• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTIK KELAYAKAN POTENSI GEOSITE NGALAU BASUREK, NGALAU TALAGO, DAN AIR TERJUN BATANG TAYE SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTIK KELAYAKAN POTENSI GEOSITE NGALAU BASUREK, NGALAU TALAGO, DAN AIR TERJUN BATANG TAYE SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

KELAYAKAN POTENSI GEOSITE NGALAU BASUREK, NGALAU TALAGO, DAN AIR TERJUN BATANG TAYE SEBAGAI KAWASAN

GEOWISATA

Dipersiapkan oleh : Berliyani Sari

118150015

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Kelayakan Potensi Geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye sebagai Kawasan Geowisata

2. Nama Lengkap : Berliyani Sari

3. NIM : 118150015

4. Institusi : Institut Teknologi Sumatera

5. Tempat : Geopark Silokek, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat 6. Waktu Pelaksanaan : 25 Agustus- 27 September 2021

Lampung Selatan, 18 Oktober 2021 Mengetahui,

Dosen Pembimbing KP Mahasiswa,

Rikza Nur Faqih An Nahar, S.T., M.T. Berliyani Sari NRK.1997 0102 2020 2156 NIM.118150015

Menyetujui

Koordinator Program Studi Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera

Bilal Al Farishi, B.Sc (Hons)., M.Sc.

NIP.199208212019031023

(3)

ABSTRAK

Geopark terdiri dari keragaman geologi, keragaman hayati, dan keragaman budaya.

Geopark Silokek merupakan salah satu geopark yang ada di Indonesia. Pengamatan geosite pada kawasan Geopark Silokek merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan agar geosite yang ada memiliki konsep perkembangan yang sesuai dengan nilai standar. Salah satu geosite di kawasan Geopark Silokek yang masih memerlukan pengembangan dan riset lanjutan untuk dapat disahkan oleh UNESCO salah satunya adalah geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye. Setelah melakukan pengamatan di lapangan, didapatkan data-data yang selanjutnya dapat diolah dan dianalisis menggunakan parameter penilaian standar oleh Kubalikova (2013) dan Pusat Survei Geologi (2017). Adapun aspek- aspek yang dinilai pada parameter Kubalikova (2013) antara lain: nilai pendekatan ilmiah dan intrinsik, nilai pendidikan, nilai ekonomi, nilai konservasi dan nilai tambahan. Beberapa aspek penilaian yang ada di Pusat Survei Geologi (2017) adalah asessmen nilai - nilai sains, edukasi, pariwisata dan degradasi. Dengan metode ini, maka dapat diketahui besar bobot-bobot penilaian pada masing-masing aspek sehingga didapatkan skor total parameter geosite Ngalau Basurek 70,8% dan 305, Ngalau Talago 68,8% dan 266,25, dan Air Terjun Batang Taye 66,3% dan 242,5. Sehingga geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago dan Air Terjun Batang Taye termasuk ke dalam lokasi yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi geowisata. Perlu adanya peningkatan infrastruktur dan fasilitas sehingga segala potensi yang ada di tiap geosite dapat di maksimalkan lebih baik lagi.

Kata kunci: geopark, geosite, penilaian, pembangunan

(4)

ABSTRACT

Geopark consists of geological diversity, biodiversity, and cultural diversity.

Silokek Geopark is one of the geoparks in Indonesia. Geosite observation in the Silokek Geopark area is an activity that is very much needed so that the existing geosite has a development concept that is in accordance with standard values. One of the geosites in the Silokek Geopark area that still requires further development and research to be approved by UNESCO, one of which is the Ngalau Basurek, Ngalau Talago, and Batang Taye Waterfall geosites. After making observations in the field, data were obtained which could then be processed and analyzed using standardized assessment parameters by Kubalova (2013) and the Center for Geological Survey (2017). As for the aspects that are assessed on the parameters of Kubalikova (2013), among others; scientific approach and intrinsic value, educational value, economic value, conservation value and additional value.

Several aspects of the assessment at the Center for the Geological Survey (2017) are assessments of the values of science, education, tourism and degradation. With this method, it can be seen the weights of the assessment in each aspect so that the total score of the Ngalau Basurek geosite parameters is 70.8% and 305, Ngalau Talago is 68.8% and 266.25, and Batang Taye Waterfall is 66.3% and 242.5. So the geosites Ngalau Basurek, Ngalau Talago and Batang Taye Waterfall are included in locations that have the potential to be used as geotourism locations. It is necessary to improve infrastructure and facilities so that all the potential that exists in each geosite can be better maximized.

Keywords: geopark, geosite, assessment, development

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan laporan kerja praktik ini dengan judul “Kelayakan Potensi Geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye sebagai Kawasan Geowisata”. Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk mengajukan diri dalam kerja praktik di Geopark Silokek, Sumatera Barat.

Selain itu untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yaitu Kerja Praktik.

Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan. Ucapan terimakasih ini disampaikan kepada:

1. Bapak Rikza Nur Faqih An Nahar, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing Kerja Praktik yang telah memberikan pengarahan dalam kerja praktik ini.

2. Ibu Bella Restu Juliarka, S.T., M.Eng., selaku koordinator Kerja Praktik angkatan 2018.

3. Kedua Orang Tua, Kakak, Adik yang telah memberikan dukungan secara moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

4. Bapak Ridwan, S.Hut., selaku pembimbing lapangan Kerja Praktik di Geopark Silokek yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melaksanakan Kerja Praktik.

5. Seluruh Perangkat Desa Silokek, Kecamatan Sijunjung yang telah menerima dan membantu penulis selayaknya keluarga sendiri selama berada di Desa Silokek.

6. Teman-teman KP dan rekan lainnya yang selalu memberikan masukan serta semangat kepada penulis.

Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Lampung Selatan, 18 Oktober 2021 Penulis,

Berliyani Sari

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

I.1 Latar Belakang ...1

I.2 Rumusan Masalah ...1

I.3 Tujuan Penelitian ...2

I.4 Manfaat Penelitan ...2

I.5 Batasan Masalah ...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...3

II.1 Geologi Regional Daerah Penelitian...3

II.2 Stratigrafi Daerah Penelitian ...4

II.3. Geomorfologi Daerah Penelitian ...6

II.4 Struktur dan Tektonika ...8

II.5. Pengertian Geopark ...10

II. 6 Geodiversity, Biodiversity, dan Cultural Diversity Geopark Silokek ...12

II.6.1 Geodiversity ...12

II.6.2 Biodiversity ...14

II.6.3 Cultural Diversity...14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...16

III.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...16

III.2. Alat dan Bahan ...16

III.3. Tahapan Penelitian ...17

III.3.1. Melakukan Studi Literatur ...17

III.3.2 Observasi dan Pengambilan Data ...17

III.3.3. Pengolahan dan Analisis Data ...17

III.3.4. Penyusunan Laporan ...17

III.4 Diagram Alir Penelitian ...22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...24

IV.1. Penilaian Kubalikova (2013) ...24

(7)

IV.1.1. Aspek Pendekatan Ilmiah dan Intrinsik ...24

IV.I.2. Aspek Pendekatan Edukasi ...31

IV.1.3. Aspek Nilai Ekonomi ...36

IV.1.4. Aspek Nilai Konservasi ...40

IV.1.5. Aspek Nilai Tambahan ...43

IV.2. Penilaian menggunakan Pusat Survei Geologi (2017) ...51

IV.2.1. Penilaian Sains ...51

IV.2.2. Nilai Edukasi ...52

IV.2.3. Nilai Pariwisata...53

IV.2.4. Nilai Degradasi ...54

IV.3. Sumber Daya Manusia ...55

IV.4. Rekomendasi ...56

BAB V KESIMPULAN ...61

DAFTAR PUSTAKA ...62

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1. Titik geosite daerah penelitian ...3

Gambar II. 2. Peta Geologi Regional Lembar Solok (Silitonga dan Kastowo, 1995) (Daerah penelitian kotak hitam) ...4

Gambar II. 3. Peta Geologi Desa Silokek ...6

Gambar II. 4. Morfologi Karst ...7

Gambar II. 5. Point Bar...7

Gambar II. 6. Morfologi denudasional ...8

Gambar II. 7. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti dkk, 2001)...9

Gambar II. 8. Breksiasi di singkapan granit ...10

Gambar II. 9. Analisis kekar singkapan granit ...10

Gambar II. 10. Komponen Pengembangan Geopark (Fadhly, 2020) ...11

Gambar II. 11. Ngalau Basurek...13

Gambar II. 12. Ngalau Talago ...13

Gambar II. 13. Bunga Berdaun Satu (Monophyllaea) (Kusuma, 2019) ...14

Gambar II. 14. Perkampungan Adat (Kusuma, 2019) ...15

Gambar III. 1. Diagram Alir Penelitian ...22

Gambar IV. 1. Penambangan Liar...25

Gambar IV. 2. Coretan di (a) Ngalau Basurek (B) Ngalau Talago ...26

Gambar IV. 3. Sampah plastik dan daun...26

Gambar IV. 4. Atraksi yang ditawarkan yaitu: (a). arung jeram (b). panjat tebing ...27

