SKRIPSI
OLEH
HERMILIO M. E. N
110406036
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
OLEH
HERMILIO M. E. N
110406036
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ENGAGEMENT WITH THE WATER
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2015
Nomor Induk Mahasiswa : 110406036
Departemen : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Ir.Rudolf Sitorus,MLA.
NIP : 19580224 198601 1 002
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
Ir. N. Vinky Rahman, M.T Ir. N. Vinky Rahman, M.T
NIP : 195802241986 01 002 NIP : 195802241986 01 002
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Ir.Rudolf Sitorus,M.La
Anggota Komisi Penguji : 1. Salmina Wati Ginting, S.T, M.T.
Nama : Hermilio Marintan Ecclesia Napitupulu
NIM : 11 0406 036
Judul Proyek Tugas Akhir : Perancangan Geopark Kaldera Toba
Tema : Ecotourism Architecture
Rekapitulasi Nilai :
A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:
N
o.
Status Waktu
Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbi ng I Paraf Pembimbi ng II Koordinator RTA-4231
1. Lulus Langsung
2. Lulus
Melengkapi
3. Perbaikan
Tanpa Sidang
4. Perbaikan
Dengan Sidang
5. Tidak Lulus
Medan, Juli 2015
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. N Vinky Rahman, M. T.
Koordinator Tugas Akhir
Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik,
sebab aku percaya kepada perintah-perintahMu.
Mazmur 119 : 66
Terimakasih sudah hadir sebagai Sahabat, Guru, Orangtua, dan Tuhan yang ajaib.
Aku mencintai-Mu.
KATA PENGANTAR
Syukur yang luar biasa penulis ucapkan kepada Allah Bapa Yang Maha
Kuasa untuk semua berkat dan penyertaan-Nya yang selalu baru setiap hari, tidak
pernah berhenti dan tidak berubah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya sebagai syarat yang diwajibakan
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Departemen Arsitektur
USU.
Terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.La. selaku ketua sidang serta dosen
pembimbing yang hebat, luar biasa mendukung, memberi semangat,
bimbingan, perhatian, dan dorongan positif kepada penulis selama proses
Tugas Akhir ini.
2. Ibu Salmina Wati Ginting, S.T, M.T. atas saran dan masukan yang sangat
membantu dalam proses desain dan atas dorongan yang meyakinkan kami
untuk mengeksplorasi desain kami.
3. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T, M.S. atas saran dan masukan yang sangat
membantu sebagai masukan dalam proses perancangan.
4. Kedua Orangtua saya (P. T. Napitupulu dan D. Marpaung) yang luar biasa,
yang mempercayai saya untuk semuanya. Terimakasih atas semua
dukungan moril serta materil yang diberikan selama hidup saya. Kalian
hebat.
5. Saudara-saudari sedarah, Ito (Manangar H. Napitupulu), Kakak (Christin
H. Napitupulu), Abang (Bernard Z. Sinaga), dan Jenoah Hilarius Mula
Sinaga yang sangat spektakuler.
6. Untuk Octa birong, Gina kribo, Christy, Mirza, Devi, Debby gendut,
terimakasih untuk perjalanan empat tahunnya yang keren.
7. Untuk Inne, Grace, Kak Sona, dan Kak Adria yang memberikan dukungan
8. Untuk kelompok GKT (Bepe, Habib, dan Fairus), terimakasih atas
cerita-cerita ajaibnya.
9. Teman-teman stambuk 011 yang luar biasa, Gunario, Dana, Dimas,
Meyer, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
10.Untuk Nicholas Saputra atas dukungan secara tidak langsungnya yang
sangat luar biasa!
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Karena itu Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi
ini kedepannya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, juli 2014
Hormat penulis,
Hermilio M. E. N
DAFTAR ISI
Hlm.
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
PROLOG ... xviii
BAB I ... 1
CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR ... 1
1. 1. Latar Belakang ... 1
1. 2. Gambaran Umum Danau Toba ... 2
1. 3. Symbiosis and Sustainability ... 6
BAB II ... 8
MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI ... 8
2. 1. Geopark... 8
2. 2. Danau Toba ... 12
BAB III... 58
MENGEMBANGKAN LAYAR ... 58
BAB IV ... 68
PERJALANAN YANG PANJANG ... 68
4. 1. Data dan Analisa Pantai Pasir Putih Parbaba (Makro) ... 72
4. 2. Usulan Fungsi di Kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ... 79
4. 3. Analisa Usulan Fungsi (Mikro) ... 79
BAB V ... 98
AKHIR PELAYARAN ... 98
5. 1. Kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ... 99
5. 2. Usulan Fungsi Mikro ... 103
KESIMPULAN ... 127
EPILOG... 130
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
Gambar 1.2.1 Pemandangan Danau Toba ... 5
Gambar 1.2.2 Paralayang di Danau Toba ... 5
Gambar 2.1.1. Hongkong Global Geopark ... 9
Gambar 2.1.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark ... 10
Gambar 2.1.3 Rock Clssroom ... 11
Gambar 2.1.4 Krka National Park ... 11
Gambar 2.3.1 Peta Wilayah Kaldera Toba ... 16
Gambar 2.3.2 Kabupaten Samosir ... 16
Gambar 2.3.3 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Samosir ... 17
Gambar 2.3.4 Kabupaten Toba Samosir ... 18
Gambar 2.3.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir ... 19
Gambar 2.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara ... 20
Gambar 2.3.7 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Tapanuli Utara ... 20
Gambar 2.3.8 Kabupaten Humbahas ... 21
Gambar 2.3.9 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Humbahas ... 21
Gambar 2.3.10 Kab. Simalungun ... 22
Gambar 2.3.11 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Simalungun ... 23
Gambar 2.3.12 Kab. Dairi ... 23
Gambar 2. 3.13 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Dairi ... 24
Gambar 2.3.14 Kab. Karo ... 25
Gambar 2.3.15 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Karo ... 25
Gambar 2.3.16 Keterangan Simbol pada Matriks ... 26
Gambar 2.5 Peta Potensi Utama Pengembangan Kaldera Toba... 28
Gambar 2.6 Site Pantai Pasir Putih Parbaba... 29
Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan ... 30
Gambar 2.8 Aktivitas di sekitar pantai... 30
Gambar 2.9 Pamflet yang kurang menarik... 30
Gambar 2.10 Gazebo utama didalam kawasan pantai ... 31
Gambar 2.11 Kawasan pantai Virginia ... 31
Gambar 2.12 Pantai dengan jalur sepeda dan kendaraan yang berbeda ... 32
Gambar 2.14 Blockplan perancangan kawasan pantai parbaba ... 33
Gambar 2.15 Blockplan perancangan kawasan Air Terjun Sipiso-piso ... 34
Gambar 2.16 Blockplan perancangan kawasan Danau Sidhioni ... 34
Gambar 2.17 Blockplan perancangan kawasan Hotspring ... 35
Gambar 2.18 Potensi pada tiap Kabupaten ... 37
Gambar 2.19 Overlayer 7 Kabupaten Kaldera Toba ... 37
Gambar 2.20 Konsep Makro Penataan Pangururan ... 40
Gambar 2.21 Flowchart Aktivitas Pengguna Agricultural Field ... 42
Gambar 2.22 Site Agricultural Field ... 42
Gambar 2.23 Kondisi Site ... 43
Gambar 2.24 Siteplan Agricultural field ... 44
Gambar 2.25 View lahan persawahan ... 44
