• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SANKSI TERHADAP AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAMPAR NOMOR 13 TAHUN 2020 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Study Kasus Desa Sipungguk) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN SANKSI TERHADAP AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAMPAR NOMOR 13 TAHUN 2020 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Study Kasus Desa Sipungguk) SKRIPSI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(Study Kasus Desa Sipungguk)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Fakultas Syari‟ah dan Hukum

SUHARDI NIM. 11720715150

PROGRAM S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2023 M/1444 H

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Suhardi, (2022) : Penerapan Sanksi Terhadap Aktivitas Penangkapan Ikan Secara Ilegal Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Study Kasus Desa Sipungguk)

Sumber daya ikan yang ada di perairan Indonesia terbilang sangat banyak.

Sumber daya tersebut tentunya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara, khususnya masyarakat secara keseluruhan. Salah satu perbuatan dalam memanfaatkan lingkungan hidup yaitu dalam hal penangkapan ikan. Penangkapan ikan yang memang benar-benar baik adalah tanpa merusak ekosistem perairan yang ada, seperti dengan cara memancing, menjaring (menjala ikan). Sebaliknya beberapa alat yang merusak perairan dan pencemaran terhadap lingkungan yakni menangkap ikan dengan cara menggunakan bahan peledak, alat setrum atau menggunakan tuba (racun). Di Kabupaten Kampar, khususnya Desa Sipungguk masih ada yang melakukan penangkapan ikan menggunakan alat yang merusak perairan tersebut dan sanksi yang telah ada belum dapat diterapkan secara maksimal karena adanya beberapa kendala.

Dalam penelitian ini terdapat dua rumusan masalah yaitu bagaimana penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal. Jenis penelitian ini ialah jenis penelitian hukum sosiologis atau empiris dengan pendekatan sosiologi hukum, yakni yang menganalisis bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat.

Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.

Selanjutnya teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan responden dijadikan sebagai data di lapangan, lalu diidentifikasi dan dianalisa yang kemudian diambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus (deduktif).

Penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Desa Sipungguk) belum terlaksana dengan baik, karena masyarakat Desa Sipungguk sudah mengetahui secara umum Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut. Namun masih banyak terjadi penangkapan ikan secara illegal dilakukan oleh masyarakat.

Adapun faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di Desa Sipungguk ialah kurangnya pengetahuan hukum masyarakat, kurangnya kesadaran hukum masyarakat, kondisi ekonomi masyarakat, serta kurangnya pengawasan dan sanksi oleh pemerintah.

Kata Kunci : Pemerintah Desa Sipungguk, Penangkapan Ikan Ilegal, Sanksi

(6)

ii

KATA PENGANTAR

ِمْيِحَّرلا ِنَْحَّْرلا ِالله ِمْسِب

Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Sanksi Terhadap Aktivitas Penangkapan Ikan Secara Ilegal Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Study Kasus Desa Sipungguk)” untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad SAW, karena beliau telah membawa kita ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan dari semua pihak dengan berbagai bentuk kontribusi yang diberikan, baik secara moril maupun materil. Untuk itu dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat, karunia serta rahmat yang tak terhingga sehingga penulis mampu melewati berbagai macam rintangan dalam menjalani kehidupan terkhusus saat penyusunan skripsi ini.

2. Teristimewa kepada Almarhumah Ibunda tercinta yaitu Jamila yang telah mencurahkan kasih sayang, cinta dan pengorbanan yang tak terhingga untuk penulis. Beliaulah yang menjadi penguat dan sebagai motivator utama bagi penulis untuk bisa mendapatkan gelar sarjana ini.

(7)

iii

3. Terima kasih juga kepada saudara penulis yang sudah banyak membantu yaitu, Ernita, Ely Susanti, Misharlis, dan Mishardi. Untuk keponakan penulis, Asri Octoviani, Ardiansyah, Aidil Adha,

4. Terkhusus penulis sampaikan terima kasih kepada seseorang yang selalu ada di samping penulis, yang selalu memberikan semangat, do’a dan bantuan untuk kelancaran penyusunan skripsi ini, Nurhasanah, S.Pd. Serta juga kepada ibu Marhenis yang sudah seperti ibu kandung sendiri, yang telah banyak membantu dan mengirimkan do’a.

5. Bapak Dr. Zulkifli, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta bapak Dr. H. Erman Gani, M.Ag., selaku Wakil Dekan 1, bapak Dr. H.

Mawardi, M.Ag., selaku Wakil Dekan 2, dan Ibu Dr. H. Sofia Hardani, M.Ag., selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah melayani keperluan mahasiswa menjadi sarjana yang baik.

6. Bapak Asril, SHi. MH., selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan kesempatan, pelayanan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Dr. M. Alpi Syahrin, SH., MH. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum beserta bapak dan ibu Dosen yang telah mengajar dan telah memberikan ilmu kepada penulis selama proses perkuliahan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

8. Bapak Syafrinaldi, SH., MA. dan Bapak Dr. Nur Hidayat, S.H., M.H. selaku Pembimbing skripsi penulis yang selama ini telah membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmu dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

iv

9. Bapak Darmawan Tia Indrajaya, M.Ag. selaku Penasehat Akademik (PA) yang telah banyak memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Syari’ah dan Hukum.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih ada kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisan, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.

Oleh karena itu, saran dan kritik serta koreksi dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan baik.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Aamiin, Ya Rabbal „Alamin.

Wasalamu‟alaikun Warahmatullah Wabarakatuh

Pekanbaru, 30 November 2022 Penulis,

SUHARDI

NIM : 11720715150

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Teori tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 12

1. Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 12

2. Asas-Asas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 12

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 14

4. Program Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 15

B. Teori tentang Perikanan dan Penangkapan Perikanan ... 15

1. Perikanan ... 15

2. Pengelolaan Perikanan... 17

3. Pemanfaatan dan Penangkapan Perikanan ... 17

C. Teori tentang Penerapan Sanksi dan Penerapan Hukum Administrasi Negara ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Pendekatan Penelitian ... 25

C. Lokasi Penelitian ... 26

D. Populasi dan Sampel ... 26

E. Sumber Data ... 28

(10)

vi

F. Teknik Pengumpulan Data ... 29

G. Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Penerapan Sanksi Terhadap Aktivitas Penangkapan Ikan Secara Ilegal Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Study Kasus Desa Sipungguk) ... 31

B. Faktor Penyebab Yang Mempengaruhi Penerapan Sanksi Terhadap Aktivitas Penangkapan Ikan Secara Ilegal Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Study Kasus Desa Sipungguk) ... 40

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 27

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Adanya sumber daya alam yang diciptakan Allah SWT untuk semua makhluk yang ada di bumi merupakan nikmat yang tiada tara bagi umat manusia tentunya.

