• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penataan dan Pengembangan Kawasan Geopark Kaldera Toba (Engagement With Stone)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penataan dan Pengembangan Kawasan Geopark Kaldera Toba (Engagement With Stone)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

(Engagement With Stone)

LAPORAN AKHIR SKRIPSI

RTA 4231 –SKRIPSI SARJANA SEMESTER B TAHUN AJARAN 2014 / 2015

OLEH

B P RIKARDO NABABAN 110406080

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN GEOPARK KALDERA TOBA

(Engagement With Stone)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

B P RIKARDO NABABAN 110406080

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi ,dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain , kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015

(4)

Judul Skripsi : Penataan dan Pengembangan Kawasan Geopark Kaldera

Toba (Engagement With Stone)

Nama Mahasiswa : B P Rikardo Nababan

NIM : 110406080

Departemen : Arsitektur

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir.Rudolf Sitorus, MLA. NIP : 19580224 198601 1 002

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP : 19660622199702 1 001 NIP : 19660622199702 1 001

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua Komisi Penguji : Penguji I Ir.Rudolf Sitorus, MLA.

Anggota Komisi Penguji : Penguji II Wahyuni Zahrah, S.T., M.S

(6)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : B P Rikardo Nababan

NIM : 110406080

Judul Proyek Tugas Akhir : Penataan dan Pengembangan Kawasan Geopark Kaldera Toba

Tema : Ecotourism Architecture

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C C+ D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Ketua Departemen Arsitektur, Koordinator Tugas Akhir,

(7)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah yang maha besar, Tuhan semesta alam dan pemilik segala ilmu. Atas rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan keseluruhan dari proses penyusunan Laporan Skripsi ini yang mana sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Universitas Sumatera Utara, yang merupakan kampus tercinta.

Skripsi yang memiliki judul “Penataan dan Pengembangan Kawasan Geopark Kaldera Toba” yang mengambil tema dan pendekatan “Ecotourism”, baik dari konsep bangunannya, pemakaian materialnya hingga konsep metoda konstruksinya yang memberdayakan kreatifitas masyarakat lokal. Sebagaimana diharapkan pemberdayaan masyarakat lokal dengan tujuan meningkatkan kualitas daerah pariwisata di Kawasan Danau Toba serta dapat meningkatkan taraf ekonomi yang semakin baik dalam lapisan masyarakat.

Skripsi ini diproses dengan penuh suka cita yang tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian yang tiada berhenti mengalir dari kedua orang tua, saudara-saudari kandungku yang cenderung tidak begitu perhatian, teman-teman, dan semua orang yang terlibat dalam proses pengerjaan Skripsi ini.

Manusia adalah makhluk tanpa kesempurnaan, karena “sempurna” hanya milik-Nya saja. Untuk itu, saya sebagai manusia yang tak lepas dari pada kesalahaan, masih merasa bahwasanya laporan Skripsi yang saya perbuat ini masih jauh dari “kesempurnaan”, masih memerlukan kritik, saran, dan masukan, serta dapat dijadikan tambahan bahan diskusi untuk mencari solusi bagi pengembangan kawasan geopark kaldera toba dan sekitarnya, baik secara umum maupun secara khusus.

(8)

Studio Perancangan Arsitektur 6 ini. Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada para penguji ibu Wahyuni Zahrah, S.T, M.Sc, dan ibu Salminawati Ginting, S.T, M.T, yang memberikan komentar dan kritikan dengan tujuan untuk membangun skripsi dan proyek akhir ini semakin baik.

Terimakasih juga kepada kedua orangtua saya (B. Nababan dan W. Br. Hutajulu) atas doa dan dorongnya yang begitu luar biasa. Terimakasih atas semua dukungan moril serta materil yang diberikan selama hidup saya. Juga saudara-saudari saya yang memotivasi dan memberi dukungan secara terus menerus. Tuhan memberkati kita.

Rasa hormat dan terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Departemen Arsitektur dan motivator serta guru dalam proyek, Ibu Salminawati Ginting, S.T, M.T, Sebagai Dosen Waliku, terkhusus juga atas motivasi dari Ibu Dr. Ir. Morida Siagian, MURP, serta semua jajaran Bapak dan Ibu dosen-dosen di Departemen Arsitektur USU.

Terimakasih juga buat kawan-kawan seperjuangan, sependeritaan dan kompak terus sampai maut memisahkan (Dana, Robet, Joshua, Guna, Raja, dll). Spesial buat penghuni kos Twenty jalan bahagia no.20 padang bulan atas canda tawa dan dorongan rekan-rekan sekalian. Terimakasih juga buat abang alumni Bang Yoyo (Krispitoyo, 1995), bang Faisal (2007) atas sharing-sharingnya dan kesempatan berkompetisi bersama.

Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan skripsi ini kedepannya. Dan akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juli 2015 Hormat penulis,

(9)

DAFTAR ISI

2.2. Studi Banding Proyek Sejenis ... 11

2.3. Persiapan Preview 1 ... 16

5.1. Kawasan Terusan Tano Ponggol ... 98

5.2. Usulan Fungsi (Mikro) ... 100

KESIMPULAN ... 109

EPILOG ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

Gambar 2.1 Hongkong Global Geopark ... 11

Gambar 2.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema geopark ... 12

Gambar 2.3 Rock Classroom ... 12

Gambar 2.4 Peta Kawasan Krka National Park ... 13

Gambar 2.5 Suasana Krka National Park ... 14

Gambar 2.6 Panoraman Chumble Island ... 14

Gambar 2.7 Eco-Bungalow ... 15

Gambar 2.8 Juru masak ... 15

Gambar 2.9 Peta Wilayah Kaldera Toba ... 16

Gambar 2.10 Peta Wilayah Kab Samosir ... 17

Gambar 2.11 Potensi-potensi Kab Samosir ... 18

Gambar 2.12 Peta Wilayah Kab Toba Samosir ... 19

Gambar 2.13 Potensi-potensi Kab Toba Samosir ... 20

Gambar 2.14 Peta Wilayah Kab Tapanuli Utara ... 21

Gambar 2.15 Potensi-potensi Kab Tapanuli Utara ... 22

Gambar 2.16 Peta Wilayah Kab Humbahas ... 23

Gambar 2.17 Potensi-potensi Kab Humbahas ... 24

Gambar 2.18 Peta Wilayah Kab Dairi ... 25

Gambar 2.19 Potensi-potensi Kab Dairi ... 26

Gambar 2.20 Peta Wilayah Kab Tanah Karo ... 27

Gambar 2.21 Potensi-potensi Kab Tanah Karo ... 28

Gambar 2.22 Peta Wilayah Kab Simalungun ... 30

Gambar 2.23 Potensi-potensi Kab Simalungun ... 30

Gambar 2.24 Potensi-potensi yang terfavorit ... 35

Gambar 2.25 Potensi-potensi yang dipilih ... 35

Gambar 2.26 Rencana Pengembangan Kawasan Pusuk Buhit ... 36

Gambar 2.27 Rencana Pengembangan Kawasan Sipiso-piso ... 37

Gambar 2.28 Rencana Pengembangan Kawasan Parbaba ... 37

(11)

