• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikator dan Khalayak Media Digital

N/A
N/A
Muhammad Arpin

Academic year: 2022

Membagikan "Komunikator dan Khalayak Media Digital"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME MATERI

“Memahami Komunikator dan Khalayak Media Penyiaran Digital”

Oleh : Muhammad Arpin

A. Pengertian Komunikator dan Khalayak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada komunikan (penerima pesan) dalam sebuah proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah hubungan. Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan kepada penerima, tetapi juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk menjadi seorang komunikator yang baik, terdapat beberapa hal yang perlu dipahami yakni seorang komunikator yang baik perlu menyusun dengan baik isi pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tersebut mudah dimengerti oleh pihak penerima. Komunikator yang baik juga harus mengetahui mana media yang paling tepat untuk mengirimkan pesan kepada penerima dan harus tahu bagaimana cara mengantisipasi gangguan yang akan muncul pada proses pengiriman pesan.

Selain itu, komunikator yang baik akan bertanggung jawab memberikan tanggapan terhadap umpan balik (feedback) yang disampaikan oleh pihak penerima (receiver).

Sementara khalayak dalam kamus besar bahasa Indonesia, diartikan salah satunya sebagai kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi. Secara sederhana, kata khalayak/ audiensi yang diterjemahkan dari kata “audience” secara sejarah berasal dari kata audire yang berarti mendengar dalam bahasa Yunani

Dalam konsep McQuail bahwa penyebutan khalayak lebih condong mendekati konsep “penerima”. Konsep khalayak merujuk pada sekolompok pendengar atau penonton yang memiliki perhatian, reseptif, tetapi relatif pasif dan bersifat publik. Cangara sendiri menyebut khalayak sebagai pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber yang dapat berupa satu orang atau lebih,

(2)

kelompok, partai, bahkan negara. Penerima merupakan elemen penting dalam proses komunikasi karena merupakan sasaran komunikasi. Khalayaklah yang akan mencerna dan menerjemahkan pesan yang disampaikan dan atau meneruskan pesan tersebut sesuai dengan tujuan dari proses komunikasi yang terjadi. Windahl dan Signitzer (1992)

B. Karakteristik Komunikator Media Penyiaran Digital

Agar dapat menjadi seorang komunikator yang terbaik, diperlukan beberapa karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif berikut ini.

1. Mampu mendengar aktif, Pada dasarnya kebutuhan manusia adalah untuk mengerti dan dimengerti. Cara terbaik untuk memahami orang lain adalah dengan mendengarkan mereka.

2. Menghilangkan kekakuan verbal, Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah meluangkan waktu untuk benar – benar mempersiapkan jawaban sebelum berbicara.

3. Memperlihatkan gestur yang efektif, Gestur atau sikap non verbal kerap disebut sebagai ‘bahasa isyarat’ akan membantu mengkomunikasikan pesan dan ide Anda. Gestur yang efektif akan mendukung maksud Anda dan tampak spontan, berasal dari emosi yang ada pada saat itu. Gestur yang tidak efektif adalah yang tidak alami, kaku, malas atau gelisah, canggung dan tampak diatur.

4. Mempertahankan kontak mata, Kontak mata langsung memiliki kekuatan untuk meningkatkan pengalaman memori, prososial dan efek stimulasi. Jika sasaran membalas kontak mata, menegakkan tubuh, menjadi lebih komunikatif, atau tampak tertarik maka trik yang dilakukan sudah tepat.

Sebaliknya jika sasaran tampak gugup, terganggu, malu atau kerap mengalihkan perhatian kepada kegiatan mereka sebelumnya, itu kemungkinan adalah tanda untuk mundur.

5. Memperhatikan maksud dan tujuan, Sebagai komunikator, seseorang harus memiliki tujuan khusus dalam pikirannya mengenai sesuatu yang harus dicapai jika ingin mempengaruhi dan menggerakkan audiens

(3)

6. Berbicara dengan jelas, artinya semua orang bisa memahami apa yang Anda bicarakan dan bagaimana cara mengatakannya. Hal itu akan tergantung pada dinamika vokal, bagaimana Anda menggunakan suara untuk mengantarkan kata – kata Anda dengan maksud untuk mendidik, memberi instruksi, menghibur, memotivasi atau membujuk.

7. Penuh pertimbangan, berhubungan dengan latar belakang penerima pesan dan sudut pandangnya. Jika pesan tersebut menyinggung atau terdengar tidak hormat, reaksi emosional dari penerimanya mungkin akan mempengaruhi persepsi dari pesan Anda. Menggunakan contoh yang relevan untuk menyampaikan pesan Anda kepada audiens mungin akan mempermudah mereka untuk memproses konten yang disampaikan.

