i
IMPLEMENTASI PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 ATAS PENJUALAN DAN PEMBELIAN PADA
PT. PERTAMINA (Persero) DI KOTA MAKASSAR
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md) Pada Program Studi (D-III )Perpajakan
Oleh : SELVI 105751100118
PROGRAM STUDI (D-lll) PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2022
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sungguh,kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur.
Jangan mudah putus asa teruslah berjuang tanpa mengenal lelah hingga meraih cita – cita.”
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada keduan orang tuan saya tercinta yang tak pernah lelah mendoaku dan memberikan motivasi dalam hidupku serta kakak – kakakku yang selalu memberikan inspirasi untuk tetap
berjuang dan Almamaterku.
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatu
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada hanti diberikan kepada hamba- Nya.Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya.Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Implemtasi Pemungutan PPh Pasal 22 Penjualan dan Pembelian pada PT . Pertamina ( Persero) dikota Makassar ”.Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Diploma (D3) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Popping dan ibu sukaena yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian dan doa tulus tak pamrih.Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof Dr.H Ambo Asse M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta staf dan jajarannya.
2. Bapak Dr.H Andi Jam’an, SE.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Agusdiwana
vii
Suarni.SE.,M.Acc. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibu Dr. Muchriana Muchran, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Abdul Muttalib,SE.,MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr.H Andi Rustam SE.,MM.,Akt.,CA.,CPAI.,CPA.,ASEAN CPA selaku Ketua Prodi Program D-III Perpajakan dan segenap dosen Beserta Staf Prodi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr.H.Ansyarif Khalid.SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Karya Tulis Ilmiah (KTI) dapat diselesaikan.
5. Bapak Muhammad Adil,SE.,M.Ak.,Ak Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) hingga seminar hasil.
6. Seluruh Dosen dan segenap Civitas akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis serta bantuan lainnya.
7. Terimakasih kepada kedua orang tua terkasih dan tersayang, Bapak Alias dan Ibu Hasna semoga Allah SWT melimpahkan Ridho-Nya 8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Perpajakan (D3) angkatan 2018 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
viii
9. Terima kasih kepada pimpinan Pertamina Talasalapang, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar. Billahi fisabilil Haq fastabiqul Khairat, Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar ,23 September 2021 Penulis
SELVI
ix
ABSTRAK
SELVI, TAHUN 2021. Implementasi Pemungutan PPh Pasal 22 Penjualan dan Pembelian pada PT Pertamina( Persero ) dikota Makassar, Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Perpajakan Universitas Muhammmadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I H. Ansyarif Khalid dan Pembimbing II Muhammmad Adil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 atas penjualan hasil PT Pertamina ( Persero ) dikota makassar jenis penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif. Data yang diolah Penulis merupakan hasil wawancara kepada karyawan,Observasi dan dokumentasi yang diambil penulis secara langsung dari narasumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pelaksanaan Pemungutan pada PPh Pasal 22 Pertamina Talasalapang tidak mendapatkan hambatan sama sekali, BBM, Gas, dan Pelumas dengan ketentuan PPh yang terutang telah sesuai dengan ketetapan Peraturan Menteri Keuangan ( PMK) dan Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan hasil penelitian, penulis berharap peneliti selanjutnyan dapat menemukan hambatan – hambatan dalam pelaporan pelaksanaan pemungutan PPh Pasal 22.
Kata Kunci : Implementasi Pemugutan PPh Pasal 22
x
ABSTRAK
SELVI, 2021. Implementation of Article 22 Income Tax Collection on Sales and Purchases at PT Pertamina (Persero) in the city of Makassar, Scientific Writing of the Faculty of Economics and Business of the Taxation Study Program, Muhammmadiyah University Makassar. Supervised by Advisor I H.
Ansyarif Khalid and Advisor II Muhammad Adil.
This study aims to determine the implementation of the collection, deposit and reporting of Income Tax Article 22 on the sale of the proceeds of PT Pertamina (Persero) in the city of Makassar. The type of research used is descriptive method. The data processed by the author is the result of interviews with employees, observations and documentation taken by the author directly from the source.
The results of this study indicate that with the implementation of collection, deposit and reporting of the Implementation of Collection on PPh Article 22 Pertamina Talasalapang does not get any obstacles at all, BBM, Gas, and Lubricants with the provisions of the PPh payable in accordance with the provisions of the Regulation of the Minister of Finance (PMK) and the Directorate General Tax. Based on the results of the study, the authors hope that further researchers can find obstacles in reporting the implementation of Article 22 income tax collection.
Keywords: Implementation of Article 22 Income Tax Collection
xi
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN ...Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN ...Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAU PUSTAKA ... 6
A. Landasan Teori ... 6
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) ... 6
2. Pemungutan dan Objek PPh ... 7
3. Tarif PPh Pasal 22 dan Bukan Objek Pajak PPh Pasal 22 ... 11
4. Pembayaran PPh Pasal 22 ... 15
5. Kewajiban Membuat Bukti Pemungutan ... 15
6. e-Filing PPh Pasal 22 ... 15
7. Objek dan Tarif PPh Pasal 22 ... 16
B. Kerangka Konseptual ... 17
C. Metode Pelaksanaan Penelitian ... 19
1. Jenis dan Sumber Data ... 19
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3. Teknik Pengumpulan Data ... 20
4. Teknik Analisa Data ... 21
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 22
xii
A. Gambaran Umum PT. Pertamina (SPBU) ... 22
B. Struktur Organisasi / Job Description... 23
C. Hasil Penelitian ... 26
1. Pemugutan PPh Pasal 22 atas Penjualan BBM ... 27
2. Penyetoran PPh Pasal 22 atas Pembelian BBM ... 31
D. Pembahasan ... 36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
A. Kesimpulan ... 35
B. Saran... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 41
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Tabel 3.1 Bukti Pemungutan Tahun 2019 ... 27
Tabel 3.2 Bukti Pemungutan Tahun 2020 ... 28
Tabel 3.3 Bukti Penyetoran Tahun 2019 ... 30
Tabel 3.4 Bukti Penyetoran Tahun 2020 ... 31
Tabel 3.5 Bukti Pemungutan dan Penyetoran Tahun 2019-2020 ... 33
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18
Gambar 2.2 Struktur Organisasi ... 23
Gambar 2.3 PPh yang Dipungut Tahun 2019 ... 28
Gambar 2.4 PPh yang Dipungut Tahun 2020 ... 29
Gambar 2.5 Bukti Pemungutan dan Penyetoran Tahun 2019-2020 ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Nomor Halaman
Lampiran 1 : Surat Keterangan ... 40 Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan dan Wawancara ... 43 Lampiran 3 : Dokumentasi ... 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Budaya dan Sumber Daya Alamnya. Pada Saat Ini, Indonesia mengalami perkembangan yang mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan disegala sektor demi meningkatkan pendapatan atau Kas Negara guna membiaya pembangunan dan biaya-biaya negara dalam rangka menyelenggarakan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang tidak sedikit, dana tersebut berasal dari APBN Dan APBD, dimana sebagian besar bersumber pada penerimaan pajak. Dalam menjelaskan bahwa pajak memiliki peranaan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluaran untuk meningkatkan pembangunan.
