PENGARUH SIKAP PENDIDIK TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MAN 1 PADANG
Nofri Dona1, Ahmad Zaini2, Citra Imelda Usman2.
1Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
The background of this research is appointed by the problems that researchers find in the field, the presence of students who are late to school, the students do not do the task on time, the students play HP in the learning process, the students coming in and out during the learning process, the participants students who can not speak english. This study aims to reveal 1) Attitudes of educators in MAN 1 Padang, 2) Discipline learners in MAN 1 Padang and 3) Influence of educator attitude towards discipline learners in MAN 1 Padang. This research uses quantitative method of correlational descriptive type. The population of this study is all students of class X and XI in MAN 1 Padang which requires 519 people and the sample in this study were 84 people using Simple Random sampling technique. The instrument used in this study is a questionnaire.
Based on the results of this study found: 1) The attitude of educators in MAN 1 Padang are in good enough category, 2) Discipline learners in MAN 1 Padang is in the category enough discipline, 3) Know the attitude of educators to discipline learners in MAN 1 Padang benefits of 10.9% with significance level <0.05. This study is aimed at students to improve discipline in the classroom and discipline in keeping the schedule of study and to the teacher in order to improve the attitude of flexible, open, sensitive, diligent and realistic.
Keyword: Attitude of educator, discipline learners.
PENDAHULUAN
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap peserta didik.
Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang peserta didik sukses dalam belajar. Disiplin yang dimiliki oleh peserta didik akan membantu
peserta didik itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah.
Imron (2012: 172) mengartikan kedisiplinan sebagai berikut:
1. Proses atau hasil pengarahan atau mengendalikan keinginandoron gan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
1
mencapai tindakan yang lebih efektif.
2. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri meskipun menghadapi rintangan.
3. Pengendalian secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau hadiah.
4. Pendekatan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan menyakitkan.
Berdasarkan pengertian tersebut jelas, bahwa disiplin adalah suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosial.
Berdasarkan dua potensi dasar di atas, maka agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan, optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan perlu diupayakan.
Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan,
perubahan pola dan sistem aturan yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan bagi pelaku dan pengawasan.
Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama peserta didik adalah berbeda-beda. Ada peserta didik yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada pula peserta didik yang mempunyai kedisiplinan rendah.
Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang berasal dalam diri maupun yang berasal dari luar. Amri (2013:
167) menyebutkan “Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) lingkungan dan (4) tujuan”.
Selain faktor anak itu sendiri, lingkungan dan tujuan, sikap pendidik juga mempengaruhi kedisiplinan pada anak. Sikap pendidik yang bersikap baik, penuh kasih sayang memungkinkan keberhasilan penana- man kedisiplinan pada anak. Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya anak cenderung lebih patuh pada pendidik yang bersikap baik.
Sebaliknya, sikap pendidik yang kasar,
keras, tidak peduli dan kurang wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman kedisiplinan di sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di MAN 1 Padang, dari hasil observasi terlihat bahwa kurang kepedulian guru terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran seperti halnya membiarkan peserta didik berbicara dengan temannya pada saat proses pemelajaran, kurangnya ketegasan guru sehingga peserta didik tidak mempedulikan apa yang disampaikan guru terhadap peserta didiknya, adanya guru yang meninggalkan peserta didik dalam proses pembelajaran, adanya peserta didik yang terlambat masuk sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah seorang peserta didik, diperoleh informasi bahwa adanya guru yang terlambat masuk kelas ketika proses pembelajaran akan dimulai, adanya guru yang mengakiri proses pembelajaran sebelum waktunya, adanya guru yang bersikap tidak adil kepada peserta didik. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru di MAN 1 Padang, diperoleh informasi bahwa bentuk
kurang kedisiplinan peserta didik adalah adanya peserta didik tidak mengerjakan tugas tepat waktu, adanya peserta didik bermain HP dalam proses pembelajaran, adanya peserta didik keluar masuk pada saat proses pembelajaran, adanya peserta didik yang tidak mengikuti proses pembelajaran dengan guru tertentu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Sikap pendidik terhadap peserta didik di MAN 1 Padang.
2. Kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang.
3. Pengaruh sikap pendidik terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang.
Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah di atas, maka peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Sikap pendidik terhadap peserta didik di MAN 1 Padang.
2. Kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang.
3. Pengaruh sikap pendidik terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif jenis deskriptif korelasional untuk melihat pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Penelitian deskriptif merupakan jenis yang dilakukan untuk memberi gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Menurut Darmawan (2013: 38) “Penelitian deskriptif merupakan penelitian berupa pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang”. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 519 orang peserta didik.
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak sederhana (Simple Random sampling).
Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dengan perolehan sampel sebanyak 84 orang peserta didik.
Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menghitung interval skor dengan menggunakan perumusan Sturgess (Mangkuatmodjo, 2003:37).
Di samping itu juga dilakukan berbagai macam uji terhadap data yang terdapat dalam uji asumsi statistik. Untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini dilakukan analisis regresi, dengan langkah awal mencari Koefesien determinan ( ) dan mencari Koefisien regresi t (t-tes).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Sikap Pendidik
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap sikap pendidik, yaitu melalui pemberian intrumen yang berisikan item-item pernyataan yang dijawab oleh peserta didik, diperoleh hasil yang menggambarkan kondisi sikap pendidik dilihat secara umum yaitu, bahwa dari 84 orang peserta didik yang dijadikan sampel terdapat 2 orang peserta didik yang menjawab sikap pendidik pada kategori sangat baik dengan persentase 2.38%.
Terdapat 27 orang peserta didik yang memilih sikap pendidik pada
kategori baik dengan
dipersentasekan 32,14%. Terdapat
sebanyak 44 orang peserta didik yang menjawab sikap pendidik pada kategori cukup baik dengan persentase 52.38%. Terdapat 10 orang peserta didik yang menjawab sikap pendidik pada kategori kurang baik dengan persentase 11.90%.
Serta dari 84 orang peserta didik terdapat 1 orang peserta didik memilih sikap guru pada kategori sangat kurang baik dengan persentase 1,2%.
Secara khusus sikap pendidik di MAN 1 Padang, dapat terlihat bahwa dari 84 peserta didik yang memilih sikap pendidik fleksibel, terdapat 36 orang peserta didik yang cenderung memilih sikap pendidik pada kategori cukup baik dengan persentase 42,85%. Untuk sikap pendidik terbuka, terdapat 36 orang peserta didik memilih pada kategori sangat baik dengan persentase 42,86%. Untuk sikap pendidik berdiri sendiri, terdapat 35 orang peserta didik cenderung memilih pada kategori baik dengan persentase 41,67%. Untuk sikap pendidik peka, terdapat 34 orang peserta didik cenderung memilih pada kategori cukup baik, dengan
persentase 40,48%. Untuk sikap pendidik tekun, terdapat 55 orang peserta didik cenderung memilih pada kategori cukup baik, dengan persentase 65,47%. Sedangkan untuk sikap pendidik realistik, terdapat 31 orang peserta didik yang memilih pada kategori cukup baik dengan persentase 36,9%.
Keterangan di atas, membuktikan bahwa dari 84 orang peserta didik yang dijadikan sampel teridentifikasi sebagian besar pendidik dilihat secara umum mempunyai sikap yang cukup baik.
Sedangkan jika dilihat sikap pendidik secara khusus pada sub variabel dapat dikatakan bahwa sikap pendidik tergolong pada kategori baik dan sangat baik, namun tidak dipungkiri bahwa masih terdapat sikap pendidik pada masing-masing sub variabel yang tergolong cukup baik dan kurang baik, seperti sikap pendidik fleksibel, berdiri sendiri, tekun dan realistik. Pendidik merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar.
Oleh karenanya seorang guru harus memiliki sikap yang baik dan
bersikap profesional dalam melaksanakan kewajibannya.
Terkait dengan keprofesionalan guru dalam mendidik, Sukmadinata (2011: 256-257) mejelaskan adapun sifat dan sikap guru atau pendidik yang profeional yaitu:
a. Fleksibel. Seorang guru adalah orang yang telah mempunyai pegangan hidup, telah mempunyai prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik didalam nilai-nilai maupun ilmu pengetahuan. Dalam menyata- kan dan menyampaikan prinsip dan pendiriannya ia harus fleksibel, tidak kaku, disesuaikan dengan situasi, tahap perkembangan, kemam- puan, sifat-sifat serta latar belakang peserta didiknya.
b. Bersikap terbuka. Seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka, baik untuk menerima kedatangan peserta didiknya, untuk ditanya oleh peserta didiknya, untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri. Kelemahan atau kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik
adakalanya disebabkan karena kelemahan atau kesalahan pada guru. Untuk memperbaiki kelemahan peserta didik, terlebih dulu harus didahului oleh perbaikan pada diri guru.