Seandainya sumber daya alam berupa tanaman, tumbuhan dan hewan baik itu yang ada di air maupun yang di darat dikelola dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan tanpa adanya yang merusak lingkungan, tentunya suasana alam akan asri dan indah. Itu juga termasuk yang ada di Indonesia yang terkenal dengan daerah perairan yang membutuhkan kebijakan pemerintah agar terbinanya sumber daya ikan dan lingkungan yang baik dengan maksud untuk meningkatkan perekonomian nelayan yang ada disekitarnya.1

Sumber daya ikan yang ada di perairan Indonesia terbilang sangat banyak.

Sumber daya tersebut tentunya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara, khususnya masyarakat secara keseluruhan. Pengelolaan sumber daya ikan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya.2 Pencemaran air merupakan kondisi air yang menyimpang dari sifat-sifat air dari keadaan normal. Apabila air tercemar, maka keseimbangan ekosistem didalamnya juga akan terganggu. Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya.

1 Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 8.

2 Djoko Tribawono, Hukum Perikanan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013), h. 82.

(13)

Salah satu perbuatan dalam memanfaatkan lingkungan hidup yaitu dalam hal penangkapan ikan. Penangkapan ikan yang memang benar-benar baik adalah tanpa merusak ekosistem perairan yang ada, hal ini bisa dilakukan dengan cara memancing, menjaring (menjala ikan) atau memasang alat yang tidak merusak perairan lainnya dan ramah lingkungan.3 Beberapa alat yang merusak perairan dan pencemaran terhadap lingkungan yakni menangkap ikan dengan cara menggunakan bahan peledak, alat setrum atau menggunakan tuba (racun) yang dibubuhi ke air yang ada ikannya, memang cara ini mudah untuk mendapatkan ikan, namun hal ini merusak perkembangan ikan dan merusak perairan.4

Perbuatan ini dilarang pemerintah bahkan terkadang sudah ada yang tertangkap. Meskipun begitu, hal itu tidak membuat efek jera terhadap nelayan dan masih ada yang menggunakan alat tersebut untuk memperoleh ikan yang banyak. Ini diakibatkan oleh lemahnya perekonomian nelayan dan kurangnya pendidikan nelayan terhadap efek berkelanjutannya akan apa yang diperbuatnya.

Kurangnya kesadaran nelayan akan penting memelihara dan melestarikan sumber daya alam terutama daerah perairan tempat mereka tinggal memang terlihat jelas dikarenakan desakan ekonomi dan rendahnya pendidikan, yang mana seharusnya perbuatan tersebut tidak mereka lakukan.5 Secara spesifik, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bagian Ketiga Pasal 57 ayat (2) termuat bahwa :

3 Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, op. cit., h. 13.

4 Ahmad Royani, Sanksi Hukum Pidana Terhadap Penggunaan Bahan Peledak dalam Penangkapan Ikan, Jurnal Independent, Vol. 6, No. 1 (2018), h. 34.

5 Ibid., h. 22.

(14)

3

Dalam upaya pelestarian dan perlindungan fungsi lingkungan hidup setiap orang dilarang :

a. Melakukan pembuangan sampah atau limbah padat pada badan air tempat-tempat lain yang tidak diperuntukkan sebagai tempat pembuangan sampah

b. Melakukan penangkapan ikan dan/atau biota lainnya di lingkungan perairan dengan menggunakan racun, listrik, dan bahan peledak.6

Kekayaan sumber daya perairan di Indonesia yang sangat beragam ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan pengelolaan secara optimal dan bertanggung jawab. Pemanfaatan sumber daya hayati perairan ini bisa dilakukan dengan cara penangkapan yang bertanggung jawab. Salah satu bentuk tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber daya perairan adalah dalam melakukan penangkapan, nelayan harus mematuhi peraturan yang berlaku.

Setiap daerah, instansi memiliki peraturannya sendiri, begitu juga dengan desa. Desa memiliki peraturan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan desa itu sendiri, terlepas dari peraturan pemerintahan pusat. Maksud dari Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala Desa.

Reformasi pemerintahan desa akan terlihat dengan jelas hubungan yang harmonis antara : Masyarakat desa dan pemerintah desa, sehingga pemerintah desa dalam segala keputusannya dan tindakannya selalu mengutamakan kepentingan dan aspirasi masyarakat desa tanpa melupakan kepentingan Negara Kesatuan RI dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa (Bhinneka Tunggal Ika). Disamping itu, masyarakat desa wajib mendukung pemerintahannya dengan menaati keputusan-keputusan serta menaati tindakan-tindakannya yang

6 Kampar, Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 57 ayat (2) .

(15)

demokratif dan sekaligus dapat pula mengoreksi tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat.

Bagi Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembangunan nasional. Karena perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, maka diperlukan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. 7 Pembangunan dan perkembangan zaman harus bersamaan dengan perkembangan bidang hukum untuk menjaga serta menciptakan stabilitas nasional dan memberikan kepastian hukum serta keadilan bagi setiap warga negara.

Setiap tindakan yang melanggar ketentuan pidana, baik yang dilakukan oleh pemegang izin, masyarakat, maupun aparatur pemerintah, apabila memenuhi klasifikasi ketentuan pidana, tentu harus ditindak. Pencegahan terjadinya pelanggaran dan kejahatan di bidang perizinan kiranya tetap dilakukan secara sistematis dan terpadu dengan harapan sistem tersebut dibuat untuk menghindarkan terjadinya kejahatan atau pelanggaran.8

Pada tahap inilah peran hukum, khususnya hukum pidana sangat dibutuhkan untuk menjadi media kontrol dan pencegahan terhadap tindakan-tindakan yang dapat mengganggu stabilitas pengelolaan, serta kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Fungsionalisasi hukum sebagai sarana pengelolaan sumber daya perikanan, disamping sarana-sarana lainnya, juga memiliki kelebihan yang tidak

7 Nurdin, Edi Susilo. et., al., Hukum Perikanan, (Malang: UB Press, 2017), h. 21.

8 Isro Daeng Halim,”Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penangkapan Ikan yang Menggunakan Bahan Peledak” dalam Hukum Al-Ishlah, Volume 21., No.

2., (2019), h. 58.

(16)

5

dimiliki sarana lainnya, yakni sifat mengikat dan/atau memaksa dari hukum itu.9 Karena Indonesia sebagai negara hukum dapat diartikan sebagai alat dissimulation suatu negara bahwa negara benar-benar punya hukum untuk dapat ditegakkan pada setiap orang.10

Perumusan kaidah-kaidah kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan dalam suatu perundang-undangan tidak serta merta menyelesaikan permasalahan yang ada, karena efektifitas hukum tersebut akan sangat tergantung pada aspek operasionalnya. Disinilah peran sanksi yang seringkali dinilai penting dan sangat menentukan untuk tercapainya kepatuhan, terlebih lagi sanksi hukum pidana.

Pelaksanaan penegakan hukum di bidang perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka menunjang pembangunan perikanan secara terkendali dan sesuai dengan asas pengelolaan perikanan, sehingga pembangunan perikanan dapat berjalan secara berkelanjutan.11 Oleh karena itu, adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap penegakan hukum atas tindak pidana di bidang perikanan yang mencakup penyidikan, penuntutan.

Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur sanksi bagi

9 Djoko Tribawono, Hukum Perikanan Indonesia, op. cit., h. 99.

10 Nur Hidayat dan Desi Apriani, “Koherensi Sistem Hukum Pancasila dengan Metode Penalaran Ideologi Pancasila, Negara Hukum, Volume 12, No. 1., (2021), h. 2.

11 Nurdin, Edi Susilo. et., al., Hukum Perikanan, op. cit., h. 23.

(17)

setiap orang yang melanggar Pasal 57, dapat dilihat pada Bab XIX (19), Ketentuan Pidana Pasal 110 yang berbunyi :

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Lingkungan Hidup.12

Selanjutnya, sungai sebagai wilayah yang membentang luas di kabupaten Kampar, merupakan daerah yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dengan penerapan hukum yang berlaku di wilayah kabupaten Kampar. Pada dasarmya setiap insan manusia mempunyai hak untuk menikmati kekayaan yang terkandung didalamnya. Namun masalahnya sekarang ialah bagaimana ketentuan yang mengatur masalah prosedur pemanfaatan kekayaan tersebut. Salah satunya di wilayah desa Sipungguk, kecamatan Salo, Kabupaten Kampar.

Sejalan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang melarang penangkapan ikan menggunakan bahan atau alat yang dapat merusak kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan, pemerintah desa Sipungguk juga menerbitkan peraturan mengenai hal itu. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Desa Sipungguk Nomor 03 Tahun 2022 tentang Lingkungan Hidup dalam poin huruf b yang berbunyi :

“Yang dimaksud dalam poin huruf a adalah permasalahan dalam hal Pertambangan (pengerukan tanah), larangan penangkapan ikan dengan

12 Kampar, Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 110.

(18)

7

bahan beracun dan alat setrum, dan hal yang berhubungan dengan lingkungan hidup di kawasan Desa Sipungguk.13

Meskipun demikian, peraturan tersebut tidak berlaku di seluruh kawasan desa Sipungguk, melainkan hanya berlaku di kawasan tertentu. Hal ini terdapat dalam Peraturan Kepala Desa Sipungguk Nomor 03 Tahun 2022 tentang Lingkungan Hidup , yaitu dalam poin huruf h yang berbunyi :

“Sehubungan dengan penangkapan ikan yang menggunakan bahan beracun dan alat setrum hanya dikhususkan larangannya di kawasan perikanan, aliran sungai Sipungguk serta kawasan pemukiman masyarakat yang berupa hak milik.”14

Selanjutnya, masalah yang terjadi di desa Sipungguk adalah masih adanya pihak yang tidak bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya, salah satunya menangkap ikan di sungai dengan cara setrum dan tuba atau meracun tanpa ada izin dari pemerintah desa yang bersangkutan, dan mengakibatkan ekosistem di sungai tercemar. Berdasarkan Surat Teguran yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Sipungguk pada tanggal 16 Maret 2022 dengan Nomor 110/DS- SP/III/2022 terdapat beberapa orang warga yang melakukan pelanggaran penangkapan ikan, yaitu Agus Salim (28 tahun), M. Rahim (28 tahun), dan Adi Saputra (24 tahun) yang menggunakan alat setrum, serta Afrizal (25 tahun) dan Si’am (39 tahun) yang menggunakan cara tuba. Lima orang warga yang melakukan pelanggaran tersebut akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini, ditambah dengan 1 orang Kepala Desa, 1 orang Sekretaris Desa, dan 2 orang Kepala Dusun.

13 Sipungguk, Peraturan Kepala Desa Sipungguk Nomor 03 Tahun 2022 tentang Lingkungan Hidup, poin (b).

14 Ibid., poin (h).

(19)

Maka dari itu sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup perlu di perhatikan oleh Pemerintah Daerah Kampar untuk menindak lanjuti sanksi bagi pihak yang melakukan penangkapan ikan illegal di sungai Kampar tersebut. Hal tersebut diperlukan demi menjaga kelestarian dan perlindungan ekosistem sungai Kampar.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat skripsi dengan judul PENERAPAN SANKSI TERHADAP AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAMPAR NOMOR 13 TAHUN 2020 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (Study Kasus Desa Sipungguk).

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, agar pembahasan pada penelitian ini lebih terarah dan lebih mudah dipahami, maka penulis membatasi permasalahan dan titik fokusnya yaitu pada penerapan sanksi terhadap pelaku penangkapan ikan yang merusak ekosistem seperti menangkap ikan menggunakan bahan peledak, alat setrum atau menggunakan tuba (racun), berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020, dan faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap pelaku penangkapan ikan yang merusak ekosistem berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(20)

9

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?

2. Faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di sungai Kampar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di sungai Kampar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar ini memiliki manfaat teoretis, praktis, dan akademik. Ketiga manfaat tersebut ialah sebagai berikut :

(21)

a. Manfaat Teoretis

1) Dapat mengetahui bagaimana penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2) Dapat mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di sungai Kampar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan pengetahuan dan bisa menjadi pedoman untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang lebih baik, khususnya mengenai penerapan sanksi bagi pelaku penangkap ikan yang merusak lingkungan.

2) Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang terlaksana atau tidaknya penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di sungai Kampar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c. Manfaat Akademik

1) Sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Hukum (S1) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(22)

11

2) Sebagai referensi dalam mengerjakan proposal ataupun tugas akhir skripsi terkait dengan kajian yang sama, serta juga bermanfaat sebagai wadah pengembangan pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di sungai Kampar berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3) Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum, khususnya di bidang Hukum Tata Negara.

