• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN

SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh:

Ilham Mochammad Saputra 1105319

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

SUKABUMI

oleh

Ilham Mochammad Saputra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort dan Leisure

Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ilham Mochammad Saputra, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)

Ilham Mochammad Saputra 1105319

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI

MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

PembimbingI

Prof.Dr. H. Darsiharjo, M.S

NIP. 19620921 198603 1 005

Pembimbing II

Upi Supriatna, M.Pd

NIDN. 0421028005

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Hj. Fitri Rahmafitria, SP., M.Si.

(4)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN

GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI

ABSTRAK

Ilham Mochammad Saputra

NIM: 1105319

Geopark adalah taman bumi yang termasuk dalam kawasan konservasi, yang memiliki unsur geodiversity (keragaman geologi), biodiversity (keragaman hayati, dan cultural diversity (keragaman budaya) yang di dalamnya memiliki aspek dalam bidang pendidikan sebagai pengetahuan di bidang ilmu kebumian pada keunikan dan keragaman warisan bumi dan aspek ekonomi dari peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan sebagai geowisata. Adanya aktifitas pariwisata dalam kegiatan geowisata di suatu Geopark yang dijalankan oleh masyarakat adalah komponen penting dalam keberhasilan pengelolaan Geopark. Kunci Keberhasilan pengembangan dan pengelolaan Geopark ada pada peran dan partisipasi masyarakat lokal yang aktif dan paham akan pengertian geopark itu sendiri, sayangnya di kawasan Geopark Ciletuh masih ada sebagian masyarakat yang belum paham akan pengertian geopark dan masih melakukan penambangan batu dan penebangan hutan yang bertentangan dengan prinsip geopark yaitu sustainable development. Adanya bantuan dari pemerintah baik nasional atau daerah dan dari PT. Bio Farma melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) di Geopark Ciletuh lambat laun telah memperlihatkan hasil yang positif walaupun belum secara total dan menyeluruh di karenakan kawasan ini memiliki lahan yang cukup luas dan masyarakat yang harus dibina pun banyak. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode Miles & Huberman sebagai teknik analisis data untuk memilah data yang dikumpulkan peneliti melalui informan dengan menggunakan cara purposive sampling sebanyak mungkin, yang kemudian direduksi, dijadikan sebuah display data dan diambil kesimpulan dari pengumpulan data tersebut, ditambah analisis tapak sebagai penentuan zonasi menurut potensi lahan masing-masing. Nantinya hasil penelitian yang menggunakan metode di atas akan berbentuk matriks pengembangan tiap potensi wisata disana dengan tabel dan dijelaskan secara deskriptif.

(5)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

DEVELOPMENT OF GEOPARK CILETUH BASED ON COMMUNITY PARTICIPATION FOR GEOTOURISM AREA IN KABUPATEN

SUKABUMI

ABSTRACT

Ilham Mochammad Saputra

NIM: 1105319

Geopark is a conservation area which are have a geodiversity , biodiversity, cultural diversity substance. Geopark has a educational aspect from the uniqueness and geosite diversity and economical aspect from community participation in managing geopark as a geotourism activity on it. Geotourism as tourism activity in geopark running by the community is a significant component for a successful of managing a geopark. Participation and Comprehension of community about geopark is a key for developing and managing a geopark itself, unfortunately some of community in Geopark Ciletuh still doing an illegal logging and mining which is incompatible with sustainable development for Geopark. Government and PT. Bio farma aided slowly have a positively results although because widely area in Geopark Ciletuh and has a lot people who have to built. The method used is descriptive qualitative. Miles & Huberman as analysis data method to selects of collected data by researcher using a purposive sampling way as much as it can, then reducted the data, maked a display data and conclusion, site-plan analysis for establish zonation according to each potential area. Result of research will be a developing matrix table from each potential tourism and explained by descriptive.

(6)

ABSTRAK………. i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

UCAPAN TERIMAKASIH ……… iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

BAB I PENDAHULUAN……….… 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian………... 8

E. Sistematika Penulisan……… 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….. 9

A. Daya Tarik Wisata………. 10

B. Wisata Alam……….. 12

C. Geopark………. 14

1. Konsep Dasar Geopark……… 15

2. Kriteria Geopark……… 15

3. Perkembangan Geopark di Indonesia………… 17

D. Geowisata………. 17

E. Partisipasi Masyarakat………. 20

F. Pengembangan Pariwisata Berbasis Partisipasi Masyarakat……… 22

G. Sustainable Development……….. 24

H. Kerangka Pemikiran……….. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 A. Lokasi Penelitian………...………… 27

(7)

1. Operasionalisasi Variabel Geopark……… 29

2. Operasionalisasi Variabel Geowisata…………. 30

3. Operasionalisasi Variabel Partisipasi Masyarakat………. 31

E. Subjek Penelitian……….. 31

F. Instrument Penelitian……… 32

1. Checklist Lapangan………. 32

2. Pedoman Wawancara……….. 32

3. Kamera Digital……… 32

G. Teknik Pengumpulan Data……… 33

1. Wawancara………. 33

2. Pengamatan (Observation)……….. 33

3. Dokumentasi……… 33

H. Teknik Analisis Data………. 33

1. Analisis Tapak……… 33

2. Analisis Miles & Huberman………... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 36 A. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian……… 36

B. Kondisi iklim, geologi, morfologi lokasi penelitian……….. 39

C. Kondisi Sosial-Ekonomi……….. 40

D. Analisis Potensi Wisata……….... 43

1. Bukit Panenjoan……….. 45

2. Bukit Darma……… 47

3. Curug Awang……….. 48

4. Curug Tengah……….. 49

5. Curug Puncak Manik………... 50

6. Curug Sodong……….………… 52

(8)

10.Pulau Kunti………. 55

11.Pulau Batu Batik……….. 56

E. Perkembangan Geopark Ciletuh berbasis Partisipasi Masyarakat sebagai kawasan geowisata………. 57

1. Ekonomi………. 60

2. Sosial………. 65

3. Adat budaya……… 67

4. Lingkungan………. 69

5. Politik……….. 70

F. Kendala Pengembangan Geopark Ciletuh ………… 70

1. Ukuran dan Parameter……….… 70

2. Manajemen Pengelolaan………. 71

3. Pendidikan……….. 71

4. Aksesibilitas……… 71

5. Konservasi dan Proteksi………..… 72

6. Partisipasi Masyarakat………. 72

7. Fasilitas……… 72

G. Strategi Pengembangan Geopark Ciletuh berbasis Partisipasi Masyarakat sebagai kawasan geowisata di Kabupaten Sukabumi……….. 73

1. Matriks strategi pengembangan Geopark Ciletuh berbasisPartisipasi Masyarakat sebagai kawasan geowisata di Kabupaten Sukabumi…... 73

2. Deskripsi Stratefi Pengembangan Geopark Ciletuh

berbasis Partisipasi Masyarakat sebagai kawasan

geowisata di Kabupaten

Sukabumi………

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 85

A. Kesimpulan……… 85

B. Rekomendasi………. 86

DAFTAR PUSTAKA……… 88

LAMPIRAN………. 90

(10)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pariwisata di Kabupaten Sukabumi dewasa ini sedang berkembang,

dengan adanya RIPPDA yang disusun tahun 2005 Provinsi Jawa Barat, dan telah

didasari oleh Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2006, adalah

rencana yang memuat kebijakan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat dari

aspek perwilayahan pariwisata, aspek pengembangan produk wisata,

pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia

(SDM) kepariwisataan, dan pengembangan kelembagaan pariwisata, khususnya

dalam pengembangan 9 Kawasan Wisata Unggulan (KWU), diantaranya: 1)

Kawasan Wisata Industri & Bisnis Bekasi-Karawang. 2) Kawasan Wisata Agro

Purwakarta-Subang. 3) Kawasan Wisata Budaya Pesisir Cirebon. 4) Kawasan

Wisata Alam Pegunungan Puncak. 5) Kawasan Wisata Perkotaan dan Pendidikan

Bandung. 6) Kawasan Wisata Minat Khusus Jabar Selatan. 7) Kawasan Wisata

Rekreasi Pantai Pangandaran. 8) Kawasan ekowisata Palabuan Ratu (2007). 9)

Kawasan Wisata Kriya dan budaya Priangan (2007) (www.disparbud.jabarprov

.go.id) yang adalah memfokuskan pada perencanaan beberapa daerah tujuan

wisata yang sudah menjadi, akan menjadi suatuwisata unggulan provinsi. Luasnya

wilayah teritorial Jawa Barat menjadikan provinsi yang memiliki banyak kawasan

potensi wisata yang beragam untuk menjadi sebuah produk wisata unggulan

semakin besar dan diharapkan berdampak ganda terhadap pengembangan

kawasan-kawasan wisata maupun sektor-sektor lain di Jawa Barat.

