• Tidak ada hasil yang ditemukan

Engagement with The Water

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Engagement with The Water"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

HERMILIO M. E. N

110406036

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

HERMILIO M. E. N

110406036

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ENGAGEMENT WITH THE WATER

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2015

(4)

Nomor Induk Mahasiswa : 110406036

Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Ir.Rudolf Sitorus,MLA.

NIP : 19580224 198601 1 002

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T Ir. N. Vinky Rahman, M.T

NIP : 195802241986 01 002 NIP : 195802241986 01 002

(5)

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir.Rudolf Sitorus,M.La

Anggota Komisi Penguji : 1. Salmina Wati Ginting, S.T, M.T.

(6)

Nama : Hermilio Marintan Ecclesia Napitupulu

NIM : 11 0406 036

Judul Proyek Tugas Akhir : Perancangan Geopark Kaldera Toba

Tema : Ecotourism Architecture

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

N

o.

Status Waktu

Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbi ng I Paraf Pembimbi ng II Koordinator RTA-4231

1. Lulus Langsung

2. Lulus

Melengkapi

3. Perbaikan

Tanpa Sidang

4. Perbaikan

Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2015

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N Vinky Rahman, M. T.

Koordinator Tugas Akhir

(7)

Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik,

sebab aku percaya kepada perintah-perintahMu.

Mazmur 119 : 66

Terimakasih sudah hadir sebagai Sahabat, Guru, Orangtua, dan Tuhan yang ajaib.

Aku mencintai-Mu.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur yang luar biasa penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha

Kuasa untuk semua berkat dan penyertaan-Nya yang selalu baru setiap hari, tidak

pernah berhenti dan tidak berubah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai syarat yang diwajibakan

untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Departemen Arsitektur

USU.

Terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.La. selaku ketua sidang serta dosen

pembimbing yang hebat, luar biasa mendukung, memberi semangat,

bimbingan, perhatian, dan dorongan positif kepada penulis selama proses

Tugas Akhir ini.

2. Ibu Salmina Wati Ginting, S.T, M.T. atas saran dan masukan yang sangat

membantu dalam proses desain dan atas dorongan yang meyakinkan kami

untuk mengeksplorasi desain kami.

3. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T, M.S. atas saran dan masukan yang sangat

membantu sebagai masukan dalam proses perancangan.

4. Kedua Orangtua saya (P. T. Napitupulu dan D. Marpaung) yang luar biasa,

yang mempercayai saya untuk semuanya. Terimakasih atas semua

dukungan moril serta materil yang diberikan selama hidup saya. Kalian

hebat.

5. Saudara-saudari sedarah, Ito (Manangar H. Napitupulu), Kakak (Christin

H. Napitupulu), Abang (Bernard Z. Sinaga), dan Jenoah Hilarius Mula

Sinaga yang sangat spektakuler.

6. Untuk Octa birong, Gina kribo, Christy, Mirza, Devi, Debby gendut,

terimakasih untuk perjalanan empat tahunnya yang keren.

7. Untuk Inne, Grace, Kak Sona, dan Kak Adria yang memberikan dukungan

(9)

8. Untuk kelompok GKT (Bepe, Habib, dan Fairus), terimakasih atas

cerita-cerita ajaibnya.

9. Teman-teman stambuk 011 yang luar biasa, Gunario, Dana, Dimas,

Meyer, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10.Untuk Nicholas Saputra atas dukungan secara tidak langsungnya yang

sangat luar biasa!

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Karena itu Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi

ini kedepannya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, juli 2014

Hormat penulis,

Hermilio M. E. N

(10)

DAFTAR ISI

Hlm.

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xvii

PROLOG ... xviii

BAB I ... 1

CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR ... 1

1. 1. Latar Belakang ... 1

1. 2. Gambaran Umum Danau Toba ... 2

1. 3. Symbiosis and Sustainability ... 6

BAB II ... 8

MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI ... 8

2. 1. Geopark... 8

2. 2. Danau Toba ... 12

BAB III... 58

MENGEMBANGKAN LAYAR ... 58

BAB IV ... 68

PERJALANAN YANG PANJANG ... 68

4. 1. Data dan Analisa Pantai Pasir Putih Parbaba (Makro) ... 72

4. 2. Usulan Fungsi di Kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ... 79

4. 3. Analisa Usulan Fungsi (Mikro) ... 79

BAB V ... 98

AKHIR PELAYARAN ... 98

5. 1. Kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ... 99

5. 2. Usulan Fungsi Mikro ... 103

KESIMPULAN ... 127

EPILOG... 130

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

Gambar 1.2.1 Pemandangan Danau Toba ... 5

Gambar 1.2.2 Paralayang di Danau Toba ... 5

Gambar 2.1.1. Hongkong Global Geopark ... 9

Gambar 2.1.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark ... 10

Gambar 2.1.3 Rock Clssroom ... 11

Gambar 2.1.4 Krka National Park ... 11

Gambar 2.3.1 Peta Wilayah Kaldera Toba ... 16

Gambar 2.3.2 Kabupaten Samosir ... 16

Gambar 2.3.3 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Samosir ... 17

Gambar 2.3.4 Kabupaten Toba Samosir ... 18

Gambar 2.3.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir ... 19

Gambar 2.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara ... 20

Gambar 2.3.7 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Tapanuli Utara ... 20

Gambar 2.3.8 Kabupaten Humbahas ... 21

Gambar 2.3.9 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Humbahas ... 21

Gambar 2.3.10 Kab. Simalungun ... 22

Gambar 2.3.11 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Simalungun ... 23

Gambar 2.3.12 Kab. Dairi ... 23

Gambar 2. 3.13 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Dairi ... 24

Gambar 2.3.14 Kab. Karo ... 25

Gambar 2.3.15 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Karo ... 25

Gambar 2.3.16 Keterangan Simbol pada Matriks ... 26

Gambar 2.5 Peta Potensi Utama Pengembangan Kaldera Toba... 28

Gambar 2.6 Site Pantai Pasir Putih Parbaba... 29

Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan ... 30

Gambar 2.8 Aktivitas di sekitar pantai... 30

Gambar 2.9 Pamflet yang kurang menarik... 30

Gambar 2.10 Gazebo utama didalam kawasan pantai ... 31

Gambar 2.11 Kawasan pantai Virginia ... 31

Gambar 2.12 Pantai dengan jalur sepeda dan kendaraan yang berbeda ... 32

(12)

Gambar 2.14 Blockplan perancangan kawasan pantai parbaba ... 33

Gambar 2.15 Blockplan perancangan kawasan Air Terjun Sipiso-piso ... 34

Gambar 2.16 Blockplan perancangan kawasan Danau Sidhioni ... 34

Gambar 2.17 Blockplan perancangan kawasan Hotspring ... 35

Gambar 2.18 Potensi pada tiap Kabupaten ... 37

Gambar 2.19 Overlayer 7 Kabupaten Kaldera Toba ... 37

Gambar 2.20 Konsep Makro Penataan Pangururan ... 40

Gambar 2.21 Flowchart Aktivitas Pengguna Agricultural Field ... 42

Gambar 2.22 Site Agricultural Field ... 42

Gambar 2.23 Kondisi Site ... 43

Gambar 2.24 Siteplan Agricultural field ... 44

Gambar 2.25 View lahan persawahan ... 44

Gambar 2.26 Flowchart Aktivitas Pengguna Hotspring ... 45

Gambar 2.27 Site Hotspring ... 45

Gambar 2.28 Batas Site ... 46

Gambar 2.29 Siteplan Hotspring ... 47

Gambar 2.30 View kawasan hotspring ... 47

Gambar 2.31 Flowchart Aktivitas Pengguna Paralayang ... 48

Gambar 2.32 Site Paralayang ... 48

Gambar 2.33 Jalur terbang Paralayang ... 49

Gambar 2.34 (a)Take-off area, (b)Landing area... 49

Gambar 2.35 Masterplan Paralayang ... 50

Gambar 2.36 (a)Take-off area, (b)Landing area... 50

Gambar 2.37 Flowchart Aktivitas Pengguna Dermaga ... 51

Gambar 2.38 Site Dermaga ... 51

Gambar 2.39 Keadaan dermaga... 52

Gambar 2.40 Siteplan Dermaga... 53

Gambar 2.41 View Dermaga ... 53

Gambar 2.42 Flowchart Aktivitas Pengguna Shelter... 54

Gambar 2.43 Site Shelter ... 54

Gambar 2.44 Kondisi Kebun Raya ... 55

Gambar 2.45 View dari Kebun raya kearah danau toba ... 55

Gambar 2.46 Siteplan shelter ... 56

(13)