Gambar 3.1 Pembagian Layer sesuai spot ... 40

Gambar 3.2 Penentuan dengan sistem overlayer ... 41

Gambar 3.3 Danau Sidihoni ... 42

Gambar 3.4 Pasar Pangururan ... 42

Gambar 3.5 Jalan Kota ... 42

Gambar 3.6 Dermaga Kota ... 42

Gambar 3.7 Tano Ponggol ... 42

Gambar 3.8 Pantai Pasir Putih Parbaba ... 42

Gambar 3.9 Konsep Makro ... 54

Gambar 3.10 Site Visitor Center & Foto Eksisting ... 56

Gambar 3.11 Tampak Visitor Center ... 56

Gambar 3.12 Site Homestay & Foto Eksisting ... 58

Gambar 3.13 Layout Plan Homestay A & B ... 58

Gambar 3.14 Site Signage & Foto Eksisting ... 60

Gambar 3.15 Tampak Signage ... 60

Gambar 3.16 Site Terusan Tano Ponggol & Foto Eksisting ... 62

Gambar 3.17 Layout Penataan Terusan Tano Ponggol ... 62

Gambar 3.18 Layout Module Promenade Terusan Tano Ponggol ... 63

Gambar 3.19 Potongan Terusan Tano Ponggol ... 63

Gambar 3.20 Tampak Pintu Gerbang Utama ... 64

Gambar 3.21 Site Souvenir Shop & Foto Eksisting ... 65

Gambar 3.22 Site Plan Souvenir Shop ... 66

Gambar 3.23 Potongan Souvenir Shop ... 66

Gambar 3.24 Site TPA & Foto Eksisting ... 68

Gambar 3.25 Site Plan TPA ... 68

Gambar 3.26 Unit Tempat Sampah ... 69

Gambar 4.1 Titik Potensi Pengembangan GKT ... 71

Gambar 4.2 Peta Lokasi Perancangan – Tano Ponggol, Pangururan ... 75

Gambar 4.3 Kondisi Site ... 76

Gambar 4.4 Suasana Terusan Tano Ponggol ... 76

Gambar 4.5 Topografi Site ... 77

(12)

Gambar 4.7 Sirkulasi dan Pencapaian ... 78

Gambar 4.8 Potensi Sekitar ... 80

Gambar 4.9 Site Visitor Center & Foto Eksisting ... 82

Gambar 4.10 Site Shop Front & Foto Eksisting ... 84

Gambar 4.11 Site Homestay ... 86

Gambar 4.12 Site Research and Edutourism ... 88

Gambar 4.13 Site Restoran Tepi Danau ... 90

Gambar 4.14 Site Plaza & Promenade Terusan Tano Ponggol ... 92

Gambar 4.15 Botanic Garden Visitor Center Brookly ... 93

Gambar 4.16 Plaza dan Sitting Area ... 93

Gambar 4.17 Restoran Tepi Danau Batur - Bali ... 94

Gambar 4.18 Suasana Dinner Cruise ... 95

Gambar 4.19 Peneliti dan Hasil Penelitian ... 95

Gambar 4.20 Penzoningan ... 84

Gambar 5.1 Material Lokal ... 97

Gambar 5.2 Gate of Paradise ... 98

Gambar 5.3 Masterplan Kawasan Terusan Tano Ponggol ... 99

Gambar 5.4 Potongan Site ... 99

Gambar 5.5 Siteplan Visitor Center ... 100

Gambar 5.6 Gambar Tampak Depan Visitor Center ... 101

Gambar 5.7 Gambar Perspektif Visitor Center ... 101

Gambar 5.8 Siteplan The Shop Front ... 102

Gambar 5.9 Gambar Tampak Depan The Shop Front ... 102

Gambar 5.10 Gambar Perspektif The Shop Front ... 102

Gambar 5.11 Siteplan Homestay ... 103

Gambar 5.12 Gambar Tampak Homestay ... 104

Gambar 5.13 Gambar Perspektif Homestay ... 104

Gambar 5.14 Siteplan Research & Edutourism ... 105

Gambar 5.15 Gambar Perspektif Research & Edutourism ... 105

Gambar 5.16 Siteplan Restoran Tepi Danau ... 106

Gambar 5.17 Gambar Perspektif Restoran Tepi Danau ... 107

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

Tabel 2.1 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Samosir ... 31

Tabel 2.2 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Toba Samosir ... 32

Tabel 2.3 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Tapanuli Utara ... 32

Tabel 2.4 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Humbahas ... 33

Tabel 2.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Dairi ... 33

Tabel 2.6 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Tanah Karo ... 34

Tabel 2.7 Potensi dan Akses Pariwisata Kab Simalungun ... 34

Tabel 3.1 Needs Visitor Center ... 55

Tabel 4.7 Needs Resarch & Edutourism ... 87

Tabel 4.8 Needs Restoran Tepi Danau ... 89

Tabel 4.9 Needs Plaza & Promenade Terusan Tano Ponggol ... 91

(15)

ABSTRAK

Pengembangan Geopark Kaldera Toba di Sumatera Utara merupakan suatu impian bagi Provinsi Sumatera Utara sebagai suatu program yang menjadikan Sumatera Utara menjadi suatu destinasi wisata berskala internasional. Geopark yang tidak hanya berbicara mengenai konservasi warisan geologi namun juga berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsep Geopark yang tidak hanya membahas mengenai geologi saja namun lebih kearah manejemen kawasan membutuhkan suatu proses yang cukup lama di dalam pengembangannya. Peran aktif masyarakat lokal juga diharapkan dalam menjaga warisan alam supaya tetap terkemuka, harmonis dan bersahaja. Dengan didaftarkannya geopark kaldera toba oleh UNESCO sebagai salah satu anggota dari Global Geopark Network diharapakan pembangunan dan pengembangan kawasan danau toba semakin baik kedepannya. Bersama dengan ini diharapkan dengan langkah penataan dan pengembangan kawasan geopark kaldera toba terkhusus daerah kawasan tano ponggol, menjadi sebuah gerbang pariwisata dan dapat memicu perkembangan positif dalam pariwisata di kawasan sumatera utara dan indonesia.

(16)

ABSTRACT

Geopark development in North Sumatra Toba caldera is a dream for North Sumatra province as a program that makes North Sumatra become an international tourist destination. Geopark is not just talking about the conservation of geological heritage, but also seeks to improve the welfare of the community. Geopark concept which not only discusses the geology alone but more towards regional management requires a long process in the development. The active role of local communities is also expected to maintain the natural heritage in order to remain a leading, harmonious and unpretentious. With the registration of the Toba caldera geopark by UNESCO as one of the members of the Global Geopark Network expected construction and development of the area of Lake Toba, the better the future. Together with this is expected to step structuring and development of geopark region especially its Toba caldera area tano ponggol region, becoming a gateway for tourism and can lead to positive developments in the area of tourism in North Sumatra and Indonesia .

(17)

PROLOG

Pariwisata merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Danau Toba adalah salah satu sektor pariwisata yang berada di Sumatera Utara yang merupakan danau terbesar di Asia. Danau toba memiliki sejarah yang begitu panjang dan disekitar kawasan Danau Toba merupakan tempat berkembangnya suku asli dengan budaya yang masih otentik dikenal dengan suku Batak.

Potensi yang luar biasa dan hingga saat ini masih belum terkelola dengan baik menjadi faktor serius dalam perkembangan pariwisata di negeri ini. Begitu juga dengan perkembangan dari semua aspek yang ada disekitar Danau Toba, belum dikelola dengan tepat guna. Sehingga langkah konkrit yang dilakukan dengan penataan dan pengembangan kawasan yang kurang produktif menjadi kawasan wisata yang berskala nasional dan internasional. Langkah yang dimaksud ialah dengan mendaftarkan kawasan Danau Toba menjadi Geopark (taman bumi).

Geopark Kaldera Toba adalah sebuah program yang dimaksud dengan mengusung Tema Gunungapi (supervolcano) dengan keunikan sebagai kaldera Volkano-Tektonik Kuarter terbesar di dunia. Kawasan ini mencakup bagian dari wilayah administrasi dari tujuh kabupaten yang mempunyai pantai di Danau Toba yang dibatasi oleh kaldera rim yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Simalungun.