Gambar 2.26 Flowchart Aktivitas Pengguna Hotspring ... 45
Gambar 2.27 Site Hotspring ... 45
Gambar 2.28 Batas Site ... 46
Gambar 2.29 Siteplan Hotspring ... 47
Gambar 2.30 View kawasan hotspring ... 47
Gambar 2.31 Flowchart Aktivitas Pengguna Paralayang ... 48
Gambar 2.32 Site Paralayang ... 48
Gambar 2.33 Jalur terbang Paralayang ... 49
Gambar 2.34 (a)Take-off area, (b)Landing area... 49
Gambar 2.35 Masterplan Paralayang ... 50
Gambar 2.36 (a)Take-off area, (b)Landing area... 50
Gambar 2.37 Flowchart Aktivitas Pengguna Dermaga ... 51
Gambar 2.38 Site Dermaga ... 51
Gambar 2.39 Keadaan dermaga... 52
Gambar 2.40 Siteplan Dermaga... 53
Gambar 2.41 View Dermaga ... 53
Gambar 2.42 Flowchart Aktivitas Pengguna Shelter... 54
Gambar 2.43 Site Shelter ... 54
Gambar 2.44 Kondisi Kebun Raya ... 55
Gambar 2.45 View dari Kebun raya kearah danau toba ... 55
Gambar 2.46 Siteplan shelter ... 56
Gambar 2.48 Tampak Shelter ... 56
Gambar 2.49 Perspektif Shelter ... 57
Gambar 3.1 Panorama Chumbe Island ... 64
Gambar 3.2 Eco-Bungalow ... 66
Gambar 3.3 Wanita lokal sebagai juru masak ... 66
Gambar 4.1 Titik Potensi Pengembangan Geopark ... 68
Gambar 4.2 Alternatif Skenario Trip 1 hari ... 69
Gambar 4.3 Alternatif Skenario Trip 2 hari ... 70
Gambar 4.4 Alternatif Skenario Trip 3 hari ... 71
Gambar 4.5 Lokasi Site Parbaba ... 72
Gambar 4.6 Eksisting Tata Guna Lahan ... 73
Gambar 4.7 Penginapan di dalam site... 73
Gambar 4.8 Sirkulasi didalam dan sekitar kawasan ... 74
Gambar 4.9 Vegetasi didalam dan sekitar kawasan ... 76
Gambar 4.10 Vegetasi didalam kawasan ... 76
Gambar 4.11 Potensi Wisata disekitar site ... 77
Gambar 4.12a Eksisting dan Permasalahan dalam Site ... 78
Gambar 4.12b Eksisting dan Permasalahan dalam Site ... 78
Gambar 4.13 Site Pusat Informasi dan Tower Guard ... 81
Gambar 4.14 Site Workshop ... 83
Gambar 4.15 Site Area Kuliner ... 85
Gambar 4.16 Area Kuliner Eksisting ... 85
Gambar 4.17 Site Area Retail ... 87
Gambar 4.18 Retail Eksisting ... 87
Gambar 4.19 Flowchart Dermaga ... 89
Gambar 4.20 Site Dermaga ... 89
Gambar 4.21 Eksisting Dermaga ... 90
Gambar 4.22 Site Homestay ... 91
Gambar 4.23 Eksisting Homestay ... 92
Gambar 4.24 Site Toilet dan Mushalla ... 93
Gambar 4.25 Eksisting toilet ... 93
Gambar 4. 27 Site Lodge ... 97
Gambar 5. 1 Penurunan Tema utama menjadi tema Individu ... 98
Gambar 5.1.1 Masterplan kawasan Parbaba ... 101
Gambar 5.1.2 Jalur sirkulasi manusia dan kendaraan ... 102
Gambar 5. 1. 3 Potongan site 1 ... 103
Gambar 5. 1. 4 Potongan site 2 ... 103
Gambar 5.2.1 Gubahan Massa Pusat Informasia ... 104
Gambar 5. 2. 2 Atap batak pada Pusat Informasi ... 104
Gambar 5. 2. 3 Siteplan Pusat Informasi dan Tower Guard ... 105
Gambar 5.2.4 Denah Pusat Informasi ... 106
Gambar 5. 2. 5 Fasad Pusat Informasi dan tower guard ... 106
Gambar 5. 2. 6 Material Pusat Informasi ... 107
Gambar 5. 2. 7 Potongan Pusat Informasi... 107
Gambar 5. 2. 8 Siteplan Workshop ... 109
Gambar 5. 2. 9 Transformasi bentuk masa Workshop... 110
Gambar 5. 2. 10 Denah Workshop ... 110
Gambar 5. 2. 11 Tampak Depan Workshop ... 110
Gambar 5. 2. 12 Tampak Belakang Workshop ... 111
Gambar 5. 2. 13 Potongan Workshop ... 111
Gambar 5. 2. 14 Suasana Pedestrian workshop ... 112
Gambar 5. 2. 15 Siteplan culinary area ... 113
Gambar 5. 2. 16 Denah Unit Cafe ... 113
Gambar 5. 2. 17 Tampak depan Unit Cafe ... 114
Gambar 5. 2. 18 Tampak samping Unit Cafe ... 114
Gambar 5. 2. 19 Suasana Culinary Area ... 114
Gambar 5. 2. 20 Potongan Cafe ... 115
Gambar 5. 2. 21 Siteplan Retail area ... 115
Gambar 5. 2. 22 Angin dan cahaya melalui sela antar retail ... 116
Gambar 5. 2. 23 Denah Retail ... 116
Gambar 5. 2. 24 Tampak Retail ... 116
Gambar 5. 2. 25 Potongan Retail ... 117
Gambar 5. 2. 26 Suasana Retail ... 117
Gambar 5. 2. 27 Siteplan dermaga ... 118
Gambar 5. 2. 28 Tampak Loket ... 118
Gambar 5. 2. 29 Suasana dermaga ... 119
Gambar 5. 2. 31 Tampak toilet ... 119
Gambar 5. 2. 32 Tampak samping Mushalla... 120
Gambar 5. 2. 33 Potongan toilet & Mushalla ... 120
Gambar 5. 2. 34 Shelter Sepeda ... 121
Gambar 5. 2. 35 Shelter Bus... 121
Gambar 5. 2. 36 Siteplan Lodge ... 122
Gambar 5. 2. 37 Masa Lodge ... 122
Gambar 5. 2. 38 Denah Lt. 1 ... 123
Gambar 5. 2. 39 Denah Lt. 2 ... 123
Gambar 5. 2. 40 Tampak depan Lodge ... 123
Gambar 5. 2. 41 Tampak belakang Lodge ... 124
Gambar 5. 2. 42 Tampak Kanan Lodge ... 124
Gambar 5. 2. 43 Tampak Kiri Lodge ... 124
Gambar 5. 2. 44 Ramp dan material bangunan ... 124
DAFTAR TABEL
Judul Hal.
Tabel 2. 1 Kebutuhan ruang Agricultural Field... 42
Tabel 2. 2 Kebutuhan ruang Hotspring ... 45
Tabel 2. 3 Kebutuhan ruang Paralayang ... 48
Tabel 2. 4 Kebutuhan ruang Dermaga ... 51
Tabel 2. 5 Kebutuhan ruang Shelter ... 54
Tabel 4. 1 Kebutuhan Ruang Information Center dan Tower Guard ... 80
Tabel 4. 2 Kebutuhan Besaran Ruang Pusat Informasi ... 80
Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang Workshop ... 82
Tabel 4. 4 Kebutuhan Besaran Ruang Workshop ... 83
Tabel 4. 5 Kebutuhan Ruang Cafe ... 84
Tabel 4. 6 Kebutuhan Ruang Retail ... 86
Tabel 4. 7 Kebutuhan Ruang Dermaga ... 89
Tabel 4. 8 Kebutuhan Ruang Homestay ... 91
Tabel 4. 9 Kebutuhan Ruang Toilet dan Mushalla ... 92
Tabel 4. 10 Kebutuhan Ruang Shelter sepeda, bus, dan Rest area ... 94
Tabel 4. 11 Kebutuhan Ruang Lodge ... 96
ABSTRAK
Danau toba merupakan salah satu warisan alam yang sangat berharga namun kurang dihargai oleh masyarakat luas. Dengan sejarahnya yang luar biasa dan keindahan yang dimilikinya, sudah sepatutnya warisan ini dikembangkan menjadi salah satu destinasi berskala internasional. Salah satu upaya pemerintah untuk memperkenalkan danau Toba kepada dunia adalah dengan mendaftarkan kawasan kaldera Toba dalam proyek Geopark dari UNESCO.
Engagement with The Water merupakan tema perancangan yang diangkat, mengingat proyek ini erat kaitannya dengan unsur air. Secara spesifik proyek ini merupakan penataan kembali kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba yang merupakan salah satu kawasan di Danau Toba dengan karakteristik unik. Kawasan ini memiliki kunjungan wisatawan yang cukup besar namun secara fisik kurang terawat. Dalam proyek penataan ini, kawasan parbaba akan didesain dengan konsep Ekowisata yang mengangkat lokalitas setempat sebagai nilai jual utama. Pada kawasan ini akan disediakan area retail bagi para pedagang lokal dan area kuliner yang mendukung kebutuhan pengunjung. Nilai edukasi diangkat dalam workshop yang disediakan bagi para pengunjung untuk secara langsung melihat dan mempelajari budaya dan kesenian lokal. Pengunjung juga dapat menikmati kehidupan masyarakat lokal dengan memilih fasilitas akomodasi homestay yang tersebar dikawasan ini. Penggunaan jasa masyarakat lokal diutamakan untuk mendidik pola fikir masyarakat tentang pariwisata.