Pajak Penghasilan merupakan pajak yang dipungut oleh
bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, Instansi atau lembaga pemerintah atau lembaga negara lain berkenan dengan pembayaran atas penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama . Dasar Hukum PPh Pasal 22 adalah UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh ).
2
Ketentuan PPh Pasal 22 juga diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK 010/2017 tentang pemungutan pajak penghasilan Pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha di bidang lainnya (PMK 34/2017).
PPh Pasal 22 merupakan cara pelunasan pembayaran pajak dalam tahun berjalan oleh wajib pajak atas penghasilan antara lain sehubung dengan impor barang/jasa,pembelian barang dengan menggunakan dana APBN/APBD,dan penjualan barang sangat mewah.
Pemungutan PPh Pasal 22 ada yang bersifat final dan tidak final untuk PPh Pasal 22 yang tidak bersifat tidak final dapat dikreditkan dari total PPh terutang pada akhir tahun saat pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).
Secara umum,PPh Pasal 22 dikenakan terhadap perdangan barang yang dianggap menguntungkan, sehingga baik penjualan maupun pembeliannya dapat menerima keuntungan dari perdagan tersebut. Karena itulah, PPh Pasal 22 dapat dikenakan baik saat penjualan maupun pembelian. Pemungutan PPh Pasal 22 atas impor barang dilaksakan dengan cara penyetoran oleh importer yang bersangkutan atau Direktorat Jenderal Bea Cukai kekas Negara melalui kantor pos,Bank Deviden, atau Bank yang ditujukan oleh mentri keuangan. Penyetoran dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.
Impor atau kegiatan usaha lain. PPh Pasal 22 menjadikan uang muka PPh yang harus dibayar oleh WP dalam negeri atau WP bentuk usaha tetap karena melakukan suatu transaksi penjualan atau pembelian barang tertentu
dengan badan-badan tertentu melalui mekanisme pemungutan ( Wthholding Tax ).
Melalui publikasi Peraturan Menteri Keuangan RI No. 92 / PMK.03 / 2019 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang WP tertentu sebagai pemungut pajak penghasilan dari pemberi atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah, pemerintah dapat melebarkan badan-badan yang berhak untuk memungut PPh Pasal 22 adalah menjadi wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
Pada pertengahan pandemi virus corona atau Covid-19 ini, PT Pertamina menyatakan mengalami keadaan yang cukup sulit. tak hanya, BUMN yang memiliki atau mendapati 3 ( tiga) kendala , yang saat itu belum pernah mengalami kejadian tersebut dalam 30 tahun terakhir. Sehingga kendala tersebut memberikan dampak yaitu penurunan penjualan atas migas, turunnya harga minyak dunia ke level terendah, dan nilai pertukaran rupiah atas dollar Amerika Serikat yang akan terus turun - naik.
Oleh karena itu, Diregtur Pertamina tidak bisa mengambil keputusan untuk jangka pendek saja. Sebaliknya, perseroan harus melihat potensi kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam jangka panjang. Kondisi pasar pada saat pandemi seperti sekarang belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat, semuanya masih cenderung terus berubah.
yang saat ini kita antisipasi adalah menurunkan risiko dari operasional Pertamina sehari-hari maupun dalam penyediaan BBM di masyarakat.
4
Dengan adanya tren penurunan harga Minyak Dunia, Perseroan memanfaatkan kondisi tersebut dengan melakukan pembelian minyak diluar jumlah biasanya. Hal ini dapat memberikan keuntungan bagi Pertamina.
Pertamina merupakan perusahaan milik negara (BUMN) yang
bergerak di bidang penggelolah penambangan Minyak dan Gas Bumi di Indonesia. Pajak memiliki peranan penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang ada untuk membiayai pengeluaran termasuk pengeluaran untuk meningkatkan pembangunan. Tanpa pajak, sebagian besar
Kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan karena perekonomian negara tidak berjalan dengan baik dan sistematis. Dalam hal ini sumber dana yang diandalkan adalah Pajak Penghasilan (PPh) yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak. Ada jenis-jenis Pajak Penghasilan, antara lain: Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (1), Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2), Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Pasal 22, dan seterusnya.
Menteri Keuangan telah menetapkan bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP). Dan yang ketiga Kuasa Penggunaan Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit surat perintah membayar yang diberi delegasi oleh
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelaksanaan Pemungutan,Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22 atas Penjualan hasil PT Pertamina ( Persero) dikota Makassar ?
2. Implementasi Pemungutan atas Penjualan dan Pembelian ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pelaksanaan Pemungutan,Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 22 atas Penjualan hasil PT Pertamina (Persero ) dikota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian yaitu:
1. Agar meningkatkan wawasan secara detail pada bidang PPh Pasal 22.
2. Peningkatan di bidang ilmu pajak dan memberikan pengetahuan kepada pihak para ahli mengenai praktek di bidang PPh Pasal 22.
6
BAB II
TINJAU PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22)
Undang - undang Pajak Penghasilan mengatur cara pembayaran PPh Pasal yang terutang atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak pasal 20 sampai dengan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1983 std UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh).
Menurut pasal tersebut pembayaran Pajak melalui Pemotongan /Pemungutan oleh pihak lain dan pembayaran angsuran yang dilakukan oleh wajib pajak sendiri dalam tahun berjalan.
Dengan demikian pembayaran pajak melalui pemotongan pajak oleh pihak lain dan / atau pembayaran sendiri dalam tahun berjalan merupakan pembayaran pendahuluan dan jumlah tersebut pada akhir tahun pajak akan diperhitungkan dengan PPh yang terutang.