Gambar 2.48 Tampak Shelter ... 56

Gambar 2.49 Perspektif Shelter ... 57

Gambar 3.1 Panorama Chumbe Island ... 64

Gambar 3.2 Eco-Bungalow ... 66

Gambar 3.3 Wanita lokal sebagai juru masak ... 66

Gambar 4.1 Titik Potensi Pengembangan Geopark ... 68

Gambar 4.2 Alternatif Skenario Trip 1 hari ... 69

Gambar 4.3 Alternatif Skenario Trip 2 hari ... 70

Gambar 4.4 Alternatif Skenario Trip 3 hari ... 71

Gambar 4.5 Lokasi Site Parbaba ... 72

Gambar 4.6 Eksisting Tata Guna Lahan ... 73

Gambar 4.7 Penginapan di dalam site... 73

Gambar 4.8 Sirkulasi didalam dan sekitar kawasan ... 74

Gambar 4.9 Vegetasi didalam dan sekitar kawasan ... 76

Gambar 4.10 Vegetasi didalam kawasan ... 76

Gambar 4.11 Potensi Wisata disekitar site ... 77

Gambar 4.12a Eksisting dan Permasalahan dalam Site ... 78

Gambar 4.12b Eksisting dan Permasalahan dalam Site ... 78

Gambar 4.13 Site Pusat Informasi dan Tower Guard ... 81

Gambar 4.14 Site Workshop ... 83

Gambar 4.15 Site Area Kuliner ... 85

Gambar 4.16 Area Kuliner Eksisting ... 85

Gambar 4.17 Site Area Retail ... 87

Gambar 4.18 Retail Eksisting ... 87

Gambar 4.19 Flowchart Dermaga ... 89

Gambar 4.20 Site Dermaga ... 89

Gambar 4.21 Eksisting Dermaga ... 90

Gambar 4.22 Site Homestay ... 91

Gambar 4.23 Eksisting Homestay ... 92

Gambar 4.24 Site Toilet dan Mushalla ... 93

Gambar 4.25 Eksisting toilet ... 93

Gambar 4. 27 Site Lodge ... 97

Gambar 5. 1 Penurunan Tema utama menjadi tema Individu ... 98

(14)

Gambar 5.1.1 Masterplan kawasan Parbaba ... 101

Gambar 5.1.2 Jalur sirkulasi manusia dan kendaraan ... 102

Gambar 5. 1. 3 Potongan site 1 ... 103

Gambar 5. 1. 4 Potongan site 2 ... 103

Gambar 5.2.1 Gubahan Massa Pusat Informasia ... 104

Gambar 5. 2. 2 Atap batak pada Pusat Informasi ... 104

Gambar 5. 2. 3 Siteplan Pusat Informasi dan Tower Guard ... 105

Gambar 5.2.4 Denah Pusat Informasi ... 106

Gambar 5. 2. 5 Fasad Pusat Informasi dan tower guard ... 106

Gambar 5. 2. 6 Material Pusat Informasi ... 107

Gambar 5. 2. 7 Potongan Pusat Informasi... 107

Gambar 5. 2. 8 Siteplan Workshop ... 109

Gambar 5. 2. 9 Transformasi bentuk masa Workshop... 110

Gambar 5. 2. 10 Denah Workshop ... 110

Gambar 5. 2. 11 Tampak Depan Workshop ... 110

Gambar 5. 2. 12 Tampak Belakang Workshop ... 111

Gambar 5. 2. 13 Potongan Workshop ... 111

Gambar 5. 2. 14 Suasana Pedestrian workshop ... 112

Gambar 5. 2. 15 Siteplan culinary area ... 113

Gambar 5. 2. 16 Denah Unit Cafe ... 113

Gambar 5. 2. 17 Tampak depan Unit Cafe ... 114

Gambar 5. 2. 18 Tampak samping Unit Cafe ... 114

Gambar 5. 2. 19 Suasana Culinary Area ... 114

Gambar 5. 2. 20 Potongan Cafe ... 115

Gambar 5. 2. 21 Siteplan Retail area ... 115

Gambar 5. 2. 22 Angin dan cahaya melalui sela antar retail ... 116

Gambar 5. 2. 23 Denah Retail ... 116

Gambar 5. 2. 24 Tampak Retail ... 116

Gambar 5. 2. 25 Potongan Retail ... 117

Gambar 5. 2. 26 Suasana Retail ... 117

Gambar 5. 2. 27 Siteplan dermaga ... 118

Gambar 5. 2. 28 Tampak Loket ... 118

Gambar 5. 2. 29 Suasana dermaga ... 119

(15)

Gambar 5. 2. 31 Tampak toilet ... 119

Gambar 5. 2. 32 Tampak samping Mushalla... 120

Gambar 5. 2. 33 Potongan toilet & Mushalla ... 120

Gambar 5. 2. 34 Shelter Sepeda ... 121

Gambar 5. 2. 35 Shelter Bus... 121

Gambar 5. 2. 36 Siteplan Lodge ... 122

Gambar 5. 2. 37 Masa Lodge ... 122

Gambar 5. 2. 38 Denah Lt. 1 ... 123

Gambar 5. 2. 39 Denah Lt. 2 ... 123

Gambar 5. 2. 40 Tampak depan Lodge ... 123

Gambar 5. 2. 41 Tampak belakang Lodge ... 124

Gambar 5. 2. 42 Tampak Kanan Lodge ... 124

Gambar 5. 2. 43 Tampak Kiri Lodge ... 124

Gambar 5. 2. 44 Ramp dan material bangunan ... 124

(16)

DAFTAR TABEL

Judul Hal.

Tabel 2. 1 Kebutuhan ruang Agricultural Field... 42

Tabel 2. 2 Kebutuhan ruang Hotspring ... 45

Tabel 2. 3 Kebutuhan ruang Paralayang ... 48

Tabel 2. 4 Kebutuhan ruang Dermaga ... 51

Tabel 2. 5 Kebutuhan ruang Shelter ... 54

Tabel 4. 1 Kebutuhan Ruang Information Center dan Tower Guard ... 80

Tabel 4. 2 Kebutuhan Besaran Ruang Pusat Informasi ... 80

Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang Workshop ... 82

Tabel 4. 4 Kebutuhan Besaran Ruang Workshop ... 83

Tabel 4. 5 Kebutuhan Ruang Cafe ... 84

Tabel 4. 6 Kebutuhan Ruang Retail ... 86

Tabel 4. 7 Kebutuhan Ruang Dermaga ... 89

Tabel 4. 8 Kebutuhan Ruang Homestay ... 91

Tabel 4. 9 Kebutuhan Ruang Toilet dan Mushalla ... 92

Tabel 4. 10 Kebutuhan Ruang Shelter sepeda, bus, dan Rest area ... 94

Tabel 4. 11 Kebutuhan Ruang Lodge ... 96

(17)

ABSTRAK

Danau toba merupakan salah satu warisan alam yang sangat berharga namun kurang dihargai oleh masyarakat luas. Dengan sejarahnya yang luar biasa dan keindahan yang dimilikinya, sudah sepatutnya warisan ini dikembangkan menjadi salah satu destinasi berskala internasional. Salah satu upaya pemerintah untuk memperkenalkan danau Toba kepada dunia adalah dengan mendaftarkan kawasan kaldera Toba dalam proyek Geopark dari UNESCO.

Engagement with The Water merupakan tema perancangan yang diangkat, mengingat proyek ini erat kaitannya dengan unsur air. Secara spesifik proyek ini merupakan penataan kembali kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba yang merupakan salah satu kawasan di Danau Toba dengan karakteristik unik. Kawasan ini memiliki kunjungan wisatawan yang cukup besar namun secara fisik kurang terawat. Dalam proyek penataan ini, kawasan parbaba akan didesain dengan konsep Ekowisata yang mengangkat lokalitas setempat sebagai nilai jual utama. Pada kawasan ini akan disediakan area retail bagi para pedagang lokal dan area kuliner yang mendukung kebutuhan pengunjung. Nilai edukasi diangkat dalam workshop yang disediakan bagi para pengunjung untuk secara langsung melihat dan mempelajari budaya dan kesenian lokal. Pengunjung juga dapat menikmati kehidupan masyarakat lokal dengan memilih fasilitas akomodasi homestay yang tersebar dikawasan ini. Penggunaan jasa masyarakat lokal diutamakan untuk mendidik pola fikir masyarakat tentang pariwisata.

(18)

ABSTRACT

Lake Toba is one of the valuable natural heritage but underappreciated

by the public. With a remarkable history and its beauty, it is fitting legacy

developed into one international destination. One of the government's efforts to

introduce lake Toba to the world is registered the Toba caldera area in the project

of the UNESCO Geopark.

