• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MAROS BARU

IRA IRWANA K111 15 033

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN BIOSTATISTIK/KKB FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT BIOSTATISTIK/KKB SKRIPSI, APRIL 2019 IRA IRWANA

“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAROS BARU KABUPATEN MAROS”

(xi + 90 halaman + 2 gambar + 25 tabel + 10 lampiran)

Angka kematian ibu di Indonesia Pada tahun 2015 sebanyak 305/100.000 kelahiran (ditemukan kasus 4.999) dan untuk 2 Tahun terakhir AKI di Indonesia telah mengalami penurunan, pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 4.912 kasus dan 2017 sebanyak 1.712 kasus, namun masih jauh dari target (RPJMN) 2015-2019 dari 305/100.000 menjadi 276/100.000 kelahiran hidup.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care. Variabel yang diteliti adalah umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, jarak kehamilan, sikap responden dan akses. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan “Cross Sectional Study” dengan populasi seluruh ibu hamil yang mempunyai bayi usia 0-11 bulan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru. Jumlah populasi sebanyak 524 orang dan sampel sebanyak 82 orang. Uji statistik yang digunakan yaitu chi-square dengan teknik pengambilan sampel yaitu semua responden yang datang kepuskesmas dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=0,000, phi=0,824), dukungan keluarga (p=0,000, phi=0,536) dengan pemanfaatan pelayanan ANC dan tidak terdapat hubungan antara umur (p=0,352, phi=0,132), status pekerjaan (p=0,669, phi=0,047) pendidikan (p=0,823, phi=0,025), jarak kehamilan (p=0,823, phi=0,025), sikap responden (p=0,921, phi= 0,011), dan akses (p=1,000, phi=0,870) dengan pemanfaatan pelayanan ANC.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada petugas kesehatan agar tetap aktif memberikan konseling secara intensif dan informatif, serta lebih memotivasi ibu-ibu hamil agar mereka lebih rutin memeriksakan kehamilannya minimal empat kali selama masa kehamilan agar kondisi kesehatan ibu dan janin tetap terjaga.

Daftar Pustaka : 51 (1997-2018)

Kata Kunci : Pengetahuan, dukungan keluarga, antenatal care

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT.atas berkat Rahmat, Hikmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru”.

Dengan setulus hati dan segenap rasa hormat untuk Ayahanda Haruddin Dg. Sila dan Halia Dg. Minne atas segala kasih sayang yang senantiasa berdoa untuk keselamatan dan keberhasilan penulis, serta dukungan tanpa henti yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan dan doa dari berbagai pihak, baik saat menempuh pendidikan, penelitian maupun saat penulisan skripsi ini. Oleh karenanya perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ibu Prof. Dr. Hj. A. Ummu Salmah, SKM.,M.Sc dan Bapak dr. Mukhsen Sarake, MS Selaku pembimbing I dan pembimbing II yang dengan tulus meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala hormat penulis ucapakan terima kasih atas segala bantuan baik secara materil maupun moril kepada berbagai pihak:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas Hasanuddin.

(6)

vi

2. Bapak Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Para Wakil Dekan, Staf Pengajar, dan seluruh karyawan yang telah memberikan bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di FKM UNHAS.

3. Bapak Ansariadi, S.KM, MScPH, Ph.D selaku Penasihat Akademik yang mengayomi penulis selama menempuh pendidikan di FKM Unhas.

4. Bapak dr. Muhammad Ikhsan, MS.,PKK dan Bapak Prof. Dr. dr. Muh. Syafar, MS serta Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM.,M.Kes, selaku penguji yang telah meluangkan waktunya dalam memberi kritik dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

5. Kepala Puskesmas Maros Baru bapak Hamka Chair, SKM, M.Kes beserta staf yang telah memberikan izin dan bantuannya selama penulis melaksanakan pendataan.

6. Teman-teman Gammara FKM UNHAS dan teman-teman jurusan Biostatistik/KKB angkatan 2015 atas semangat dan kebersamaan kalian selama ini.

7. Teman panrasurasu (Wanti, Sinar, Indah dan Wulan). Terima kasih atas bantuannya selama ini. Semoga kelak kita dapat mencapai kesuksesan.

8. Teman-teman terajin (Tina, Dewi dan Mochi) yang selalu memberikan semangat dan perhatian dalam peyelesaian skripsi ini.

9. Teman-Teman PBL Kelurahan Tonrokassi Barat Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto yang Senantiasa bersama untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

(7)

vii

10. Teman-teman KKN PPM Polman Desa Patampanua yang selama sebulan menjadi teman hidup di lokasi KKN.

11. Semua pihak yang tidak sempat penulis lisankan maupun tuliskan yang telah memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Saya menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Penulis berharap tulisan ini dapat menjadi bahan bacaan yang baik dan memberi manfaat.

Aamiin..

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, April 2019

Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..………….

LEMBAR PENGESAHAN……….………

RINGKASAN……….……….

KATA PENGANTAR……….…………

DAFTAR ISI………

DAFTAR TABEL………

DAFTAR GAMBAR………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………..…....

B. Rumusan Masalah………..

C. Tujuan Penelitian………...

D. Manfaat Penelitian……….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pelayanan Kesehatan………

B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care……….