Dalam UU Tahun 2008, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2015, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014, dan peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014 adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan dan Pemungutan PPh Pasal 22 telah ditentukan oleh UU No 36 Tahun 2008 dan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2015. Selain itu jumlah Pajak atas Pemungutan PPh Pasal 22 yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan sampel bukti pungut PPh Pasal 22 milik Pelanggan/Pembeli.
b. Penyetoran PPh Pasal 22 dengan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 242/PMK.03/2014, dimana penyetoran PPh Pasal 22 paling lambat disetorkan tanggal 10 pada bulan selanjutnya setelah masa pajak berakhir.
c. Pelaporan PPh Pasal 22 yang sesuai dengan dengan Pasal 1 ayat (5) Peraturan menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014, dimana Pelaporan PPh Pasal 22 paling lambat disampaikan tanggal 20 pada bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
2. Pemungutan dan Objek PPh
Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Merupakan pembayaran pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh:
a) Bendahara pemerintah, termasuk bendahara pada pemerintah pusat, pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, dan lembaga - lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang, termasuk juga dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan fungsi yang sama.
b) Badan - badan tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta, berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha
8
di bidang lain, seperti kegiatan usaha produksi barang tertentu antara lain otomatis dan semen, dan
c) wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli dan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pemungutan pajak oleh wajib pajak badan tertentu dengan ini akan dikenakan terhadap pembelian barang yang memenuhi kriteria tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah, apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat mewah.
a. Objek PPh Pasal 22
Objek PPh Pasal 22 meliputi transaksi atas impor barang, penyerahan ke pemerintah atas BUNM/BUMD, atas penjualan hasil produksi dalam negeri seperti rokok,otomotif, baja semen, transaksi pembelian premium, premix,solar,pelumas,minyak tanah,gas elpiji dari Pertamina oleh penyalur /agen/grosir/dealer/pembeli lainnya (misalnya:
pabrik), transaksi pembelian dari BULOK atas gula pasir, tepung terigu yang dilakukan oleh penyalur/grosir/pembeli lainnya.
b. Pemungut PPh Pasal 22
Bendahara & badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh Pasal 22 impor barang;
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas barang;
3. Bendahara Pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas barang yang dilakukan dengan uang persediaan (UP);
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan pembayaran langsung (LS);
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dari kekayaan negara yang masuk, yang meliputi:
a) PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk., PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. , PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero);
b) Bank-bank Badan Usaha Milik Negara, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan bahan untuk keperluan kegiatan usahanya.
10
6. Industri dan Pertanian yang bergerak dalam sektor kehutanan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau Badan Usaha yang melakukan pembelian tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pemegang izin usaha pertambangan.
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat penjualan adalah:
a. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan produksinya kepada distributor di dalam negeri;
b. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor , atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
c. Produsen atau importir bahan bakar minyak , bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
d. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hilir.
e. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang yang kegiatan usahanya:
1) Mengumpulkan hasil Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan;
2) Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan perkebunan yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan.
3) Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90 / PMK.03 / 2015, pemerintah menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
3. Tarif PPh Pasal 22 dan Bukan Objek Pajak PPh Pasal 22
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 90 / PMK.03 / 2016, lihat lampiran berikut ini mengenai objek PPh Pasal 22 berupa impor barang-barang mewah tertentu.
a. Tarif PPh Pasal 22 1. Atas Impor :
a) Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5%
x nilai impor;
b) Non- API = 7,5% x nilai penting;
c) Yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2. Atas Pembelian Barang yang dilakukan oleh DJ, Bendahara Pemerintah, BUMN / BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final).
3. Atas Penjualan Hasil Produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu:
a. Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final) b. Semen = 0,25% x DPP PPN (Tidak Final)
12
c. Baja = 0,3% x DPP PPN (Tidak Final) d. Otomotif = 0,45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas Penjualan Hasil Produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
a) Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur / agen, bersifat final. Selain penyalur / agen bersifat tidak final.
5. Atas Pembelian Bahan-bahan untuk keperluan Industri atau Ekspor dari pedagang pengumpul ditentukan = 0,25% x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6. Atas Impor Kedelai, Gandum, dan Tepung Terigu oleh Importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai penting.
7. Atas Penjualan
a) Pesawat udara dengan harga jual lebih dari Rp 20.000.000.000,
b) Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10.000.000.000,
c) Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih dari Rp 10.000.000.000, dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
d) Apartemen, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya
e) Lebih dari Rp 10.000.000.000, dan / atau luas bangunan lebih dari 400 m2.
f) Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5.000.000.000, - (lima miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP yang dipotong 100%
lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 22.
b. Bukan Objek PPh Pasal 22
Berikut ini adalah daftar pengecualian terhadap pemungutan PPh Pasal 22:
1. Impor barang-barang dan / atau penyerahan barang yang berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan undangan tidak terutang PPh. Pengecualian tersebut, harus dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk :
a. Yang dilakukan ke dalam Kawasan Berikat (kawasan tanpa bea masuk hingga barang tersebut dikeluarkan untuk impor, ekspor atau re-impor) dan Entrepot Produksi Untuk Tujuan Ekspor (EPTE), yaitu tempat penimbunan barang dagangan karena pengimpornya tidak membayar bea masuk yang mestinya.
b. Diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 PP Nomor 6 Tahun 1969 tentang Pembebanan atas Impor yang diubah dan ditambah
14
terakhir dengan PP Nomor 26 tahun 1988 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1973.
c. Berupa kiriman hadiah.
d. Untuk tujuan keilmuan.
3. Pembayaran atas penyerahan barang yang dibebankan kepada belanja negara / daerah yang termasuk jumlah kurang dari Rp 2.000.000, - (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah).
4. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air minum / PDAM, benda-benda pos, dan telepon.
5. Impor kembali (re - impor), yang meliputi barang - barang yang telah di ekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang dama atau barang - barang yang telah di ekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Bea Cukai.
Pengecualian pemungutan PPh pasal 22 ini dilakukan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB).
6. Impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas untuk tujuan ekspor.
Pengecualian pemungutan PPh Pasal 22 tersebut di atas dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak. SKB tersebut diterbitkan oleh Kepala KKP atas nama Direktur Jenderal Pajak.
4 Pembayaran PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 adalah cicilan PPh pada tahun berjalan. Pada akhir tahun, pajak ini akan diperhitungkan menjadikan kredit pajak PPh badan atau PPh orang pribadi. PPh Pasal 22 yang berbentuk SSE, artinya PPh, Pasal 22 dibayar langsung ke bank persepsi pajak yang wajib pajak yang berhubungan pada saat transaksi. Transaksi yang wajib dibayar langsung adalah transaksi yang berkaitan dengan impor dan bendahara.
5. Kewajiban Membuat Bukti Pemungutan
Pemungutan PPh Pasal 22 selain wajib membuat bukti pungut juga wajib menyetor PPh yang dipungut dengan kode pajak 411122-900 ke bank persepsi, kemudian melaporkannya dalam SPT Masa PPh Pasal 22.