Gambar IV. 5. (a). Stalaktit (kotak jingga) dan stalakmit (kotak hijau) (b). Ornamen Tiang (column) ...27

Gambar IV. 6. Ornamen flowstone ...28

Gambar IV. 7. Vein ...28

Gambar IV. 8. (a) batugamping (b). marmer ...29

Gambar IV. 9. (a). Granit (b). kekar di Air Terjun Batang Taye ...29

Gambar IV. 10. Analisis kekar Air Terjun Batang Taye ...29

Gambar IV. 11. Publikasi ilmiah (a). Applicable Innovation of Engineering and Science Research (AVoER) (b). Jurnal Pembangunan Nagari ....30

Gambar IV. 12. Publikasi mengenai penjelasan fitur geologi geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye. ...33

Gambar IV. 13. Leaflet...33

Gambar IV. 14. Papan Interpretasi ...34

Gambar IV. 15. Kegiatan pembelajaran di: (a) Ngalau Basurek (b) Ngalau Talago (sumber: instagram.com) ...34

Gambar IV. 16. Kegiatan di Air Terjun Batang Taye ...34

Gambar IV. 17. Papan informasi...35

Gambar IV. 18. Petunjuk arah Air Terjun Batang Taye ...35

Gambar IV. 19. Lokasi (a) Ngalau Basurek (b) Ngalau Talago pada platform Google Maps sebagai penunjuk arah (sumber: google maps) ...36

Gambar IV. 20. Area parkir geosite: (a) Air Terjun Batang Taye (b) Ngalau Talago (c) Ngalau Basurek...38

Gambar IV. 21. Beberapa infrastruktur yang ada yakni (a). mushola (b). spot foto (c). kotak sampah (d). pos penjagaan (e). gazebo (f). toilet ...39 Gambar IV. 22. (a). ikat kepala (b). teh Gaharu (c). kerajinan dari batok kelapa.39

(9)

Gambar IV. 23. Risiko nyata (a). jalanan licin di Ngalau Basurek (b). medan yang terjal dan licin di Ngalau Talago (c). pohon tumbang di Air

Terjun Batang Taye ...41

Gambar IV. 24. Risiko berpotensi (a). banjir bandang di Ngalau Basurek (b). longsoran di Ngalau Talago (c). banjir bandang di Air Terjun Batang Taye ...42

Gambar IV. 25. Tari Mandulang Ameh ...45

Gambar IV. 26. Randai ...45

Gambar IV. 27. Tulisan di Ngalau Basurek ...45

Gambar IV. 28. Bunga Berdaun Satu...46

Gambar IV. 29. (a). Laba-laba (b). Kaki seribu (c). Bunglon (d). Sipungguak ...46

Gambar IV. 30. Kawasan Hutan di Air Terjun Batang Taye ...46

Gambar IV. 31. Struktur ruang dan pemandangan tampak depan di Ngalau Basurek ...48

Gambar IV. 32. Struktur ruang dan pemandangan di sekitar Ngalau Basurek ...48

Gambar IV. 33. Struktur ruang dan pemandangan dari dalam Ngalau Basurek ....48

Gambar IV. 34. Struktur ruang dan pemandangan Air Terjun Batang Taye ...49

Gambar IV. 35. Struktur ruang dan pemandangan di sekitar Air Terjun Batang Taye ...49

Gambar IV. 36. Struktur ruang dan pemandangan tampak depan Ngalau Talago 50 Gambar IV. 37. Struktur ruang dan pemandangan dari dalam Ngalau Talago ...50

Gambar IV. 38. Struktur ruang dan pemandangan di sekitar Ngalau Talago ...50

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian (Sijunjung, 2018) ...5

Tabel III. 1. Skema pelaksanaan kerja praktik ...16

Tabel III. 2. Parameter penilaian Geopark (Kubalikova, 2013) ...18

Tabel III. 3. Penilaian Nilai Sains (Pusat Survei Geologi, 2017) ...20

Tabel III. 4. Penilaian Nilai Edukasi (Pusat Survei Geologi, 2017) ...21

Tabel III. 5. Penilaian Nilai Pariwisata (Pusat Survei Geologi, 2017) ...21

Tabel III. 6. Penilaian Nilai Degradasi (Pusat Survei Geologi. 2017) ...22

Tabel IV. 1. Penilaian Geosite meliputi Aspek Pendekatan Ilmiah dan Intrinsik .24 Tabel IV. 2. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Pendidikan ...31

Tabel IV. 3. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Ekonomi ...37

Tabel IV. 4. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Konservasi ...40

Tabel IV. 5. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Tambahan ...43

Tabel IV. 6. Akumulasi penilaian berdasarkan Kubalikova (2013)...51

Tabel IV. 7. Penilaian Berdasarkan Nilai-Nilai Sains...51

Tabel IV. 8. Penilaian Berdasarkan Nilai-Nilai Edukasi ...52

Tabel IV. 9. Penilaian Berdasarkan Nilai-Nilai Pariwisata ...53

Tabel IV. 10. Penilaian Berdasarkan Nilai-Nilai Degradasi ...54

Tabel IV. 11. Klasifikasi Penilaian Scientific ...55

Tabel IV. 12. Akumulasi Penilaian berdasarkan Pusat Survei Geologi (2017) ...55

Tabel IV. 13. Rekomendasi ...57

(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Geopark adalah sebuah konsep manajemen pengembangan kawasan berkelanjutan yang menyerasikan keragaman geologi, hayati dan budaya melalui prinsip konservasi dan Rencana Tata Ruang Wilayah yang sudah ada. Geopark merupakan wilayah geografis yang memiliki situs warisan geologi terkemuka dan bagian dari konsep holistik perlindungan, pendidikan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Penetapan Silokek sebagai Geopark Nasional ditandai dengan penyerahan sertifikat Geopark Nasional oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya kepada Bupati Sijunjung, Yuswir Arifin di Museum Tambang Antam Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada tanggal 30 November 2018. Setelah ditetapkan sebagai geopark nasional, maka harapan selanjutnya adalah dapat mendaftar sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Keuntungan yang diperoleh jika menjadi anggota UGG antara lain terpromosikan secara internasional tanpa biaya besar, menjadi ikon baru pariwisata yang berbasis masyarakat dan konservasi sehingga dapat lebih menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung, dan menjunjung komitmen program pembangunan berkelanjutan (Sijunjung, 2018)

Mengidentifikasi dan meninjau ulang mengenai kawasan atau geosite Geopark Silokek merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan agar memiliki konsep pengembangan yang sesuai dengan nilai standar. Hal ini diharapkan agar nantinya kawasan Geopark Silokek lebih dapat berkembang dan juga dapat bersaing secara global serta mampu memaksimalkan potensi wilayah daerah.

I.2 Rumusan Masalah

Geopark Silokek resmi ditetapkan menjadi Geopark Nasional Pada tanggal 30 November 2018. Banyak yang melakukan penelitian di Geopark ini sehingga s ampai saat ini cukup banyak hasil dan karya penelitian mengenai Geopark Silokek ini. Namun perlu dilakukan peninjauan ulang tentang kondisi geosite yang ada pada kondisi pandemi ini, yang tentunya telah menghambat kelestarian geosite pada beberapa waktu yang lalu. Kegiatan ini juga diharapkan nanti nya dapat menjadi

(12)

acuan dari pihak Geopark Silokek dalam mengembangkan Geopark Silokek menjadi Geopark Global. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi dan menilai geosite dengan parameter standar penilaian yang mengacu pada Kubalikova (2013) dan Pusat Survei Geologi (2017).

2. Memberikan informasi atau rekomendasi tentang konsep pengembangan Geopark Silokek menuju UGG berdasarkan data observasi yang telah didapatkan.

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi dan menilai geosite dengan parameter standar penilaian yang mengacu pada Kubalikova (2013) dan Pusat Survei Geologi (2017).

2. Untuk memberikan informasi atau rekomendasi tentang konsep pengembangan Geopark Silokek menuju UGG berdasarkan data observasi yang telah

didapatkan.

I.4 Manfaat Penelitan

Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi geosite yang ada pada kawasan Geopark Silokek

2. Memaksimalkan geosite yang ada pada kawasan Geopark silokek sehingga hasilnya dapat digunakan untuk meningkatkan konsep pengembangan Geopark Silokek yang berkelanjutan.

I.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian hanya berfokus pada geosite di Geopark Silokek, Sumatera Barat.

2. Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan penilaian pada geosite menggunakan parameter standar Kubalikova (2013) dan Pusat Survei Geologi (2017).

(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional Daerah Penelitian

Lokasi daerah penelitian yaitu Kawasan Geopark Silokek, Nama Silokek ini diambil dari nama nagari (desa) Silokek, berlokasi di pinggiran hutan, membuat Silokek memiliki potensi wisata yang sangat tinggi. Geosite yang diteliti yaitu Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye (Gambar II.1)

Gambar II. 1. Titik geosite daerah penelitian

Geopark Silokek terletak di Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Kawasan ini meliputi 20 nagari dengan luas kawasan ± 1300 km2 dan jumlah penduduk 68.000 jiwa. Silokek berjarak lebih kurang 15 kilometer dari Ibukota Kabupaten Sijunjung yakni kota Muaro Sijunjung dan berjarak 118 km dari Kota Padang dengan jarak tempuh selama 3 jam perjalanan. Silokek terletak di bagian Timur dari Kota Padang dan merupakan bagian dari perbatasan antara Sawahlunto dan Kabupaten Solok Lebih tepatnya terletak pada titik koordinat 00°37'58,9"S (Lintang Selatan) / 100°59'47.3"E (Bujur Timur).

(14)

Berdasarkan peta geologi regional Lembar Solok menurut Silitonga dan Kastowo (1995) pada daerah penelitian terdapat 4 formasi yang terdiri dari 3 formasi merupakan batuan Pra-tersier dan satu formasi termasuk dalam batuan Tersier.

Berikut adalah urutan dari tua - muda, yaitu Anggota Batugamping Formasi Kuantan, Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan, Granit, lalu Anggota bawah Formasi Ombilin yang berumur Tersier (Gambar II.2).

Gambar II. 2. Peta Geologi Regional Lembar Solok (Silitonga dan Kastowo, 1995) (Daerah penelitian kotak hitam)

II.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Secara geologi, Silokek sangat menarik karena telah melewati 3 (tiga) era dalam skala waktu geologi yang tercermin dalam susunan batuan yang membentuk kawasan. Berdasarkan Tabel II.1 kolom stratigrafi daerah penelitian, batuan tertua di kawasan ini terbentuk pada Era Paleozoikum tepatnya pada Periode Permian (299 – 252 Juta Tahun yang lalu) dan Carboniferous (359 –299 Juta Tahun yang lalu) (Koeseomadinata dan Matasak, 1981).

Batuan ini di wakili oleh Formasi Kuantan (sebagian telah mengalami proses metamorosa) yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Anggota Filit dan Serpih (PCks),

(15)

Anggota Batugamping (PCkl) dan Anggota Bawah (PCkq). Hadirnya batugamping mengindikasikan bahwa daerah ini dulunya pada Era Paleozoikum adalah daerah beriklim tropis dengan laut dangkal

Tabel II. 1. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian (Sijunjung, 2018)

Sementara itu batuan Era pertengahan (Mesozoikum) diwakili oleh intrusi magma berkomposisi granitik yang membentuk batuan granit (g) (Gambar II.3) yang menerobos hingga Formasi Kuantan pada masa Triassic (201 – 251 Juta tahun yang lalu) hingga Jurassic (145,5 – 201 tahun yang lalu), sebagai batolit (tubuh besar intrusi). Kontak langsung batuan formasi Kuantan dengan Batolit ini menghasilkan batuan metamorfik kontak dapat berupa marmer, batu sabak dll pada Formasi Kuantan. Sementara itu aktifitas magmatisme di kawasan ini pada waktu itu diyakini dapat membawa proses mineralisasi pada baik batuan samping yang diterobos yaitu Formasi Kuantan (PCKs, PCkl dan PCkq) maupun tubuh intrusi itu sendiri. Jalur-jalur mineralisasi pada rekahan-rekahan batuan (struktur kekar dan patahan) maupun rongga-rongga pelarutan batugamping bisa saja terjadi. Batuan muda dari Era Kenozoikum diisi oleh batuan dari Formasi Obilin yang dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Anggota Bagian Atas (Tmou) dan Anggota Bagian Bawah (Tmol). Formasi ini adalah kelompok batuan sedimen yang merupakan diendapkan

(16)

Tertier Khas pada formasi ini adalah batuan sedimen dengan kandungan batubara (Sijunjung, 2018).

Gambar II. 3. Peta Geologi Desa Silokek

II.3. Geomorfologi Daerah Penelitian

Geopark Silokek memiliki beberapa fenomena-fenomena geologi yang menarik sehingga dapat mempengaruhi kondisi morfologi dan kenampakan fisiografis yang ada disana. Beberapa morfologi diantaranya yaitu:

1. Bentuklahan asal Karst

Bentang lahan karst dikawasan Silokek yaitu dataran kapur dengan lahan agak bergelombang, litologi terdiri dari batukapur. Kawasan ini umumnya dibatasi oleh tinggian-tinggian berlereng terjal hingga dinding-dinding batu. Tebing- tebing memanjang dan menjulang tinggi sangat umum dijumpai. Morfologi ini menempati sekitar 55 % dari kawasan desa Silokek (Gambar II.4).

(17)

Gambar II. 4. Morfologi Karst 2. Bentuklahan asal Fluvial

Terbentuk karena adanya perubahan bentuk permukaan bumi yang disebabkan oleh tingkah laku air di permukaan. Kawasan Silokek ini memiliki 2 satuan bentuklahan asal Fluvial antara lain dataran aluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, dan sebagainya yang akan mempercepat proses pelapukan. Kawasan ini termasuk daerah hulu sungai yang berarus relatif deras sehingga banyak terjadi pengikisan terhadap batuan yang ada disekitarnya. Point bar merupakan bentukan khas dari sebuah proses fluvial yang perubahan atau dinamikanya dapat berlangsung lambat atau sangat cepat sebagai respon dari proses yang terjadi pada DAS di mana point bar terbentukkan dan karakteristik aliran pada sungai (Gambar II.5). Bentuklahan fluvial terdiri dari 20%

dari kawasan desa Silokek.

Gambar II. 5. Point Bar

(18)

3. Bentuklahan asal Denudasional

Morfologi bentuklahan asal denudasional, tersusun oleh batuan dengan litologi granit, intensitas pelapukan relatif lebih tinggi sehingga menghasilkan tanah-tanah berwarna merah dengan residu kristal-kristal kuarsa berukuran butir pasir kasar (Gambar II.6). Bentuklahan denudasional terdiri dari 25% dari kawasan desa Silokek.

Gambar II. 6. Morfologi denudasional II.4 Struktur dan Tektonika

Sejarah tektonik Pulau Sumatera berhubungan erat dengan pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 Juta tahun lalu yang mengakibatkan perubahan sistematis dari perubahan arah dan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Proses tumbukan ini mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar geser di bagian sebelah timur India, untuk mengakomodasikan perpindahan massa secara tektonik. Keadaan Pulau Sumatera menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi.

Kenyataan menunjukkan bahwa adanya transtensi (transtension) Paleosoikum tektonik Sumatera menjadikan tatanan tektonik Sumatera menunjukkan adanya tiga bagian pola. Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatera, yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk, geometri dan struktur sederhana, bagian tengah cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman. Kompleksitas tatanan geologi Sumatera perubahan lingkungan tektonik dan perkembangannya dalam ruang dan waktu memungkinkan sebagai penyebab keanekaragaman arah pola vektor hubungannya dengan slip-rate dan

(19)

segmentasi Sesar Sumatera. Hal tersebut antara lain karena (1) perbedaan lingkungan tektonik akan menjadikan batuan memberikan tanggapan yang beranekaragam pada reaktivasi struktur, serta (2) struktur geologi yang lebih tua yang telah terbentuk akan mempengaruhi kemampuan deformasi batuan yang lebih muda. Cekungan Ombilin berada di Pegunungan Barisan, Pulau Sumatera.

Cekungan Ombilin membentuk graben hasil dari aktivitas tektonik yang terjadi pada awal Tersier (Sijunjung, 2019)

Gambar II. 7. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti dkk, 2001) Bukti lapangan adanya sesar geser dapat ditemukan di geosite singkapan granit, ada nya breksiasi batuan hasil gerusan dari pada suatu sesar dimana fragmen batuannya menyerupai breksi dan jenis batuannya sama dengan batuan yang mengalami pengsesaran (Gambar II.8). Setelah melakukan analisis didapatkan bahwa berdasarkan teori Anderson (1951) menggunakan data kekar yang telah didapatkan bahwa σ2 vertikal yang menandakan bahwa sesar tersebut berupa sesar geser (Gambar II.9).

(20)

Gambar II. 8. Breksiasi di singkapan granit

Gambar II. 9. Analisis kekar singkapan granit II.5. Pengertian Geopark

Konsep Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi di mana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi dan budaya yang ada di dalamnya (UNESCO, 2014). Geopark merupakan singkatan dari “Geological Park” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Taman Geologi atau Taman Bumi. Selain itu tujuan geopark lebih dikembangkan lagi, bukan hanya sekedar melindungi warisan geologi. Menurut UNESCO (2014), tujuan geopark adalah mengambil manfaat, menggali, menghargai dan mengembangkan warisan geologi tersebut seperti halnya pelestarian bioma.

Menurut UNESCO (2014) unsur utama di dalam Geopark terbagi 3 yaitu unsur Geodiversity, Biodiversity dan Cultural diversity. Konsep asas geopark menurut UNESCO (2014) adalah pembangunan ekonomi secara mapan melalui warisan

(21)

geologi atau geotourism. Tujuan dan sasaran dari geopark adalah untuk melindungi keragaman bumi (geodiversity) dan konservasi lingkungan, pendidikan dan ilmu kebumian secara luas. Dapat dilihat pada Gambar II.10 tentang komponen pengembangan geopark melibatkan banyak komponen untuk meningkatkan konsep pengembangan Geopark Silokek yang berkelanjutan.

Gambar II. 10. Komponen Pengembangan Geopark (Fadhly, 2020)

Kriteria geopark berdasarkan kriteria UNESCO (2014) agar suatu wilayah dapat dikatakan sebagai geopark, harus memenuhi syarat:

1. Sebagai suatu kawasan yang berisi aneka jenis unsur geologi yang memiliki makna dan fungsi sebagai warisan alam dengan batas yang jelas.

2. Sebagai sarana pengenalan warisan bumi.

3. Sebagai kawasan lindung warisan bumi.

4. Sebagai tempat pengembangan geowisata.

5. Sebagai sarana kerjasama yang efektif dan efisien dengan masyarakat lokal.

6. Sebagai tempat implementasi aneka ilmu pengetahuan dan teknologi.

Geopark terbagi 2 yaitu geopark nasional merupakan wilayah terpadu yang terdepan dalam memberikan perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar, sedangkan geopark global atau UNESCO Global Geopark merupakan kawasan yang memiliki warisan geologi bernilai internasional, dimana warisan tersebut digunakan sebagai modal pembangunan

(22)

masyarakat setempat secara berkelanjutan berbasis konservasi edukasi dan ekonomi kreatif.

II. 6 Geodiversity, Biodiversity, dan Cultural Diversity Geopark Silokek II.6.1 Geodiversity

Menurut Fadhly dan Dian (2020) di Geopark Silokek dapat ditemukan objek-objek sebagai berikut:

1. Jejak Batuan Laut Purba

Terbentuknya kawasan karst di silokek tidak terlepas dari adanya proses pelapukan pada wilayah tersebut. Jika dikaji prosesnya, pelapukan yang terjadi sebagai akibat adanya pelapukan secara kimiawi. Pelapukan kimiawi yaitu proses pelapukan masa batuan yang dilengkapi dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Karst merupakan salah satu bentuk pelapukan kimiawi. Karst adalah daerah yang Terdiri atas batuan gamping yang berpori sehingga ada udara di permukaan maka akan selalu merembes ke dalam tanah. Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya adalah: sungai bawah tanah, stalaktit (batuan yang bergantungan pada atap gua), stalakmit (batuan yang berada didasar gua). Stalaktit dan stalakmit adalah bentuk alam khas di daerah karst. Stalaktit dan stalakmit terbentuk akibat dari proses pelarutan air di daerah kapur yang berkelanjutan secara terus menerus. Udara yang larut di daerah karst akan masuk kelubang lubang kemudian turun ke gua dan menetes jarring dari atap gua ke dasar gua. Udara tetesan ini lama-lama berubah jadi batuan yang bentuknya berombak-ombak seperti tetesan air.

Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya meruncing kebawah, sedangkan stalakmit merupakan batu yang terbentuk di dasar gua bentuknya meruncing ke atas. Umur satuan gamping ini berumur Karbon Awal-Perm.

Lingkungan pengendapan dari Satuan Batuan Batugamping yaitu laut dangkal.

Satuan gamping yang tersingkap di daerah penelitian ini dari Formasi Kuantan.

Nama geosite yang akan ditemui yaitu:

a. Ngalau Basurek berada di Silokek, Sijunjung, Sumatera Barat. Ngalau dalam artian bahasa Padang berarti gua, sedangkan Basurek berarti tulisan.

Jadi, Ngalau Basurek berarti gua di mana salah satu sisi di mulut gua

(23)

terdapat tulisan. Tulisan di mulut gua sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Terlihat pada Gambar II.11 Ngalau Basurek memiliki lebar mulut goa berkisar 9 meter dengan tinggi 7 meter.

Gambar II. 11. Ngalau Basurek

b. Ngalau Talago berada di Muaro Silokek, Sijunjung, Sumatera Barat. Ngalau dalam artian bahasa Padang berarti gua, sedangkan Talago berarti sebuah telaga. Ngalau Talago memiliki lebar mulut sepanjang 10 meter dan tinggi 8 meter yang dapat dilihat pada Gambar II.12.

Gambar II. 12. Ngalau Talago 2. Air Terjun

Kawasan air terjun merupakan bagian dari kawasan Geopark Silokek, kawasan ini memiliki hamparan hutan hujan tropis yang lebat dengan aneka ragam jenis flora dan fauna. Air terjun adalah formasi geologi dari arus air yang mengalir melalui

9meter 7 meter

8 meter

10 meter

meter

(24)

suatu formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian.

Beberapa air terjun terbentuk di lingkungan pegunungan di mana erosi kerap terjadi. Air terjun terbentuk dari adanya patahan atau turunnya suatu perlapisan batuan secara tiba tiba yang dilalui oleh aliran air. Umumnya air terjun dijumpai akibat adanya sesar normal. Air terjun yang terdapat di kawasan Geopark Silokek yaitu Air Terjun Sangkiamo, Kajai, Batang Taye, dan Palukahan.

II.6.2 Biodiversity

Geopark Silokek memiliki Taman Bunga Bangkai, Taman Bunga Unik Silokek, Mini Zoo, Taman Ikan Jinak, Mini Zoo, dan lain-lain. Biodiversity yang terdapat di Kabupaten Sijunjung diperkirakan lebih kurang 45.000 jenis. Potensi tersebut banyak terdapat di Nagari Paru. Nagari Paru pernah mendapat Kalpataru pada Tahun 2014 karena manajemen hutan yang dikelola berbasis Nagari. Beberapa flora dan fauna langka dan dilindungi antara lain: Monophyllaea memiliki ciri khas yaitu bunga berdaun satu seperti pada Gambar II.13, selain itu terdapat Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Tanuk/Tapir (Tapirus indicus), Trenggiling (Manis javanica), Burung Enggang/Rangkong (Buceros vigil).

Gambar II. 13. Bunga Berdaun Satu (Monophyllaea) (Kusuma, 2019)

II.6.3 Cultural Diversity

Berkah alam menjadikan Sijunjung memiliki ciri khas yang berpadu dengan budaya yang difokuskan dalam sebuah perkampungan adat pada Gambar II.14.

Selain perkampungan adat Geopark Silokek memiliki cultural diversity yang telah teridentifikasi sebanyak 17 situs yang terdiri dari lokomotif uap Jepang, batu

(25)

angkek – angkek, wisata Religius Calau, dan juga terdapat beberapa kesenian seperti randai dan tari mandulang ameh.

Gambar II. 14. Perkampungan Adat (Kusuma, 2019)

(26)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktik adalah sebagai berikut:

Waktu : 25 Agustus 2021 – 27 September 2021

Tempat : Geopark Silokek, Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat Rincian kegiatan selama Kerja Praktik adalah seperti pada Tabel III.1.

Tabel III. 1. Skema pelaksanaan kerja praktik

III.2. Alat dan Bahan

Beberapa peralatan dan bahan yang digunakan sebagai penunjang selama penelitian ini adalah :

1. Kompas geologi

2. Palu batuan beku dan sedimen 3. Buku lapangan

4. Plastik sampel 5. HCL

6. Papan dada

7. Komparator beku dan sedimen 8. Kamera/handphone

9. Borang penilaian

10. Pensil, pena, penghapus, spidol 11. Meteran

No. Kegiatan Minggu Ke-

1 2 3 4

1. Studi literatur, perencanaan kegiatan lapangan 2. Pengumpulan data

3. Pengolahan dan analisis data 4. Penyusunan laporan

(27)

III.3. Tahapan Penelitian

III.3.1. Melakukan Studi Literatur

Studi literatur merupakan tahapan paling awal untuk mencari informasi tentang daerah penelitian berdasarkan penelitian yang terdahulu sehingga menambah wawasan dalam kajian penelitian.

III.3.2 Observasi dan Pengambilan Data

Setelah melakukan studi literatur tahapan selanjutnya merupakan pengambilan data, serta mengobservasi kawasan Geopark Silokek baik geodiversity, biodiversity, cultural diversity, dan aspek lainnya untuk penilaian berdasarkan Kubalikova (2013).

III.3.3. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah melaksanakan observasi dan pengambilan data selanjutnya merupakan mengolah data yang telah didapatkan menggunakan parameter yang telah ditentukan yaitu Kubalikova (2013) yang mana jika skor 0 perlu adanya perbaikan, 0,5 perlu adanya upaya peningkatan dan skor 1 perlu dipertahankan. Selain menggunakan Kubalikova (2013), penilaian juga menggunakan Pusat Survei Geologi (2017). Pada parameter yang digunakan terdapat beberapa komponen penilaian meliputi nilai pendekatan ilmiah dan intrinsik, nilai pendidikan, nilai ekonomi, nilai konservasi dan nilai tambahan seperti nilai budaya, sejarah yang terkait dengan site tersebut dan nilai ekologi.

III.3.4. Penyusunan Laporan

Dari pengolahan dan analisis data tersebut menghasilkan poin-poin yang nanti nya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengoptimalisasikan Geopark Silokek menuju UNESCO Global Geopark. Parameter penilaian Kubalikova (2013) tersebut dapat dilihat pada Tabel III.1. Metode penilaian ini sangatlah penting untuk menunjang kualitas geosite-geosite yang ada di kawasan Geopark Silokek menuju UNESCO Global Geopark. Paremeter penilaian Pusat Survei Geologi (2017) dapat dilihat pada tabel III.2, III.3, III.4, dan III.5.

(28)

Tabel III. 2. Parameter penilaian Geopark (Kubalikova, 2013)

No Aspek Parameter Penjelasan Bobot

1 Nilai Pende- katan

Ilmiah dan Intrinsik (20%)

Keutuhan Lokasi site rusak parah 0

Lokasi site rusak, tapi masih dapat terlihat lingkungan abiotiknya

0,5

Site tanpa kerusakan 1

Keunikan Lebih dari 5 0

2-5 site yang mirip 0,5

Hanya 1, yaitu site tersebut 1 Eksplorasi

proses

Hanya 1 proses yang terlihat 0 2-4 proses yang terlihat 0,5

Lebih dari 5 proses 1

Publikasi Site tidak diketahui 0

Pada paper ilmiah setingkat nasional 0,5 Diketahui secara luas oleh

masyarakat

1 2 Nilai

Pendi- dikan (20%)

Kejelasan Kejelasan rendah alias tidak jelas 0 Kejelasan medium, dapat dikenali

oleh akademisi

0,5 Kejelasan tinggi, dapat dikenali oleh masyarakat luas

1 Pedagogi Nilai karakter yang rendah dan

tanpa penggunaan unsur/proses pendidikan

0

Ada nilai karakter tetapi penggunaan unsur pendidikan yang terbatas

0,5 Nilai karakter yang tinggi dan

potensi unsur pendidikan yang tinggi, aspek geowisata yang tinggi

1

Petunjuk informasi

Tidak ada petunjuk informasi 0 Ada leaflets, peta, dan laman

internet

0,5 Ada panel informasi di lokasi site

Tersebut

1 Penggunaan

Site

Tidak ada penggunaan untuk Pendidikan

0 Digunakan untuk ekskursi atau

fieldtrip khusus bagi pelajar

0,5 Tempat umum untuk dikunjungi

Public

1

(29)

No Aspek Parameter Penjelasan Bobot 3 Nilai

Ekonomi (20%)

Akses Lebih dari 1 km dari lokasi parkir 0 Kurang dari 1 km dari lokasi parkir 0,5 Lebih dari 1 km dari pemberhentian

transportasi public

1 Infrastruktur Lebih dari 10 km dari lokasi fasilitas

pariwisata yang telah ada

0 5-10 km dari fasilitas pariwisata yang telah ada

0,5 Kurang dari 5 km dari fasilitas

pariwisata yang telah ada

1 local Tidak ada produk lokal yang terkait

dengan situs wisata

0

Beberapa produk terkait 0,5

Pusat beberapa produk tertentu 1 4 Nilai Kon-

servasi (20%)

Resiko nyata Resiko tinggi, tinggi resiko alami dan buatan

0 Ada resiko yang dapat mengganggu 0,5 Resiko sangat rendah bahkan tanpa

ada ancaman

1 Resiko

berpotensial

Resiko tinggi, tinggi resiko alami dan buatan

0 Ada resiko yang dapat mengganggu 0,5 Resiko sangat rendah bahkan tanpa

ada ancaman

1 Status site Proses perusakan terus terjadi 0

Site rusak, tapi ada managemen untuk mencegahnya

0,5 Tidak ada proses perusakan 1 Peraturan

daerah

Tidak ada hukum yang melindungi 0

Baru bersifat pengajuan 0,5

Sudah ada perda/hukum untuk mengkonservasinya

1 5 Nilai

Tambahan (20%)

Budaya Tidak ada unsur budaya 0

Ada unsur budaya namun tidak terlalu berkaitan dengan unsur abiotic

0,5 Ada hubungan budaya yang kuat

dengan unsur abiotik, misalnya mistis 1

(30)

No Aspek Parameter Penjelasan Bobot Ekologi Tidak penting karena kurangnya

makhluk hidup

0 Ada pengaruh tapi tidak terlalu

Penting

0,5 Pentingnya pengaruh aspek geomorfik terhadap ekologi di sekitarnya

1

Estetika 1 warna 0

2-3 warna 0,5

Lebih dari 3 warna 1

Jumlah Warna

Hanya 1 pola 0

2 atau 3 pola yang dapat dibedakan 0,5

Lebih dari 3 pola 1

Struktur ruang

Tidak ada 0

1-2 0,5

3 dan lebih 1

Tabel III. 3. Penilaian Nilai Sains (Pusat Survei Geologi, 2017)

No Kriteria Bobot (%)

1 Lokasi yang mewakili kerangka geologi 30

2 Lokasi kunci penelitian 20

3 Pemahaman keilmuan 5

4 Kondisi lokasi/situs geologi 15

5 Keragaman geologi 5

6 Keberadaan situs warisan geologi dalam

satu wilayah 15

7 Hambatan penggunaan lokasi 10

Total 100

(31)

Tabel III. 4. Penilaian Nilai Edukasi (Pusat Survei Geologi, 2017)

No Kriteria Bobot (%)

1 Kerentanan 10

2 Pencapaian lokasi 10

3 Hambatan pemanfaatan lokasi 5

4 Fasilitas keamanan 10

5 Sarana pendukung 5

6 Kepadatan penduduk 5

7 Hubungan dnegan nilai lainnya 5

8 Status lokasi 5

9 kekhasan 5

10 Kondisi pada pengamatan elemen

geologi 10

11 Potensi informasi pendidikan/penelitian 20

12 Keanekaragaman geologi 10

Total 100

Tabel III. 5. Penilaian Nilai Pariwisata (Pusat Survei Geologi, 2017)

No Kriteria Bobot (%)

1 kerentanan 10

2 Pencapaian lokasi 10

3 Hambatan pemanfaatan lokasi 5

4 Fasilitas keamanan 10

5 Sarana pendukung 5

6 Kepadatan pendukung 5

7 Hubungan dengan nilai lainnya 5

8 Status lokasi 15

9 kekhasan 10

10 Kondisi pengamatan elemen geologi 5

(32)

11 Potensi interpretatif 10

12 Tingkat ekonomi 5

13 Dekat degan area rekreasi 5

Total 100

Tabel III. 6. Penilaian Nilai Degradasi (Pusat Survei Geologi. 2017)

No Kriteria Bobot (%)

1 Kerusakan terhadap unsur geologi 35 2 Berdekatan dengan daerah/aktifitas yang

berpotensi menyebabkan degradasi 20

3 Perlindungan hukum 20

4 aksesibilitas 15

5 Kepadatan populasi 10

Total 100

III.4 Diagram Alir Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar III.1.

Gambar III. 1. Diagram Alir Penelitian

(33)

Keterangan flowchart:

: Menyatakan jalannya arus suatu proses

: Menyatakan permulaan atau akhir suatu program

: Menyatakan proses input atau output

: Menyatakan suatu tindakan (proses) yang dilakukan

(34)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Penilaian Kubalikova (2013)

IV.1.1. Aspek Pendekatan Ilmiah dan Intrinsik

Parameter yang menjadi penilaian pada aspek ini salah satunya adalah keutuhan, keunikan, keragaman fitur dan proses geologi, serta publikasi (Tabel IV.1).

Tabel IV. 1. Penilaian Geosite meliputi Aspek Pendekatan Ilmiah dan Intrinsik No Aspek Parameter Penjelasan Bobot Ngalau

Basurek

Ngalau Talago

Air Terjun Batang

Taye Skor Skor Skor 1 Nilai

Pende- katan Ilmiah dan Intrinsik (20%)

Keutuhan Lokasi site rusak parah

0 0,5 0,5 0,5

Lokasi site rusak, tapi masih dapat terlihat

lingkungan abiotiknya

0,5

Site tanpa kerusakan

1

Keunikan Lebih dari 5 0 0 0 0,5

2-5 site yang mirip

0,5 Hanya 1, yaitu

site tersebut

1 Eksplorasi

proses

Hanya 1 proses yang terlihat

0 1 1 0,5

2-4 proses yang terlihat

0,5 Lebih dari 5

proses

1 Publikasi Site tidak

diketahui

0 0,5 0,5 0,5

Pada paper ilmiah setingkat nasional

0,5

Diketahui secara luas oleh

masyarakat

1

(35)

a. Keutuhan

Menjaga keutuhan dan kelestarian lingkungan merupakan kewajiban bagi pengelola maupun pengunjung yang datang, sebab keutuhan merupakan syarat dari kawasan geopark yang berkelanjutan. Tidak boleh adanya geosite yang mengalami kerusakan atau sudah tidak alami lagi. Pada tabel penilaian geosite parameter keutuhan mendapatkan nilai 2,5 dari 5. Hal ini disebabkan karena ditemukan beberapa masalah yang mungkin dapat mengganggu dan mengancam keutuhan site jika terjadi secara terus menerus, seperti adanya vandalisme. Vandalisme merupakan perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya (keindahan alam dan sebagainya). Vandalisme yang ditemukan yakni adanya penambangan liar dengan jarak 1 km dari pusat geosite. Penambangan yang tidak sesuai prosedur (Gambar 1V.2) relatif dapat merusak bentang alam dan menyisakan tebing curam, selain mengganggu estetika sungai juga membahayakan lingkungan dan warga masyarakat setempat, karena hal tersebut dapat mengakibatkan sungai yang keruh maupun pendangkalan sungai.

Gambar IV. 1. Penambangan Liar

Selain itu ditemukan adanya vandalisme seperti coretan tangan, ditemukan di beberapa titik, hal ini merusak estetika site dan membuat kotor dinding goa. Coretan ini dapat ditemukan baik di Ngalau Basurek (Gambar IV.2) dan Ngalau Talago (Gambar IV.3).

(36)

Gambar IV. 2. Coretan di (a) Ngalau Basurek (B) Ngalau Talago

Di kawasan Geosite Air Terjun juga ditemukan sampah plastik dan dedaunan kering hampir mendominasi kawasan. Sampah dedaunan kering walaupun terlihat alami, tentu saja akan mengurangi keindahan dan daya tarik pengunjung, karena pada dasarnya pengunjung lebih nyaman berada di tempat yang sejuk, asri dan indah. (Gambar IV.3).

Gambar IV. 3. Sampah plastik dan daun b. Keunikan

Banyak geosite yang memiliki geomorfologi berupa bentang alam karst, akan tetapi tidak semua geosite memiliki ciri khas dan fitur-fitur geologi di dalamnya. Site yang memiliki geomorfologi yang sama yaitu Ngalau Saribu, Ngalau Sipungguak, Ngalau Loguang, Ngalau Tombuak, dan Ngalau Batu Aguang. Sedangkan geosite Air Terjun Batang Taye mirip dengan Air Terjun Tingkat 7 di Aceh. Untuk parameter keunikan Ngalau Basurek dan Ngalau Talago yaitu mendapatkan skor sebesar 0 dari nilai maksimum 5. Air Terjun Batang Taye sebesar 2,5 dari nilai maksimum 5. Selain fitur geologi, yang menjadi daya tarik wisatawan selanjutnya adalah atraksi. Atraksi adalah kegiatan menarik yang dapat dilakukan di kawasan

a

b

(37)

tersebut. Contoh atraksi yang dapat ditemukan yaitu arung jeram dan panjat tebing (Gambar IV.4).

Gambar IV. 4. Atraksi yang ditawarkan yaitu: (a). arung jeram (b). panjat tebing c. Keragaman Fitur

Keunikan dan keunggulan dari geosite Ngalau Basurek dan Ngalau Talago yaitu memiliki ornamen – ornamen goa karst yaitu adanya stalaktit yang terbentuk akibat adanya pelarutan yang terjadi, sehingga air mengalir dari atas dinding goa mengarah ke bawah yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang mengkristal, kemudian akan menambah ketebalannya dan membentuk kerucut menggantung di langit- langit goa (Gambar IV.5). Ornamen selanjutnya adalah stalakmit yang terbentuk akibat adanya pelarutan yang terjadi, sehingga air mengalir dari atas dinding goa mengarah ke bawah yang mengandung CaCO3 yang mengkristal, yang kemudian akan menambah ketebalannya dan membentuk kerucut dari bawah mengarah ke atas. Tiang (column) yang merupakan hasil pertemuan stalaktit dengan stalakmit yang pada akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu (Gambar IV.5).

Gambar IV. 5. (a). Stalaktit (kotak jingga) dan stalakmit (kotak hijau) (b).

Ornamen Tiang (column)

a b

a b

(38)

Ornamen selanjutnya adalah flowstone yang merupakan bentuk ornamen gua yang terbentuk dari milyaran tetesan air disebabkan oleh aliran air dan menyelubungi bongkahan batu (Gambar IV.6)

Gambar IV. 6. Ornamen flowstone

Vein adalah rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan dan memberikan ruang bagi mineral lain, kemudian terisi oleh mineral. Di Ngalau Basurek dan Talago ditemukan banyak vein yang telah terisi oleh mineral kalsit (Gambar IV.7).

Gambar IV. 7. Vein

Litologi dari goa karst yang ditemukan yaitu batugamping kristalin dengan memiliki warna kemerahan segar, tersusun oleh kristal-kristal yang saling mengikat, tersusun atas karbonatan. Selain batugamping ditemukan juga batu marmer yang merupakan hasil metamorfosis batugamping, batu marmer ini memiliki warna abu-abu, struktur batuan yang kompak, dan memiliki vein yang terisi oleh mineral kalsit (Gambar. IV.8).

(39)

Gambar IV. 8. (a) batugamping (b). marmer

Di geosite Air Terjun Batang Taye memiliki litologi granit dengan deskripsi secara megaskopis memiliki warna krem, segar, fanerik, memiliki kandungan mineral kuarsa 30 %, plagioklas 10 %, k-feldspar 30%, biotit 8%, dan hornblende 7%.

Litologi granit ini memiliki kekar. Kekar merupakan rekahan-rekahan pada batuan yang berbentuk lurus, planar, dan tidak terjadi pergeseran pada bidang rekahannya.

Kekar ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan batu untuk menahan tekanan yang terlalu besar. Akibatnya, batuan mengalami keretakan di titik terlemahnya (Gambar IV.9).

Gambar IV. 9. (a). Granit (b). kekar di Air Terjun Batang Taye

Gambar IV. 10. Analisis kekar Air Terjun Batang Taye

a b

a b

(40)

Air terjun terbentuk dari adanya patahan atau turunnya suatu perlapisan batuan secara tiba tiba yang dilalui oleh aliran air. Umumnya air terjun dijumpai akibat adanya sesar normal. Hal ini sesuai dengan analisis yang telah dilakukan menggunakan teori Anderson (1951) menggunakan data kekar yang telah didapatkan bahwa σ1 vertikal yang menandakan bahwa sesar tersebut berupa sesar normal.

d. Publikasi

Publikasi merupakan hal yang penting dalam mengembangkan suatu geowisata agar lebih cepat dikenal oleh masyarakat. Dalam hal publikasi, ke-3 geosite tersebut memiliki nilai 2,5 dari nilai maksimal yaitu 5. Hal ini karena publikasi hanya berupa paper ilmiah tingkat nasional dan dengan jumlah yang masih sedikit. Contoh dari publikasi ilmiah yaitu adanya publikasi dari Applicable Innovation of Engineering and Science Research (AVoER) (Gambar IV.11) dan publikasi paper ilmiah dari Jurnal Pembangunan Nagari (Gambar IV.11)

Gambar IV. 11. Publikasi ilmiah (a). Applicable Innovation of Engineering and Science Research (AVoER) (b). Jurnal Pembangunan Nagari Jumlah skor total parameter yang ada pada aspek Nilai Pendekatan Ilmiah dan Intrinsik Ngalau Basurek, Ngalau Talago dan Air Terjun Batang Taye yakni 10 dari skor maksimal 20.

a b

(41)

IV.I.2. Aspek Pendekatan Edukasi

Edukasi dan pendidikan memiliki nilai penting untuk dapat menunjukkan universal value terhadap keberadaan potensi, baik geologi, flora dan fauna, dan budaya yang ada di kawasan geosite. Diharapkan dari beberapa aktivitas/kegiatan pendidikan yang dilakukan akan tumbuh generasi yang sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam serta menumbuhkan kreatifitas dan inovasi dalam memanfaatkan alam utuk penumbuhan ekonomi tanpa merusak alam secara masif. Beberapa parameter yang dapat menunjang nilai pendidikan adalah kejelasan fitur geologi, pedagogi, petunjuk informasi, serta penggunaan site (Tabel IV.2)

Tabel IV. 2. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Pendidikan No Aspek Parameter Penjelasan Bob

ot

Ngalau Basurek

Ngalau Talago

Air Terjun Batang Taye

Skor Skor Skor

2 Nilai Pendi- dikan (20%)

Kejelasan Kejelasan rendah alias tidak jelas

0 0,5 0,5 0,5

Kejelasan medium, dapat dikenali akademisi

0,5

Kejelasan tinggi, dikenali oleh masyarakat luas

1

Pedagogi Nilai karakter yang rendah dan tanpa penggunaan unsur/proses pendidikan

0 1 1 0,5

Ada nilai karakter tetapi penggunaan unsur pendidikan yang terbatas

0,5

Nilai karakter yang tinggi dan potensi unsur pendidikan yang tinggi, aspek geowisata yang tinggi

1

Petunjuk informasi

Tidak ada

petunjuk informasi

0 0,5 0,5 0,5

Ada leaflets, peta, dan laman internet

0,5

(42)

Ada panel

informasi di lokasi site tersebut

1

Penggunaa n site

Tidak ada

penggunaan untuk Pendidikan

0 1 1 1

Digunakan untuk ekskursi atau fieldtrip khusus bagi pelajar

0,5

Tempat umum untuk dikunjungi Publik

1

a. Kejelasan Fitur Geologi

Parameter ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana masyarakat sekitar atau wisatawan yang datang ke geosite tidak hanya melihat fitur geologi saja, akan tetapi juga dapat mengerti bagaimana fitur geologi tersebut dapat terjadi, yang kemudian dipublikasikan kembali menggunakan pemahaman masing-masing. Ngalau Basurek, Ngalau Talago dan Air Terjun Batang Taye mendapatkan nilai 2,5 dari nilai maksimal 5, hasil yang didapat kurang maksimal sebab pada parameter ini, fitur geologi hanya pernah di publikasikan dalam paper ilmiah tingkat nasional, tetapi tidak semua fitur geologi dijelaskan. Masyarakat umum kurang mengetahui bagaimana fitur geologi tersebut dapat terjadi, tetapi untuk akademisi dapat mengenalinya. Penjelasan mengenai fitur geologi Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye pernah dipublikasikan pada Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 20 No. 2 Desember 2020 (Gambar IV.12).

(43)

Gambar IV. 12. Publikasi mengenai penjelasan fitur geologi geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye.

b. Pedagogi

Pedagogi merupakan media informasi edukasi. Salah satu dari bentuk media informasi yang sudah ada yaitu leaflet (Gambar IV.13) dan papan interpretasi mengenai sejarah geologi Geopark Silokek (Gambar IV.14).

Gambar IV. 13. Leaflet

(44)

Gambar IV. 14. Papan Interpretasi

Ngalau Basurek dan Ngalau Talago telah didatangi oleh berbagai jenjang Pendidikan, kegiatan yang dilaksanakan beraneka kegiatan, seperti kunjungan wisata, diklat, pelatihan ekstrakurikuler dan penelitian (Gambar IV.15), sedangkan Air Terjun Batang Taye kegiatan penelitian cukup sedikit, dan lebih banyak di gunakan untuk berwisata (Gambar IV.16).

Gambar IV. 15. Kegiatan pembelajaran di: (a) Ngalau Basurek (b) Ngalau Talago (sumber: instagram.com)

Gambar IV. 16. Kegiatan di Air Terjun Batang Taye

a b

(45)

Setelah melakukan penilaian pedagogi di ke-3 geosite, geosite Ngalau Basurek dan Ngalau Talago memiliki nilai 5 dari nilai maksimal yakni 5. Air Terjun Batang Taye memiliki nilai 2,5 dari nilai maksimal yakni 5 karena masih sedikit nya media informasi yang digunakan.

c. Petunjuk Informasi

Petunjuk informasi akan memudahkan mereka menentukan rencana perjalanan wisata maka perlu disiapkan petunjuk informasi dengan rapi dan terstruktur agar dapat diakses dengan mudah. Dalam parameter petunjuk informasi, ke-3 geosite mendapatkan nilai sebesar 2,5 dari 5. Terdapat papan informasi yang menjelaskan mengenai fitur-fitur geologi yang ada, penjelasan pada papan informasi tersebut telah didukung oleh gambar-gambar yang informatif dan telah menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh awam (Gambar IV.17). Ada nya papan petunjuk arah ke Air Terjun Batang Taye (Gambar IV.18). Geosite juga sudah terdapat di Google Maps yang tentunya dapat membantu pengunjung untuk datang (Gambar IV.19).

Gambar IV. 17. Papan informasi

Gambar IV. 18. Petunjuk arah Air Terjun Batang Taye

(46)

Gambar IV. 19. Lokasi (a) Ngalau Basurek (b) Ngalau Talago pada platform Google Maps sebagai penunjuk arah (sumber: google maps) d. Penggunaan Site

Parameter penggunaan site merupakan kelanjutan yang nyata atau aktual dari site tersebut, site tersebut tempat umum untuk dikunjungi publik dan juga digunakan sebagai kepentingan pendidikan. Site telah dikunjungi oleh berbagai macam tingkatan pendidikan dengan tujuan yang berbeda-beda. Sehingga ke-3 geosite memiliki skor 5 dari nilai maksimal 5.

Jumlah skor total parameter yang ada pada aspek nilai pendidikan yakni Ngalau Basurek (15), Ngalau Talago (15) dan Air Terjun Batang Taye (12,5) dari skor maksimal 20.

IV.1.3. Aspek Nilai Ekonomi

Penyelenggaraan kegiatan pariwisata geopark secara berkelanjutan dimaknai sebagai kegiatan dan upaya penyeimbangan antara pembangunan ekonomi dengan usaha konservasi. Hal-hal yang dapat menunjang nilai ekonomi tersebut terdiri dari aksesibilitas, infrastruktur, dan produk lokal (Tabel IV.3).

a

b

(47)

Tabel IV. 3. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Ekonomi No Aspek Parameter Penjelasan Bobot Ngalau

Basurek

Ngalau Talago

Air Terjun Batang Taye Skor Skor Skor 3 Nilai

Ekono mi (20%)

Akses Lebih dari 1 km dari lokasi parkir

0 0,5 0,5 0,5

Kurang dari 1 km dari lokasi parkir

0,5

Lebih dari 1 km dari pemberhentian transportasi public

1

Infrastrukt ur

Lebih dari 10 km dari lokasi fasilitas pariwisata yang telah ada

0 1 1 1

5-10 km dari fasilitas pariwisata yang

telah ada

0,5

Kurang dari 5 km dari fasilitas pariwisata yang telah ada

1

Produk lokal

Tidak ada produk lokal yang terkait dengan situs wisata

0 0,5 0,5 0,5

Beberapa produk terkait

0,5 Pusat beberapa

produk tertentu

1

a. Aksesibilitas

Jarak dan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi ke geosite merupakan hal terpenting, sebab jenis, volume, tarif dan frekuensi moda angkutan ke dan dari daerah geowisata akan berpengaruh jumlah kedatangan wisatawan. Maka kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan wisata harus diperhatikan. Ke-3 geosite dapat dengan mudah di akses menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, sepeda motor, ataupun berjalan kaki. Dari pusat kabupaten Sijunjung, Muaro Sijunjung menuju Silokek membutuhkan waktu selama 30 menit dengan jarak 15 km menggunakan mobil dan sepeda motor. Akses jalan menuju

(48)

geosite juga sudah beraspal sehingga mudah untuk dilewati. Akses jalan di desa ini pun sudah cukup baik karena akses jalannya yang sudah beraspal. Selain itu, telah disediakan areal parkir untuk kendaraan roda dua sampai roda empat di lahan terbuka (Gambar IV.20). Jarak antara areal parkir dan pintu masuk geosite tidak terlalu jauh karena berjarak 100-600 meter.

Dalam parameter ini, tiap geosite hanya mendapatkan nilai sebesar 3,3 dari nilai maksimum 6,6. Hal ini dikarenakan jarak geosite dari transportasi umum seperti angkutan umum atau ojek sangatlah jauh dan sulit dijangkau yaitu berjarak 15 km.

Hal ini tentunya sangat menyulitkan bagi wisatawan yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Tentu saja hal ini menjadi persoalan yang harus dicari solusi nya bagi pemerintah daerah dan badan pengelola geosite dalam meningkatkan aksesibilitas.

Gambar IV. 20. Area parkir geosite: (a) Air Terjun Batang Taye (b) Ngalau Talago (c) Ngalau Basurek

b. Infrastruktur

Pengunjung akan lebih menyukai jika geosite yang akan dikunjungi memiliki sarana prasarana serta fasilitas yang memadai karena tentu akan membuat pengunjung lebih merasa nyaman dan ingin menghabiskan waktu lebih lama. Pada parameter infrastruktur, ke-3 geosite memiliki nilai sebesar 6,6 dari 6,6. Hal ini disebabkan karena pengadaan infrastruktur sudah baik. Beberapa infrastruktur yang tersedia disana seperti mushola, toilet, tempat istirahat (gazebo), kotak sampah, dan spot foto (Gambar IV.21).

a b c

(49)

Gambar IV. 21. Beberapa infrastruktur yang ada yakni (a). mushola (b). spot foto (c). kotak sampah (d). pos penjagaan (e). gazebo (f). toilet c. Produk lokal

Produk lokal merupakan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, karena produk ini dibuat dan diproduksi oleh masyarakat sekitar lokasi. Pada parameter ini, ke-3 geosite memiliki nilai 3,3 dari nilai maksimal 6,6.

Adanya produk yang ada di harapkan dapat membantu perekonomian masyarakat, Adapun contoh dari produk lokal seperti teh Gaharu, ikat kepala dan beberapa kerajinan dari batok kelapa (Gambar IV.22)

Gambar IV. 22. (a). ikat kepala (b). teh Gaharu (c). kerajinan dari batok kelapa

Geosite Ngalau Basurek, Ngalau Talago, dan Air Terjun Batang Taye memiliki jumlah skor total parameter yang ada pada aspek nilai ekonomi yakni sebesar 13,3 dari skor maksimal 20

a b c

d e f

a b c

(50)

IV.1.4. Aspek Nilai Konservasi

Penyelenggaraan kegiatan pariwisata geopark secara berkelanjutan dimaknai sebagai kegiatan dan upaya penyeimbangan antara pembangunan ekonomi dengan usaha konservasi. Hal-hal yang dapat menunjang nilai konservasi tersebut terdiri dari risiko nyata, risiko berpotensial, status site dan perlindungan hukum (Tabel IV.4).

Tabel IV. 4. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Konservasi No Aspek Parameter Penjelasan Bobot Ngalau

Basurek

Ngalau Talago

Air Terjun Batang Taye Skor Skor Skor 4 Nilai

Kon- servasi (20%)

Risiko nyata

Risiko tinggi, tinggi risiko alami dan buatan

0 0,5 0,5 0,5

Ada risiko yang dapat mengganggu

0,5

Risiko sangat rendah bahkan tanpa ada ancaman

1

Risiko berpotensi al

Risiko tinggi, tinggi risiko alami dan buatan

0 0,5 0,5 0,5

Ada risiko yang dapat mengganggu

0,5

Risiko sangat rendah bahkan tanpa ada ancaman

1

Status site Proses perusakan terus terjadi

0 0,5 0,5 0,5

Site rusak, ada managemen untuk

mencegahnya 0,5

Tidak ada proses perusakan

1

(51)

Peraturan daerah

Tidak ada hukum yang melindungi

0 1 1 1

Baru bersifat pengajuan

p0,5 Sudah ada

perda/hukum untuk

mengkonserva sinya

1

a. Risiko Nyata

Risiko nyata merupakan ancaman bencana yang pasti atau telah terjadi di geosite tersebut. Ngalau Basurek merupakan geosite dengan fitur alam berupa goa karst dengan memiliki sungai bawah sehingga ketika susur goa jalanan akan licin. Di Ngalau Talago berupa goa karst yang tidak memiliki sungai bawah tanah, tetapi medan menuju site tersebut memiliki kemiringan lereng 70o sehingga Ketika hujan akan licin dan membahayakan pengunjung. Di Air Terjun Batang Taye risiko yang menganggu yaitu banyak nya pohon yang tuumbang sehingga mengganggu perjalanan ketika menuju site tersebut (Gambar IV.23). Pihak pengelola haruslah tetap waspada akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

Gambar IV. 23. Risiko nyata (a). jalanan licin di Ngalau Basurek (b). medan yang terjal dan licin di Ngalau Talago (c). pohon tumbang di Air Terjun Batang Taye

b. Risiko Berpotensial

Risiko berpotensial merupakan ancaman bencana yang masih bersifat potensi (belum tentu terjadi) dan terjadi secara insidental atau sewaktu-waktu. Ngalau Basurek merupakan geosite dengan fitur alam berupa goa karst dengan memiliki sungai bawah tanah yang memiliki risiko seperti banjir bandang. Jika terjadi banjir bandang tidak akan sampai merusak kawasan, hanya saja kedalaman sungai akan

b c

a

(52)

tinggi 2-3 m termasuk pada saat musim penghujan, yang mungkin akan membahayakan keselamatan pengunjung jika risiko itu terjadi. Di Ngalau Talago berupada goa karst yang tidak memiliki sungai bawah tanah, tetapi medan menuju site tersebut memiliki kemiringan lereng 70o sehingga raan terjadinya longsor. Di Air Terjun Batang Taye resiko yang terjadi yaitu banjir bandang jika adanya intensitas hujan yang tinggi (Gambar IV.24). Pihak pengelola harus tetap waspada akan kemungkinan-kemungkinan atau bahaya yang dapat terjadi.

Gambar IV. 24. Risiko berpotensi (a). banjir bandang di Ngalau Basurek (b).

longsoran di Ngalau Talago (c). banjir bandang di Air Terjun Batang Taye

c. Status Site

Usaha untuk menjaga kelestarian geosite agar dijauhkan dari pihak yang tidak bertanggung jawab atau ingin merusaknya, harus dikerahkan. Tiap geosite memiliki nilai status site dengan angka 2,5 dari 5. Status site pada parameter ini dimaksudkan sebagai tindak lanjut dari konservasi, yakni berupa manajemen pencegahan pengerusakan warisan geologi karena masih banyak hal yang harus ditinjau dan diperbaiki agar status site tetap terjaga. Seperti masih banyak ditemukannya vandalisme berupa pertambangan liar, coret-coretan dan kawasan site yang banyak didominasi oleh sampah dedaunan. Akan tetapi, dibalik perusakan yang terjadi, pengelola geosite telah mengambil langkah yang bijak untuk menjauhkan dari hal- hal yang merusak dan tinggal dimaksimalkan cara penjagaannya saja.

Bagi pelaku pertambangan liar, oleh badan pengelola telah ditegur. Akan tetapi, pelaku penambang liar sesekali masih saja nekat menambang, Badan Pengelola juga tidak berani untuk menegurnya terus menerus sebab peraturan daerah belum dikeluarkan. Selanjutnya terdapat vandalisme berupa coret-coretan tangan wisatawan yang tidak bertanggung jawab. Selain itu adanya masalah sampah

a b c

(53)

dedaunan yang mendominasi kawasan, sebaiknya ada petugas kebersihan di masing-masing geosite.

d. Peraturan Daerah

Peraturan yang mengatur tentang geosite tersebut:

1. PERPRES No. 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark) 2. Perbup No. 10 tahun 2019, Peraturan Bupati (PERBUP) tentang Konservasi

Lingkungan Hidup di Kawasan Geopark Silokek

3. Pada tingkat Kabupaten untuk perlindungan kawasan Geopark Silokek dikukuhkan melalui Perda Kab Sijunjung No. 5 Tahun 2012 tentang rencana tata ruang kabupaten wilayah Sijunjung tahun 2011 –2031.

Sehingga ke-3 geosite tersebut memiliki nilai 5 dari nilai maksimal 5, dikarenakan sudah ada perlindungan hukum untuk mengkonservasinya. Jumlah skor total parameter yang ada pada aspek nilai konservasi yakni Ngalau Basurek sebesar 12,5, Ngalau Talago sebesar 12,5, dan Air Terjun Batang Taye sebesar 12,5 dari skor maksimal 20.

IV.1.5. Aspek Nilai Tambahan

Berdasarkan Tabel IV.5. penilaian ini terdiri dari beberapa parameter yaitu budaya, nilai ekologi, estetika, dan struktur ruang dan pemandangan.

Tabel IV. 5. Penilaian Geosite meliputi Aspek Nilai Tambahan No Aspek Parameter Penjelasan Bobot Ngalau

Basurek

Ngalau Talago

Air Terjun Batang

Taye Skor Skor Skor 5 Nilai

Tambaha n (20%)

Budaya Tidak ada unsur budaya

0 1 0,5 0,5

Ada unsur budaya namun tidak berkaitan dengan unsur abiotik

0,5

Ada hubungan budaya yang kuat

1

Gambar

Gambar II. 1. Titik geosite daerah penelitian
Gambar II. 2. Peta Geologi Regional Lembar Solok (Silitonga dan Kastowo, 1995)  (Daerah penelitian kotak hitam)
Tabel II. 1. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian (Sijunjung, 2018)
Gambar II. 3. Peta Geologi Desa Silokek
+7

Referensi

Dokumen terkait