(23)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.15

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup hendaknya dilakukan secara terpadu dan bersinergi dengan penataan ruang, perlindungan sumber daya alam non hayati, perlindungan sumber daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.

2. Asas-Asas Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Adapun asas-asas atau prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah :

a) Asas tanggung jawab negara, meliputi :

1) Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan.

2) Mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun masa depan.

3) Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

4) Negara mencegah setiap kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang

15 Ruslan Renggong, Hukum Pidana Lingkungan Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 78.

(24)

13

menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

b) Asas kelestarian dan keberlanjutan, adalah bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.

c) Asas keserasian dan keseimbangan, adalah bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memerhatikan berbagai aspek seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.

d) Asas keterpaduan, adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau mensinergikan berbagai komponen terkait.

e) Asas manfaat, adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.

f) Asas kehati-hatian, adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

g) Asas keadilan, adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas gender.

h) Asas ekoregion, adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memerhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat dan kearifan lokal.

i) Asas keanekaragaman hayati, adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memerhatikan upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alan hewani yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

j) Asas pencemar membayar, adalah bahwa setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.

k) Asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

l) Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memerhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

m)Asas tata kelola Pemerintahan yang baik, adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

(25)

n) Asas otonomi daerah adalah bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memerhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.16

3. Tujuan dan Ruang Lingkup Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memiliki beberapa tujuan, yaitu :

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia

c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem, menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

d. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup e. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa

depan

f. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia

g. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana

h. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan: dan mengantisipasi isu lingkungan global.17

Adapun ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi perencanaan lingkungan hidup, pemanfaatan lingkungan hidup, pengendalian pencemaran lingkungan hidup, pemeliharaan lingkungan hidup, pengawasan pengelolaan lingkungan hidup, dan penegakan hukum lingkungan.18

16 Yunus Wahid, Pengantar Hukum Lingkungan, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 174-175.

17 Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 55.

18 Muhammad Sood, Hukum lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2019), h.

201.

(26)

15

4. Program Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup hendaknya dilakukan secara menyeluruh, bersifat koordinatif dan akomodatif, dan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, pelaku ekonomi, maupun masyarakat. Program pembangunan perlindungan dan pengelolaan lingkungan ada 9, yaitu :

a. Pembinaan penduduk dan pemukiman, serta pengelolaan lingkungan hidup b. Pembangunan sektor irigasi dan pengelolaan lingkungan hidup

c. Pembangunan sektor pertanian dan perkebunan, serta pengelolaan lingkungan hidup

d. Pembangunan sektor industri dan pengelolaan lingkungan hidup

e. Pembangunan sektor pertambangan dan energi, serta pengelolaan lingkungan hidup

f. Pembangunan sektor kehutanan dan pengelolaan lingkungan hidup

g. Pembangunan sektor perikanan dan sumber daya kelautan, serta pengelolaan lingkungan hidup

h. Pembangunan sektor pariwisata dan pengelolaan lingkungan hidup i. Perlindungan sumber daya buatan dan benda cagar budaya.19 B. Teori tentang Perikanan dan Penangkapan Perikanan

1. Perikanan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya pengertian hukum perikanan adalah semua peraturan perundang-undangan yang mengatur dan membahas bidang perikanan termasuk kelautan.20

19 Ibid., h. 157.

20 Nurdin, Edi Susilo. et., al., Hukum Perikanan, op. cit., h. 4.

(27)

Salah satu pertimbangan/alasan diberlakukannya hukum perikanan adalah bahwa pengelolaan sumber daya ikan perlu dilakukan sebaik-baiknya berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup nelayan, pembudidaya ikan, dan/atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan perikanan dan bahwa kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya perlu dibina.21

Hukum perikanan mengatur perilaku manusia dalam memanfaatkan sumber daya ikan agar ketersediaannya secara kualitas dan kuantitas selalu stabil.

Karena untuk nelayan, kepentingan yang perlu diatur oleh pemerintah adalah ketersediaan sumber daya ikan dan merupakan kewajiban pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan para nelayan tersebut.

Wilayah hukum perikanan Indonesia meliputi perairan nasional, mulai dari laut teritorial, laut pedalaman, laut kepulauan sampai wilayah laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Pada wilayah ZEEI, Indonesia memiliki hak-hak berdaulat yang antara lain berupa pengelolaan sumber daya ikan. Pemerintah Indonesia berhak mengatur pengelolaan sumber daya ikan, termasuk hal-hal yang bersifat administratif, misalnya tentang perizinan. Di samping itu, pemerintah Indonesia juga perlu memperhatikan hukum internasional yang berlaku.22

Dalam konteks hukum perikanan, memanfaatkan sumber daya ikan adalah hak tiap warga negara, seperti nelayan. Nelayan melakukan penangkapan ikan

21 Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, op. cit., h. 24.

22 Ibid., h. 24.

(28)

17

yang merupakan pekerjaannya untuk mendapatkan nafkah bagi keperluan hidupnya dan dalam konteks inilah negara wajib melindungi hak warga negaranya. Di samping itu, para nelayan tersebut wajib memperhatikan aspek- aspek kelestarian dari sumber daya ikan yaitu melakukan penangkapan ikan yang tidak merusak lingkungan abiotik maupun biotik lainnya.

2. Pengelolaan Perikanan

Pada prinsipnya, pengelolaan perikanan mengadopsi serta mengedepankan konservasi dan pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan.23 Karena itulah semua kebijakan, baik mulai dari tingkat lokal, nasional, subregional, maupun regional disusun berdasarkan hasil penelitian/kajian ilmiah. Upaya pelestarian sumber daya perikanan dapat ditempuh dengan : a. Menghindari penangkapan ikan melebihi kapasitas

b. Tinjauan kondisi ekonomi sebagai dasar untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha penangkapan ikan berkelanjutan

c. Perhatian tetap diarahkan pada kepentingan nelayan subsisten, baik perikanan skala kecil/tradisional, maupun perikanan pantai

d. Melakukan konservasi keanekaragaman hayati dalam habitat akuatik dan ekosistemnya

e. Pencemarah limbah, ikan buangan hasil tangkapan oleh alat tangkap yang hilang harus diminimumkan dengan langkah khusus serta pengembangan alat dan teknik penangkapan yang ramah lingkungan.24

3. Pemanfaatan dan Penangkapan Perikanan

Pemanfaatan sumber daya perikanan jangka panjang berkaitan erat dengan upaya konservasi, yaitu mempertahankan atau melakukan pemulihan terhadap stok sumber daya perikanan. Sumber daya perikanan adalah potensi potensi semua jenis ikan yang terdiri dari beberapa kelompok jenis ikan. Sumber daya ikan merupakan sumber daya yang dapat dipulihkan (renewable).