C. Tinjauan Umum Tentang Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care…

D. Tinjauan Tentang Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care ………..

E. Kerangka Teori………..

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti………

B. Diagram Variabel yang Diteliti……….

C. Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif……….

D. Hipotesis Penelitian………...

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian……….

B. Lokasi dan Waktu Penelitian………

C. Populasi dan Sampel………..

D. Pengumpulan Data……….

i ii iii iv vii ix xii

1 8 8 9

11 13 14

24 31

32 38 39 44

46 46 46 48

(9)

ix

E. Pengolahan dan Analisis Data………...

F. Penyajian Data………...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………..………...

B. Pembahasan………..…………

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………

B. Saran………..….………..

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

49 51

52 77

89 89

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Tabel 5.6

Tabel 5.7

Tabel 5.8

Tabel 5.9

Tabel 5.10

Tabel 5.11

Tabel 5.12

Tabel 5.13

Tabel 5.14

Tablel 2x2………

Distribusi Responden berdasarkan Umur Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Menurut Pertanyaan Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Menurut Pernyataan Dukungan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Respondendi Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Distribusi Responden Menurut Pernyataan Sikap Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Akses di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

50

53

54

54

55

56

56

57

58

59

60

61

62

63

65

(11)

xi Tabel 5.15

Tabel 5.16

Tabel 5.17

Tabel 5.18

Tabel 5.19

Tabel 5.20

Tabel 5.21

Tabel 5.22

Tabel 5.23

Tabel 5.24

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Trimester di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………

Distribusi Responden Menurut Dimensi Pelayanan yang diterima saat melakukan Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja ……

Hubungan Umur Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Hubungan Jarak Kehamilan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru……….

Hubungan Sikap Responden dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………..

Hubungan Akses dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care Di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru………...

66

66

67

68

69

70

71

73

74

75

76

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 3.1

KerangkaTeori………..

Kerangka Konsep………..……

31 38

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Namun angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup meskipun penurunannya tidak terlalu signifikan.

Keberhasilan pembangunan kesehatan dari suatu negara dapat dilihat dari angka kematian ibu di negara tersebut. Kematian ibu merupakan hasil dari interaksi berbagai aspek, baik aspek klinis, sistem pelayanan kesehatan maupun non kesehatan yang mempengaruhi pemberian pelayanan klinis dan terselenggaranya sistem pelayanan kesehatan secara optimal seperti kondisi geografis, penyebaran penduduk, kondisi sosial ekonomi, budaya dan bias gender dalam masyarakat dan keluarga serta tingkat pendidikan masyarakat (Madolan, 2016)

Pada tahun 2015 AKI di Indonesia sebanyak 305/100.000 kelahiran (ditemukan kasus 4.999) dan untuk 2 Tahun terakhir AKI di Indonesia telah mengalami penurunan, pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 4.912 kasus dan 2017 sebanyak 1.712 kasus, namun masih jauh dari target (RPJMN) 2015-2019 dari 305/100.000 menjadi 276/100.000 kelahiran hidup (KEPMENKES RI No.

HK 02.02/MENKES52/2015, 2015).

(14)

2

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan dan pelayan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2016).

Adapun upaya pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah dengan melaksanakan safe motherhood. Salah satu pilar dari empat pilar safe motherhood adalah antenatal care. Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang telah ditemukan (Syafruddin, 2009)

Indikator keberhasilan program antenatal care adalah cakupan K1 dan K4. Kunjungan pertama (K1) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum Minggu ke 8. Kunjungan ke-4 (K4) adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut:

sekali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 Minggu) dan trimester kedua (12 - 24 Minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ketiga dilakukan

(15)

3

setelah Minggu ke 24 sampai dengan Minggu ke 36. Antenatal care bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4 (Kemenkes RI, 2012)

Kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2015, tetapi pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar (2.47%) dan cakupan K4 berada di bawah target Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (96%). Pada tahun 2017 Perentase cakupan pelayanan K1 sulawesi selatan tercatat sebesar 91,13

%. Sedangkan persentase cakupan K4 Sulawesi Selatan sebesar 91,31%, jika dibandingkan dengan target indikator cakupan K4 secara nasional masih berada di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 95% (Dinkes Provinsi Sulsel, 2017).

Antenatal care sangat penting untuk diketahui ibu hamil karena dengan adanya Anteatal care dapan membantu mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Keuntungan lain yang dapat diperoleh ibu hamil yaitu untuk menjaga kehamilannya agar sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta merencanakan penatalaksanaan secara optimal (Widiastini, 2017).

Kabupaten Maros berdasarkan data Bidang Bina Upaya Kesmas Dinkes Kab.

Maros (2016) menunjukkan pencapaian indikator K1 sebesar 97,7% sedangkan pencapaian K4 sebesar 85,6%. Terjadi penurunan persentase cakupan K4 yang cukup signifikan di tahun 2016 bila dibandingkan dengan persentase cakupan K4 tahun 2015 yaitu sebesar 6,5 %. Hal ini disebabkan banyaknya K1 yang

(16)

4

tidak murni (sudah 3 bulan ke atas baru datang memeriksakan kehamilannya), sehingga frekuensi pemeriksaan kehamilannya tidak sesuai standar yaitu minimal 4 kali kunjungan. Pencapaian K1 tertinggi pada Puskesmas Marusu yaitu 100,8 % dan pencapaian yang terendah di Puskesmas Maros baru yaitu sebesar 92,6% . Adapun pencapaian K4 tertinggi pada Puskesmas lau yaitu 99,2 % dan yang terendah di Puskesmas Maros Baru sebesar 57,7%.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Maros pada tahun 2017 pencapaian K1 di Puskesmas Maros Baru sebesar 95.20% dan K4 sebesar 77.45% dan terjadi penurunan cakupan kunjungan pemeriksaan ibu hamil, pada pelaporan terkahir (2018) cakupan K1 sebesar 61.27% dan K4 sebesar 50.18%.