Sedangkan pihak yang dipungut mendapat bukti pungut dan dapat dikreditkan pada akhir tahun di SPT tahunan. Penjualan bahan bakar minyak dan gas ke agen atau penyalur dikenakan atas PPh bersifat final. Artinya, wajib pajak yang hanya memiliki usaha tersebut, maka hanya wajib lapor SPT tahunan yang dilampiri bukti potong.
6. e-Filing PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 dilaporkan paling lambat tanggal 20 setiap bulannya, melalui e-Filing Online Pajak, cara mudah dan cepat, serta tak perlu antre lagi. cukup impor file CSV SPT masa PPh Pasal 22 dari software e-SPT ke online Pajak, lalu lapor dan dapatkan bukti lapornya
16
dalam 1 klik saja. Penjualan bahan kabar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas
7. Objek dan Tarif PPh Pasal 22
Atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh pedusen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai berikut :
a. Bahan bakar minyak sebesar :
1) 0,25% ( nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak masuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual bahan bakar minyak yang dibeli dari Pertamina atau anak perusahaan Pertamina 2) 0,3% ( nol koma tiga persen) dari penjualan kepada stasiun
pengisian bahan bakar umum yang menjual bahan bakar minyak yang d beli selain dari Pertamina atau anak perusahaan Pertamina
3) 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjual tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk menjual kepada pihak selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b).
a. Pemungutan pph pasal 22
a) Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
b) Saat Terutang dan saat Pemungutan.
c) Pajak penghasilan Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penertiban surat pemerintah pengeluaran barang ( delivery order).
b. Cara pemungutan
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 wajib disetor oleh pemungutan ke kas negara melalui kantor pos, Bank Devisa, Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan Menggunakan Surat Setoran Pajak. Pemungutan pajak wajib menerbitkan Bukti pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangka 3 yaitu:
1. Lembar kesatuan untuk Wajib Pajak yang dipungut.
2. Lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22) dan
3. Lembar ketiga sebagai arsip pemungutan pajak yang bersangkutan.
a. Bahan bakar gas sebesar 0,3% ( nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
b. Pelumas sebesar 0,3% ( nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
B. Kerangka Konseptual
Di tengah pendemik PT Pertamina mengalami beberapa masalah seperti penurunan penjualan atas migas, turunnya harga minyak dunia ke level terendah dan nilai pertukaran rupiah atas dollar Amerika Serikat yang terus turun - naik. Oleh karena itu Direktur Pertamina tidak dapat mengalami keputusan untuk jangka pendek sebaliknya perseroan harus melihat kejadian - kejadian yang akan terjadi dalam jangka panjang dan untuk mengantisipasi kita harus menurunkan risiko dan operasional pada Pertamina dalam sehari - hari maupun dalam penyediaan BBM di masyarakat.
18
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
penyerahan BBM oleh Pertamina adalah 1 (satu) bulan takwim. Pemerintah daerah juga mengenakan pajak atas pembelian BBM ini yang disebut Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Sesuai dengan Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Serta ketentuan formal dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Manado Nomor 6 Tahun 2010 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah. Setiap Pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) pada PT. Pertamina oleh SPBU Sindulang pemungutan perpajakan yang dikenakan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%, PPh Pasal 22 sebesar 0,30% dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 termasuk ke dalam salah satu jenis pungutan atas Penjualan hasil produksi yang dilakukan Pertamina dan badan usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix dan gas
Tarif pajak penghasilan pasal 22 atas penjualan hasil produksi ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak (KEP) yang
Implementasi Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22
Penjualan dan Pembelian pada PT Pertamina
dihitung dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN dan bersifat tidak final, di antaranya:
1. Kertas: 0.1% dari DPP PPN 2. Semen: 0.25% dari DPP PPN 3. Baja: 0.3% dari DPP PPN 4. Otomotif: 0.45% dari DPP PPN
5. Semua jenis obat: 0,3% dari DPP PPN
DPP adalah harga jual, nilai ekspor/impor, penggantian, atau nilai yang dipakai sebagai dasar dari perhitungan besarnya pajak yang terutang.
DPP ini merupakan nilai dasar yang digunakan untuk menghitung pajak terutang seperti PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 ayat (2), dan PPN.
C. Metode Pelaksanaan Penelitian
Metode yang akan saya gunakan adalah metode Deskriptif yaitu metode yang dilakukan untuk mengetahui gambaran, keadaan atau fakta pada obyek yang akan diteliti dengan apa adanya, dengan cara mendeskripsikannya sedetail mungkin berdasarkan fakta yang ada.
1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak menggunakan media perantara) dan sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan. Data primer diambil secara langsung melalui wawancara dengan pihak yang terkait sedangkan data sekunder ini diambil melalui website resmi dan PT. Pertamina (www.pertamina.com) dan hasil dokumentasi dari penerepan whistleblowing system. Sumber data ini
20
berhasil dari laporan tahunan (annual report) dan laporan berkelanjutan (sustainability report) periode2012-2015.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Pertamina selama 2 (Dua) bulan terhitung mulai dari bulan Agustus sampai September 2021.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian seorang peneliti dapat mengumpulkan data dengan menggunakan teknik dokumentasi. Menurut Sugiyono (2013) dokumen dapat merupakan catatan peristiwa yang yang sudah berlalu.
Dokumen ini bias berbentuk tulisan, gambaran, atau karya – karya monumental dari seseorang. Dengan metode ini peneliti dapat menggumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga peneliti dapat memperoleh catatan – catatan yang berhubungan dengan penelitian, seperti: laporan tahunan (annual report) dan laporan lanjutan (sustainability report).
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : A. Studi Lapangan (Field Study)
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari obyek yang akan diteliti guna memperoleh data-data yang dibutuhkan dan gambaran permasalahan yang sesungguhnya terjadi di dalam perusahaan. Terdapat empat teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang terdiri dari :
1) Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan proses tanya jawab yang akan dilakukan terhadap pihak-pihak yang terkait
dengan obyek penelitian agar data yang diperoleh dapat relevan dengan permasalahan yang ada dalam perusahaan. Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan karyawan umum, Kepala Bagian Personalia, Direktur Administrasi dan Keuangan.
2) Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan. mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati dan mengetahui kegiatan pembayaran gaji karyawan, pembuatan faktur.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat dan menggunakan laporan-laporan dan catatan yang ada di perusahaan. Data yang dikumpulkan meliputi data tentang struktur organisasi perusahaan,deskripsi jabatan, laporan keuangan, produk dari PT. Pertamina dikota Makassar.