23 Djoko Tribawono, Hukum Perikanan Indonesia, op. cit., h. 80.

24 Ibid., h. 81.

(29)

Hal ini berarti bahwa jika sumber daya diambil sebagian, sisa ikan yang tinggal memiliki kemampuan untuk memperbarui dirinya dengan berkembang biak.25 Untuk itu, penangkapan ikan perlu dilakukan dengan aturan-aturan tertentu, misalnya ukuran mata jaring alat tangkap jenis gill net perlu ditentukan besarnya, lalu tata cara penangkapan, dan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk membatasi ukuran ikan yang masuk dalam jaring, sehingga ikan-ikan muda dapat berkembang.

Selanjutnya, penangkapan sumber daya perikanan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun. Pendekatan selektivitas termasuk metode penangkapan ikan yang dapat digunakan dengan tujuan mempertahankan produktivitas dari stok ikan sehingga keberlanjutan sumber daya ikan terjamin.26

Selain pendekatan selektif, ada juga alat atau cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Penangkapan ikan ramah lingkungan merupakan upaya sadar dan berencana dalam menggunakan alat tangkap dalam memanfaatkan sumber daya ikan secara bijaksana dalam pembangunan perikanan yang berkesinambungan tanpa mengganggu kualitas lingkungan hidup. Alat atau cara tersebut adalah sebagai berikut :

a. Jaring insang (gillnet and entangling nets), yaitu alat penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring merata. Jaring ini digunakan dengan cara menghadang gerombolan ikan.

b. Pancing (hook and line), alat ini digunakan untuk memancing sehingga ikan terkait mata pancing yang dirangkai dengan tali dengan atau tanpa umpan.

25 Merisa Nur Putri,”Penegakan Hukum terhadap Penangkapan Ikan Secara Ilegal yang Melibatkan Negara Lain”, Jurnal Penelitian Universitas Kuningan, Volume 11, No. 1., (2020), h.

10.

26 Garda Yustisia Pambudi,”Tinjauan Kriminologis Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Ilegal Fishing di Indonesia”, Gema Keadilan, Volume 8, Edisi III., (2021), h. 6.

(30)

19

c. Alat yang dijatuhkan (falling gears), yaitu alat yang pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan dengan atau tanpa kapal.

d. Perangkap (traps), alat penangkap ikan jenis ini terdiri dari berbagai bentuk dan material. Ada yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi. Perangkap bisa dipasang secara tetap atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu.

e. Penggaruk (dredges), merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi bergerigi. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu.

f. Jaring lingkar (surrounding nets), pengoperasian jaring ini dengan cara menghadang arah renang ikan. Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan.

g. Jaring angkat (lift nets), yaitu alat penangkap ikan berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkan menggunakan kerangka dari batang kayu atau bambu. Alat ini dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal.

h. Alat penjepit dan melukai (grappling and wounding), pengoperasian alat ini dengan cara mencengkeram, menjepit, melukai dan atau membunuh sasaran tangkap.27

Di samping alat penangkapan ikan ramah lingkungan, ada beberapa metode yang kini dilarang hampir di seluruh dunia, yaitu dengan penggunaan bahan kimia maupun bahan biologis dari tumbuh-tumbuhan, aliran listrik, bom, dinamit, dan bahan peledak lainnya serta alat atau cara yang membahayakan pelestarian sumber daya ikan. Penangkapan yang dilarang tersebut termasuk ke dalam Ilegal Fishing, yaitu kegiatan perikanan yang tidak sah.28 Semua metode ini dilarang karena tingkat destruksinya sangat besar bagi sumber daya ikan dan lingkungan habitatnya. Meskipun dilarang, faktanya masih banyak yang melakukan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak lingkungan tersebut pada banyak tempat di dunia, khususnya di negara berkembang.

Termasuk di Indonesia, masih banyak yang menggunakan cara-cara yang

27 Sariagri, artikel dari https://m.sariagri.id/article/amp/59276/mengenal-8-alat- penangkap-ikan-yang-ramah-lingkungan. Diakses pada 2 Juni 2022.

28 Nunung Mahmudah, Illegal Fishing : Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Wilayah Perairan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), h. 81.

(31)

dilarang tersebut, meskipun sudah ada peraturan yang mengaturnya dengan sanksi-sanksi tertentu.

C. Teori tentang Penerapan Sanksi dan Penerapan Hukum Administrasi Negara

Sanksi hukum adalah hukuman yang dijatuhkan pada seseorang yang melanggar hukum. Sanksi juga merupakan bentuk perwujudan yang paling jelas dari kekuasaan negara dalam pelaksanaan kewajibannya untuk memaksakan ditaatinya hukum. Menurut Kamus Hukum, sanksi diartikan sebagai akibat dari suatu perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain (manusia atau makhluk sosial).

Berikut pengertian sanksi menurut beberapa ahli :

a. Rumania, sanksi didefinisikan sebagai konsekuensi dari tidak mematuhi aturan perilaku yang ditentukan atau disetujui oleh negara.

b. Henry Campbell Black, sanksi dirumuskan sebagai bagian dari hukum yang dirancang untuk mengamankan penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman atas pelanggarannya atau menawarkan ganjaran atas ketaatannya.

c. Bryan A. Garner, menyatakan sanksi sebagai hukuman atau tindakan paksaan yang dihasilkan dari kegagalan untuk mematuhi hukum, aturan, atau perintah (sanksi untuk menemukan penyalahgunaan/pelanggaran)

d. Utrecht, yang dimaksud dengan sanksi adalah akibat dari suatu perbuatan atau suatu reaksi dari pihak lain, baik itu manusia atau lembaga sosial atas perbuatan lainnya.29

Ada beberapa macam sanksi hukum, yaitu : 1. Sanksi Pidana

Sanksi pidana dijatuhkan kepada seseorang yang melanggar ketentuan hukum pidana. Dalam penerapan hukum pidana harus mendasarkan pada hukum acara pidana yang jelas. Hal ini untuk memberikan hak kepada seseorang untuk membela diri, berkaitan pula dengan penerapan asas legalitas. Dalam hukum

29 Sri Nur Hari Susanto,”Karakter Yuridis Sanksi Hukum Administrasi : Suatu Pendekatan Komparasi”, Adminitrative Law & Governance Journal, Volume 2, Edisi I., (2019), h.