Harapan bersama dengan tujuan penataan dan pengembangan GKT,

sehingga kemudian diterima menjadi anggota GGN-UNESCO. Tentu saja hal ini

memberi dampak yang sangat signifikan kepada masyarakat di Kawasan Danau

Toba, tidak saja akan dikenal sebagai taman bumi yang mendunia namun juga

menjadi sarana promosi yang sangat baik untuk hadirnya wisatawan nusantara dan

manca negara sesuai konsep Geopark yaitu konservasi, edukasi & pengembangan

ekonomi masyarakat dengan prinsip "memuliakan bumi dan memberi

(18)

ABSTRAK

Pengembangan Geopark Kaldera Toba di Sumatera Utara merupakan suatu impian bagi Provinsi Sumatera Utara sebagai suatu program yang menjadikan Sumatera Utara menjadi suatu destinasi wisata berskala internasional. Geopark yang tidak hanya berbicara mengenai konservasi warisan geologi namun juga berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsep Geopark yang tidak hanya membahas mengenai geologi saja namun lebih kearah manejemen kawasan membutuhkan suatu proses yang cukup lama di dalam pengembangannya. Peran aktif masyarakat lokal juga diharapkan dalam menjaga warisan alam supaya tetap terkemuka, harmonis dan bersahaja. Dengan didaftarkannya geopark kaldera toba oleh UNESCO sebagai salah satu anggota dari Global Geopark Network diharapakan pembangunan dan pengembangan kawasan danau toba semakin baik kedepannya. Bersama dengan ini diharapkan dengan langkah penataan dan pengembangan kawasan geopark kaldera toba terkhusus daerah kawasan tano ponggol, menjadi sebuah gerbang pariwisata dan dapat memicu perkembangan positif dalam pariwisata di kawasan sumatera utara dan indonesia.

(19)

ABSTRACT

Geopark development in North Sumatra Toba caldera is a dream for North Sumatra province as a program that makes North Sumatra become an international tourist destination. Geopark is not just talking about the conservation of geological heritage, but also seeks to improve the welfare of the community. Geopark concept which not only discusses the geology alone but more towards regional management requires a long process in the development. The active role of local communities is also expected to maintain the natural heritage in order to remain a leading, harmonious and unpretentious. With the registration of the Toba caldera geopark by UNESCO as one of the members of the Global Geopark Network expected construction and development of the area of Lake Toba, the better the future. Together with this is expected to step structuring and development of geopark region especially its Toba caldera area tano ponggol region, becoming a gateway for tourism and can lead to positive developments in the area of tourism in North Sumatra and Indonesia .

(20)

BAB I

MENJEJAKKAN LANGKAH

Negara Indonesia memiliki berbagai kekayaan wisata yang berkelas dunia. Salah satunya adalah Danau Toba yang berada di provinsi Sumatera Utara. Kawasan danau Toba memiliki pemandangan alam yang sangat indah, kekayaan akan budaya yang otentik sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan. Rencana Penataan dan pengembangan di segala sektor menjadi salah satu faktor penting keberhasilan pariwisata di kawasan Danau Toba, terlebih dengan dicanangkannya kawasan Danau Toba sebagai kawasan Geopark yang berskala internasional.

Danau Toba sendiri merupakan danau vulkanik yang terbentuk saat letusan mahadashyat gunung Toba pada 69.000 – 77.000 tahun silam dan merupakan danau yang terbesar di Indonesia. Setelah ledakan tersebut, terciptalah kaldera (cekungan pada tanah sesudah letusan gunung) membentuk kawah yang begitu besar dan kemudian berfungsi menjadi tadah hujan yang lama kelamaan menampung air dan terciptalah sebuah danau yang dikenal sebagai danau Toba.

Ditengah danau toba juga terbentuk sebuah pulau yang dikenal dengan pulau Samosir. Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir hanya dipisahkan oleh terusan yang berjarak sekitar 22 meter, dengan panjang kurang lebih 2000 meter. Terusan ini dinamakan dengan terusan Tano Ponggol. Tano Ponggol berarti tanah yang terpotong dan merupakan saksi sejarah dan peninggalan akibat letusan gunung toba.

Isu Geopark yang diusung oleh PBB melalui badan UNESCO yang menyatakan dan mendaftarkan kawasan danau toba sebagai warisan alam dunia yang dinamai Geopark Kaldera Toba. Hal ini tentu menjadi salah satu titik terang dalam upaya memajukan kawasan danau toba baik dari segi kekayaan alam, budaya dan menjadikan danau toba sebagai wisata prioritas di sumatera utara dan diharapkan dikenal dan dikunjungi dari seluruh penjuru dunia.

(21)

dalam konteks pariwisata indonesia maupun yang lebih luas lagi. Tema kelompok yang diangkat untuk proyek ini adalah ecotourism.

Ecotourism/ekowisata merupakan perjalanan yang bertanggungjawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata adalah salah satu mekanisme pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Ekowisata juga merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat yang ada disekitarnya.

Jadi ekowisata ini adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata dimana pendapatan yang diperolah dari pariwisata dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Pelayanan yang baik merupakan modal dasar dalam penerapan konsep ekowisata ini. Selain dari kemampuan menjamu tamu, mengolah kekhasan daerah, menghidangkan kuliner-kuliner lokal, fasilitas-fasilitas yang dapat diterima oleh turis juga turut untuk dipertimbangankan.

Danau toba yang erat berkaitan dengan alamnya yang kaya, baik dari segi wisata air, panorama yang luarbiasa, air terjun yang fantastis, pantai-pantai dengan pasir putih, air panas (hot springs), juga batu-batuan yang berumur ribuan tahun lamanya. Kerap para ahli geologi melakukan riset ditanah toba ini dengan unsur-unsur batuan yang beragam didalamnya. Terkhusus untuk kasus proyek yang hendak ditatakelola dan dikembangankan di kawasan geopark kaldera toba ini mengangkat unsur alami bebatuan dan dipilihlah tema “engagement with stone”.

(22)

Desain masterplan juga mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang urgen dalam kawasan geopark serta mempertimbangkan tahap pengembangan kemasa mendatang (masa depan) karena lokasi yang strategis dan alam yang outstanding diharapkan juga tidak kalah dari kawasan wisata seperti di kota-kota besar di negara lain, misalnya singapura, thailand, korea dan lain-lain.

Kegiatan pada minggu awal perancangan ini adalah memahami dan menelusuri tema utama (Symbiosis and Sustainability) serta mencari usulan fungsi secara garis besar pada geopark kaldera toba secara berkelompok. Tugas-tugas ini dilakukan mengikuti jurnal yang telah dirancang oleh dosen koordinator, namun terhenti karena pergantian sistem yang menyebabkan kondisi kelas perancangan dan skripsi tidak terarah lagi.

Berdasarkan pengerjaan tugas-tugas jurnal berkelompok tersebut ditarik hubungan Urgensi Sustainability dalam ruang lingkup perancangan kawasan pariwisata khusunya daerah kaldera Toba. Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan sendiri menurut UNWTO (The World Tourism Organization) mengacu kepada pemanfaatan sumber daya lingkungan secara optimal yang merupakan kunci dalam pengembangan pariwisata, membantu melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati. Kemudian pariwisata berkelanjutan juga harus menghormati keaslian sosial-budaya masyarakat setempat dan memberikan kontribusi dalam pemahamana antar budaya serta memberikan manfaat sosial ekonomi bagi semua pemangku kepentingan, termasuk memberikan pekerjaan yang stabil bagi masyarakat sekitar.

(23)

mana bangunan yang dikembangkan pada masa kini harus menjadi warisan untuk generasi yang akan datang.