Berdasarkan hasil penelitian (Nurmawati, dkk., 2018), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur Ibu hamil terhadap kepatuhan dalam melakukan Antenatal Care. Umur ibu hamil kategori 20-35 tahun melakukan kunjungan Antenatal Care lebih teratur dibandingkan ibu dengan kategori umur <20 tahun dan =35 tahun. Ibu hamil dengan umur <20 tahun kurang memiliki kesiapan mental untuk menerima kehamilan apalagi dalam kehamilannya tidak mendapat dukungan dari orang disekitarnya, hal ini dapat membuat remaja menjadi tertekan dan acuh terhadap kehamilannya dengan tidak melakukan Antenatal Care secara teratur. Sedangkan ibu hamil dengan umur 35 tahun keatas, mereka merasa memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai kehamilan dan persalinan sehingga kurang termotivasi untuk melakukan Antenatal Care secara teratur.

(17)

5

Hasil penelitian (Nurlaelah, dkk., 2016) menunjukkan bahwa Responden yang memenuhi kunjungan ANC sebanyak 30 orang (73,2%) tidak bekerja dan yang bekerja hanya sembilan orang (40,9%) sedangkan dari 24 responden yang tidak memenuhi kunjungan ANC, terdapat 11 orang (26,8%) tidak bekerja dan yang bekerja sebanyak 13 orang (59,1%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,025 karena nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara status pekerjaan dengan kunjungan ANC, kontribusi variabel status pekerjaan terhadap kunjungan ANC sebesar 0,317 atau 31,7% artinya seseorang yang tidak bekerja memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan kunjungan ANC dengan optimal.

Menurut Greenaway, dkk., (2012) tingkat pendidikan ibu hamil menentukan tingkat pemanfaatan kesehatan Antenatal Care. Hubungan antara pendidikan ibu dan penggunaan layanan kesehatan dalam hasil Survei Cluster Multi Ghana (GSS, 2011) menunjukkan hubungan yang kuat antara pendidikan formal ibu dan ukuran pengetahuan kesehatan ibu dalam mengakses layanan kesehatan. Penelitian lain juga telah menemukan hubungan positif dan signifikan antara pendidikan dan penggunaan perawatan kesehatan ibu.

Nigussie dkk. (2004), menemukan bahwa status pendidikan ibu memiliki pengaruh signifikan pada pemanfaatan layanan persalinan yang aman. Menurut penelitian, 72% wanita dengan pendidikan menengah atau lebih tinggi menerima ANC, dibandingkan dengan wanita dengan pendidikan dasar hanya sebesar 45% dan 21% tanpa pendidikan formal (Akowuah, dkk., 2018)

(18)

6

Hasil penelitian Fitrayani (2015) menunjukkan bahwa kunjungan ANC tidak lengkap, banyak terdapat pada responden yang kurang mendapatkan dukungan keluarga (70.4%) dibandingkan dengan responden yang mendapat dukungan keluarga (31.6%). Ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan keluarga 2.54 kali berisiko melakukan kunjungan antenatal care tidak lengkap dibanding ibu yang mendapat dukungan keluarga.

Hubungan dukungan keluarga terhadap pemeriksaan Antenatal Care dengan menggunakan analisis statistik Chi Square diperoleh nilai ρ value 0,3.

Nilai ρ value lebih kecil dari α sehingga hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan pemeriksaan Antenatal Care (Susanto et al., 2016).

Berdasarkan hasil penelitian (Nurmawati dan Indrawati, 2018) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan tingkat pengetahuan antenatal care yang kurang, cakupan kunjungan ANC-nya tidak tercapai sebanyak 13 (22,8%) responden dan ibu hamil yang cakupan kunjungan ANC-nya tercapai sebanyak 3 (5,3%) responden. Sedangkan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan ANC baik, cakupan kunjungan ANC-nya tidak tercapai sebanyak 12 (21,1%) responden dan ibu hamil yang cakupan kunjungan ANC-nya tercapai sebanyak 29 (50,9%) responden. Hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh p-value = 0,001, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan cakupan kunjungan ANC.

Hasil Penelitian lain menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, cenderung akan melakukan kunjungan

(19)

7

antenatal care secara teratur, karena responden memiliki tingkat kesadaran yang lebih bai k akan pentingnya antenatal care (Putri, dkk., 2017).