Engagement with The Water is raised as the theme of the design,

considering this project is closely related to the element of water. Specifically, this

project is the realignment of the Parbaba White Sand Beach area that is one area

in Lake Toba with unique characteristics. This area has a sizable tourist arrivals

but physically less manicured. In this structuring project, parbaba area will be

designed with the concept of Ecotourism which raised the locality as the main

selling points. At this area, retail will be reserved for local traders and culinary

area that supports the needs of visitors. Educational value raised in the workshop

that are provided for visitors to directly see and learn the local culture and arts.

Visitors can also enjoy the life of the local community by selecting homestay

accommodation facilities scattered in this area. The main goal of using local

community services is to educate local people about tourism mindset.

(19)

PROLOG

Pariwisata merupakan salah satu sektor mata pencaharian utama didaerah sekitar

danau Toba, dimana cakupan wisatawannya berasal dari dalam maupun luar

negeri. Nilai pariwisata yang dijual berupa sejarah, budaya lokal, dan keindahan

alam Danau Toba. Keunikan yang dimiliki Danau Toba sebagai danau kaldera

sangat berpotensi untuk dikembangkan. Kesadaran akan potensi inilah yang

mendorong pemerintah untuk mendaftarkan Danau Toba sebagai kawasan

Geopark.

Pengertian Geopark menurut kamus Oxford adalah area yang dipilih oleh

UNESCO yang memiliki satu atau lebih situs geologi penting tertentu,

dimaksudkan untuk melestarikan warisan geologi dan meningkatkan kesadaran

masyarakat, biasanya melalui pariwisata (A UNESCO-designted area containing

one or more sites of particular geological importance, intended to conserve the

geological heritage and promote public awareness of it, typically through

tourism).

(20)

Sumatera utara sendiri sangat identik dengan Danau Toba, namun perhatian yang diberikan ke Danau Toba itu sendiri sangat minim. Penataan kawasan danau toba secara keseluruhan masih tidak terarah dan perkembangan industri pariwisatanya juga cenderung lamban.

(21)

ABSTRAK

Danau toba merupakan salah satu warisan alam yang sangat berharga namun kurang dihargai oleh masyarakat luas. Dengan sejarahnya yang luar biasa dan keindahan yang dimilikinya, sudah sepatutnya warisan ini dikembangkan menjadi salah satu destinasi berskala internasional. Salah satu upaya pemerintah untuk memperkenalkan danau Toba kepada dunia adalah dengan mendaftarkan kawasan kaldera Toba dalam proyek Geopark dari UNESCO.

Engagement with The Water merupakan tema perancangan yang diangkat, mengingat proyek ini erat kaitannya dengan unsur air. Secara spesifik proyek ini merupakan penataan kembali kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba yang merupakan salah satu kawasan di Danau Toba dengan karakteristik unik. Kawasan ini memiliki kunjungan wisatawan yang cukup besar namun secara fisik kurang terawat. Dalam proyek penataan ini, kawasan parbaba akan didesain dengan konsep Ekowisata yang mengangkat lokalitas setempat sebagai nilai jual utama. Pada kawasan ini akan disediakan area retail bagi para pedagang lokal dan area kuliner yang mendukung kebutuhan pengunjung. Nilai edukasi diangkat dalam workshop yang disediakan bagi para pengunjung untuk secara langsung melihat dan mempelajari budaya dan kesenian lokal. Pengunjung juga dapat menikmati kehidupan masyarakat lokal dengan memilih fasilitas akomodasi homestay yang tersebar dikawasan ini. Penggunaan jasa masyarakat lokal diutamakan untuk mendidik pola fikir masyarakat tentang pariwisata.

(22)

ABSTRACT

Lake Toba is one of the valuable natural heritage but underappreciated

by the public. With a remarkable history and its beauty, it is fitting legacy

developed into one international destination. One of the government's efforts to

introduce lake Toba to the world is registered the Toba caldera area in the project

of the UNESCO Geopark.

Engagement with The Water is raised as the theme of the design,

considering this project is closely related to the element of water. Specifically, this

project is the realignment of the Parbaba White Sand Beach area that is one area

in Lake Toba with unique characteristics. This area has a sizable tourist arrivals

but physically less manicured. In this structuring project, parbaba area will be

designed with the concept of Ecotourism which raised the locality as the main

selling points. At this area, retail will be reserved for local traders and culinary

area that supports the needs of visitors. Educational value raised in the workshop

that are provided for visitors to directly see and learn the local culture and arts.

Visitors can also enjoy the life of the local community by selecting homestay

accommodation facilities scattered in this area. The main goal of using local

community services is to educate local people about tourism mindset.

(23)

BAB I

CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR

1. 1. Latar Belakang

Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan Studio perancangan terakhir

dalam masa pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa arsitektur USU

(profesi). Pada perancangan kali ini, diberikan tema umum “Symbiosis and

Sustainability” sebagai patokan dasar perancangan bagi seluruh peserta PA 6.

Tema ini diangkat sebagai upaya pengembangan idealisme perancangan arsitektur

mahasiswa tentang prinsip-prinsip keberlanjutan. Sebagai langkah awal, peserta

PA 6 diminta menuliskan essay mengenai tema perancangan dan mendapatkan

kelompok yang disesuaikan berdasar hasil essay.

Perancang bersama teman-teman sekolompok mendapat kesempatan

merancang Geopark di kawasan Kaldera Danau Toba. Lokasi ini dipilih karena

saat ini kaldera Toba yang berstatus Geopark Nasional memang dalam tahap

pengajuan sebagai salah satu anggota GGN (Global Geopark Network) UNESCO.

Dalam proses pengembangan Geopark Kaldera Toba (GKT), penataan

merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan, baik pada daerah

pariwisata maupun permukiman penduduk. Hal ini guna menjadikan kawasan

tersebut sebagai percontohan dan dapat memberikan pengaruh yang baik untuk

sekitarnya. Karena itu penting untuk menerapkan tema symbiosis and

(24)

bukan hanya berupa mendirikan bangunan-bangunan baru tetapi lebih

mengutamakan aspek-aspek humanis dan alam.

1. 2. Gambaran Umum Danau Toba

Danau Toba merupakan danau yang terbentuk dari letusan supervolcano

(gunug api super) sekitar 74.000 tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian, ledakan

gunung toba ini mempengaruhi keadaan alam diseluruh dunia, dimana letusan ini

diperkirakan menyebabkan bumi gelap gulita selama beberapa hari. Letusan

gunung Toba ini terjadi dalam 3 tahap yang pada akhirnya membentuk wilayah

cekungan yang disebut dengan kaldera, dimana cekungan tersebut yang menjadi

Danau Toba sekarang ini. Ditengah-tengah Kaldera Toba sekarang ini terdapat

sebuah pulau yang terbentuk akibat pengangkatan (lifting-up) magma yang belum

keluar, yang saat ini disebut dengan Pulau Samosir. Sampai pada saat ini, masih

terdapat gunung aktif didalam danau toba yang diperkirakan masih dapat meletus

hingga saaat ini. Gunung Toba juga memilki anak gunung yaitu gunung sibayak.

Danau Toba sendiri terletak di Pulau Sumatera, 176 km kearah Selatan

Kota Medan. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia

Tenggara, dengan luas perairan sekitar 1.130 km2. Terdapat tujuh kabupaten yang

mengelilingi Danau Toba atau bisa dikatakan memiliki teritori yang termasuk

dalam wilayah kaldera toba, yaitu Kab. Samosir (merupakan kabupaten dengan

luas perairan terbesar karena berada ditengah-tengah Danau Toba), Kab. Tobasa,

Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab. Simalungun, dan Kab.

Karo. Mayoritas etnis penduduk disekitar Danau Toba adalah batak (berbagai

(25)

adalah bertani, berdagang, sebagai nelayan, dan juga pengelola sektor pariwisata

milik pribadi seperti pemilik penginapan, resataurant, dan fasilitas-fasilitas

pendukung lainnya. Secara karakter, masyarakat di sekitar daerah Danau toba

cenderung tidak perduli dengan keadaan Danau Toba itu sendiri. Mereka berada

pada lingkungan dengan panorama yang luar biasa namun pada umumnya mereka

hanya memanfaatkan hal tersebut sebagai lahan bisnis saja, bukan sebagai suatu

keuntungan wisata bagi diri mereka sendiri. Masyarakat seringkali

memperlakukan alam dengan sesuka hati dan tidak merawat apa yang telah

mereka miliki. Hal-hal seperti ini yang juga menjadi sasaran pengembangan

geopark, dimana masyarakat diajak untuk mencintai apa yang telah mereka miliki.