Menurut Kisho Kurokawa dalam bukunya Intercultural Architecture-The Philosophy of Symbiosis (1991)[1], Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis yang memadukan beragam hal kontradiktif antara keragman satu dengan keragaman lainnya. Seperti eksterior dengan interior, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, manusia dengan teknologi, dan manusia dengan alam.

Dari pemaparan-pemaparan tersebut, dapat diterik benang merah dari tema umum Symbiosis and Sustainability dengan perancangan kawasan geopark itu sendiri. Pada dasarnya penetapan suatu kawasan sebagai geopark dan penerapan standar-standar geopark yang berlaku saja sudah merupakan perancangan yang mengangkat isu Symbiosis and sustainability.

Pengertian Geopark

Geopark atau Taman Bumi, konsep pemikiran yang dicetuskan pertama kali oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientif and Cultural Organization). Pada awalnya perkembangan Geopark diawali dengan terbentuknya organisai nonpemerintahan di negara-negara Eropa yaitu EGN ( Europe Geopark Network) pada tahun 2001. Tujan dari EGN ini sendiri yaitu untuk melindungi warisan warisan geologi yang sangat banyak jumlahnya di Eropa. Selanjutnya UNESCO memfasilitasi dan membentuk sebuah organisasi yang bernama GGN (Global Geopark Network) yang berdiri pada tahun 2004. Tujuan dari GGN ini sendiri agar dapat menampung lebih banyak negara di dunia, dengan harapan tidak hanya warisan geologi negara-negara eropa saja yang dilindungi namun mencakup seluruh warisan geologi yang berada diseluruh dunia. Sebuah kawasan yang memiliki unsur geologi terkemuka, termasuk juga didalamnya nilai arkeologi, ekologi, juga budaya merupakan defenisi Geopark menurut UNESCO. Masyarakat setempat juga harus berperan aktif demi dapat melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam yang terdapat di lingkungan [1]

(24)

mereka. Dengan adanya Geopark warisan alam, hal itu digunakan untuk mendorong kesadaran masyarakat atas isu-isu yang dihadapi terutama berkaitan dengan dinamika kebumian yang terjadi disekitar mereka. Hal tersebut memilki tujuan agar masyarakat lebih menghargai dan menjaga serta merwat warisan alam di daerahnya masing-masing. Geopark juga dapat diartikan berupa suatu upaya/gerakan dalam melestarikan warisan geologi agar dapat mengembangkan lingkungan, masyarakat, serta budaya didaerahnya.

Pengertian Geopark sangat beragam, pengertiannya juga dapat dibagi dalam beberapa aspek :

a. Sebagai Suatu Kawasan

Geopark adalah sebuah kawasan yang berisi aneka jenis unsur geologi yang memilki makna dan fungsi sebagai warisan alam. Dikawasan ini dapat diimplementasikan berbagai strategi pengembangan wilayah secara berkelanjutan,

yang promosinya harus didukung oleh program pemerintah. Sebagai kawasan, geopark harus memiliki batas yang tegas dan nyata. Luas permukaan Geopark pun harus cukup, dalam artian dapat mendukung penerapan kegiatan rencana aksi pengembangannya.

b. Sebagai Sarana Pengenalan Warisan Bumi

Geopark mengandung sejumlah situs geologi (geosite) yang memiliki makna dari sisi ilmu pengetahuan, kelangkaan, keindahan, serta pendidikan. Kegiatan di dalam Geopark tidak terbatas pada aspek geologi saja, tetapi juga aspek lain seperti arkeologi, ekologi, sejarah, dan budayanya.

c. Sebagai Kawasan Lindung Warisan Bumi

(25)

d. Sebagai Tempat Pengembangan Geowisata

Objek-objek warisan bumi di dalam Geopark berpeluang menciptakan nilai ekonomi. Pengembangan ekonomi lokal melalui kegiatan pariwisata berbasis alam (geologi) atau geowisata merupakan salah satu pilihan. Penyelenggaraan kegiatan pariwisata Geopark secara berkelanjutan dimaknai sebagai kegiatan dan upaya penyeimbangan antara pembangunan ekonomi dengan usaha konservasi

e. Sebagai Sarjana Kerjasama yang Efektif dan Efisien dengan Masyarakat Lokal

Pengembangan Geopark di suatu daerah akan berdampak langsung kepada manusia yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan. Konsep Geopark memperbolehkan masyarakat untuk tetap tinggal di dalam kawasan, yaitu dalam rangka menghubungkan kembali nilai-nilai warisan bumi kepada mereka. Masyarakat dapat berpartisipasi aktif di dalam revitalisasi kawasan secara keseluruhan.

f. Sebagai Tempat Implementasi Aneka Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Di dalam kegiatan melindungi objek-objek warisan alam dari perusakan atau penurunan mutu lingkungan, kawasan Geopark menjadi tempat uji coba metoda perlindungan yang diberlakukan. Selain itu, kawasan Geopark juga terbuka sepenuhnya untuk berbagai kegiatan kajian dan penelitian aneka ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Pedoman GGN (Global Geopark Network), tujuan Geopark adalah menggali, menggembangkan, menghargai serta mengambil manfaat dari mulai warisan geologi, alam, serta budaya yang terdapat pada area tersebut. Agar tujuan dari Geopark itu tercapai maka harus terjadinya 3(tiga) kegiatan penting yaitu ; konservasi, pendidikan, geowisata.

(26)

negara terbanyak dari 111 tempat 30 diantaran terletak di Negara Cina. Di Asia Tenggara sendiri hanya terdapat ditiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, Vietnam. Kawasan Gunung Batur yang terletak di Bali, Kabupaten Bangli merupakan satu satunya Geopark yang terdapat di Negara Indonesia dengan nama resmi yaitu Batur Global Geopark.

Seperti yang sudah dijelaskan diawal, Negara Indonesia adalah negara yang berlimpah akan kekayaan alamnya, begitu juga Provinsi Sumatera Utara. Provinsi ini terletak dipulau Sumatera yang menjadi salah satu lokasi yang juga sudah ditetapkan UNESCO untuk pengembangan Geopark kedua di Indonesia dengan nama . Danau Toba merupakan titik kedua perencanaan Geopark, dengan keindahan alamnya, sejarah dari warisan geologinya, juga budayanya nama Geopark Kaldera Toba diajakuan dan dimulai pengembangannya untuk beberapa waktu kedepan.

(27)

BAB II

MELIHAT BUKIT, MEMANDANG DANAU

Dalam Dalam proyek ini, penulis mendapat isu proyek yaitu penataan dan pengembangan kawasan geopark kaldera toba, dimana telah didaftarkannya kawasan danau toba menjadi salah satu geopark oleh UNESCO. Berdasarkan hal tersebut perancangan ditugaskan untuk mengkaji ulang dan merancang fasilitas-fasilitas yang dianggap urgen untuk dipenuhi demi tujuannya sebagai warisan dunia serta kelak menjadi kawasan wisata prioritas skala nasional maupun skala internasional sehingga penulis mengangkat judul proyek yaitu “Penataan dan Pengembangan Kawasan Geopark Kaldera Toba”.

Proyek geopark ini merupakan pertama kalinya muncul dalam tugas perancangan arsitektur. Pada awal mula proyek ini diberikan, output yang diharapkan masih belum jelas dan membingungkan, mengingat bahwa cakupan daerah geopark sangatlah luas, sementara PA 6 biasanya hanya berupa kasus dalam lingkup kawasan yang tidak terlalu luas (4-10 Ha). Secara garis besar proyek Geopark Kaldera Toba ini bertujuan mengangkat semua potensi-potensi yang berada ditujuh kabupaten yang termasuk dalam teritori kaldera toba. Sebagai langkah awal, dilakukan pendataan mengenai keadaan geografis dari Danau Toba itu sendiri.

