• Tidak ada hasil yang ditemukan

MELIHAT DENGAN MATA HATI

Setelah melalui preview I dengan hasil yang kurang maksimal, perancang dan tim merasa belum mendapat arahan yang jelas mengenai produk akhir dari proyek geopark ini. Proses pengerjaan perancangan kembali stak pada posisi yang sama seperti sebelum preview I. Secara perlahan akhirnya perancang dan tim memberanikan diri untuk mengambil keputusan dalam rangka persiapan menuju preview II.

Permasalahan pemilihan site yang terlalu acak dan tidak memiliki landasan dikaji ulang. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, akhirnya didapatkan cara memilih site berdasarkan data potensi yang telah dikumpulkan.dengan sistem over layer. Sistem ini dilakukan dengan mengumpulkan potensi-potensi tiap kabupaten dan mengelompokkan potensi- potensi yang berada dalam kawasan berdekatan. Pada awalnya potensi-potensi yang telah didaftar dimasukkan kedalam peta ketujuh kabupaten dalam rupa simbol, sehingga didapat area terpilih yang memilki simbol terbanyak yang berkumpul dalam satu kawasan. Site yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah kecamatan Pangururan, kabupaten Samosir dan juga kawasan disekitarnya. Dengan tidak meninggalkan daerah yang lain, untuk tahap pertama yang dikelola adalah daerah Pangururan, kemudian untuk selanjutnya secara bertahap keseluruhan daerah yang dicakup oleh Geopark Kaldera Toba akan dikembangkan, sehingga tujuan menjadikan kawasan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Sumatera Utara dapat tercapai dengan baik.

Gambar 3.2 Penentuan dengan Sistem Overlayer

Setelah melakukan sistem overlayer kami mendapatkan 5 (lima) kecamatan yang memiliki banyak potensi. Kec. Simanindo, Kec. Pangururan, Kec. Sianjur mulamula, Kec. Baktiraja, Kec. Muara kecamatan-kecamatan inilah yang merupakan hasil dari over layer. Sampai pada titik akhir dimana kami memutuskan mengambil satu titik lokasi sebagai pengembangan awal yaitu Kec. Pangururan, hal ini berdasarkan kecamatan yang memiliki titik paling banyak potensi untuk dikembangkan.

Setelah kami mendapatkan lokasi untuk pengembangen Geopark Kaldera toba kami mengumpulkan data mengenai Kec. Pangururan. Data yang kami dapat masi kurang untuk bahan pengembangan Geopark kami dan kami juga mendapatkan dari dosen pembimbing kami untuk melakukan survey pada site yang sudah ditentukan. Kami kembali mendiskusikan bagaimana saran dari dosen kami untuk survey mengingat waktu tinggal 2 minggu lagi sebelum tanggal untuk Preview 2, sampai akhirnya kami memutuskan untuk berangkat survey lokasi.

Sampailah pada hari dimana kami melakukan survey. Kami memutuskan untuk berangkat malam pada pukul 12.00 tujuannya agar kami tidak terjebak kemacetan dijalan dan pada niatan awal kami, kami hanya ingin memanfaatkan satu harian penuh untuk survey lokasi dan langsung kembali lagi kemedan. Perjalanan survey pun dimulai perjalanan panjang yang menghabiskan waktu 5 jam diperjalanan. Setelah kami sampai di Kota Pangururan kami mengetari wilayah Tanoponggol, Kota Pangururan, Danau Sidihoni, dan Gunung Pusuk Buhit, dan juga Pantai Parbaba. Kami memiliki tim yang bekerja pada bagian pengukuran lahan, juga ada yang memfoto lokasi-lokasi yang ditentukan, ada

yang sebagai driver. Bermula pada pagi hari sampai hampir sore hari kami melakukan survey lokasi, pengalaman susah bersama, bertengkar, tertawa semua kami alami saat survey dan pada akhir survey sebelum melakukan perjalanan kembali kemedan kami menutup perjalanan dengan makan bersama. Survey lokasi pada saat itu sangat berkesan dan sangat membantu mempererat hubungan tim Geopark Kaldera Toba kami.