Berdasarkan hasil peneitian Nurlaelah dkk, (2016) Responden yang memenuhi kunjungan ANC yang mempunyai jarak kehamilan =2 tahun sebanyak 16 orang (45,7%) dan yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 23 orang (82,1%) sedangkan dari 24 responden yang tidak memenuhi kunjungan ANC, yang mempunyai jarak kehamilan =2 tahun sebanyak 19 orang (54,3%) dan yang mempunyai jarak kehamilan <2 tahun sebanyak lima orang (17,9%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p=0,007 karena nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kunjungan ANC, kontribusi variabel jarak kehamilan sebesar 0,373 atau 37,3% artinya semakin dekat jarak kehamilan responden maka semakin sering melakukan kunjungan ANC.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan selalu diharapkan menghasilkan peningkatan atau memperbaiki status kesehatan diri. Dalam hal pelayanan antenatal care, diharapkan pemanfaatannya akan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya sehingga kelak ibu dapat melahirkan dengan selamat, ibu dan bayi berada dalam keadaan sehat.

Pemanfaatan pelayanan antenatal care dapat dibedakan menurut kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas pemanfaatan pelayanan antenatal care dapat dilihat dari jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan frekuensi kunjungan periksa ibu hamil selama masa kehamilannya. Kualitas pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari jumlah kunjungan ibu hamil seluruhnya dan jenis pelayanan

(20)

8

antenatal care yang diperoleh yaitu 14 T. walaupun pelayanan antenatal care sudah tersedia ditingkat pelayanan dasar (puskesmas) dengan biaya yang relative rendah namun belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini yaitu : Bagaimana hubungan antara umur, status pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, jarak kehamilan, sikap dan akses dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di Wilayah Kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan umur dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

(21)

9

b. Mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

c. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

d. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

e. Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

f. Mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

g. Untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

h. Mengetahui hubungan akses dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru Kabupaten Maros.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi para pengambil kebijakan maupun pembuat keputusan dalam upaya peningkatan pemanfaatan antenatal care.

(22)

10

2. Manfaat Teknis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memeperkaya wawasan mengenai faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas Maros Baru yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan acuan bagi peneliti selanjutnya.

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan terkait faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis dengan metode lain untuk pengembangan penelitian berikutnya dengan menambah variabel atau mengganti variabel dependen.

(23)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pelayanan Kesehatan

Definisi pelayanan kesehatan menurut Depes RI (2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Kebutuhan akan layanan kesehatan membutuhkan 5 elemen yakni :

1. Accesbility

Definisi dan aspek konsep akses ke perawatan medis yang ditinjau dan diintegrasikan ke dalam kerangka kerja yang memandang kebijakan kesehatan seperti yang dirancang untuk mempengaruhi karakteristik sistem penyedia layanan kesehatan dan populasi berisiko dalam rangka membawa perubahan dalam pemanfaatan kesehatan pelayanan perawatan dan kepuasan konsumen dengan pelayanan tersebut. Akses dapat berupa ketersediaan finansial dan sumber pelayanan kesehatan di dalam suatu daerah. Baik rural maupun urban, harus memiliki akses yang seimbang untuk pelayanan kesehatan.

2. Availability

Ketersediaan dalam pelayanan kesehatan. Namun, tidak semua pelayanan kesehatan dapat tersedia untuk beberapa populasi yang berbeda, atau para dokter mungkin memiliki kecendrungan yang berbeda untuk

(24)

12

menawarkan pengobatan bagi para pasien dengan kebutuhan yang sama dari kelompok populasi yang berbeda.

3. Knowledge

Pengetahuan dalam pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan. Terutama mengenai perawatan atau pengobatan. Pengetahuan diperlukan sebagai titik puncak untuk mencapai sikap dan perilaku.

4. Attitude

Sikap atau perilaku kesehatan adalah suatu respons (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit dan system pelayanan keseahatan. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang tinggi tentang pelayanan kesehatan akan merasakan kemampuan secara lebih dalam hal meningkatkan kewaspadaan mereka dalam menjaga kesehatan.

5. Belifts

Kadang-kadang disuatu daerah atau tempat, penduduk di dalamnya memiliki berbagai macam kepercayaan yang berkaitan dengan layanan kesehatan, yang tentu saja memberikan dampak pada status kesehatan penduduk tersebut. Misalnya, di daerah jawa tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan pendarahan yang banyak. Ternyata hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan terutama masyarakat di daerah pedesaan.

(25)

13

B. Tinjauan umum Tentang Antenatal Care 1. Definisi Antenatal Care

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesinal untuk ibu hamil selama masa kehamilan yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan Antenatal Care yang ditetapkan. Pelayanan Antenatal Care merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun bayi (Depkes, 2007). Pelayanan antenatal care yang diberikan pada ibu hamil memerlukan proses-proses yang harus di jalani, mulai dari pengumpulan data yang berkaitan dengan kehamilan ibu sampai kepada evaluasi dari proses keperawatan yang dilakukan pada ibu hamil tersebut.

2. Tujuan Antenatal Care

Tujuan dan perawatan Antenatal Care adalah melakukan monitoring janin. Kunjungan pada perawatan Antenatal Care ini dipengaruhi oleh motivasi internal dan eksternal (Hardiani, dkk., 2013 dalam Nilasari, U., 2014).

Menurut Departemen Kesehatan Tujuan pelayanan Antenatal Care adalah:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

2) Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan janin.

