Membina Hubungan,
Mendukung Pertumbuhan
120 140 30 38 42 48 Manajemen Risiko Sumber Daya Manusia Jaringan dan Operasi Teknologi Informasi 54 60 64 69 74 114
Cerita Nasabah Tentang BCA Fokus Kegiatan Usaha BCA Tonggak Sejarah
Ikhtisar Data Keuangan Ikhtisar Saham
Laporan Presiden Komisaris Laporan Presiden Direktur
2 6 8 10 13 14 20
Pendahuluan Pendukung Bisnis
Tinjauan Tata Kelola Perusahaan Data Perusahaan
Tinjauan Bisnis
Tinjauan Keuangan
Daftar Isi
Visi
Misi
Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan
sebagai pilar penting perekonomian Indonesia
• Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian
pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan
perseorangan
• Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan
layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan
optimal bagi nasabah
• Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA
Perbankan Cabang Perbankan Korporasi Perbankan Individual Perbankan Tresuri dan Internasional
Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pembahasan Hasil Kinerja Keuangan
Membina Hubungan,
Mendukung Pertumbuhan
Keberhasilan BCA dalam mempertahankan pertumbuhan
usaha merupakan hasil kerja keras dan dedikasi dari
seluruh karyawan serta ditopang oleh pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang kokoh. Dengan tetap bertumpu
pada bisnis inti sebagai bank transaksi, BCA terus
mengembangkan portofolio kredit dan membangun
inisiatif bisnis lainnya yang saling melengkapi, serta
senantiasa menyempurnakan kualitas layanannya. Semua
upaya ini menjadi landasan bagi BCA dalam membina
hubungan dengan para nasabah serta menjalin hubungan
jangka panjang dengan nasabah-nasabah baru. Melalui
sistem dan layanan perbankan yang andal dan aman
serta beragam layanan produk keuangan, BCA berada di
lini depan dalam mendukung kebutuhan keuangan dan
pertumbuhan setiap nasabah
Cerita Nasabah Tentang BCA
BCA senantiasa berupaya mendukung
nasabah beserta keluarga dan
usahanya untuk dapat terus tumbuh.
Ragam produk dan layanan yang terus
berkembang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin kompleks dari
para nasabah kami. Merupakan suatu
kehormatan besar bagi BCA dapat
melayani nasabah dan membantu mereka
untuk mencapai kesejahteraan
Teddy Gunawan & Baba Sandiko (Eko)
Ayah dan Anak. Pengusaha garmen di pasar Tanah Abang, salah satu pusat grosir di Jakarta - Indonesia.
Layanan Berkelanjutan
Sepanjang Waktu
Bisnis keluarga kami di bidang perdagangan pakaian (garmen) terbantu oleh BCA. Selama berpuluh-puluh tahun, toko kami di pusat tekstil dan garmen Tanah Abang telah tumbuh seiring bertambahnya layanan perbankan BCA yang kami gunakan dari waktu ke waktu. Fasilitas kredit BCA sangat mendukung bisnis kami, dengan perputaran omset yang cepat dan besar.
Sebagai seorang pengusaha, saya merupakan nasabah setia BCA Prioritas, karena menekankan kedekatan hubungan, yang begitu saya hargai. Saya senantiasa memanfaatkan jaringan cabang dan ATM BCA yang sangat luas untuk bertransaksi, baik untuk keperluan bisnis maupun pribadi. Saya juga merupakan salah satu nasabah BCABIZZ di
area Tanah Abang yang pertama kali menggunakan layanan penjemputan uang tunai (cash pick
up), yang menurut saya sangat memberikan
kemudahan. Sementara itu, anak saya, Eko, sering bertransaksi dengan KlikBCA, yang merupakan
platform perbankan internet yang efisien untuk
memonitor dan menerima pembayaran dari para pelanggan kami, baik dari Jakarta maupun dari kota-kota lain di Indonesia. Kami merasa yakin bahwa BCA dan layanannya yang berkualitas akan selalu menyertai perkembangan bisnis kami di masa depan, sebagaimana di dekade-dekade sebelumnya. Dengan dukungan dari BCA, kami berharap untuk terus bertumbuh.
Cerita Nasabah Tentang BCA
Djoko Susanto
Presiden Komisaris Alfamart. Alfamart merupakan salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia yang melayani lebih dari 2,1 juta pelanggan setiap harinya melalui sekitar 6.000 gerai di seluruh Indonesia.
Mendukung
Pertumbuhan Usaha
Berkelanjutan
BCA secara konsisten memberikan kemudahan bagi Alfamart untuk menjalankan bisnisnya, melalui berbagai layanan perbankan yang terintegrasi: ATM, Debit BCA, Kartu Kredit, Flazz, maupun berbagai delivery channels lainnya. BCA membawa kami lebih dekat dengan para pelanggan dimana mereka dapat bertransaksi di gerai-gerai kami dengan lebih mudah. Fasilitas kredit yang diberikan oleh BCA kepada Alfamart dalam beberapa tahun belakangan telah membantu kami dalam mengembangkan bisnis Alfamart. Selain itu, melalui jaringan Flazz, Alfamart telah bekerja sama dengan BCA untuk menerbitkan ‘A Card Flazz’ (yang
berfungsi sebagai kartu keanggotaan Alfamart sekaligus sebagai alat pembayaran) bagi pelanggan kami, yang memberikan mereka berbagai manfaat dari merchant-merchant Flazz lainnya. Kami juga memberikan apresiasi atas jaringan BCA yang luas, produk perbankan yang inovatif serta layanan dan fasilitas prima dari BCA, yang telah mendukung pengembangan usaha kami sehingga Alfamart mampu mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan. Kami berharap untuk dapat semakin membina kerjasama dengan BCA di tahun-tahun yang akan datang.
Saya adalah nasabah lama BCA sejak pertama kali membuka rekening Tahapan sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Saya terkesan oleh pelayanan serta kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh BCA. Seiring berlalunya waktu, semakin banyak produk dan layanan perbankan BCA yang saya gunakan, termasuk fasilitas kartu kredit dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). KPR BCA telah dikenal memiliki suku bunga yang rendah dan kompetitif. Hal itulah yang mendorong saya untuk mengambil fasilitas KPR dari BCA. Saya berpendapat bahwa fasilitas top up KPR sangat bermanfaat.
BCA merupakan mitra penting dalam meningkatkan produktivitas usaha saya, terutama melalui layanan Solitaire BCA. Sebagai nasabah Solitaire, saya telah menerima banyak manfaat dari berbagai produk dan layanan Solitaire sampai dengan hal yang
sederhana, termasuk penggunaan fasilitas ruang rapat di Menara BCA, yang sering saya gunakan untuk melakukan pertemuan bisnis.
Dari sisi pelayanan, menurut saya BCA adalah salah satu Bank terbaik di negeri ini. Tidak hanya sekadar tanggap dan responsif terhadap kebutuhan nasabah, BCA juga selalu menerapkan budaya ramah, proaktif dan inovatif. BCA memahami keragaman kebutuhan nasabahnya sehingga dapat memberikan solusi atas kebutuhan tersebut. Layanan Weekend Banking BCA yang ada di beberapa mall dan pusat perbelanjaan adalah salah satu wujud solusi yang inovatif. Di masa mendatang, saya berharap untuk dapat memanfaatkan lebih banyak lagi inovasi perbankan dari BCA.
Johanes Mardjuki
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk,
salah satu pengembang properti terkemuka di Indonesia. Bapak Mardjuki adalah nasabah Individual Banking BCA.
