1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pajak menurut Undang-undang No.28 pasal 1 ayat 1 Tahun 2007, merupakan kontribusi wajib yang dibayarkan kepada negara oleh wajib pajak baik secara pribadi atau badan yang dipaksakan sesuai dengan undang-undang dan tidak mengharapkan imbalan dan dipakai untuk kepentingan negara dan lebih diperuntukkan kepada masyarakat banyak demi kelangsungan hidup rakyat. Pajak mempunyai peranan yang penting di dalam suatu negara khususnya pada pelaksanaan pembangunan karena semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan dibiayai oleh sumber utama pendapatan negara yaitu pajak Irawan et al. (2017).
Menurut Kementrian Keuangan realisasi penerimaan pajak pada tahun 2018 belum mencapai target yang ditentukan. Kementrian Keuangan mengungkapkan penerimaan pajak tahun 2018 mencapai Rp 1.315,9 triliun atau hanya 92% realisasi dari target Anggaran Penerimaan Belanja Negara ditahun 2018 sebesar Rp 1.424 triliun.
Pada sektor konstruksi dan perumahan mencatat penerimaan pajak tahun 2018 sebesar 6,62% atau sebesar Rp 83,51 triliun. Realisasi penerimaan pajak dari sektor konstruksi dan perumahan memang tumbuh positif namun, pertumbuhannya melambat dari 7,06% ditahun 2017 menjadi 6,62% ditahun 2018. Hal ini tidak selaras dengan
pertumbuhan ekonomi pada perusahaan sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan yang menunjukkan kenaikan pertumbuhan dari awal tahun, yaitu dari 3,23% di 1Q 2018 menjadi 3,85% di 3Q seiring dengan musim kegiatan pengembang dalam mencetak rumah baru di setiap tahunnya. Dalam hal ini terdapat indikasi bahwa perusahaan sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan menggunakan strategi untuk meminimalisir pembayaran pajak.
Sebagai wajib pajak badan, perusahaan mempunyai kewajiban membayar pajak yang besar pajaknya dihitung dari laba bersih, namun seringkali perusahaan menganggap pajak sebagai biaya yang mengurangi laba bersih yang diperolehnya. Pajak terutang yang tinggi tersebut mengakibatkan perusahaan mencari berbagai alternatif untuk meminimalkan beban pajak yang terutang dengan cara melakukan manajemen pajak melalui perencanaan pajak atau tax planning (Aryanti dan Gazali, 2019).
Menurut (Sudirman dan Muslim, 2018) motivasi perusahaan melakukan manajemen pajak diantaranya adalah
1. Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan system perpajakan yang meliputi prosedur pepajakan, objek pajak dan pengurang objek pajak, tarif pajak, dan jenis pajak yang dipungut sebagai sasaran berbagai alternative pembayaran pajak,
2. Administrasi perpajakan merupakan cara-cara pengenaan dan pemungutan pajak,
3. Loopholes merupakan pemanfaatan peluang-peluang dalam undang-undang perpajakan sehingga wajib pajak membayar pajak lebih rendah,
4. Tarif pajak merupakan besaran jumlah yang dibayar oleh wajib pajak.
Kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri menyebabkan keingininan yang besar bagi manajer untuk memanipulasi kinerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri (Devita, 2011). Manajer menginginkan pembayaran pajak yang rendah tetapi tidak sejalan dengan pemilik yang menginginkan perolehan pendapatan yang tinggi. Salah satu penyebab belum maksimalnya manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan yaitu adanya agency problem yang merupakan perbedaan kepentingan antara manajemen
sebagai agen dan pemilik perusahaan sebagai prisipal dimana agen lebih mementingkan kepentingannya sendiri tanpa memperhatikan apa yang diinginkan pemilik perusahaan (Zulkarnaen, 2015).
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Suandy, 2011). Menurut (Imelia dan Rusli, 2015) faktor- faktor yang mempengaruhi manajemen pajak antara lain ukuran perusahaan, tingkat hutang perusahaan, profitabilitas, intensitas aset tetap, fasilitas perpajakan dan komisaris independen. Manajemen pajak
merupakan upaya perusahaan dalam hal penanganan pembayaran pajak yang dimulai dari perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation), dan pengendalian pajak (tax control) (Irawan dan Farahmita, 2012). Manajemen pajak dalam konteks perpajakan di Indonesia adalah hal yang lazim atau legal dilakukan dalam perusahaan karena sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia (Wijaya dan Febrianti, 2017).
Dalam menciptakan manajemen pajak yang efisien dan efektif dalam perusahaan tersebut maka diperlukan adanya sebuah tata kelola perusahaan yang baik. Diperlukan perananan dewan komisaris, dewan direksi serta organ perusahaan lainnya dalam menjalankan operasional perusahaan. Dengan adanya wewenang yang dimiliki oleh dewan komisaris maka dapat menekan manajemen dalam melakukan manajemen pajak namun manajemen mengharapkan imbalan atau kompensasi atas kinerja yang dilakukan.
