• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTIK OBSERVASI DAN KAJIAN PENGEMBANGAN GEOSITE NGALAU BASUREK PADA KAWASAN GEOPARK NASIONAL SILOKEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTIK OBSERVASI DAN KAJIAN PENGEMBANGAN GEOSITE NGALAU BASUREK PADA KAWASAN GEOPARK NASIONAL SILOKEK"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

OBSERVASI DAN KAJIAN PENGEMBANGAN GEOSITE NGALAU BASUREK PADA KAWASAN GEOPARK

NASIONAL SILOKEK

Dipersiapkan oleh : SONYA REJEKI SIAHAAN

NIM. 118150092

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021

(2)

ii

(3)

iii ABSTRAK

Geopark merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan yang memadukan tiga keragaman alam berupa, keragaman geologi, keragaman hayati, dan keragaman budaya. Geopark Silokek adalah salah satu geopark berskala nasional di Indonesia. Observasi geosite pada kawasan Geopark Silokek diperlukan agar memiliki konsep pengembangan yang sesuai dengan nilai standar dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Ngalau Basurek merupakan salah satu geosite yang menjadi daya tarik utama di kawasan Geopark Silokek namun pengembangannya masih belum optimal sehingga diperlukan pengembangan serta riset lanjutan berdasarkan nilai sains, nilai edukasi, nilai pariwisata, dan nilai degradasi. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, dalam aspek sains diperlukan penelitian lebih lanjut tentang proses pembentukan batugamping dan diagenesis batugamping agar memberikan pemahaman yang komprehensif tentang proses geodinamika yang terjadi di Geosite Ngalau Basurek. Rekomendasi dalam nilai edukasi yang dapat ditingkatkan adalah dengan membuat papan informasi dan buku tematik yang berisi tentang fitur geologi dan sejarah geologi.

Rekomendasi yang dapat diberikan dalam nilai pariwisata yaitu melengkapi alat keamanan pada susur goa dan panjat tebing kemudian memperbaiki akses jalan serta menambah penerangan jalan, menyediakan sarana sanitasi dan mengadakan paket wisata. Pada nilai degradasi, rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan mengadakan penjagaan seperti di depan pintu masuk geosite.

Kata kunci: Ngalau Basurek, geopark, strategi pengembangan, Sumatera Barat

(4)

iv ABSTRACT

Geopark is a management concept for sustainable area development that harmonizes three natural diversity, in the form of geological diversity, biodiversity, and cultural diversity. One of the national-scale geoparks in Indonesia is Geopark Silokek. Geosite observations in the Silokek Geopark area are needed in order to have a development concept that is in accordance with standard values from the Ministry of Energy and Mineral Resources. Ngalau Basurek is one of the geosites that is the main attraction in the Silokek Geopark area whose development is still not optimal so further development and research is needed based on scientific values, educational values, tourism values and degradation values. Based on the assessment made, in the scientific aspect, further research is needed on the limestone formation process and limestone diagenesis in order to provide a comprehensive understanding of the geodynamic processes that occur at the Ngalau Basurek Geosite. Recommendations in terms of educational value that can be improved are by making information boards and thematic books containing geological features and geological history. Recommendations that can be given in terms of tourism value are equipping safety equipment on cave railings and rock climbing then improving road access and adding street lighting, providing sanitation facilities and holding tour packages. On the value of degradation, the recommendation that can be given is to provide more guard in front of the geosite entrance.

Keywords: Ngalau Basurek, geopark, development strategy, West Sumatera

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Observasi dan Kajian Pengembangan Geosite ‘Ngalau Basurek’ pada Kawasan Geopark Nasional Silokek”. Terselesaikannya penulisan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu selama penulisan. Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada:

1. Bapak Angga Jati Widiatama, S. T., M. T., selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan yang berguna kepada penulis.

2. Ibu Bella Restu Juliarka, S. T., M. T., selaku dosen wali dan sekaligus dosen penanggung jawab Kerja Praktek.

3. Bapak Ridwan, S.Hut., selaku pembimbing lapangan Kerja Praktek di Geopark Information Center (GIC) Geopark Silokek yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama melaksanakan Kerja Praktek.

4. Seluruh Perangkat Desa Silokek, Kecamatan Sijunjung yang telah menerima, mengayomi, serta membantu penulis selayaknya keluarga sendiri selama berada di Desa Silokek.

5. Kedua Orangtua dan keluarga penulis, atas doa dan dukungan yang tak pernah berhenti sehingga menjadi kekuatan penulis selama menyelesaikan Kerja Praktek.

6. Teman-teman KP dan rekan seperjuangan Teknik Geologi ITERA angkatan 2018, yang selalu memberikan masukan serta semangat kepada penulis.

Demikian laporan ini dibuat agar dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Lampung Selatan, 25 Oktober 2021 Penulis,

Sonya Rejeki Siahaan NIM. 118150092

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

I.3 Manfaat ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

II.1 Geologi Regional ... 3

II.2 Stratigrafi Daerah Penelitian ... 3

II.3 Fisiografi Regional ... 5

II.4 Tatanan Tektonik ... 5

II.5 Geomorfologi ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 10

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

III.2 Alat dan Bahan ... 10

III.3 Tahap Penelitian ... 11

III.4 Diagram Alir Penelitian ... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

IV.1 Hasil Observasi ... 13

IV.1.1 Stratigrafi ... 13

IV.1.2 Implementasi Kotak Geowisata ... 13

IV.1.3 Hasil Penilaian Parameter Geowisata ... 25

IV.2 Pembahasan ... 28

IV.2.1 Asessmen Nilai – Nilai Sains ... 28

IV.2.2 Asessmen Nilai – Nilai Edukasi ... 28

IV.2.3 Asessmen Nilai – Nilai Pariwisata ... 28

IV.2.4 Asessmen Nilai – Nilai Degradasi ... 28

BAB V KESIMPULAN ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Peta geologi regional lembar Solok (Silitonga dkk., 2007) ... 3

Gambar II. 2 Kolom stratigrafi regional Cekungan Ombilin ( Silitonga dan Kastowo, 1995.,Koesoemadinata dan Matasak, 1981) ... 4