Membangun Loyalitas
melalui Hubungan
Fokus Kegiatan Usaha BCA
Asuransi
Sekuritas
Perbankan Syariah
Pembiayaan Sepeda Motor
Kredit - gross
(dalam triliun Rupiah)
202,3
2001 2006 2011
14,7
61,4
CAGR: 30,0%
Dana Pihak Ketiga
(dalam triliun Rupiah)
CAGR: 13,6%(
Dana pihak ketiga ) CAGR: 14,6% ( Giro dan T abungan ) 323,4 2001 2006 2011 90,3 152,7 46,9 76,1 29,7 74,4 173,0 76,0 Tabungan Giro Deposito 43,3 26,8 20,2
Perbankan Transaksi
Prioritas utama kami adalah tetap mempertahankan posisi BCA sebagai
salah satu institusi penyedia layanan transaksi dan pembayaran yang
terdepan di Indonesia. Kami senantiasa berupaya untuk memperluas dan
menambah jaringan, seiring dengan perkembangan dan tren terkini industri
perbankan. Layanan perbankan yang nyaman, aman dan andal merupakan
faktor penting dalam membangun hubungan dengan nasabah dan dalam
memperkuat posisi BCA sebagai bank transaksi. Kami melihat bahwa dana
rekening transaksi terus bertumbuh di tahun 2011 dan memberi kontribusi
signifikan terhadap dana pihak ketiga BCA
Penyaluran Kredit
Pengembangan Selanjutnya
BCA secara konsisten dari tahun ke tahun telah meningkatkan portofolio
kredit di segmen Korporasi, Komersial & UKM dan Konsumer. Kondisi
perekonomian Indonesia yang kondusif serta tingkat suku bunga rendah
telah meningkatkan permintaan kredit pada tahun 2011, sehingga BCA
kembali membukukan pertumbuhan kredit yang signifikan. Fokus kami
adalah meningkatkan portofolio kredit yang berkualitas dengan tetap
berpegang teguh terhadap prinsip kehati-hatian. Kami akan senantiasa
berupaya memperdalam hubungan nasabah di setiap segmen untuk lebih
memahami dan dapat memenuhi kebutuhan mereka
BCA terus mengembangkan produk-produk bernilai tambah bagi
nasabah. Kami berupaya mengoptimalkan basis nasabah yang besar
dan saling terhubung dengan menawarkan beragam produk keuangan
yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan
pendekatan ini, BCA mulai mengembangkan lini bisnis baru yang meliputi
perbankan Syariah, pembiayaan sepeda motor, asuransi dan sekuritas.
BCA membangun inisiatif-inisiatif baru tersebut demi mengembangkan
segmen usaha konsumer dan mencapai pertumbuhan jangka panjang
yang berkelanjutan
Asuransi
Sekuritas
Perbankan Syariah
1955
NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia (BCA).
1957
BCA mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta.
1970an
BCA memperkuat jaringan layanan cabang. Tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa.
1980an
Sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA mengembangkan jaringan kantor cabang secara luas. BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun penerapan teknologi informasi,
seperti menerapkan online system untuk jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA.
1990an
BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM BCA (Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine) yang berkembang secara pesat. Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif. BCA menjalin kerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA. BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran
1997-1998
Indonesia mengalami krisis moneter. BCA mengalami rush. Pada tahun 1998 BCA menjadi Bank Taken Over (BTO) dan disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi yang dilaksanakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
1999
Proses rekapitalisasi BCA selesai dan sebagian besar kredit yang disalurkan BCA dipertukarkan dengan Obligasi Pemerintah. Pemerintah Republik Indonesia melalui BPPN, menguasai 92,8% saham BCA.
Kilas aksi korporasi
periode 2000-2005
2000
BPPN melakukan divestasi 22,5% dari seluruh saham BCA melalui Penawaran Saham Publik Perdana (IPO), sehingga kepemilikan BPPN berkurang menjadi 70,3%.
2001
Penawaran Publik Kedua (Secondary Public Offering) 10% dari total saham BCA. Kepemilikan BPPN atas BCA berkurang menjadi 60,3%.
2002
FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil-alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement.
2004
BPPN melakukan divestasi atas 1,4% saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas.
2005
Pemerintah Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan divestasi seluruh sisa 5,02% saham BCA.
Pengembangan bisnis pada periode 2000an
BCA memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan elektronik dengan memperkenalkan Debit BCA, Tunai BCA, Internet Banking KlikBCA, Mobile Banking m-BCA, EDCBIZZ, dan lain-lain. BCA juga mengembangkan beberapa layanan khusus, seperti: BCA Prioritas dan BCABIZZ. BCA mendirikan fasilitas Disaster
Recovery Center (DRC) di Singapura.
BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi ke bidang
pembiayaan mobil melalui anak perusahaannya, BCA Finance.
2007
BCA menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap, yang berhasil meraih respons positif dari pasar. BCA meluncurkan kartu prabayar Flazz Card serta mulai menawarkan layanan Weekend Banking untuk terus membangun keunggulan di bidang perbankan transaksi.
Catatan : Terdapat efek dilusi atas kepemilikan saham lama sehubungan dengan penerbitan saham baru dalam rangka program kompensasi
2008-2009
BCA secara proaktif mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas di tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat kompetensi utama sebagai bank transaksi.
BCA telah menyelesaikan
pembangunan mirroring IT system guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional.
BCA membuka layanan Solitaire bagi nasabah high net-worth
individual.
2010-2011
BCA mulai memasuki lini bisnis baru yaitu perbankan Syariah, pembiayaan sepeda motor, asuransi dan sekuritas. BCA juga memperkuat bisnis perbankan transaksi melalui pengembangan layanan baru melalui Smartphone dan layanan e-Commerce.
2011 2010 2009 2008 2007
Neraca (dalam miliar Rupiah)
Total Aktiva 381.908 324.419 282.392 245.570 218.005
Total Aktiva Produktif 331.406 287.608 257.973 220.397 184.210
Kredit – gross 202.255 153.923 123.901 112.784 82.389
Penempatan pada Bank Indonesia dan
Bank Lain 2 – gross
43.010 61.327 5.300 4.978 6.445
Surat-surat Berharga - gross 22.706 21.490 70.215 50.557 45.951
Obligasi Pemerintah 33.459 40.699 42.495 39.811 46.778
Dana Pihak Ketiga 3 323.428 277.531 245.140 209.529 189.172
Giro 76.020 63.991 51.641 44.788 39.592
Tabungan 172.990 145.553 128.137 111.774 99.074
Deposito 74.418 67.987 65.362 52.967 50.506
Pinjaman yang Diterima 4 3.917 3.345 3.219 4.496 3.149
Ekuitas 42.027 34.108 27.857 23.279 20.442
Laba Rugi (dalam miliar Rupiah)
Pendapatan Operasional
(Pendapatan Bunga Bersih & Pendapatan Operasional Lainnya) 24.050 20.282 19.346 16.219 12.425
Beban Operasional (10.914) (9.558) (8.433) (6.810) (5.884)
Beban Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan 5 161 (324) (2.258) (1.741) (210)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 13.619 10.653 8.945 7.720 6.402
Laba Bersih 10.820 8.479 6.807 5.776 4.489
Laba Bersih per Saham (EPS) 6 444 348 279 236 183
Rasio Keuangan 7
ROA 8 3,8% 3,5% 3,4% 3,4% 3,3%
ROE 9 33,5% 33,3% 31,8% 30,2% 26,7%
Marjin Bunga Bersih (NIM) 10 5,7% 5,3% 6,4% 6,6% 6,1%
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR) 11 12,7% 13,5% 15,3% 15,8% 19,2%
Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR) 12 61,7% 55,2% 50,3% 53,8% 43,6%
Rasio NPL terhadap Total Kredit 13 0,5% 0,6% 0,7% 0,6% 0,8%
Indikator Utama Lainnya
Jumlah Rekening (dalam ribuan) 10.233 9.292 8.574 7.954 7.341
Jumlah Cabang 14 (domestik dan luar negeri) 944 932 904 846 811
Jumlah ATM 8.578 7.459 6.611 5.997 5.654
Jumlah Kartu ATM (dalam ribuan) 9.620 8.691 7.990 7.392 6.718
Jumlah Kartu Kredit (dalam ribuan) 2.062 2.162 2.004 1.847 1.436
Ikhtisar Data Keuangan 5 tahun terakhir (Audit, Konsolidasi, pada atau untuk tahun yang berakhir 31 Desember)
Ikhtisar Data Keuangan
1Semua angka dalam laporan tahunan ini menggunakan aturan dalam Bahasa Indonesia, kecuali dinyatakan lain.
1. Mulai tanggal 1 Januari 2010 BCA mengadopsi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 (Revisi 2006) mengenai “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) mengenai “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. Untuk periode-periode sebelumnya, standar akuntansi yang digunakan adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000) mengenai “Akuntansi Perbankan”.
2. Sebagai tambahan, BCA juga memiliki tagihan kepada Bank Indonesia dan bank lainnya atas pembelian surat-surat berharga dengan janji dibeli kembali sebesar Rp 21.201 miliar per 31 Desember 2011 dibandingkan Rp 3.136 miliar per 31 Desember 2010.
3. Dana pihak ketiga tidak termasuk simpanan dari bank lain. 4. Pinjaman yang diterima termasuk simpanan dari bank lain. 5. Termasuk beban estimasi kerugian atas transaksi rekening administratif. 6. Laba bersih per saham dasar dihitung setelah penyesuaian retroaktif pemecahan
nilai saham satu menjadi dua lembar pada tanggal 31 Januari 2008.