4. Teknik Analisa Data
Data yang berhasil disimpulkan akan dianalisa dan diproses dengan kriteria yang berdasarkan data yang telah dikumpulkan baik dari gambaran umum perusahaan sebagai objek dari yang meneliti. Dimana untuk mengetahui pengoptimalan pemungutan PPh pasal 22 Penjualan dan Pembelian pada PT Pertamina, maka peneliti dapat menggunakan metode deskriptif untuk memperkuat hasil penelitiannya.
22
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT. Pertamina (SPBU)
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan ujung tombak penyaluran Bahan Bakar Minyak ( BBM ) khususnya BBM kendaraan bermotor. Sesuai dengan kebijakan Pertamina, pengusahaan SPBU diserahkan kepada swasta yang diharapkan mampu mengelolah usaha SPBU secara efisien dan aman.
Keberadaan SPBU merupakan salah satu jawaban terhadap pembangunan penyaluran BBM dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan telah dirasakan penyalurannya.
Dalam pengoperasian SPBU seperti halanya perminyakan yang lain mengundang potensi bahaya seperti kebakaran,pencemaran dan atau gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya.
Untuk mengintervensi dampak tersebut diatas maka disusunlah Upaya Pengelolaan Lingkungan ( UKL ) agar dampak negatif yang akan timbul dapat diminimalkan dan dampak positifnya dapat dioptimalkan.
Selain itu disusun pula Upaya Pemantauan Lingkungan ( UPL ) untuk pemantauan dampak yang akan timbul agar dapat diketahui secara dini, dan sekaligus dijadikan umpan balik terhadap pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi penyempurnaan pengelolaan lingkungan.
Penyusunan UKL dan UPL merupakan persyaratan bagi SPBU berdasarkan panduan keselatan kerja dan lingkungan – lingkungan yang diterbitkan oleh direktur perbekalan pemasaran dalam negeri pertamina yang merupakan penjabaran dari peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang AMDAL.
B. Struktur Organisasi / Job Description
Gamabar 2. 2 Struktur Pertamina
24
1. Presdir Direktur
Merupakan bagian yang bekerja sebagai pimpinan yang bertugas menjalankan perusahaan. Ada pula tugas sebagai seorang Presdir Direktur :
a. Memimpin serta mengendalikan segala urusan SPBU.
b. Menjalankan pendapatan SPBU.
c. Pengorganisasian dan pengendalian kegiatan penyediaan serta peralatan perlengkapan.
d. Menyusun dan mengembangkan sumber – sumber penerimaan serta pengkajian hasil perusahaan.
2. Manager / Dealer
Tugas Manager SPBU adalah :
a. Menggantikan SPBU terhadap pertamina.
b. Menentukan keputusan – keputusan internal SPBU.
c. Memenuhi sistem penyediaan BBM.
d. Melaksanakan manajemen personalia SPBU.
3. Supervisor
Bidang yang menguji implementasi tugas dalam menjalankan usaha yang sedang dikelola serta menilai hasil yang diperoleh bersangkutan dalam pencapaian tujuan perusahaan, untuk mengetahui masalah – masalah yang ada di dalam instansi.
Tugas Supervisor yaitu :
a. Tugas mengenai kelancaran seluruh kegiatan operasional.
b. Mengontrol sesuai kualitas dan kualitas BBM.
c. Mengontrol penjualan serta persediaan BBM.
4. Pengawas /foreman BBM
Pengawas adalah upaya sistematik yang menentukan kinerja standar terhadap perencanaan,melaksanakan kinerja aktual yang sudah ditetapkan .
tugas pengawas adalah sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan dalam proses penjualan BBM.
b. Bertanggung jawab terhadap kegiatan penjagaan alat dan fasilitas.
c. Pengorganisasian kegiatan shift.
d. Pengerjaan kegiatan administrasi umum.
e. Memenuhi penyusunan transaksi keuangan 5. Staff Administrasi
Pihak yang melaksanakan pencatatan dan segala objek yang berkaitan dengan administrasi yang ada pada SPBU.
Tugas Staff Administrasi yaitu :
a. Menjalankan kegiatan surat – menyurat,dokumentasi dan pengarsipan.
b. Menjalankan kegiatan pelayanan kantor, menyediakan fasilitas dan layanan administrasi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam menunjang fluensi operasional insansi.
c. Melaksanakan konsep dan menguji kerja harian serta bulanan untuk meyakinkan terwujudnya kualitas tujuan kerja yang di persyaratkan dan sebagai sampel informasi kepada pimpinan.
6. Operator
Orang yang bertatap muka serang langsung dengan konsumen pada saat pengisian BBM.
26
Tugas – tugas operator adalah :
a. Melayani pelanggan dalam pengisian BBM.
b. Melindungi kebersihan lingkungan dan alat.
c. Memenuhi kegiatan pemulihan harian untuk pompa,tangki, dan generator.
d. Memenuhi pembersihan rutin setiap fasilitas dalam kompleks SPBU.
7. Office boy
Memenuhi pembersihan di area SPBU setiap hari.
Tugas office boy adalah :
a. Memenuhi pembersihan rutin serta seluruh fasilitas dalam kompleks SPBU.
b. Melindungi kebersihan lingkungan dan alat.
8. Security
Orang yang memenuhi penjagaan terhadap segala kegiatan yang ada pada SPBU.
Tugas dari security yaitu:
a. Memenuhi penjagaan yang berkenaan dengan sarana dan fasilitas pekerja serta pelanggan disekitar SPBU.
b. Mengontrol ketertiban arus lalu lintas kendaraan pelanggan disekitar SPBU.
C. Hasil Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan yang menjadikan bagian dalam penelitian yaitu “Implementasi Pemungutan PPh Pasal 22 Penjualan dan Pembelian pada PT.Pertamina dikota makassar”, dengan metode penelitian deskriptif.
1. Pemugutan PPh Pasal 22 atas Penjualan BBM
Tabel 3.1 Bukti Pemungutan Penjualan Tahun 2019
Masa Pajak
Uraian Harga Tarif (%)
PPh yang dipungut (RP) januari BBM, Gas,dan
Pelumas ( Final)
5.396.277.720 0,25 13.490.695
Februari BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.989.654.176 0,25 12.474.139
Maret BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.425.406.264 0,25 13.563.520
April BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.625.332.256 0,25 14.063.335
Mei BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.530.124.120 0,25 13.825.315
Juni BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.280.044.560 0,25 13.200.116
Juli BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.565.950.208 0,25 13.914.880
agustus BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.600.888.224 0,25 14.002.225
September BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.615.866.944 0,25 14.039.672
Oktober BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.472.096.352 0,25 13.680.246
November BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.700.558.880 0,25 14.251.402
Desember BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.041.599.716 0,25 15.104.004
Total 65.243.799.420 165.609.549
( Sumber : Data diolah dari SPBU 2021)
28
Gambar 2.3 PPh yang dipungut pada Penjualan BBM Tahun 2019 Dengan mengamati diagram batang diatas,kita dapat mengetahui bahwa jumlah Penjualan BBM pada pertamina Talasalapang dari bulan januari sampai desember. Pada bulan januari penjualannya sebesar Rp 13.490.695,dan bulan februari penjualannya menurun sebesar Rp 12.474.139, bulan maret penjualannya kembali meningkat sebesar Rp 13.563.520,bulan april meningkat sebesar Rp 14.063.335. dan bulan – bulan berikutnya masih sama dengan hasil sebelumnya dimana penjualannya naik – turun atau tidak stabil. Selama setahun penjualan yang paling tinggi terdapat pada bulan Desember .