Gambar II. 3 Fisiografi regional daerah Sumatera Barat (Sandy, 1985)... 5

Gambar II. 4 Geomorfologi Geopark Silokek ... 7

Gambar II. 5 Kotak Geowisata (Brahmantyo, 2013) ... 8

Gambar III. 1 Diagram alir penelitian. ... 12

Gambar IV. 1 Peta lokasi daerah penelitian ... 13

Gambar IV. 2 Kenampakan dinding luar Ngalau Basurek ... 14

Gambar IV. 3 Sungai bawah tanah pada Geosite Ngalau Basurek ... 14

Gambar IV. 4 Patholes yang terbentuk pada dinding Ngalau Basurek ... 15

Gambar IV. 5 Ornamen stalaktit di Ngalau Basurek ... 16

Gambar IV. 6 Ornamen stalakmit ... 16

Gambar IV. 7 Ornamen tiang (speleothem) ... 17

Gambar IV. 8 Ornamen flowstone ... 17

Gambar IV. 9 Susur goa oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang (STTIND) ... 18

Gambar IV. 10 Arung jeram di Sungai Batang Kuantan ... 18

Gambar IV. 11 Climbing di dinding luar Ngalau Basurek... 19

Gambar IV. 12 A) Pusat informasi, B) Penunjuk arah Ngalau Basurek ... 20

Gambar IV. 13 Foto bersama Masyarakat Sadar Wisata (Masata) di Geosite Ngalau Basurek ... 21

Gambar IV. 14 Fosil bivalvia di Geopark Silokek ... 22

Gambar IV. 15 Prasasti yang menunjukan W.H. de Greve pada tahun 1927 Ngalau Basurek ... 23

Gambar IV. 16 Tarian mandulang ameh ... 24

Gambar IV. 17 Vandalisme di dinding Ngalau Basurek ... 29

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel III. 1 Jadwal pelaksaaan penelitian ... 10

Tabel IV. 1 Hasil penelitian geosite meliputi asessmen nilai – nilai sains ... 25

Tabel IV. 2 Hasil penilaian geosite meliputi asessmen nilai – nilai edukasi ... 26

Tabel IV. 3 Hasil penilaian geosite meliputi asessmen nilai – nilai pariwisata ... 26

Tabel IV. 4 Hasil penilaian geosite meliputi asessmen nilai – nilai degradasi ... 27

Tabel IV. 5 Hasil perhitungan ... 27

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Secara geografis, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan budaya sebagai tujuan wisata yang menjadi kegemaran masyarakat. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi destinasi tujuan pariwisata dunia, Indonesia mempunyai tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia dengan negara lain. Ketiga unsur tersebut adalah masyarakat, alam, dan juga budaya (Ismayanti, 2010).

Geopark merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan, memadukan tiga keragaman alam, yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity) yang di dalamnya memiliki aspek dalam bidang pendidikan sebagai pengetahuan di bidang ilmu kebumian, serta keunikan dan keragaman warisan bumi. Hal ini bertujuan untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap ketiga keragaman tersebut.

Salah satu geopark yang ada di Indonesia yaitu Geopark Silokek. Geopark ini ditetapkan sebagai Geopark Nasional pada tanggal 30 November 2018. Geopark Silokek terletak di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Nama Silokek diambil dari nama nagari (desa) Silokek yang merupakan salah satu nagari yang dijadikan sebagai geosite di Geopark Silokek. Di Geopark Silokek akan dijumpai objek – objek geologi berupa air terjun, pasir putih, sungai, dan sejumlah ngalau (gua), dengan ornamen stalakmit dan stalaktit yang sangat indah.

Geosite Ngalau Basurek terletak di Muaro Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Geosite ini merupakan daerah yang berupa rangkaian bukit barisan yang membentang dari barat laut ke tenggara. Ngalau dalam artian bahasa minang berarti gua, sedangkan basurek berarti tulisan. Jadi Ngalau Basurek berarti gua di mana salah satu sisi di mulut guanya terdapat tulisan.

Batugamping pembentuk karst di Sijunjung umurnya yaitu 350 juta tahun yang lalu.

Karst di Geopark Silokek merupakan bagian dari bentang karst Bukit Barisan. Di

(10)

2

dalamnya terdapat ornamen seperti stalaktit, stalakmit, speleothem, flowstone, sungai bawah tanah.

Observasi dan peninjauan ulang mengenai kawasan Geopark Silokek merupakan suatu kegiatan yang sangat dibutuhkan agar memiliki konsep perkembangan yang sesuai dengan nilai standar. Hal ini agar nantinya kawasan Geopark Silokek lebih dapat berkembang dan mampu memaksimalkan potensi wilayah daerah dengan melibatkan seluruh pihak agar terciptanya pembangunan perekonomian masyarakat yang sejahtera.

I.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menilai Geosite Ngalau Basurek dengan parameter standar penilaian yang mengacu pada Petunjuk Teknis Asessmen Warisan Geologi Kementiran Energi Sistem dan Mineral (KESDM).

2. Menyusun rekomendasi pada Geosite Ngalau Basurek yang diobservasi sesuai dengan nilai standar yang telah diperoleh.

I.3 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memaksimalkan Geosite Ngalau Basurek yang ada pada kawasan Geopark Silokek sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah konsep perkembangan Geosite Geopark Silokek yang berkelanjutan.

2. Menciptakan hubungan kerja antara industri, instansi pemerintahan, dan perguruan tinggi dimana luaran perguruan tinggi merupakan sumber daya manusia dalam dunia industri atau instansi pemerintahan.

I.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Objek penelitian meliputi, pengamatan Geosite Ngalau Basurek

2. Objek penelitian mengacu pada Petunjuk Teknis Asessmen Warisan Geologi KESDM tahun 2017.

(11)

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional

Provinsi Sumatera Barat memiliki letak geografis 0 ֯ 54’ Lintang Utara (LU) dan 3 ֯ 30’ Lintang Selatan (LS) dan antara 98 ֯ 36’ - 101 ֯ 53’ Bujur Timur (BT). Batas- batas wilayah administratif Provinsi Sumatera Barat yaitu sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Jambi. Adapun letak penelitian ini yaitu di desa Silokek, Kabupaten Sijunjung, Kecamatan Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat (Gambar II.1).

Gambar II. 1 Peta geologi regional lembar Solok (Silitonga dkk., 2007)

II.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Daerah penelitian terletak pada cekungan Ombilin dengan stratigrafi batuan dari tua–muda berumur pra-Tersier–Kuarter. Kolom stratigrafi regional cekungan Ombilin menurut Silitonga dan Kastowo (1995) serta Koesoemadinata dan Matasak (1981). (Gambar II.2).