ABSTRACT
Lake Toba is one of the valuable natural heritage but underappreciated
by the public. With a remarkable history and its beauty, it is fitting legacy
developed into one international destination. One of the government's efforts to
introduce lake Toba to the world is registered the Toba caldera area in the project
of the UNESCO Geopark.
Engagement with The Water is raised as the theme of the design,
considering this project is closely related to the element of water. Specifically, this
project is the realignment of the Parbaba White Sand Beach area that is one area
in Lake Toba with unique characteristics. This area has a sizable tourist arrivals
but physically less manicured. In this structuring project, parbaba area will be
designed with the concept of Ecotourism which raised the locality as the main
selling points. At this area, retail will be reserved for local traders and culinary
area that supports the needs of visitors. Educational value raised in the workshop
that are provided for visitors to directly see and learn the local culture and arts.
Visitors can also enjoy the life of the local community by selecting homestay
accommodation facilities scattered in this area. The main goal of using local
community services is to educate local people about tourism mindset.
PROLOG
Pariwisata merupakan salah satu sektor mata pencaharian utama didaerah sekitar
danau Toba, dimana cakupan wisatawannya berasal dari dalam maupun luar
negeri. Nilai pariwisata yang dijual berupa sejarah, budaya lokal, dan keindahan
alam Danau Toba. Keunikan yang dimiliki Danau Toba sebagai danau kaldera
sangat berpotensi untuk dikembangkan. Kesadaran akan potensi inilah yang
mendorong pemerintah untuk mendaftarkan Danau Toba sebagai kawasan
Geopark.
Pengertian Geopark menurut kamus Oxford adalah area yang dipilih oleh
UNESCO yang memiliki satu atau lebih situs geologi penting tertentu,
dimaksudkan untuk melestarikan warisan geologi dan meningkatkan kesadaran
masyarakat, biasanya melalui pariwisata (A UNESCO-designted area containing
one or more sites of particular geological importance, intended to conserve the
geological heritage and promote public awareness of it, typically through
tourism).
Sumatera utara sendiri sangat identik dengan Danau Toba, namun perhatian yang diberikan ke Danau Toba itu sendiri sangat minim. Penataan kawasan danau toba secara keseluruhan masih tidak terarah dan perkembangan industri pariwisatanya juga cenderung lamban.
ABSTRAK
Danau toba merupakan salah satu warisan alam yang sangat berharga namun kurang dihargai oleh masyarakat luas. Dengan sejarahnya yang luar biasa dan keindahan yang dimilikinya, sudah sepatutnya warisan ini dikembangkan menjadi salah satu destinasi berskala internasional. Salah satu upaya pemerintah untuk memperkenalkan danau Toba kepada dunia adalah dengan mendaftarkan kawasan kaldera Toba dalam proyek Geopark dari UNESCO.
Engagement with The Water merupakan tema perancangan yang diangkat, mengingat proyek ini erat kaitannya dengan unsur air. Secara spesifik proyek ini merupakan penataan kembali kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba yang merupakan salah satu kawasan di Danau Toba dengan karakteristik unik. Kawasan ini memiliki kunjungan wisatawan yang cukup besar namun secara fisik kurang terawat. Dalam proyek penataan ini, kawasan parbaba akan didesain dengan konsep Ekowisata yang mengangkat lokalitas setempat sebagai nilai jual utama. Pada kawasan ini akan disediakan area retail bagi para pedagang lokal dan area kuliner yang mendukung kebutuhan pengunjung. Nilai edukasi diangkat dalam workshop yang disediakan bagi para pengunjung untuk secara langsung melihat dan mempelajari budaya dan kesenian lokal. Pengunjung juga dapat menikmati kehidupan masyarakat lokal dengan memilih fasilitas akomodasi homestay yang tersebar dikawasan ini. Penggunaan jasa masyarakat lokal diutamakan untuk mendidik pola fikir masyarakat tentang pariwisata.
ABSTRACT
Lake Toba is one of the valuable natural heritage but underappreciated
by the public. With a remarkable history and its beauty, it is fitting legacy
developed into one international destination. One of the government's efforts to
introduce lake Toba to the world is registered the Toba caldera area in the project
of the UNESCO Geopark.
Engagement with The Water is raised as the theme of the design,
considering this project is closely related to the element of water. Specifically, this
project is the realignment of the Parbaba White Sand Beach area that is one area
in Lake Toba with unique characteristics. This area has a sizable tourist arrivals
but physically less manicured. In this structuring project, parbaba area will be
designed with the concept of Ecotourism which raised the locality as the main
selling points. At this area, retail will be reserved for local traders and culinary
area that supports the needs of visitors. Educational value raised in the workshop
that are provided for visitors to directly see and learn the local culture and arts.
Visitors can also enjoy the life of the local community by selecting homestay
accommodation facilities scattered in this area. The main goal of using local
community services is to educate local people about tourism mindset.
BAB I
CERITA TENTANG GUNUNG DAN AIR
1. 1. Latar Belakang
Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan Studio perancangan terakhir
dalam masa pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa arsitektur USU
(profesi). Pada perancangan kali ini, diberikan tema umum “Symbiosis and
Sustainability” sebagai patokan dasar perancangan bagi seluruh peserta PA 6.
Tema ini diangkat sebagai upaya pengembangan idealisme perancangan arsitektur
mahasiswa tentang prinsip-prinsip keberlanjutan. Sebagai langkah awal, peserta
PA 6 diminta menuliskan essay mengenai tema perancangan dan mendapatkan
kelompok yang disesuaikan berdasar hasil essay.
Perancang bersama teman-teman sekolompok mendapat kesempatan
merancang Geopark di kawasan Kaldera Danau Toba. Lokasi ini dipilih karena
saat ini kaldera Toba yang berstatus Geopark Nasional memang dalam tahap
pengajuan sebagai salah satu anggota GGN (Global Geopark Network) UNESCO.
Dalam proses pengembangan Geopark Kaldera Toba (GKT), penataan
merupakan salah satu langkah penting yang perlu dilakukan, baik pada daerah
pariwisata maupun permukiman penduduk. Hal ini guna menjadikan kawasan
tersebut sebagai percontohan dan dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
sekitarnya. Karena itu penting untuk menerapkan tema symbiosis and
bukan hanya berupa mendirikan bangunan-bangunan baru tetapi lebih
mengutamakan aspek-aspek humanis dan alam.
1. 2. Gambaran Umum Danau Toba
Danau Toba merupakan danau yang terbentuk dari letusan supervolcano
(gunug api super) sekitar 74.000 tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian, ledakan
gunung toba ini mempengaruhi keadaan alam diseluruh dunia, dimana letusan ini
diperkirakan menyebabkan bumi gelap gulita selama beberapa hari. Letusan
gunung Toba ini terjadi dalam 3 tahap yang pada akhirnya membentuk wilayah
cekungan yang disebut dengan kaldera, dimana cekungan tersebut yang menjadi
Danau Toba sekarang ini. Ditengah-tengah Kaldera Toba sekarang ini terdapat
sebuah pulau yang terbentuk akibat pengangkatan (lifting-up) magma yang belum
keluar, yang saat ini disebut dengan Pulau Samosir. Sampai pada saat ini, masih
terdapat gunung aktif didalam danau toba yang diperkirakan masih dapat meletus
hingga saaat ini. Gunung Toba juga memilki anak gunung yaitu gunung sibayak.
Danau Toba sendiri terletak di Pulau Sumatera, 176 km kearah Selatan
Kota Medan. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia
Tenggara, dengan luas perairan sekitar 1.130 km2. Terdapat tujuh kabupaten yang
mengelilingi Danau Toba atau bisa dikatakan memiliki teritori yang termasuk
dalam wilayah kaldera toba, yaitu Kab. Samosir (merupakan kabupaten dengan
luas perairan terbesar karena berada ditengah-tengah Danau Toba), Kab. Tobasa,
Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab. Simalungun, dan Kab.
Karo. Mayoritas etnis penduduk disekitar Danau Toba adalah batak (berbagai
adalah bertani, berdagang, sebagai nelayan, dan juga pengelola sektor pariwisata
milik pribadi seperti pemilik penginapan, resataurant, dan fasilitas-fasilitas
pendukung lainnya. Secara karakter, masyarakat di sekitar daerah Danau toba
cenderung tidak perduli dengan keadaan Danau Toba itu sendiri. Mereka berada
pada lingkungan dengan panorama yang luar biasa namun pada umumnya mereka
hanya memanfaatkan hal tersebut sebagai lahan bisnis saja, bukan sebagai suatu
keuntungan wisata bagi diri mereka sendiri. Masyarakat seringkali
memperlakukan alam dengan sesuka hati dan tidak merawat apa yang telah
mereka miliki. Hal-hal seperti ini yang juga menjadi sasaran pengembangan
geopark, dimana masyarakat diajak untuk mencintai apa yang telah mereka miliki.
Dikawasan Danau Toba ini terdapat berbagai potensi-potensi yang luar
biasa baik dari segi alam, budaya, kesenian, maupun sejarahnya. Di pulau samosir
sendiri terdapat gunung Pusuk Buhit yang diyakini merupakan asal muaal suku
Batak. Pusuk buhit merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian lebih dari
1.800 m diatas permukaan Danau Toba. Pusuk Buhit dipercaya sebagai awal mula
alam semesta dan tempat dimana Mulajadi Nabolon (Tuhan Yang Maha Esa)
menampakkan diri. Dikaki gunung pusuk buhit ini terdapat desa Sianjur
Mulamula yang merupakan perkampungan pertama kelompok masyarakat batak.
Geopark sendiri adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur
geologi terkemuka (outstanding) termasuk nilai akeologi, ekologi dan budaya
yang ada didalamnya, dimana masyarakat setempat diajak berperan serta untuk
melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam (UNESCO, 2004). Geopark
Berdasarkan pedoman GGN (Global Geopark Network) UNESCO (2004), tujuan
Geopark adalah menggali, mengembangkan, menghargai, dan mengambil manfaat
dari hubungan erat antara warisan geologi dan segi lainnya dari warisan alam,
berupa budaya, dan nilai-nilai di area tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut,
sebuah Geopark harus memiliki batas-batas yang ditetapkan dengan jelas dan
memiliki kawasan yang cukup luas untuk pembangunan ekonomi lokal. Sehingga
didalam Geopark harus berlangsung sedikitnya tiga kegiatan penting, yaitu :
konservasi, pendidikan, dan geowisata. Dalam rangka perwujudan
pengembangan, penataan, dan pembangunan Geopark Kaldera Toba (GKT)
dibutuhkan sebuah rencana yang matang dengan melakukan
pembangunan-pembangunan yang tepat waktu. Pembangunan yang dimaksud tidak hanya berupa
pembangunan fisik, melainkan juga pembangunan secara sosial yang berguna
untuk menyejahterakan masyarakat.
Dari segi karakteristik yang dibutuhkan oleh suatu kawasan untuk dapat
masuk sebagai anggota GGN UNESCO, GKT memiliki peluang yang cukup
besar. Danau Toba memiliki panorama alam yang indah dengan danau yang luas
dan udara yang cukup sejuk (gambar 1. 2. 1). Di kawasan danau toba juga
terdapat berbagai potensi olahraga seperti paralayang (gambar 1. 2. 2) yang
memanfaatkan kontur dari bukit dan lembah di sekitar danau toba, dragon boat,
olahraga pantai (voli), jet ski, dll. Keunikan budaya toba sebagai asal muasal
bangso batak dengan kebudayaan yang masih sangat kuat dan masih dapat terlihat
dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi upacara adat, atraksi seni budaya, dan
Gambar 1.2.1 Pemandangan Danau Toba (sumber : lpse.samosirkab.go.id/eproc/)
Gambar 1.2.2 Paralayang di Danau Toba (sumber : lpse.samosirkab.go.id/eproc/)
Kegiatan pada minggu awal perancangan ini adalah memahami dan
menelusuri tema utama (Symbiosis and Sustainability) serta mencari usulan
fungsi secara garis besar pada geopark kaldera toba secara berkelompok.
Tugas-tugas ini dilakukan mengikuti jurnal yang telah dirancang oleh dosen kordinator,
namun terhenti karena pergantian sistem yang menyebabkan kondisi kelas
Berdasarkan pengerjaan tugas-tugas jurnal berkelompok tersebut ditarik
hubungan Urgensi Sustainability dalam ruang lingkup perancangan kawasan
pariwisata khususnya daerah kaldera Toba. Prinsip-prinsip pariwisata yang
berkelanjutan sendiri menurut UNWTO (The World Tourism Organization)
mengacu kepada pemanfaatan sumber daya lingkungan secara optimal yang
merupakan kunci dalam pengembangan pariwisata, membantu melestarikan
warisan alam dan keanekaragaman hayati. Kemudian pariwisata berkelanjutan
juga harus menghormati keaslian sosial-budaya masyarakat setempat dan
memberikan kontribusi dalam pemahamana antar budaya serta memberikan
manfaat sosial ekonomi bagi semua pemangku kepentingan, termasuk
memberikan pekerjaan yang stabil bagi masyarakat sekitar.
1. 3. Symbiosis and Sustainability
Secara umum Sustainable Architecture dapat diartikan sebagai sebuah
konsep dalam terapan bidang Arsitektur untuk mempertahankan sumber daya
alam agar bertahan lebih lama yang dapat juga dikaitkan dengan lingkungan
ekologis manusianya. Dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan
lahan, efisiensi penggunaan material, juga dalam hal efisiensi penggunaan
teknologi maupun pembuangan limbah. Sedangkan Symbiosis dapat diartikan
sebagai “interaksi antara dua mahkluk hidup yang berada diwilayah yang sama
dan hubungannya saling menguntungkan satu sama lain”. Sedangkan dalam
konteks Arsitektur, Symbiosis diterjemahkan menjadi pemandangan seni yang
mana bangunan yang dikembangkan pada masa kini harus menjadi warisan untuk
Menurut Kisho Kurokawa dalam bukunya Intercultural Architecture-The
Philosophy of Symbiosis (1991), Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan
ekologis yang memadukan beragam hal kontradiktif antara keragman satu dengan
keragaman lainnya. Seperti eksterior dengan interior, alam dengan teknologi,
masa lalu dengan masa depan, manusia dengan teknologi, dan manusia dengan
alam.
Dari pemaparan-pemaparan tersebut, dapat ditarik benang merah dari tema
umum Symbiosis and Sustainability dengan perancangan kawasan geopark itu
sendiri. Pada dasarnya penetapan suatu kawasan sebagai geopark dan penerapan
standar-standar geopark yang berlaku saja sudah merupakan perancangan yang
mengangkat isu Symbiosis and sustainability.
Untuk tema kelompok tugas perancangan ini dipilih “Ekowisata”.
Pemilihan tema ini didasari oleh eratnya kaitan antara fungsi Geopark dengan
potensi Pariwisata suatu kawasan. Selain itu, Ekowisata merupakan isu yang
akhir-akhir ini sering diangkat menjadi topik pembicaraan ataupun konsep yang
diusung oleh suatu pariwisata dalam rangka meningkatkan kualitas pariwisata
yang dimaksud. Secara tujuan, Geopark erat kaitannya dengan Ekowisata. Di
Indonesia sendiri sudah banyak terdapat berbagai jenis pariwisata yang
mengusung tema serupa dalam pelaksanaannya. Namun yang diharapkan pada
proyek ini adalah tema yang diangkat bukan hanya menjadi kulit luar proyek ini
saja, tetapi juga menjadi dasar dan pedoman pengembangan berkelanjutan dari
BAB II
MENCARI ARAH UNTUK MEMULAI
2. 1. Geopark
Geopark merupakan warisan geologi dengan potensi ilmiah, dan
outstanding (jarang memiliki pembanding di kawasan lain). Kawasan tersebut
menjadi satu kesatuan kawasan yang spesial dengan fungsi tidak hanya sebagai
area wisata tetapi juga sebagai sarana edukasi berupa kawasan lindung dan situs
pengembangan ilmu pengetahuan. Dibanyak tempat terdapat situ-situs wisata
yang telah menjadi kawasan Geopark berskala nasional namun tidak ataupun
belum diterima dalam skala internasional. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh
kawasan-kawasan tersebut berada dalam kawasan padat penduduk yang
didalamnya telah terdapat aktivitas-aktivitasa ekonomi (seringkali berupa
eksploitasi alam) yang walauun sudah mendapat izin dokumen lingkungan namun
tetap berpengaruh pada perubahan alam secara fisik, dimana hal ini sedikit banyak
bertentangan pada konsep geopark yang mengutamakan pelestarian alam.
Pemanfaatan sumberdaya alam sebagai warisan geologi menjadi sulit dilakukan
bahkan tidak direkomendasikan pada area tersebut.
