BAB V HAMPIR SAMPAI
5.2. Usulan Fungsi (Mikro)
5.2.1. Visitor Centre
Visitor Centre merupakan salah satu fasilitas utama yang harus dimiliki oleh suatu kawasan pariwisata yang berskala besar. Dalam mempermudah penyampaian dan penyebaran informasi, visitor centre menjadi titik utama sebagai database dan menyediakan keperluan- keperluan para pelancong supaya tidak tersesat saat akan berpariwisata.
Visitor centre ini bertujuan untuk menjamu para pelancong yang hendak menjelajahi kawasan geopark kaldera toba. Mulai dari informasi penginapan, souvenir, guide, paket wisata, sewa alat, dan sebagainya. Didalam visitor centre ini juga menyediakan ruang bersama untuk pemutaran film yang berkaitan dengan kawasan ini, juga untuk tempat menjamu apabila ada rombongan wisata yang berjumlah besar.
Sebelum menjajaki ragam wahana dan spot, maka para pelancong melakukan registrasi baik individu maupun kelompok supaya mempermudah kontrol jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Visitor centre ini dirancangan dengan sirkulasi/pencapaian yang sangat mudah, baik dari jalur darat maupun dari jalur air, sehingga para pengunjung tidak merasa kebingungan saat akan mengunjungi dan meregistrasi diri ditempat ini.
Gambar 5.6 Gambar Tampak Depan Visitor Center
Material lokal menjadi pilihan utama dalam rancangan bangunan ini, yaitu atap ijuk, dinding bata merah ekspose, bebatuan lokal dan kayu- kayu yang ada disekitar danau toba. Pemakaian kaca untuk ruang bersama (hall) supaya terkesan luas dan mendapat view yang baik kearah danau dan ke arah bukit.
Gambar 5.7 Gambar Perspektif Visitor Center
5.2.2. The Shop Front
The Shop Front memiliki fokus yang lebih tajam dan bukan semata-mata bukan hanya sebagai amenity core. Shop front ini merupakan tempat untuk gelar karya kerajinan, kesenian dan budaya-budaya lokal disekitar kawasan geopark kaldera toba. Selain itu juga tempat untuk pelayanan wisatawan seperti paket tour, visa, imigrasi, pengiriman kargo baik skala nasional maupun internasional. Dan yang terutama adalah tempat promosi tentang KSPN toba dan sekitarnya.
Terlepas dari itu, shop front ini juga memiliki deretan retail souvenir dan ruang pamer, workshop yang bisa disaksikan langsung,
gudang, pameran ulos dan penenun, patung kayu dan batu serta proses penyajiannya, dan juga tidak lupa alat musik kesenian trasdisional.
Bangunan ini didesain dengan mengikuti sumbu yang sama dengan visitor centre, sehingga tercipta keseimbangan dan materialnya sama serta gaya bangunannya juga serasi dengan visitor centre.
Gambar 5.8 Siteplan The Shop Front
Gambar 5.9 Gambar Tampak Depan The Shop Front
Pada bagian tengah merupakan sirkulasi penghubung menuju perkampungan (homestay) sehingga pada konsep kawasannya dapat diakses dengan berjalan kaki dan dapat menikmati semua fungsi yang dirancang.
5.2.3. The Homestay
Cluster rumah adat yang ada di satu kampung (huta) biasanya dibentuk oleh satu raja/keluarga dapat dijadikan menjadi desa wisata. Homestay menjadi pilihan yang tepat untuk menggantikan fungsi dari resort sekaligus menjadi pendapatan bagi masyarakat lokal.
Homestay menjadi tempat wisatawan merasakan kehidupan asli masyarakat dan keberadaan homestay dikawasan ini diharapkan dapat memicu dampak positif bagi sosial masyarakat kawasan itu sendiri, seperti kesadaran untuk menjaga lingkungan tetap bersih, bersikap lebih ramah terhadap turis baik asing maupun lokal, dan bertanggung jawab terhadap daerah sekitar.