Tabel 3.2 Bukti Pemungutan Penjualan Tahun 2020
Masa Pajak Uraian Harga Tarif (%)
PPh yang dipungut (RP) januari BBM, Gas,dan
Pelumas ( Final)
5.518.512.684 0,25 13.796.285 0
2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000
PPh yang Dipungut
Februari BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
5.012.396.088 0,25 12.530.995
Maret BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.517.395.148 0,25 11.293.492
April BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
2.749.742.936 0,25 6.874.360
Mei BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
3.060.122.220 0,25 7..650.309
Juni BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
3.609.006.608 0,25 9.022.520
Juli BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
3.928.399.772 0,25 9.821.003
Agustus BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.280.533.000 0,25 10.701.337
September BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.546.161.124 0,25 11.365.407
Oktober BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.298.301.728 0,25 10.745.759
November BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.367.149.092 0,25 10.917.877
Desember BBM, Gas,dan Pelumas ( Final)
4.465.465.468 0,25 11.163.668
Total 50.353.185.868 0,25 125.883.012
( Sumber : Data diolah dari SPBU 2021)
30
Gambar 2.4 PPh yang dipungut pada Penjualan BBM Tahun 2020
Berdasarkan data yang diungkap dalam bukti pemungutan yang dilakukan oleh PT. Pertamina (SPBU) Talasalapang sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) PMK No 107/PMK.010/2015 mengenai tarif yang digunakan untuk menghitung PPh pasal 22 yang terutang sebesar 0,25% dari harga penjualan tidak termasuk PPN dan bersifat Final, di mana pemungutan dari BBM, Gas, dan Pelumas pada pemungutan tahun 2019 – 2020 dapat kami simpulkan bahwa tahun 2019 lebih banyak PPh yang dipungut sebesar RP.165.609.549 dibandingkan dengan tahun 2020 PPh yang dipungut adalah RP.125.883.012. Oleh karena itu kita diwajibkan untuk selalu melaporkan pendapatan yang diperoleh baik WP Badan maupun WP karena dapat mempengaruhi Pertambahan Nilai pada Bendahara Pemerintah.
0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000
PPh yang dipungut
PT.Pertamina (SPBU)Talasalapang dalam pemungutannya tidak hanya dilakukan dalam sistem tunai saja tapi juga bisa dilakukan dengan pembayaran non tunai.
2. Penyetoran PPh Pasal 22 atas Pembelian BBM Tabel 3.3 Bukti Penyetoran Pembelian Tahun 2019
Masa Pajak
Nama Produk Trip /Rit
Jumlah
Januari
Pertalite Pertamax Bulk
3 1
180.160.851 80.097.021
Februari
Pertalite Pertamax Bulk
4 1
240.214.468 77.291.064
Maret
Pertalite Pertamax Bulk
4 1
240.214.468 77.291.064
April Pertalite 4 240.214.468
Mei
Pertalite Pertamax Bulk
4 1
300.268.085 77.291.064
Juni
Pertalite Pertamax Bulk
4 1
240.214.468 77.291.064
Juli Dexlite 1
39.828.511
Agustus
Pertalite Pertamax Bulk
4 1
240.214.468 76.051.064
September
Pertalite Pertamax Bulk
4 1
240.214.468 76.051.064
Oktober
Pertalite Pertamax Bulk
2 1
120.107.234 76.051.064
32
November Pertalite 5 300.268.085
Desember
Pertalite Pertamax Bulk
3 1
180.160.851 76.051.064
Total 2.253.371.939
(Sumber : Data diolah dari SPBU 2021)
Tabel 3.4 Bukti Penyetoran Pembelian Tahun 2020
Masa Pajak Nama Produk Trip /Rit
Jumlah
Januari Pertalite 3 180.160.851
Februari
Pertalite Pertamax Bulk
3 1
180.160.851 69.236.596
Maret
Premium Biosolar B3D
4 1
198.144.000 39.193.565
April Pertalite 3 180.160.851
Mei
Pertalite Pertamax Bulk
Dexlite
1 1 1
60.053.617 68.236.596 36.222.553
Juni Pertalite 2 120.107.234
Juli Pertalite 1
60.053.617
Agustus Pertalite 3 180.160.851
September
Premium Solar
6 1
297.216.000 39.193.565
Oktober
Premium Solar
8 1
396.288.000 39.193.565
November Premium 1 49.536.000
Desember Pertalite 1 60.053.617
Total 3.255.545.958
( Sumber : Data diolah dari SPBU 2021)
Dari data penyetoran pembelian pada PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang diatas khususnya untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (Premium,Pertalite,Solar, Pertamax,dan Dexlite ) pada tahun 2019 sebesar RP.2.253.371.939. Dibandingkan dengan tahun 2020 penyetoran pembeliannya sebesar RP.3.255.545.958,dari PT.ANUGRAH FITRI HIDAYAH kepada PT. Pertamina (SPBU) Talasapang yang melakukan penyetoran kepada Bank yang telah ditunjukkan oleh PT. ANUGRAH FITRI HIDAYAH dengan menggunakan formulir setoran pembayaran yang harus dilaporkan setip bulannya, penyetoran dan pelaporan PT.Pertamina (SPBU) talasalapang sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, di mana penyetoran dilakukan 1 hari sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang ditembus dan pelaporannya dilakukan paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.
Tabel 3.5 Bukti Pemungutan dan Penyetoran BBM Tahun 2019 – 2020
Tahun Bukti Pemungutan Bukti Penyetoran
2019 165.609.549 2..253.371.939
2020 125.883.012 3.255.545.958
(sumber : Data diolah dari SPBU 2021)
34
Gambar 2.5 Bukti Pemungutan dan Penyetoran BBM Tahun 2019 – 2020 Berdasarkan data pemungutan PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang dapat kami simpulkan bahwa pemungutan ditahun 2019 sejumlah Rp.
