║Journal Caninus Denstistry Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 26 - 31
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 6 - 3 1 | 26 Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi
Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
(Studi pada Peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016 )
Yuhelrida, Poppy Andriani, Pocut Aya Sofya
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah
Kuala
ABSTRAK
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan baru atau yang belum pernah dilakukan. Dalam proses nya hal ini disertai dengan gejala otonom seperti sakit kepala, berkeringat berlebih, jantung berdebar, sesak di dada, ketidaknyamanan perut, dan gelisah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) (studi pada peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016).
Dengan metode pengambilan sampel menggunakan total sampling sehingga diperoleh subjek sebanyak 28 orang. Cara kerja penelitian ini diawali dengan mengisi identitas dan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kecemasan menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) (studi pada peserta UKMP2DG Unsyiah periode II tahun 2016) adalah kecemasan berat sebanyak 10 orang (35,7%), kecemasan ringan sebanyak 6 orang (21,4%), kecemasan sedang sebanyak 6 orang (21,4%), tidak cemas sebanyak 5 orang (17,9%), kecemasan berat sekali sebanyak 1 orang (3,6%)
Kata Kunci: Kecemasan, Clinical Examination (OSCE), Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
ABSTRACT
Anxiety is a response to a particular situation which is threatening and this is a normal thing to happen came with the development, new changes or that have never done before.
In this case the process accompanied by symptoms of autonomic such as headache, sweating excessive, palpitations, tightness in the chest, abdominal discomfort, and anxiety.
The purpose of this research is to identify level of anxiety in the face of the Objective Structured Clinical Examination (OSCE) (study in participants of UKMP2DG Unsyiah Second Period 2016). The sampling method used to obtain the total sampling subjects were 28 people. Research was begin with filling filled identity form and Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire.
The results of this research showed the level of anxiety to face the Objective Structured Clinical Examination (OSCE) (study in participants UKMP2DG Unsyiah second period 2016) is a severe anxiety that there are 10 participant (35,7%), mild anxiety there are 6 participant (21,4%), moderat anxiety there are 6 participant (21,4%), no anxiety 5 participant (17,9%), and very severe anxiety that there are 1 participant (3,6%)
Key words: Anxiety, Clinical Examination (OSCE), Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dimana setiap tahunnya angka kecemasan semakin meningkat, kecemasan diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas.1 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi penduduk Indonesia mengalami gangguan mental emosional secara nasional seperti gangguan kecemasan sebesar 6%.2
Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang menyakitkan serta tidak menyenangkan. Kecemasan timbul dari reaksi ketegangan-ketegangan atau dari sistem dalam tubuh, ketegangan ini akibat suatu dorongan dari dalam atau dari luar dan
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 6 - 3 1 | 27 dikuasai oleh susunan urat saraf yang
otonom. Orang yang dilanda kecemasan bisa mengganggu keseimbangan pribadi seperti tegang, resah, gelisah, takut, gugup, berkeringat, dan sebagainya.3 Kecemasan dapat dikategorikan dari tingkat yang sangat rendah sampai dengan tingkat tertinggi.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kecemasan antara lain lingkungan sosial dan akademik. Sebagai mahasiswa yang menjalani proses akademik profesi, setiap mahasiswa akan menjalani ujian akhir profesi, yaitu Computer Based Test (CBT) dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
Computer Based Test (CBT) merupakan sistem ujian dengan memanfaatkan teknologi komputer sebagai media tes dan OSCE merupakan instrumen penilaian keterampilan klinik pada mahasiswa kedokteran maupun kedokteran gigi. CBT merupakan ujian untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam penguasaan teori menggunakan sistem komputer. CBT digunakan hanya untuk menguji aspek kognitif sedangkan OSCE bertujuan untuk menguji aspek psikomotor, kognitif, dan professional behavior dengan menggunakan checklist yang telah ditentukan. OSCE merupakan ujian dengan penilaian berdasarkan keterampilan (performa) yang diobservasi saat melakukan berbagai keterampilan klinik yang diuji secara objektif dan terstruktur. OSCE juga menjadi media evaluasi pengetahuan pada uji kompetensi dokter di Indonesia.Berdasarkan fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa OSCE memiliki pengaruh yang tinggi untuk terjadinya kecemasan pada mahasiswa yang akan melaksanakan ujian tersebut.5
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Simran (2015) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ujian mahasiswa kedokteran rata-rata menunjukkan kecemasan yang tinggi. Keseluruhan kecemasan berat adalah (62,72%) dan ringan sampai sedang adalah (37,27%). Pada perempuan terdapat kecemasan berat yang lebih besar yaitu (73,43%), sedangkan pada laki-laki adalah (47,82%).6 Menurut penelitian yang dilakukan di beberapa negara juga menunjukkan bahwa
tingkat kecemasan mahasiswa kedokteran di dunia rata rata mencapai 80%.7 Faktor yang berkontribusi menyebabkan kecemasan ujian adalah banyaknya beban pikiran, kurangnya belajar sebelum ujian, tingginya harapan orang tua dan kurangnya aktifitas fisik.6 Kecemasan yang timbul ketika menghadapi ujian akan mempengaruhi performa mahasiswa yaitu mereka dengan tingkat kecemasan yang lebih rendah memberikan performa yang lebih baik dibanding mereka yang mengalami kecemasan sedang dan tinggi.8
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) studi pada pesera UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional study.
Populasi dan subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa profesi yang mengikuti OSCE pada waktu tersebut.
Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini yaitu total sampling. Pemakaian total sampling didasarkan atas jumlah populasi yang kurang dari 100, sehingga dapat dijadikan sampel untuk penelitian ini.
CARA PENELITIAN
Subjek diberikan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) setelah ujian OSCE, kemudian subjek diberikan data responden atau persetujuan untuk menjadi subjek penelitian, kemudian subjek dijelaskan tentang bagaimana cara pengisian kuesioner yang benar, setelah seluruh subjek mengisi kuesioner, kemudian kuesioner dikumpulkan dan dicatat untuk dianalisis data untuk melihat tingkat kecemasan dalam menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE).
Data dikumpulkan melalui kuesioner, kemudian data diolah serta dianalisis secara manual dengan menggunakan Microsoft Word untuk melihat tingkat kecemasan dalam
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 6 - 3 1 | 28 menghadapi Objective Structured Clinical
Examination (OSCE) studi pada peserta UKMP2DG Unsyiah periode II Tahun 2016.
Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di ruang OSCE Fakultas Kedokteran Gigi Unsyiah Banda Aceh pada tanggal 30 April 2016 yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kecemasan dalam menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) (studi pada peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016 ).
Tingkat kecemasan diukur berdasarkan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Faktor Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 di atas menunjukkan subjek penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin, yaitu terdapat usia 17-25 pada laki- laki sebanyak 7 orang (35%) dan pada perempuan sebanyak 13 orang (65%). Pada usia 26-35 tahun yang mengalami kecemasan pada laki-laki sebanyak 3 orang (37,5%) dan pada perempuan sebanyak 5 orang (62,5%).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Tingkat Kecemasan
Usia Tida k Cem
as (%)
Ring an (%)
Seda ng (%)
Berat (%)
Ber at Sek ali (%)
Total (%)
17-25 tahun 26-35 tahun
4 (20
%) 1 (12,
5 (25
%) 1 (12,
4 (20%
) 2 (25%
6 (30%) 4 (50%)
1 (5
%) 0 (0
20 (100%) 8 (100%)
5%) 5%) ) %)
Total 5 (17, 9%)
6 (21, 4%)
6 (21,4
%) 10 (35,7%
)
1 (3, 6%
) 28 (100%)
Tabel 5.2 di atas menunjukkan tingkat kecemasan subjek penelitian dalam menghadapi OSCE berdasarkan umur terbagi atas 2 kelompok yaitu 17-25 tahun sebanyak 20 orang, terdiri dari subjek yang tidak cemas sebanyak 4 orang (20%), kecemasan ringan sebanyak 5 orang (25%), kecemasan sedang sebanyak 4 orang (20%), kecemasan berat sebanyak 6 orang (30%), dan kecemasan berat sekali sebanyak 1 orang (5%). Pada subjek penelitian yang berusia 26-35 sebanyak 8 orang, terdiri dari subjek penelitian yang tidak cemas sebanyak 1 orang (12,5%), kecemasan ringan sebanyak 1 orang (12,5%), kecemasan sedang sebanyak 2 orang (25%), kecemasan berat sebanyak 4 orang (50%) dan tidak ada subjek penelitian yang mengalami kecemasan berat sekali pada usia 26-35.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3 di atas menunjukkan tingkat kecemasan subjek penelitian dalam menghadapi OSCE berdasarkan jenis kelamin terbagi atas 2 kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Subjek laki-laki sebanyak 10 orang terdiri dari subjek yang tidak cemas sebanyak 2 orang (20%), kecemasan ringan sebanyak 3 orang (30%), kecemasan sedang sebanyak 2 orang (20%), kecemasan berat sebanyak 3 orang (30%), dan tidak terdapat subjek dengan kecemasan berat sekali pada laki-laki. Subjek penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang, terdiri dari subjek yang tidak cemas sebanyak 3 orang (16,7%), kecemasan ringan sebanyak 3 orang (16,7%), kecemasan sedang sebanyak 4 orang (22,2%), kecemasan berat sebanyak 7 orang (38,9%), dan kecemasan berat sekali sebanyak 1 orang (5,6%).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Objecitive Jenis Kelamin
Usia Laki-laki (%)
Perempuan
(%) Total (%) 17-25
tahun 26-35 tahun
7(35%) 3(37,5%)
13(65%) 5(62,5%)
20(100%) 8(100%)
Total 10(35,7%) 18(64,3%) 28 100%) Tingkat Kecemasan
Jeni
s Kel ami n
Tidak Cem
as (%)
Rin gan (%)
Sed ang (%)
Bera t (%)
Bera t Sek
ali (%)
Total (%)
Lak i- laki Pere mpu an
2 (20
%) 3 (16, 7%)
3 (30
%) 3 (16, 7%)
2 (20
%) 4 (22, 2%)
3 (30
%) 7 (38, 9%)
0 (0%
) 1 (5,6
%) 10 (100%)
18 (100%)
Tot al
5 (17, 9%)
6 (21, 4%)
6 (21, 4%)
10 (35, 7%)
1 (3,6
%) 28 (100%)
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 6 - 3 1 | 29 Structured Clinical Examination (OSCE) (Studi
Pada Peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016).
Tingkat
Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Tidak Cemas 5 17,9 %
Cemas Ringan 6 21,4 %
Cemas Sedang 6 21,4 %
Cemas Berat 10 35,7%
Cemas Berat Sekali
1 3,6 %
Total 28 100 %
Tabel 5.4. di atas menunjukkan bahwa subjek yang tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi Objecitive Structured Clinical Examination (OSCE) (studi pada peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016)adalah tidak cemas sebanyak 5 orang (17,9%), yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 6 orang (21,4%), yang mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang (21,4%), yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 10 orang (35,7%), dan yang mengalami tingkat kecemasan berat sekali sebanyak 1 orang (3,6%).
PEMBAHASAN
Ujian OSCE merupakan salah satu stressor yang memicu timbulnya kecemasan pada mahasiwa. Kecemasan mempengaruhi organ viseral dan motorik, pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Kecemasan dapat menghambat fungsi kognitif yang berpengaruh pada performa ketika ujian. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada seseorang, salah satunya adalah usia dan jenis kelamin.22
Tabel 5.1. Menjelaskan distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin, dengan persentase tertinggi terdapat pada usia 17-25 tahun berjenis kelamin perempuan yaitu 65% (13 orang).
Pada penelitian ini penyebaran usia responden tidak merata, menyebabkan kelompok usia memiliki jumlah yang tidak seimbang dan jika dilihat dari usia responden, rata-rata memiliki usia dalam katagori yang sama yaitu remaja akhir. Gejala kecemasan dapat timbul di berbagai kalangan usia,
tergantung pada faktor-faktor yang mencetuskan gejala kecemasan pada seseorang.10
Tabel 5.2. menunjukkan persentase tertinggi pada kelompok usia dan kecemasan terdapat pada kelompok usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 4 orang (50%) dengan tingkat kecemasan berat, Hal ini berbeda dengan penelitian Stuart dan Sandeen (2008) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin baik tingkat kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan sehingga mengurangi tingkat kecemasan seseorang.18
Pada penelitian ini usia responden tidak dicari hubungannya dengan tingkat kecemasan, namun sebagai kelengkapan data untuk menunjukkan karakteristik sampel penelitian yang diharapkan dapat mewakili karakteristik populasi26
Tabel 5.3. menjelaskan distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan jenis kelamin dengan persentase tertinggi dialami oleh perempuan yaitu 38,9% (7 orang) dengan tingkat kecemasan berat. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat kecemasan lebih besar dibandingkan laki-laki.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustiar dan Asmi (2010) yang telah membuktikan bahwa kecemasan ketika ujian nasional pada siswa perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan pada siswa laki-laki.23 Penelitian oleh Mariyam dan Kurniawan (2008) juga menemukan bahwa sebagian responden laki-laki hanya mengalami kecemasan ringan, sementara pada responden perempuan ditemukan tingkat kecemasan yang lebih tinggi.24
Perempuan lebih cemas akan ketidakmanmpuannya dibandingkan dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif dan ekploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif dalam mempergunakan perasaannya. Berdasarkan penelitian Brizendine (2006) dalam bukunya yang berjudul the female brain menyatakan bahwa remaja perempuan hampir dua kali lebih mungkin menderita depresi dan kecemasan dibandingkan remaja laki-laki.
Para ahli syaraf menemukan bahwa kepekaan ini dipengaruhi oleh gen, estrogen, progesteron dan fenomena bawaan biologis
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 6 - 3 1 | 30 otak. Selain itu juga diketahui bahwa banyak
variasi gen dan sirkuit otak yang dipengaruhi oleh estrogen dan serotonin diduga meningkatkan risiko depresi pada perempuan.22
Tabel 5.4. menggambarkan distribusi frekuensi tingkat kecemasan dalam menghadapi OSCE pada peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kecemasan dengan tidak cemas sebanyak 5 orang (17,9%), kecemasan ringan sebanyak 6 orang (21,4%), kecemasan sedang sebanyak 6 orang 921,4%), kecemasan berat sebanyak 10 orang (35,7%), kecemasan berat sekali sebanyak 1 orang (5,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian Simran (2015) yang menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ujian mahasiswa kedokteran rata-rata menunjukkan kecemasan yang tinggi. Keseluruhan kecemasan berat adalah (62,72%) dan ringan sampai sedang adalah (37,27%).6
Hal ini disebabkan karena OSCE merupakan salah satu ujian akhir dalam penentuan kelulusan untuk menjadi seorang dokter gigi, disamping itu penelitian yang dilakukan oleh Yusoof (2012) juga menyatakan bahwa tiga hal dalam dunia pendidikan kedokteran yang paling menyebabkan timbulnya kecemasan pada mahasiswanya antara lain kurikulum kedokteran, materi yang terlalu banyak, dan waktu yang sangat terbatas untuk mengulang kembali pelajaran.25 Penelitian Brand dan Schoonheim (2009) menyimpulkan bahwa kecemasan tersebut kemungkinan disebabkan karena selama OSCE peserta ujian diawasi dan diobservasi secara terus menerus, serta durasi ujian serta interaksi antara penguji dan peserta ujian juga mempengaruhi tingkat kecemasan mereka.25
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, tingkat kecemasan dalam menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) (studi pada peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016) menunjukkan persentase tertinggi pada kecemasan berat yaitu (35,7%) 10 orang, yang diikuti dengan tidak cemas (17,9%) 5 orang, kecemasan ringan (21,4%) 6 orang,
kecemasan sedang (21,4%) 6 orang, dan kecemasan berat sekali (3,6%) 1 orang.
Ditinjau dari usia dan jenis kelamin, dari 28 subjek persentase tertinggi dari usia terdapat pada kecemasan berat yaitu pada kelompok 26-35 dengan persentase 50% (4 orang), dan berdasarkan jenis kelamin kecemasan lebih banyak terdapat pada perempuan dengan persentase tertinggi terdapat pada kecemasan berat yaitu 38,9% (7 orang).