(26)

14

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan kelurga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal (Depkes RI, 2007)

3. Manfaat Antenatal Care

Manfaat antenatal care adalah tersedianya fasilitas rujukan yang baik bagi kasus risiko tinggi ibu hamil sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal. Petugas kesehatan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat obsetrik buruk dan pendarahan selama kehamilan.

C. Tinjauan umum Tentang Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care 1. Definisi Pelayanan Antenatal Care

Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal care merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan

(27)

15

angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan ANC sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus. Pelayanan antenatal care terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal care rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas departemen kesehatan yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care.

Program-program yang diintegrasikan dalam pelayanan antenatal care terintegrasi meliputi :

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) b. Antisipasi Defenisi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMR/ISR dalam kehamilan (PIDK) d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT) f. Pencegahan malaria dalam kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam kehamilan (TB-ANC) dan Kusta h. Pencegahan Kecacingan dalam kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada kehamilan (PAGIN).

(Depkes RI, 2009)

2. Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Tujuan pelayanan Antenatal Care adalah:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

(28)

16

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

f. Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Salah satu upaya pokok puskesmas adalah program kesehatan ibu dan anak, dimana pelayanan Antenatal Care merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program tersebut. Pelayanan Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.

3. Standar Pelayanan Antenatal Care

Unsur penting dalam menurunkan anga kesakitan dan kematan ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal care sesuai standar meliputi anamnesis,pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Depkes RI, 2009).

(29)

17

Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada empat belas standar pelayanan kesehatan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 14 T. Pelayanan asuhan standar 14 T adalah sebagai berikut:

1) Ukur berat bad an dan ukur tinggi badan (T1) 2) Ukur tekanan darah (T2)

3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)

4) Pemberin tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan (T4) 5) Pemberian Imunisasi TT (T5)

6) Pemeriksaan Hb (T6)

7) Pemeriksaan Protein Urine (T7)

8) Pemeriksaaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T8) 9) Pemeriksaan Urine Reduksi (T9)

10) Perawatan Payudara (T10) 11) Senam Hamil (T11)

12) Pemberian Obat Malaria (T12)

13) Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13) 14) Temu Wicara/Konseling (T14)

(Pantiawati dan Suryono, 2010 dalam Nilasari Umar, 2014)

Pada pemeriksaan harus dilakukan standar minimal pelayanan antenatal “7T” yang terdiri dari:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2) Ukur tekanan darah

3) Ukur tinggi fundus uteri

(30)

18

4) Pemberian Imunisasi tetanus Toksoid (TT)

5) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan

6) Lakukan tes penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS dan Malaria 7) Temu wicara/konseling dalam rangka pers iapan rujukan

(Depkes RI, 2007)

Menurut Depkes RI (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan kehamilan ialah:

a. Faktor Internal 1) Paritas

Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang antenatal care, sehingga pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.

2) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya, jika kematangan seseorang cukup tinggi, maka pola pikir seseorang akan lebih dewasa, ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berfikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

Statistik menunjukkan bahwa usia yang paling menguntungkan bagi wanita untuk hamil adalah antara 20 tahun dan akan berakhir pada 35 tahun. Selama periode ini, masalah yang muncul lebih sedikit dibandingkan jika wanita hamil diusia belasan, akhir tiga puluh, atau empat puluhan.

(31)

19

b.Faktor eksternal 1) Pengetahuan

Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

2) Sikap

Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturan antenatal care.

Adanya sikap lebih baik tentang antenatal care ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan diri dan janinnya.

3) Ekonomi

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan singkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energy dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

4) Sosial Budaya

Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya

(32)

20

yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancaun yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setepat terhadap perilaku yang dianggap menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.

5) Geografis

Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya. Hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.

6) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk mengunggah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya melalui media massa. Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya

(33)

21

melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.

7) Dukungan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan atau bantuan. Disini dukungan dalam penentuan sikap sesorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan.

4. Kunjungan Ibu hamil

Pelayanan antenatal care ini hanya dapat diberikan oleh tenaga profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal care yaitu:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu) c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan sesudah

minggu ke 36).

Pada setiap kunjungan tersebut perlu didapatkan informasi yang sangat penting yaitu:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)

(34)

22

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan).

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu) 1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan

ibu hamil

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan) c. Kunjunga ketiga trimester ketiga (antara 28-36)

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

(35)

23

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan) 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia, pantau tekanan

darah, evaluasi edema, periksa urin untuk mengetahui proteinuria.

7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda d. Kunjungan keempat trimester ketiga (setelah 28-36)

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan) 6) Kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia, pantau tekanan

darah, evaluasi edema, periksa urin untuk mengetahui proteinuria.

7) Palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda 8) Deteksi dini bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang

memeriksakan kelahiran di Rumah Sakit.

(36)

24

Ibu hamil harus lebih sering dikunjung jika terdapat masalah dan ibu hamil hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir.

D. Tinjauan tentang faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care

1) Umur

Menurut Simkin (2008), menjelaskan bahwa statistik menunjukkan bahwa usia yang paling menguntungkan bagi wanita untuk hamil adalah antara 20 tahun dan akan berakhir pada 35 tahun. Selama periode ini masalah muncul lebih sedikit dibandingkan dengan jika wanita hamil diusia belasan, akhir tiga puluh atau empat puluhan.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasannya,jika kematangan usia seseorang cukup tinggi, maka pola befikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berfikir secara rasional dan matang tentang pentingnnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2) Status Pekerjaan

Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah. Ibu hamil yang bekerja akan

(37)

25

memiliki sedikit waktu untuk memeriksakan kehamilannya karena sibuk dengan pekerjaannya .