Upaya ini menuntut keterbukaan pada pihak guru.
c. Berdiri sendiri. Seorang guru adalah orang yang telah dewasa, ia telah sanggup berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial, maupun emosional. Berdiri sendiri secara intelektual, berarti ia telah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk mengajar juga telah mampu memberikan pertimbangan- pertimbangan rasional dalam mengambil suatu keputusan atau pemecahan masalah.
Berdiri sendri secara sosial berarti ia telah dapat menjalani hubungan sosial yang wajar, baik dengan peserta didik, sesama guru, orang tua peserta didik serta petugas-petugas lain yang terlibat dalam kegiatan di sekolah. Berdiri sendiri secara emosional berarti guru telah dapat mengendalikan emosinya,
telah dapat dengan tepat, kapan dan dimana ia menyatakan suatu emosi.
d. Peka. Seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para peserta didiknya. Peka atau sensitif berbeda dengan mudah tersinggung. Peka atau sensitif berarti cepat me ngerti, memahami atau melihat dengan perasaan apa yang diperlihatkan oleh peserta didik.
e. Tekun. Pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik didalam mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun menyempurnakan pengajaran- nya.
f. Realistik. Seorang guru hendaknya bisa berpikirdan berpan dangan realistikartinya melihat kenyataan, melihat apa adanya.
2. Gambaran Kedisiplinan Peserta Didik
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang, maka diperoleh hasil kedisiplinan peserta didik
dilihat secara umum sebagai berikut, dari 84 orang peserta didik yang dijadikan sampel, terdapat 40 orang peserta didik yang tergolong kategori cukup disiplin dengan peserentase 47.62%. Terdapat 39 orang peserta didik yang tergolong disiplin dengan persentase 46.43%.
Terdapat 5 orang peserta didik yang tergolong kurang disiplin dengan persentase 5.95% dan dari 84 orang peserta didik yang dijadikan sampel tidak terdapat sama sekali peserta didik yang tergolong sangat disiplin dan sangat kurang disiplin.
Kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang dilihat secara khusus berdasarkan sub variabel, dari 84 orang peserta didik, terdapat 44 orang peserta didik yang dilihat dari kedisiplinan dalam mengikuti tata tertib sekolah berada pada kategori disiplin, dengan persentase 52,38%. Untuk kedisiplinan peserta didik di dalam kelas, terdapat 42 orang peserta didik berada pada kategori cukup disiplin dengan persentase 50%. Selanjutnya kedisiplinan peserta didik dalam menepati jadwal belajar, terdapat 41 peserta didik yang berada pada
kategori disiplin dengan persentase 48,81%. Sedangkan untuk kedisiplinan pesert didik dengan belajar secara teratur, terdapat 46 orang peserta didik berada pada kategori disiplin dengan persentase 54,76%.
Keterangan di atas, membuktikan bahwa dari 84 orang peserta didik yang dijadikan sampel teridentifikasi sebagian besar peserta didik berada pada tingkat kedisiplinan yang tergolong cukup disiplin. Namun dalam penelitian ini jika dilihat kedisiplinan peserta didik secara khusus juga tidak sedikit peserta didik yang memiliki tingkat kedisiplinan kurang disiplin, seperti kedisiplinan di dalam kelas dan disiplin dalam menepati jadwal belajar. Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap peserta didik. Disiplin menjadi persyaratan bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seseorang peserta didik sukses dalam belajar.
Disiplin yang dimiliki oleh peserta didik akan membantunya dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Peserta
didik akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika peserta didik sudah memiliki disiplin yang ada di dalam dirinya. Namun pada kenyataannya masih ditemukan pelanggaran-pela- nggaran kedisiplinan yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah, baik dalam proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.
Terkait dengan kedisiplinan, menurut Reisman and Payne (Mulyasa, 2011: 27) ada 9 strategi untuk mendisiplinkan peserta didik, sebagai berikut:
a. Konsep diri (self-concept), untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
b. Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong
timbulnya kepatuhan peserta didik.