Jawa Barat memiliki salah satu kabupaten dengan potensi yang

menjanjikan bagi kemajuan pariwisata, yaitu Kabupaten Sukabumi yang terletak

di bagian selatan. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Sukabumi Tahun 2005-2025 disebutkan bahwa prioritas pembangunan

kepariwisataan diarahkan pada penciptaan destinasi wisata Sukabumi sebagai

salah satu unggulan pariwisata Jawa Barat, dimana persaingan dalam

(11)

menggali potensi sumber daya agar berdaya jual, diminati dan dikunjungi

wisatawan (bappeda.sukabumikab.go.id).

Kabupaten Sukabumi memiliki sangat banyak dan beragam daya tarik

wisata, baik jenis minat khusus ataupun wisata alam. Kabupaten Sukabumi

menjadi salah satu tujuan wisata yang dipilih oleh wisatawan, dan juga letaknya

yang berhimpitan dengan kota besar seperti Bandung dan Jakarta, turis

mancanegara sudah mulai banyak yang datang ke daerah Kabupaten Sukabumi

setelah banyaknya acara-acara bertaraf internasional, khususnya pesisir pantai

Cimaja, Palabuan Ratu seperti surfing festival.

Banyaknya daya tarik wisata di daerah Kabupaten Sukabumi, khususnya

pada bagian selatan seperti pantai Ujung Genteng, penangkaran penyu pantai

Pangumbahan, pantai Ombak Tujuh, dan banyak lagi. Melimpahnya sumber daya

alam yang berpotensi menjadi produk wisata, khususnya wisata alam.

“Geopark as a model of sustainable development has particular values associated with education, science, culture and socio- economic development, mainly through tourism in the form of geotourism.” (UNESCO, 2006).

Menurut UNESCO (2006) suatu kawasan menjadi sebuah Geopark

adalah adanya situs sejarah alam sebagai kawasan, yang berfungsi untuk

melestarikan warisan alam, bisa menjadi objek pembelajaran geologi secara

khusus, dan difungsikan sebagai kawasan yang bisa dipelajari, dan menjadi

kawasan geowisata yang berdasarkan sumber daya alam dan harus menjadi

pariwasata yang terus berkembang dan berkelanjutan.

Geopark atau taman bumi tidak hanya melindungi warisan geologi, tetapi

juga memberi nilai tambah kepada masyarkat sekitar berupa peluang usaha.

Pengelolaan Geopark mengharuskan adanya keterlibatan masyarakat setempat,

disamping kegiatan ekonomi utama yang berbasis kawasan warisan geologi yang

terintegrasi dengan konservasi kawasan. Geopark berhasil dipraktekkan di

Langkawi, Malaysia; Huangshan, Taishan di Cina; Itoigawa, kawasan volkanik

Unzen di Jepang; dan di beberapa Negara di Eropa. Adapun di Indonesia, baru

memiliki Geopark bertaraf Internasional, yaitu Gunung Batur Kaldera, Bali.

Indonesia yang memiliki wilayah luas dengan 34 propinsi dan memiliki kekayaan

(12)

(Global Geopark Network) UNESCO. Geopark sudah mulai banyak diminati

masyarakat di Indonesia, dengan sumber daya alam yang unik juga jarang ditemui

menjadi modal utama pemasaran dari kawasan wisata Geopark itu sendiri. Di

Jawa Barat sendiri memiliki dua DTW Alam yang sedang dikembangkan oleh

Pemprov Jawa Barat, yaitu Cukang Taneuh Pangandaran, dan Geopark Ciletuh

karena keunikan dan keindahan alamnya.

Sumber: Newsome & Rowling (2006) Gambar 1.1

Bentuk eksistensi Geowisata

Geowisata salah trend baru dari dunia pariwisata Indonesia. Geowisata

adalah bagian dari aktifitas geopark yang termasuk dalam daya tarik wisata alam,

yaitu daerah wisata yang mengusung sustainable development, pertukaran

informasi antara penduduk lokal dengan wisatawan tentang hal–hal yang

berkaitan dengan geologi seperti tanah, batu, proses–proses alamiah dalam

pembentukan alam ditempat tersebut, dapat dilihat pada gambar 1.1. Bila kita kaji

kembali bahwa Geopark sangat berkaitan dengan geowisata dan aspek pelestarian

warisan bumi (heritage), pengenalan warisan bumi karena Geopark mengandung

sejumlah situs geologi yang memiliki makna dari sisi ilmu pengetahuan

(scientific), kelangkaan, keindahan (aesthetic) dan pendidikan (education).

Selain dari keindahan dan keunikan yang diunggulkan di dalamgeopark,

ada beberapa kendala yang seharusnya bisa direduksi, seperti penambangan liar di

kawasan konservasi yang mengancam keasrian dari kawasan itu sendiri. DTW ALAM

GEOPARK

(13)

Pendidikan atau pengembangan minat masyarakat sekitar untuk belajar dan

mengelola sangat penting untuk keberlangsungan kawasan, banyak geopark yang

berhasil menjalankan atraksi geowisata yang tak bisa lepas dari kekompakan

masyarakat lokal yang mau belajar dan berkembang untuk bisa memelihara

kawasan dengan baik bisa memanfaatkan kawasan ini sebagai mata pencaharian

yang bisa mengangkat ekonomi masyarakat secara berkelanjutan juga tetap bisa

menjaga kawasan ini tetap alami, seperti Geopark Gunung Batur Kaldera di bali

yang sudah ditetapkan menjadi GGN (Global Geopark Network).

Selain Gunung Batur Kaldera di Bali, Kabupaten Sukabumi memiliki

Geopark Ciletuh yang terletak di Desa Taman Jaya, Kecamatan Ciemas. Geopark

ini akan didaftarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwasata Jawa Barat ke pihak

nasional, juga ke pihak UNESCO untuk pengakuan sebagai kawasan Geopark

secara resmi. Geopark Ciletuh meliputi sejumlah desa, seperti Tamanjaya,

Ciwaru, Mekarsari, Mandrajaya dan Sidamulya Kecamatan Ciemas Kabupaten

Sukabumi. Selain masyarakat Sukabumi dan sekitarnya, masyarakat sekitar

mengemukakan wisatawan dari Bandung dan Jakarta juga kerap mengunjungi

Ciletuh. Selain itu, sejumlah akademisi pun kerap datang untuk melakukan

penelitian di kawasan ini.