3) Tingkat Pendidikan

Menurut Widyastuti (2010), pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan diharapkan agar individu mempunyai kemampuan dan keterampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan perannya secara pribadi.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru (Notoatmodjo, 2010)

Pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas:

1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, pendidikan dasar berbentuk sekolah

(38)

26

dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK),atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

4) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertenu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2007).

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.

(39)

27

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tinkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentan objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemanpuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Dalam situasi yang lain misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklu pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan

d. analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. sintesis (synthesis)

Menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(40)

28

5) Dukungan Keluarga

Dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga adalah merupakan motivasi yang diberikan keluarga agar ibu manfaatkan pelayanan kesehatan selama masa kehamilannya. Dukunga keluarga yang diberikan biasanya berupa anjuran dan mengingatkan untuk memanfaatkan pelayanan antenatal care ketika hamil, mengantar baik oleh suami sendiri, saudara atau orangtua ataupun meminta tolong kepada orang lain ketika memeriksakan kehamilan ketempat pelayanan antenatal care serta adanya biaya yang diberikan keluarga untuk memeriksakan kehamilan. Keluarga sebagai orag terdekat ibu, mempunyai peran yang penting dalam menentukan sikap ibu untuk memanfaatkan pelayanan antenatalnya.

6) Jarak Kehamilan

Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko terhadp ibu dan bayinya. Lebih jika jarak antara kehamilan kurang dari 2 tahun, maka ibu akan lemah akibat seringnya hamil, melahirkan dan menyusui.

Sehingga sering mengakibatkan dalam berbagai masalah seperti ibu yang menderita anemia, kurang gizi dan bahkan sering terjadi pendarahan setelah melahirkan yang membahayakan nyawa ibu. Risiko melahirkan bayi cacat dan berat badan lahir rendah (BBLR) juga meningkat setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun. Dalam hal ini perlu memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat mengundang

(41)

29

risiko bagi para wanita, jadi sebaiknya apabila ibu hamil dengan interval kehamilan yang rapat lebih rutin memeriksakan kehamilannya.

7) Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon sesorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari seseorang yang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan kita dengan sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya.

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Altport (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave) 8) Akses

Pengertian akses yaitu memudahkan menjangkau secara fisik bukan cuma meter, tapi adanya jalan dan angkutan kesana. Namun, akses juga dalam pengertian kemudahan untuk memperoleh pelayanan tersebut.

(42)

30

Jarak adalah tempat masyarakat dengan puskesmas yang diukur dengan indikator waktu. Wilayah kerja puskesmas bisa kecamatan, faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.

Menurut Razak (2000), bahwa akses untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dibagi dalam tiga kelompok yaitu; akses dekat bila dihitung dalam radius kilometer sejauh kurang dari 1 Km, sedang bila dihitung dalam radius kilometer sejauh 1-4 Km dan aksesnya jauh bila dihitung dalam radius kilometer lebih dari 4 kilometer.

(43)

31

E. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori untuk faktor yang mempengaruhi pelayanan antenatal care (Mosley dan Chen tahun 2011)

Ket : cetak miring variabel yang diteliti.

Sumber :http://www.globalhealthaction.net/indx.php/gha/article/view/5724/7943 Etnis/budaya Agama/conception

Pendidikan/keterampila n

Ekonomi/kemakmuran Faktor maternal

Emansipansi Nutrisi Pekerjaan Umur

Status negara Jarak kelahiran Struktur rumah tangga

Akses Jarak Sikap Kesadaran Sumber daya

Kompetensi/pengetahuan Dukungan keluarga

jenis kelamin usia pada kelahiran

tempat mode bantuan komplikasi

surveillance makanan kebersihan peduli

Suhu kontrol

Asi eksklusif feediing Hal

menyadarkan

Infeksi pengelolaan

mortalitas kelangsungan

Determinan sosial ekonomi

Faktor-faktor penentu

interval

hasil

(44)

32

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah variabel terikat (dependen) yaitu pemanfaatan pelayanan antenatal care pada ibu hamil sedangkan variabel bebas (independen ) yang ingin diketahui yakni umur, status pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, jarak kehamilan, sikap dan akses.

1. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Pemanfaatan pelayanan antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada pada diri responden maupun lingkungannya. Faktor-faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care antara lain umur,status pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, jarak kehamilan, sikap dan akses.

Seorang ibu yang sedang hamil diharapkan untuk memeriksakan kehamilannya ditempat pelayanan kesehatan minimal empat kali selama masa kehamilannya yaitu satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Apabila ibu hamil melaksanakan pemanfaatan pelayanan antenatal care minimal empat kali maka ibu sudah mendapat pelayanan antenatal care standar yang meliputi 7T, yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setiap

(45)

33

harinya, tes penyakit menular seksual (PMS) dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Depkes RI, 2008).