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences), menun- jukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
d. Klarifikasi nilai (values clarifi- cation), strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e. Analisis transaksional (transac- sional analysis), disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang mengahadapi masalah.
f. Terapi realistis (reality therpy), sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan.
Dalam hal ini guru harus
bersikap positif dan bertanggung jawab.
g. Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan memper- tahankan peraturan.
h. Modifikasi perilaku (behaveor modification), perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remediasi.
i. Tantangan bagi disiplin (dare to discipline), guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi dan dalam pengendalian yang tegas.
3. Analisis Regresi (Uji Hipotesis) a. Koefesien determinan (R2)
R Square ( ) bertujuan untuk melihat kontribusi X terhadap Y. dalam penelitian ini diperoleh R Squer (R2) X terhadap Y sebesar 0,109, maka dapat diartikan bahwa sikap pendidik teridentifikasi mempu- nyai kontribusi sebesar 10,9%
terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang dan 89,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terlihat dan
terdeteksi oleh penelitian yang peneliti lakukan ini.
Jadi dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa selain sikap pendidik yang berkontribu- si terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang, juga ada faktor lain yang berkontribusi besar terhadap kedisilinan peserta didik yang tidak terungkap oleh peneliti melalui penelitian ini.
Selain dari sikap pendidik, terkait
dengan faktor yang
mempengaruhi kedisiplinan peserta didik, Amri (2013: 167) menjelaskan “3 faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan peserta didik antara lain yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) lingkungan dan (3) tujuan”.
b. Koefisien regresi t (t-tes)
Berdasarkan pengujian nilai t yang telah dilakukan dengan menggunakan progaram SPSS versi 18, diperoleh nilai t hitung sebesar 3,172 dan t tabel ditentukan dari tabel t dengan df 82= sebesar 2,000 dengan (α) = 0,05. Maka dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi X terhadap Y
dinyatakan berpengaruh karena t hitung > t tabel (3,172 > 2,000), maka Ho ditolak. Sedangkan untuk melihat pengaruh variabel sikap pendidik (X) terhadap kedisiplinan peserta didik (Y) secara signifikan, dari tabel di atas, di dapat nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0,05, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, hipotesis berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara sikap pendidik terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang.
Dari keterangan hasil uji t- tes di atas membuktikan bahwa sikap pendidik berpengaruh terhadap kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang. Artinya bahwa sikap pendidik yang kurang baik akan berpengaruh terhadap kurangnya kedisiplinan peserta didik, sedangkan sikap pendidik yang baik akan meningkatkan kedisiplinan peserta didik.
Jadi berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang telah dilakukan maka penelitian ini membenarkan dan
memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh Amri (2013: 167), “Sikap pendidik mempengaruhi kedisiplinan peserta didik. Sikap pendidik yang baik, penuh kasih sayang, memungkinkan keber- hasilan penanaman disiplin kepada peserta didik. Hal ini dimungkinkan karena pada hakikatnya peserta didik cenderung lebih patuh kepada pendidik yang bersikap baik, sebaliknya sikap pendidik yang kasar, keras, tidak peduli dan kurang wibawa akan berdampak terhadap kegagalan penanaman kedisiplin di sekolah”. Peneliti juga telah membuktikan bahwa hal itu memang benar adanya, namun walaupun dalam penelitian ini hanya terdapat 10,9% kontribusi sikap pendidik terhadap sikap pendidik, akan tetapi sikap pendidik ini merupakan hal yang signifikan memicu terjadinya kurangnya kedisiplinan peserta didik di MAN 1 Padang.
Maka dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sikap pendidik memang berpengaruh terhadap kedisipli- nan peserta didik. Jadi logika penelitian ini yaitu, bahwa sikap pendidik yang kurang baik akan berpengaruh terhadap kurangnya kedisiplinan peserta didik dan sebaliknya sikap pendidik yang baik juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kedisipli- nan peserta didik. Namun di samping kecilnya kontribusi sikap pendidik terhadap kedisiplinan peserta didik ada faktor lain yang mendukung kedisiplinan peserta didik.
Menurut, Amri (2013:167) “Fak- tor atau indikator lain yang mendukung dan juga mempunyai sumbangan terhadap kedisiplinan peserta didik yaitu (1) anak itu sendiri, (2) lingkungan dan (3) tujuan”.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan &
Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mangkuatmodjo, Soegyarto. 2003. Pe- ngantar Statistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidik- an Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011.
Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.