(12)

4

Gambar II. 2 Kolom stratigrafi regional Cekungan Ombilin ( Silitonga dan Kastowo, 1995., Koesoemadinata dan Matasak, 1981)

Berdasarkan kolom stratigrafi di atas dan berdasarkan peta geologi regional lembar Solok menurut Silitonga dan Kastowo (1995) pada daerah penelitian terdapat beberapa Formasi, yaitu: Anggota batugamping Formasi Kuantan dengan Litologi penyusun berupa batugamping, batusabak, filit, serpih terkersikkan dan kuarsit.

Kemudian Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan dengan litologi penyusun formasi ini antara lain, serpih, filit, sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang, dan aliran lava. Anggota Bawah Formasi Ombilin yang tersusun atas batupasir kuarsa mengandung mika sisipan arkose, serpih lempungan, konglomerat kuarsa, dan batubara.

(13)

5 II.3 Fisiografi Regional

Secara regional, fisiografi Pulau Sumatera terdiri beberapa zona fisiografi, diantaranya zona Bukit Barisan, zona Sesar Semangko, zona Dataran dan Perbukitan, zona Bukit Tiga Puluh, zona Busur Luar dan zona Paparan Sunda (Van Bemmelen, 1949). Daerah penelitian terletak pada daerah Sumatera Barat, yang secara fisiografi dibagi menjadi tiga zona, yaitu wilayah pegunungan vulkanik, wilayah perbukitan Tersier, dan wilayah dataran rendah (Sandy,1985). (Gambar II.3)

Gambar II. 3 Fisiografi regional daerah Sumatera Barat (Sandy, 1985)

Wilayah pegunungan vulkanik membujur pada bagian tengah provinsi Sumatera Barat, dari utara-selatan, dengan patahan Semangko ditengahnya, sedangkan perbukitan lipatan Tersier membentang dibagian Timur pegunungan vulkanik.

II.4 Tatanan Tektonik

Pulau Sumatera berada pada jalur gunung api yang terbentuk akibat pertemuan dua lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia (Katili, 1974). Pulau Sumatera terletak di selatan dari Lempeng Eurasia

(14)

6

yang berinteraksi dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara–

timurlaut. Pada pra-Tersier kerangka Pulau Sumatera terdiri dari lempeng mikro benua dan samudra yang diakresikan yaitu lempeng mikro Mergui, Malaka, dan Malaya Timur yang menyatu membentuk Sundaland pada akhir Trias (Barber dkk., 2005). Di bagian barat sundaland terjadi akresi lebih lanjut dari daratan Woyla pada masa Mesozoik Akhir dan membentuk batasan yang jelas terhadap lempeng mikro Mergui (Pulonggono dan Cameron, 1984). Pegunungan Barisan di Pulau Sumatera Barat terbentuk dari graben hasil dari aktivitas tektonik yang terjadi pada awal Tersier yang bagian timurnya menyingkap batuan non-vulkanik dari sikuen pra- Tersier. Struktur geologi pada daerah penelitian dipengaruhi oleh Sesar Takung dengan orientasi barat barat laut– timur barat daya pada bagian timur laut dan sistem sesar utama Sumatera dengan orientasi barat laut–tenggara di bagian barat daya.

Terjadinya kompresi karena subduksi lempeng Indo–Australian dibawah Sundaland pada awal Eosen Tengah yang menghasilkan regime tektonik ekstensional sehingga terbentuk graben. Graben merupakan hasil strike-slip fault Tersier dari sistem sesar utama Sumatera yang dilanjutkan dengan pergerakan sesar berorientasi barat laut–tenggara yang membentuk graben berikutnya (Situmorang dkk.,1991).

II.5 Geomorfologi

Analisis geomorfologi yang dilakukan dengan menggunakan data peta rupa bumi dengan skala 1:25.000, serta citra satelit. Penentuan satuan geomorfologi didasarkan pada aspek relief, pola pengaliran, morfogenetik, dan morfometri.

Kawasan Geopark Silokek terdiri dari empat bentukan asal yaitu bentuk asal struktural, bentuk asal denudasional, bentuk asal karst, dan bentuk asal fluvial (Gambar IV.4) .

Morfologi bentukan asal struktural dominan disusun oleh material batuan dari Anggota Bawah Formasi Ombilin yang teridiri dari lempung dan napal dengan sisipan batupasir, konglomerat mengandung kapur dan berfosil. Dominasi lempung dan napal pada wilayah ini menghasilkan kawasan yang relatif datar hingga landai dengan sedikit perbukitan di bagian tepinya. Topografi datar hinga landai dengan

(15)

7

kelerengan <5%. Morfologi ini menempati sekitar 15 % dari kawasan Geopark Silokek.

Gambar II. 4 Geomorfologi Geopark Silokek

Morfologi bentukan asal fluvial, dicirikan oleh bentuk lahan berupa dataran aluvial.

Morfologi ini menempati sekitar 20 % dari kawasan Geopark Silokek dan dimanfaatkan sebagai pemukiman dan lahan pesawahan. Litologi yang menempati morfologi ini adalah endapan aluvial terdiri atas batuan metamorf dan batugamping.

Morfologi bentukan asal denudasional, dicirikan dengan kenampakan bukit terisolir yang tersusun atas litologi granit sebagai contoh adalah Bukit Mambuik. Morfologi ini menempati sekitar 20 % dari kawasan Geopark Silokek.

Morfologi bentukan asal karst, dicirikan dengan batugamping tua dengan umur lebih dari 350 juta tahun. Morfologi ini menempati sekitar 45 % dari kawasan Geopark Silokek (Badan pengelola geopark)

II.6 Konsep Dasar Geowisata

Konsep kotak geowisata memiliki peran penting sebagai acuan terbentuknya Daya Tarik Geowisata (DTG) berdasarkan sifat dan ruang lingkupnya. Konsep ini merupakan modifikasi pennjabaran konsep sifat dan ruang lingkup geowisata (Dowling dan Newsome, 2016), yang mencakup proses, bentuk, dan pariwisata dengan menambahkan tiga elemen lainnya, yaitu geodasar, geohistory, dan geo+.

Modifikasi tersebut didasarkan bahwa geowisata juga melibatkan aspek non- geologi yang masih memiliki keterikatan dengan aspek geologi, seperti flora, fauna, budaya, arkeologi, sejarah, hingga legenda serta mitos. Secara keseluruhan konsep

(16)

8

kotak geowisata mencakup enam elemen yaitu (1) proses, (2) bentuk, (3) pariwisata, (4) geodasar, (5) geohistory, dan (6) geo+ (Brahmantyo, 2013) yang dapat dilihat pada (Gambar II.5).