Homestay pada tahap awal dikembangkan pada rumah-rumah tradisional batak toba , kemudian diikuti dengan pengembangan homestay di permukiman masyarakat ayang terdapat dalam kawasan parbaba (diluar bangunan tradisional). Strategi ini dilakukan guna memperkenalkan homestay yang benar-benar otentik terlebih dahulu sehingga pada akhirnya nilai jual homestay rumah-rumah tradisional batak lebih mahal dibandingkan dengan rumah biasa.
Gambar 5.12 Gambar Tampak Homestay
Melihat dan meraba arsitektur bangunan tradisional, perabot rumah tangga sehari-hari, mengenali ukiran dan ragam hias gorga menjadi pengalaman wisata yang menarik. Pagar tanaman bambu menambah kesan natural dan otentik sehingga konsep perkampungan pada jaman dahulu dapat diangkat kembali.
Gambar 5.13 Gambar Perspektif Homestay
5.2.4. Research & Edutourism
Kawasan danau toba dengan segala keindahan alam dan kekayaan akan unsur alam termasuk dengan geodiversity dan biodiversity. Kekayaan geologi dan bebatuan menjadi salah satu tujuan untuk melakukan penelitian dan memaparkannya sehingga ilmu-ilmu dapat tersalur kepada para pengunjungnya.
Menyediakan wadah yang memiliki konsep terbuka dan natural seperti di alam bebas menjadi pilihan yang tepat sehingga para wisatawan dapat menikmati kekayaan alam itu sendiri. Dan hasil penelitian dan riset akan menjadi dokumen dan database di geopark kaldera toba dan setiap orang dapat mempelajarinya.
Edukasi bagi para kaum awam dengan menyediakan ruang ruang bebas untuk pagelaran budaya, kesenian tradisional dan adat-istiadat lainnya.
Gambar 5.14 Siteplan Resarch & Edutourism
Konsep yang terbuka dan didalamnya juga ditanami vegetasi sehingga sifat yang natural akan memperkuat konsep ekowisata ini. Susunan bebatuan asli dan pajangan-panjangan seperti casa akan mempermudah pengunjung untuk menikmatinya.
5.2.5. Restoran Tepi Danau
Restoran tepi danau ini memanfaatkan ketersediaan bahan-bahan lokal seperti ikan-ikan dari keramba, ternak dari peternakan warga, tanam- tanaman lokal yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Restoran ini juga terbagi menjadi 2 pelayanan, yaitu menyediakan makanan nasional dan menyediakan makanan lokal (khas batak) sehingga penzoningan ruangnya terbagi menjadi 2.
Dinner cruise Danau Toba dikembangkan dan dikelola dengan baik sehingga dapat menikmati suasana berlayar dengan kecepatan 15-20 knot, beroperasi dalam berbagai acara seperti seminar, rapat, pernikahan, pesta ulang tahun, dan jamuan makan siang dan malam.
Berlayar mengelilingi seputar pantai luar maupun pantai dalam danau toba, berhenti dibeberapa pelabuhan luar dan menikmati obyek wisata dan pasar seni yang ada dikawasan geopark kaldera toba.
Gambar 5.17 Gambar Perspektif Siteplan Restoran Tepi Danau
5.2.6. Plaza & Promenade
Menyediakan ruang-ruang komunal untuk dapat bersantai duduk dan berkomunikasi antar sesama masyarakat dengan pengunjung. Bersepeda di area bycicle track dan jogging disepanjang promenade terusan tano ponggol. Duduk sambil membakar ikan dari hasil ternak warga dan memandang danau yang begitu indah.
Menyediakan jalur-jalur pedestrian, tempat sampah, tempat duduk dan yang lainnya serta memperkaya vegetasi supaya semakin sejuk dan rindang.
Gambar 5.18 Siteplan Plaza & Promenade
Gambar 5.19 Gambar Perspektif Plaza
Memperbaiki terusan tano ponggol dan pantai yang tidak terkelola dengan baik, sehingga terusan dapat difungsikan sebagai jalur transportasi danau. Menata promenade dan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang demi kenyamanan para wisatawan sehingga para wisatawan semakin merasa puas dan dari tahun ke tahun jumlah wisatawan kelak meningkat pesat.