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atau jasa yang diberikan pada perusahaan (Putri dan Sofyan, 2017). Kompensasi yang diberikan kepada manajemen sesuai ketentuan maka akan menjadi sebuah mekanisme penerapan manajemen pajak yang akan berpengaruh pada nilai perusahaan secara global, dengan diberikan kompensasi ini pemilik perusahaan mengharapkan manajemen bisa lebih transparan dan meningkatkan
kinerja perusahaan (Darta, 2019). Pemberian kompensasi terhadap manajemen akan memotivasi diri untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui efisiensi pembayaran pajak yang akan berpengaruh pada nilai perusahaan secara menyeleuruh (Putri dan Sofyan, 2017).
Oleh karena itu semakin tinggi tingkat kompensasi manajemen yang diperoleh maka akan semakin memacu kinerja manajemen untuk melakukan manajemen pajak.
Menurut Darta (2019) berpendapat bahwa corporate governance, yaitu sebuah peraturan yang mengatur hubungan antara karyawan, pemegang saham, pemerintah, pihak kreditur, serta pemegang kepentingan yang eksternal dan internal. Penerapan corporate governance diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
kinerja perusahaan. Dengan mengoptimalkan efisiensi pembayaran pajak melalui strategi manajemen pajak, perusahaan dapat berkembang namun tidak melanggar peraturan pemerintah, yang salah satunya menyangkut perpajakan perusahaan (Ganang dan Ghozali, 2017).
Semakin tinggi penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan maka semakin efisien dan efektif dalam mengoptimalkan efisiensi pembayaran pajak dan memilih keputusan yang tepat untuk melakukan manajemen pajak (Putri dan Sofyan, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh (Putri dan Sofyan, 2017) menunjukkan hasil bahwa kompensasi manajemen berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen pajak, hal ini selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Darta, 2019) dan penelitian oleh (Ganang dan Ghozali, 2017). Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat kompensasi manajemen yang diberikan kepada dewan direksi atau manajemen oleh perusahaan, maka akan optimal pula manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
Temuan yang diteliti oleh (Ganang dan Ghozali, 2017) menunjukkan hasil bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen pajak hal ini disebabkan meningkatnya pengetahuan yang mendasar mengenai kegiatan bisnis perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja dari dewan komisaris sehingga dewan komisaris berhasil dalam melakukan perumusan manajemen pajak perusahaan. Kemudian peneliti melakukan uji pengaruh presentase komisaris independen terhadap manajemen pajak menunjukkan bahwa presentase komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen pajak. Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah komisaris independen, maka semakin besar pengaruhnya untuk melakukan pengawasan kinerja manajemen. Pengujian pengaruh komite audit terhadap manajemen pajak menunjukkan hasil bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak hal ini ditunjukkan bahwa pelaksanaan tugas oleh komite audit tidak dilakukan secara efektif sehingga pengendalian perusahaan tidak dapat berjalan baik serta kurang mendukung good corporate governance yang baik.
Berdasarkan temuan oleh (Darta, 2019) menunjukkan hasil bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak, hal ini menunjukkan bahwa banyak atau sedikitnya jumlah dewan komisaris tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen pajak. Kemudian peneliti melakukan pengujian tentang presentase komisaris independen bahwa presentase komisaris independen juga tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak, hal ini menunjukkan bahwa penambahan atau berkurangnya komisaris independen pada perusahaan hanyalah sebagai bentuk formalitas dan tidak meberikan pengaruh terhadap manajemen pajak.
Kesimpulan dari beberapa penelitian terdahulu ialah bahwa kompensasi manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen pajak dikarenakan semakin tinggi tingkat kompensasi maka semakin baik manajemen pajak yang dilakukan dan corporate governance dalam beberapa komponen seperti jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak, presentase komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak, dan komite audit juga tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objek maupun sampel perusahaan yang diteliti, peneliti sebelumnya menggunakan sampel yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Namun dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahan jasa dengan sektor
properti, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2018. Selanjutnya, alasan peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang manajemen pajak dikarenakan adanya ketidakkonsistennya hasil penelitian dan juga fenomena penghematan pajak menjadi kasus yang hangat saat ini untuk diteliti.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompensasi Manajemen dan Corporate Governance terhadap Manajemen Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Properti, Real Estate dan Konstruksi Bangunan yang Listing di Bursa Efek Indonesia di tahun 2017 – 2018)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, apakah tingkat kompensasi manajemen dan corporate governance berpengaruh terhadap manajemen pajak perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
• Tujuan Penelitian
Menguji dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh tingkat kompensasi manajemen dan corporate governance terhadap manajemen pajak
• Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian sebelumnya dan dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya terkhusus variabel Kompensasi Manajemen dan Corporate Governance, kemudian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Pajak.
2. Manfaat Praktis
a. Direktorat Jenderal Pajak
Sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan perpajakan dan membuat mekanisme pengawasan yang lebih efektif terhadap wajib pajak agar dapat memperkuat peraturan perpajakan.
b. Manajemen dan Dewan Direksi Perusahaan
Diharapkan Manajemen dan Dewan Direksi Perusahaan dapat mengetahui pengaruh dan peran kompensasi manajemen dan juga penerapan corporate governance terhadap manajemen pajak perusahaan dan dapat menerapkannya jika memiliki pengaruh lebih baik terhadap perusahaan dan juga sebaliknya.