2.1. Data Eksisting Danau Toba

1. Letak Geografis dan Luas Danau

(28)

2. Iklim

DTA Danau Toba juga termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Hal ini berakibat bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) yang juga berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan.

3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 - 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujannya terjadi pada bulan November-Desemberdengan cakupan curah hujan antara 190-320 mm/bulan dan juga puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni - Juli

dengan curah hujan berkisar 54-151 mm/bulan.

4. Suhu dan Kelembapan Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 - 19,7 oC di Balige dan

antara 21,0 - 20,0 oC di Sidamanik. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 - 95 %. Pada musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah apabila hal ini dibandingkan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim-musim hujan.

5. Hidrologi

Air yang masuk ke Danau Toba berasal dari :

a. Air hujan yang langsung jatuh ke danau ; b. Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau.

 Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan.

 Daerah aliran sungai (Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub

DAS.

 Total jumlah sungai yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai.

 Dari Pulau Samosir adalah 112 sungai dan dari

(29)

 Dari 289 sungai itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa

222 sungai lagi adalah sungai musiman (intermitten).

6. Topografi

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan( 0 - 8 % ) seluas 703,39 Km2, landai (8 - 15 %) seluas 791,32 Km2, agak curam (15 - 25 %) seluas 620,64 Km2, curam (25 -45 %) seluas 426,69, sangat curam sampai dengan terjal (> 45 %) seluas 43,962 Km2.

Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat,hutan tanaman, hutan jarang dan kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).

7. Fungsi dan Manfaat Danau Toba a. Cadangan Air (Air Baku Air Minum)

Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai air baku air minum

b. Objek Wisata

Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai objek wisata

c. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

PLTA memproduksi energy listrik 450 MW yang diperoleh dari sumber daya air Danau Toba.

d. Sarana transportasi di kawasan Danau Toba

Danau Tobadimanfaatkan sebagai sarana transportasi di kawasan danau e. Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, dan perikanan.

8. Batas-Batas Pada Site

Daerah yang termasuk dalam lingkup site Geopark Kaldera Toba adalah :

(30)

- Kab. Tobasa,

- Kab. Tapanuli Utara, - Kab. Humbahas, - Kab. Dairi, - Kab. Tanah Karo, - Kab. Simalungun

2.2. Studi Banding Proyek Sejenis

1. Hongkong Global Geopark

Gambar 2.1 Hongkong Global Geopark

(sumber : www.globalgeopark.com)

(31)

Gambar 2.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark

Untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal, Geopark bekerja sebagai fasilitator untuk membantu restoran lokal membuat beberapa hidangan geologi bagi pengunjung (Gambar 2.2). Hal ini dapat memperkaya pengalaman turis, serta meningkatkan perekonomian lokal. Kemudian pengelola Geopark juga memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi mitra pendukung dengan mengikuti syarat yang diberlakukan. Pada geopark ini juga diusung wisata edukasi yang mendukung prinsip Ecotourism. Seluruh kegiatan konservasi, museum, maupun fasilitas-fasilitas di kawasan Geopark ini merupakan sarana edukasi bagi para pengunjungnya. Wisatawan diajak untuk berperan langsung dalam menjaga warisan alam yang telah ada. Kemudian disediakan juga fasilitas seperti Rock Classroom (Gambar 2.3) yang bertujuan mengedukasi anak-anak tentang bebatuan dan geo-konservasi. Kelas ini bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang berada disekitar wilayah Hongkong geopark

.

Gambar 2.3 Disediakan Rock Clssroom sebagai sarana edukasi dini bagi

(32)

2. Krka National Park

Krka National Park Krka National Park adalah tempat wisata alam yang terdapat di negara Kroasia, yang berlokasi di sungai Krka. Pada sungai Krka terdapat 7(tujuh) air terjun yang tercipta dari bukit batu kapur. Yang paling terkenal dari ketujuh tersebut adalah Skradinski Buk dengan tinggi 44m dan Roski dengan jauhnya yang bermilmil dan juga deras airnya. Salah satu keindahan yang luar biasa dari tempat wisata ini adalah pulau kecilnya Visovac yang terletak di tengah danau tersebut. Didalam pulau kecil yang indah tersebut ada biara terkenal sebagai pusat monument yang bersejarah. Skradinski Buk adalah salah satu bagian yang paling menarik dari Krka River National Park. Hal ini jelas airnya yang jernih dengan air terjun yang paling tinggi diantara lainnya. karena kekayaan dan berbagai bentuk geomorfologi, vegetasi, dan berbagai efek yang disebabkan oleh cahaya pada pusaran air.

Pada taman nasional ini terdapat beragam biodiversity yang dijaga kelestariannya dan manusia tetap bisa berinteraksi secara langsung. Contohnya akses disekitar air terjun yang disediakan agar pengunjung dapat melihat formasi Travertine dibagian atas sungai, dapat berinteraksi langsung dengan mikrokosmos yang unik, serta pengunjung juga dapat mendengar suara burung dan melihat-lihat binatang-binatang liar berkeliaran.

(33)

Gambar 2.5 Suasana Krka National Park

3. Chumble Island Coral Park

Gambar 2.6 Panorama Chumbe Island

(sumber : chumbeisland.com)

(34)

lainnya. Seiring dengan penelitian lokal dan internasional yang didukung oleh CHICOP, telah dikumpulkan data yang menunjukkan bahwa ukuran ikan dan keanekaragaman laut disekitar pulau ini telah meningkat, sementara penangkapan ikan ilegal menurun secara signifikan. Di kawasan ini juga diberikan pendidikan lingkungan bagi anak-anak sekolah maupun masyarakat umum guna meneruskan pemahaman tentang konservasi dan prinsip-prinsip ekowisata.

Pada kawasan ini terdapat bungalo yang menjadi ikon utama Ekowisata di pulau Chumbe ini (Gambar 2.7). Masing-masing dari tujuh eco-bungalow dibangun menggunakan bahan-bahan lokal sebagai unit mandiri. Tiap unitnya masing-masing dilengkapi dengan tangkapan air hujan, toilet kompos, penyaringan air kotor, dan panel photovoltaic untuk listrik. Suhu ruangan diatur oleh kipas yang menggunakan energi matahari dan terdapat dinding jerami yang dapat diturunkan dengan tali dari serat kelapa, yang memberikan pandangan langsung menghadap Samudera Hindia.

Gambar 2.7 Eco-Bungalow Gambar 2.8 Wanita lokal sebagai

juru masak

(35)

nelayan setempat dengan langsung menjual ikan dan makanan laut lainnya ke restoran.

Staf Chumbe berjumlah 41 orang, dengan rasio staf dan tamu seimbang. Kapasitas eco-bungalow sendiri dapat menampung sekitar 15 tamu dalam semalam. Hampir semua anggota staf merupakan penduduk asli Tanzania, sebagian besar dari pulau utama Zanzibar. Para penjaga taman dahulunya bekerja sebagai nelayan dari desa-desa tetangga, mereka dilatih mengelola taman dan teknik memonitoring terumbu karang dan hutan, sehingga mereka dapat bertugas juga sebagai pemandu wisata. Pulau Chumbe memberikan keuntungan untuk masyarakat lokal dengan menghasilkan pendapatan, lapangan pekerjaan, pasar untuk produk lokal, pengembangan keterampilan kerja baru, edukasi untuk memanajemen sumber daya yang berkelanjutan, dan mengembangkan spesies ikan komersial di daerah sekitarnya.

2.3. Persiapan Preview 1

Pada awal persiapan preview perancang dan tim mengumpulkan data dari ketujuh kabupaten yang berada diwilayah kaldera Toba tersebut. Data yang dicari berupa gambaran umum, potensi-potensi, akses transportasi, dan budaya yang dimiliki tiap kabupaten.