2. Umur

Umur ibu adalah lama hidup seseorang di dunia ini dihitung sejak tanggal dilahirkan. Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering sekali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia itu mungkin dapat mengalami persalinan lama/macet atau gangguan lainnya. Ibu dianjurkan hamil pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut ibu lebih siap hamil secara jasmani dan kejiwaan sedangkan pada umur 35 tahun ke atas kesehatan ibu sudah menurun dan akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai anak cacat, persalinan lama dan pendarahan yang mekungkinan lebih besar (Arif Mansjoer 2002 dalam Nilasari Umar, 2014).

3. Status Pekerjaan

Menurut Labor Force Concepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah, ibu hamil yang bekerja akan memiliki sedikit waktu untuk memeriksakan kehamilannya karena sibuk dengan pekerjaannya.

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin

(46)

34

tinggi tingkat pendidikan seseorang, makan semakin mudah dalam memperoleh informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berfikir lebih rasional. Pendidikan dapat mempengaruhi seorang ibu untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, termasuk melakukan kunjungan ANC.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita maka semakin banyak pula mereka mendapatkan pengetahuan tentang ANC dimana wanita yang mempunyai tingkat pendidikan rendah akan lebih cenderung kurang mendapatkan informasi tentang ANC dibandingkan dengan wanita mempunyai pendidikan tinggi (SDKI, 2007).

5. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran, dan indra penglihatan (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar, pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan yaitu: a. tahu (know), diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, b.

memahami (comprehension), yaitu memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut, c. aplikasi (aplication) diartikan sebagai kemampuan

(47)

35

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Dalam situasi yang lain misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan, d. analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, e. sintesis (synthesis) menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, f. evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan motivasi yang diberikan oleh keluarga agar ibu memanfaatkan pelayanan kesehatan selama masa kehamilannya.

Dalam konsep yang ditemukan oleh Anderson (1974) mengembangkan model system kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model) yang didasarkan teori lapangan (field theory) dari lewin (1994) menyatakan keluarga sebagai faktor pemungkin/pendorong dalam perubahan perilaku individu. Jadi keluarga mempunyai peran penting dalam penentuan keputusan bagi seorang ibu untuk memeriksakan kehamilannya.

Dengan adanya dukungan yang diberikan oleh keluarga maka akan berpengaruh terhadap tinggiya pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil (Nurlaelah, 2016).

(48)

36

7. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan yang terlalu rapat mengundang resiko bagi para wanita. Kehamilan yang terjadi dalam jangka waktu pendek akan menyebabkan anak-anak yang dilahirkan rentan mengalami kekurangan gizi, jarak kehamilan yang terlalu dekat juga merupakan salah satu faktor risiko tinggi ibu hamil. Kehamilan yang terulang menyebabkan keadaan rahim tidak lagi sehat untuk kehamilan berikutnya pada jarak waktu yang berdekatan. Dalam hal ini Rahim memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan sebelum terisi lagi oleh janin. Pada waktu melahirkan tidak dapat dihindarkan adanya kerusakan pembuluh darah pada dinding rahim, sehingga kehamilan yang terlalu dekat dapat mempengaruhi sirkulasi makanan kejanin.

Seorang wanita memerlukan dua sampai tiga tahun jarak antara kelahiran agar dapat pulih secara fisiologis dari suatu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Makin pendek jarak antara dua kehamilan, makin besar pula risiko kematian untuk ibu dan anaknya terutama jika jarak kurang daru dua tahun, dapat terjadi komplikasi dalam kehamilan dan persalinan seperti anemia berat, partus preterm, kematian perinatal. Dalam hal ini perlu memperhatikan interval kehamilan karena jarak kehamilan yang terlalu rapat (< 2 tahun) mengundang risiko bagi wanita (Anggriani, 2017).

8. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon sesorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi

(49)

37

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Altport (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

9. Akses

Akses yaitu kemudahan menjangkau secara fisik bukan cuma meter, tapi adanya jalan dan angkutan kesana. Namun akses juga dalam pengertian kemudahan untuk memperoleh pelayanan tersebut. Jarak adalah tempat masyarakat dengan puskesmas yang diukur dengan indikator waktu.

Wilayah kerja puskesmas bisa kecamatan, faktor kepadatan pendudk, luas daerah, keadaan geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.

(50)

38

B. Diagram Variabel yang Diteliti

Berdasarkan konsep pemikiran variabel seperti yang dikemukakan di atas maka disusunlah pola pikir variabel yang diteliti sebagai berikut : Pola Pikir Variabel yang Diteliti

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

Gambar 2 : Kerangka Konsep Peneitian Umur

Status Pekerjaan

Pendidikan

Pengetahuan

Dukungan Keluarga

Sikap Akses

Pemanfaatan Pelayanan

ANC

Jarak Kehamilan

(51)

39

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care

Yang dimaksud pemanfaatan pelayanan antenatal care pada penelitian ini adalah apabila ibu memeriksakan kehamilannya ke pusat pelayanan sesuai dengan ketentuan pemanfaatan pelayanan antenatal care dan menerima tujuh dimensi (7T) pelayanan antenatal care. Indikasi pengukuran didasarkan atas informasi atau pengakuan yang diberikan oleh responden pada saat wawancara.

Kriteria objektif :

Memanfaatkan :Jika responden yang memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan minimal 4 kali selama masa kehamilannya yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III serta mendapatkan pelayanan 7 T.