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark), Taman Bumi yang selanjutnya disebut adalah sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan, yang memiliki situs warisan geologi (geosite) dan bentang alam yang bernilai, terkait aspek warisan geologi (geoheritage), keragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity), serta dikelola untuk keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan dengan keterlibatan aktif dari masyarakat dan pemerintah daerah, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap bumi dan lingkungan sekitarnya.

Gambar II. 5 Kotak Geowisata (Brahmantyo, 2013)

Sedangkan menurut UNESCO (2004), geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka (outstanding), termasuk nilai arkeologi, ekologi, dan budaya yang ada di dalamnya. Masyarakat setempat juga diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam.

(17)

9

Unsur utama di dalam geopark terbagi 3 yaitu unsur geodiversity, biodiversity, dan culturaldiversity. Konsep asas geopark menurut UNESCO adalah pembangunan ekonomi secara mapan melalui warisan geologi atau geotourism. Tujuan dan sasaran dari geopark adalah untuk melindungi keragaman bumi (geodiversity) dan konservasi lingkungan, pendidikan, dan ilmu kebumian secara luas.

(18)

10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di instansi terkait dengan kurun waktu kurang lebih selama 30 hari, yaitu terhitung pada tanggal 25 Agustus 2021 – 25 September 2021.

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan pengerjaan Kerja Praktek adalah sebagai berikut :

Instansi : Geopark Information Center Geopark Silokek

Alamat : Muaro Sijunjung, Kec. Sijunjung, Kab. Sijunjung, Prov. Sumatera Barat

Waktu : 25 Agustus – 25 September 2021

Dengan penempatan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut : Tempat : Geosite Ngalau Basurek

Alamat : Muaro Sijunjung, Kec. Sijunjung, Kab. Sijunjung, Prov. Sumatera Barat

Waktu : 25 Agustus – 25 September 2021

Tabel III. 1 Jadwal Pelaksaaan Penelitian

No. Uraian Kegiatan Agustus, minggu ke-

1 2 3 4

1. Studi literatur, perencanaan kegiatan lapangan 2. Pengenalan instansi dan observasi

3. Pengamatan dan pengambilan data lapangan 4. Pengelolaan, analisis data, dan penyusunan

laporan

III.2 Alat dan Bahan

Beberapa peralatan dan bahan yang digunakan sebagai penunjang selama penelitian ini adalah :

1. Buku lapangan 2. Kompas geologi

3. Palu batuan beku dan sedimen 4. Plastik sampel

5. HCL

(19)

11 6. Pahat

7. Clipboard

8. Komparator beku dan sedimen 9. Kamera

10. Borang penilaian geosite

III.3 Tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, terbagi beberapa tahap pelaksanaan, yakni :

III.3.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini dimulai dengan pengadaan peta topografi, peta geologi regional, peta lintasan geologi, foto udara (citra satelit), serta literatur yang berkaitan dengan daerah penelitian, lalu dilanjutkan dengan analisis peta topografi dan interpretasi foto udara (citra satelit). Dari data-data sekunder tersebut dirancang perizininan dengan Badan Pengelola Geopark Silokek dan kepada pengurus nagari Silokek yang meliputi Kepala Desa dan Kepala Adat, rencana lintasan penelitian, dan kegiatan untuk tahapan selanjutnya.

III.3.2 Tahap Eksplorasi dan Observasi

Tahap eksplorasi dan observasi yaitu memetakan, mengekplorasi, serta mengobservasi kawasan Geosite Ngalau Basurek meliputi geodiversity, biodiversity, cultural diversity, seluruh komponen dan juga aspek-aspek geosite yang menunjang untuk diberikan nilai sesuai dengan keadaan yang dimiliki oleh masing-masing geosite yang teramati.

III.3.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini data yang diperoleh pada tahapan eksplorasi dan observasi seluruhnya diolah dan dianalisis menggunakan parameter satandar penilaian yang mengacu pada Petunjuk Teknis Asessmen Sumber Daya Warisan Geologi ESDM (2017). Beberapa aspek penilaian yang ada di dalamnya adalah asessmen nilai–nilai sains (scientific values), asessmen nilai–nilai edukasi (education values), asessmen nilai–nilai pariwisata (tourism values), asessmen nilai–nilai degradasi (risk

(20)

12

degradation). Dengan metode ini dapat diketahui besar bobot- bobot penilaian pada masing-masing asessmen sehingga akan didapatkan suatu nilai yang dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan warisan geologi.

III.4 Diagram Alir Penelitian

Tahapan atau proses yang dilakukan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir pada Gambar III.1.

Gambar III. 1 Diagram alir penelitian.

(21)

13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Observasi

Setelah melakukan tahap persiapan berupa pengadaan peta topografi, peta geologi regional, peta lintasan geologi, citra satelit, dan literatur yang berkaitan dengan daerah penelitian serta tahap eksplorasi dan observasi berupa memetakan, mengeksplorasi serta mengobservasi kawasan Geosite Ngalau Basurek meliputi geodiversity, biodiversity, cultural diversity, maka didapatkan hasil:

IV.1.1 Stratigrafi

Stratigrafi daerah penelitiaan tersusun atas satu formasi yaitu Formasi Kuantan (PCkl) yang tersusun atas batugamping sabak, filit, serpih terkersikkan, dan kuarsit.

Gambar IV. 1 Peta lokasi daerah penelitian

IV.1.2 Implementasi Kotak Geowisata

Secara keseluruhan, konsep kotak geowisata mencakup 6 elemen yaitu (1) proses, (2) bentuk, (3) pariwisata, (4) geodasar, (5) geohistory, dan (6) geo+ (Brahmantyo, 2013). Hal-hal yang dapat menunjang 6 elemen tersebut pada Geosite Ngalau Basurek mencakup:

(22)

14 1). Proses

Pada Geosite Ngalau Basurek dapat ditemukan keunikan yaitu berupa goa yang memiliki umur yang sudah tua yaitu 350 juta tahun, yang tersusun atas batugamping kristalin dan memiliki banyak urat yang diisi oleh mineral kalsit. Kenampakan luar Geosite Ngalau Basurek dapat dilihat pada (Gambar IV.2) .

Gambar IV. 2 Kenampakan dinding luar Ngalau Basurek

Keberadaan sungai bawah tanah di dalam Ngalau Basurek baik berupa genangan maupun berupa aliran menandakan bahwa Ngalau Basurek merupakan goa aktif.

Sungai bawah tanah pada Geosite Ngalau Basurek dapat dilihat pada Gambar IV.3.

Gambar IV. 3 Sungai bawah tanah pada Geosite Ngalau Basurek

(23)

15

Batugamping bersifat porous atau berpori sehingga ketika air hujan mengenainya akan langsung jatuh melewati pori pada lapisan batuan baik secara vertikal maupun secara horizontal. Air akan jatuh ke bawah permukaan tanah dan kemudian terakumulasi dalam suatu pola aliran sungai dan akan membentuk sungai bawah tanah (underground river). Pada Geosite Ngalau Basurek memiliki lubang- lubang yang tersingkap di dinding goa sebagai akibat dari adanya aliran sungai bawah tanah. Fenomena ini disebut dengan Patholes (Gambar IV.4).

Gambar IV. 4 Patholes yang terbentuk pada dinding Ngalau Basurek

2). Bentuk

Elemen ini mempresentasikan bentang alam yang menarik di daerah penelitian.

Geosite Ngalau Basurek adalah sebuah goa yang menjulang tinggi. Keunikan dan keunggulan dari Geosite Ngalau Basurek yaitu memiliki ornamen goa karst yaitu adanya stalaktit yang terbentuk akibat adanya pelarutan sehingga air mengalir dari atas dinding goa mengarah ke bawah yang membawa kalsium karbonat (CaCO3) yang mengendap dan mengeras sehingga membentuk ornamen kerucut menggantung di langit goa (Gambar IV.5).

A B

(24)

16

Gambar IV. 5 Ornamen stalaktit di Ngalau Basurek

Ornamen stalakmit juga terbentuk akibat adanya pengendapan kalsium karbonat namun terbentuk di dasar goa (Gambar IV.6).

Gambar IV. 6 Ornamen stalakmit

(25)

17

Kemudian tiang (column) dalam geologi disebut speleothem yang merupakan hasil pertemuan stalaktit dengan stalakmit yang pada akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit dan stalakmit menjadi satu (Gambar IV.7).

Gambar IV. 7 Ornamen tiang (speleothem)

Ornamen selanjutnya adalah flowstone yang merupakan bentuk ornamen gua yang terbentuk dari milyaran tetesan air disebabkan oleh aliran air dan menyelubungi batuan Gambar IV.8)

Gambar IV. 8 Ornamen flowstone

(26)

18 3). Pariwisata

Pada kotak pariwisata, pariwisata harus terintegrasi dengan baik, secara keseluruhan elemen pariwisata terdiri dari beberapa indikator yaitu, berupa atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan perencanaan dan manajemen. Setelah Geosite Ngalau Basurek berkembang menjadi lokasi wisata, Ngalau Basurek menyuguhkan atraksi berupa climbing , susur goa, dan arung jeram. Untuk susur goa dapat dilihat pada (Gambar IV.9). Pada Geosite Ngalau Basurek arung jeram disediakan di Sungai Batang Kuantan yang dapat melihat kenampakan luar dari Ngalau Basurek (Gambar IV.10).

Gambar IV. 9 Susur goa oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang (STTIND)

Gambar IV. 10 Arung jeram di Sungai Batang Kuantan

(27)

19

Aksesibilitas menuju tempat ini dapat ditempuh melalui tiga jalan yakni, Muaro Sijunjung, Kecamatan Sumpur Kudus, dan Kecamatan Kamang Baru. Jika dari Muaro Silokek akses jalannya sudah cukup baik karena sudah beraspal, tetapi disepanjang jalan terkadang ditemukan batang pohon yang tumbang dari atas bukit.

Jika dari Kecamatan Sumpur Kudus, akses jalannya masih belum diaspal keseluruhan. Sementara dari arah Kecamatan Kamang Baru, akses jalannya sudah cukup baik.

Gambar IV. 11 Climbing di dinding luar Ngalau Basurek

Untuk menuju Geosite Ngalau Basurek dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi baik merupakan kendaraan roda empat ataupun kendaraan roda dua, karena pihak pengelola Geopark Ngalau Basurek belum menyediakan kendaraan umum untuk menuju ke lokasi. Meskipun begitu, telah disediakan area parkir untuk

(28)

20

kendaraan pribadi roda dua sampai roda empat di sekitar pintu masuk. Harga tiket wisata senilai Rp. 10.000/orang untuk akhir pekan yaitu hari jumat, sabtu, dan minggu, untuk hari biasa senin, selasa, rabu, kamis tiket wisata yaitu senilai Rp.

5.000/orang. Kegiatan susur goa telah menyediakan alat pengaman seperti head- lamp, helm, dan sepatu boot. Kegiatan panjat tebing dapat dilakukan di sekitar Ngalau Basurek namun belum adanya perlengkapan yang disediakan oleh pihak pengelola menyebabkan pengunjung harus membawa perlengkapannya masing- masing. Panjat tebing dilakukan dengan total ketinggian berkisar 7–10 m di dinding luar Geosite Ngalau Basurek. Dalam pemenuhan amenitas baik fasilitas dan infrastruktur di Geosite Ngalau Basurek sudah cukup memadai yaitu seperti adanya kotak sampah, pusat informasi, papan penunjuk arah, pos Geosite, helm, headlamp, dan tempat untuk beristirahat di dekat pintu masuk geosite (Gambar IV.12).

Gambar IV. 12 A) Pusat informasi, B) Penunjuk arah menuju Ngalau Basurek

Objek wisata Ngalau Basurek telah memiliki pos geosite. Pos Geosite digunakan sebagai tempat penyimpanan alat seperti helm, headlamp, dan untuk registrasi pengunjung. Geosite Ngalau Basurek belum memiliki manajemen perancanaan dan pengembangan. Sehingga pemenuhan sarana pendukung pariwisata belum memadai. Hal ini terlihat dengan belum disediakan fasilitas penunjang aliran listrik, seperti kamar mandi, sarana ibadah, toko cinderamata, dan sarana kesehatan di

A B

(29)

21

sekitar geosite. Hal tersebut perlu diperhatikan guna menciptakan kenyamanan dan keselamatan wisatawan.

4). Geodasar

Menurut Kotak Geowisata (Brahmantyo, 2013) elemen geodasar adalah pengetahuan dasar ilmu kebumian yang memiliki peran penting dalam memahami bentuk dan proses pariwisata geologi yang disampaikan melalui interpretasi aktif seperti melalui pemandu wisata serta pasif dengan menggunakan buku panduan, brosur, dan internet (Brahmantyo, 2013). Ngalau Basurek sudah cukup baik, dengan Masyarakat Sadar Wisata (Masata) yaitu masyarakat umum yang ikut andil dalam pemanduan wisata yang terdiri dari mahasiwa Universitas di Sijunjung dan juga warga lokal. Selain itu adanya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berisi remaja lokal Silokek yang aktif memandu wisata di Ngalau Basurek (Gambar IV.13).

Gambar IV. 13 Foto bersama Masyarakat Sadar Wisata (Masata) di Geosite Ngalau Basurek

Geopark Silokek berada di bawah naungan Disparpora (Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga) Kabupaten Sijunjung yang mengacu pada Peraturan Bupati Kabupaten Sijunjung No.10 Tahun 2019. Pihak Geopark Information Center (GIC) mengambil peran dalam pelatihan pemandu wisata. Informasi geodasar telah diberikan pada saat pelatihan ke pemandu wisata, sehingga para Masata dan

(30)

22

Pokdarwis Ngalau Basurek telah memahami proses geologi yang membentuk Ngalau Basurek. Selain itu, informasi geodasar juga dijelaskan secara singkat pada papan informasi yang terpasang di Geosite Ngalau Basurek.

5). Geohistory

Ngalau Basurek memiliki umur yang diperkirakan berusia 350 juta tahun yang lalu yang berada pada Formasi Kuantan dengan umur Paleozoikum yang terdiri batugamping kristalin akibat dari rekristalisasi dan dapat membentuk ornamen goa seperti stalaktit, stalakmit, flowstone, dan speleothem. Geosite Ngalau Basurek berada pada provinsi Sumatera Barat dengan terrain Sumatera Barat dan kelompok batuannya adalah peusangan berumur Permian hingga Trias. Terrain Sumatera Barat berasosiasi dengan Terrain Cathaysia yang terendapkan dekat dengan garis katulistiwa yang memiliki iklim tropis, hal tersebut mengakibatkan batuan yang terbentuk kaya akan fosil flora dan fauna seperti contohnya fosil bivalvia yang ditemukan di Geopark Silokek. Dapat dilihat pada (Gambar IV.4).

Gambar IV. 14 Fosil bivalvia di Geopark Silokek

Secara tektonik, terrain Sumatera Barat merupakan bagian dari Terrain Malaya Timur namun mengalami pemisahan pada umur Trias atau awal Mesozoikum. Pada awal Trias berkembang sesar mendatar (strike-slip) yang menyebabkan terrain

(31)

23

Sumatera Barat yang awalnya berada di sebelah timur Kalimantan bergerak ke arah barat. Karena terrain Sumatera Barat merupakan bagian dari Cathaysia yang memiliki kondisi iklim yang hangat atau tropis dan terdiri dari batugamping yang memiliki carbonate factory dengan tipe T yaitu tropis. Ngalau (goa) ini bisa naik ke permukaan karena adanya tektonik yang mempengaruhi yaitu adanya pergeseran akibat adanya strike-slip pada umur Trias yang menghasilkan tinggian. Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya bukit barisan yang berumur Oligosen. (Barber dkk., 2005 )

6). Geo+

Pada Kotak Geowisata, elemen Geo+ merupakan faktor pendukung kegiatan geowisata, seperti fenomena geologi yang menjadi legenda dan mitos masyarakat setempat, flora dan fauna yang menjadi daya tarik geowisata serta keterkaitan daya tarik geowisata terhadap sejarah, sosial, dan budaya masyarakat setempat (Brahmantyo, 2013). Ngalau Basurek memiliki ikon atau ciri khas yang membuat geosite ini menjadi terkenal, seperti kata Basurek dalam bahasa minang bermakna tulisan karena di Geosite Ngalau Basurek ditemukan tulisan pada dinding goa (Gambar IV.15). W.H. de Greve adalah seorang geolog dari belanda yang hadir ke Sijunjung untuk kegiatan eksplorasi emas.

Gambar IV. 15 Prasasti yang menunjukan W.H. de Greve pada tahun 1927

(32)

24

Geosite Ngalau Basurek menyimpan keasrian ekosistemnya. Tumbuhan yang hidup dan berkembang di kawasan ini sangatlah beragam tetapi hampir sama dengan tumbuhan yang biasa ditemukan untuk sisi luar Ngalau Basurek (Gambar IV.17), dan untuk sisi dalam Ngalau Basurek tidak ditemukan tumbuhan yang berkembang.

Hewan yang berkembang di dalam Ngalau Basurek seperti kelelawar, jangkrik atau nama lokalnya sipungguak, burung walet, kaki seribu, dan laba-laba. Pada desa Silokek juga terdapat Kesenian Anak Nagari yaitu Tari Mandulang Ameh (Gambar IV.16) yang bercerita tentang kebiasaan kehidupan masyarakat nagari Silokek dari masa lalu hingga sekarang. Mulai dari mencari ikan, mencari kayu, mendulang emas, dan mencuci di sungai. Tari Mandulang Ameh ini juga dilakukan saat penyambutan acara besar yang ada di Kabupaten Sijunjung untuk menyambut tamu.

Gambar IV. 16 Tarian mandulang ameh

Beberapa elemen Kotak Geowisata yang telah disebutkan di atas telah terpenuhi dengan baik dan akan menjadi nilai unggul Geosite Ngalau Basurek, karena pengembangan aktivitas wisata di lokasi dapat dikembangkan dengan lebih leluasa dan lebih beragam. Maka dari itu, sangat diharapkan untuk wisatawan tidak jenuh dan mampu menambah waktu lebih lama untuk tinggal di Nagari Silokek, khususnya berkunjung ke Geosite Ngalau Basurek.

(33)

25 IV.1.3 Hasil Penilaian Parameter Geowisata

Dalam rangka membangun sistem manajemen sumber daya warisan geologi diperlukan kebijakan teknis sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya warisan geologi. Salah satunya perangkat dalam pedoman pengelolaan warisan geologi tersebut adalah petunjuk teknis untuk menilai potensi suatu situs warisan geologi. Petunjuk teknis ini diharapkan bisa menjadi acuan pengelolaan warisan geologi tidak hanya pelestarian lingkungan melalui geokonservasi tetapi untuk kepentingan lain seperti untuk pendidikan, keilmuan dan pariwisata berbasis geologi. Asessmen yang digunakan yaitu meliputi asessmen nilai sains, asessmen nilai edukasi, asessmen nilai pariwisata, dan asessmen nilai degradasi (KESDM, 2017). Penilaian diklasifikasikan menjadi tiga kategori: nilai <200 masuk dalam kategori kurang, nilai 201-300 masuk dalam kategori sedang, dan 301-400 masuk dalam kategori baik.

IV.1.3.1 Asessmen Nilai – Nilai Sains

Faktor-faktor yang digunakan dalam melakukan asesemen kuantitatif nilai-niliai sains meliputi: lokasi yang mewakili kerangka geologi, lokasi kunci penelitian, pemahaman keilmuan, kondisi situs geologi, keanekaragaman geologi, persebaran geosite dalam suatu wilayah, dan hambatan dalam penggunaan lokasi geosite.

Berdasarkan penilaian diperoleh nilai 245 dikategorikan sebagi kategori sedang.

Tabel IV. 1 Hasil penelitian geosite meliputi asessmen nilai–nilai sains

No. Kriteria Bobot(%) Skor NA

1. Lokasi yang mewakili kerangka geologi 30 3 90

2. Lokasi kunci penelitian 20 2 40

3. Pemahaman keilmuan 5 1 5

4. Kondisi lokasiatau situs geologi 15 2 30

5. Keanekaragaman geologi 5 3 15

a. Mineral b. Batuan c. Fosil

d. Strukturatautektonikatauproses (geodinamika)

e. Bentang alam

6. Persebaran geosite dalam satu wilayah 15 3 45

7. Hambatan penggunaan lokasi 10 2 20

Total 245

(34)

26 IV.1.3.2 Asessmen Nilai – Nilai Edukasi

Faktor-faktor yang digunakan dalam melakukan asesemen kuantitatif nilai-niliai edukasi meliputi: kerentanan suatu geosite, pencapaian lokasi, hambatan pemanfaatan lokasi, fasilitas keamanan, sarana pendukung, kepadatan penduduk, hubungan dengan unsur lain, status lokasi, kekhasan, kondisi pada pengamatan unsur geologi, potensi informasi pendidikan, dan keanekaragaman geologi.

Berdasarkan penilaian diperoleh nilai 330 dikategorikan sebagi kategori baik.

Tabel IV. 2 Hasil penilaian geosite meliputi asessmen nilai–nilai edukasi

No Kriteria Bobot (%) Skor NA

1. Kerentanan 10 3 30

2. Pencapaian lokasi 10 4 40

3. Hambatan pemanfaatan lokasi 5 3 15

4. Fasilitas keamanan 10 2 20

5. Sarana pendukung 5 4 20

6. Kepadatan penduduk 5 4 20

7. Hubungan dengan nilai lainnya 5 4 20

8. Status lokasi 5 4 20

9. Kekhasan 5 1 5

10. Kondisi pada pengamatan unsur geologi 10 4 40 11. Potenssi informasi pendidikan atau

penelitian

20 4 80

12 Keanekaragaman geologi 10 2 20

Total 330

IV.1.3.3 Asessmen Nilai – Nilai Pariwisata

Faktor-faktor yang digunakan dalam melakukan asesemen kuantitatif nilai-niliai pariwisata, meliputi kerentanan suatu geosite, pencapaian lokasi, hambatan pemanfaatan lokasi, fasilitas keamanan, sarana pendukung, kepadatan penduduk, hubungan dengan unsur-unsur lain, status lokasi, kekhasan, kondisi pada pengamatan unsur geologi, potensi interpretatif, tingkat ekonomi, dan dekat dengan area rekreasi. Berdasarkan penilaian diperoleh nilai 305 dikategorikan sebagi kategori baik.

Tabel IV. 3 Hasil penilaian geosite meliputi asessmen nilai–nilai pariwisata

No Kriteria Bobot (%) Skor NA

1. Kerentanan 10 3 30

2. Pencapaian lokasi 10 4 40

(35)

27

3. Hambatan lokasi 5 3 15

4. Fasilitas keamanan 10 2 20

5. Sarana pendukung 5 4 20

6. Kepadatan penduduk 5 4 20

7. Hubungan dengan nilai lainnya 5 4 20

8. Status lokasi 15 4 60

9. Kekhasan 10 1 10

10. Kondisi pada pengamatan elemen geologi 5 4 20

11. Potensi interpretatif 10 2 20

12. Tingkat ekonomi 5 2 10

13. Dekat dengan area rekreasi 5 4 20

Total 305

IV.1.3.4 Asessmen Nilai – Nilai Degradasi

Faktor-faktor yang digunakan dalam melakukan asesemen kuantitatif resiko degrdasi meliputi: kerusakan terhadap unsur geologi, berdekatan dengan daerahatauaktifitas yang berpotensi menyebabkan degradasi, perlindungan hukum, aksesibilitas, dan kepadatan populasi. Berdasarkan penilaian diperoleh nilai 250 dikategorikan sebagi kategori sedang.

Tabel IV. 4 Hasil penilaian geosite meliputi asessmen nilai–nilai degradasi

No. Kriteria Bobot (%) Skor NA

1. Kerusakan terhadap unsur geologi 35 2 70

2. Berdekatan dengan daerahatau aktifitas yang berpotensi menyebabkan degradasi

20 3 60

3. Perlindungan hukum 20 2 20

4. Aksesibilitas 15 4 60

5. Kepadatan populasi 10 4 40

Total 250

IV.1.3.5 Klasifikasi

Setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan asessmen masing- masing maka dilakukan penentuan kategori dengan menggunakan klasifikasi seperti di tabel berikut:

Tabel IV. 5 Hasil perhitungan

No Nama Asessmen Nilai Asessmen Kategori

1. Nilai sains 245 Sedang

2. Nilai edukasi 330 Baik

3. Nilai pariwisata 305 Baik

4. Nilai degradasi 250 Sedang

(36)

28 IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Asessmen Nilai – Nilai Sains

Rekomendasi yang diberikan adalah dengan melakukan penelitian lebih lanjut tentang proses pembentukan batugamping dan diagenesis batugamping agar memberikan pemahaman yang komprehensif tentang proses geodinamika yang terjadi di Geosite Ngalau Basurek dan mempublikasikan informasi berupa jurnal atau laporan atau skripsi yang telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai Geosite Ngalau Basurek agar wisatawan dapat mengaksesnya untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan sains.

IV.2.2 Asessmen Nilai – Nilai Edukasi

Rekomendasi dalam nilai edukasi yang dapat ditingkatkan adalah dengan membuat papan informasi dan buku tematik yang berisi tentang fitur geologi dan sejarah geologi kemudian membahas tentang genesa pembentuknya Ngalau Basurek, ornamen–ornamen goa, dan batuan penyusun goa, agar wisatawan dapat mengetahui secara ringkas proses terbentuknya Ngalau Basurek, ornamen- ornamen goa yang ada dan juga batugamping dengan bahasa yang sederhana, dibuat lebih menarik dan mudah dimengerti.