Dikawasan Danau Toba ini terdapat berbagai potensi-potensi yang luar

biasa baik dari segi alam, budaya, kesenian, maupun sejarahnya. Di pulau samosir

sendiri terdapat gunung Pusuk Buhit yang diyakini merupakan asal muaal suku

Batak. Pusuk buhit merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian lebih dari

1.800 m diatas permukaan Danau Toba. Pusuk Buhit dipercaya sebagai awal mula

alam semesta dan tempat dimana Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa)

menampakkan diri. Dikaki gunung pusuk buhit ini terdapat desa Sianjur

Mulamula yang merupakan perkampungan pertama kelompok masyarakat batak.

Geopark sendiri adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur

geologi terkemuka (outstanding) termasuk nilai akeologi, ekologi dan budaya

yang ada didalamnya, dimana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk

melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam (UNESCO, 2004). Geopark

(26)

Berdasarkan pedoman GGN (Global Geopark Network) UNESCO (2004), tujuan

Geopark adalah menggali, mengembangkan, menghargai, dan mengambil manfaat

dari hubungan erat antara warisan geologi dan segi lainnya dari warisan alam,

berupa budaya, dan nilai-nilai di area tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut,

sebuah Geopark harus memiliki batas-batas yang ditetapkan dengan jelas dan

memiliki kawasan yang cukup luas untuk pembangunan ekonomi lokal. Sehingga

didalam Geopark harus berlangsung sedikitnya tiga kegiatan penting, yaitu :

konservasi, pendidikan, dan geowisata. Dalam rangka perwujudan

pengembangan, penataan, dan pembangunan Geopark Kaldera Toba (GKT)

dibutuhkan sebuah rencana yang matang dengan melakukan

pembangunan-pembangunan yang tepat waktu. Pembangunan yang dimaksud tidak hanya berupa

pembangunan fisik, melainkan juga pembangunan secara sosial yang berguna

untuk menyejahterakan masyarakat.

Dari segi karakteristik yang dibutuhkan oleh suatu kawasan untuk dapat

masuk sebagai anggota GGN UNESCO, GKT memiliki peluang yang cukup

besar. Danau Toba memiliki panorama alam yang indah dengan danau yang luas

dan udara yang cukup sejuk (gambar 1. 2. 1). Di kawasan danau toba juga

terdapat berbagai potensi olahraga seperti paralayang (gambar 1. 2. 2) yang

memanfaatkan kontur dari bukit dan lembah di sekitar danau toba, dragon boat,

olahraga pantai (voli), jet ski, dll. Keunikan budaya toba sebagai asal muasal

bangso batak dengan kebudayaan yang masih sangat kuat dan masih dapat terlihat

dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi upacara adat, atraksi seni budaya, dan

(27)

Gambar 1.2.1 Pemandangan Danau Toba (sumber : lpse.samosirkab.go.id/eproc/)

Gambar 1.2.2 Paralayang di Danau Toba (sumber : lpse.samosirkab.go.id/eproc/)

Kegiatan pada minggu awal perancangan ini adalah memahami dan

menelusuri tema utama (Symbiosis and Sustainability) serta mencari usulan

fungsi secara garis besar pada geopark kaldera toba secara berkelompok.

Tugas-tugas ini dilakukan mengikuti jurnal yang telah dirancang oleh dosen kordinator,

namun terhenti karena pergantian sistem yang menyebabkan kondisi kelas

(28)

Berdasarkan pengerjaan tugas-tugas jurnal berkelompok tersebut ditarik

hubungan Urgensi Sustainability dalam ruang lingkup perancangan kawasan

pariwisata khususnya daerah kaldera Toba. Prinsip-prinsip pariwisata yang

berkelanjutan sendiri menurut UNWTO (The World Tourism Organization)

mengacu kepada pemanfaatan sumber daya lingkungan secara optimal yang

merupakan kunci dalam pengembangan pariwisata, membantu melestarikan

warisan alam dan keanekaragaman hayati. Kemudian pariwisata berkelanjutan

juga harus menghormati keaslian sosial-budaya masyarakat setempat dan

memberikan kontribusi dalam pemahamana antar budaya serta memberikan

manfaat sosial ekonomi bagi semua pemangku kepentingan, termasuk

memberikan pekerjaan yang stabil bagi masyarakat sekitar.

1. 3. Symbiosis and Sustainability

Secara umum Sustainable Architecture dapat diartikan sebagai sebuah

konsep dalam terapan bidang Arsitektur untuk mempertahankan sumber daya

alam agar bertahan lebih lama yang dapat juga dikaitkan dengan lingkungan

ekologis manusianya. Dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan

lahan, efisiensi penggunaan material, juga dalam hal efisiensi penggunaan

teknologi maupun pembuangan limbah. Sedangkan Symbiosis dapat diartikan

sebagai “interaksi antara dua mahkluk hidup yang berada diwilayah yang sama

dan hubungannya saling menguntungkan satu sama lain”. Sedangkan dalam

konteks Arsitektur, Symbiosis diterjemahkan menjadi pemandangan seni yang

mana bangunan yang dikembangkan pada masa kini harus menjadi warisan untuk

(29)

Menurut Kisho Kurokawa dalam bukunya Intercultural Architecture-The

Philosophy of Symbiosis (1991), Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan

ekologis yang memadukan beragam hal kontradiktif antara keragman satu dengan

keragaman lainnya. Seperti eksterior dengan interior, alam dengan teknologi,

masa lalu dengan masa depan, manusia dengan teknologi, dan manusia dengan

alam.

Dari pemaparan-pemaparan tersebut, dapat ditarik benang merah dari tema

umum Symbiosis and Sustainability dengan perancangan kawasan geopark itu

sendiri. Pada dasarnya penetapan suatu kawasan sebagai geopark dan penerapan

standar-standar geopark yang berlaku saja sudah merupakan perancangan yang

mengangkat isu Symbiosis and sustainability.

Untuk tema kelompok tugas perancangan ini dipilih “Ekowisata”.

Pemilihan tema ini didasari oleh eratnya kaitan antara fungsi Geopark dengan

potensi Pariwisata suatu kawasan. Selain itu, Ekowisata merupakan isu yang

akhir-akhir ini sering diangkat menjadi topik pembicaraan ataupun konsep yang

diusung oleh suatu pariwisata dalam rangka meningkatkan kualitas pariwisata

yang dimaksud. Secara tujuan, Geopark erat kaitannya dengan Ekowisata. Di

Indonesia sendiri sudah banyak terdapat berbagai jenis pariwisata yang

mengusung tema serupa dalam pelaksanaannya. Namun yang diharapkan pada

proyek ini adalah tema yang diangkat bukan hanya menjadi kulit luar proyek ini

saja, tetapi juga menjadi dasar dan pedoman pengembangan berkelanjutan dari

(30)

BAB II

MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI

2. 1. Geopark

Geopark merupakan warisan geologi dengan potensi ilmiah, dan

outstanding (jarang memiliki pembanding di kawasan lain). Kawasan tersebut

menjadi satu kesatuan kawasan yang spesial dengan fungsi tidak hanya sebagai

area wisata tetapi juga sebagai sarana edukasi berupa kawasan lindung dan situs

pengembangan ilmu pengetahuan. Dibanyak tempat terdapat situ-situs wisata

yang telah menjadi kawasan Geopark berskala nasional namun tidak ataupun

belum diterima dalam skala internasional. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh

kawasan-kawasan tersebut berada dalam kawasan padat penduduk yang

didalamnya telah terdapat aktivitas-aktivitasa ekonomi (seringkali berupa

eksploitasi alam) yang walauun sudah mendapat izin dokumen lingkungan namun

tetap berpengaruh pada perubahan alam secara fisik, dimana hal ini sedikit banyak

bertentangan pada konsep geopark yang mengutamakan pelestarian alam.

Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai warisan geologi menjadi sulit dilakukan

bahkan tidak direkomendasikan pada area tersebut.

Menurut Chris Woodley Stewart, manager geopark North Pennines AONB

Inggris, Geopark tidak hanya berbicara mengenai batuan saja, tetapi juga manusia.

Mereka menyatu, dan manusia dapat menikmati tatanan geologi di suatu daerah.

(31)

bagi ekonomi lokal, selain membantu orang untuk memahami perkembangan

bentang alam di daerahnya

Dalam perancangan, seorang arsitek membutuhkan sebuah perbandingan

untuk mendapatkan karya yang sesuai dengan standard jenis bangunan yang

dimaksud. Baik dari segi tema maupun proyek sejenis yang telah terbangun,

terlebih untuk kasus geopark yang masih asing bagi sebahagian umum orang. Di

dunia telah terdaftar 111 Geopark sebagai anggota resmi GGN (Global Geopark

Network) UNESCO dengan China sebagai penyumbang geopark terbanyak, yaitu

30 Geopark dan hingga saat ini Indonesia hanya memiliki 1 Geopark yang

terdaftar, padahal bisa dikatakan bahwa alam yang dimiliki Indonesia tidak kalah

bagus dengan negara-negara lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya

kepedulian Pemerintah dan masyarakat terhadap sektor pariwisata.

1. Hongkong Global Geopark

(32)

Salah satu Geopark yang cukup terkenal di China adalah Hongkong

Global Geopark of China (Gambar 2.1.1). Hongkong geopark ini meramu geopark

dalam geowisata yang menarik dan tetap edukatif bagi pengunjungnya. Hong

kong geopark membagi kawasannya menjadi 8 geo-area yang bisa dikunjungi

wisatawan. Masing-masing spot dijaga sedemikian rupa agar tidak terlalu banyak

terkontaminasi oleh manusia. Salah satunya dengan menerapkan sistem boat-tour,

dimana dengan fasilitas ini pengunjung dapat menikmati pemandangan dan tanpa

disadari telah meminimalisir dampak langsung manusia terhadap lingkungan

sekaligus tetapi menjaga keselamatan pengunjung.

Gambar 2.1.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark (sumber: www.globalgeopark.com)

Untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal, geopark bekerja

sebagai fasilitator untuk membantu restoran lokal membuat beberapa hidangan

geologi bagi pengunjung (Gambar 2.1.2). Hal ini dapat memperkaya pengalaman

turis, serta meningkatkan perekonomian lokal. Kemudian pengelola geopark juga

memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi mitra

pendukung dengan mengikuti syarat yang diberlakukan. Pada geopark ini juga

diusung wisata edukasi yang mendukung prinsip Ecotourism. Seluruh kegiatan

(33)

sarana edukasi bagi para pengunjungnya. Wisatawan diajak untuk berperan

langsung dalam menjaga warisan alam yang telah ada. Kemudian disediakan juga

fasilitas seperti Rock Classroom (Gambar 2.1.3) yang bertujuan mengedukasi

anak-anak tentang bebatuan dan geo-konservasi. Kelas ini bekerjasama dengan

sekolah-sekolah yang berada disekitar wilayah Hongkong geopark.

.

Gambar 2.1.3 Rock Clssroom (sumber : www.globalgeopark.com)

2. Papuk Geopark

Gambar 2.1.4 Krka National Park (sumber: www.papukgeopark.com)

Papuk Geopark ini berada di kroasia yang diproklamasikan sebagai

kawasan hutan lindung pada tahun 1999. Pada geopark ini terdapat beberapa area

(34)

Pada kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan bersejarah peninggalan

Roma dan Turki pada abad pertengahan. Secara geologi Papuk Geopark juga

memiliki keunikan karena terletak dalam zona tabrakan macroplates Afrika dan

Eurasia yang menyebabkan karakteristisk unik dari struktur geologi di seluruh

area geopark. Bebatuan yang terdapat didaerah geopark sendiri merupakan batu

tertua yang terdapat di Kroasia.

Papuk geopark menyediakan berbagai penawaran yang dapat

dieksplorasi oleh pengunjung berupa cultural and historical heritage, wildlife and

habitats yang berupa wisata alam padang rumput, danau dan sungai (Gambar

2.1.4), berbagai jenis hutan, dan alam bawah tanah. Semua potensi-potensi

tersebut masih dijaga keasliannya. Papuk Geopark juga menyediakan

aktivitas-aktivitas lain seperti sepeda gunung, hiking, geocaching, paragliding, sport

climbing, horseback riding, dan visiting the caverns.

2. 2. Danau Toba

Secara garis besar proyek Geopark Kaldera Toba ini bertujuan mengangkat semua

potensi-potensi yang berada ditujuh kabupaten yang termasuk dalam teritori

kaldera toba. Sebagai langkah awal, dilakukan pendataan mengenai keadaan

geografis dari Danau Toba itu sendiri.

1. Letak Geografis dan Luas Danau

Danau toba terletak di pulau Sumatera yang berlokasi 176 Km ke arah Selatan

kota Medan. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia serta Asia

tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 dpl, dan daerah

(35)

1.103 km2, dengan kedalaman maksimal danau 529 m. Total luas Daerah

Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 km2.

2. Iklim

DTA Danau Toba juga termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Hal

ini berakibat bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) yang juga berturut-turut

pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan,

sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3

bulan.

3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air

Danau Toba berkisar antara 1.700 - 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim

hujannya terjadi pada bulan November-Desember dengan cakupan curah hujan

antara 190-320 mm/bulan dan juga puncak musim kemarau terjadi selama bulan

Juni - Juli dengan curah hujan berkisar 54-151 mm/bulan.

4. Suhu dan Kelembapan Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 - 19,7 oC di Balige dan

antara 21,0 - 20,0 oC di Sidamanik. Sedangkan angka kelembaban tahunannya

berkisar antara 79 - 95 %. Pada musim kemarau kelembapan udara cenderung

agak rendah apabila hal ini dibandingkan musim hujan. Evaporasi bulanan di

EKDT ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama

musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim-musim hujan.

5. Hidrologi

(36)

a. Air hujan yang langsung jatuh ke danau

b. Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau.

Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan. Daerah aliran sungai

(Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub DAS. Total jumlah sungai

yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai. Dari Pulau Samosir adalah 112

sungai dan dari daerah Tangkapan Air lainnya adalah 117 sungai. Dari 289 sungai

itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa 222 sungai lagi adalah

sungai musiman (intermitten).

6. Topografi

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan,

dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan(0-8%) seluas

703,39 Km2, landai (8-15%) seluas 791,32 Km2, agak curam (15-25%) seluas

620,64 Km2, curam (25-45%) seluas 426,69, sangat curam sampai dengan terjal

(> 45%) seluas 43,962 Km2.

Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari

hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang, dan kebun campuran,

semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan, dan lahan terbuka

(permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).

7. Fungsi dan Manfaat Danau Toba

a. Cadangan Air (Air Baku Air Minum)

Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai air baku air

minum

(37)

Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat

berpotensi sebagai objek wisata

c. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

PLTA memproduksi energy listrik 450 MW yang diperoleh dari sumber daya air

Danau Toba.

d. Sarana transportasi di kawasan Danau Tobadimanfaatkan sebagai sarana

transportasi di kawasan danau

e. Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, dan perikanan.

8. Batas-Batas Pada Site

Daerah yang termasuk dalam lingkup site Geopark Kaldera Toba adalah Kab.

Samosir, Kab. Tobasa, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab.

Tanah Karo, Kab. Simalungun

2. 3. Potensi-potensi Pariwisata

Sebagai tahap awal perancangan, perancang dan tim mengumpulkan

data dari ketujuh kabupaten yang berada diwilayah kaldera Toba tersebut. Data

yang dicari berupa gambaran umum, potensi-potensi pariwisata, akses dan

(38)

Gambar 2.3.1 Peta Wilayah Kaldera Toba

1. Kab. Samosir

Ibu Kota : Pangururan

Luas : 254.715 Ha

Kabupaten ini berada diketinggian 700 s/d 1.995 meter di atas permukaan laut.

Samosir terdiri dari Kec. Harian, Kec. Nainggalon, Kec. Onan Runggu, Kec.

Palipi, Kec. Pangururan, Kec. Ronggur Nihuta, Kec. Sianjur Mulamula, Kec.

Simanindo, Kec. Sitiotio

(39)
(40)

2. Kab. Tobasa (Toba Samosir)

Ibu Kota : Balige

Luas : 2.021,81 km2

Kab. Tobasa berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan, ketinggian 300-2.200 m dpl.

Tobasa terdiri dari Kecamatan Balige, Kecamatan Tampahan, Kecamatan

Laguboti, Kecamatan Habinsaran, Kecamatan Borbor, Kecamatan Nassau,

Kecamatan Silaen, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Porsea, Kecamatan Pintu

Pohan Meranti, Kecamatan Siantar Narumonda, Kecamatan Parmaksian,

Kecamatan Lumban Julu, Kecamatan Uluan, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan

Bonatua Lunasi.

(41)

Gambar 2.3.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir

3. Kab. Tapanuli Utara

Ibu Kota : Tarutung

Luas : 3.800,31 Km2

Luas dataran : 3.793,71 Km2

Luas perairan Danau Toba : 6,60 Km2

Ketinggian : 300-1500 m dpl

Tapanuli Utara terdiri dari Kecamatan Muara, Siborongborong Pagaran,

Parmonangan, Sipahutar, Pangaribuan, Garoga, Sipoholon, Tarutung, Siatas

(42)

Gambar 2.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara

Gambar 2.3.7 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Tapanuli Utara

4. Kab. Humbahas

(43)

Luas : 2.335,33 km2

Humbahas terdiri dari Kecamatan Baktiraja, Dolok Sanggul, Lintong Nihuta,

Onan Ganjang, Pakkat, Paranginan, Parlilitan, Pollung, Sijama Polang,

Tarabintang

Gambar 2.3.8 Kabupaten Humbahas

(44)

5. Kab. Simalungun

Ibu Kota : Kecamatan Raya

Luas : 4.386,60 Km2

Simalungun terdiri dari Kecamatan Bandar, Bandar Huluan, Bandar Masilam,

Bosar Maligas, Dolok Batunanggar, Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Dolok

Silau, Girsang Sipangan Bolon, Gunung Malela, Gunung Maligas, Haranggaol

Horison, Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, Jorlang Hataran,

Panei, Panombeian Panei, Pematang Bandar, Pematang Sidamanik, Pematang

Silima Huta, Purba, Raya, Raya Kahean, Siantar, Sidamanik, Silau Kahean,

Silimakuta, Tanah Jawa, Tapian Dolok, Ujung Padang.

(45)

Gambar 2.3.11 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Simalungun

6. Kabupaten. Dairi

Ibu Kota : Sidikalang

Luas : 1927,8 km2

Dairi terdiri dari Kecamatan Berampu, Kec. Gunung Sitember, Kec. Lae Parira,

Kec. Parbluuan, Kec. Pegagan Hilir, Kec. Sidikalang, Kec. Siempat Nempu, Kec.

Siempat Nempu Hilir, Kec. Siempat Nempu Hulu, Kec. Silahisabungan, Kec.

Silima Pungga-pungga, Kec. Sitinjo, Kec. Sumbul, Kec. Tanah Pinem, Kec.

Tigalingga

(46)

Gambar 2. 3.13 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Dairi

7. Kabupaten. Karo

Ibu Kota : Kabanjahe

Luas : 2127,25 km2

Dairi terdiri dari Kecamatan Barusjahe, Kec. Merek, Kec. Berastagi, Kec.

Munthe, Kec. Dolat Rayat, Kec. Naman Teran, Kec. Juhar, Kec. Payung,

Kec. Kabanjahe, Kec. Simpang Empat, Kec. Kuta Buluh, Kec.

Tigabinanga, Kec. Laubalen, Kec. Tiganderket, Kec. Mardingding, Kec.

(47)

Gambar 2.3.14 Kab. Karo

(48)

Gambar 2.3.16 Keterangan Simbol pada Matriks

Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam menentukan potensi

dari masing-masing kabupaten, maka diangkat beberapa kandidat potensi dengan

peluang berkembang yang cukup besar dalam jangka waktu dekat (gambar 2.4).

Masing-masing kabupaten memiliki keunggulan dalam bidang pariwisata, namun

untuk kebutuhan pengajuan geopark, dibutuhkan spot-spot yang benar-benar

lokal, outstanding, dan dapat mencerminkan eksistensi danau toba di mata dunia.

Pemilihan harus disertai alasan yang logis dan didukung dengan rencana

pengembangan yang berkelanjutan. Hal pertama yang diharapkan dari spot yang

akan dipilih pada proyek ini adalah site harus berada ditepi danau toba sehingga

nantinya setiap rancangan yang akan keluar dapat berinteraksi secara fisik dengan

(49)

Gambar 2.4. Peta Potensi Kaldera Toba

Perancang bersama tim memilih 4 spot dari beberapa potensi-potensi

pariwisata yang menjadi kandidat site untuk diangkat menjadi perhatian utama

dalam proyek kaldera toba ini (gambar 2.5). Masing-masing perancang

mendapatkan proyek mikro yang akan dirancang secara spesifik. Spot yang dipilih

adalah Pantai pasir putih parbaba, kawasan hotspring Pangururan, Danau

Sidhioni, dan Air terjun Sipiso-piso seperti yang ditunjukkan pada gambar

(50)

Gambar 2.5 Peta Potensi Utama Pengembangan Kaldera Toba

Keempat spot ini memiliki unsur air yang unik, tanpa bermaksud

mengesampingkan spot-spot wisata lainnya. Air terjun Sipiso-piso merupakan

salah satu air terjun yang dikenal banyak orang karena keindahannya, Pantai pasir

putih parbaba dengan bibir pantai berpasir yang landai dan berada pada perairan

danau toba yang dangkal, Danau Sidhioni sebagai danau diatas danau yang

memiliki keunikan sendiri meskipun tidak berbatasan langsung dengan danau

toba, dan yang terakhir kawasan hotspring dengan sumber air panas yang terletak

dikaki gunung pusuk buhit.

Perancang sendiri mendapat bagian Penataan Pantai Pasir Putih

Parbaba dimana kondisi sekarang ini sangat semrawut meskipun spot ini

merupakan salah satu primadona dikawasan danau Toba.

Parbaba sendiri merupakan sebuah desa di kec. Pangururan yang

terkenal dengan pantai pasir putihnya. Lokasinya kurang lebih 25 km dari Tomok,

(51)

terletak diantara permukiman penduduk dengan fasilitas-fasilitas umum seperti

Toilet, Souvenir shop, Rumah Makan, dan Penginapan sudah tersedia didalam

kawasan ini. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara Pantai parbaba

beberapa tahun yang lalu dengan kondisi sekarang ini. Pada awalnya kawasan ini

benar-benar memiliki pantai dengan pasir putih yang terhampar luas, sehingga

pengunjung bisa bermain pasir dengan leluasa. Kawasan ini juga dulunya banyak

dikunjungi oleh turis-turis asing yang menghabiskan waktunya dengan berjemur,

bermain volly, dan berenang. Namun seiring perjalanan waktu, keadaan berubah

dengan drastisnya. Kawasan ini semakin dikenal oleh turis lokal (gambar 2.8)

namun dijauhi turis asing karena keadaannya yang tidak terawat. Berangkat dari

kondisi ini, maka penulis mendesain parbaba dengan idealisme akan kawasan

pantai yang bersahabat dengan pengunjung sekaligus dapat memenuhi kebutuhan

[image:51.595.114.515.453.659.2]

penggunanya.

(52)
[image:52.595.227.398.113.228.2]

Eksisting Site :

[image:52.595.226.400.280.400.2]

Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan (sumber : tobatourismboards.blogspot.com)

Gambar 2.8 Aktivitas di sekitar pantai (sumber : www.medandailybisnis.com)

[image:52.595.227.399.453.569.2]
(53)

Gambar 2.10 Gazebo utama didalam kawasan pantai (sumber : adelinatampubolon.wordpress.com)

Dalam proses desain, perancang menggunakan studi banding dalam

rangka menentukan idealisme dari sebuah pantai. Studi banding yang digunakan

adalah Virginia Beach Boardwalk. Kawasan pantai ini dirancang untuk

memudahkan pengunjungnya (gambar 2.11). Tersedia parkir disepanjang

boardwalk dan juga fasilitas-fasilitas seperti museum laut, cafe, penyewaan

sepeda dengan jalur sepeda yang terpisah dari kendaraan (gambar 2.12),

pertunjukan musik, toilet, dll. Kawasan ini juga ramah bagi penyandang disability

dengan menyediakan ramp yang dapat langsung menuju pantai. Selain itu,

informasi pariwisata yang ditawarkan hingga jalur parkir yang tersedia juga

[image:53.595.227.400.91.201.2]

dikemas secara lengkap dan informatif.

(54)
[image:54.595.229.397.85.259.2]

Gambar 2.12 Pantai dengan jalur sepeda dan kendaraan yang berbeda (sumber :www.visitvirginiabeachs.com)

Gambar 2.13 Konsep Berkelanjutan Kawasan pada Pantai

Penataan pantai parbaba ini mengusung konsep Pariwisata

Berkelanjutan (gambar 2.13) dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan,

dan ekonomi. Pada kawasan ini terdapat eksisting fungsi wisata budaya, olahraga,

wisata air, dan area memancing. Pengembangan fungsi yang berbasis pada

pariwisata berkelanjutan tersebut menghasilkan kawasan yang memiliki fungsi

berupa :

1. Wisata Alam : Aktivitas air (boat, jetski, dll.), Pemancingan, dan Voli

(55)

2. Wisata Budaya : Revitalisasi kampung batak, mendirikan kantor

pengelola/pusat informasi, amphiteater

3. Transportasi : Dermaga pariwista

4. Hospitality : Homestay

5. Fasilitas Umum : Toilet, Mushalla, Pusat wisata kuliner dan souvenir

shop.

[image:55.595.279.513.277.560.2]

Blockplan rancangan :

Gambar 2.14 Blockplan perancangan kawasan pantai parbaba

Untuk ketiga spot lainnya, pengembangan juga dilakukan

berdasarkan analisa masing-masing perancang sehingga menghasilkan blockplan

(56)

Gambar 2.15 Blockplan perancangan kawasan Air Terjun Sipiso-piso

(57)
[image:57.595.141.485.85.384.2]

Gambar 2.17 Blockplan perancangan kawasan Hotspring

Preview I pada dasarnya merupakan evaluasi data yang dikumpulkan dan

bagaimana menentukan langkah kedepan berikutnya. Pada preview I ini banyak

diterima kritik dan saran dari dosen penguji dan juga dosen pembimbing.

Permasalahan utama dari preview I adalah alasan pemilihan site tidak memilki

dasar yang jelas. Dosen penguji meminta perancang dan tim untuk merevisi

kembali site yang telah ditetapkan. Hal ini berguna untuk membangun konsep

kawasan proyek yang jelas nantinya. Durasi yang terbatas menyebabkan banyak

hal tidak tersampaikan dalam presentasi. Hal ini menyebabkan sulitnya

komunikasi antara penguji dan tim, dimana dosen penguji menganggap bahwa

(58)

Untuk pembahasan tentang geopark sendiri pada preview I dirasa masih sangat

kurang. Tim cenderung terlalu fokus pada penggalian potensi, sehingga

mengabaikan beberapa pembahasan penting lain seperti studi banding, pemilihan

tema, dan output desain yang terkesan terlalu memaksa. Pada dasarnya bahan

untuk penjelasan materi yang bersangkutan telah dipersiapkan oleh tim, namun

tidak dijelaskan dalam presentasi.

Pada preview I ini para dosen penguji mengingatkan agar perancang

dan tim berani keluar dari zona nyaman kelas Perancangan Arsitektur selama ini,

dimana selalu ada output bangunan baik itu bangunan tinggi maupun bentang

lebar sebagai hasil akhir. Mereka menyarankan untuk lebih memberikan perhatian

pada konsep penataan secaa menyeluruh dan skenario pariwisata sehingga fungsi

dari geopark ini secara keseluruhan dapat terlihat.

Proyek geopark ini memiliki permasalahan dalam eksekusi pemilihan

site. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, akhirnya didapatkan

cara memilih site berdasarkan data potensi yang telah dikumpulkan.dengan sistem

over layer. Sistem ini dilakukan dengan mengumpulkan potensi-potensi tiap

kabupaten dan mengelompokkan potensi-potensi yang berada dalam kawasan

berdekatan. Pada awalnya potensi-potensi yang telah didaftar dimasukkan

kedalam peta ketujuh kabupaten dalam rupa simbol (gambar 2.18), sehingga

didapat area terpilih yang memilki simbol terbanyak yang berkumpul dalam satu

kawasan (gambar 2.19). Site yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah

kecamatan Pangururan, kabupaten Samosir dan juga kawasan disekitarnya.

(59)

Pangururan, selanjutnya secara bertahap keseluruhan daerah yang dicakup oleh

Geopark Kaldera Toba akan dikembangkan, sehingga tujuan menjadikan kawasan

Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Sumatera Utara dapat tercapai

[image:59.595.144.486.193.699.2]

dengan baik.

Gambar 2.18 Potensi pada tiap Kabupaten

(60)

Dilihat dari gabungan peta overlayer secara keseluruhan (gambar

2.19), letak keberagaman potensi yang paling banyak berada di kabupaten

Samosir, kec. Pangururan. Penerapan konsep Ecotourism yang mungkin

dilaksanakan pada site terpilih ini adalah :

1. Konservasi

a. Konservasi alam

 Pembagian daerah-daerah yang berpotensi sebagai daerah pariwisata dan

pusat penelitian atau perlindungan

 Pengaturan Transportasi dan akses guna meminimalisir dampak negatif

manusia terhadap lingkungan.

 Mewadahi kegiatan formal berupa penelitian yang diselenggarakan suatu

lembaga

b. Konservasi Budaya

 Pelaksanaan Kegiatan-kegiatan kebudayaan secara rutin

 Memberikan tanda-tanda spesifik untuk setiap potensi budaya, kesenian,

maupun sejarah yang terdapat di kawasan Geopark

 Menyediakan pusat kebudayaan dan kesenian

2. Partisipasi Lokal

 Menggunakan jasa penduduk setempat sebagai staf/karyawan tetap

geopark

 Menggunakan perumahan warga sebagai salah satu bentuk akomodasi

resmi dari Geopark (Homestay)

(61)

 Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada masyarakat umum tentang

konservasi dan ekowisata

 Membuka kelas bagi anak-anak (lokal maupun turis) untuk mempelajari

lebih lanjut mengenai Geopark

4. Wisata

 Menyediakan pusat informasi pariwisata resmi yang dapat dengan mudah

diakses wisatawan

 Mengembangkan potensi wisata air yang dimiliki kawasan geopark ini

dengan tetap berkiblat pada prinsip ekowisata

 Menyediakan sarana-sarana pendukung bagi kegiatan yang sudah ada

dikawasan ini.

 Memfasilitasi infrastruktur yang sesuai dengan potensi pariwisata

5. Ekonomi Berkelanjutan

 Bekerja sama dengan masyarakat untuk mengangkat kuliner atau produk

lokal yang berhubungan dengan geologi

 Menyediakan pasar untuk petani lokal dimana produk-produk yang dijual

diberikan label dari pihak geopark sebagai bentuk kontrol terhadap pasar

dan sekaligus dapat memaksimalkan keuntungan.

 Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan dana dan akomodasi

(62)
[image:62.595.119.517.85.350.2]

Gambar 2.20 Konsep Makro Penataan Pangururan

Setelah menentukan gambaran umum (gambar 2.20) mengenai

pengembangan kawasan pangururan dan sekitarnya, perancang dan tim membagi

berbagai fungsi sesuai dengan konsep ecotourism yang telah dibahas. Site pada

masing-masing fungsi ditentukan sendiri sebagai lahan percontohan bagi

lingkungan sekitarnya. Adapun fungsi-fungsi yang diajukan adalah Perancangan

signage, tong sampah, gerbang tano ponggol, penataan sungai tano ponggol,

souvenir shop/local craftsmanship, gantole, beachsports, penataan hotspring,

dermaga, homestay, peletakan toilet umum, shelter di area kebun raya samosir,

pasar tradisional, gallery geopark, taman kota, shelter hiking, jogging dan

bicycling track, agricultural field, area pemancingan, museum sejarah dan budaya,

bangunan riset dan edukasi, area kuliner, green walk, dan rekreasi air.

(63)

Perancang sendiri mendapat fungsi penataan hotspring pangururan,

perancangan paralayang, dermaga, agricultural field, dan shelter pada kawasan

kebun raya. Pada tahap persiapan preview II, dilakukan survey guna mendapatkan

data yang lebih spesifik dan melihat kondisi site secara langsung.

Pada preview II, keluaran desain dari usulan fungsi berupa siteplan

masing-masing fungsi. Desain berangkat dari data yang diperoleh saat survey

dengan memenuhi kriteria Need, Context, dan Form.

1. Agricultural Field

a. Needs

Agricultural Field berupa kebun/persawahan yang memanfaatkan

sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan,

bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan

hidupnya

(sumber :biotakson.blogspot.com)

Pertanian dan perkebunan didaerah samosir kurang berkembang

dikarenakan hasilnya tidak memiliki kualitas sebaik perkebunan didaerah lain.

Agricultural field ini berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan bertani

bagi masyarakat samosir, sehingga sistem pertanian dan perkebunan yang baik

(64)
[image:64.595.223.400.303.434.2]

Tabel 2.1 Kebutuhan ruang Agricultural Field Aktivitas Pengguna :

Gambar 2.21 Flowchart Aktivitas Pengguna Agricultural Field

b. Context

Gambar 2.22 Site Agricultural Field

Batas-batas site :

Timur : Jalan (Gambar 2.23)

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Lahan Agrikultural

- Lokal(Individu/kelompok) Visitor Center

- Mancanegara Cafetaria

Kelompok Wisata Pasar (dibuka pada waktu

tertentu)

Karyawan Parkir

[image:64.595.239.387.499.650.2]
(65)

Barat : Jalan setapak dan lahan penduduk

Utara : Jalan

Selatan : Lahan Penduduk

Sebagian eksisting site merupakan lahan pertanian (Gambar 2.23b), lahan

memiliki kontur yang tidak terlalu curam, dan lokasinya tidak jauh dari danau

sidhioni. Lokasi ini dipilih mengingat eksistensi danau sidhioni yang sudah cukup

terkenal, sehingga pada perjalanan wisata pengunjung menuju sidhioni, mereka

juga sekaligus dapat menikmati wisata edukasi. Akses menuju lokasi ini bisa

dilalui roda dua ataupun roda empat, namun kondisi jalan kurang baik, terdapat

beberapa bagian jalan yang rusak.

(a) (b)

Gambar 2.23 Kondisi Site

c. Form

Agricultural field ini direncanakan akan diolah oleh organisasi masyarakat

setempat guna memberikan edukasi bertani yang baik pada para petani disekitar

kawasan tersebut. Pada fungsi ini diterapan system penanaman organik untuk

meminimalisir penggunaan pupuk yang menguntungkan dari segi ekonomi dan

(66)
[image:66.595.229.395.330.418.2]

Gambar 2.24 Siteplan Agricultural field

Gambar 2.25 View lahan persawahan

2. Hotspring

a. Needs

Di kaki gunung pusuk buhit terdapat sumber mata air panas yang saat ini diolah

masyarakat sebagai kawasan pariwisata. Hotspring Pangururan merupakan

destinasi wisata yang cukup populer dikalangan turis lokal. Penataan kawasan ini

penting dilakukan tidak hanya untuk menambah kuantitas kunjungan wisatawan

(67)
[image:67.595.244.382.426.564.2]

Tabel 2. 2 Kebutuhan ruang Hotspring Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.26 Flowchart Aktivitas Pengguna Hotspring

b. Context

Gambar 2.27 Site Hotspring

Batas-batas site :

Timur : Pemandian Air Panas (Gambar 2.28a)

Barat : Bukit Sulfur (Gambar 2.28b)

Utara : Jalan Pangururan

Selatan : Bukit Sulfur (Gambar 2.28c)

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Kolam/bilik Pemandian

- Lokal(Individu/kelompok) Ruang Ganti

- Mancanegara Cafetaria

Kelompok Wisata KM/WC

(68)

Luas site ± 24.778 m2 (Gambar 5.8) dan site berada didaerah yang berkontur.

Eksisting site merupakan area pemandian air panas milik masyarakat yang

dikelola secara mandiri.

(a) (b)

[image:68.595.120.512.166.467.2]

(c)

Gambar 2.28 Batas Site

c. Form

Hotspring ini didesain memiliki pengguna yang berbeda-beda ditiap unitnya. Hal

ini untuk menciptakan suasana yang berbeda bagi para pengunjungnya. Tersedia

kolam khusus pria, wanita, dan juga kolam umum. Untuk mencapai unit-unit

pemandian, pengunjung bisa menggunakan cady car, bersepada, atau berjalan

(69)
[image:69.595.171.455.88.380.2]

Gambar 2.29 Siteplan Hotspring

Gambar 2.30 View kawasan hotspring

3. Paralayang

a. Needs

Paralayang adalah olahraga yang mengandalkan ketinggian lahan dan arah

angin. Di Indonesia potensi perkembangan paralayang cukup pesat. Selain

(70)

destinasi pariwisata. Pada kawasan geopark ini direncanakan arena paralayang

[image:70.595.234.392.267.416.2]

untuk menunjang jumlah wisatawan Geopark Kaldera Toba ini.

Tabel 2. 3 Kebutuhan ruang Paralayang Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.31 Flowchart Aktivitas Pengguna Paralayang

b. Context

Gambar 2.32 Site Paralayang

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Lokasi terbang

- Lokal(Individu/kelompok) Lokasi Pendaratan

- Mancanegara Visitor center

Kelompok Wisata Parkir

[image:70.595.223.404.480.612.2]
(71)

Gambar 2.33 Jalur terbang Paralayang

Batas-batas site :

Timur : Perumahan warga

Barat : Terusan tano ponggol

Utara : Perumahan warga

Selatan : Ladang penduduk

Luas site ± 17.787 m2 akses kendaraan menuju site melalui jalan tele. Take-off

area berada diketinggian 1255 mdpl (Gambar 2.34a), sedangkan landing area

berada diketinggian 910 mdpl (Gambar 2.34b).

(a) (b)

Gambar 2.34 (a)Take-off area, (b)Landing area

c. Form

Melalui aktivitas paralayang ini, pengunjung dapat menikmati keindahan danau

(72)

Gambar 2.35 Masterplan Paralayang

(a) (b)

Gambar 2.36 (a)Take-off area, (b)Landing area

4. Dermaga

a. Needs

Bisa dikatakan bahwa kapal merupakan salah satu transportasi utama dipulau

Samosir. Namun kenyataannya tidak ada satupun dermaga yang cukup

representatif di samosir. Di pangururan sendiri terdapat beberapa dermaga yang

kondisinya terbengkalai. Untuk dermaga yang didesain ini memiliki fungsi utama

sebagai pendukung sektor pariwisata.

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Loket

- Lokal(Individu/kelompok) Dermaga tambat

- Mancanegara Parkir

(73)
[image:73.595.257.365.153.271.2]

Tabel 2. 4 Kebutuhan ruang Dermaga Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.37 Flowchart Aktivitas Pengguna Dermaga

b. Context

Eksisting site merupakan dermaga dikawasan Parbaba, dimana dermaga sudah

tidak aktif dan tidak representatif. Pemungutan biaya parkir dan kontribusi juga

tidak tersistem dengan baik.

Gambar 2.38 Site Dermaga

Batas-batas site :

Timur : Lahan kosong

Barat : Danau Toba

(74)

Utara : Pantai pasir putih

Selatan : Rumah penduduk

[image:74.595.134.488.139.409.2]

Gambar 2.39 Keadaan dermaga

c. Form

Dermaga pariwisata ini tergolong dalam skala kecil, dimana dari segi kuantitas

aktivitas yang dilalui belum terlalu padat. Pada dermaga ini disediakan dermaga

tambat bagi kapal fery penumpang dan kendaraan. Selain itu dermaga ini juga

memiliki akses langsung dengan pantai parbaba yang bertujuan untuk

(75)
[image:75.595.173.452.84.296.2]

Gambar 2.40 Siteplan Dermaga

Gambar 2.41 View Dermaga

5. Shelter Kebun Raya Samosir

a. Needs

Shelter merupakan tempat singgah bagi para pengunjung/turis. Shelter seperti ini

diperlukan dalam cakupan kawasan yang luas, misalnya saja Kebun Raya

Samosir. Pada shelter ini pengunjung dapat beristirahat dan mendapatkan

(76)
[image:76.595.248.381.193.277.2]

Tabel 2. 5 Kebutuhan ruang Shelter Aktivitas Pengguna:

Gambar 2.42 Flowchart Aktivitas Pengguna Shelter

b. Context

Luas site per unit homestay : 187 m2 dengan kondisi sekitar dikelilingi

pepohonan. Sistem pengolahan kebun raya saat ini sendiri kurang tersistem

dengan baik. Shelter ini direncanakan akan diletakkan pada beberapa titik

dikawasan kebun raya samosir.

Gambar 2.43 Site Shelter

Pengguna Kebutuhan Ruang

Pengunjung/Turis Bangku Istirahat

- Lokal(Individu/kelompok) Papan Informasi

(77)
[image:77.595.223.403.

Gambar

Gambar 2.6  Site Pantai Pasir Putih Parbaba
Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan
Gambar 2.11  Kawasan pantai Virginia
Gambar 2.13  Konsep Berkelanjutan Kawasan pada Pantai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Narasumber Poin 16 pembinaan yang dilakukan adalah melibatkan para kakak- kakak peserta didik dalam melakukan kegiatan wirausaha, misalnya membuat sebuah usaha

bagaimana inovasi yang diterapkan untuk mengembangkan pendidikan diniyah formal atau menambah referensi untuk pelaksanaan pengembangan pendidikan diniyah formal

Salah satu cara mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan Data Mining (DM) dengan teknik klasifikasi algoritma C4.5. Data mining dapat digunakan untuk

Lampiran 8 Hasil uji face bending pada pin lingkaran spesimen A Lampiran 9 Hasil uji face bending pada pin lingkaran spesimen B Lampiran 10 Hasil uji face bending pada

Hasil uji tekan membran pada Tabel 1 menunjukkan kekuatan tekan membran pada kondisi kering atau basah tidak terlalu berbeda dan dengan hasil ini membran

Pola peletakan 8 sensor mengacu pada kontur telapak kaki hasil pemindaian menggunakan 3D scanner (Gambar 8a), yaitu pada area di telapak kaki yang deformasinya besar saat

Lembar skala sikap mengukur tingkat kepraktisan dan kemenarikan, yang meliputi: kemudahan mengenal tokoh wayang, bermain tebak gambar, mengikuti pelajaran, kebutuhan

Aset keuangan dan liabilitas keuangan dilakukan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika Bank