Lampiran Foto-Foto Hasil Survey

Gambar 3.3 Danau Sidihoni Gambar 3.4 Pasar Pangururan

Gambar 3.5 Jalan Kota Gambar 3.6 Dermaga Kota

Setelah kembali dari menjalankan survey keesokan harinya kami menyiapkan bahan untuk menghadapi Preview 2(dua). Kami mendiskusikan kembali bagaimana pengembangan Geopark kami ini lalu kami mendapatkan usulan dari dosen pembimbing kami untuk mengangkat sub tema yaitu Ecotourism dimana tema ini sangat dekat kaitannya dengan Sustainable dan

Symbiosis Architecture. Lalu kami menerima usulan tersebut dan menjadikannya sebagai tema pada perencanaan Geopark ini.

A. Pengertian Ecotourism

Istilah Ecotourism pertama kali ditemukan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987[2] dengan pengertian sebagai berikut :

”Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling

to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the spesific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plants and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present)

found in the areas.”

”Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuhan- tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.”

Lalu pada tahun 1990 istilah ini juga disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) [3] yaitu sebagai berikut:

“Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people.”

”Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.”

Western dalam Fendeli (1998) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan bertanggung jawab ke wilayah-wilayah alami yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempatnya.

Fenell (1999) mendefinisikan ekowisata sebagai bentuk berkelanjutan berbasis sumber daya alam pariwisata yang berfokus pada mengalami dan belajar tentang alam, dan yang berhasil etis dampak rendah, non-konsimtif dan berorientasi lokal (kontrol, manfaat dan keuntungan dan skala).

Ecotourism adalah salah satu mekanisme pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Ecotourism merupakan usaha untuk melestarikan kawasan yang perlu dilindungi dengan memberikan peluang ekonomi kepada mesyarakat yang ada disekitarnya.

Konsep yang memanfaatkan kecendrungan pasar back to nature ini merupakan usaha pelestarian keanekaragaman hayati dengan menciptakan kerja sama yang erat antara masyarakat yang tinggal disekitar kawasan yang perlu dilindungi dengan industri pariwisata.

Maka pengertian Ecotourism itu sendiri adalah gabungan antara konservasi dan pariwisata di mana pendapatan yang diperoleh dari pariwisata seharusnya dikembalikan kepada kawasan yang perlu dilindungi untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati serta perbaikan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.

B. Pengelolaan Ecotourism

Ekowisata merupakan bentuk dari sebuah wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi sendiri merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu saat ini dan masa mendatang.

Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.

Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotourism adalah daerah yang masih alami dan belum terlalu banyak dicampuri oleh tangan manusia. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman [2]

Wisata,dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki objek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata.

Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:

a. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan;

b. Melindungi keanekaragaman hayati;

c. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.

Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Bahkan Eplerwood (1999)[4] memberikan konsep dalam hal ini adalah “Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of local rural populations”. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.

C. Pengembangan Ecotourism

Dilihat dari sudut pandnag Konseptual, ecotourism merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan mau itu alam ataupun budayanya dan

[4]

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberimanfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.

a. Prinsip Konservasi

Pengembangan ecotourism harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumber daya alam. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.

Prinsip Konservasi juga dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Prinsip Konservasi Alam

Prinsip ini memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam serta pembangunan harus mengikuti kaidah ekologis. Adapun kriteria konservasi alam antara lain:

 Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui zonasi.

 Mengelola jumlah pengunjung, sarana fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan.

 Meningkatkan kesadaran dan apresiasi pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.

 Memanfaatkan sumber daya secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ecotourism.

 Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.