KESIMPULAN
Danau Toba dengan segenap keistimewaannya dan keindahannya sudah
mengakar dengan kehidupan disekitarnya. Danau Toba yang tercipta dari letusan
gunung dan bebatuan yang memiliki dinding kaldera dan menjadi tadah hujan,
serta menjadi tempat hidup sebuah bangsa yang besar. Lahir dari batu, hidup
sebagai air adalah filosofi asal mula terciptanya danau toba.
Perkembangan dari zaman ke zaman membawa potensi tersebut kepada
eksploitasi yang berlebih, sehingga keadaannya semakin tidak terawat. Keadaan
ini yang menjadi titik awal proyek Geopark Kaldera Toba, mengingat pentingnya
untuk menata dan mengembangkan serta mempromosikan Danau Toba kepada
masyarakat yang lebih luas sekaligus meminimalisir eksploitasi yang disebabkan
oleh manusia.
Dengan tema symbiosis and sustainability dalam arsitektur, maka
pengembangan geopark ini secara garis besar sebagai gate of paradise. Secara
umum, konsep geopark sendiri sudah mencakup symbiosis and sustainability
dalam penerapannya, dimana rancangan yang dihasilkan tidak berlebih dan
cenderung mengarah kepada penaatan yang berkelanjutan guna meningkatkan
potensi dari wilayah yang dimaksud. Potensi Danau Toba dengan dunia
pariwisatanya serta keotentikan budaya yang ada disekitarnya, maka kami
mengusung konsep ecotourism sebagai tema spesifik kawasan ini. Cakupan
kaldera Toba sendiri sangat luas, sehingga perlu dilakukan penggalian potensi
Pada tahap awal dilakukan pendataan potensi pada masing-masing
kabupaten yang berada di dalam kawasan kaldera toba. Kawasan ini sendiri terdiri
dari tujuh kabupaten yang berada di tepi Danau Toba, yaitu Kab. Samosir, Kab.
Tobasa, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab. Tanah Karo, dan
Kab. Simalungun. Data-data potensi pariwisata yang meliputi objek wisata, akses,
budaya, dan kesenian setempat kemudian diolah menggunakan sistem overlayer
yang berfungsi mendapatkan titik potensi terbanyak dalam suatu kawasan, dimana
titik tersebut didapat berada di kawasan kab. Samosir, kec. Pangururan. Ini
direncanakan sebagai tahap awal pengembangan Geopark Kaldera Toba, sekaligus
menjadi gerbang pariwisata geopark.
Kecamatan Pangururan yang menjadi lokasi proyek tidak menjadi batasan
administratif, kami juga mengangkat potensi yang berada dekat dengan lokasi ini..
Usulan fungsi masing-masing kawasan pada umumnya berupa penataan yang
diharapkan dapat menjadi contoh bagi kawasan lain disekitarnya. Pada tahap ini
kami memilih empat kawasan yang tersebar di pangururan dan kawasan
sekitarnya, yaitu Kawasan Tano Ponggol, Danau Sidhioni, Kawasan Kota
Pangururan, dan Kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba.
Kawasan Tano Ponggol merupakan terusan/sungai yang memisahkan
daratan P. Sumatera dengan P. Samosir yang berada di kec. Pangururan. Terusan
ini berfungsi sebagai jalur transportasi danau yang digunakan oleh nelayan untuk
mencari ikan. Terusan ini sendiri memiliki sejarah yang dahulu katanya tercipta
akibat letusan mahadashyat pada 74.000 tahun silam. Versi lainnya mengatakan
belanda. Jembatan tano ponggol ini adalah akses melalui darat satu-satunya yang
ada untuk menuju pulau samosir.
Dengan tujuan sebagai gerbang pariwisata, maka lokasi ini akan dirancang
dengan menyediakan kebutuhan-kebutuhan umum pariwisata berskala besar.