Geopark Ciletuh juga pernah dipresentasikan ke pihak UNESCO di

Kanada untuk mendaftarkan menjadi situs Geopark resmi, dan mendapatkan

kunjungan dari beberapa juri dari UNESCO untuk meninjau kawasan teluk

Ciletuh itu sendiri. Dari hasil pengkajian sementara tim peneliti geologi

Universitas Padjadjaran pimpinan ibu Mega Fatimah yang dibantu oleh PT Bio

Farma, kawasan Geopark Ciletuh adalah satu dari tiga kawasan yang dicanangkan

menjadi bagian Geopark Nasional (GN). Dan selanjutnya sedang diupayakan

untuk mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai salah satu Jaringan Taman

Bumi Global atau Global Geopark Network (GGN) pada tahun 2016. Kekayaan

alam yang berada di kawasan ujung selatan pulau jawa ini menyajikan banyak

pemandangan alam yang unik dan juga panorama yang segar dipandang mata

menjadikan Ciletuh sangat unik dan menarik untuk dikunjungi dan dipelajari.

(14)

Geopark Ciletuh yang berlokasi di Kecamatan Ciemas Kabupaten

Sukabumi memiliki beberapa tempat atau destinasi yang biasa menjadi tujuan

kunjungan dari wisatawan. Ada sekitar 11 tempat yang berada di kawasan

Geopark Ciletuh, diantaranya adalah Bukit Panenjoan, Puncak Drama, Curug

Awang, hingga Pulau Kunti. Setiap tempat tersebut memiliki keunikan dan ciri

khasnya masing-masing. Dimulai dari akses jalan menuju lokasi, potensi wisata

yang ada serta fasilitas wisata yang tersedia. Berikut di bawah ini adalah jumlah

kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan Geopark Ciletuh

selama tahun 2014 yang dirangkum oleh pihak pengelola setempat yang bernama

Paguyuban Pakidulan Sukabumi (PAPSI).

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan ke Geopark Ciletuh tahun 2014 Tahun

Bulan Wisatawan Jumlah

Domestik Asing

2014

Januari 60 4 64

Februari 68 - 68

Maret 68 - 68

April 77 - 77

Mei 60 4 64

Juni 85 - 85

Juli 63 - 63

Agustus 81 - 81

September 69 6 75

Oktober 85 - 85

November 89 - 89

Desember 99 8 107

Jumlah 819

Sumber: PAPSI (2015)

Berdasarkan tabel jumlah kunjungan wisatawan yang datang berkunjung

ke Geopark Ciletuh selama tahun 2014 bahwa wisatawan yang datang berkunjung

masih fluktuatif. Jumlah kunjungan wisatawan yang paling tinggi yaitu pada

bulan Desember yaitu dengan jumlah wisatawan yang datang sebesar 107 orang,

yang terdiri dari 99 orang wisatawan domestik dan 8 orang wisatawan asing.

Sedangkan untuk jumlah kunjungan wisatawan yang paling rendah adalah pada

bulan Juli dengan jumlah 63 orang dan semuanya adalah wisatawan domestik.

Melihat dari tabel di atas maka jumlah kunjungan wisatawan yang datang

berkunjung masih bisa dibilang sedikit untuk ukuran suatu tempat wisata. Akan

(15)

banyak atau terjadi kenaikan dari bulan sebelumnya. Dengan adanya kenaikan

jumlah pengunjung kawasan Geopark Ciletuh masih mampu untuk menampung

wisatawan yang datang. Namun pada saat ini kawasan Geopark Ciletuh sudah

mulai banyak dikenal oleh wisatawan baik itu wisatawan domestik hingga

wisatawan asing. Dengan semakin banyak dikenal oleh wisatawan maka akan

semakin meningkat pula jumlah kunjungan wisatawan yang datang. Dengan

semakin banyaknya wisatawan yang datang maka akan terjadi overcapacity atau

jumlah kunjungan wisatawan yang berlebih sehingga wisatawan yang datang

kurang merasa nyaman.

Dengan jumlah kunjungan wisatawan yang datang melebihi kapasitas

maksimum lokasi tersebut maka harus dilakukan pembatasan jumlah kunjungan

wisatawan. Atau yang lebih dikenal dengan istilah carrying capacity. Yang

dimaksud dengan carrying capacity itu sendiri menurut Inskeep, dalam Liu (1994)

yang dikutip dari Pitana dan Diarta (2009), carrying capacity didefinisikan

sebagai berikut:

“The maximum number of people who can use a site without an unacceptable alteration in the physical environment, without an unacceptable decline in the quality of experience rained by visitors, and without an unacceptable advers impact on the society, economy, and culture of the tourism area”.

Secara konsep carrying capacity ini secara implisit mengandung makna

batasan (limit), batas atas (ceiling), atau tingkatan/level (threshold) yang tidak

boleh dilewati dalam pembangunan atau pengembangan destinasi pariwisata.

Dengan adanya konsep carrying capacity maka diharapkan pula wisatawan yang

datang ke kawasan Geopark Ciletuh tidak overcapacity sehingga wisatawan yang

datang berkunjung masih merasa nyaman dan mendapatkan kepuasannya sendiri.

Geopark Ciletuh memiliki potensi alam yang dimanfaatkan sebagai sarana

wisata untuk menunjang mata pencaharian masyarakat. Menurut ketua Paguyuban

Pakidulan Sukabumi (PAPSI), kang Endang sutisna, sangat disayangkan bahwa

masyarakat lokal Geopark Ciletuh sebagian masih ada pihak yang tidak

bertanggung jawab yang melakukan aktivitas penambangan emas dan penebangan

pohon secara liar di kawasan ini. Maka untuk meningkatkan kunjungan wisatawan

(16)

kondisi alam yang perlu ditingkatkan lagi. PT Bio Farma menggandeng Pemprov

Jawa Barat, Pemda Kabupaten Sukabumi dan PAPSI akan menjadikan kawasan

ini sebagai kawasan binaan, sehingga kawasan ini kedepannya bisa menjadi

kawasan unggulan di Jawa Barat. Selain menjadi kawasan wisata unggulan, untuk

lebih bisa membuka peluang usaha di daerah sendiri, masyarakat lokal Geopark

Ciletuh sudah seharusnya lebih serius dalam mengelola dan mengkonservasi

kawasan ini agar tetap terjaga keasliannya juga meningkatkan kemampuan dan

pemahaman tentang ilmu geologi itu sendiri.

Untuk menjadikan kawasan Geopark Ciletuh ini menjadi salah satu

destinasi wisata unggulan yang ada di Jawa Barat maka semua pihak harus

mampu untuk bekerja sama baik itu dari pihak pemerintah, swasta hingga

masyarakat sekitar kawasan Geopark Ciletuh. Partisipasi masyarakat setempat

merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan kawasan

Geopark Ciletuh ini. Dengan adanya dukungan dari masyarakat setempat maka

pembangunan atau pengembangan kawasan Geopark Ciletuh ini akan berjalan

lancar. Lain halnya jika saat pembangunan atau pengembangan kawasan Geopark

Ciletuh ini tidak melibatkan masyarakat setempat, justru akan berdampak buruk

pada hubungan antara perusahaan pengembang dengan masyarakat setempat.

Dengan tidak adanya hubungan baik antara perusahaan pengembang dengan

masyarakat setempat maka ditakutkan hal-hal yang buruk terjadi seperti perusakan

kawasan Geopark Ciletuh atau pemblokiran akses jalan masuk menuju lokasi

Geopark Ciletuh. Maka dari itu hubungan antara pihak pengelola dengan

masyarakat setempat harus tetap terjalin baik sehingga masyarakat setempat dapat

ikut berpartisipasi dalam menjaga kawasan Geopark Ciletuh.