 Mengelola usaha secara sehat. 2. Prinsip Konservasi Budaya

Prinsip ini mengharuskan bagaimana masyarkat setempat juga pengunjung lebih menghargai dan menghormati ragam budaya maupun kepercayaan daerah yang dinyatakan sebagai daerah ekowisata.

Kriteria konservasi budaya antara lain:

 Menerapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.

 Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainnya (multi stakeholders dalam menyusun kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.

 Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata.

 Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanan dan pengelolaan ekoswisata.

b. Prinsip Partisipasi Masyarakat

Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta dapat menghormati dan menghargai nilai-nilai dari budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat disekitar kawasan.

Adapun kriteria-kriterianya adalah sebagai berikut :

a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata.

b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.

d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.

e. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan ekowisata.

f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

g. Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

c. Prinsip Ekonomi

Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat melakukan pengembangan pembangunan yang berimbang (balance development) antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak. Pengembangna ekowisata harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat setempat dan berkelanjutan.

Kriteria :

a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.

b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk kesejahteraan penduduk setempat.

c. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.

d. Menakan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya. e. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

d. Prinsip Edukasi

Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata juga harus meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai

peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat dan para pihak yang terkait.

Pengembangan produk ekowisata meliputi:

a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata. b. Memafaatkan dan mengoptimalkan pengetahuan tradisional berbasis

pelestarian alam dan budaya serta nilai-nilai yang terkandung didalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai nilai tambah.

c. Mengoptimalkan peran masyarakat sebagai interpreter lokal dari produk ekowisata.

d. Memberikan pengalaman yang berkualitas dan bernilai bagi pengunjung. e. Dikemas ke dalam bentuk dan teknik penyampaian yang komunikatif dan

inovatif.

f. Prinsip Ekowisata

Prinsip ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata yang dapat berkelanjutan. Selain itu pengembangan ekowisata juga harus mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan memberikan kepuasan serta menambah pengalaman bagi pengunjung.

Adapun hal-hal yang termasuk didalamnya ialah :

a. Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata

(outstanding).

b. Membuat Standar Prosedur Operasi (SPO) untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan.

c. Menyediakan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pengunjung, kondisi setempat dan mengoptimalkan kandungan material lokal.

d. Memperioritaskan kebersihan dan kesehatan dalam segala bentuk pelayanan, baik fasilitas maupun jasa.

e. Memberikan kemudahan pelayanan jasa dan informasi yang benar. f. Memprioritaskan keramahan dalam setiap pelayanan.

D. Konsep Dasar Ecotourism

Ada lima prinsip yang menjadi konsep dasar dalam pengembangan ecotorusim/ekowisata, yaitu :

a. Nature based (Berbasis alam)

Pengembangan ekowisata didasarkan pada lingkungan alam dengan fokus pada lingkungan biologi, fisik dan budaya.

b. Ecologically sustainable (Berkelanjutan secara ekologis)

Ecotourism dapat memberikan acuan terhadap pariwisata secara keseluruhan dan dapat membuat ekologi yang berkesinambungan.

c. Environmentally educative (Pendidikan Lingkungan)

Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

d. Locally beneficial (Manfaat bagi Masyarakat Lokal)

Pengembangan ecotourism harus dapat menciptakan keuntungan yang nyata bagi masyarakat sekitar. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan

menghormati nilai-nilai social budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan.

e. Generates tourist satisfaction (Menghasilkan kepuasan wisatawan)

Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.

Selama lima prinsip diatas, dalam penerapan pengembangan ekowisata, juga diharuskan bagi para pengelola dan pengembang untuk memperhatikan aspek

legalitas di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, serta mengembangkan pola kemitraan antar pihak.

E. Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati

Dalam rangka pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Aspek Pencegahan

Mengurangi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:

 Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata ruang)

 Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.

 Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung kawasan dan kerentanan.

 Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta wisatawan itu sendiri.

 Memilih Segmen Pasar yang sesuai. 2. Aspek Penanggulangan

 Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of visitor).