Fungsi-fungsi tersebut meliputi Visitor Center, Shop Front, Homestay sebagai
percontohan, Resarch and Edutourism, Restoran Tepi Danau, Plaza, Promenade,
Signage serta Penataan Pedestrian dan fasilitas publik lainnya.
Penataan kawasan pantai ini juga memperhatikan material yang
digunakan. Penggunaan material lokal menjadi perhatian utama kasus ini
mengingat konsep ecotourism yang diusung. Material-material tersebut berupa
penggunaan bata ekspos yang merupakan produksi lokal, bambu, kayu, batu alam,
ijuk, dan berbagai material lokal lain yang dengan mudah didapatkan dikawasan
tersebut.
Secara keseluruhan kasus geopark ini diupayakan berkaitan dengan tema
symbiosis and sustainable maupun ecotourism. Manusia dan proyek rancangan
juga harus memiliki ikatan yang saling menguntungkan dan dapat mendukung
proses keberlanjutan yang positif. Proyek penataan dan pengembangan kawasaan
geopark ini juga diharapkan dapat menjadi landmark kawasan tidak hanya secara
fisik namun juga sosial, dimana masyarakat yang berada disekitar kawasan Toba
turut merasa bangga dengan eksistensi kawasan, dan masyarakat juga semakin
merasa terikat dengan keberadaan Danau Toba layaknya dua orang yang terikat
dalam pertunangan. Ikatan manusia dengan segala ciptaan di sekitar kawasan
Danau Toba inilah yang menjadi filosofi utama dari apa yang dimaksud dengan
EPILOG
Danau Toba dengan segala keajaiban illahi yang tanpa kita sadari
merupakan salah satu anugerah terbesar bagi negara kita Indonesia, terlebih untuk
wilayah Sumatera Utara. Outstanding tidak menjadi jaminan akan kesuksesan
sebuah kawasan wisata apabila tidak dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat
sekitarnya. Pemahaman yang kurang mendalam tentang pariwisata yang
mengakibatkan kurang efektifnya pengelolaan akan kawasan wisata menjadi batu
sandungan dalam tercapainya pariwisata yang mendunia.
Penulis berharap rangkaian proses ini menjadi sebuah gambaran untuk
pembelajaran bersama, bahwa dengan penataan dan pengembangan dikawasan
Geopark Kaldera Toba terkhusus di kawasan Pano Ponggol – Pangururan, dapat menjadi sebuah gerbang pariwisata demi tercapainya pariwisata di kawasan
Danau Toba yang berskala nasional dan internasional. Jikalau ada tulisan yang
kurang berkenan, mohon supaya diberi masukan dan kritikan supaya kedepannya
dapat diperbaiki dan bermanfaat bagi semua.
Akhirnya, dengan langkah mengusung kawasan Danau Toba menjadi
sebuah taman bumi (Geopark), besar harapan kita akan mampu mengangkat
derajat pertumbuhan pariwisata dan perekonomian yang signifikan bagi
masyarakat yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurokawa, Kisho (1991). Intercultural Architecture, A Philosofy of Symbiosis , Academy Group Ltd. and Khiso Kurokawa, London
Fandeli, Chafid. (2000). Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Eplerwood, M. (1999). Succesfull Ecotourism Bussiness, The Right Approach,
Kota Kinibalu Sabah : World Ecotourism and Conference.
The International Ecotourism Society (TIES) (1990), What is Ecotourism?: The Definition, Entry from : http://www.ecotourism.org/what-is-ecotourism
Ceballos-Lascurain, Hector. 1987. The term of ecotourism.
UNEP. About Ecotourism (1980). (http://www.unepic.org). Bandung. November 2006. Website : http://limnologi.lipi.go.id/danau/profil.php?id_danau=sum_toba&tab=gambaran% 20umum http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27066/3/Chapter%20II.pdf https://tomiaecologytourism.wordpress.com/ http://www.google.com/images