Masyarakat lokal di Geopark Ciletuh mayoritas bermatapencaharian

umumnya sebagai nelayan dan petani. Jauhnya lokasi dengan pusat aktivitas di

daerah Sukabumi selatan menjadi sebab mengapa pendidikan formal disana masih

kurang dan sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Masyarakat disana masih

ada yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan dengan cara

eksploitasi berlebihan. Melalui potensi di Geopark Ciletuh, diharapkan bisa

merubah pola pikir masyarakat, dari semula memanfaatkan sumber daya alam

(17)

memelihara dan memanfaatkan potensi keindahan alam yang mengedepankan

aspek berkelanjutan sehingga menjadi kawasan wisata unggulan di Jawa Barat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis mengambil judul penelitian “PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, penyusun mengambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi fisik secara umum di Geopark Ciletuh di Kabupaten

Sukabumi?

2. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Geopark Ciletuh dalam

pengembangan Geowisata di Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi?

3. Bagaimana strategi pengembangan Geopark Ciletuh menjadi kawasan

geowisata berbasis partisipasi masyarakat di Kabupaten Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, peneliti menyusun beberapa

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi fisik secara umum di Geopark Ciletuh.

2. Mengidentifikasi apa saja partisipasi masyarakat dalam pengembangan

Geopark Ciletuh.

3. Menganalisis strategi pengembangan Geopark Ciletuh menjadi kawasan

geowisata berbasis partisipasi masyarakat di Kabupaten Sukabumi

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Dapat memperoleh informasi tentang potensi objek DTWGeopark

Ciletuh serta merumuskan pengembangan geowisata berbasis partisipasi

masyarakat di kawasan tersebut.

(18)

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan geowisata di

DTWGeopark Cletuh dengan tepat, agar kawasan ini terus bisa berkelanjutan dan

semakin diminati wisatawan.

3. Bagi Wisatawan

Wisatawan yang mengunjungi DTWGeopark Ciletuh bisa mendapatkan

keuntungan berupa pengalaman dan pengetahuan.

E. Sistematika Penulisan

Dalam struktur organisasi penelitian disajikan pokok-pokok permasalahan

yang akan dibahas yaitu :

1. BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan sasaran penelitian, kegunaan/manfaat penelitian, ruang

lingkup penelitian yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup

sustansi materi, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

2. BAB II merupakan suatu bab yang berisi tinjauan pustaka. Di dalamnya

terdapat uraian mengenai teori-teori relevan yang di jadikan sebagai landasan

dalam penelitian ini.

3. BAB III menguraikan tentang metode penelitian yakni metode-metode yang

digunakan dalam penelitian, meliputi metode penelitian, variabel penelitian,

dan analisis pengolahan data.

4. BAB IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan, Bab ini menguraikan

pembahasan atas penelitian berdasarkan teori dan data yang tepat di dapat

melalui survey atau observasi lapangan, wawancara, studi literature, studi

dokumentasi dan penyebaran kuesioner.

5. BAB V akan disajikan penutup yang merupakan kesimpulan dari pembahasan

ini. Kesimpulan disini merupakan jawaban atas permasalahan dan

(19)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di kawasan teluk Ciletuh yang

berada pada bagian selatan Jawa Barat dan terletak Di Desa Taman Jaya,

Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Sesuai dengan judul dalam penelitian ini yaitu “Pengembangan Geopark Ciletuh berbasis Partisipasi Masyarakat sebagai Kawasan Geowisata di Kabupaten Sukabumi”.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Moleong (2007) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati yang menyatakan peneliti adalah sebagai instrumen kunci, dan

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive sampling, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan) adapun pengertian trianggulasi

menurut Moleong (2007) adalah teknik pemeriksaan ke absahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian teknik analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sedangkan studi

deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan fenomena, variabel dan permasalahan

yang terjadi saat penelitian secara faktual. Pada penelitian ini, penelitian

dilakukan dengan pengambilan data dari responden yang dirasa peneliti mengerti

tentang geowisata, geopark, dan partisipasi masyarakat. Responden terdiri dari

kalangan masyarakat, pengelola, dan pemerintah yang nantinya sumber data akan

direduksi dan diubah menjadi sebuah display data yang mengungkapkan

fenomena pada saat waktu penelitian.

(20)

Adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati.

Definisi operasional mencakup hal-hal yang penting dalam penelitian yang

memerlukan penjelasan, bersifat spesifik, rinci,, tegas dan pasti yang

menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang

dianggap penting.

Untuk lebih memperjelas dan mempermudah penelitian maka peneliti

menjelaskan secara rinci variabel, sehingga dari variabel tersebut melahirkan

indikator-indikator yang akan dijabarkan dalam instrument penelitian. Berikut

adalah operasional variabel penelitian

1. Geopark: Adalah taman bumi yang memiliki wilayah yang cukup untuk

membangun ekonomi lokal, adanya kegiatan konservasi kawasan, dan

partisipasi warga lokal. (UNESCO)

2. Geowisata: Menurut (Newsome, 2006) Geowisata adalah bagian dari

pariwisata/wisata alam dan ekowisata.

3. Pengembangan Pariwisata: upaya atau usaha yang dilakukan secara sadar

untuk mengembangkan bidang kepariwisataan.

4. Pengembangan berbasis partisipasi masyarakat: upaya formal atau non formal

yang dilakukan secara sadar, berencana dan teratur yang melibatkan

masyarakat.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan untuk dijalankan

di lapangan, diantaranya:

1. Variabel 1

Variabel 1 dalam penelitian ini adalah Geowisata

2. Variabel 2

Variabel 2 dalam penelitian ini adalah Partisipasi Masyarakat

D. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel berisi tentang fundamental yang ada dalam

variabel, berikut adalah penjelasan tentang fundamental yang ada di dalam

(21)

1. Operasionalisasi Variabel Geopark

Operasionalisasi variabel geopark dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Geeopark

Variabel Subvariabel Dimensi Indikator

Geopark

Ukuran dan

parameter Fisik

Daerah kawasan Geopark harus memiliki batas dan luas yang cukup untuk pengembangan ekonomi

Daerah kawasan Geopark harus memiliki batas dan luas yang cukup untuk aktivitas lokal

Memiliki warisan geologi yang penting, langka, indah dan bernilai ilmiah

Manajemen

pengelolaan Sosial

Memiliki badan manajemen yang bertindak mempertemukan pemangku kepentingan dengan masyarakat

Adanya keterlibatan pemerintah lokal dan masyarkat dengan dukungan kuat dari pemerintah pusat

Pengembangan

ekonomi Ekonomi

Merangsang kegiatan ekonomi lokal dengan asas pembangunan berkelanjutan dengan penciptaan suatu usaha lokal

Aspek pendidikan Edukatif Tersedianya peralatan pendukung untuk kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan

Aspek konservasi

dan perlindungan Sustainable

Sarana pengembangan konservasi kawasan lindung yg ada diperkuat

Pengelola kawasan bertanggung jawab untuk memastikan perlindungan dari warisan geologi dilaksanakan dengan tradisi lokal sesuai dengan peraturan yang berlaku

Kerjasama jaringan

global Networking

Memiliki keuntungan sebagai anggota GGN dengan pertukaran pengetahuan dan keahlian tiap-tiap geopark

Sumber: UNESCO, 2006

Tabel di atas adalah operasionalisasi variabel dari Geopark, yang

dimaksud Geopark adalah adanya batasan daerah yang cukup luas untuk

pemanfaatan dalam pembangunan ekonomi lokal, adanya aktivitas konservasi,

(22)

2. Operasionalisasi Variabel Geowisata

Tabel operasionalisasi variabel geowisata dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Geowisata

Variabel Subvariabel Dimensi Indikator

Geowisata

Geologis

Fisik

Adanya situs geologi dan fitur-fitur kebumian dengan pembentukan secara alami yang menjadi fokus perencanaan dan pengembangan geowisata

Aksesibilitas Ada akses yang bisa ditempuh oleh kendaraan menuju ke kawasan

Berkelanjutan

Ekonomi

Mendorong kelayakan ekonomi masyarakat dan pengelolaan kawasan dengan asas keberlanjutan

Konservasi

Dapat mengembangkan kapasitas pariwisata dengan asas keberlanjutan di kawasan tanpa merusak lingkungan Tidak merusak keindahan dan keaslian kawasan dan bertanggung jawab pada penggunaan kawasan.