Menurut Chris Woodley Stewart, manager geopark North Pennines AONB
Inggris, Geopark tidak hanya berbicara mengenai batuan saja, tetapi juga manusia.
Mereka menyatu, dan manusia dapat menikmati tatanan geologi di suatu daerah.
bagi ekonomi lokal, selain membantu orang untuk memahami perkembangan
bentang alam di daerahnya
Dalam perancangan, seorang arsitek membutuhkan sebuah perbandingan
untuk mendapatkan karya yang sesuai dengan standard jenis bangunan yang
dimaksud. Baik dari segi tema maupun proyek sejenis yang telah terbangun,
terlebih untuk kasus geopark yang masih asing bagi sebahagian umum orang. Di
dunia telah terdaftar 111 Geopark sebagai anggota resmi GGN (Global Geopark
Network) UNESCO dengan China sebagai penyumbang geopark terbanyak, yaitu
30 Geopark dan hingga saat ini Indonesia hanya memiliki 1 Geopark yang
terdaftar, padahal bisa dikatakan bahwa alam yang dimiliki Indonesia tidak kalah
bagus dengan negara-negara lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya
kepedulian Pemerintah dan masyarakat terhadap sektor pariwisata.
1. Hongkong Global Geopark
Salah satu Geopark yang cukup terkenal di China adalah Hongkong
Global Geopark of China (Gambar 2.1.1). Hongkong geopark ini meramu geopark
dalam geowisata yang menarik dan tetap edukatif bagi pengunjungnya. Hong
kong geopark membagi kawasannya menjadi 8 geo-area yang bisa dikunjungi
wisatawan. Masing-masing spot dijaga sedemikian rupa agar tidak terlalu banyak
terkontaminasi oleh manusia. Salah satunya dengan menerapkan sistem boat-tour,
dimana dengan fasilitas ini pengunjung dapat menikmati pemandangan dan tanpa
disadari telah meminimalisir dampak langsung manusia terhadap lingkungan
sekaligus tetapi menjaga keselamatan pengunjung.
Gambar 2.1.2 Makanan-makanan yang disediakan bertema Geopark (sumber: www.globalgeopark.com)
Untuk mendorong partisipasi masyarakat lokal, geopark bekerja
sebagai fasilitator untuk membantu restoran lokal membuat beberapa hidangan
geologi bagi pengunjung (Gambar 2.1.2). Hal ini dapat memperkaya pengalaman
turis, serta meningkatkan perekonomian lokal. Kemudian pengelola geopark juga
memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi mitra
pendukung dengan mengikuti syarat yang diberlakukan. Pada geopark ini juga
diusung wisata edukasi yang mendukung prinsip Ecotourism. Seluruh kegiatan
sarana edukasi bagi para pengunjungnya. Wisatawan diajak untuk berperan
langsung dalam menjaga warisan alam yang telah ada. Kemudian disediakan juga
fasilitas seperti Rock Classroom (Gambar 2.1.3) yang bertujuan mengedukasi
anak-anak tentang bebatuan dan geo-konservasi. Kelas ini bekerjasama dengan
sekolah-sekolah yang berada disekitar wilayah Hongkong geopark.
.
Gambar 2.1.3 Rock Clssroom (sumber : www.globalgeopark.com)
2. Papuk Geopark
Gambar 2.1.4 Krka National Park (sumber: www.papukgeopark.com)
Papuk Geopark ini berada di kroasia yang diproklamasikan sebagai
kawasan hutan lindung pada tahun 1999. Pada geopark ini terdapat beberapa area
Pada kawasan ini banyak terdapat bangunan-bangunan bersejarah peninggalan
Roma dan Turki pada abad pertengahan. Secara geologi Papuk Geopark juga
memiliki keunikan karena terletak dalam zona tabrakan macroplates Afrika dan
Eurasia yang menyebabkan karakteristisk unik dari struktur geologi di seluruh
area geopark. Bebatuan yang terdapat didaerah geopark sendiri merupakan batu
tertua yang terdapat di Kroasia.
Papuk geopark menyediakan berbagai penawaran yang dapat
dieksplorasi oleh pengunjung berupa cultural and historical heritage, wildlife and
habitats yang berupa wisata alam padang rumput, danau dan sungai (Gambar
2.1.4), berbagai jenis hutan, dan alam bawah tanah. Semua potensi-potensi
tersebut masih dijaga keasliannya. Papuk Geopark juga menyediakan
aktivitas-aktivitas lain seperti sepeda gunung, hiking, geocaching, paragliding, sport
climbing, horseback riding, dan visiting the caverns.
2. 2. Danau Toba
Secara garis besar proyek Geopark Kaldera Toba ini bertujuan mengangkat semua
potensi-potensi yang berada ditujuh kabupaten yang termasuk dalam teritori
kaldera toba. Sebagai langkah awal, dilakukan pendataan mengenai keadaan
geografis dari Danau Toba itu sendiri.
1. Letak Geografis dan Luas Danau
Danau toba terletak di pulau Sumatera yang berlokasi 176 Km ke arah Selatan
kota Medan. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia serta Asia
tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 dpl, dan daerah
1.103 km2, dengan kedalaman maksimal danau 529 m. Total luas Daerah
Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 km2.
2. Iklim
DTA Danau Toba juga termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Hal
ini berakibat bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) yang juga berturut-turut
pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan,
sedangkan bulan kering (Curah Hujan 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3
bulan.
3. Curah Hujan
Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air
Danau Toba berkisar antara 1.700 - 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim
hujannya terjadi pada bulan November-Desember dengan cakupan curah hujan
antara 190-320 mm/bulan dan juga puncak musim kemarau terjadi selama bulan
Juni - Juli dengan curah hujan berkisar 54-151 mm/bulan.
4. Suhu dan Kelembapan Udara
Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 - 19,7 oC di Balige dan
antara 21,0 - 20,0 oC di Sidamanik. Sedangkan angka kelembaban tahunannya
berkisar antara 79 - 95 %. Pada musim kemarau kelembapan udara cenderung
agak rendah apabila hal ini dibandingkan musim hujan. Evaporasi bulanan di
EKDT ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama
musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim-musim hujan.
5. Hidrologi
a. Air hujan yang langsung jatuh ke danau
b. Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau.
Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan. Daerah aliran sungai
(Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub DAS. Total jumlah sungai
yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai. Dari Pulau Samosir adalah 112
sungai dan dari daerah Tangkapan Air lainnya adalah 117 sungai. Dari 289 sungai
itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa 222 sungai lagi adalah
sungai musiman (intermitten).
6. Topografi
Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan,
dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan(0-8%) seluas
703,39 Km2, landai (8-15%) seluas 791,32 Km2, agak curam (15-25%) seluas
620,64 Km2, curam (25-45%) seluas 426,69, sangat curam sampai dengan terjal
(> 45%) seluas 43,962 Km2.
Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri dari
hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang, dan kebun campuran,
semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan, dan lahan terbuka
(permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).
7. Fungsi dan Manfaat Danau Toba
a. Cadangan Air (Air Baku Air Minum)
Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai air baku air
minum
Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat
berpotensi sebagai objek wisata
c. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
PLTA memproduksi energy listrik 450 MW yang diperoleh dari sumber daya air
Danau Toba.
d. Sarana transportasi di kawasan Danau Tobadimanfaatkan sebagai sarana
transportasi di kawasan danau
e. Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
8. Batas-Batas Pada Site
Daerah yang termasuk dalam lingkup site Geopark Kaldera Toba adalah Kab.
Samosir, Kab. Tobasa, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbahas, Kab. Dairi, Kab.
Tanah Karo, Kab. Simalungun
2. 3. Potensi-potensi Pariwisata
Sebagai tahap awal perancangan, perancang dan tim mengumpulkan
data dari ketujuh kabupaten yang berada diwilayah kaldera Toba tersebut. Data
yang dicari berupa gambaran umum, potensi-potensi pariwisata, akses dan
Gambar 2.3.1 Peta Wilayah Kaldera Toba
1. Kab. Samosir
Ibu Kota : Pangururan
Luas : 254.715 Ha
Kabupaten ini berada diketinggian 700 s/d 1.995 meter di atas permukaan laut.
Samosir terdiri dari Kec. Harian, Kec. Nainggalon, Kec. Onan Runggu, Kec.
Palipi, Kec. Pangururan, Kec. Ronggur Nihuta, Kec. Sianjur Mulamula, Kec.
Simanindo, Kec. Sitiotio
2. Kab. Tobasa (Toba Samosir)
Ibu Kota : Balige
Luas : 2.021,81 km2
Kab. Tobasa berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan, ketinggian 300-2.200 m dpl.
Tobasa terdiri dari Kecamatan Balige, Kecamatan Tampahan, Kecamatan
Laguboti, Kecamatan Habinsaran, Kecamatan Borbor, Kecamatan Nassau,
Kecamatan Silaen, Kecamatan Sigumpar, Kecamatan Porsea, Kecamatan Pintu
Pohan Meranti, Kecamatan Siantar Narumonda, Kecamatan Parmaksian,
Kecamatan Lumban Julu, Kecamatan Uluan, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan
Bonatua Lunasi.
Gambar 2.3.5 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Toba Samosir
3. Kab. Tapanuli Utara
Ibu Kota : Tarutung
Luas : 3.800,31 Km2
Luas dataran : 3.793,71 Km2
Luas perairan Danau Toba : 6,60 Km2
Ketinggian : 300-1500 m dpl
Tapanuli Utara terdiri dari Kecamatan Muara, Siborongborong Pagaran,
Parmonangan, Sipahutar, Pangaribuan, Garoga, Sipoholon, Tarutung, Siatas
Gambar 2.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara
Gambar 2.3.7 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Tapanuli Utara
4. Kab. Humbahas
Luas : 2.335,33 km2
Humbahas terdiri dari Kecamatan Baktiraja, Dolok Sanggul, Lintong Nihuta,
Onan Ganjang, Pakkat, Paranginan, Parlilitan, Pollung, Sijama Polang,
Tarabintang
Gambar 2.3.8 Kabupaten Humbahas
5. Kab. Simalungun
Ibu Kota : Kecamatan Raya
Luas : 4.386,60 Km2
Simalungun terdiri dari Kecamatan Bandar, Bandar Huluan, Bandar Masilam,
Bosar Maligas, Dolok Batunanggar, Dolok Panribuan, Dolok Pardamean, Dolok
Silau, Girsang Sipangan Bolon, Gunung Malela, Gunung Maligas, Haranggaol
Horison, Hatonduhan, Huta Bayu Raja, Jawa Maraja Bah Jambi, Jorlang Hataran,
Panei, Panombeian Panei, Pematang Bandar, Pematang Sidamanik, Pematang
Silima Huta, Purba, Raya, Raya Kahean, Siantar, Sidamanik, Silau Kahean,
Silimakuta, Tanah Jawa, Tapian Dolok, Ujung Padang.
Gambar 2.3.11 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Simalungun
6. Kabupaten. Dairi
Ibu Kota : Sidikalang
Luas : 1927,8 km2
Dairi terdiri dari Kecamatan Berampu, Kec. Gunung Sitember, Kec. Lae Parira,
Kec. Parbluuan, Kec. Pegagan Hilir, Kec. Sidikalang, Kec. Siempat Nempu, Kec.
Siempat Nempu Hilir, Kec. Siempat Nempu Hulu, Kec. Silahisabungan, Kec.
Silima Pungga-pungga, Kec. Sitinjo, Kec. Sumbul, Kec. Tanah Pinem, Kec.
Tigalingga
Gambar 2. 3.13 Potensi dan Akses Pariwisata Kab. Dairi
7. Kabupaten. Karo
Ibu Kota : Kabanjahe
Luas : 2127,25 km2
Dairi terdiri dari Kecamatan Barusjahe, Kec. Merek, Kec. Berastagi, Kec.
Munthe, Kec. Dolat Rayat, Kec. Naman Teran, Kec. Juhar, Kec. Payung,
Kec. Kabanjahe, Kec. Simpang Empat, Kec. Kuta Buluh, Kec.
Tigabinanga, Kec. Laubalen, Kec. Tiganderket, Kec. Mardingding, Kec.
Gambar 2.3.14 Kab. Karo
Gambar 2.3.16 Keterangan Simbol pada Matriks
Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam menentukan potensi
dari masing-masing kabupaten, maka diangkat beberapa kandidat potensi dengan
peluang berkembang yang cukup besar dalam jangka waktu dekat (gambar 2.4).
Masing-masing kabupaten memiliki keunggulan dalam bidang pariwisata, namun
untuk kebutuhan pengajuan geopark, dibutuhkan spot-spot yang benar-benar
lokal, outstanding, dan dapat mencerminkan eksistensi danau toba di mata dunia.
Pemilihan harus disertai alasan yang logis dan didukung dengan rencana
pengembangan yang berkelanjutan. Hal pertama yang diharapkan dari spot yang
akan dipilih pada proyek ini adalah site harus berada ditepi danau toba sehingga
nantinya setiap rancangan yang akan keluar dapat berinteraksi secara fisik dengan
Gambar 2.4. Peta Potensi Kaldera Toba
Perancang bersama tim memilih 4 spot dari beberapa potensi-potensi
pariwisata yang menjadi kandidat site untuk diangkat menjadi perhatian utama
dalam proyek kaldera toba ini (gambar 2.5). Masing-masing perancang
mendapatkan proyek mikro yang akan dirancang secara spesifik. Spot yang dipilih
adalah Pantai pasir putih parbaba, kawasan hotspring Pangururan, Danau
Sidhioni, dan Air terjun Sipiso-piso seperti yang ditunjukkan pada gambar
Gambar 2.5 Peta Potensi Utama Pengembangan Kaldera Toba
Keempat spot ini memiliki unsur air yang unik, tanpa bermaksud
mengesampingkan spot-spot wisata lainnya. Air terjun Sipiso-piso merupakan
salah satu air terjun yang dikenal banyak orang karena keindahannya, Pantai pasir
putih parbaba dengan bibir pantai berpasir yang landai dan berada pada perairan
danau toba yang dangkal, Danau Sidhioni sebagai danau diatas danau yang
memiliki keunikan sendiri meskipun tidak berbatasan langsung dengan danau
toba, dan yang terakhir kawasan hotspring dengan sumber air panas yang terletak
dikaki gunung pusuk buhit.
Perancang sendiri mendapat bagian Penataan Pantai Pasir Putih
Parbaba dimana kondisi sekarang ini sangat semrawut meskipun spot ini
merupakan salah satu primadona dikawasan danau Toba.
Parbaba sendiri merupakan sebuah desa di kec. Pangururan yang
terkenal dengan pantai pasir putihnya. Lokasinya kurang lebih 25 km dari Tomok,
terletak diantara permukiman penduduk dengan fasilitas-fasilitas umum seperti
Toilet, Souvenir shop, Rumah Makan, dan Penginapan sudah tersedia didalam
kawasan ini. Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara Pantai parbaba
beberapa tahun yang lalu dengan kondisi sekarang ini. Pada awalnya kawasan ini
benar-benar memiliki pantai dengan pasir putih yang terhampar luas, sehingga
pengunjung bisa bermain pasir dengan leluasa. Kawasan ini juga dulunya banyak
dikunjungi oleh turis-turis asing yang menghabiskan waktunya dengan berjemur,
bermain volly, dan berenang. Namun seiring perjalanan waktu, keadaan berubah
dengan drastisnya. Kawasan ini semakin dikenal oleh turis lokal (gambar 2.8)
namun dijauhi turis asing karena keadaannya yang tidak terawat. Berangkat dari
kondisi ini, maka penulis mendesain parbaba dengan idealisme akan kawasan
pantai yang bersahabat dengan pengunjung sekaligus dapat memenuhi kebutuhan
[image:51.595.114.515.453.659.2]penggunanya.
Eksisting Site :
[image:52.595.226.400.280.400.2]Gambar 2.7 Pantai sebagai arena pertunjukkan (sumber : tobatourismboards.blogspot.com)
Gambar 2.8 Aktivitas di sekitar pantai (sumber : www.medandailybisnis.com)
[image:52.595.227.399.453.569.2]Gambar 2.10 Gazebo utama didalam kawasan pantai (sumber : adelinatampubolon.wordpress.com)
Dalam proses desain, perancang menggunakan studi banding dalam
rangka menentukan idealisme dari sebuah pantai. Studi banding yang digunakan
adalah Virginia Beach Boardwalk. Kawasan pantai ini dirancang untuk
memudahkan pengunjungnya (gambar 2.11). Tersedia parkir disepanjang
boardwalk dan juga fasilitas-fasilitas seperti museum laut, cafe, penyewaan
sepeda dengan jalur sepeda yang terpisah dari kendaraan (gambar 2.12),
pertunjukan musik, toilet, dll. Kawasan ini juga ramah bagi penyandang disability
dengan menyediakan ramp yang dapat langsung menuju pantai. Selain itu,
informasi pariwisata yang ditawarkan hingga jalur parkir yang tersedia juga
[image:53.595.227.400.91.201.2]dikemas secara lengkap dan informatif.
Gambar 2.12 Pantai dengan jalur sepeda dan kendaraan yang berbeda (sumber :www.visitvirginiabeachs.com)
Gambar 2.13 Konsep Berkelanjutan Kawasan pada Pantai
Penataan pantai parbaba ini mengusung konsep Pariwisata
Berkelanjutan (gambar 2.13) dengan memperhatikan aspek manusia, lingkungan,
dan ekonomi. Pada kawasan ini terdapat eksisting fungsi wisata budaya, olahraga,
wisata air, dan area memancing. Pengembangan fungsi yang berbasis pada
pariwisata berkelanjutan tersebut menghasilkan kawasan yang memiliki fungsi
berupa :
1. Wisata Alam : Aktivitas air (boat, jetski, dll.), Pemancingan, dan Voli
2. Wisata Budaya : Revitalisasi kampung batak, mendirikan kantor
pengelola/pusat informasi, amphiteater
3. Transportasi : Dermaga pariwista
4. Hospitality : Homestay
5. Fasilitas Umum : Toilet, Mushalla, Pusat wisata kuliner dan souvenir
shop.
[image:55.595.279.513.277.560.2]Blockplan rancangan :
Gambar 2.14 Blockplan perancangan kawasan pantai parbaba
Untuk ketiga spot lainnya, pengembangan juga dilakukan
berdasarkan analisa masing-masing perancang sehingga menghasilkan blockplan
Gambar 2.15 Blockplan perancangan kawasan Air Terjun Sipiso-piso
Gambar 2.17 Blockplan perancangan kawasan Hotspring
Preview I pada dasarnya merupakan evaluasi data yang dikumpulkan dan
bagaimana menentukan langkah kedepan berikutnya. Pada preview I ini banyak
diterima kritik dan saran dari dosen penguji dan juga dosen pembimbing.
Permasalahan utama dari preview I adalah alasan pemilihan site tidak memilki
dasar yang jelas. Dosen penguji meminta perancang dan tim untuk merevisi
kembali site yang telah ditetapkan. Hal ini berguna untuk membangun konsep
kawasan proyek yang jelas nantinya. Durasi yang terbatas menyebabkan banyak
hal tidak tersampaikan dalam presentasi. Hal ini menyebabkan sulitnya
komunikasi antara penguji dan tim, dimana dosen penguji menganggap bahwa
Untuk pembahasan tentang geopark sendiri pada preview I dirasa masih sangat
kurang. Tim cenderung terlalu fokus pada penggalian potensi, sehingga
mengabaikan beberapa pembahasan penting lain seperti studi banding, pemilihan
tema, dan output desain yang terkesan terlalu memaksa. Pada dasarnya bahan
untuk penjelasan materi yang bersangkutan telah dipersiapkan oleh tim, namun
tidak dijelaskan dalam presentasi.
Pada preview I ini para dosen penguji mengingatkan agar perancang
dan tim berani keluar dari zona nyaman kelas Perancangan Arsitektur selama ini,
dimana selalu ada output bangunan baik itu bangunan tinggi maupun bentang
lebar sebagai hasil akhir. Mereka menyarankan untuk lebih memberikan perhatian
pada konsep penataan secaa menyeluruh dan skenario pariwisata sehingga fungsi
dari geopark ini secara keseluruhan dapat terlihat.
Proyek geopark ini memiliki permasalahan dalam eksekusi pemilihan
site. Setelah melakukan diskusi dengan dosen pembimbing, akhirnya didapatkan
cara memilih site berdasarkan data potensi yang telah dikumpulkan.dengan sistem
over layer. Sistem ini dilakukan dengan mengumpulkan potensi-potensi tiap
kabupaten dan mengelompokkan potensi-potensi yang berada dalam kawasan
berdekatan. Pada awalnya potensi-potensi yang telah didaftar dimasukkan
kedalam peta ketujuh kabupaten dalam rupa simbol (gambar 2.18), sehingga
didapat area terpilih yang memilki simbol terbanyak yang berkumpul dalam satu
kawasan (gambar 2.19). Site yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah
kecamatan Pangururan, kabupaten Samosir dan juga kawasan disekitarnya.
Pangururan, selanjutnya secara bertahap keseluruhan daerah yang dicakup oleh
Geopark Kaldera Toba akan dikembangkan, sehingga tujuan menjadikan kawasan
Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Sumatera Utara dapat tercapai
[image:59.595.144.486.193.699.2]dengan baik.
Gambar 2.18 Potensi pada tiap Kabupaten
Dilihat dari gabungan peta overlayer secara keseluruhan (gambar
2.19), letak keberagaman potensi yang paling banyak berada di kabupaten
Samosir, kec. Pangururan. Penerapan konsep Ecotourism yang mungkin
dilaksanakan pada site terpilih ini adalah :
1. Konservasi
a. Konservasi alam
Pembagian daerah-daerah yang berpotensi sebagai daerah pariwisata dan
pusat penelitian atau perlindungan
Pengaturan Transportasi dan akses guna meminimalisir dampak negatif
manusia terhadap lingkungan.
Mewadahi kegiatan formal berupa penelitian yang diselenggarakan suatu
lembaga
b. Konservasi Budaya
Pelaksanaan Kegiatan-kegiatan kebudayaan secara rutin
Memberikan tanda-tanda spesifik untuk setiap potensi budaya, kesenian,
maupun sejarah yang terdapat di kawasan Geopark
Menyediakan pusat kebudayaan dan kesenian
2. Partisipasi Lokal
Menggunakan jasa penduduk setempat sebagai staf/karyawan tetap
geopark
Menggunakan perumahan warga sebagai salah satu bentuk akomodasi
resmi dari Geopark (Homestay)
Memberikan sosialisasi/pelatihan kepada masyarakat umum tentang
konservasi dan ekowisata
Membuka kelas bagi anak-anak (lokal maupun turis) untuk mempelajari
lebih lanjut mengenai Geopark
4. Wisata
Menyediakan pusat informasi pariwisata resmi yang dapat dengan mudah
diakses wisatawan
Mengembangkan potensi wisata air yang dimiliki kawasan geopark ini
dengan tetap berkiblat pada prinsip ekowisata
Menyediakan sarana-sarana pendukung bagi kegiatan yang sudah ada
dikawasan ini.
Memfasilitasi infrastruktur yang sesuai dengan potensi pariwisata
5. Ekonomi Berkelanjutan
Bekerja sama dengan masyarakat untuk mengangkat kuliner atau produk
lokal yang berhubungan dengan geologi
Menyediakan pasar untuk petani lokal dimana produk-produk yang dijual
diberikan label dari pihak geopark sebagai bentuk kontrol terhadap pasar
dan sekaligus dapat memaksimalkan keuntungan.
Bekerjasama dengan pihak lain dalam penyediaan dana dan akomodasi
Gambar 2.20 Konsep Makro Penataan Pangururan
Setelah menentukan gambaran umum (gambar 2.20) mengenai
pengembangan kawasan pangururan dan sekitarnya, perancang dan tim membagi
berbagai fungsi sesuai dengan konsep ecotourism yang telah dibahas. Site pada
masing-masing fungsi ditentukan sendiri sebagai lahan percontohan bagi
lingkungan sekitarnya. Adapun fungsi-fungsi yang diajukan adalah Perancangan
signage, tong sampah, gerbang tano ponggol, penataan sungai tano ponggol,
souvenir shop/local craftsmanship, gantole, beachsports, penataan hotspring,
dermaga, homestay, peletakan toilet umum, shelter di area kebun raya samosir,
pasar tradisional, gallery geopark, taman kota, shelter hiking, jogging dan
bicycling track, agricultural field, area pemancingan, museum sejarah dan budaya,
bangunan riset dan edukasi, area kuliner, green walk, dan rekreasi air.
Perancang sendiri mendapat fungsi penataan hotspring pangururan,
perancangan paralayang, dermaga, agricultural field, dan shelter pada kawasan
kebun raya. Pada tahap persiapan preview II, dilakukan survey guna mendapatkan
data yang lebih spesifik dan melihat kondisi site secara langsung.
Pada preview II, keluaran desain dari usulan fungsi berupa siteplan
masing-masing fungsi. Desain berangkat dari data yang diperoleh saat survey
dengan memenuhi kriteria Need, Context, dan Form.
1. Agricultural Field
a. Needs
Agricultural Field berupa kebun/persawahan yang memanfaatkan
sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan,
bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
hidupnya
(sumber :biotakson.blogspot.com)
Pertanian dan perkebunan didaerah samosir kurang berkembang
dikarenakan hasilnya tidak memiliki kualitas sebaik perkebunan didaerah lain.
Agricultural field ini berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan bertani
bagi masyarakat samosir, sehingga sistem pertanian dan perkebunan yang baik
Tabel 2.1 Kebutuhan ruang Agricultural Field Aktivitas Pengguna :
Gambar 2.21 Flowchart Aktivitas Pengguna Agricultural Field
b. Context
Gambar 2.22 Site Agricultural Field
Batas-batas site :
Timur : Jalan (Gambar 2.23)
Pengguna Kebutuhan Ruang
Pengunjung/Turis Lahan Agrikultural
- Lokal(Individu/kelompok) Visitor Center
- Mancanegara Cafetaria
Kelompok Wisata Pasar (dibuka pada waktu
tertentu)
Karyawan Parkir
[image:64.595.239.387.499.650.2]Barat : Jalan setapak dan lahan penduduk
Utara : Jalan
Selatan : Lahan Penduduk
Sebagian eksisting site merupakan lahan pertanian (Gambar 2.23b), lahan
memiliki kontur yang tidak terlalu curam, dan lokasinya tidak jauh dari danau
sidhioni. Lokasi ini dipilih mengingat eksistensi danau sidhioni yang sudah cukup
terkenal, sehingga pada perjalanan wisata pengunjung menuju sidhioni, mereka
juga sekaligus dapat menikmati wisata edukasi. Akses menuju lokasi ini bisa
dilalui roda dua ataupun roda empat, namun kondisi jalan kurang baik, terdapat
beberapa bagian jalan yang rusak.
(a) (b)
Gambar 2.23 Kondisi Site
c. Form
Agricultural field ini direncanakan akan diolah oleh organisasi masyarakat
setempat guna memberikan edukasi bertani yang baik pada para petani disekitar
kawasan tersebut. Pada fungsi ini diterapan system penanaman organik untuk
meminimalisir penggunaan pupuk yang menguntungkan dari segi ekonomi dan
Gambar 2.24 Siteplan Agricultural field
Gambar 2.25 View lahan persawahan
2. Hotspring
a. Needs
Di kaki gunung pusuk buhit terdapat sumber mata air panas yang saat ini diolah
masyarakat sebagai kawasan pariwisata. Hotspring Pangururan merupakan
destinasi wisata yang cukup populer dikalangan turis lokal. Penataan kawasan ini
penting dilakukan tidak hanya untuk menambah kuantitas kunjungan wisatawan
Tabel 2. 2 Kebutuhan ruang Hotspring Aktivitas Pengguna:
Gambar 2.26 Flowchart Aktivitas Pengguna Hotspring
b. Context
Gambar 2.27 Site Hotspring
Batas-batas site :
Timur : Pemandian Air Panas (Gambar 2.28a)
Barat : Bukit Sulfur (Gambar 2.28b)
Utara : Jalan Pangururan
Selatan : Bukit Sulfur (Gambar 2.28c)
Pengguna Kebutuhan Ruang
Pengunjung/Turis Kolam/bilik Pemandian
- Lokal(Individu/kelompok) Ruang Ganti
- Mancanegara Cafetaria
Kelompok Wisata KM/WC
Luas site ± 24.778 m2 (Gambar 5.8) dan site berada didaerah yang berkontur.
Eksisting site merupakan area pemandian air panas milik masyarakat yang
dikelola secara mandiri.
(a) (b)
[image:68.595.120.512.166.467.2](c)
Gambar 2.28 Batas Site
c. Form
Hotspring ini didesain memiliki pengguna yang berbeda-beda ditiap unitnya. Hal
ini untuk menciptakan suasana yang berbeda bagi para pengunjungnya. Tersedia
kolam khusus pria, wanita, dan juga kolam umum. Untuk mencapai unit-unit
pemandian, pengunjung bisa menggunakan cady car, bersepada, atau berjalan
Gambar 2.29 Siteplan Hotspring
Gambar 2.30 View kawasan hotspring
3. Paralayang
a. Needs
Paralayang adalah olahraga yang mengandalkan ketinggian lahan dan arah
angin. Di Indonesia potensi perkembangan paralayang cukup pesat. Selain
destinasi pariwisata. Pada kawasan geopark ini direncanakan arena paralayang
[image:70.595.234.392.267.416.2]untuk menunjang jumlah wisatawan Geopark Kaldera Toba ini.
Tabel 2. 3 Kebutuhan ruang Paralayang Aktivitas Pengguna:
Gambar 2.31 Flowchart Aktivitas Pengguna Paralayang
b. Context
Gambar 2.32 Site Paralayang
Pengguna Kebutuhan Ruang
Pengunjung/Turis Lokasi terbang
- Lokal(Individu/kelompok) Lokasi Pendaratan
- Mancanegara Visitor center
Kelompok Wisata Parkir
[image:70.595.223.404.480.612.2]Gambar 2.33 Jalur terbang Paralayang
Batas-batas site :
Timur : Perumahan warga
Barat : Terusan tano ponggol
Utara : Perumahan warga
Selatan : Ladang penduduk
Luas site ± 17.787 m2 akses kendaraan menuju site melalui jalan tele. Take-off
area berada diketinggian 1255 mdpl (Gambar 2.34a), sedangkan landing area
berada diketinggian 910 mdpl (Gambar 2.34b).
(a) (b)
Gambar 2.34 (a)Take-off area, (b)Landing area
c. Form
Melalui aktivitas paralayang ini, pengunjung dapat menikmati keindahan danau
Gambar 2.35 Masterplan Paralayang
(a) (b)
Gambar 2.36 (a)Take-off area, (b)Landing area
4. Dermaga
a. Needs
Bisa dikatakan bahwa kapal merupakan salah satu transportasi utama dipulau
Samosir. Namun kenyataannya tidak ada satupun dermaga yang cukup
representatif di samosir. Di pangururan sendiri terdapat beberapa dermaga yang
kondisinya terbengkalai. Untuk dermaga yang didesain ini memiliki fungsi utama
sebagai pendukung sektor pariwisata.
Pengguna Kebutuhan Ruang
Pengunjung/Turis Loket
- Lokal(Individu/kelompok) Dermaga tambat
- Mancanegara Parkir
Tabel 2. 4 Kebutuhan ruang Dermaga Aktivitas Pengguna:
Gambar 2.37 Flowchart Aktivitas Pengguna Dermaga
b. Context
Eksisting site merupakan dermaga dikawasan Parbaba, dimana dermaga sudah
tidak aktif dan tidak representatif. Pemungutan biaya parkir dan kontribusi juga
tidak tersistem dengan baik.
Gambar 2.38 Site Dermaga
Batas-batas site :
Timur : Lahan kosong
Barat : Danau Toba
Utara : Pantai pasir putih
Selatan : Rumah penduduk
[image:74.595.134.488.139.409.2]
Gambar 2.39 Keadaan dermaga
c. Form
Dermaga pariwisata ini tergolong dalam skala kecil, dimana dari segi kuantitas
aktivitas yang dilalui belum terlalu padat. Pada dermaga ini disediakan dermaga
tambat bagi kapal fery penumpang dan kendaraan. Selain itu dermaga ini juga
memiliki akses langsung dengan pantai parbaba yang bertujuan untuk
Gambar 2.40 Siteplan Dermaga
Gambar 2.41 View Dermaga
5. Shelter Kebun Raya Samosir
a. Needs
Shelter merupakan tempat singgah bagi para pengunjung/turis. Shelter seperti ini
diperlukan dalam cakupan kawasan yang luas, misalnya saja Kebun Raya
Samosir. Pada shelter ini pengunjung dapat beristirahat dan mendapatkan
Tabel 2. 5 Kebutuhan ruang Shelter Aktivitas Pengguna:
Gambar 2.42 Flowchart Aktivitas Pengguna Shelter
b. Context
Luas site per unit homestay : 187 m2 dengan kondisi sekitar dikelilingi
pepohonan. Sistem pengolahan kebun raya saat ini sendiri kurang tersistem
dengan baik. Shelter ini direncanakan akan diletakkan pada beberapa titik
dikawasan kebun raya samosir.
Gambar 2.43 Site Shelter
Pengguna Kebutuhan Ruang
Pengunjung/Turis Bangku Istirahat
- Lokal(Individu/kelompok) Papan Informasi