156.609.549 mengalami peningkatan yang sangat pesat Rp. 2.253.371.939 sedangkan pada tahun 2020 merupakan tahun terburuk dalam PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang hal ini disebabkan karena tahun 2020 mengalami masalah perekonomian yang diakibatkan oleh wabah Covid – 19, pemungutan ditahun 2020 sebesar Rp. 125.883.012 sedangkan penyetorannya sebesar Rp. 3.255.545.958.
Pemungutan pada SPBU untuk penjualan BBM 0,25% ( nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak masuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada stasiun pengisian bahan bakar umum yang menjual Bahan Bakar Minyak yang dibeli dari PT.Pertamina atau anak perusahaan Pertamina.
Pada tahun 2019 BBM yang terjual sebesar 224.000 KL, dan tahun 2020 sebesar 361.000 KL.
165.609.549
125.883.012 2.253.371.939
3.255.545.958
0 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000
2019 2020
Bukti Pemungutan Bukti Pembayaran
Berdasarkan hasil wawancara kepada karyawan PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang adalah sebagai berikut:
Informan 1 Bapak HERI sebagai karyawan
“ pelaporan dan penyetoran tidak memiliki kendala sama sekali sehingga penyetoran dan pelaporan dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada kendalan sama sekali, karena PT. Pertamina (SPBU) Talasalapang menerima hasil laporan dari kantor KPP Madya Makassar”.
Informan 2 Bapak KARIM sebagai karyawan
“Proses pemugutannya dilakukan dengan mengumpulkan dari hasil penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah pengeluaran barang ( delevery order )”.
Informan 3 Bapak SYAHRUL sebagai karyawan
“pemugutannya melalui pengumpulan dari hasil pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mana langsung disetor oleh pemungut kas negara melalui bank yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ( SSP)”.
Dari hasil wawancara diatas dapat kami simpulkan bahwa PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang menerima hasil laporan dari kantor KPP Madya Makassar sehingga pada saat pelaporan dan penyetoran tidak memiliki kendala atau hambatan karena pertamina talasalapang hanya menerima hasil yang bersih, selain itu proses pemungutan PPh Pasal 22 pada penjualan PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang yaitu pemungutannya dari hasil penjualan BBM yang mana dipungut pada saat penertiban surat perintah pengeluaran barang, berbeda dengan proses pemungutan penjualan, pemungutan PPh Pasal 22 pada pemungutan pembelian BBM yang langsung disetor oleh pemungut kas negara melalui bank yang telah ditentukan oleh Menteri Keuangan.
36
Dalam PPh Pasal 22 pelaporan pemungutannya harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir dan penyetorannya dilaksanakan paling lambat pada tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir, pemungutan PPh Pasal 22 pada penjualan dan pembelian yaitu bersifat tidak final dan dapat diperhitungkan sebagai PPh dalam tahun berjalan bagi Wajib Pajak yang dipungut.
D. Pembahasan
Pada tabel 3.1 jumlah pemungutan ditahun 2019 berjumlah 165.609.549, sedangkan tahun 2020 berjumlah Rp. 125.883.012 mengalami penurunan yang lumayan besar berjumlah Rp. 39.726.537 disebabkan oleh dampak Covid - 19 di mana dilaksanakannya Lockdown dan tidak ada kegiatan atau aktivitas di luar rumah,serta melemahnya nilai tukar rupiah,sehingga pendapatan mengalami menurunan .
Pada Tabel 3.3 bukti penyetoran pada pembelian terhadap BBM ( Premium,Pertalite,Pertamax,Solar,dan Dexlite) tahun 2019 berjumlah Rp.
2.253.371.939.sedangkan tahun 2020 berjumlah Rp. 3.255.545.958, yang mengalami peningkatan di mana kita harus menyesuaikan dengan harga minyak dunia,agar dapat menyesuaikan pendapatan pertamina atau bendahara.
Dalam pemungutan ,penyetoran dan pelaporan PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang tidak memiliki hambatan atau masalah dalam mengelolah data – data tersebut, selain itu Bahan Bakar Premium juga terbatas serta melaksanakan program Langit Biru yang bertujuan untuk mengendalikan dan
mencegah pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun bergerak. Pada kedua tabel tersebut dapat kami simpulkan bahwa pendapatan yang tertinggi terdapat pada tahun 2019 di mana tahun itu mencapai Rp. 165.609.549 dibandingkan dengan tahun 2020 yang mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya yang disebakan oleh Covid – 19, selama pandemik banyak motivasi yang diambil di mana kita harus terus semangat jangan mudah menyerah meskipun negara dalam keadaan tidak baik.
Pada saat ini banyak masyarakat yang mengeluh karena BBM Premium ditiadakan sehingga harus beralih ke BBM yang lain seperti pertelite,pertamax dan lain - lainnya dan untuk selalu memastikan memenuhi kebutuhan BBM di masyarakat, pertamina tersebut memberikan kekuatan ketahanan terhadap pasokan BBM, penjualan BBM pada pedagang eceran juga memberikan keuntungan bagi pertamina sebagai pertambahan pendapatan.
PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang juga memberikan keringanan atau solusi bagi konsumen yang ingin membayar BBM tanpa menggunakan uang cash dengan melalui aplikasi yang telah disediakan oleh pertamina tersebut sehingga konsumen tidak perlu khawatir apabila Anda lupa membawa uang cash dengan adanya aplikasi yang disediakan oleh pertamina tersebut sangat membantu konsumen.
Hambatan dalam PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang yang sering timbul adalah digitalisasi nozzle yang tidak berfungsi pada saat digunakan,
38
oleh karena itu pihak pertamina harus terus melaporkan apa saja yang harus dibenahi atau dilengkapi agar pelayanan terhadap konsumen lebih baik.
Pelaksanaan pembelian BBM di SPBU Talasalapang mulai memperlakukan harga BBM yang jenis pertalite sama dengan harga BBM bersubsidi jenis premium,dengan harga khusus pembelian Pertalite seharga Premium yakni Rp 6.450 per liternya yang dilaksanakan secara bertahap diperuntuhkan bagi konsumen kendaraan beroda 2,roda 3,dan mobil ber plat kuning seperti angkutan umum kota. Pembelian BBM jenis Pertamax dan Pertamax Turbo mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
Dengan melalui pembayaran tunai maupun non tunai serta menggunakan aplikasi My Pertamina yang diterima baik oleh konsumen dan Digitalisasi yang berfungsi untuk meningkatkan pelayanan pertamina kepada konsumen yang semakin nyaman bertransaksi secara non tunai dimana penghitungan pendapatan yang lebih cepat dan akurat, Serta Pertamina dapat mengetahui apabilah persediaan produk BBM akan habis.