Edukatif Informatif

Adanya media interpretasi yang menarik dan edukatif

Dapat meningkatkan kesadaran

wisatawan tentang konservasi lingkungan secara edukatif

Partisipasi Masyarakat

Pengembangan berbasis partisipasi

masyarakat / CBT

Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan

Kepuasan

Wisatawan -

Adanya kesan khusus yang didapatkan wisatawan saat berkunjung ke kawasan geowisata

Sumber: Dowling And Newsome (2006)

Tabel di atas adalah operasionalisasi variabel dari geowisata menurut

Dowling and Newsome (2006), Geowisata berupa lima karakteristik agar

perkembangan dan pengelolaan geowisata dapat berlangsung secara terus

menerus dalam jangka waktu yang lama.

3. Operasionalisasi Variabel Partisipasi Masyarakat

Tabel di bawah adalah operasionalisasi variabel dari partisipasi

(23)

poin – poin yang merupakan aspek utama pengembangan kawasan wisata berbasis

partisipasi masyarakat dengan CBT berupa 5 dimensi. Operasionalisasi variabel

partisipasi masyarakat dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Partisipasi Masyarakat

Variabel Subvariabel Dimensi Indikator

Partisipasi Masyarakat Pengembangan berbasis partisipasi masyarakat / Community Based Tourism (CBT) Ekonomi

Adanya dana untuk pengembangan komunitas Terciptanya lapangan kerja

Timbulnya pendapatan lokal dari sektor pariwisata Sosial Meningkatnya kualitas hidup masyarakat Penguatan organisasi komunitas Budaya

Menghormati budaya yang berbeda-beda

Adanya pertukaran budaya

Lingkungan

Memahami “carrying capacity

Mengatur limbah sampah

Meningkatkan kesadaran konservasi lingkungan

Politik

Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan dukungan otoritas untuk menjamin pengelolaan sumber daya alam (SDA) Sumber: Suansri dalam Nurhidayanti (2010)

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut (Amirin, 1986) merupakan seseorang atau

sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Selanjutnya

(Arikunto, 1989) mengatakan bahwa batasan subjek penelitian sebagai benda, hal

atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang

dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang

sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang

(24)

adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang

dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.

Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut

dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya.

Subjek penelitian dibagi kepada dimensi sesuai variabel-variabel yang ada dalam

penelitian. Diharapkan para informan mengetahui seluk beluk tentang teluk

Ciletuh geopark dan potensi-potensi wisata yang terdapat didalamnya dapat

membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu dalam penelitian

kualitatif ada yang disebut dengan disahkannya data. Penelitian memilih beberapa

pemuka adat sebagai wakil dari warga lokal dari kawasan Geopark Ciletuh, Dinas

Pemerintahan dan pengelola kawasan Geopark Ciletuh, Paguyuban Pakidulan

Sukabumi (PAPSI) sebagai informan untuk sumber data yang kemudian diolah.

Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan alat bantuan untuk

mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan. Beberapa alat bantu yang

digunakan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Checklist Lapangan

Checklist lapangan dibutuhkan untuk mencocokan keadaan sekitar dengan

teori atau studi literatur atau data sekunder yang peneliti punya sebelum turun

ke lapangan dengan keadaan aktual.

2. Pedoman wawancara

Acuan atau tuntutan wawancara agar wawancara pada objek yang di teliti

yaitu narasumber/informan yaitu orang yang mengerti dalam geopark dan

(25)

3. Kamera Digital

Kamera digital digunakan untuk mengambil data berupa gambar yang

dibutuhkan oleh peneliti agar sumber lebih terpercaya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk

mengetahui informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan untuk

mengetahui hal-hal secara mendalam mengenai perkembangan partisipasi

masyarakat dalam geowisata di Geopark Ciletuh Kabupaten Sukabumi dengan

menggunakan cara purposive sampling.

2. Pengamatan (Observation)

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat secara dekat kegiatan yang dilakukan masyarakat dan

melihat potensi-potensi daya tarik wisata alam dan budaya yang ada.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat

penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan

kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan peneliti.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Tapak

Analisis Tapak merupakan suatu kegiatan riset pra-perancangan yang

memusat pada kondisi-kondisi yang ada, dan juga potensi pada lahan. Peran

utama dari analisa tapak dalam perancangan adalah memberi informasi mengenai

tapak kita sebelum memulai konsep-konsep perancangan sehingga pemikiran dini

tentang bangunan dapat menggabungkan tanggapan-tanggapan yang berarti

(26)

merancang sebuah konsep yang berhasil tidak hanya memenuhi pertanggungan

jawab internal tapi juga eksternal, serta mengantisipasi persoalan dan potensi

sekarang maupun masa yang akan datang (White, 1985).

Analisis tapak digunakan dalam penelitian untuk meneliti hal-hal yang

berkaitan dengan pengembangan geowisata di Geopark Ciletuh, analisis tapak

berfungsi untuk mengkaji aspek-aspek yang dapat membantu peneliti

merumuskan pengembangan geowisata dan nantinya akan menjadi sebuah peta

geowisata dengan zonasi-zonasinya berikut dengan deskripsinya.

2. Analisis Miles & Huberman

Miles dan Huberman (Emzir, 2010) menyatakan bahwa terdapat tiga

macam kegiatan analisis data kualitatif, yaitu:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti: komputer,

dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi, maka

peneliti merangkum, mengambil data yang penting, membuat kategorisasi,

berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting dibuang.

Di dalam penelitian ini, prosedur analisis data adalah peneliti membawa

data sekunder yang disesuaikan dengan keadaan faktual disana. Peneliti datang ke

lapangan melakukan observasi, melakukan checklist lapangan. Peneliti mencari

data sebanyak mungkin di lapangan, dengan cara wawancara untuk kemudian di

reduksi dan dirangkum.

b. Model Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan

data. Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk: uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan

(27)

qualitative research data in the pas has been narative text” artinya: yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks

yang bersifat naratif.

c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dalam penelitian ini, diharapkan kesimpulan dalam penelitian kualitatif

sebisa mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan

dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum

(28)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di kawasan Geopark

Ciletuh serta data – data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber dimulai dari

pengelola, observasi lapangan, dan hasil wawancara dari berbagai sumber serta

didukung oleh teori-teori yang mendukung mengenai Pengembangan Geopark

Ciletuh Berbasis Partisipasi Masyarakat Sebagai Kawasan Geowisata adalah sebagai

berikut di bawah ini:

Geopark Ciletuh dengan kondisi fisik yang sangat unik secara morfologi dan

geologi ternyata sudah bisa menjamin kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan

saat ini walaupun belum secara maksimal. Kurangnya kerjasama antar masyarakat

dan Pemerintah Daerah sebagai pemangku kebijakan dari wilayah administratif

Geopark Ciletuh terlihat bergerak kurang cepat dalam pengembangan kawasan di

Geopark Ciletuh, selain payung hukum yang dikeluarkan oleh Pemda belum adalagi

pergerakan yang terlihat signifikan di kawasan Geopark Ciletuh. Zonasi kawasan

yang belum tersedia di Geopark Ciletuh menjadi salah satu kendala utama dalam

pengembangan kawasan ini, karena salah satu syarat adanya sebuah Geopark adalah

tersedianya zona untuk pengembangan untuk menunjang ekonomi masyarakat yang

secara langsung juga menjadikan masyarakat lokal disana menjadi kunci pelaksanaan

dan pengelolaan di kawasan Geopark Ciletuh.