 Menentukan waktu kunjungan

 Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan, penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada fasilitas.

3. Aspek Pemulihan

 Menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.

 Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa ekowisata.

Usulan Konsep Rancangan GEOPARK KALDERA TOBA : 1. Konservasi

ialah menjaga dan melindungi warisan alam /geosite, warisan budaya; [menjadi sesuatu yang outstanding akan menjadi goal utama pada kasus ini.]

2. Revitalisasi

tujuan untuk memvitalkan kembali perkampungan tradisional batak dengan mengangkat unsur-unsur tradisional Batak Toba;

[tahap ini dimasukkan konsep utama ecotourism atau ekowisasta dengan memberdayakan unsur lokal. Salah satunya dengan membuat hunian bersifat homestay, sehingga turis/ pengunjung bisa menikmati dan merasakan gaya hidup, budaya dan adat istiadat, kuliner serta kebiasaan masyarakat lokal]

3. Relokasi

dengan metode penghancuran bangunan-bangunan atau fungsi-fungsi tambahan yang dinilai merusak citra lokal dan memindahkannya ke tempat yang lebih sesuai;

[misalnya pada bibir pantai danau toba di kawasan parbaba, pondok- pondok atau bangunan liar (melanggar GSB) yang difungsikan sebagai area penjualan souvenir dan area penjualan makanan/minuman akan dihancurkan dan pantai akan dirancang bebas dari bangunan dengan lebar minimal 20 meter. Sehingga pantai dapat difungsikan sebagai area olahraga, area santai/rekreasi dan area edukasi.]

4. Edukasi

a. Usulan konsep MAKRO pada kawasan :

Pembagian menjadi beberapa Kluster (sebisa mungkin pada setiap spot/potensi di kawasan) akan mempermudah penataan dan perancangan masterplan.

1. Rencana Penataan Kawasan [secara umum] 2. Rencana Peningkatan Kualitas Permukiman

3. Rencana Penataan Kawasan Akomodasi Wisata [Jembatan, Jalan, Pelabuhan, Parkir, dll]

4. Rencana Penaataan Geosite

5. Rencana Penataan Kawasan Drop Off Tracking

6. Rencana Penataan Kawasan Perkampungan Tradisional Batak Toba 7. Rencana Penataan Pengembangan Natural Hot Spring

b. Usulan konsep MESO pada kawasan Pangururan :

1. Konsep Zona Inti

 Meningkatkan citra kawasan sebagai Obyek Daya Tarik Wisata Khusus [GEOPARK]

 Meningkatkan image Natural Hot Spring dan balai seni tradisional batak Toba

 Meningkatkan pelayanan kawasan untuk fungsi permukiman; perdagangan dan jasa; dan pariwisata

2. Konsep Zona Pendukung

 Meningkatkan fungsi kawasan sebagai zona perlindungan dan pemeliharaan [konservasi]

 Meningkatkan citra kawasan dengan pengembangan spot view dan jalur alternatif

3. Konsep Zona Pengembangan

 Meningkatkan image kawasan sebagai obyek wisata khusus

 Meningkatkan fungsi kawasan untuk mendukung zona inti

 Meningkatkan pelayanan kawasan untuk fungsi permukiman dan pariwisata

Gambar 3.9 Konsep Makro

Setelah mengusulkan perencanaan dalam bentuk makro dan meso kami selanjutnya beralih ke usulan mikro. Dimana usulan-usulan yang diajukan akan dirancang dan ditata mengikuti keadaan kota pangururan.

Adapun usulan-usulannya yaitu signage, tong sampah, gerbang tano ponggol, penataan sungai tano ponggol, souvenir shop/local craftsmanship, gantole, beachsports, penataan hotspring, dermaga, homestay, peltakan toilet umum, shelter di area kebun raya samosir, pasar tradisional, gallery geopark, taman kota, shelter hiking, jogging dan bicycling track, agricultural field, area pemancingan, museum sejarah dan budaya, bangunan riset dan edukasi, area kuliner, green walk, dan rekreasi air. Fungsi-fungsi tersebut dirancang dan ditata tersebar diseluruh kawasan pangururan dan sekitarnya.