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan tingkat kecemasan dalam menghadapi OSCE dengan nilai dan kelulusan OSCE.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suprapta I, Bidjuni H, Karundeng M.
faktor intrinsik yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada klien yang terpasang terapi cairan intravena.
eJournal Keperawatan (e-Kp) 2015;
3(2): 1-7.
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
3. Hayat A. Kecemasan dan metode pengendaliannya. Khazanah 2014; 12(1):
52-62.
4. Huberty T. Anxiety Disorder. National Institute of Mental Health 2004: p. 1-5.
5. Risma G. Kecemasan dalam Objective Structured Clinical Examination (OSCE). J Agromed Unila 2015; 2(4):
419-424.
6. Simran G, Sangeeta N, Lily W.
Evaluation of examination anxiety status and its associated factors among first professional medical (MBBS) students.
IJIMS 2015; 2(8): 1-11.
7. Lyndon M, Strom J, Alyami H, Yu T-C, Wilson N, Singh P, et al. The relationship between academic assessment and psychological distress among medical students: a systematic review. Perspect Med Educ 2014; 3(6):
405-418.
8. Mary R, Marslin G, Franklin G, Sheeeba C. Test anxiety level of board exam going student in Tamil Nadu, India.
J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 1 , N o . 4 : 2 6 - 3 1 | 31 BioMed Research International 2014; 9:
1-9.
9. Karyanah Y. Hubungan antara peran dosen pembimbing dengan kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapi tugas akhir skripsi di perguruan tinggi. Indonesian Journal of Nursing Health Science 2016; 1(1): 38- 43
10. Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press; 2005. p: 38-254.
11. Sutrisno E. Kematangan emosional, percaya diri dan kecemasan pegawai menghadapi masa pensiun. Persona Jurnal Psikologi Indonesia 2013; 2(1): 1- 11
12. Sadock, Benjamin J; Sadock, Anxiety Disorder in : Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams
& Wilkin 2007. p. 580.
13. National Institute of Mental Health (NIH). Anxiety Disorder. US : NIH Publication No. 09 3879. 2009. p. 1-10.
14. Michael T. Epidemiology of anxiety disorders. Psychiatry 2007; 6(4): 134-142.
15. Baehr, Frotscher. DUUS Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta : EGC. 2010. 128-130.
16. Untari I, Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada usia pertengahan dalam menghadapi proses menua. Jurnal Keperawatan 2014; 1(2):
83-90.
17. Stuart G, Sundden. Principles and Practive of psychiatric. Edisi 5. Jakarta:
EGC; 2008. p. 205-210
18. Stuart, Gail Wiscarz & Michele T Laraia.
Principles & Practice of Psychiatric Nursing. St.Louis : Mosby Year Book.
2001. p. 28-30
19. James, A. The Objective Structured Clinical Examination. 2th Edition.
Association For Surgical Education;
2001. 11-48.
20. Bang J, Choi K. Correlation between clinical clerkship achievement and objective structured clinical examination (OSCE) scores of graduating dental
students on conservative dentistry.
Restor Dent Endod 2013; 38(2): 79–84.
21. Amir D, Iryani D, Isrona L. Hubungan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan Kelulusan OSCE pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Jurnal Kesehatan Andalas 2016; 5(1): 139-144.
22. Agustiar W, Asmi Y. Kecemasan menghadapi ujian nasional dan motivasi belajar pada siswa kelas XII SMA Negeri ”X” Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi 2010; 8(1): 9-15.
23. Mariyam, Kurniawan A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua terkait hospitalisasi anak usia toddler di BRSD RAA Soewonso Pati. Jurnal keperawatan 200 8; 1(2): 38-56.
24. Yusoof MSB, Rahim AFA, Baba AA, Ismail SB, Pa MNM, Esa AR.
Prevalence and associated factors of stress, anxiety, and depression among prospective medical student. Asian Journal of Psychiatry 2012; 353: 1-6.
25. Brand HS, Schoonheim-Klein M. Is the OSCE more stressfull? examination anxiety and its consequences in different assesment methods in dental education.
European Journal of Dental Education.
2009;13(3): 14