5.

(32)

21

pidana, sanksi hukum disebut hukuman. Hukuman sendiri diatur dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu:

I. Hukuman pokok, yang terbagi menjadi 4 : hukuman mati, hukuman penjara, hukuman kurungan, dan hukuman denda.

II. Hukuman-hukuman tambahan, yang terbagi menjadi 3 : pencabutan beberapa hak yang tertentu, perampasan barang yang tertentu, dan pengumuman keputusan hakim.30

2. Sanksi Perdata

Sanksi perdata adalah sanksi yang diterapkan kepada seseorang yang telah melanggar ketentuan hukum yang telah dibuatnya dalam suatu perikatan. Dalam hukum perdata, putusan yang dijatuhkan oleh hakim dapat berupa :

a. Putusan condemnatoir yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang dikalahkan untuk memenuhi prestasi (kewajibannya). Contoh: salah satu pihak dihukum untuk membayar kerugian, pihak yang kalah dihukum untuk membayar biaya perkara

b. Putusan declaratoir yakni putusan yang amarnya menciptakan suatu keadaan yang sah menurut hukum. Putusan ini hanya bersifat menerangkan dan menegaskan suatu keadaan hukum semata-mata. Contoh: putusan yang menyatakan bahwa penggugat sebagai pemilik yang sah atas tanah sengketa c. Putusan constitutif yakni putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum

dan menciptakan keadaan hukum baru. Contoh: putusan yang memutuskan suatu ikatan perkawinan.31

3. Sanksi Administrasi

Dapat berbentuk penolakan pemberian izin, mencabut izin yang telah diberikan.

Ciri umum sanksi administrasi ialah merupakan konsekuensi negatif dari pelanggaran terhadap kewajiban dan tugas yang bersifat administrasi dan legal.

Penerapan sanksi administrasi tidak dapat dilepaskan dari kebijakan secara umum yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban, memberi kepastian hukum dan jaminan perlindungan terhadap hak setiap orang dari suatu gangguan.

30 Ibid., h. 6.

31 Ibid., h. 7.

(33)

Sejalan dengan hal itu, ada yang namanya Hukum Administrasi Negara (HAN).

Berikut pengertiannya menurut para ahli, diantaranya :

1. Logemann, hukum administrasi negara adalah seperangkat norma yang berhubungan dengan pejabat administrasi negara melakukan tugasnya dengan cara khusus.

2. De La Bascecoir Anan, hukum administrasi negara adalah serangkaian aturan yang menjadikan suatu negara berfungsi, yang mengatur hubungan antara warga negaranya dengan pemerintahan.

3. L.J. Van Apeldoorn, hukum administrasi negara adalah aturan yang seharusnya diperlihatkan oleh penguasa negara.

4. A.A.H. Strungken, hukum administrasi negara adalah aturan-aturan yang menguasai setiap cabang kegiatan penguasa sendiri.32

Sanksi dalam Hukum Administrasi Negara terbagi ke dalam 4 jenis, yaitu : a. Paksaan Pemerintah (Bestuursdwang)

Paksaan pemerintah merupakan tindakan nyata yang dilaksanakan oleh pemerintah atau atas nama pemerintah guna mengosongkan, memindahkan, menghalangi, memperbaiki keadaan yang telah dilakukan atau sedang dilakukan, yang bertentangan dengan kewajiban dalam peraturan perundang-undangan sesuai keadaan semula.33 Dalam hal ini, pemerintah memiliki kebebasan untuk memilih apakah menggunakan paksaan pemerintah atau tidak. Salah satu ketentuan hukum dalam pelaksanaan paksaan pemerintah wajib didahului oleh surat peringatan tertulis, yang dituangkan dalam bentuk KTUN.

b. Pembayaran Penalti / Uang Paksa (Dwangsom)

Pengenaan uang paksa dikenakan pada pihak yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pengenaan uang paksa ini merupakan alternatif dari tindakan paksaan pemerintah. Pengenaan uang paksa dikatakan sebagai alternatif untuk tindakan nyata yang dianggap sebagai

32 Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2018), h. 12.

33 Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, op. cit., h. 34.

(34)

23

sanksi reparatoir. Persoalan hukum yang dihadapi dalam pengenaan dwangsom sama dengan pelaksanaan paksaan nyata. Pengenaan uang paksa ini lebih banyak diterapkan ketika pelaksanaan bestuursdwang sulit dilakukan.34

c. Denda Administrasi (Administratieve/Bestuurslijke Boete)

Pengenaan denda administratif ini tidak lebih dari sekadar reaksi terhadap pelanggaran norma yang ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti, terutama denda administrasi yang terdapat dalam hukum pajak. Pengenaan denda administratif ini diberikan tanpa perantaraan hakim, artinya pemerintah dapat menerapkan secara arbitrer.35 Namun, harus tetap memperhatikan asas-asas Hukum Administrasi Negara baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Berkenaan dengan denda administratif ini, dapat disimpulkan bahwa denda administrasi hanya dapat diterapkan atas dasar kekuatan wewenang yang diatur Undang- Undang dalam arti formal.

d. Penarikan KTUN yang Menguntungkan (Het Intrekken Van Een Begunstigende Beschikking/Withdraw License)

Penarikan kembali KTUN (Keputusan Tata Usaha Negara) yang menguntungkan berarti meniadakan hak-hak yang terdapat dalam keputusan organ pemerintahan. Penarikan kembali KTUN yang menguntungkan dilakukan dengan cara mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan terdahulu.36

Selanjutnya, penerapan sanksi pidana dan sanksi tindakan dalam Peraturan

34 Ibid., h. 35

35 Ibid.

36 Sri Nur Hari Susanto, Karakter Yuridis Sanksi Hukum Administrasi : Suatu Pendekatan Komparasi, op. cit., h. 17.

(35)

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sangat diperlukan karena lingkungan sebagai tempat tinggal makhluk hidup terutama manusia mempunyai lebih banyak kepentingan dengan lingkungan. Karena itu perlu diatur mengenai pemanfaatan lingkungan agar lingkungan tidak dieksploitasi berlebihan sehingga dapat merusak lingkungan dan nantinya akan merugikan manusia itu sendiri.

Diterapkannya sanksi pidana yang dalam hal ini diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 95 sampai dengan Pasal 100 dan Pasal 110 berupa pidana kurungan, denda, dan pencabutan izin untuk setiap orang atau badan usaha yang melakukan tindak pidana lingkungan. Selanjutnya sanksi tindakan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kampar tersebut berupa penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan, perbaikan akibat tindak pidana.37

Masalah lingkungan merupakan masalah yang kompleks, yang tidak cukup hanya diselesaikan dengan memberikan sanksi pidana saja berupa pidana kurungan dan denda. Akan tetapi perlu juga dikenakan sanksi tindakan terutama bagi korporasi yang melakukan tindak pidana lingkungan seperti pencemaran misalnya, korporasi tersebut juga harus memperbaiki lingkungan yang dicemarinya sampai lingkungan tersebut pulih kembali dan bebas dari pencemaran. Dalam hal penerapan sanksi untuk tindak pidana lingkungan, lebih efektif memberikan sanksi tindakan karena sanksi tindakan yang diterapkan lebih dianggap bisa memberikan rasa adil bagi masyarakat dan lingkungan yang menjadi obyek tindak pidana lingkungan.

37 Kampar, Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(36)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum pada penelitian ini yaitu penelitian hukum sosiologis.

Penelitian hukum sosiologis atau empiris yaitu yang meneliti hukum dari perspektif eksternal, dengan objek penelitiannya adalah sikap dan perilaku sosial terhadap hukum.38

Dengan kata lain, penelitian hukum sosiologis atau yang biasa disebut dengan penelitian hukum empiris ini merupakan salah satu jenis penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji bekerja atau tidaknya hukum dalam masyarakat. Jadi, pada hasil penelitian ini akan terlihat apakah sebuah hukum itu terlaksana atau tidak sesuai dengan fungsi dan kedudukannya.

B. Pendekatan Penelitian

Sejalan dengan jenis penelitian di atas yaitu penelitian hukum empiris, maka pendekatannya juga harus yang berhubungan dengan penelitian hukum empiris.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, dalam penelitian hukum empiris yang menjadi fokus kajiannya adalah bekerjanya atau terlaksananya hukum dalam masyarakat. Pendekatan-pendekatan yang sering digunakan dalam penelitian hukum empiris meliputi : pendekatan sosiologi, pendekatan antropologi, dan pendekatan psikologi hukum.

Jadi, dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan sosiologi hukum. Pendekatan sosiologi hukum merupakan pendekatan

38 Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, (Mataram: Mataram University Press, 2020), h.

85.

(37)

yang menganalisis tentang bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja di dalam masyarakat.39

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian dimana kegiatan survey atau pengumpulan data dilakukan. Pada penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitiannya adalah Desa Sipungguk Kecamatan Salo Kabupaten Kampar.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi merupakan sumber informasi dalam suatu penelitian. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau mati), kejadian, kasus-kasus, waktu atau tempat dengan ciri dan sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala desa sebanyak 1 orang, sekretaris desa sebanyak 1 orang, kepala dusun sebanyak 5 orang, dan para pelaku penangkapan ikan secara ilegal sebanyak 5 orang.

2. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang diambil sebagai objek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian agar dapat menjawab masalah penelitian ini. Untuk sampel yang diambil pada penelitian

39Ibid, h. 87.

(38)

27

ini berjumlah 9 orang, yaitu kepala desa sebanyak 1 orang, sekretaris desa sebanyak 1 orang, kepala dusun sebanyak 2 orang, dan para pelaku penangkapan ikan secara ilegal sebanyak 5 orang. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dipaparkan tabel populasi dan sampel, yaitu :

Tabel III.1 Populasi dan Sampel

No. Jenis Populasi Populasi Sampel

1. Kepala Desa 1 orang 1

2. Sekretaris Desa 1 orang 1

3. Kepala Dusun 5 orang 2

4. Para pelaku penangkapan ikan 5 orang 5 Sumber : Data Olahan 2022

Berikut data informan tersebut : Nama : Mawardi

Pekerjaan : Kepala Desa Sipungguk Umur : 42 tahun

Nama : Akmal Hadi S.Sy.

Pekerjaan : Sekretaris Desa Sipungguk Umur : 36 tahun

Nama : M. Yasir

Pekerjaan : Kepala Dusun Muara Danau Umur : 37 tahun

Nama : Jamaluddin

Pekerjaan : Kepala Dusun Sipungguk Umur : 24 tahun

Nama : Agus Salim

Pekerjaan : Pekerja Harian Lepas Umur : 28 tahun

Nama : M. Rahim Pekerjaan : Security Umur : 28 tahun

(39)

Nama : Adi Saputra

Pekerjaan : Pekerja Harian Lepas Umur : 24 tahun

Nama : Afrizal Pekerjaan : Sopir Umur : 25 tahun Nama : Si’am

Pekerjaan : Pekerja Harian Lepas Umur : 39 tahun

E. Sumber Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, data adalah keterangan, informasi atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian seperti analisis dan kesimpulan.40 Data tersebut bisa berupa representasi digital dari teks, angka, gambar grafis, atau suara. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan bersumber dari lapangan dan literatur sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh seorang peneliti langsung dari objek atau sumbernya, yaitu dari perilaku dari objek atau sumbernya, yaitu dari perilaku masyarakat tersebut. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara atau interview langsung kepada responden. Selain itu, data observasi juga diperoleh langsung dari lapangan atau tempat lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh tidak secara langsung dari objeknya, melainkan dari sumber lain yang diperoleh melalui studi pustaka, literatur, peraturan perundang-undangan baik yang tertulis maupun lisan.

40Tim Redaksi KBBI PB. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat).

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

(40)

29

3. Data Tersier

Data tersier ialah data penunjang data primer dan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Biasanya diperoleh dari pihak ketiga baik individu maupun kelompok yang sengaja mengungkapkan fakta dari pihak kedua.41

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah cara yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta yang valid di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang melibatkan pengamatan dan pengindraan. Setelah peneliti melakukan pengamatan, selanjutnya peneliti membuat kesimpulan berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan selama pengamatan. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata dan detail mengenai suatu peristiwa atau kejadian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi tidak terstruktur, yaitu pengamatan yang dilakukan tanpa pedoman dan penulis secara bebas mengembangkannya berdasarkan kondisi di lapangan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau informan terkait topik penelitian secara langsung. Wawancara pada dasarnya digunakan ketika peneliti ingin

41 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2005), h.

133-134.