Pelaksaan penjualan BBM di SPBU menjadi meningkat apabila pemerintah memberikan hari libur bersama biasanya penjualan BBM mengalami peningkatan, jenis BBM Pertamax adalah produk BBM Pertamina yang berkualitas tinggi dengan kandungan Research Octane Number (RON).
Produk yang dilengkapi dengan Ignition Boost Formula (IBF) sehingga mesin menjadi lebih responsif serta meningkatkan akselerasi dan performa mesin kendaraan. Produk BBM jenis Pertamax juga ramah lingkungan mengingat emisi gas buangnya memiliki kadar karbon yang rendah sesuai dengan standar Euro 4. Penjualan BBM sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
Pemerintah No.1 tahun 2006 Tentang Besaran dan penggunaan Iuran Badan Usaha Dalam Kegiatan Usaha Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dengan realiasasi total volume.
Fenomena Antrian di SPBU di sebabkan karena beberapa SPBU kehabisan atau kosongnya stok BBM jenis premium,pertalite dan pertamax sehingga terjadi antrian yang sangat panjang serta ada 2 (dua) SPBU yang terlihat menutup jalur pengisian yaitu pengisian pertalite dan pertamax, alasan petugas SPBU adalah stok masih dalam pengiriman. Sales Branch Manager Rayon l TPBBU Pertamina ,l Made Mega yang ditemui , sabtu siang (6 /11/21) mengatakan bahwa stok dan pengiriman dari Pertamina masih normal, hanya Bahan Bakar jenis Pertamax yang masih dalam pengiriman menggunakan kapal dari Wayame. Ia pun secara langsung turun mengecek ke sejumlah SPBU dan memberikan arahan kapada pengelola SPBU agar tidak melakukan penjualan berulang dan penjualan kepada warga menggunakan jirgen,yang menyebabkan stok mudah kosong dan diambil oleh oknum pengecer yang tidak resmi Pertamina. Selain itu, jumlah mobilitas dan kuantitas kendaraan juga menjadi salah satu faktor stok BBM di SPBU mudah habis,kemungkinan karena pembatasan masyarakat yang sudah normal dan mulai kembalinya beraktifitas proyek – proyek. Ia memberikan contoh saat masa pandemik stok aman, karena jumlah pengandara tidak sebanyak saat ini.
40
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan peneliti yang telah ditetapkan serta hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Pelaksanaan Pemungutan pada PPh Pasal 22 PT.Pertamina (SPBU) Talasalapang di mana BBM, Gas, dan Pelumas dengan ketentuan PPh yang terutang sebesar 0,25% dari harga penjuan dan pembelian dalam pelaporan PPh Pasal 22 yang telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku,.Sesuai dengan peraturan PMK dan Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pelaksaan penjualan BBM di SPBU menjadi meningkat apabila pemerintah memberikan hari libur bersam, dan Pelaksanaan pembelian BBM di SPBU Talasalapang mulai memperlakukan harga BBM yang jenis pertalite sama dengan harga BBM bersubsidi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang merupakan saran penulis yaitu:
1. Sebagai WP atau WP Badan kita harus mengingat sebagai salah satu kewajiban untuk selalu membayar Pajak serta selalu tepat waktu.
2. Terkhusus WP Badan harus selalu melakukan pelaporan terhadap KKP yang sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.
41
DAFTAR PUSTAKA
B. IIyas, Wirawan., dan Rudy Suhartono. (2013) Praktikum Perpajakan.
Jakarta: In media.
Diana, Anastasia., dan Lilis Setiawati. (2014) Perpajakan Teori dan Peraturan Terkini. Yogyakarta : Yogyakarta
.
Kasim, Chindy Vindy Lisy., dan Ventje lalat. (2016).Perhitungan, Pemungutan,dan Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 atas Belanja Barang pada Korem 131 Santiago Manado. Jurnal EMBA.
4.NO. 1.Manado
Lestari, Indria,dan Kumala setia. (2017). Prosedur Perhitungan Pemungutan Pencatatan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 22 atas Penjualan Bahan Bakar di PT ABC. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
19,no. 1a. Jakarta
Mardiasmo.( 2016) Perpajakan. Bulak Sumur : Yogyakarta
Mapanawang, Mario Angelita., dan Jullie Sondakh. (2018). Evaluasi Penerapan PPh pasal 22 atas Pembelian Barang yang di Biayai dengan APBN dipengadilan Tata Usaha Negara Manado. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. 13 (2). Manado
Miranda, Astrid. (2017). Mekanisme Pemungutan, dan Pelaporan PPh Pasal 22 pada PT Raya. Laporan Pajak. 21.no.1. Jakarta
Riftiasari, Dinar. (2018). Analisis Pemungutan dan Pemotongan atas Pajak Penghasilan Final dan Tidak Final Bendahara Pengeluaran Kementerian. Ejournal. 5 no 2. Jakarta
Rifandi, Agil; Novi Budiarso.(2016). Analisis Pemungutan dan Pelaporan Pajak PPh Pasal 22 atas Kegiatan Impor Barang pada Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea Cukai Kota Manado. EMBA. 4 No 1. Manado
Sondak, Mattheus Reza. (2013). Evaluasi Perhitungan dan Pelaporan Pajak PPh 22 atas Import Barang. Jurnal EMBA 1 no 3. Manado
Wae,Dominika.,dan Harijanto Sabijino.(2019). Analisis Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 22 atas Pengadaan Barang pada Kantor Perwakilan Pemda Kabupaten Kepulauan Talaud di Manado.
Akuntansi Indonesia. Volume 1. Manado
42
(https://ahlipajak.com/aspek‐perpajakan‐atas‐spbu/ 5 April 2021)
(https://apepi.id/subpanduan/29/03/2019/pph‐pasal‐22‐﴾pemungutan‐pajak‐
atas‐expor‐dan‐impor 10 April 2021)
(https://bisnis.tempo.co/read/1344581/hadapi‐3‐masalah‐sekaligus‐
pertamina‐kondisi‐cukup‐menantang 10 April 2021)
(http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/776/5/118330235_file5.pd 15 April 2021 )
(https://www.coursehero.com/file/18557152/Document/ 15 April 2021 ) (https://www.coursehero.com/file/51051706/Makalah‐Ph‐Pasal‐22docx 20
April 2021 )
LAMPIRAN I
SURAT PENELITIAN
44
Tanggal 30 September 2021
LAMPIRAN 2
DAFTAR PERTANYAAN DAN HASIL WAWANCARA
a. PERNYATAAN
I. PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 PENJUALAN