PAPSI yang menjadi tonggak utama dalam pengembangan masyarakat lokal

di sekitar kawasan dan menjadi pengelola yang bertanggung jawab dalam

keberlangsungan Geopark Ciletuh belum bisa berbuat banyak karena masih belum

bisa berdiri sendiri sebagai sebuah korporasi, kurangnya pemahaman masyarakat

(29)

masyarakat bisa menjadi alat informasi tentang Geopark Ciletuh, kurangnya fasilitas

tambahan untuk menunjang aspek pendidikan di kawasan Geopark Ciletuh.

Dari ke 11 destinasi wisata yang ada di kawasan Geopark Ciletuh memiliki

strategi pengembangan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Strategi

pengembangan ini disesuaikan dengan kondisi alam setiap destinasi wisata. Dalam

strategi pengembangan Geopark Ciletuh berbasis partisipasi masyarakat sebagai

kawasan geowisata harus mencakup kelima aspek dari Community Based Tourism

(CBT). Kelima aspek Community Based Tourism (CBT) adalah aspek ekonomi,

sosial, adat budaya, lingkungan dan politik. Dengan mencakup kelima aspek dari

Community Based Tourism (CBT) tersebut maka pengembangan kawasan Geopark

Ciletuh akan berbasis partisipasi masyarakat.

B. Rekomendasi

Selama peneliti melakukan penelitian di Geopark Ciletuh dan mengerjakan

tugas akhir skripsi yang berjudul Pengembangan Geopark Ciletuh berbasis Partisipasi

Masyarakat sebagai kawasan Geowisata di Kabupaten Sukabumi, peneliti

merekomendasikan beberapa usulan sebagai berikut.

1. Geopark Ciletuh harus segera membuat zonasi untuk aktifitas geowisata di

kawasan tersebut, agar tiap zonasi terintregasi dengan baik secara fungsi dan

tidak tercampur aduk karena bisa menyebabkan kerusakan ekosistem secara

perlahan.

2. Partisipasi Masyarakat di kawasan Geopark Ciletuh harus dilakukan secara

merata, agar tidak terjadi ketimpangan sosial antar masyarakat yang tinggal di

sekitar kawasan Geopark Ciletuh.

3. Pemahaman Masyarakat lokal tentang Geopark dan Geowisata harus lebih

diperdalam agar masyarakat bisa menjadi wadah pertukaran informasi seperti

karakteristik sebuah Geopark pada umumnya.

4. Sebagai salah satu pengelola kawasan Geopark Ciletuh, PAPSI harus mampu

untuk menentukan batasan maksimum jumlah kunjungan yang datang ke setiap

(30)

suatu lokasi Geopark Ciletuh tersebut sehingga wisatawan yang datang dapat

merasa nyaman dan aman.

5. Fasilitas pendukung seperti papan informasi sebagai media interpretasi kawasan

harus segera dibangun, agar pengunjung bisa lebih puas ketika mengunjungi

kawasan.

6. Fasilitas yang bisa menunjang kesejahteraan masyarakat harus dibangun agar

masyarakat memiliki rasa tanggung jawab lebih terhadap kelestarian kawasan

karena telah dibantu secara finansial oleh stakeholder.

7. Pemerintah Daerah, khususnya Disparbudpora harus lebih gencar dalam

memasarkan Geopark Ciletuh kepada masyarakat luas dan menjadikan kawasan

ini menjadi prioritas utama pengembangan melihat potensi yang dimiliki oleh

Geopark Ciletuh.

8. PT. Bio Farma yang menjalankan program CSR di Kecamatan Ciemas sebagai

wilayah administratif Geopark Ciletuh harus mengembangkan dan

memperdayakan kawasan secara merata di sembilan desa yang berada di wilayah

teritorial kecamatan.

9. Budaya yang berada di kawasan Geopark Ciletuh seperti silat pajampangan dan

batik pakidulan harus dilestarikan baik oleh masyarakat lokal dan Pemerintah

Daerah harus segera melakukan claim agar tidak terjadi pembajakan seperti

budaya-budaya lain yang ada di Indonesia.

10. Buruknya aksesibilitas menuju kawasan menjadi pekerjaan yang harus segera

dikerjakan oleh Pemerintah melalui pihak terkait yang selalu dikeluhkan oleh

pengunjung yang datang ke Geopark Ciletuh dan PAPSI sebagai pengelola dan

(31)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M. (1986) Menyusun Rencana Penelitian. Rajawali Jakarta

Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Jakarta.

Bryan, Coralie dan White, Louise G (1989). Manajemen Pembangunan Untuk

Negara Berkembang. LP3S Jakarta

Chaerunnisa, Desy (2014). Perencanaan kampung wisata Dago sebagai wisata

kreatif berbasis komunitas lokal di Kota Bandung. (Skripsi).

Universitas Pendidikan Indonesia.

Disparbudpora, (2013). Daftar daya tarik wisata menurut jenis di Kabupaten

Sukabumi. http://www.sukabumikab.bps.go.id/, [Online]. (diakses 26

Februari 2015)

Disparbudpora, (2013). Daftar Tingkat Kunjungan Wisatawan di Kabupaten

Sukabumi. . http://www.sukabumikab.bps.go.id/, [Online]. (diakses

26 Februari 2015)

Dowling, R. & Newsome, D. (Eds.). (2006). Geotourism, sustainability,

impacts and management. Oxford: Elsevier, Butterworth Heinemann.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja

Grafindo.

Hatton, M. J. (1999). Community-based tourism in the Asia Pacific.

Ontario/CTC/APEC: School of Media Studies, Humber College.

(32)

https://www.academia.edu/1974608/Analysis_of_Network_Activities_in_Geop

arks_as_Geotourism_Destinations [online] (Diakses 27 Februari)

http://travel.nationalgeographic.com/travel/sustainable/about_geotourism.html

[online] (Diakses 27 Februari 2015)

http://paguyubanalampakidulansukabumi.blogspot.com/2013/12/bio-barma-dan-papsi.html#.VPig4vmUdJg [online] (Diakses 3 Maret 2015)

Marpaung , Happy (2002). Pengetahuan Kepariwisataan. Alfabeta. Bandung.

Marpaung, Happy dan Herman, Bahar (2002). Pengantar Pariwisata. Alfabeta,

Bandung.

Moleong, J Lexy, Prof. Dr. (2007) Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakaya. Bandung.

Nalarrhine, Nadia (2014). Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Kepuasan

Wisatawan di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Kota Bandung.

(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia

Nazir. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta : BPFE

Nurhidayanti. (2010). Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan Berbasis

Komunitas di Kota Batu – Jawa Timur. (Disertasi). Universitas

Gadjah Mada.

Oktriadi,Oki. (2014). Geopark dan Penataan Ruang. Badan Geologi,

Kementrian ESDM

PAPSI. (2013). Daya Tarik Wisata Ciletuh (2013) [Online]. Tersedia di

http://papsiciletuh.blogspot.com. (Diakses 27 Februari 2015)

Rosana, Mega Fatimah (2014). Rupa Bumi Ciletuh. (2014)

(33)

Pembangunan. Erlangga. Jakarta.

Suhirman. 2004. Kerangka Hukum dan Kebijakan Tentang Partisipasi Warga

Di Indonesia. Laporan Penelitian Independen, The Ford Foundation.

Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode peneilitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Syahyuti. 2005. Partisipasi. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian. Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Pengertian

Daerah Tujuan Wisata.

Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam

(34)

Ilham Mochammad Saputra, 2015

PENGEMBANGAN GEOPARK CILETUH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI KAWASAN GEOWISATA DI KABUPATEN SUKABUMI

(35)

Lampiran 1

Hasil wawancara dengan masyarakat lokal yang tinggal di kawasan Geopark Ciletuh

Peneliti: Punten, kang…

Informan: Mangga.

Peneliti: Saya mau wawancara akang tentang partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengembangan Geopark Ciletuh ini. Ada beberapa pertanyaan yang mau saya ajukan ke akang.

Informan: Oh, boleh.

Peneliti: Pertanyaan kesatu. Apakah ada pihak ketiga selain masyarakat umum dan pengelola di kawasan Geopark Ciletuh, kang?

Informan: Pihak ketiga disini adalah PT. Bio Farma yang menjalankan program CSR disini. Karena, mereka yang mempertemukan aspirasi warga dan persetujuan dari pihak pemerintah dalam pengembangan Geopark Ciletuh.

Peneliti: Pertanyaan kedua, bagaimana partisipasi masyarakat di Geopark Ciletuh?

Informan: Sudah banyak partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal di kawasan Geopark Ciletuh, dari berbagai aspek tetunya, seperti ekonomi, sosial, budaya,

lingkungan, hingga politik. Partisipasi yang sudah menunjukan hasil yang signifikan itu seperti menyediakan homestay sama beras hitam inidan beras hitam khas Ciletuh.

Peneliti: Pertanyaan ketiga. Bagaimana konservasi lingkungan yang dilakukan masyarakat disini?

Informan: Kami, masyarakat kecamatan ciemas, sudah rutin konservasi mangrove dan pohon kepuh.

(36)

Informan: Sudah ada, di dalam S.K PKGC (Surat Keputusan Pengembangan Kawasan Geopark Ciletuh).

Peneliti: Pertanyaan kelima, apa saja potensi yang dijual untuk daya tarik wisata di kawasan geopark ciletuh?

Informan: ada curug awang, tengah, puncak manik, sodong, cimarinjung, bukit panenjoan, puncak darma pantai palangpang, cikadal, sama pulau kunti dan batu batik.

Peneliti: Pertayaan keenam. Apa saja usaha pengembangan geowisata yang di lakukan oleh masyarakat dengan asas keberlanjutan disini?

Informan: Ya seperti menjaga lingkungan agar tetap asli, merawat, dan tetap belajar bagaimana pengelolaan geopark yang baik dan benar. Tinggal cari gurunya, beberapa warga sudah siap dan mau belajar kok.

Peneliti: Bagaimana usaha perlindungan terhadap warisan bumi di Geopark Ciletuh yang dilakukan oleh masyarakat lokal di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Kami masyarakat selalu menjaga agar pengunjung yang datang kesini untuk tidak membuang sampah sembarangan. Untuk contoh sederhananya, kami selalu menitipkan plastic bag untuk sampah plastic yang mereka bawa ke kawasan geopark ciletuh agar membawa kembali sampah mereka lalu dibuang di secretariat PAPSI.

Peneliti: Pertanyaan ketujuh, apakah wisatwan selalu puas dengan apa yang kawasan ini sajikan?

Informan: Hampir 90% dari wisatawan yang datang kemari selalu menunjukan rasa puasnya, kami disini hanya terbentur oleh kendala aksesbilitas dan marka jalan menuju kemari,

Peneliti: Pertanyaan kedelapan. Apakah ada dana untuk bantuan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat disini? Dari pemerintah ataupun dari swasta.

Informan: Sampai saat ini, masih belum ada. Contoh mudahnya, seperti untuk penanaman beras hitam, masih dengan swasembada. Dari petani, Untuk Petani, Oleh Petani. Jadi padi huma yang mereka panen, saya beli perorangan, baru diolah kembali biar lebih pantas dijual dengan harga wisata yang sudah ditetapkan 25.000

(37)

mandiri, jadi masyarakat juga jadi lebih paham keuntungan dibukanya geopark itu sendiri.

Peneliti: Pertanyaan kesembilan. Apakah ada lapangan kerja baru dari pengembangan Geopark Ciletuh ini?

Informan: Belum ada lapangan kerja baru secara khusus setelah ada pengembangan Geopark Ciletuh. Hanya saja, pendapatan warga menjadi lebih baik setelah adanya wisatawan yang datang ke kawan Geopark Ciletuh.

Peneliti: Pertanyaan ke sebelas. Apakah kualitas hidup masyarakat lokal di kawasan Geopark Ciletuh meningkat?

Informan: Untuk aspek kesehatan, sangat terasa meningkat. Semula yang sulit untuk berobat sekarang sudah ada puskesmas yang menyediakan IGD bantuan dari PT. Bio Farma melalui program CSR.

Peneliti: pertanyaan kedua belas, apakah ada pembentukan organisasi masyarakat di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Ada, PAPSI. Merekalah tonggak kemajuan disini, kalau tidaka ada

kesadaran dari anggota PAPSI dahulu tentang potensi alam disini, mungkin Geopark Ciletuh masih sepi pengunjung.

Peneliti:. Bagaimana sikap masyarakat di kawasan Geopark Ciletuh terhadap wisatawan yang datang kemari?

Informan: Dahulu masyarakat menolak adanya aktifitas pariwisata yang takutnya akan mencoreng norma-norma adat ketimuran. Tapi lambat laun mereka menerima, asal tidak mengganggu keberlangsungan acara keagamaan disini.

Peneliti: Pertanyaan ketiga belas. Masyarakat disini sudah paham tentang carrying capacity belum?

Informan: Sebagian belum. Sebagian masyarakat juga sadar akan pengelolaan limbah sampah disini, yang berprofesi sebagai tour guide selalu mengingatkan kepada

pengunjung untuk membuang sampah di plastic yang sudah disediakan PAPSI selama perjalanan. Karena masyarakat masih pada orientasi uang dan keuntungan. Semakin banyak pengunjung, semakin banyak uang yang bisa didapat, belum sampai ke penanggulangan dan pengelolaan Geopark Ciletuh yang berkelanjutan.

(38)

Informan: Tidak seperti itu. Mereka tahu kalau nantinya Geopark Ciletuh sampai kotor, rusak dan tidak terjaga keaslian alamnya, pengunjung akan malas datang lagi kesini. Mereka sudah menjalankan konservasi hutan yang sudah gundul, mengajak pengunjung untuk ikut menanam pohon. Dimulai dari hal-hal kecil, kang. Insha Allah ada hasil.

Peneliti: Makasih banyak, kang untuk informasinya. Assalamualaikum.

Informan: Namanya juga pengembangan atuh kang, Pidua sareng bantosan ti akang-akang anu kiyeu sangat membantu dalam keberhasilan di Ciletuh hahaha. Sama-sama kang ilham, Waalaikumsalam.

Lampiran 2

Hasil wawancara dengan PAPSI (Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi) Pengelola kawasan Geopark Ciletuh

Peneliti: Malem, pak.

Informan: Malem, ini mahasiswa yang mau penelitian?

Penelitian: Iya, Pak. Ini sama pak endang sutisna?

Informan: Iya, saya endang sutisna.

Peneliti: Saya mau mengajukan beberapa pertanyaan dengan bentuk wawancara yang direkam. Dimulai ya, pak. Sambil direkam. Pak,Pertanyaan pertama. Ada berapa banyak potensi wisata yang berada di Geopark Ciletuh?

Informan: Ada sebelas potensi wisata yang siap jual untuk pengunjung datangi dari mulai bukit, pantai, curug, pulau. Belum lagi yang sedang diusahakan untuk dibuka, maklum terhalang dana juga. Bagaimana kita mengelolanya saja.

Peneliti: Pertanyaan kedua. Apa ada pihak ketig dalam pengelolaan Geopark Ciletuh?