7. Induk perusahaan saja, rasio keuangan tahun 2011 dan 2010 disajikan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010 mengenai perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia; sedangkan
rasio keuangan periode-periode sebelumnya disajikan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 mengenai perubahan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia.
8. Dihitung dari laba (rugi) sebelum pajak dibagi dengan rata-rata total aktiva. 9. Dihitung dari laba (rugi) setelah pajak dibagi dengan rata-rata total ekuitas (TIER1). 10. Dihitung dari pendapatan (beban) bunga bersih dibagi dengan rata-rata aktiva
produktif.
11. Rasio CAR tahun 2011 dan 2010 memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009 mengenai Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID) ; sedangkan rasio CAR untuk tahun-tahun sebelumnya hanya memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.
12. Dihitung dari total kredit dibagi dengan dana pihak ketiga.
13. Dihitung dari total kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan, macet) dibagi total kredit.
Total Aktiva
(dalam miliar Rupiah)
381.908 218.005 2007 2008 2009 2010 2011 245.570 282.392 324.419 Kredit - gross
(dalam miliar Rupiah)
202.255
82.389
2007 2008 2009 2010 2011 112.784123.901
153.923
Dana Pihak Ketiga
(dalam miliar Rupiah)
323.428 189.172 2007 2008 2009 2010 2011 209.529 245.140 277.531 Ekuitas
(dalam miliar Rupiah)
42.027 20.442 2007 2008 2009 2010 2011 23.279 27.857 34.108 Pendapatan Operasional
(Pendapatan Bunga Bersih & Pendapatan Operasional Lainnya)
(dalam miliar Rupiah) 24.050
12.425
2007 2008 2009 2010 2011 16.219
19.346 20.282
Laba Bersih
(dalam miliar Rupiah)
10.820 4.489 2007 2008 2009 2010 2011 5.776 6.807 8.479
Dengan menekankan pada hubungan baik dengan nasabah dan memperkuat kompetensi intinya di bidang perbankan transaksi, BCA mengembangkan usaha penyaluran kredit dan aktivitas penyelesaian pembayaran (payment settlement). Hal ini terbukti penting dalam mendukung kokohnya kinerja BCA sehingga menghasilkan peningkatan profitabilitas dan terjaganya imbal hasil atas aktiva (ROA) dan ekuitas (ROE) pada tahun-tahun terakhir.
3,8 3,3 2007 2008 2009 2010 2011 3,4 3,4 3,5 33,5 26,7 2007 2008 2009 2010 2011 30,2 31,8 33,3 5,7 6,1 2007 2008 2009 2010 2011 6,6 6,4 5,3 12,7 19,2 2007 2008 2009 2010 2011 15,8 15,3 13,5 61,7 43,6 2007 2008 2009 2010 2011 53,8 50,3 55,2 0,5 0,8 2007 2008 2009 2010 2011 0,6 0,7 0,6 ROA (%) ROE(%)
Marjin Bunga Bersih
(Net Interest Margin - NIM) (%)
Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Capital Adequacy Ratio - CAR)* (%)
Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga
(Loan to Deposit Ratio - LDR) (%)
Rasio Kredit Bermasalah
(Non Performing Loan - NPL)
(%)
* CAR pada tahun 2010 dan 2011 dihitung dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya, CAR dihitung dengan memperhitungkan risiko kredit dan risiko pasar
0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000 80000000 90000000 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500 9000 Sumber: Bloomberg Riwayat Dividen* Pembayaran Pencatatan Nilai per
Saham Diumumkan Cum-Dividend
2011 Interim Rp 43,5 17 Nov 2011 Pasar Regular dan Negosiasi 6 Des 2011 9 Des 2011 23 Des 2011
Pasar Tunai 9 Des 2011
2010 Final Rp 70 16 Mei 2011 Pasar Regular dan Negosiasi 6 Jun 2011 9 Jun 2011 23 Jun 2011
Pasar Tunai 9 Jun 2011
2010 Interim Rp 42,5 1 Nov 2010 Pasar Regular dan Negosiasi 19 Nov 2010 24 Nov 2010 9 Des 2010
Pasar Tunai 24 Nov 2010
2009 Final Rp 70 7 Mei 2010 Pasar Regular dan Negosiasi 31 Mei 2010 3 Jun 2010 17 Jun 2010
Pasar Tunai 3 Jun 2010
2009 Interim Rp 40 26 Okt 2009 Pasar Regular dan Negosiasi 12 Nov 2009 17 Nov 2009 2 Des 2009
Pasar Tunai 17 Nov 2009
2008 Final Rp 65 20 Mei 2009 Pasar Regular dan Negosiasi 9 Jun 2009 12 Jun 2009 26 Jun 2009
Pasar Tunai 12 Jun 2009
2008 Interim Rp 35 22 Des 2008 Pasar Regular dan Negosiasi 15 Jan 2009 20 Jan 2009 30 Jan 2009
Pasar Tunai 20 Jan 2009
2007 Final Rp 63,5 26 Mei 2008 Pasar Regular dan Negosiasi 12 Jun 2008 17 Jun 2008 1 Jul 2008
Pasar Tunai 17 Jun 2008
2007 Interim Rp 55 12 Nov 2007 Pasar Regular dan Negosiasi 29 Nov 2007 4 Des 2007 18 Des 2007
Pasar Tunai 4 Des 2007
2006 Final Rp 115 21 Mei 2007 Pasar Regular dan Negosiasi 8 Jun 2007 13 Jun 2007 27 Jun 2007
Pasar Tunai 13 Jun 2007
2006 Interim Rp 55 21 Sep 2006 Pasar Regular dan Negosiasi 10 Okt 2006 13 Okt 2006 3 Nov 2006
Pasar Tunai 13 Okt 2006
2005 Final Rp 90 17 Mei 2006 Pasar Regular dan Negosiasi 6 Jun 2006 9 Jun 2006 23 Jun 2006
Pasar Tunai 9 Jun 2006
2005 Interim Rp 50 15 Sep 2005 Pasar Regular dan Negosiasi 6 Okt 2005 11 Okt 2005 25 Okt 2005
Pasar Tunai 11 Okt 2005
2004 Final Rp 80 28 Jun 2005 Pasar Regular dan Negosiasi 19 Jul 2005 22 Jul 2005 5 Agt 2005
Pasar Tunai 22 Jul 2005
2004 Interim Rp 50 27 Okt 2004 Pasar Regular dan Negosiasi 22 Nov 2004 25 Nov 2004 8 Des 2004
Pasar Tunai 25 Nov 2004
2003 Final Rp 112,5 8 Jun 2004 Pasar Regular dan Negosiasi 30 Jun 2004 6 Jul 2004 20 Jul 2004
Pasar Tunai 6 Jul 2004
2002 Final Rp 225 7 Nov 2003 Pasar Regular dan Negosiasi 3 Des 2003 8 Des 2003 19 Des 2003
Pasar Tunai 8 Des 2003
2001 Final Rp 140 10 Okt 2002 Pasar Regular dan Negosiasi 29 Okt 2002 1 Nov 2002 15 Nov 2002
Pasar Tunai 1 Nov 2002
2001 Interim Rp 85 29 Okt 2001 Pasar Regular dan Negosiasi 14 Nov 2001 20 Nov 2001 4 Des 2001
Kinerja Saham BCA Tahun 2011
Ikhtisar Saham
Harga Saham BCA
(dalam Rupiah)
2011 2010
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Setahun Penuh Setahun Penuh
Tertinggi 6.950 7.650 8.750 8.300 8.750 7.150 Terendah 5.400 6.950 7.100 7.200 5.400 4.525 Penutupan
Akhir Periode 6.950 7.650 7.700 8.000 8.000 6.400 Rata-rata 6.279 7.230 8.017 7.880 7.351 5.833
Data Saham BCA (per 31 Desember) 2011 2010
Jumlah Lembar Saham 24.655.010.000 24.655.010.000 Saham Dibeli Kembali oleh BCA (Treasury Stock) 289.767.000 289.767.000 Kapitalisasi Pasar (dalam miliar Rupiah) 197.240 157.792 Laba per Saham (dalam Rupiah) 444 348 Nilai Buku per Saham (dalam Rupiah) 1.725 1.400
P/E (x) 18,0 18,4
P/BV (x) 4,6 4,6
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Harga Saham (dalam Rupiah)
5.500 5.000 6.000 6.500 7.000 9.000 8.500 7.500
8.000 Volume (dalam ribuan)
10.000 0 20.000 30.000 40.000 90.000 80.000 70.000 50.000 60.000 Harga Saham Volume
Para pemegang saham yang kami hormati,
Dewan Komisaris menyampaikan bahwa pada tahun 2011 BCA berhasil mencatat kemajuan yang berarti dalam menghadapi berbagai tantangan yang dialami oleh industri perbankan dunia, seraya terus mempertahankan pertumbuhan dan kinerja yang baik.