Tidak Memanfaatkan :Bila responden tidak mendapatkan pelayanan antenatal care atau mendapatkan < 4 kali dan mendapatkan atau tidak mendapatkan pelayanan standar.

2. Umur

Umur ibu adalah umur yang berisiko bagi ibu pada saat kehamilannya yang terakhir yang dinyatakan dalam tahun.

Kriteria objektif :

Risiko tinggi : Bila umur ibu pada saat kehamilan < 20 tahun atau >35 tahun

(52)

40

Risiko rendah : Bila umur ibu pada saat kehamilan antara 20 – 35 tahun 3. Status Pekerjaan

Yang dimaksud status pekerjaan pada penelitian ini adalah aktivitas tetap responden sehari-hari, PNS maupun swasta serta pekerjaan lainnya yang bisa mengasilkan uang berdasarkan pengakuannya.

Kriteria Objektif :

Bekerja :Bila responden memiliki salah satu pekerjaan PNS atau swasta berdasarkan pengakuannya.

Tidak Bekerja :Apabila tidak memiliki pekerjaan.

4. Pendidikan

Yang dimaksud dengan pendidikan pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan oleh responden.

Kriteria Objektif :

Tinggi : Jika pendidikan terakhir responden minimal Sekolah Menengah Atas (SMA).

Rendah : Jika pendidikan terakhir responden dibawah tingkat Sekolah Menengah atas (SMA) yaitu tidak pernah sekolah, tidak tamat SD, Tamat SD, dan tamat SMP.

5. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah apa yang diketahui ibu yang berkaitan dengan kehamilannya dan pelayanan antenatal care yaitu pengertian antenatal care, tujuan pelayanan antenatal care, tempat pemeriksaan antenatal, frekuensi pemeriksaan, serta jenis standar pelayaanan antenatal care (pemberian tablet Fe dan imunisasi TT). Pengetahuan ini diukur

(53)

41

dengan skala Guttman, bila jawaban yang benar diberi skor 1 dan jika salah diberi 0. Dengan rumus interval kelas :

𝐼 =𝑅 𝐾

Keterangan : I = interval

R = range/kisaran (skor tertinggi-skor terendah) K = jumlah kategori

Kriteria Objektif:

Cukup : Bila total skor dari responden > 50%

Kurang : Bila total skor dari responden ≤ 50%

6. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah perhatian yang diberikan keluarga (suami, saudara, orang tua, dan yang termasuk keluarga yang tinggal seatap) kepada responden selama masa kehamilannya berupa menganjurkan dan mengingatkan untuk memanfaatkan pelayanan antenatal care, mengantar ke tempat pelayanan antenatal care termasuk pemeriksaan.

Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 8 pertanyaan yang terdiri dari 2 alternatif jawaban, yaitu “Ya” diberi skor 1 dan “Tidak” diberi skor 0 (Sugiyono, 2013). Dengan rumus interval kelas : 𝐼 =𝑅

𝐾

Keterangan : I = interval

R = range/kisaran (skor tertinggi-skor terendah)

(54)

42

K = jumlah kategori Kriteria Objektif:

Mendukung :Bila total skor jawaban yang diperoleh responden memenuhi kriteria > 50%.

Tidak Mendukung :Bila total jawaban yang diperoleh responden < 50%.

7. Jarak Kehamilan

Yang dimaksud jarak kehamilan pada penelitian ini adalah jarak antara kelahiran anak terakhir dengan anak sebelumnya.

Kriteria objektif ;

< 2 tahun :Jika jarak kehamilan dengan kelahiran anak terakhir < 2 tahun

> 2 tahun :Jika jarak kehamilan dengan kelahiran anak terakhir > 2 tahun

8. Sikap

Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden berdasarkan pendapat tentang pelayanan antenatal care. Sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan yang dinyatakan dalam kategori respon dengan metode Likert dan dilakukan skoring pada masing-masing item dengan jumlah pertanyaan keseluruhan yaitu sebanyak 12 pertanyaan. masing-masing jawaban diberi skor tertinggi adalah 5 dan skor terendah adalah 1 (Sugiyono, 2013), dengan rumus interval kelas sebagai berikut:

𝐼 =𝑅 𝐾

Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

Hukum Islam yang antaranya diperkuat dengan Peradilan Agama yang telah diatur dalam peraturan perundangannya sendiri, dalam tataran hukum konstitusional, Peradilan

Sedangkan untuk menganalisis apakah antara Gaya Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja berpengaruh terhadap Motivasi, uji statistik yang digunakan adalah teknik

Mentari Nusantara Feedmill dilakukan dengan cara menaruh bahan uji berupa pelet yang baru saja keluar dari proses produksi pada moisture machine yang secara

Pada penelitian ini telah disintesis bioplastik dengan mengaplikasikan mikrofibril selulosa dari batang sorgum sebagai bahan pengisi, dengan formulasi pati sorgum-gelatin dan

Kita hanya melihat seorang bhikkhu memasuki kesunyian, mencapai empat jh āṅ a, dan kemudian meningkat langsung pada Kearahantaan, yang disebut “pengetahuan hancurnya

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Dengan parameter yang diukur adalah tingkat pertumbuhan rumput laut eucheuma cottonii afah berat basah dalam bentuk gram, dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap