• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT) INSAN MULIA BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT) INSAN MULIA BATANGHARI LAMPUNG TIMUR"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM

TERPADU (SMPIT) INSAN MULIA BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana dalam Bidang Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh

EKA RAHMA PUTRA NPM. 1398271

Jurusan: Pendidikan Agama Islam Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

TAHUN 1441 H / 2020 M

(2)

ii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT)

INSAN MULIA BATANGHARI LAMPUNG TIMUR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)

Oleh

EKA RAHMA PUTRA NPM. 1398271

Jurusan: Pendidikan Agama Islam Fakultas: Tarbiyah

Pembimbing I : Dra. Isti Fatonah, MA Pembimbing II : Muhamamd Ali, M.Pd.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

1441 H / 2020 M

(3)

iii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT)

INSAN MULIA BATANGHARI LAMPUNG TIMUR ABSTRAK

Oleh:

EKA RAHMA PUTRA

Nilai-nilai karakter adalah budi pekerti plus yaitu yang melibatkan pengetahuan, perasaan dan tindakan. Tanpa ketiga aspek ini karakter tidak akan efektif. Dengan demikian karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan inilah yang menjadi bekal penting dalam mempersiapkan anak untuk menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan untuk berhasil secara akademis. Oleh karenanya suatu bangsa akan merasa terancam punah apabila moralitas generasi penerusnya suram.

Pelaksanaan pendidikan karakter tentu tidaklah terlepas dari sebuah indikator yang dapat menunjukkan terhadap hasil dari pelaksanaan pendidikan karakter itu sendiri. Indikator inilah yang kelak nantinya memberikan tentang gambaran keberhasilan dari pelaksanaan pendidikan karakter yang akan dicapai.

Adapun indikator dari nilai-nilai karakter itu sendiri adalah sebagai berikut Religius, jujur, disiplin, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Adapun pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana implementasi pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terbadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terbadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul dan dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi

pendidikan karakter peserta didik di SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung

Timur dengan metode pembiasaan, keteladanan, nasehat, penghargaan dan

hukuman. Guru sebagai teladan dan guru sebagai pendidik merupakan

keteladanan guru yang dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang

kokoh serta karakter peserta didik. Guru sebagai pendidik juga harus memilki

akhlak yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sifat-sifat Rasulullah SAW seperti

kejujuran, sabar, kehormatan diri, disiplin dan tanggung jawab, cerdas, dipercaya,

menyampaikan, rajin beribadah, hormat-menghormati dan berbicara sopan.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii M O T T O



































Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al-Ahzab: 21)

1

1.QS. Al-Ahzab (33) : 21

(9)

ix PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ibu ku tersayang Adawiyah, dan Ayah ku tercinta Batin Sirah Rahman yang dengan kasih sayangnya telah mendidik, membimbing, membina, memberikan dorongan baik moril maupun materil dan senantiasa mendo’akan dan menantikan keberhasilan dengan penuh kesabaran.

2. Adikku tercinta April Hasanudin dan Mitha Nur Halifah yang selalu memberi semangat demi keberhasilanku.

3. Nenek-kakekku yang selalu mendo’akanku serta saudara-saudaraku yang senantiasa menantikan keberhasilanku.

4. Rekan kerja dalam pengurusan aktif di LDK Al-Ishlah angkatan Tahun 2013 dan teman-teman yang aktif di dalamnya hingga sekarang.

5. Rekan-rekan kader KAMMI Komisariat IAIN Metro.

6. Serta teman-teman seperjuanganku PAI angkatan Tahun 2013, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian studiku.

7. Almamater Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, yang telah mendidik dan membinaku.

(10)

x

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Penelitian Relevan ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Pendidikan Karakter ... 9

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 9

2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ... 10

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Karakter ... 15

4. Tahapan dan Langkah-langkah Pendidikan Karakter ... 16

5. Metode Pendidikan Karakter... 17

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter ... 24

(12)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Sifat Penelitian ... 28

1. Jenis Penelitian ... 28

2. Sifat Penelitian ... 28

B. Sumber Data ... 29

1. Sumber Data Primer ... 29

2. Sumber Data Sekunder ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Interview/Wawancara ... 30

2. Observasi ... 30

3. Dokumentasi ... 31

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 31

E. Teknik Analisa Data ... 32

1. Reduksi Data (Data Reduction) ... 32

2. Penyajian Data (Data Display) ... 33

3. Penarikan Kesimpulan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Profil SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 34

1. Sejarah Singkat SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 34

2. Visi Misi dan Tujuan SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 36

3. Letak Geografis SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 38

4. Sarana dan Prasarana SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 38

5. Data Guru dan Karyawan SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 40

6. Data Siswa SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 41

7. Struktur Organisasi SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung

(13)

xiii

Timur ... 42

B. Implementasi pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur ... 43

C. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 70

RIWAYAT HIDUP ... 80

(14)

xiv DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Keadaan ruang / gedung SMPIT Insan Mulia Lampung Timur 2. Tabel 2 jumlah guru dan karyawan SMPIT Insan Mulia Lampung Timur 3. Tabel 3 Data peserta didik SMPIT Insan Mulia Lampung Timur Tahun

Pelajaran 2019/2020

(15)

xv DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Struktur Organisasi SMPIT Insan Mulia Lampung Timur

(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

1. Alat Pengumpul Data (APD) 2. SK Bimbingan Skripsi 3. Surat Tugas

4. Surat Izin Research

5. Surat Balasan Izin Research

6. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

7. Daftar Riwayat Hidup

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berbicara pendidikan, terutama konteks pendidikan yang dialami oleh bangsa Indonesia dewasa ini tidak akan pernah ada habisnya. Mengingat pendidikan adalah bagian integral yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.

Begitu pentingnya pendidikan sampai menjadikan seseorang yang hidup ditengah masyarakat mengalami pertumbuhan yang berorientasi pada keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.

“Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya”.

2

Selain menjadikan seseorang mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang tinggi pendidikan juga akan menghatarkan seseorang pada hidup yang martabat, yang beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak yang luhur, terampil, sosialis, cerdas dan kemandirian. Hal itu selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

2.Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.99

(18)

2

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya pontensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

3

Adanya pendidikan akan menjadikan manusia mampu dalam menyelesaikan berbagai permaslahan, yang timbul dalam kehidupan sehari- hari, mampu berprilaku sesuai dengan norma-norma, baik norma agama ataupun norma yang terdapat dalam masyarakat, taat menjalankan perintah Allah, mampu berinteraksi dengan baik sesama manusia dan mampu bersaing guna mencapai kesuksesan.

Begitu halnya dalam pendidikan yang terdapat di dalam sekolah, seharusnya tidak hanya ranah kognitif saja yang di bangun dan di kembangkan, melainkan juga harus menyeimbangkan antara afektif dan psikomotorik. Adanya perhatian pendidikan dalam ranah afektif dan psikomotorik akan menjadikan peserta didik memiliki akhlak yang baik, atau dengan kata lain peserta didik memiliki karakter yang sesuai dengan karakter peserta didik.

Namun, dalam realitanya, ranah afektif dan psikomotirik belum menjadi tujuan utama dalam pendidikan, atau dengan kata lain masih terfokus pada ranah kognitif, hal itu yang terkadang melatar belakangi tindakan-

3.Daryanto dan suryatri Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogjakarta: Penerbit Gava Media, 2013), h. 42

(19)

3

tindakan peserta didik yang kurang sesuai dengan aturan atau norma yang ada lingkungan sekolah ataupun lingkungan di tengah masyarakat.

Oleh karena itu, dalam pendidikan tidak bisa terlepas dari penanaman karakter sebagai pembentukan karakter peserta didik, sehingganya dengan karakter tersebut peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan yang unggul, melainkan juga memiliki karakter yang mulia.

Menciptakan karakter yang mulia tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, perlu adanya sejumlah usaha untuk mencapainya, setidaknya ada bimbingan yang terus-menerus yang dimotori oleh pihak sekolah, bukan hanya guru mata pelajaran, melainkan semua komponen masyarakat yang ada di lingkungan sekolah tersebut.

Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang mulai berdiri secara sistemik sejak 1993 menjadi salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan pendidikan karakter dengan mengintervensi anak didik melalui Pendidikan Agama Islam.

Sekolah Islam Terpadu (SIT) yang sudah terealisasi dalam jenjang TKIT, SDIT, SMPIT, dan SMAIT itu dijalankan dengan system yang paripurna dan konsisten di dalam membina mental, melahirkan generasi, membina umat, serta memberlakukan prinsip-prinsip kemuliaan dan peradaban. Oleh karena itu, tidak semua lembaga sekolah yang mempetingkan tentang kepribadian peserta didik , di SMPIT ini karakter benar-benar menjadi sorotan utama, peserta didik dibimbing benar-benar agar mereka memiliki karakter yang baik.

4

4 .www.perpus.iainsalatiga.ac.iddiunduh pada 14 November2015

(20)

4

Masalah karakter, pembentukan karakter dan penanaman karakter dalam dunia pendidikan nampaknya bukan sesuatu yang baru dan asing untuk kita dengar. Tidak terlepas dari Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Insan Mulia (SMPIT) IM yang ada di Batanghari Lampung Timur.

Permasalahan karakter juga kerap dijadikan perbincangan hangat di dalamnyaMeskipun demikian, ternyata dalam pelaksanaanya penulis menemukan perilaku yang kurang sesuai dengan visi tersebut, sehingga hal itu menjadikan konsep penanaman pendidikan karakter belum efektif.

Berdasarkan data pra survey yang penulis lakukan pada tanggal 17 Desember 2019 dengan beberapa guru SMPIT menemukan beberapa masalah terkait pendidikan karakter. Kemudian di tinjau dari siswa, masih adanya siswa yang belum sepenuhnya melaksanakan peraturan sekolah, misalnya dalam ranah afektif, mengerjakan sholat dengan kesadaran masih adanya siswa belum sadar melaksanakan sholat dhuha. dalam hal ini karakter terkait kesadaran siswa yang belum sepenuhnya terbangun sehingga masih adanya kelalain di antara siswa dalam proses pembangunaan karakter siswa yang telah di sebutkan di atas. Karenanya aktifitas siswa saat di dalam kelas masih harus dibimbing, di SMPIT setiap kelas mempunyai guru kelas gunanya mengontrol aktifitas peserta didik didalam kelas dan diluar jam belajar.

Permasalahan juga datang dari orang tua peserta didik, saat undangan

rapat yang di selenggarakan dari pihak sekolah untuk membahas persamaan

persepsi terkait Visi dan Misi sekolah, orang tua perserta didik kurang

merespon hal tersebut, akibatnya orang tua peserta didik belum memahami

(21)

5

tentang pembentukan karakter yang cocok untuk diterapakan kepada peserta didik.

Kesadaraan peserta didik masih harus dibimbing dalam melakukan rutinitas di sekolah mulai dari kedisplinan, waktu sholat dhuha, ada jam kosong, melaksanakan sholat berjamaah. Hal itu tidak bisa terlepas dari peran pendidik dan Orang tua dalam menyokong hal itu.

Oleh karena itu, penanaman atau konsep pendidikan karakter begitu penting untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Mengingat, Pendidikan karakter merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, karena itu harus ditanamkan dalam konteks pendidikan guna membangun generasi muda yang berkarakter penuh semangat untuk mencapai kesuksesan manusia di masa depan. Karena pembentukan karakter akan membangun mental yang kuat dan akan melahirkan spirit yang kuat, dari sinilah seorang guru mempunyai peran sangat penting dalam proses pembentukan karakter pada siswa dan cara berfikir seorang siswa dapat berubah dengan bagaimana pendidik memberikan pelajaran, sehingga harapannya nanti peserta didik mampu menyiapkan diri untuk menghadapi masa depannya.

Adapun penanaman karakter kepada peserta didik bermula pada

kesadaran (awareness), pemahaman (understanding), kepedulian (concern)

dan komitmen (Commitment), menuju tindakan. Oleh karena itu, keberhasilan

pendidikan karakter di sekolah sangat bergantung pada ada tidaknya

(22)

6

kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitment dari semua warga sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter tersebut”.

5

Maka dari penjelasan diatas bahwasanya penanaman karakter dapat terbentuk dengan baik, harus dimulai dengan pembiasaan yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif.

Maka dari penjelasan di atas, kita sadar akan pentingnya pendidikan karakter yang harus diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan, apa lagi bagi seorang pendidik, agar kebiasaan-kebiasaan peserta didik lebih terarah pada pola prilaku yang mengarah kepada hal-hal yang positif. Dari sinilah seorang guru/pendidik mempunyai sosok idola bagi seorang peserta didik bagaimana penanaman pendidikan karakter itu akan dimulai, karena dari merekalah yang akan melahirkan generasi masa depan bangsa yang berkualitas paripurna, baik sisi akademik, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan permaslahan dan dinamika yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia penulis tertarik untuk meneliti peserta didik Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur. Karena itu, penulis akan membahas penelitian dengan judul: IMPEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER di SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMPIT) INSAN MULIA BATANGHARI LAMPUNG TIMUR.

5.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.14

(23)

7 B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Batanghari Lampung Timur?

C. Tujuan dan Manfaat Peneltian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini agar nantinya kita dapat mengetahui sebagaimana pentingnya penanaman pendidikan karakter bagi seorang peserta didik.

a. Untuk mengetahui bentuk pendidikan berkarakter yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPIT).

b. Mengungkap faktor apa saja menyebabkan kendala dalam penerapan untuk mengetahui bentuk-bentuk pendidikan berkarakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Batanghari Lampung Timur.

c. Membuktikan setelah penerapan pendidikan berkarakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT), adakah sikap prilaku dan cara berfikir siswa mengalami perubahan kearah lebih baik 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya informasi tentang pengetahuan–

pengetahuan yang berhubungan dengan dunia guru.

(24)

8

b. Menambah khazanah keilmuan, wawasan dan pengalaman bagi peneliti sebagai, agar nanti ketika menjadi seorang guru sudah memiliki pengalaman.

c.

Memberikan informasi bagi calon guru bagaimana nanti, ketika sudah menjadi guru mengalami permasalahan terhadap siswa–

siswinya tidak bingung lagi.

D. Penelitian Relavan

Penelitian yang relevan dengan Penelitian ini diataranya adalah penelitian, yang dilakukan oleh Siti Rohayah didalam Penelitian berjudul “implementasi

mata pelajaran aswaja dalammembentuk karakter peserta didik kelas ximadrasah aliyah ma’arif nu 5 sekampung tahunpelajaran 2015” Di dalam

mata pelajaran sekolah, sebagaimana Ahlu al-Sunnah Wa al-Jama’ah berkembang, kaitannya dengan implementasinya seorang guru dalam menerapakan pendidikan karakter disekolah, penanaman karakter yang diberikan pada mata pelajaran Aswaja (NU), implementasinya berupa pembelajaran didalam kelas.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, sama seperti yang akan dilakukan peneliti. Adapun perbedaannya terletak, pada bagaimana penanaman pendidikan karakter yang ada pada mata pelajaran aswaja.

Penelitian yang akan peneliti lakukan kali ini bersifat kualitatif lapangan

(Field Research), obyek penelitiannya yaitu bagaimana sekolahan dalam

menerapkan konsep pendidikan karakter dalam belajar pada siswa di Sekolah

(25)

9

Menengah Pertama Islam Terpadu, faktor apa saja yang menjadi penghambat

seorang pendidik dalam memberikan pemahaman kepada siswa.

(26)

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Mengkaji tentang pendidikan karakter sangatlah luas sekali namun peneliti akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian atau definisi pendidikan. “Pendidikan merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal”.

6

Pengertian tersebut mengandung indikasi adanya aktivitas memasukan atau menanamkan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, atau dapat dikatakan aktivitas memasukan atau menanamkan yang dilakukan oleh pendidik kepada terdidik. Kemudian ada yang mengartikan bahwa pendidikan adalah “proses penyajian atau bahan pelajaran yang disajikan”.

7

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan secara luas itu meliputi semua tindakan manusia dalam usaha

6 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai, Cet. 1, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 3

7 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet ke 5, h. 4

(27)

11

meningkatkan diri dari segala aspeknya. Merujuk dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia, melaui proses yang terus menerus dalam rangka mengambangkan potensi atau kemampuan dasar yang dimilikinya, baik jasmani dan rohani sasaran yang dikehendaki yakni berupa kepribadian. Adapun kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran nilai-nilai Islam.

Sedangkan karakter itu sendiri adalah “sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dari yang lain seperti tabiat, atau watak”.

8

Pendapat yang lain mengatakan bahwa karakter adalah “kecenderungan tingkah laku yang konsisten secara lahiriah dan batiniah”.

9

Jadi pendidikan karakter itu adalah tindakan manusia dalam usaha meningkatkan perilaku dalam pribadi seseorang atau siswa dalam wujud tabiat atau watak yang keseluruhannya dapat diklasifikasikan ke dalam norma-norma, norma hukum (syariah) Islam, dan norma akhlak, dan sebagainya.

2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan pokok pada pembinaan akhlak mulia, maka moral Islami yang ditumbuhkan atau kembangkan dalam proses kependidikan adalah norma yang berorientasi kepada nilai-nilai Islami, yang termasuk nilai-nilai Islami atau nilai-nilai nurani adalah “kejujuran, keberanian,

8 Meity Taqdir Qodratilah dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), h. 312

9 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 48

(28)

12

cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian”.10

Ada juga beberapa nilai-nilai keagamaan mendasar yang harus ditanamkan pada peserta didik dan kegiatan pendidikan karakter inilah yang sesungguhnya menjadi inti dalam pendidikan karakter. Nilai-nilai pokok ajaran Islam yang sangat mendasar yang harus ditanamkan atau dimiliki oleh peserta didik atau orang muslim dalam pendidikan karakter itu meliputi “iman, Islam, ihsan, taqwa, ikhlas, tawakal, syukur, dan sabar. sebagai satu kesatuan integral yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya”.11

Persoalan pendidikan karakter begitu penting keberadaannya. Dalam pendidikan karakter, nilai harus menjadi core (intisari) dari pendidikan itu sendiri.

Karakter dasar anak yang perlu dikuatkan adalah “karakter yang mempunyai nilai permanen dan tahan lama, yang diyakini berlaku bagi manusia secara universal dan bersifat absolut (bukan bersifat relatif), yang bersumber dari agama-agama di dunia.

Dalam kaitannya dengan nilai moral absolut ini, Lickona menyebutnya sebagai "the golden role's”.12

Contoh "the golden role" adalah jujur, adil, mempunyai integritas, cinta sesama, empati, disiplin, tanggung jawab, peduli, kasih sayang, dan rendah hati.13

10 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, h. 7

11 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN, Cet. 3, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 21

12 Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2011), h. 28

13 Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, h. 29

(29)

13

Karakter dasar merupakan sifat fitrah manusia yang diyakini dapat dibentuk dan dikembangkan melalui metode-metode pendidikan tertentu, seperti pendidikan karakter. Konteks pengembangan pendidikan karakter, penyelenggara pendidikan bisa saja merumuskan karakter dasar yang akan dikembangkan disesuaikan dengan nilai-nilai bangsa atau agama tertentu, sehingga antara umusan karakter dasar yang satu dengan yang lain terjadi perbedaan. Hal ini sangat tergantung dari fokus nilai- nilai yang menjadi prioritasnya dan latar belakang pendidikan, budaya, agama orang yang memiliki komitmen pengembangan pendidikan karakter. Namun demikian, nilai-nilai tersebut tidak akan bertentangan apalagi melecehkan nilai-nilai yang dikembangkan orang lain.

Mengacu pada Kementerian Pendidikan Nasional, Nilai-nilai yang dikuatkan dalam pendidikan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini a) Agama, b) Pancasila, c) Budaya, d) Tujuan Nasiona Pendidikan.14

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini:

a. Nilai religious b. Nilai kejujuran c. Nilai toleransi d. Nilai kedisplinan e. Nilai kerja keras f. Nilai kreatif g. Nilai kemandirian h. Nilai demokratis i. Nilai rasa ingin tahu j. Nilai semangat kebangsaan k. Nilai cinta tanah air l. Nilai menghargai prestasi

14 Kementerian Pendidikan Nasional, LITBANG, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta:

Pusat Kurikulum, 2010), h. 7-10

(30)

14

m. Nilai bersahabat/komunikatif n. Nilai cinta damai

o. Nilai gemar membaca p. Nilai peduli lingkungan q. Nilai peduli sosial r. Nilai tanggung jawab.15

Berdasarkan kedelapan belas nilai karakter di atas dapat dijelaskan yaitu:

a. Nilai religius merupakan sikap yang mengarah pada keagamaan, mencerminkan ajaran agama yang dianutnya.

b. Nilai kejujuran merupakan perilaku pada diri seseorang yang selalu dapat dipercaya perkataan, tindakan, dan perbuatannya.

c. Nilai toleransi merupakan sikap yang menghargai segala perbedaan, baik itu agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda.

d. Nilai kedisiplinan merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada suatu peraturan.

e. Nilai kerja keras merupakan upaya dengan sungguh-sungguh dalam mengatasi hambatan, baik itu hambatan belajar dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh.

f. Nilai kreatif merupakan usaha berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara, ide, atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.

g. Nilai kemandirian merupakan perilaku yang tidak menggantungkan pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

h. Nilai demokratis merupakan cara berfikir dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

15 Kementerian Pendidikan Nasional, LITBANG, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa: Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, h. 7-18

(31)

15

i. Nilai rasa ingin tahu merupakan sikap rasa ingin mengembangkan rasa ingin tahunya yang lebih mendalam dari sesuatu yang telah dipelajari, dilihat, dan didengar.

j. Nilai semangat kebangsaan merupakan cara berfikir, bertindak, dan berwawasan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

k. Nilai cinta tanah air merupakan cara berfikir dan bertindak yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Nilai menghargai prestasi merupakan tindakan yang mendorong seseorang untuk berhasil berguna untuk masyarakat serta mengakui dan menghargai keberhasilan orang lain.

m. Nilai bersahabat/komunikatif merupakan tindakan yang menunjukkan senang bergaul, berbicara, dan bekerjasama dengan orang lain.

n. Nilai cinta damai merupakan sikap yang membuat orang lain nyaman dan damai atas kehadiran dirinya.

o. Nilai gemar membaca merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca yang bermanfaat bagi dirinya.

p. Nilai peduli lingkungan merupakan tindakan yang mempedulikan lingkungan alam serta memperbaiki kerusakan alam.

q. Nilai peduli sosial merupakan sikap yang selalu ingin memberikan bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan.

r. Nilai tanggung jawab merupakan sikap atau perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya

(32)

16

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut permendukbud nomor 20 tahun 2018 tentang pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal dinyatakan bahwa pendidikan karakter pasal 2 adalah pendidikan karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab” .16

Perpres No 87 Tahun 2017 menyebutkan bahwa pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).17

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik Sekolah Mengenah Pertama mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya mengkaji dan

16 Perpendikbud No. 20 Tahun 2018 Pasal 2

17 Perpres No. 87 Tahun 2017

(33)

17

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

4. Tahapan dan Langkah-langkah Pendidikan Karakter

Pendidikan karkater terdapat beberapa komponen atau tahapan penting yang harus ditekankan, ada tiga komponen atau tahapan untuk Pendidikan karkater yang baik yaitu “moral knowing, moral feeling, dan moral action”.18

Moral knowing terkait dengan kesadaran moral, pengetahuan mengenai

nilai-nilai moral, perpective-taking, moral reasoning, pengambilan keputusan dan self knowledge. Moral feeling merupakan aspek yang harus ditanamkan terkaid dengan dorongan atau sumber energi dalam diri manusia untuk bertindak sesuai prinsip-prinsip moral. Sedangkan moral action adalah bagaimana pengetahuan mengenai nilai-nilai moral tersebut diwujudkan dalam aksi nyata. 19

Langkah-langkah Pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1. Nilai yang harus diajarkan adalah nilai yang akan menjadi pedoman hidup bagi manusia yaitu agama. Agama merupakan pedoman kehidupan yang mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan manusia.

18 Megawangi R, Pendidikan Karakter, Edisi ke-3, (Jakarta: Gapprint, 2009), h. 52

19 Megawangi R, Pendidikan Karakter, h. 52

(34)

18

Jadi jika seseorang telah memiliki dasar agama yang baik, maka nilai- nilai yang lain akan mudah diterima.

2. Tanggung jawab, mandiri, disiplin dan jujur. Nilai-nilai ini penting agar anak nantinya bisa mandiri, disiplin dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan pada apa yang ia lakukan.

3. Menghormati dan menghargai orang lain 4. Etika dan sopan santun.

5. Berbagi kasih sayang, dan rendah hari.

6. Gotong royong, saling tolong menolong.20

Nili-nilai tersebut penting agar peserta didik nantinya bisa berinteraksi sosial dengan baik, memiliki sikap empati, dan tidak egosentris, dan yang terakhir adalah ini dapat menuntun sang peserta didik agar tidak mudah putus asa, mampu mencari jalan keluar dari suatu masalah, dan memiliki motivasi yang tinggi.

5. Metode Penguatan Karakter

Ada beberapa metode klasik yang digunakan berkaitan dengan Pendidikan karkater peserta didik di sekolah antara lain:

a) Metode Keteladanan (Uswatun Hasanah)

Metode ini merupakan metode yang paling tua dan sulit, yakni menyampaikan materi melalui contoh yang baik dari pendidikannya.

Metode keteladanan (uswatun hasanah) yaitu metode yang dapat diartikan sebagai keteladanan yang baik, dengan adanya keteladanan yang baik, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya, dan memang sebenarnya bahwa dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi

20 Megawangi R, Pendidikan Karakter, h. 60

(35)

19

pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.21

Metode ini merupakan metode yang mempunyai pengaruh besar dalam dalam pembelajaran, bahkan merupakan metode yang menentukan keberhasilan dari pembelajaran. Semua tentu menyadari bahwa ada yang dilihat dan dilakukan oleh seorang guru merupakan tambahan dari daya didiknya, sehingga jika seorang guru tidak mencerminkan tindakan yang agamis dalam perilaku kesehariannya tentu akan melumpukan daya didiknya.

Agama Islam mencontohkan sosok yang patut diteladani yaitu Nabi Muhammad SAW, dijelaskan dalam firman Allah SWT, dalam surat Al-Ahzab ayat 21:





































Artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Azhab : 21)22

Kebiasaan-kebiasaan orang yang lebih tua di lingkungan tertentu menjadi sasaran tiruan bagi peserta didik di sekitarnya. Meniru adalah suatu

21 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 150

22 QS. Al-Azhab (33) : 21

(36)

20

faktor yang penting dalam periode pertama dalam pembetukan kebiasaan seorang peserta didik. Umpamanya melihat sesuatu yang terjadi di hadapan matanya, maka ia akan meniru dan kemudian mengulang-ngulang perbuatan tersebut hingga menjadi kebiasaan pula baginya.

Oleh karena itu kehati-hatian para pendidik/guru juga orang tua dalam bersikap dan berkata harus diperhatikan mengingat bahwa peserta didik lebih mudah meniru apa yang mereka saksikan, di dalam pembelajaran sendiri menekankan adanya pendidikan budi pekerti untuk mendidik akhlak manusia sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sikap, prilaku dan perkataan guru yang sesuai dengan ajaran Islam perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai teladan bagi peserta didiknya, untuk menerapkan pendidikan moral agama tersebut terdapat beberapa metode diantaranya adalah dengan pendidikan secara langsung dengan cara menggunakan petunjuk, tuntunan, nasehat, menjelaskan manfaat dan bahaya-bahaya sesuatu, memberikan contoh yang baik (teladan), sehingga mendorong peserta didik untuk berbudi luhur dan menghindari segala hak yang tercela.

Karena adanya kecenderungan peserta didik untuk meniru apa yang dilihatnya, maka dengan keteladanan pribadi seorang guru tanpa disadari telah terpengaruh dan ternanam pada diri peserta didik, dari sikap tersebut akhirnya tertanamlah suatu akhlak yang baik dan diharapkan pada diri peserta didik, sehingga pembentukan akhlakul karimah dapat terealisasikan.

Oleh karena itu keteladanan merupakan suatu metode dalam pembelajaran, mengingat begitu kuat dan besar pengaruhnya terhadap peserta

(37)

21

didik. Orang tua sebagai teladan di rumah tangganya, hendaknya tidak merasa cukup bila anak sudah beranjak dewasa, sudah mampu membedakan hal yang baik dan yang buruk, tetapi si orang tua masih mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk senantiasa membimbingnya di dalam gerak-gerik anak.

Begitu besarnya pengaruh dan pentingnya keteladanan ini, maka sudah sewajarnya bila dalam pendidikan karakter memasukan metode keteladanan ini dalam upaya mencapai tujuan. Pendidik sebagai pembawa dan pengamal nilai-nilai agama kultural dan ilmu pengetahuan akan memperoleh kedayagunaan mengajar atau mendidik peserta didik, sehingga metode keteladanan dapat diterapkan terutama dalam pendidikan akhlakul karimah dan agama serta sikap mental siswa.

b) Metode Pembiasaan

Menurut segi bahasa metode berasal dari dua perkataan , yaitu meta dan hodos, meta berarti “melalui “ dan hodos berarti “jalan “ atau “cara “.

Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.23

Pembiasaan adalah sesuatu yang dibiasakan. Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholat, tatkala mereka berumur tujuh tahun. Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini:

ِعْبَس ُءاَنْ بَأ ْمُهَو ِةَلاَّصلااِب ْمُكَدَلاْوَأ اْوُرُم َْيِنِس

ُءاَنْ بَأ ْمُهَو اَهْ يَلَع ْمُهْوُ بِرْضاَو ,

23 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 89

(38)

22

ِرْشَع

َ لْا ِفِ ْمُهَ نْ يَ ب اْوُ قِّرَ فَو , ِع ِجاَض

( هاور )مكالحا

Artinya: “Perintahkan anak-anakmu menjalankan ibadah sholat jika

mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlahtempat tidur mereka”.24

Hadits di atas secara eksplisit mengandung makna bahwa dalam penguatan kebiasaan terhadap siswa untuk mengamalkan ajaran agama harus dimulai sejak dini, sebelum mereka dewasa dan memiliki kebiasaan yang tidak dibenarkan oleh ajaran agama. Pembiasaan ini bisa dilakukan secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi metode pembiasaan yang dimaksud adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan memberikan latihan-latihan atau tugas-tugas kepada siswa terhadap suatu perbuatan yang memiliki nilai yang Islami, agar siswa mempunyai kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam.

c) Metode Nasehat

Metode nasehat yang dilakukan oleh guru adalah seorang guru harus memberi nasehat kepada muridnya agar menuntut ilmu tidak untuk kebanggaan diri atau untuk mencari keuntungan pribadi melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tidak pula untuk mencari kehidupan atau pekerjaan”.25

24 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), h. 167

25 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, h. 94

(39)

23

Metode ini seorang guru mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan siswanya kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan serta kemajuan masyarakat dan umat. Metode nasehat digunakan sebagai metode pendidikan untuk menyadarkan siswa akan hakekat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

d) Metode Kedisplinan

Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.

Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa bahwa apa yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi. Dengan demikian, sebelum menjatuhkan sanksi seorang pendidik harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Perlu adanya bukti yang kuat tentang adanya tindak pelanggaran b. Hukuman harus bersifat mendidik bukan sekedar memberi kepuasan

atau balas dendam dari si pendidik

c. Harus mempertimbangkan latar belakang dan kondisi peserta didik yang melanggar.26

Pendidikan melalui kedisiplinan ini memerlukan ketegasan dan kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan seorang pendidik memberikan sanksi kepada setiap pelanggar sementara kebijaksanaan mengharuskan pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi, tidak terbawa emosi atau dorongan lain.

26 Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren (Solusi Bagi Kerusakan Akhlak), (Yogyakarta: ITTAQA Press, 2009), h. 58

(40)

24

e) Metode Kisah/Cerita

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang dapat membuka kesan mendalam pada jiwa seseorang peserta didik, sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan buruk sebagai dampak dari kisah-kisah itu, apalagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara yang menyentuh hati dan perasaan.27

Berdasarkan keterangan di atas bahwa tujuan metode bercerita adalah agar pembaca atau pendengar dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini merupakan metode yang dapat membuat peserta didik mampu menerima materi pelajaran dengan mudah dan baik melalui kisah dan cerita.

Cara atau metode penguatan karakter dapat disampaikan terintegrasi dalam semua bidang studi. Guru dapat memilih nilai-nilai yang akan dikuatkan melalui beberapa pokok atau subpokok bahasan yang berkaitan dengan nilai- nilai hidup.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter

Konteks pendidikan Islam, karakter atau akhlak merupakan misi utama para Nabi. Tugas utama diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Meskipun pada saat itu, Nabi Muhammad SAW diturunkan untuk memperbaiki karakter masyarakat Jahiliyyah yang sangat rusak pada saat itu, namun sebenarnya sasaran, khitabnya adalah untuk manusia seluruh alam. Manifesto terhadap Nabi Muhammad SAW ini mengindikasikan

27 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, h. 143-144

(41)

25

bahwa pembentukan akhlak atau karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara bersosialisasi dan bermasyarakat yang dapat menciptakan peradapan manusia yang mulia, disamping juga menunjukkan adanya fitrah manusia yang telah memiliki karakter tertentu yang perlu pendidikan untuk penyempurnaannya.

Allah SWT memberikan karakter kepada setiap manusia secara berbeda- beda. Ada seseorang yang diberi karakter lahir atau bawaan yang baik dan ada yang diberi karakter buruk. Dalam al-Qur'an dinyatakan:





























Artinya “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)

kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Asy Syam : 8-10).28

Kandungan ayat di atas memberikan pelajaran bahwa setiap anak yang lahir telah dibekali dua potensi oleh Allah SWT, yaitu potensi jiwa yang baik dan buruk, kedua potensi tersebut sangat berubah-ubah tergantung pada upaya manusia untuk merubahnya. Hal ini, memberikan kebebasan untuk mengembangkannya, bila di kembangkan kearah yang baik maka jiwa, karakter tersebut akan baik, dan bila tidak dikembangkan dengan baik, maka yang tumbuh adalah jiwa, karakter yang buruk. Jadi pengembangan karakter tersebut sangat tergantung pada upaya manusia

28 QS. As-Syam : 8-10

(42)

26

dalam mengarahkannya, baik melalui pendidikan maupun penciptaan lingkungan yang kondusif yang diciptakan oleh guru dan orang tuanya.

Karakter seseorang bersifat tidak permanen, dan dapat ditumbuhkembangkan dengan latihan-latihan rutin yang dapat mendorong pertumbuhannya. Karakter adalah “hasil kegiatan yang sangat mendalam dan kekal nantinya akan membawa ke arah pertumbuhan sosial”.

29

Oleh karena itu, karakter terbentuk melalui pembiasaan dan pendidikan yang memberikan model yang menarik bagi anak. Jadi karakter tidak sekali terbentuk, lalu tidak akan berubah, tetapi terbuka bagi semua bentuk pengembangan, perbaikan, dan penyempurnaan. Hal inilah yang memberikan harapan akan perlunya pendidikan karakter untuk memberikan pengaruh positif bagi perkembangan karakter anak.

Perkembangan anak dipengaruhi oleh sekurang-kurangnya enam kondisi lingkungannya yaitu: “(1) hubungan pribadi yang menyenangkan, (2) keadaan emosi, (3) metode pengasuhan anak, (4) peran dini yang diberikan kepada anak, (5) struktur keluarga di masa kanak-kanak, dan (6) rangsangan terhadap lingkungan sekitarnya”.

30

Semua unsur ini sangat mempengaruhi pendidikan karakter anak, karena pada masa anak-anak merupakan masa yang sangat rentan dengan berbagai pengaruh yang diterimanya. secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi karakter seseorang,

29 Djaali, Psikologi Pendidikan, h. 48

30 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, h. 101

(43)

27

Faktor internal yaitu pembawaan si anak dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, ataumelalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke arah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.

31

Pendapat lain mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1) Faktor internal, berupa kemampuan menyeleksi dan mengolahaau menganalisis pengaruh yang datangdariluar, termasuk disini minat dan perhatian.

2) Faktoreksternal, berupa faktor dari luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan yang diterima.32

Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter peserta didik ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir, dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua di rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

31 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 167

32 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 98

(44)

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Field Research atau disebut dengan penelitian lapangan artinya “Penelitian yang secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat”.33

Berdasarkan keterangan tersebut peneliti mengadakan penelitian lapangan, di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu Penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran tentang suatu peristiwa yang terjadi. 34

Berdasarkan keterangan tersebut bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang digambarkan dengan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan tentang implementasi pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur.

33 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Edisi 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 80

34 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 63

(45)

29

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan dua macam sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber atau subjek dari mana data dapat diperoleh yang berupa benda, gerak atau proses sesuatu.35 Sumber data primer dalam penelitian ini, peneliti dapatkan langsung dari Kepala Sekolah, Dewan Guru dan peserta didik Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung berupa jumlah keterangan atau fakta dengan memperlajari bahan- bahan perpustakaan. Sumber sekunder merupakan sumber yang diperoleh dari sumber pendukung untuk melengkapi dan memperjelas sumber primer, yang berupa perpustakaan yang berhubungan erat dengan obyek penelitian.

Data yang diperoleh dari permasalahan di lapangan adalah wawancara kepala sekolah, dewan guru serta dokumentasi yang memiliki keterkaitan dengan variabel yang peneliti kaji.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Interview / Wawancara

Teknik interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam rangka mengumpulkan data melalui wawancara atau tatap muka langsung.

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer)”.36

Metode interview yang digunakan adalah metode interview bebas terpimpin, artinya interview berjalan dengan bebas tetapi masih dalam bingkai persoalan penelitian. Interview dilakukan dengan kepala sekolah guna untuk

35 Edi Kusnadi, Metodologi Penelitian, (Ramayana Pers & STAIN Metro, 2008), h.

77

36 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, h. 132

(46)

30

mengumpulkan data tentang implementasi pendidikan akrakter di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur.

2. Observasi

Observasi adalah “suatu proses yang tersusun dari perbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.37

Observasi ini untuk mendukung data-data yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala Sekolah, dewan guru sertapeserta didik dalam menggambarkan implementasi pendidikan karakter di SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur. Observasi dilakukan dengan cara melihat langsung proses belajar mengajar khususnya yang berkenaan dengan proses pendidikan karakter peserta didik yang dilakukan oleh pendidik, dan kegiatan lainnya di sekitar Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya”.38 Dokumentasi dalam penelitian ini adalah diambil dari dokumentasi yang ada di Sekolah seperti sejarah berdirinya SMPIT Insan Mulia Batanghari, keadaan guru dan karyawan, keadaan peserta didik, sarana prasarana sekolah, laporan tahuan, kurikulum dan sebagainya.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Penyajian data atau teknik untuk mencapai kreadibilitas data perlu di uji keabsahan serta kebenarannya dengan menggunakan trianggulasi. Trianggulasi

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. 14, (Bandung:

Alfabeta, 2011), h. 145

38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2005), h. 135

(47)

31

dalam penelitian ini diartikan “sebagai sumber dengan berbagai cara dan waktu”.39 Namun dalam penelitian ini yang digunakan adalah trianggulasi teknik pengumpulan data.

Trianggulasi teknik pengumpulan data adalah “penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data”.40 Menguji kreadibilitas data dengan trianggulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

E. Teknik Analisa Data

Pada bagian ini dijelaskan mengenai teknik yang digunakan dalam mengambil data dan analisis data. Analisis data kualitatif adalah deskriptif data yang terdiri dari tiga aktivitas yang berlangsung secara bersamaan.

Ketiga aktivitas tersebut adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga alur aktivitas tersebut saling keterkaitan satu dengan yang lainnya dalam analisis data.

1. Reduksi data

Aktivitas reduksi data ialah mengolah data mentah yang dikumpulkan dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi diringkas dan disistematisasikan agar mudah difahami dan dicermati oleh pembaca. Reduksi data ini merupakan satu bentuk analisis data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dari penelitian dapat dibuat verivikasi.

Terkait dalam hal ini peneliti memproses secara sistematis data-data akurat yang diperoleh terkait dengan penguatan karakter siswa, sehingga dari hasil wawancara dan observasi lapangan ditambah dengan dokumentasi yang ada, skripsi ini dapat difahami dan dicermati secara mudah oleh para pembaca.

2. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dengan menyusun informasi secara baik dan akurat untuk memperoleh beberapa kesimpulan yang valid dan merelalisasikan prosedural lanjutan. Dengan eksisnya data akurat ini secara

39 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 170

40 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 171

(48)

32

otomatis membantu proses yang sedang terjadi, untuk diadakan analisis lebih lanjut, tentunya mengacu kepada data yang ada.

3. Penarikan kesimpulan (Conclution)

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari aktivitas data. Aktivitas ini dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi yang diuraikan.

(49)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Profil SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur

1. Sejarah Singkat SMPIT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur

SMP Islam Terpadu Insan Mulia terletak di Jl. Majapahit Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Lampung Timur yang sudah tergabung dalam Jaringan Sekolah Islam terpadu Indonesia (JSIT). Sekolah ini didirikan dan mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga pada tahun 2012.

SMP IT Insan Mulia Batanghari berdiri dibawah naungan Yayasan Lampung Insan Mandiri yang diketuai oleh Bapak H. Nurhadi S, Ag. SMP IT adalah sekolah Islam terpadu yang mengkolaborasikan pengetahuan umum dan agama dalam proses belajar. Selain tetap belajar ilmu pengetahuan umum ciri khas yang membedakan sekolah ini dengan sekolahan yang lain adalah adanya pelajaran tahsin dan tahfis.

Sekolah ini memberikan pelajaran agar generasi penerus dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan cinta dengan Al-Qur’an sehingga akan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan.

Perkembangan zaman yang cepat berpengaruh kepada anak yang menyebabkan hilangnya jati diri sebagai bangsa Indonesia yang ramah, dan terkadang melupakan kewajibannya dalam belajar karena sudah terlalu asik dengan berbagai media elektronik yang ada sehingga akan menurunkan kualitas sumber daya manusia.

(50)

34

SMPIT Insan Mulia berbasis religi tidak tidak hanya menuntut peserta didik pandai dalam tiga hal yaitu, Inteleggency Qoutient (IQ), Emotional Qoutient (EQ), dan Sepiritual Qoutient (SQ). Insan Mandiri adalah sebuah lembaga kemasyarakatan yang didirikan pada tahun 2006 silam. Dengan tujuan awal yakni untuk membina dan mengembangkan potensi masyarakat demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Melihat kondisi, akhirnya pihak lembaga berinisiatif untuk mendirikan lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dengan harapan mampu mengenalkan pendidikan dan nilai-nilai ke-Islaman sejak dini.

Tepatnya tahun 2012 lembaga ini diresmikan menjadi sebuah yayasan dengan nama Lampung Insan Mandiri dan kemudian membentuk Lembaga Pendidikan Formal bernama SMP IT Insan Mulia Batanghari.

SMP IT Insan Mulia Batanghari ini berlokasi di Jl. Majapahit 41 C Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Lampung Timur ini menjadi sekolah berbasis Islam Terpadu yang ke-dua di Lampung Timur setelah SMP IT Baitul Muslim.

Kurikulum nasional dan kurikulum Qur’anil. SMP IT Insan Mulia mulai tahun 2014 menerapkan sistem belajar full day dan boarding school (pondok pesantren).

Pembelajaran sistem full day dimulai tepat pukul 07.15 sampai 15.30.

untukjam awal dimanfaatkan untuk tahsin dan menghafal al-Qur’an. Sedangkan sistem belajar boarding school ada jam tambahan diluar jam sekolah, yaitu mendalami pelajaran-pelajaran pondok. Indentitas Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Insan Mulia Batanghari Lampung Timur adalah sebagai berikut:

(51)

35

Nama Sekolah : SMP IT Insan Mulia Kepala Sekolah : Agus Waluyo, S.Sos Terakreditasi : B

Jenjang Pendidikan : SMP Status Sekolah : Swasta

Alamat : Jl. Majapahit Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari

Kecamatan : Batanghari

RT/RW : 22/11

Nama Dusun : Lisan Puro

Desa/Kelurahan : Batangharjo

Kabupaten/Provinsi

: Lampung Timur/Lampung

Lintang/Bujur : -5.1258000/105.3842000 SK Pendirian Sekolah : 001/YLIM/5/2012 Tgl SK Pendirian : 2012-05-10 Status Kepemilikan

: Yayasan

SK Izin Operasional : AHU-3794,AH.01.04.2012 Tgl SK IzinOperasional

: 2012-06-25

Website :

www.smpitinsanmuliabatanghari.sch.id.

(D/1/27-04-2020)

2. Visi, Misi dan Tujuan SMPIT Insan Mulia Batanghari Visi “Berprestasi, Islami, dan Mandiri (Beriman)”, Indikator:

a. Unggul dalam prestasi akademik : 1) Pencapaian nilai ujian nasional

2) Berbagai lomba atau olimpiade mata pelajaran di tingkat lokal dan nasional

3) Unggul dalam prestasi non akademik 4) Lomba ekstrakurikuler

(52)

36

5) Imtaq dan Budi Pekerti

b. Terwujudnya kehidupan warga sekolah yang Islami dan berakhlak mulia.

c. Terwujudnya layanan pendidikan yang bermutu, efisien, kreatif, inovatif, rapi segala urusannya dan memenuhi standar pendidikan.

Misi:

a. Membentuk generasi yang berakidah lurus, berakhlak mulia, dan beribadah dengan benar berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah.

b. Menjadikan bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia.

c. Menjadikan lingkungan pendidikan yang asri dan ramah berbasis kejujuran dan keteladanan.

d. Membentuk jiwa kepemimpinan pendidik dan peserta didik.

e. Meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasarana belajar terutama pengembangan perpustakaan dan laboraturium.

Tujuan:

a. Tercapainya pembentukan pribadi muslim ynng berkarakter dan mampu menghafal al-Qur’an.

b. Menghasilkan lulusan yang menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab.

c. Terwujudnya kehidupan warga sekolah yang menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah.

d. Tercapainya iklim yang sehat antara warga sekolah, komite sekolah, dan masyarakat.

e. Terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan nyaman untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif.

(53)

37

f. Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (D/2/27-04-2020)

3 Letak Geografis SMPIT Insan Mulia Batanghari

Adapun letak geografis SMPIT Insan Mulia Batanghari adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah Penduduk b. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk c. Sebelah Selatan berbatasan rumah penduduk

d. Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk. (D/3/27-04-2020)

4. Sarana dan Prasarana SMPIT Insan Mulia Batanghari

Proses belajar mengajar di sekolah berjalan dengan baik dan lancar karena didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, baik jumlah keadaan ataupun kelengkapannya. Berikut keadaan sarana dan prasarana di SMP IT Insan Mulia Batanghari Lampung Timur.

a. Data Prasarana

Tabel 1

Prasarana SMP IT Insan Mulia Batanghari

No Nama Prasarana Jumlah Status

Kepemilikan

1 Ruang Kantor 1 Milik

2 Ruang Kelas 5 Milik

3 Asrama Putra 3 Milik

Referensi

Dokumen terkait