayu adalah 1 Mbps – 11 Mbps

Keinginan masyarakat Indonesia yang kuat untuk melakukan ibadah haji ditandai dengan semakin meningkatnya calon jamaah haji dari tahun ketahun, hal inilah yang

Jika diterima menjadi Nasabah MBK, maka Nasabah harus memberikan fotocopy dokumen tersebut dan Account Officers (AO) membandingkannya dengan dokumen asli; setelah itu AO

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ³Uji Diagnostik Urinalisis Lekosit Esterase terhadap Kultur urin untuk Mendiagnosa Infeksi Saluran Kemih

Hal ini dipertegas oleh surat penjelasan Jaksa Agung RDTL, Longhuinos Monteiro, yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum sebelum persidangan tanggal 5 Juni 2002, adalah karena