(36)

1. Kab. Samosir A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Pangururan Luas : 254.715 Ha

Kabupaten ini berada diketinggian 700 s/d 1.995 meter di atas permukaan laut

Jumlah Kecamatan : 1. Kec. Harian

2. Kec. Nainggalon

3. Kec. Onan Runggu

4. Kec. Palipi

5. Kec. Pangururan 6. Kec. Ronggur Nihuta 7. Kec. Sianjur Mulamula 8. Kec. Simanindo 9. Kec. Sitiotio

(37)

B. Potensi-Potensi

(38)

2. Kab. Tobasa A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Balige

Luas : 2.021,81 km2

Kab. Tobasa berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan, ketinggian 300-2.200 m dpl.

Jumlah Kecamatan:

1. Kecamatan Balige 9. Kecamatan Porsea

2. Kecamatan Tampahan 10. Kecamatan Pintu Pohan Meranti 3. Kecamatan Laguboti 11. Kecamatan Siantar Narumonda 4. Kecamatan Habinsaran 12. Kecamatan Parmaksian

5. Kecamatan Borbor 13. Kecamatan Lumban Julu 6. Kecamatan Nassau 14. Kecamatan Uluan

7. Kecamatan Silaen 15. Kecamatan Ajibata

(39)

Gambar 2.12 Peta Wilayah Kab. Toba Samosir

B. Potensi-Potensi

(40)

3. Kab. Tapanuli Utara A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Tarutung Luas : 3.800,31 Km2

- Luas dataran 3.793,71 Km2

- Luas perairan Danau Toba 6,60 Km2 Ketinggian : 300-1500 m dpl

Jumlah Kecamatan :

1. Kec. Muara 9. Kec. Tarutung

2. Kec. Siborongborong 10. Kec. Siatas Barita 3. Kec. Pagaran 11. Kec. Pahae Julu 4. Kec. Parmonangan 12. Kec. Pahae Jae 5. Kec. Sipahutar 13. Kec. Adiankoting 6. Kec. Pangaribuan 14. Kec. Simangunban

7. Kec. Garoga 15. Kec. Purbatua

8. Kec. Sipoholon

(41)

B. Potensi-Potensi

(42)

4. Kab. Humbahas A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Dolok Sanggul

Luas : 2.335,33 km2

Jumlah Kecamatan:

1. Kec. Baktiraja 2. Kec. Paranginan

3. Kec. Dolok Sanggul 4. Kec. Parlilitan

5. Kec. Lintong Nihuta 6. Kec. Pollung

7. Kec. Onan Ganjang 8. Kec. Sijama Polang

9. Kec. Pakkat 10. Kec. Tarabintang

(43)

B. Potensi-potensi

(44)

5. Kabupaten. Dairi A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Sidikalang Luas : 1927,8 km2

Jumlah Kecamatan :

1. Kec. Berampu 2. Kec. Gunung Sitember

3. Kec. Lae Parira 4. Kec. Parbuluan

5. Kec. Pegagan Hilir 6. Kec. Sidikalang

7. Kec. Siempat Nempu 8. Kec. Siempat Nempu Hilir 9. Kec. Siempat Nempu Hulu 10. Kec. Silahisabungan 11. Kec. Silima Pungga-pungga 12. Kec. Sitinjo

13. Kec. Sumbul 14. Kec. Tanah Pinem

15. Kec. Tigalingga

(45)

B. Potensi-potensi

(46)

6. Kab. Tanah Karo A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Kabanjahe Luas : 2127,25 km2

Jumlah Kecamatan :

1. Kec. Barusjahe 10. Kec. Merek

2. Kec. Berastagi 11. Kec. Munthe

3. Kec. Dolat Rayat 12. Kec. Naman Teran

4. Kec. Juhar 13. Kec. Payung

5. Kec. Kabanjahe 14. Kec. Simpang Empat

6. Kec. Kuta Buluh 15. Kec. Tigabinanga

7. Kec. Laubalen 16. Kec. Tiganderket

8. Kec. Mardingding 17. Kec. Tigapanah 9. Kec. Merdeka

(47)

B. Potensi-potensi

(48)

7. Kab. Simalungun A. Gambaran Umum

Ibu Kota : Pematang Raya Luas : 4.386,60 Km2

Jumlah Kecamatan :

1. Kec. Bandar 17. Kec. Huta Bayu Raja

2. Kec. Bandar Huluan 18. Kec. Jawa Maraja Bah Jambi 3. Kec. Bandar Masilam 19. Kec. Jorlang Hataran

4. Kec. Bosar Maligas 20. Kec. Panei

5. Kec. Dolok Batunanggar 21. Kec. Panombeian Panei 6. Kec. Dolok Panribuan 22. Kec. Pematang Bandar 7. Kec. Dolok Pardamean 23. Kec. Pematang Sidamanik 8. Kec. Dolok Silau 24. Kec. Pematang Silima Huta 9. Kec. Girsang Sipangan Bolon 25. Kec.Purba

10. Kec. Gunung Malela 26. Kec. Raya

(49)

Gambar 2.22 Peta Wilayah Kab. Simalungun

B. Potensi-potensi

(50)

MATRIKS Kab. Samosir

(51)

Kab. Toba Samosir

Tabel 2.2 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir

Kab. Tapanuli Utara

(52)

Kab. Humbang Hasundutan

Tabel 2.4 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Humbahas

Kab. Dairi

(53)

Kab. Karo

Tabel 2.6 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Karo

Kab. Simalungun

(54)

SUMMARY

Data yang kami kumpulkan dan setelah pengerjaan matriksnya, maka didapat beberapa titik yang memiliki potensi potensi terbanyak dan yang terbaik.

Gambar 2.24 Potensi-potensi yang terfavorit

Terdapat beberapa titik yang diusulkan dan keterangan mengenai potensi-potensi apa saja pada titik-titik tersebut. Setelah melakukan diskusi dan mengulas kembali data data yang ada akhirnya titik-titik tersebut lebih terselektif.

(55)

Terdapat 4(empat) titik akhir yang menjadi usulan kami dalam menghadapi Preview 1. Adapun titik-titik tersebut adalah Pantai Pasir Putih Parbaba, G. Pusuk Buhit, Air terjun Sipiso-piso, dan terakhir Danau Sidihoni.

Pada pencapaian akhir sebelum kami memasuki preview 1 kami membuat penzoningan usulan fungsi pada keempat titik tersebut.

(56)

Gambar 2.27 Rencana Pengembangan Lokasi Air Terjun Sipiso-piso

(57)
(58)

Preview 1

Persiapan preview 1 sudah selesai. Pada saat itu persiapan kami dari mulai mencari data mengenai potensi potensi apa saja yang di punyai 7(tujuh) kabupaten lalu merangkumnya dalam sebuah matriks, sampai menentukan dan mengusulkan usulan fungsi pada titik akhir yang kami pilih sebelum preview 1.

Sampailah dihari preview 1 dimana kami mempresentasikan data dan menjelaskan mengenai bagaimana usulan kami mengenai 4 titik yang menjadi usulan untuk pengembangan Geopark Kaldera Toba kami. Setelah presentasi kami mendapatkan beberapa kritik dan saran dari dosen penguji.

A. Kritik

Pada presentasi dari awal kami tidak ada menjelaskan apa itu Geopark, bagaimana dia berfungsi, dan bagaimana kaitannya dengan Tema Sustainable dan Sybiosiss.

B. Saran

Kelompok kami mendapatkan saran yang sangat penting dan sangat bagus. Seperti halnya pada perancanaan Geopark, mungkin pada akhirnya kami tidak perlu mengeluarkan design namun lebih kepenataan dan pengembangan bagaimana menghasilkan Geopark Kaldera Toba tersebut menjadi tempat yang dapat mengembangkan potensi luar biasa pada Danau Toba. Hal ini bisa berupa bagaimana wisatawan dapat nyaman dan dapat menikmati semua fasilitas yang diusulkan namun tetap dapat merasakan suasana Danau Toba itu sendiri.

Paket perjalanan bagi pengunjung yang ingin wisata maupun bagi mereka yang tujuannya untuk edukasi. Hal tersebut juga berupa saran yang diberikan dosen penguji kami dikarenakan bagai mana para pengunjung yang ingin datang melalui jalur travel. Pada kebanyakan travel biasanya menawarkan berbagai paket wisata pada para wisatawan sehingga menjadi daya tarik sendiri.

(59)

BAB III

MELIHAT DENGAN MATA HATI

Setelah melalui preview I dengan hasil yang kurang maksimal, perancang dan tim merasa belum mendapat arahan yang jelas mengenai produk akhir dari proyek geopark ini. Proses pengerjaan perancangan kembali stak pada posisi yang sama seperti sebelum preview I. Secara perlahan akhirnya perancang dan tim memberanikan diri untuk mengambil keputusan dalam rangka persiapan menuju preview II.

Permasalahan pemilihan site yang terlalu acak dan tidak memiliki landasan dikaji ulang. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, akhirnya didapatkan cara memilih site berdasarkan data potensi yang telah dikumpulkan.dengan sistem over layer. Sistem ini dilakukan dengan mengumpulkan potensi tiap kabupaten dan mengelompokkan potensi-potensi yang berada dalam kawasan berdekatan. Pada awalnya potensi-potensi-potensi-potensi yang telah didaftar dimasukkan kedalam peta ketujuh kabupaten dalam rupa simbol, sehingga didapat area terpilih yang memilki simbol terbanyak yang berkumpul dalam satu kawasan. Site yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah kecamatan Pangururan, kabupaten Samosir dan juga kawasan disekitarnya. Dengan tidak meninggalkan daerah yang lain, untuk tahap pertama yang dikelola adalah daerah Pangururan, kemudian untuk selanjutnya secara bertahap keseluruhan daerah yang dicakup oleh Geopark Kaldera Toba akan dikembangkan, sehingga tujuan menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Sumatera Utara dapat tercapai dengan baik.

(60)

Gambar 3.2 Penentuan dengan Sistem Overlayer

Setelah melakukan sistem overlayer kami mendapatkan 5 (lima) kecamatan

yang memiliki banyak potensi. Kec. Simanindo, Kec. Pangururan, Kec. Sianjur

mulamula, Kec. Baktiraja, Kec. Muara kecamatan-kecamatan inilah yang merupakan

hasil dari over layer. Sampai pada titik akhir dimana kami memutuskan mengambil

satu titik lokasi sebagai pengembangan awal yaitu Kec. Pangururan, hal ini

berdasarkan kecamatan yang memiliki titik paling banyak potensi untuk

dikembangkan.

Setelah kami mendapatkan lokasi untuk pengembangen Geopark Kaldera toba

kami mengumpulkan data mengenai Kec. Pangururan. Data yang kami dapat masi

kurang untuk bahan pengembangan Geopark kami dan kami juga mendapatkan dari

dosen pembimbing kami untuk melakukan survey pada site yang sudah ditentukan.

Kami kembali mendiskusikan bagaimana saran dari dosen kami untuk survey mengingat waktu tinggal 2 minggu lagi sebelum tanggal untuk Preview 2, sampai akhirnya kami memutuskan untuk berangkat survey lokasi.

(61)

yang sebagai driver. Bermula pada pagi hari sampai hampir sore hari kami melakukan survey lokasi, pengalaman susah bersama, bertengkar, tertawa semua kami alami saat survey dan pada akhir survey sebelum melakukan perjalanan kembali kemedan kami menutup perjalanan dengan makan bersama. Survey lokasi pada saat itu sangat berkesan dan sangat membantu mempererat hubungan tim Geopark Kaldera Toba kami.

Lampiran Foto-Foto Hasil Survey

Gambar 3.3 Danau Sidihoni Gambar 3.4 Pasar Pangururan

Gambar 3.5 Jalan Kota Gambar 3.6 Dermaga Kota

(62)

Setelah kembali dari menjalankan survey keesokan harinya kami menyiapkan bahan untuk menghadapi Preview 2(dua). Kami mendiskusikan kembali bagaimana pengembangan Geopark kami ini lalu kami mendapatkan usulan dari dosen pembimbing kami untuk mengangkat sub tema yaitu Ecotourism dimana tema ini sangat dekat kaitannya dengan Sustainable dan

Symbiosis Architecture. Lalu kami menerima usulan tersebut dan menjadikannya sebagai tema pada perencanaan Geopark ini.

A. Pengertian Ecotourism

Istilah Ecotourism pertama kali ditemukan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987[2] dengan pengertian sebagai berikut :

”Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling

to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the spesific

objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plants and

animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present)

found in the areas.”

”Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuhan-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.”

Lalu pada tahun 1990 istilah ini juga disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) [3] yaitu sebagai berikut:

“Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people.”

”Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.”

(63)

Fenell (1999) mendefinisikan ekowisata sebagai bentuk berkelanjutan berbasis sumber daya alam pariwisata yang berfokus pada mengalami dan belajar tentang alam, dan yang berhasil etis dampak rendah, non-konsimtif dan berorientasi lokal (kontrol, manfaat dan keuntungan dan skala).

Ecotourism adalah salah satu mekanisme pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Ecotourism merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada mesyarakat yang ada disekitarnya.

Konsep yang memanfaatkan kecendrungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal disekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata.

Maka pengertian Ecotourism itu sendiri adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.

B. Pengelolaan Ecotourism

Ekowisata merupakan bentuk dari sebuah wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi sendiri merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu saat ini dan masa mendatang.

Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.

Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotourism adalah daerah yang masih alami dan belum terlalu banyak dicampuri oleh tangan manusia. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman [2]

(64)

Wisata,dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki objek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata.

Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:

a. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan;

b. Melindungi keanekaragaman hayati;

c. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.

Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Bahkan Eplerwood (1999)[4] memberikan konsep dalam hal ini adalah “Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of local rural

populations”. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.

C. Pengembangan Ecotourism

Dilihat dari sudut pandnag Konseptual, ecotourism merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan mau itu alam ataupun budayanya dan

[4]

(65)

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberimanfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.

a. Prinsip Konservasi

Pengembangan ecotourism harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumber daya alam. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.

Prinsip Konservasi juga dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Prinsip Konservasi Alam

Prinsip ini memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam serta pembangunan harus mengikuti kaidah ekologis. Adapun kriteria konservasi alam antara lain:

 Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan,

melalui zonasi.

 Mengelola jumlah pengunjung, sarana fasilitas sesuai dengan daya

dukung lingkungan daerah tujuan.

 Meningkatkan kesadaran dan apresiasi pelaku terhadap lingkungan

alam dan budaya.

 Memanfaatkan sumber daya secara lestari dalam penyelenggaraan

kegiatan ecotourism.

 Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat

ramah lingkungan.

 Mengelola usaha secara sehat.

2. Prinsip Konservasi Budaya

(66)

Kriteria konservasi budaya antara lain:

 Menerapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan

pelaku usaha ekowisata.

 Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainnya (multi stakeholders dalam menyusun kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.

 Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari

masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata.

 Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanan dan pengelolaan ekoswisata.

b. Prinsip Partisipasi Masyarakat

Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta dapat menghormati dan menghargai nilai-nilai dari budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat disekitar kawasan.

Adapun kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata.

b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.

d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.

(67)

f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

g. Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

c. Prinsip Ekonomi

Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat melakukan pengembangan pembangunan yang berimbang (balance development) antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak. Pengembangna ekowisata harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat setempat dan berkelanjutan.

Kriteria :

a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.

b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk kesejahteraan penduduk setempat.

c. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.

d. Menakan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya. e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

d. Prinsip Edukasi

(68)

peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat dan para pihak yang terkait.

Pengembangan produk ekowisata meliputi:

a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata. b. Memafaatkan dan mengoptimalkan pengetahuan tradisional berbasis

pelestarian alam dan budaya serta nilai-nilai yang terkandung didalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai nilai tambah.

c. Mengoptimalkan peran masyarakat sebagai interpreter lokal dari produk ekowisata.

d. Memberikan pengalaman yang berkualitas dan bernilai bagi pengunjung. e. Dikemas ke dalam bentuk dan teknik penyampaian yang komunikatif dan

inovatif.

f. Prinsip Ekowisata

Prinsip ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata yang dapat berkelanjutan. Selain itu pengembangan ekowisata juga harus mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan memberikan kepuasan serta menambah pengalaman bagi pengunjung.

Adapun hal-hal yang termasuk didalamnya ialah :

a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata

(outstanding).

b. Membuat Standar Prosedur Operasi (SPO) untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan.

c. Menyediakan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pengunjung, kondisi setempat dan mengoptimalkan kandungan material lokal.

d. Memperioritaskan kebersihan dan kesehatan dalam segala bentuk pelayanan, baik fasilitas maupun jasa.

(69)

D. Konsep Dasar Ecotourism

Ada lima prinsip yang menjadi konsep dasar dalam pengembangan ecotorusim/ekowisata, yaitu :

a. Nature based (Berbasis alam)

Pengembangan ekowisata didasarkan pada lingkungan alam dengan fokus pada lingkungan biologi, fisik dan budaya.

b. Ecologically sustainable (Berkelanjutan secara ekologis)

Ecotourism dapat memberikan acuan terhadap pariwisata secara keseluruhan dan dapat membuat ekologi yang berkesinambungan.

c. Environmentally educative (Pendidikan Lingkungan)

Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

d. Locally beneficial (Manfaat bagi Masyarakat Lokal)

Pengembangan ecotourism harus dapat menciptakan keuntungan yang nyata bagi masyarakat sekitar. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan

menghormati nilai-nilai social budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan.

e. Generates tourist satisfaction (Menghasilkan kepuasan wisatawan)

Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.

(70)

legalitas di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, serta mengembangkan pola kemitraan antar pihak.

E. Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati

Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Aspek Pencegahan

Mengurangi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:

 Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)

 Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan

daya tampung.

 Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan

dan kerentanan.

 Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.

 Memilih Segmen Pasar yang sesuai.

2. Aspek Penanggulangan

 Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).

 Menentukan waktu kunjungan

 Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan,

penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.

3. Aspek Pemulihan

 Menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk

pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.

 Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa

(71)

Usulan Konsep Rancangan GEOPARK KALDERA TOBA : 1. Konservasi

ialah menjaga dan melindungi warisan alam /geosite, warisan budaya; [menjadi sesuatu yang outstanding akan menjadi goal utama pada kasus ini.]

2. Revitalisasi

tujuan untuk memvitalkan kembali perkampungan tradisional batak dengan mengangkat unsur-unsur tradisional Batak Toba;

[tahap ini dimasukkan konsep utama ecotourism atau ekowisasta dengan memberdayakan unsur lokal. Salah satunya dengan membuat hunian bersifat homestay, sehingga turis/ pengunjung bisa menikmati dan merasakan gaya hidup, budaya dan adat istiadat, kuliner serta kebiasaan masyarakat lokal]

3. Relokasi

dengan metode penghancuran bangunan-bangunan atau fungsi-fungsi tambahan yang dinilai merusak citra lokal dan memindahkannya ke tempat yang lebih sesuai;

[misalnya pada bibir pantai danau toba di kawasan parbaba, pondok-pondok atau bangunan liar (melanggar GSB) yang difungsikan sebagai area penjualan souvenir dan area penjualan makanan/minuman akan dihancurkan dan pantai akan dirancang bebas dari bangunan dengan lebar minimal 20 meter. Sehingga pantai dapat difungsikan sebagai area olahraga, area santai/rekreasi dan area edukasi.]

4. Edukasi

(72)

a. Usulan konsep MAKRO pada kawasan :

Pembagian menjadi beberapa Kluster (sebisa mungkin pada setiap spot/potensi di kawasan) akan mempermudah penataan dan perancangan masterplan.

1. Rencana Penataan Kawasan [secara umum] 2. Rencana Peningkatan Kualitas Permukiman

3. Rencana Penataan Kawasan Akomodasi Wisata [Jembatan, Jalan, Pelabuhan, Parkir, dll]

4. Rencana Penaataan Geosite

5. Rencana Penataan Kawasan Drop Off Tracking

6. Rencana Penataan Kawasan Perkampungan Tradisional Batak Toba 7. Rencana Penataan Pengembangan Natural Hot Spring

b. Usulan konsep MESO pada kawasan Pangururan :

1. Konsep Zona Inti

 Meningkatkan citra kawasan sebagai Obyek Daya Tarik Wisata

Khusus [GEOPARK]

 Meningkatkan image Natural Hot Spring dan balai seni tradisional

batak Toba

 Meningkatkan pelayanan kawasan untuk fungsi permukiman;

perdagangan dan jasa; dan pariwisata 2. Konsep Zona Pendukung

 Meningkatkan fungsi kawasan sebagai zona perlindungan dan

pemeliharaan [konservasi]

 Meningkatkan citra kawasan dengan pengembangan spot view dan jalur alternatif

3. Konsep Zona Pengembangan

 Meningkatkan image kawasan sebagai obyek wisata khusus

 Meningkatkan fungsi kawasan untuk mendukung zona inti

 Meningkatkan pelayanan kawasan untuk fungsi permukiman dan

Gambar

Gambar 2.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark
Gambar 2.6 Panorama Chumbe Island
Gambar 2.7 Eco-Bungalow
Gambar 2.9 Peta Wilayah Kaldera Toba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya pemerintah untuk memperkenalkan danau Toba kepada dunia adalah dengan mendaftarkan kawasan kaldera Toba dalam proyek Geopark dari UNESCO.. Engagement

Pengelolaan Bersama Berbasis Masyarakat Dalam Penataan Dan Pengembangan Kawasan Sungai Siak Sebagai Water Front City. Muhammad

Strategi pengembangan kawasan wisata Danau Toba yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dapat disimpulkan berhasil dilihat dengan

Pengelolaan Bersama Berbasis Masyarakat Dalam Penataan Dan Pengembangan Kawasan Sungai Siak Sebagai Water Front City. Muhammad

Langkah-langkah yang ditempuh untuk membantu pengembangan penataan kawasan wisata dalam upaya penataan PKL di kawasan wisata Masjid Agung Jawa Tengah dan Musium Perkembangan Islam

1) Dengan ditetapkannya Geopark Kaldera Toba sebagai salah satu Unesco Global Geopark maka perlu ditingkatkan Kerjasama Antar daerah (KAD) dalam pengelolaan kawasan

Berdasarkan Gambar 8 yang menunjukkan peta ancaman gerakan tanah di kawasan geopark Gunung Batur, dapat diamati bahwa kaldera Gunung Batur berada pada tipologi B dengan ketinggian 500

Langkah-langkah yang ditempuh untuk membantu pengembangan penataan kawasan wisata dalam upaya penataan PKL di kawasan wisata Masjid Agung Jawa Tengah dan Musium Perkembangan Islam