Sepanjang tahun 2011, manajemen BCA menekankan pentingnya memperdalam fokus dari transaction banking menuju suatu strategi yang lebih dipusatkan pada pemenuhan kebutuhan keuangan nasabah yang lebih beragam.
Dewan Komisaris memiliki pandangan bahwa “Membina Hubungan,
Mendukung Pertumbuhan” merupakan tema yang tepat atas pendekatan
bisnis BCA di tahun 2011. Tema ini tercermin baik dari kegiatan operasional maupun dari upaya BCA meningkatkan hubungan dengan para nasabahnya.
Laporan Presiden Komisaris
Djohan Emir Setijoso
Presiden Komisaris
Fokus terhadap pemenuhan kebutuhan
nasabah semakin relevan bagi BCA
di tengah ketidakpastian global dan
perubahan yang begitu cepat
di pasar domestik
“
Fokus terhadap pemenuhan kebutuhan nasabah semakin relevan bagi BCA di tengah ketidakpastian global dan perubahan yang begitu cepat di pasar domestik. Pada tahun yang ditandai dengan fluktuasi sektor keuangan yang berdampak secara global, Dewan Komisaris memiliki pandangan bahwa keputusan manajemen BCA untuk fokus kepada kepercayaan dan kepuasan nasabah adalah kunci keberhasilan menghadapi tantangan-tantangan yang semakin berat.
Tahun Kesuksesan
Di tengah lesunya perekonomian dunia pada tahun 2011 terutama di kawasan Eropa, negara-negara berkembang di Asia berhasil mencatatkan kinerja ekonomi yang baik. Kuatnya permintaan masyarakat dalam
negeri, kebijakan Pemerintah yang kondusif terhadap kegiatan investasi dan semakin berkembangnya masyarakat kelas menengah, telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Produk Domestik Bruto Indonesia meningkat lebih dari 6% menjadi di atas USD 810 miliar pada tahun 2011, sehingga pendapatan domestik bruto per kapita melampaui level yang penting yaitu sebesar USD 3.500. Lingkungan bisnis yang kondusif tersebut telah memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan membantu Indonesia dalam meraih predikat investment grade
pada akhir tahun 2011. Faktor-faktor inilah yang diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap posisi Indonesia di mata negara-negara lain. Perkembangan yang signifikan ini juga diharapkan dapat meningkatkan permintaan lokal maupun investasi asing di Indonesia.
Pada sektor perbankan Indonesia, sejumlah kebijakan yang diterapkan oleh Bank Indonesia sepanjang tahun 2011 telah menyebabkan tingkat persaingan semakin ketat dan dalam jangka panjang dapat menekan marjin keuntungan perbankan. Di tengah ketidakpastian pasar keuangan dunia, bank-bank harus dapat menelaah dan mengembangkan strateginya secara hati-hati dan kreatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah yang kian berkembang. Oleh karena itu, BCA terus berupaya meningkatkan kemampuannya dalam menghadirkan kenyamanan layanan bagi nasabahnya, serta mempertahankan dan meningkatkan efisiensi operasi.
Ekspansi jaringan dengan didukung oleh
infrastruktur teknologi informasi yang
kuat telah memungkinkan BCA dalam mengembangkan jaringan transaksi elektronik. Jaringan elektronik tersebut memiliki peran penting yang mendukung keseluruhan strategi BCA dalam mengutamakan bisnis perbankan transaksi sebagai bisnis inti. Kemajuan tersebut telah mempertahankan posisi BCA sebagai salah satu bank pilihan nasabah yang terkemuka di Indonesia.
Pada tahun 2011 Laba Bersih BCA meningkat 27,6%, sementara likuiditas dan rasio permodalan Bank berada pada level yang sehat. Per 31 Desember 2011, BCA mencatat tingkat pengembalian atas aktiva (Return
on Assets – ROA) dan tingkat pengembalian
Laporan Presiden Komisaris
atas ekuitas (Return on Equity – ROE) masing-masing sebesar 3,8% dan 33,5%. Kinerja keuangan BCA yang prima selama tahun 2011 didukung oleh penyaluran kredit di semua segmen, yakni Korporasi, Komersial dan Usaha Kecil & Menengah (UKM), serta segmen Konsumer. Sementara itu dana pihak ketiga terus tumbuh secara signifikan. Sepanjang tahun 2011 kualitas aset BCA tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (Non
Performing Loan - NPL) berada pada tingkat
yang rendah, sebesar 0,5%. Dewan Komisaris melihat bahwa harga penutupan saham BCA yang diperdagangkan meningkat 25,0% pada tahun 2011, sementara laba bersih per saham meningkat 27,6% sepanjang periode yang sama.
Fokus pada Tata Kelola Perusahaan
Dewan Komisaris melakukan pengawasan dan mengevaluasi arah strategis BCA, menilai kebijakan manajemen risiko, memantau kepatuhan Bank terhadap prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta menilai efektivitas audit internal.
Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance - GCG) diterapkan di BCA melalui struktur organisasi yang mengadaptasi pemisahan yang jelas antar berbagai tugas dan penetapan suatu mekanisme pengawasan didalamnya (built-in
control).
Komite Audit, Komite Pengawasan Risiko, dan Komite Renumerasi & Nominasi telah memberikan dukungan yang kuat dan efektif kepada Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawabnya secara efektif. Komite Audit membantu Dewan Komisaris dalam mengevaluasi fungsi audit internal, mulai dari perencanaan audit, implementasi audit, dan tindak lanjut atas
Djohan Emir Setijoso Presiden Komisaris Raden Pardede Komisaris Independen Sigit Pramono Komisaris Independen Tonny Kusnadi Komisaris
duduk : kiri ke kanan • berdiri :
Cyrillus Harinowo Komisaris Independen
temuan hasil audit. Komite Manajemen Risiko membantu Dewan Komisaris dalam memastikan bahwa parameter-parameter risiko internal secara memadai telah
memperhitungkan faktor ketidakpastian
ekonomi global dan risk appetite Bank dalam berbagai kegiatan bisnisnya. Komite Renumerasi & Nominasi memberikan nasihat secara aktif terkait perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris pada tahun 2011. Memperkuat kinerja bisnis dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik merupakan bagian dari tanggung jawab kami sebagai sebuah korporasi yang baik. Selanjutnya, BCA telah berpartisipasi melalui serangkaian sasaran program tanggung jawab sosial perusahaan yang terarah terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Komitmen sosial yang menyeluruh ini akan terus dilanjutkan dan dikembangkan seiring dengan bertumbuhnya perekonomian dan terbukanya kesempatan guna memberikan kontribusi secara efektif kepada masyarakat.
Melangkah ke Depan
Kami optimis bahwa di tengah berbagai tantangan ekonomi global, prospek industri perbankan di Indonesia tetap menjanjikan. Kami percaya bahwa Pemerintah Indonesia
bersama Bank Indonesia akan terus
mengarahkan perekonomian nasional dengan menerapkan prinsip progresif dan prinsip kehati-hatian seiring dengan pertumbuhan Indonesia yang berkelanjutan.
Kendati demikian, kita perlu mencermati pelemahan kinerja perekonomian negara-negara maju, terutama di Eropa, yang dapat membebani pertumbuhan pasar di negara-negara berkembang seperti China, India, dan Indonesia. Akan tetapi, kami memperkirakan
bahwa kuatnya permintaan domestik masih akan terus berlanjut dan mampu mengimbangi pengaruh negatif ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia.
Dengan tujuan memberikan ragam layanan yang lebih luas bagi nasabah, BCA telah mengambil langkah strategis di tahun 2011 dengan mulai mengembangkan dua bidang usaha baru, yakni bisnis asuransi dan sekuritas. BCA akan mengukur keberhasilan dua bidang usaha tersebut sebagai entitas yang independen dan menghasilkan keuntungan, dengan memperhatikan dan memitigasi berbagai risiko yang terkait.
Kedua perusahaan baru tersebut melengkapi investasi baru kami lainnya yang bergerak di bidang pembiayaan sepeda motor dan bank Syariah, dalam upaya untuk memperluas layanan yang kami tawarkan. BCA memantau secara ketat kinerja kredit pada kedua area tersebut, pada saat keduanya melembagakan sistem mutu yang diperlukan untuk memenuhi ekspektasi baik dari nasabah maupun dari BCA sendiri.
Dengan mempertimbangkan semua faktor dan didukung oleh staf yang kompeten, jaringan cabang yang luas dan jaringan transaksi elektronik yang terus berkembang, BCA dan anak - anak perusahaannya akan terus mengembangkan usaha pada tahun 2012 dan di tahun-tahun yang akan datang.
Apresiasi
Atas nama Dewan Komisaris, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pemegang saham BCA, nasabah, mitra bisnis dan karyawan, serta seluruh pemangku kepentingan dan berbagai pihak otoritas atas dukungan yang berkelanjutan terhadap BCA.
Keberhasilan BCA tercipta berkat upaya kita semua dalam membina hubungan yang telah terjalin dengan baik.
Pada tahun 2011, terdapat sejumlah perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi. Oleh karena itu, sebagai Presiden Komisaris, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eugene K. Galbraith, yang telah menjabat sebagai Presiden Komisaris BCA sejak tahun 2002 dan yang telah menyelesaikan masa jabatannya pada Mei 2011, atas kontribusinya yang tak ternilai bagi BCA. Selanjutnya Bapak Galbraith telah ditunjuk pada Rapat Umum Pemegang Saham sebagai Wakil Presiden Direktur hingga tahun 2014.
Wawasan dan pemikiran Bapak Galbraith akan diperlukan untuk membawa BCA menuju masa depan yang cerah di bawah kepemimpinan Bapak Jahja Setiaatmadja, yang diangkat sebagai Presiden Direktur pada Rapat Umum Pemegang Saham Mei 2011 setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai anggota Direksi selama 11 tahun. Dewan Komisaris mengucapkan selamat kepada Bapak Jahja Setiaatmadja atas posisi barunya,
dan menghargai kontribusi beliau yang besar selama enam tahun menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur dan sebagai Presiden Direktur sejak Juni 2011. Kami berharap untuk dapat bekerja sama dan bersinergi dengan Direksi guna menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi para pemangku kepentingan. Dewan Komisaris juga memberikan apresiasi terhadap kinerja baik Tim Eksekutif selama tahun 2011 dalam mempertahankan stabilitas dan kinerja keuangan BCA, yang telah membawa hasil yang menguntungkan bagi seluruh pemegang saham.
Selanjutnya, Dewan Komisaris turut
menghargai pencapaian manajemen
anak perusahaan BCA dan bisnis terkait dalam menciptakan hasil yang baik selama
2011 sehingga memberikan kontribusi
terhadap perkembangan usaha BCA secara umum. Berkat dukungan yang teguh dan
berkelanjutan dari seluruh pemangku
kepentingan, kami sepenuhnya berkomitmen untuk mempertahankan pertumbuhan BCA di masa mendatang.
Jakarta, April 2012 Atas nama Dewan Komisaris,
Djohan Emir Setijoso
Laporan Presiden Direktur
Para Pemegang Saham dan Nasabah yang terhormat,
Perekonomian Indonesia selama tahun 2011 terus menunjukkan kinerja yang solid, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi di kawasan Eropa dan problem tingginya tingkat pengangguran yang berkepanjangan di Amerika Serikat. Kuatnya konsumsi domestik merupakan kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana hal tersebut dapat mengimbangi pengaruh negatif yang membebani industri-industri berorientasi ekspor ke pasar Eropa dan Amerika Serikat.
Keberhasilan dalam mempertahankan kinerja ekonomi membuat Indonesia meraih predikat investment grade dari Fitch Ratings dan Moody’s Investors Service. Keberhasilan Pemerintah dalam mengendalikan tingkat inflasi secara umum menyebabkan Bank Indonesia terus menurunkan suku bunga acuannya menjadi 6,0% pada akhir tahun 2011.
Tingkat suku bunga yang lebih rendah dan peningkatan peringkat investasi tersebut diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan semakin mendorong perkembangan penanaman modal asing secara langsung (foreign
direct investment) di Indonesia.
Pada tahun 2011, BCA tetap berada di lini depan sebagai lembaga intermediasi keuangan di Indonesia, melayani permintaan pinjaman yang terus tumbuh dan memfasilitasi meningkatnya aktivitas transaksi perbankan di Indonesia. BCA fokus pada pendalaman hubungan dengan nasabah sebagai strategi utama dan kunci keberhasilan. Sejalan dengan hal tersebut maka, tema Laporan Tahunan ini adalah “Membina Hubungan, Mendukung Pertumbuhan”.
Kinerja Usaha yang Solid
Iklim makroekonomi Indonesia yang kondusif pada tahun 2011 menjadi landasan yang kokoh bagi BCA dalam mendukung kinerja positif yang berkelanjutan. Kinerja BCA yang solid terutama didukung oleh peningkatan aktivitas penyaluran kredit dan pertumbuhan yang berkesinambungan dalam aktivitas transaksi dan penyelesaian pembayaran (payment settlement). Berdasarkan prinsip kehati-hatian, BCA berhasil membukukan pertumbuhan
Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur
BCA tetap berada di lini depan sebagai
lembaga intermediasi keuangan di
Indonesia, melayani permintaan pinjaman
yang terus tumbuh dan memfasilitasi
meningkatnya aktivitas transaksi perbankan
di Indonesia
“
Laporan Presiden Direktur
kiri ke kanan • berdiri:
Henry Koenaifi Direktur
Armand Wahyudi Hartono Direktur
Erwan Yuris Ang Direktur
Suwignyo Budiman Direktur
Anthony Brent Elam Direktur
Subur Tan Direktur
kiri ke kanan • duduk:
Dhalia Mansor Ariotedjo Direktur
Renaldo Hector Barros Direktur
Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur
Eugene Keith Galbraith Wakil Presiden Direktur
kredit yang signifikan dan menjaga tingkat kredit bermasalah pada level yang relatif rendah.
Pada tahun 2011, BCA membukukan pertumbuhan portofolio kredit yang signifikan di seluruh segmen. Didorong oleh tingginya permintaan pinjaman dan rendahnya suku bunga, total portofolio kredit BCA tumbuh sebesar 31,4% menjadi Rp 202,3 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit BCA tersebut lebih tinggi daripada pertumbuhan pinjaman rata-rata industri perbankan nasional yang mencapai 24,1%.
Pada tahun 2011, Kredit Korporasi mencatat pertumbuhan sebesar 27,6% menjadi Rp 71,8 triliun, didorong oleh tingginya permintaan kredit pada triwulan keempat tahun 2011. Kredit Komersial dan Usaha Kecil & Menengah
(UKM) mengalami peningkatan 31,7%
menjadi Rp 79,0 triliun. Pada tahun 2011, sejumlah nasabah UKM yang bisnisnya terus berkembang telah ditingkatkan menjadi nasabah Komersial, sehingga mereka dapat memperoleh alternatif pendanaan yang lebih besar dan lebih beragam. Pembinaan nasabah UKM ini dilakukan melalui Sentra Bisnis Komersial dan adanya koordinasi yang baik antara account officers, kepala cabang, dan kepala kantor wilayah BCA. Sementara itu, Kredit Konsumer tumbuh sebesar 37,6% menjadi Rp 50,3 triliun, didorong oleh peningkatan kredit pemilikan rumah dan pembiayaan mobil.
Sejalan dengan pertumbuhan yang kuat dalam penyaluran kredit, rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposits Ratio - LDR) meningkat menjadi 61,7% pada akhir tahun
Laporan Presiden Direktur
2011 dari 55,2% pada akhir tahun 2010. Sedangkan Rasio Kredit Bermasalah (Non
Performing Loan - NPL) tetap terjaga pada
tingkat yang rendah pada level 0,5%, dengan cadangan kerugian penurunan nilai sebesar 386,3% terhadap total NPL. Hal tersebut tercapai berkat upaya penerapan kebijakan manajemen risiko dalam mempertahankan kualitas aset Bank.
Guna memperluas cakupan bisnis, BCA menambah 40 kantor cabang baru pada tahun 2011. BCA meyakini pentingnya jaringan kantor cabang dalam membangun loyalitas dan hubungan dengan nasabah, disamping semakin pentingnya jaringan elektronik bagi aktivitas bisnis perbankan. Dengan melayani lebih dari 10 juta rekening nasabah, perbankan transaksi tetap menjadi bisnis inti BCA. Pada tahun 2011, BCA terus melakukan diversifikasi produk dan layanan, serta mengembangkan fasilitas Cash Management maupun fasilitas perbankan elektronik.
Langkah-langkah tersebut memberikan
kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan jumlah dan volume transaksi di 944 cabang BCA, 8.578 ATM, dan lebih dari 100.000 EDC di seluruh Indonesia. Guna mengakomodasi layanan transaksi perbankan yang terus meningkat, BCA meningkatkan infrastruktur teknologi informasi dan terus memperluas kapasitas pengolahan data.
Jaringan transaksi elektronik yang andal dan efisien merupakan hal penting bagi bisnis Bank yang berbasis transaksi. Internet Banking secara bertahap telah melengkapi fungsi-fungsi layanan transaksi dari cabang dan ATM BCA. Internet Banking BCA mencatat peningkatan nilai transaksi sebesar 36,3%,
sementara Mobile Banking tumbuh sebesar 30,2% dibandingkan tahun 2010. Kepercayaan nasabah terhadap BCA terus meningkat berkat keamanan dan keandalan sistem perbankan secara keseluruhan sehingga transaksi dapat dilakukan dengan lebih mudah dan nyaman. Kinerja perbankan transaksi yang solid telah mendukung pertumbuhan rasio dana giro dan tabungan (CASA) terhadap total dana pihak ketiga dan mencatat biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah. Sebagai elemen penting dari struktur pendanaan BCA, CASA memberikan kontribusi 77,0% terhadap total dana pihak ketiga pada tahun 2011. CASA tercatat sebesar Rp 249,0 triliun, naik 18,8% dari tahun 2010, sejalan dengan meningkatnya aktivitas transaksi pembayaran para nasabah. Sementara itu, jumlah deposito yang dikelola Bank mencapai Rp 74,4 triliun, atau tumbuh sebesar 9,5%. Didukung oleh kinerja CASA yang sehat, total dana pihak ketiga BCA mengalami kenaikan sebesar 16,5% menjadi Rp 323,4 triliun pada tahun 2011.
Pertumbuhan volume kredit dan peningkatan komposisi giro dan tabungan berperan penting terhadap meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih BCA pada tahun 2011. Margin bunga bersih dan rasio efisiensi biaya cukup stabil dan dapat dipertahankan selama tahun 2011. Faktor-faktor utama tersebut telah
mendukung pertumbuhan profitabilitas
BCA, yang mencatat kenaikan Laba Bersih sebesar 27,6% menjadi Rp 10,8 triliun pada 2011. Selain itu, BCA mencatat tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Assets - ROA) sebesar 3,8% dan tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity - ROE) sebesar
33,5%. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (Capital Adequacy Ratio - CAR) dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup sehat yaitu 12,7% hingga akhir 2011, yang sebagian besar merupakan modal inti (Tier 1 Capital).
Prestasi BCA dalam menyempurnakan
pelayanan dan meningkatkan kinerja
usahanya pada tahun 2011 telah mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak eksternal. Hal ini tercermin dari sejumlah penghargaan yang dianugerahkan kepada BCA pada tahun 2011, antara lain penghargaan sebagai Bank Domestik Terbaik selama dua tahun berturut-turut yaitu pada The Asset Triple A Country Awards.
Investasi untuk Mempertahankan Keunggulan Berkelanjutan
BCA berhasil memperkuat bisnis
penghimpunan dana dan penyaluran kredit serta mempertahankan kinerja keuangannya selama tahun 2011. Hal ini dapat terwujud berkat inisiatif yang menyeluruh dalam rangka memastikan keberhasilan strategi jangka panjang Bank untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan.
Dalam satu tahun terakhir, BCA telah melanjutkan investasi untuk mengembangkan jaringan cabang dan perbankan elektronik secara terpadu. BCA berkomitmen untuk melakukan investasi di bidang teknologi untuk mempermudah dan menyederhanakan proses transaksi, sesuai dengan harapan BCA bahwa perbankan elektronik akan digunakan semakin luas oleh masyarakat. Investasi teknologi juga dilakukan untuk mendukung kapasitas Cash Management serta memperluas
Semua investasi tersebut ditujukan untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan
para nasabah. BCA telah mengubah
paradigma ke arah bisnis yang berbasis solusi dengan mengutamakan kepentingan nasabah. Hal ini merupakan filosofi yang
mendasari pengembangan Customer
Relationship Management (CRM) di BCA.
Dalam mencapai sasarannya, yakni menjadi bank yang berorientasi pada nasabah, BCA telah memformulasikan suatu sistem CRM agar lebih relevan dalam menanggapi setiap kebutuhan pelanggan yang beragam. Setiap kantor wilayah mulai menerapkan kebijakan perbankan masing-masing, dengan mempertimbangkan demografi yang unik dari setiap wilayah dan faktor-faktor pendorong ekonomi wilayah tersebut.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga senantiasa menjadi perhatian utama kami. Hal ini tercermin dari perekrutan karyawan yang berbakat dan penyediaan serangkaian pelatihan yang diikuti secara rutin oleh para karyawan. Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan untuk menambah jumlah account officers sejalan dengan perkembangan bisnis yang pesat.
Seluruh strategi yang telah disebutkan di atas memiliki satu tujuan: menciptakan dan memasarkan produk dan layanan yang inovatif sebagai solusi keuangan yang efektif bagi para nasabah. Dengan memberikan solusi yang terbaik, BCA dapat memperkuat hubungannya dengan nasabah serta mempertahankan posisinya sebagai bank yang terkemuka, di tengah persaingan di industri perbankan yang semakin ketat.
Tata Kelola Perusahaan
BCA senantiasa menjunjung tinggi standar-standar serta prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance - GCG). BCA terus menyesuaikan dan
memperbaiki praktik-praktik GCG sesuai hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia, serta sejalan dengan international best practices. Pada tahun 2011, BCA melakukan serangkaian program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility - CSR) untuk
meningkatkan hubungan sosial dengan
masyarakat, dengan fokus pada sektor pendidikan dan kesehatan. BCA menyediakan bantuan pendidikan melalui beasiswa dan fasilitas pendidikan, serta melakukan gerakan donor darah dan program pelestarian lingkungan di Indonesia. Pada tahun 2012, BCA berencana untuk mendirikan beberapa pusat layanan kesehatan di Jakarta dan Surabaya.
Prospek Usaha
BCA berharap untuk dapat memanfaatkan momentum peningkatan daya beli masyarakat
untuk menunjang pertumbuhan sektor
perbankan di masa mendatang. BCA terus mempertajam strategi yang tepat guna dan tepat sasaran untuk memenuhi permintaan domestik yang sehat atas fasilitas kredit kepemilikan rumah dan mobil, serta kredit korporasi dan komersial, dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan kredit.
Sementara likuiditas dan permodalan merupakan prioritas utama bagi Bank untuk menjamin kelangsungan bisnisnya, BCA juga berupaya untuk mengembangkan usahanya ke bidang-bidang baru yang menguntungkan. Dua prospek yang
menjanjikan—industri pembiayaan mobil dan perbankan syariah—telah dilayani oleh BCA Finance dan BCA Syariah, yang menunjukkan pertumbuhan nilai yang baik selama tahun 2011. Untuk melengkapi perkembangan bisnis Grup BCA, pada tahun 2011 BCA memperluas jangkauannya dengan mulai memasuki bisnis-bisnis baru yang strategis, yang fokus pada potensi pertumbuhan. Bisnis-bisnis baru tersebut adalah asuransi yang berfokus pada konsumen dan sekuritas, disamping terus mengembangkan bisnis pembiayaan sepeda motor.
Dengan mengembangkan cakupan layanan-nya, BCA berupaya untuk membina hubungan yang lebih erat dengan seluruh pemangku
kepentingan. Dalam rangka menjamin
kelangsungan bisnis jangka panjang, BCA bertekad untuk menjadi top of mind dimata masyarakat, baik dalam transaksi perbankan maupun penyaluran kredit, sehingga dapat menarik lebih banyak lagi nasabah yang berkualitas.
Ucapan Terima Kasih
Susunan Direksi mengalami perubahan pada tahun 2011. Perubahan yang paling mendasar adalah selesainya masa jabatan Bapak Djohan Emir Setijoso, yang telah menunjukkan teladan dalam kepemimpinan beliau sebagai Presiden Direktur BCA sejak 1999. Beliau telah berhasil memimpin BCA melewati masa sulit akibat krisis moneter di tahun 1998/1999
serta meletakkan landasan yang kokoh dalam mengembangkan berbagai inisiatif bisnis baik di bidang perbankan transaksi maupun perkreditan. Selanjutnya beliau telah diangkat menjadi Presiden Komisaris BCA pada Rapat Umum Pemegang Saham pada bulan Mei tahun 2011.
Kami mengucapkan selamat datang kepada para anggota baru dalam jajaran Direksi, yaitu Bapak Eugene K. Galbraith sebagai Wakil Presiden Direktur, setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Presiden Komisaris pada tahun 2011; dan Bapak Erwan Yuris Ang, yang diangkat sebagai Direktur pada Rapat Umum Pemegang Saham di bulan Mei 2011.
Penghargaan yang tulus kami sampaikan kepada seluruh karyawan kami. Seluruh prestasi yang diraih BCA tak lepas dari dedikasi, kerja keras, dan sikap profesional yang telah diberikan oleh para karyawan. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada seluruh pemegang saham dan mitra usaha atas dukungan dan kerjasamanya selama ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada para nasabah setia atas kepercayaannya terhadap BCA dalam memfasilitasi aktivitas perbankan mereka. Kami yakin bahwa hubungan baik yang telah terjalin selama ini akan menjadi faktor penentu keberhasilan BCA di masa depan. Jakarta, April 2012
Atas nama Direksi,
Jahja Setiaatmadja
Perbankan Cabang
Unit Bisnis Perbankan Cabang mencakup semua kegiatan bisnis yang terkait dengan perbankan transaksi baik melalui jaringan cabang maupun jaringan elektronik serta berperan sebagai kontak poin bagi nasabah untuk menjalin hubungan dengan BCA. Unit Bisnis Perbankan Cabang menangani bisnis perbankan transaksi dan produk dana, Cash Management serta penyaluran kredit Komersial dan Usaha Kecil & Menengah.
Sebagai salah satu bank transaksi terkemuka di Indonesia, BCA senantiasa meningkatkan kualitas layanan, memperluas jaringan cabang di seluruh Indonesia dan meningkatkan jaringan transaksi elektronik sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini. Memberikan kenyamanan, keamanan dan keandalan jaringan merupakan filosofi utama kami dalam memenuhi kebutuhan nasabah.
Didukung oleh jangkauan jaringan yang luas, dana pihak ketiga BCA tumbuh signifikan sebesar 16,5% menjadi Rp 323,4 triliun di tahun 2011. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh pertumbuhan saldo giro dan tabungan, dua produk yang digunakan oleh para nasabah untuk melakukan transaksi pembayaran sehari-hari. Kontribusi giro dan tabungan yang mencapai 77,0% terhadap total dana pihak ketiga, memungkinkan BCA untuk mempertahankan komposisi
Tinjauan Bisnis
Unit Bisnis Perbankan Cabang (Branch
Banking) merupakan platform
utama BCA dalam mempertahankan
dominasinya di bidang perbankan
transaksi dan untuk mengembangkan
portofolio kredit Komersial dan UKM
Dari segi penyaluran kredit, BCA mencatat pertumbuhan substansial di segmen kredit Komersial dan Usaha Kecil & Menengah (UKM) didorong oleh peningkatan permintaan kredit dari nasabah di segmen tersebut. Di tahun 2011, portofolio kredit Komersial BCA mencapai Rp 44,7 triliun, naik 43,0% dari tahun 2010, sementara itu portofolio kredit UKM meningkat 19,5% menjadi Rp 34,3 triliun. 31.272 44.710 2010 2011 28.705 34.309
Portofolio Kredit Komersial dan UKM
(dalam miliar Rupiah)
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Komersial
Dana Pihak Ketiga
(dalam miliar Rupiah)
74.418 2011 172.990 67.987 2010 145.553 63.991 76.020 Deposito Giro Tabungan
Perbankan Transaksi
BCA memiliki komitmen untuk
mempertahankan keunggulan di bidang perbankan transaksi dengan didukung oleh jaringan cabang maupun jaringan transaksi elektronik yang memiliki jangkauan nasional. Pada akhir tahun 2011 BCA mengelola lebih dari 10 juta rekening nasabah, memproses ratusan juta transaksi keuangan dan memenuhi kebutuhan nasabah perorangan dan perusahaan melalui beragam produk dan layanan yang ditawarkan.
Sekitar sepuluh juta rekening nasabah tersebut dilayani oleh 944 cabang, 8.578 ATM dan lebih dari 100.000 Electronic Data Capture (EDC). Lebih lanjut, Internet Banking, Mobile Banking, dan Smartphone Banking merupakan
platform layanan yang memungkinan nasabah
perorangan maupun perusahaan untuk melakukan transaksi keuangan kapan saja dan dimana saja.
Jaringan cabang BCA yang terdiri dari kantor-kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia saling terhubung secara online dan terintegrasi dengan jaringan transaksi elektronik. Hal ini memberikan kenyamanan akses 24 jam bagi para nasabah, baik nasabah perorangan maupun perusahaan, dimanapun di Indonesia. Layanan yang diberikan melalui
cabang-cabang BCA meliputi layanan
perbankan regular, BCA Prioritas (untuk nasabah individu mass-affluent), Weekend
Banking (untuk memenuhi kebutuhan
transaksi melalui cabang pada hari libur), dan BCABIZZ (untuk nasabah bisnis menengah dan kecil). Sementara itu, nasabah korporasi dilayani secara sentral melalui kantor pusat dan berkoordinasi dengan kantor cabang yang terkait.
2011 2010
Kantor Cabang (termasuk kantor kas) 944 932
ATM 8.578 7.459
Jumlah Jaringan Layanan (unit)
2011 2010
Kantor Cabang
Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 187,3 182,4
Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 11.987,3 10.450,1 ATM
Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 1.044,8 904,1
Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 1.098,1 936,9 Internet Banking
Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 607,7 402,5
Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 2.600,6 1.907,7 Mobile Banking
Jumlah Transaksi (dalam jutaan) 223,6 164,7
Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 244,1 187,4
Transaksi Melalui Jaringan Distribusi Utama
Untuk mengurangi tingkat antrian dan mendekatkan diri kepada nasabah, BCA menambah jumlah kantor kas untuk
memfasilitasi transaksi di area-area
perdagangan yang memiliki transaksi
yang tinggi. Melalui layanan Tunai BCA, BCA juga memperluas jangkauan dengan melibatkan jaringan toko-toko ritel untuk melayani nasabah dalam melakukan transaksi perbankan tertentu seperti penarikan uang tunai. Kami akan terus mengembangkan dan menambah sejumlah fitur pada layanan melalui ATM, Internet Banking, EDC, dan Mobile Banking untuk memenuhi kebutuhan nasabah.
Fasilitas Internet Banking BCA, KlikBCA, mengalami peningkatan dalam jumlah pengguna, baik nasabah individu maupun korporasi, sebesar 43,7% menjadi 2,8 juta pengguna di akhir tahun 2011. Volume transaksi melalui KlikBCA tercatat 608 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai Rp 2.601 triliun atau meningkat sebesar 36,3% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.908 triliun.
BCA menyediakan layanan Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer (B2C) melalui fasilitas Internet Banking. Selanjutnya, di awal tahun 2012, kami meluncurkan layanan BCA KlikPay, sebuah metode pembayaran online yang andal dan praktis bagi para nasabah melalui KlikBCA atau Kartu Kredit BCA untuk melakukan transaksi belanja online di website
merchant-merchant BCA.
Jaringan ATM BCA yang luas telah memfasilitasi 1.045 juta transaksi di tahun 2011, dengan total nilai transaksi sebesar Rp 1.098 triliun. Unit Bisnis Perbankan Cabang senantiasa melakukan program promosi untuk mendorong peningkatan penggunaan ATM dan Kartu Debit BCA melalui mesin-mesin EDC. Lebih dari 60.000 merchant BCA dengan 110.000 gerai tersebar di seluruh Indonesia, merupakan bagian dari komitmen BCA dalam mengembangkan jaringan EDC. Sepanjang tahun 2011, inisiatif promosi untuk mengembangkan Debit BCA difokuskan pada
merchant-merchant strategis seperti SPBU dan
Melalui m-BCA, layanan Mobile Banking BCA, sebanyak 2,8 juta nasabah yang terdaftar melakukan 224 juta transaksi pada tahun 2011, dengan total nilai transaksi sebesar Rp 244,1 triliun, meningkat sebesar 30,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober 2011, Bank meluncurkan aplikasi BCA Mobile yang memungkinkan nasabah untuk mengakses KlikBCA dan m-BCA dari single
gateway. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan akses bagi para nasabah yang sering mengakses jaringan BCA melalui
smartphone.
Lebih lanjut, BCA berupaya mempertahankan keunggulan di pasar layanan transaksi pembayaran mikro dengan kartu Flazz, sebuah cara pembayaran menggunakan mekanisme contactless cash supplement. Pada tahun 2011, terdapat sebanyak 3,2 juta Kartu Flazz yang beredar, naik sebesar 25,9% dari tahun 2010. BCA melanjutkan upaya memperluas penggunaan kartu Flazz melalui kerja sama dengan penyedia layanan parkir, gerai makanan dan minuman, serta pasar ritel modern (minimarket, supermarket, dan hipermarket).
Dana Pihak Ketiga
Didukung oleh cakupan jaringan yang luas,
platform perbankan transaksi BCA yang solid
telah membuat Bank mempunyai sejumlah keunggulan kompetitif dalam penghimpunan dana pihak ketiga dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Berbagai jenis rekening giro dan tabungan digunakan secara berkala oleh nasabah guna memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari.
Dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan 16,5% menjadi Rp 323,4 triliun di akhir tahun
2011 sejalan dengan meningkatnya aktivitas transaksi nasabah. Jumlah dana tabungan tumbuh 18,9% menjadi Rp 173,0 triliun sedangkan jumlah dana giro naik 18,8% menjadi Rp 76,0 triliun. Pada saat yang sama, total deposito meningkat 9,5% mencapai Rp 74,4 triliun. Meskipun dana giro dan tabungan tersebut bersifat jangka pendek,
perputaran dana dengan intensitas
transaksi yang tinggi didalam jaringan BCA menyebabkan stabilnya pengendapan dana inti.
Tahapan BCA tetap menjadi produk tabungan utama Bank dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nasabah dari berbagai segmen. Pada tanggal 31 Desember 2011, total dana pihak ketiga di Tahapan mencapai Rp 156,4 triliun, naik 20,8% dari tahun 2010. BCA juga menawarkan Tahapan Gold, produk yang khusus ditujukan bagi nasabah high net worth
individuals yang sekaligus pemilik usaha.
Pada bulan September 2011 BCA meluncurkan
Tahapan Xpresi yang merupakan
pengembangan dari produk Tahapan dengan target khusus yaitu nasabah berusia 25 tahun ke bawah. Tahapan Xpresi dilengkapi fitur menarik untuk mengakomodasi kaum muda dengan gaya hidup dan kebutuhannya, serta untuk membiasakan mereka dengan transaksi elektronik sehingga dapat sekaligus mengedukasi mereka untuk mengelola keuangannya sedini mungkin.
BCA terus berupaya untuk menyederhanakan proses pembukaan rekening. Di tahun 2011, BCA mengambil sebuah langkah penting untuk memungkinkan nasabah membuka rekening baru di produk tertentu (Tahapan, Tapres, dan BCA Dollar) secara online.
BCA telah melakukan berbagai macam kampanye marketing berbasiskan teknologi untuk membantu strategi komunikasi dan mulai menggunakan platform komunikasi massal yang didukung oleh aplikasi sosial media sebagai alat pemasaran. Jaringan penjualan secara tradisional juga terus difungsikan, seperti Gebyar BCA – sebuah program televisi
edutainment – yang telah berjalan sukses
selama 14 tahun. Gebyar BCA dipertahankan mengingat media tersebut efektif dan dapat diandalkan oleh Bank untuk menunjukkan citra perusahaan serta untuk mempromosikan produk dan layanan perbankan kepada publik.
Cash Management
Melalui layanan Cash Management, BCA
memfasilitasi perusahaan-perusahaan
dalam mengelola arus kas mereka dengan seefisien dan seefektif mungkin. Dengan jumlah nasabah yang terus meningkat, BCA menyediakan interface yang terintegrasi dan dapat disesuaikan untuk menghubungkan sistem BCA dengan aplikasi keuangan
nasabah. Hal tersebut dapat membantu nasabah untuk melakukan pengelolaan arus kas dan penyelesaian pembayaran yang terus bertumbuh.
BCA memperluas kehadirannya di jaringan usaha Pertamina – perusahaan minyak dan gas milik negara – termasuk SPBU, distributor minyak, dan agen LPG melalui pengembangan sistem koleksi otomatis host-to-host dan
pengembangan infrastruktur dengan
Pertamina. Melalui hal tersebut, Pertamina dapat melayani pelanggan dari berbagai industri seperti penerbangan, kelautan, dan industri lainnya dengan lebih efektif.
Dalam komunitas pasar modal, BCA
memperluas kerja samanya dengan para partisipan di bursa saham dan bursa berjangka
sesuai dengan peningkatan aktivitas
perdagangan efek. Dengan kapasitasnya di bidang jasa penyelesaian pembayaran, BCA menjadi salah satu bank dari 5 bank terpilih untuk melakukan penyelesaian transaksi efek selama periode 2011-2015. Selain itu, BCA juga
telah mengembangkan sebuah sistem untuk memenuhi kebutuhan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), untuk memisahkan rekening investor, sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan baru Bapepam-LK. Untuk mencapai hal tersebut, BCA bekerja sama dengan 65 perusahaan sekuritas (50,4% dari total perusahaan sekuritas yang beroperasi di Indonesia) dan mendukung operasional bisnis mereka melalui pengembangan sistem
host-to-host.
BCA juga menyediakan fasilitas sistem
host-to-host collection untuk komunitas produsen
semen. Sehingga proses collection dengan para distributor berjalan dengan stabil. Mengikuti kesuksesan ini, Bank senantiasa melihat berbagai peluang baru untuk bekerja sama dengan komunitas-komunitas lainnya. Produk Cash Management BCA terbukti sangat bermanfaat, sehingga sejumlah perusahaan yang menggunakan fasilitas tersebut meningkat sebanyak 9,4% di tahun 2011 menjadi 2.393 nasabah. Bank juga menciptakan fleksibilitas dan fungsi baru pada fasilitas Virtual Account, sebuah fitur Cash Management untuk rekonsiliasi pembayaran transaksi. Pada akhir tahun 2011, lebih dari 450 perusahaan telah menggunakan fasilitas Virtual Account tersebut.
Pinjaman Komersial dan UKM
Didorong oleh kinerja ekonomi Indonesia yang solid, kredit Komersial dan UKM tumbuh sebesar 31,7% menjadi Rp 79,0 triliun di tahun 2011 yang merupakan 39,1% dari total seluruh kredit BCA. Rasio kredit bermasalah untuk segmen Komersial dan UKM terjaga pada level yang rendah yaitu 0,5% di tahun 2011.
Kredit Komersial BCA meningkat 43,0% dari Rp 31,3 triliun pada 31 Desember 2010 mencapai Rp 44,7 triliun di akhir tahun 2011. Pada segmen ini, BCA menekankan pelayanan untuk para nasabah utama di industri perdagangan, manufaktur, dan jasa. Sebagian besar dari nasabah tersebut adalah para pelaku bisnis daerah di seluruh Indonesia. Pada tahun 2011, untuk mengakomodasi pertumbuhan bisnis nasabah Komersial, Bank mendefinisikan kembali pinjaman Komersial dimana saat ini menjadi fasilitas pembiayaan antara Rp 10 miliar hingga Rp 150 miliar yang sebelumnya sebesar Rp 10 miliar sampai Rp 100 miliar. Setelah melakukan berbagai pertimbangan dan analisis yang cermat, Bank telah meningkatkan status sejumlah debitur UKM yang memiliki prospek bisnis yang baik menjadi debitur Komersial. Hal ini menunjukkan kesuksesan pendekatan strategi BCA dalam membina hubungan dengan para nasabah dan pada saat yang bersamaan membangun bisnis mereka.
Pengembangan nasabah UKM ini adalah hasil dari dukungan Sentra Bisnis Komersial (SBK) serta berkat kerja sama yang baik antara
account officer, kepala cabang dan kepala
kantor wilayah. SBK merupakan infrastruktur penting untuk melakukan pendekatan yang lebih fokus dalam memenuhi kebutuhan segmen komersial. Dengan adanya dua SBK baru yang dibuka di Malang (Jawa Timur) dan Medan (Sumatera Utara), maka pada akhir tahun 2011 terdapat 10 SBK yang beroperasi di beberapa kota pusat bisnis di Indonesia.