Dengan pembagian secara random, saya mendapat fungsi penataan terusan tano ponggol, visitor center, souvenir shop, signage, trash, gate (gerbang), dan homestay.

1. Visitor Center

Visitor Center merupakan sarana yang menyajikan informasi- nformasi yang mencakup seluruh kawasan wisata yang ada didaerah pariwisata tersebut. Visitor center juga berfungsi sebagai tempat untuk informasi tentang kebutuhan guide, tempat penyewaan perlengkapan (kendaraan, dll) serta berfungsi sebagai sentra pelayanan terpadu khusus di bidang pariwisata di Geopark Kaldera Toba.

Selain itu, visitor center ini juga dilengkapi dengan sarana untuk rapat/pertemuan dan sebagai tempat untuk pemutaran Film/pertunjukan dalam skala kecil.

- Needs

USERS ACTIVITY SPACE

 Pengunjung/ Turis [lokal, mancanegara]  Kelompok Wisata  Retreat o Memarkirkan kendaraan o Melakukan Registrasi o Menyewa Alat o  Ruang Komunal  Ruang Pertunjukan  Parkir  KM/wc  Rg. Registration  Pengelola [Karyawan]  Petugas Kebersihan  Petugas Parkir o Menyediakan kebutuhan pengunjung o Menyediakan guide,alat, dll.  Kantor Pengelola  KM/ wc  Pantry  Tempat Penyewaan Alat  Gudang

- Context

Gambar 3.10 Site Visitor Center & Foto Eksisting

- Form

2. Integrated Resort (Homestay)

Resort menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan kepariwisataan yang telah menjadi sebuah trend masa kini. Dalam terminologi ekowisata, Resort yang dimaksud bukanlah resort dengan fasilitas hotel berbintang, namun pemberdayaan potensi lokal dengan menjadikan rumah tradisional [perkampungan] menjadi Home Stay Dengan konsep home stay, dapat mengembangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal serta pengunjung dapat merasakan budaya-budaya masyarakat sekitar serta kebiasaan-kebiasaan yang ada dilingkungan tersebut.

- Needs

USERS ACTIVITY SPACE

 Pengunjung/ Turis [lokal, mancanegara] o Mencari Tipikal Homestay o Melakukan Negosiasi o Menginap di perkampungan warga  Ruang Tidur  Ruang Komunal  Halaman Rumah  KM/wc

 Pemilik Rumah o Berkegiatan seperti biasa o Interaksi dengan pengunjung  Ruang Tidur  Ruang Keluarga  KM/ wc  Dapur

- Context

Gambar 3.12 Site Homestay & Foto Eksisting

Salah satu site yang difungsikan menjadi resort/home stay, dan bisa diterapkan pada perkampungan (huta) di site yang lain.

- Form

3. Signage

Signage menjadi salah satu faktor penunjang dalam kemudahan penyampaian informasi. Signage yang representatif menjadi hal yang sangat dibutuhkan demi tercapainya tujuan/informasi yang tertera didalamnya, misalnya mengenai lokasi (toilet, mushola, dll) atapaun mengenai larangan atau petunjuk keselamatan.

Dengan kata lain, signage bertujuan sebagai petunjuk agar tidak salah langkah ataupun tersesat dan tidak melanggar larangan yang ada.

- Needs

USERS ACTIVITY SPACE

 Pengunjung/ Turis [lokal, mancanegara]  Masyarakat o Memandang- mandang o Bersantai o Membaca Petunjuk dan arah  Taman dan Fountain  Pedestrian

- Context

Gambar 3.14 Site Signage & foto Eksisting

Dokumen terkait