(41)

mengetahui pengalaman atau pendapat informan mengenai sesuatu secara mendalam.

Dalam penelitian ini, wawancara dipakai untuk membuktikan informasi atau keterangan yang telah diperoleh sebelumnya pada observasi. Tahapan wawancara tersebut adalah memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, menjelaskan materi, setelah itu baru mengajukan pertanyaan.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan termasuk salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen terkait topik penelitian. Dokumen tersebut dapat berupa surat, arsip foto, notulen rapat, jurnal, buku harian, dan peraturan perundang-undangan terkait permasalahan yang diteliti.42

G. Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis maupun secara lisan dicatat berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Selanjutnya data atau argumen tersebut diidentifikasi dan dianalisa yang kemudian diambil kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus (deduktif).43

42 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, op. cit., h. 152

43 Nur Hidayat dan Asril, “Analisis Konvergensi Sistem Hukum Waris Adat Kampar dengan Sistem Hukum Waris Islam”, Melayunesia Law, Volume 3, No. 1., (2019), h. 4.

(42)

48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Desa Sipungguk) belum terlaksana dengan baik, karena masyarakat Desa Sipungguk sudah mengetahui secara umum Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut. Akan tetapi walaupun masyarakat secara umum sudah mengetahui, namun belum menjalankannya sehingga masih banyak terjadi penangkapan ikan secara illegal oleh masyarakat.

2. Faktor penyebab yang mempengaruhi penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal di Desa Sipungguk adalah diantaranya (i) kurangnya pengetahuan hukum masyarakat; (ii) kurangnya kesadaran hukum masyarakat; (iii) kondisi ekonomi masyarakat; serta kurangnya pengawasan dan sanksi oleh pemerintah.

B. Saran

Untuk terlaksananya penerapan sanksi terhadap aktivitas penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi

(43)

Kasus Desa Sipungguk), maka setelah melakukan penelitian penulis mencoba memberikan beberapa saran yaitu :

1. Dinas Lingkungan Hidup dan kebersihan Kabupaten Kampar diharapkan untuk meningkatkan rasa kesadaran hukum dan rasa kepeduliannya masyarakat terhadap lingkungan sebagaimana di atur di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Pemerintah Desa Sipungguk juga diharapkan untuk meningkatkan rasa kesadaran hukum dan rasa kepeduliannya masyarakat terhadap lingkungan.

3. Masyarakat itu sendiri juga diharapkan untuk meningkatkan rasa kesadaran hukum dan rasa kepeduliannya masyarakat terhadap lingkungan

(44)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Anggraini, Lysa. Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Yogyakarta: Kalimedia, 2016.

Mahmudah, Nunung. Illegal Fishing: Pertanggungjawaban Pidana Korporasi di Wilayah Perairan Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta: Kencana, 2005.

Muhaimin. Metode Penelitian Hukum, Mataram: Mataram University Press, 2020.

Nurdin, Edi Susilo. Hukum Perikanan, Malang: UB Press, 2017.

Renggong, Ruslan. Hukum Pidana Lingkungan Edisi Pertama, Jakarta:

Kencana, 2018.

Siombo, Marhaeni Ria. Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Sood, Muhammad. Hukum lingkungan Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2019.

Sunarso, Siswanto. Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Tim Redaksi KBBI PB. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat), Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Tjandra, Riawan. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Sinar Grafika, 2018.

Tribawono, Djoko. Hukum Perikanan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2013.

Zainudin. Sosiologi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Wahid, Yunus. Pengantar Hukum Lingkungan, Jakarta: Kencana, 2018.

B. Jurnal

Ahmad Royani, Sanksi Hukum Pidana Terhadap Penggunaan Bahan Peledak dalam Penangkapan Ikan, Jurnal Independent, Volume 6, No. 1 (2018).

Garda Yustisia Pambudi, Tinjauan Kriminologis Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Ilegal Fishing di Indonesia, Jurnal Gema Keadlian, Volume 8, Edisi III., (2021).

Isro Daeng Halim, Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penangkapan Ikan yang Menggunakan Bahan Peledak, Jurnal Hukum Al-Ishlah, Volume 21, No. 2., (2019).

(45)

Merisa Nur Putri, Penegakan Hukum terhadap Penangkapan Ikan Secara Ilegal yang Melibatkan Negara Lain, Jurnal Penelitian Universitas Kuningan, Volume 11, No. 1., (2020).

Nur Hidayat dan Asril, Analisis Konvergensi Sistem Hukum Waris Adat Kampar dengan Sistem Hukum Waris Islam, Jurnal Melayunesia Law, Volume 3, No. 1., (2019).

Nur Hidayat dan Desi Apriani, Koherensi Sistem Hukum Pancasila dengan Metode Penalaran Ideologi Pancasila, Jurnal Negara Hukum, Volume 12, No. 1., (2021).

Sri Nur Hari Susanto, Karakter Yuridis Sanksi Hukum Administrasi : Suatu Pendekatan Komparasi, Adminitrative Law & Governance Journal, Volume 2, Edisi I., (2019).

C. Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 13 Tahun 2020 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Kepala Desa Sipungguk Nomor 03 Tahun 2022 tentang Lingkungan Hidup.

D. Website

https://m.sariagri.id/article/amp/59276/mengenal-8-alat-penangkap-ikan-yang- ramah-lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Agar pembahasan penelitian ini lebih terfokus, tersusun sistematis dan terarah maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini terhadap bagaimana pelaksanaan program

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, agar penelitian lebih terarah dan spesifik maka yang akan menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana

470 Lapangan Desa sodo Jamburejo Sodo Sarto, S.Pd.I 471 Masjid Baiyul Amin Mengger, Karangasem Sugiarto 472 Masjid Baiturrohim Mengger, Karangasem Kadarisman 473 Masjid

Aktifitas antropogenik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan persebaran lamun, oleh sebab itu himbauan maupun peraturan harus dilakukan pada kawasan CMC Tiga Warna untuk

Hijauan makanan ternak dapat berupa rumput, jerami, batang jagung, maupun kacang-kacangan yang merupakan limbah (sisa) panen yang jumlahnya sangat melimpah pada waktu musim

Selain itu, penggunaan tepung daun sebanyak 10 - 30% dalam pakan konsentrat hijau memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap kecernaan bahan kering,

bahwa berdasarkan Pasal 44 Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mengamanatkan bahwa setiap

Asyhar (2011:121) menjelaskan bahwa pengembangan media pembelajaran merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan penyusunan dokumen pembelajaran lainnya,