IV.2.3 Asessmen Nilai – Nilai Pariwisata

Rekomendasi yang dapat diberikan dalam nilai pariwisata yaitu melengkapi alat keamanan pada atraksi susur goa dan panjat tebing kemudian memperbaiki akses jalan serta menambah penerangan jalan, menyediakan sarana sanitasi, dan mengadakan paket wisata. Pada nilai degradasi, rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan mengadakan penjagaan lebih lagi di depan pintu masuk geosite.

Kemudian menjaga kealamian dan kelestarian dari Geosite Ngalau Basurek seperti tidak dilakukannya perubahan secara mendominasi pada kenampakan Ngalau Basurek.

IV.2.4 Asessmen Nilai – Nilai Degradasi

Pada Geosite terdapat kemungkinan terjadinya kerusakan terhadap unsur geologi sekunder. Kerusakan tersebut bisa saja dari kerentanan terhadap alam, dan juga

(37)

29

karena manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia, seperti contohnya adalah vandalisme yang tertera pada (Gambar IV.7).

,

Gambar IV. 17 Vandalisme di dinding Ngalau Basurek

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan adanya penjaga pos Geosite yang akan selalu menjaga pintu masuk goa dan untuk registrasi pengunjung dan pemandu wisata ketika susur goa dapat mengurangi terjadinya kerusakan seperti vandalisme, pencurian, ataupun kerusakan pada ornamen goa.

(38)

30

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi dan pekerjaan lapangan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Geosite Ngalau Basurek dinilai dengan menggunakan Petunjuk Teknis Asessmen Sumber Daya Geologi KESDM. Empat asessmen penilaian tersebut diantaranya yaitu nilai sains kategori sedang, nilai edukasi kategori baik, nilai pariwisata kategori baik, dan nilai degradasi kategori sedang.

2. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, dalam aspek sains diperlukan penelitian lebih lanjut tentang proses pembentukan batugamping dan diagenesis batugamping agar memberikan pemahaman yang komprehensif tentang proses geodinamika yang terjadi di Geosite Ngalau Basurek. Rekomendasi dalam nilai edukasi yang dapat ditingkatkan adalah dengan membuat papan informasi dan buku tematik yang berisi tentang fitur geologi dan sejarah geologi. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam nilai pariwisata yaitu melengkapi alat keamanan pada susur goa dan panjat tebing kemudian memperbaiki akses jalan serta menambah penerangan jalan, menyediakan sarana sanitasi dan mengadakan paket wisata. Pada nilai degradasi, rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan mengadakan penjagaan lebih lagi di depan pintu masuk geosite.

(39)

31

DAFTAR PUSTAKA

Agustina D.,Ifan Y.P.S.,Unggul P.W. (2021). Identifikasi situs Geologi Cekungan Soa-Flores, Sebagai Warisan Geologi. Museum Geologi, Badan Geologi.

A.J. Barber, M.J. Crow dan J.S Milsom. (2005). Sumatera : Geology, Resources and Tectonic Evolution.

Bidang Geosains. (2017). Petunjuk Teknis Asessmen Sumber Daya Warisan Geologi. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Brahmantyo, B. 2013. Geotourism in Indonesian Perspective. Proceedings HAGI- IAGI Join Convention 2013. Medan

Cameron, N. R., Clarke, M.C.G., Aldiss, D.T., Aspden, J.A. dan Djunuddin, A., (1980). The Geology Evolution of Northern Sumatra -Proc. Indonesian Petrol. Assoc., vol.9: 149 - 188.

Dowling, R dan Newsome, D. (2016). Geotourism. Oxford: Elsevier.

Sandy, I Made. (1985). Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta:Jurusan Geografi. FMIPA. Universitas Indonesia, 1985.

Ismayanti. (2010). Pengantar pariwisata. Grasindo. Jakarta : PT Gramedia Widisarana Indonesia

Katili, J. A. (1974). Geochronology of West Indonesia and its implications on plate tectonic. Tectonophysics. Vol. l9: pp. 195 - 212.

Koesoemadinata, R.P. dan Matasak, T. (1981). Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central Sumatra (West Sumatra Province). Proceedings of Indonesian Petroleum Association. 10th Annual Convention. 217-249.

Noeradi, D., Djuhaeni, dan Simanjuntak, B. (2005). Rift Play in Ombilin Basin Outcrop, West Sumatra, in: Proceeding IPA 30th Annual Convention and Exhibition, pp 39 – 51.

Peraturan Bupati Kabupaten Sijunjung Nomor 10 Tahun 2019 tentang Konservasi Lingkungan Hidup di Kawasan Geopark Silokek

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi.

Situmorang, B., Yulihanto, B., Guntur, A., Himawan, dan R., Jacob, T.G. (1991).

Structural Development of the Ombilin Basin West Sumatra. Proceeding IPA 20th Annual Convention, pp 1 – 15.

Silitonga. P.H. dan Kastowo. (2007). Geologi Lembar Solok, Sumatera. Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Van Bemmelen, R. W., (1949). The Geology of Indonesia. The Hague.

Governement Printing Office.732p

Van Zuidam. (1975). Geology; Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini yaitu “Pengembangan Geopark Ciletuh berbasis Partisipasi Masyarakat sebagai Kawasan Geowisata di Kabupaten Sukabumi ”..

Kawasan Gua Pawon yang merupakan rangkaian Kars Rajamandala adalah salahsatu dari 32 lokasi di Indonesia yang dipersiapkan untuk diusulkan menjadi Geopark Nasional untuk

Kemasaman tanah dan kadar Al yang tinggi merupakan masalah utama, sedangkan hara N-total, P-tersedia dan K- dd yang rendah merupakan masalah berikutnya yang menjadi

2.Kriteria dan arahan pengembangan kawasan wisata budaya Kawasan Alun-alun kota Sumenep adalah Kriteria dan arahan yang berhubungan dengan daya tarik budaya baik berupa

Kawasan Wisata Alam Sangkima merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Taman Nasional Kutai yang memiliki kekayaan dan daya tarik yang beranekaragam sehingga prospektif

Adanya daya tarik dan obyek wisata di kawasan Koridor Kenjeran Kota Surabaya dapat dijadikan modal utama yang dimiliki untuk peningkatan dan pengembangan pariwisata

Pendidikan atau pengembangan minat masyarakat sekitar untuk belajar dan mengelola sangat penting untuk keberlangsungan kawasan, banyak geopark yang berhasil menjalankan

Geopark Pegunungan Meratus mempunyai keanekaragaman Geologi geodiversity, keanekaragaman budaya culturdiversity dan keanekaragaman biologi biodiversity merupakan daya tarik tersendiri