Informan: Pihak ketiga ada PT. Bio Farma, karena mereka juga sangat membantu dalam merealisasikan sarana dan prasarana disini, mereka juga selalu menengahi problem-problem masyarakat disini agar mendapat jalan keluar yang good-good solution

(39)

Informan: Untuk yang sudah berjalan sih ada pengelolaan beras hitam oleh petani yang nantinya dijual kepada pengunjung yang datang kesini, harganya disepakati ada pada 25.000/kg. Terus ada pengembangan penjualan dari gula aren yang diolah oleh petani lokal dari kelapa sawit, Alhamdulillah berdampak baik, ham. Yang sekarang sedang diusahakan adalah pembuatan batik khas pakidulan, Alhamdulillah dibantu pleh PT. Bio Farma kita sudah claim 20 mode batik, Pabriknya di ciracap,

pegawainya warga lokal.

Peneliti: Pertanyaan kelima. Bagaimana fasilitas pendukung untuk aspek pendidikan di Geopark Ciletuh?

Informan: Fasilitas pendukung untuk aspek pendidikan memang belum lengkap, tapi kita berusaha selalu menjadi wadah informasi untuk pengunjung yang datang kesini. Kita tetap berusaha untuk belajar tetang geopark, geowisata. Kita berangkat dari orang yang tidak mengerti tentang ilmu-ilmu kebumian, kita cuma tidak mau, potensi alam yang ada disini dirusak, sayang sekali

Peneliti: Pertanyaan keenam. Bagaimana usaha konservasi pengelola?

Informan: Konservasi Pohon kepuh yang ada di curug puncak manik, yang ada di pulau Cikepuh, konservasi penyu di ujung genteng, lalu pembentukan POKMASI (Kelompok Masyarakat Konservasi) yang mengurus konservasi mangrove dari cikadal. Untuk sekarang kita sedang mengajukan proposal untuk pelestarian badak khas ujung kulon untuk dirawat di daerah pulau kunti.

Peneliti: Pertanyaan ketujuh. Apakah ada peraturan tentang perlindungan warisan bumi di Geopark Ciletuh?

Informan: Ada dalam SK tentang PKGC juga sudah ada. Hanya realisasinya saja yang kurang. Belum ada efek jera untuk orang-orang yang merugikan lingkungan.

Peneliti: Pertanyaan kedelapan. Apa ada keuntungan khusus dalam pembentukan Geopark Ciletuh untuk pengelola?

Informan: Dari pembentukan Geopark ini, kami PAPSI sebagai pengelola yang bertanggung jawab disini diajak untuk belajar tentang Geopark, Geowisata melalui seminar, pelatihan, dan studi banding ke geopark lain yang ada di Indonesia dan di asia.

(40)

Informan: Masih buruk, karena salah satu syarat juga dalam pembentukan geopark itu harus ada marka jalan yang jelas dan aksesibilitas yang baik.

Peneliti: Pertanyaan kesepuluh. Apa saja usaha yang dilakukan pengelola untuk meningkatkan kesadaran wisatawan tentang konservasi lingkungan di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Kita memiliki sistem adopsi bibit. Jadi pengunjung yang datang akan kita tawari bibit-bibit yang nantinya mereka tanam. Banyak pengunjung yang tertarik untuk menanam kembali dan ikut berpartisipasi dalam konservasi kawasan Geopark Ciletuh. Alhamdulillah.

Peneliti: Apakah wisatawan yang datang kesini selalu puas dengn yang disajikan di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Kita selalu dapat testimoni yang positif. Mereka selalu puas dan takjub dengan keindahan alam di Geopark Ciletuh. Aksesibilitas, mereka selalu mengeluh tentang itu.

Peneliti: Pak, kalau carrying capacity disini seperti apa pak?

Informan: Kalau batas kunjungan kesini belum ditetapkan, karena masih sedikit juga yang datang kesini. Tapi kami paham akibat dari kerusakan kawasan akibat over capacity.

Peneliti: Terima kasih atas waktunya, pak.

Informan: Kembali kasih.

Lampiran 3

Hasil wawancara dengan Pihak Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Peneliti: Selamat siang, bu.

Informan: Siang, dek. Ini ya mahasiswa yang mau wawancara?

Peneliti: Iya, bu. Saya wawancara sambil direkam, ya, bu?

Informan: Silahkan.

(41)

Informan:Tentu, karena konsep Geopark Ciletuh itu kan CBT. Masyarakatlah yang jadi kunci keberhasilan pengelolaan kawasan.

Peneliti: Pertanyaan kedua. Bagaimana usaha yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakat dalam meningkatkan ekonomi lokal di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Kita membantu dalam penyuluhan tentang Geopark, mengajak warga lokal untuk mengerti tentang geopark, geowisata, dan hal-hal yang berkaitan dengan itu. Untuk pengembangan ekonomi belum secara maksimal, karena kita juga terbentur dana yang harus dibagi ke bidang-bidang lain di disparbudpora.

Peneliti: Pertanyaan ketiga. Apa saja usaha konservasi yang sudah dilakukan oleh pemerintah di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Usaha konservasi di Geopark Ciletuh yang dilakukan pemerintah baru dari penerbitan SK tentang PKGC, agar ada payung hukum untuk melindungi kawasan tersebut dari kerusakan kecil atau massal yang bisa terjadi. Karena ini kan konsepnya sustainable development, bagaimana bisa sustain kalo lingkungannya saja sudah rusak?

Peneliti: Pertanyaan keempat. Bagaimana akses yang ada di Geopark Ciletuh, bu? Sudah cukupkah?

Informan: Belum, dan kami masih terus berusaha untuk merealisasikan semua kekurangan yang secepatnya harus segera diperbaiki. Ini kan demi kebaikan warga untuk menunjang kesejahteraan nantinya. Dan seharusnya ini tidak bisa menjadi beban dari disparbupora saja, banyak badan pemerintah yang wajib bertanggung jawab dalam pengembangan Geopark Ciletuh ini.

Peneliti: Pertanyaan kelima. Apa saja usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran wisatawan tentang konservasi lingkungan di kawasan Geopark Ciletuh?

Informan: Kami sedang memulai projek untuk papan informasi di Geopark Ciletuh. Selain untuk fasilitas pendukung, juga sebagai tanda untuk mengingatkan wisatawan dan warga untuk senantiasa menjaga lingkungan di Geopark Ciletuh.

Peneliti: Terima kasih, bu atas waktunya.

(42)

Lampiran 4

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Lampiran 5

(49)

Lampiran 6

(50)

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan ke Geopark Ciletuh tahun 2014
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Geowisata
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melalui proses optimasi didapat penentuan rute dan urutan jalan yang harus dilalui. Proses selanjutnya adalah menampilkan hasil optimasi tersebut pada perangkat

Proses peningkatan kualitas six sigma dengan menggunakan metode PFMEA lebih difokuskan pada analisa proses dan tidak difokuskan pada proses analisa yang berhubungan

Melihat kasus tersebut diatas, maka suatu akta yang merupakan akta otentik (akta Notaris) yang mempunyai kekuatan bukti yang sempurna, dapat menjadi tidak berarti

Berada di kedalaman berkisar 3,5 meter dan ketebalannya menjadi 14 meter, ini menunjukkan kedalamannya turun 1 meter dan ketebalannya juga semakin menipis 0,5 meter, bahkan pada

2.e Parameter Koli tinja (Fecal Coliform) dan Total koli (Total Coliform) Berdasarkan hasil analisa laboratorium dari tiga titik pantau di sungai Bedog kadar koli tinja

Menurut pengamatan penulis setelah melakukan pengelompokan data dari hasil wawancara terkait peranan Bajingan di Desa Nyabakan Barat, kepala desa Nyabakan Barat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada  bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah penelitian, secara umum