8. Penyampaian pesan yang konkret, adalah pesan yang spesifik, nyata dan jelas.

Pesan didukung oleh fakta dan data yang meningkatkan kredibilitasnya.

9. Menyampaikan pesan dengan jelas, Semakin jelas pesan yang disampaikan, semakin mudah untuk para penerima memahaminya. Komunikasi yang jelas dibangun pada istilah yang tepat dan kata – kata yang konkret, untuk mengurangi ambiguitas dan kebingungan pada proses komunikasi.

10. Mengenali audiens, akan tahu siapa yang ada di depannya. Berbicara dengan energi yang tepat, nada, dan bahasa yang cocok untuk sasaran komunikasi, memperhatikan tanda – tanda apabila audiens sudah mulai terhubung, melihat kontak mata, anggukan kepala tanda persetujuan, dan indikator lain dari audiens yang mendengarkan secara aktif.

11. Mampu menyederhanakan materi, Dengan penguraian atau menyusun ulang kata – kata dalam konten, komunikator yang hebat akan membuat pesan lebih mudah dicerna oleh lebih banyak orang.

12. Mengetahui kapan harus bicara, akan selalu membantu dalam komunikasi yang bagus. Mereka juga akan selalu siap sedia untuk memberikan jawaban dan tidak akan membiarkan sasarannya tergantung penasaran dengan tanda tanya yang tidak terjawab. Komunikator yang baik akan memimpin diskusi yang menyeluruh dengan semua pihak yang terlibat merasa puas.

(4)

13. Fokus kepada interaksi, Dengan menyingkirkan segala gangguan dari lingkungan sekitar, seorang komunikator yang baik akan fokus kepada pesan yang akan disampaikan dan kepada audiens atau sasarannya.

14. Mengajukan pertanyaan, yang berisi informasi spesifik. Mereka akan mengisi kekosongan yang diakibatkan kebingungan dengan jawaban dan bukan asumsi.

Pengetahuan apapun yang didapat dari bertanya akan membantu untuk lebih mengenal audiensnya sebagaimana juga untuk membantu menyampaikan suatu pesan.

15. Mampu mengenali tanda non verbal, akan mampu merancang pesannya untuk menyamai tingkah laku audiens Ketika berbicara, komunikator harus dapat mengenali tanda – tanda frustrasi, kegugupan atau kegirangan melalui tanda non verbal seperti postur, ekspresi wajah dan kontak mata dari audiensnya.

Selanjutnya ada 6 nilai-nilai penting untuk menjadi seorang komunikator yang efektif :

1. Belas Kasih

Jika Anda benar-benar peduli akan anggota tim Anda, atau siapapun yang Anda ajak bicara, hal ini membuat sebuah perbedaan besar untuk komunikasi Anda dengan mereka. Anda akan mendapatkan respek yang lebih besar sebagai balasannya yang akan membuat diskusinya semakin produktif.

2. Kerendahan Hati

Bekerja di lingkungan multibudaya, sebagaimana halnya kasus umum di di Indonesia, kerendahan hati merupakan sebuah nilai penting yang sangat mempengaruhi kualitas komunikasi organisasi. Menyesuaikan pada gaya komunikasi orang lain, bahasa atau bahasa sehari-hari mengurangi jarak budaya dan social, menumbuhkan rasa persahabatan antara anggota tim dengan manajernya.

3. Pengertian

Isyarat verbal dan non verbal dari orang lain akan mengatakan pada Anda bagaimana tanggapan mereka akan apa yang Anda katakan. Menganggap isyarat

(5)

ini akan membantu Anda mengarahkan percakapan pada arah yang tepat dan mencegah ketidaksetujuan atau hasil yang tidak produktif.

4. Kebijaksanaan

Kita semua pernah punya hari yang buruk. Akan tetapi hanya karena Anda mempunyai hari yang buruk tidak berarti bahwa Anda harus melampiaskannya pada kolega atau anggota tim Anda. Mereka mungkin mempunyai hari yang lebih buruk daripada Anda. Berpikirlah tentang apa yang akan Anda katakana dan bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi orang lain sebelum Anda mengatakannya. Bersikap hati-hati dalam hal ini akan mengubah pendekatan Anda dalam percakapan.

5. Akuntabilitas

Terkadang miskomunikasi terjadi begitu saja, terlepas dari usaha terbaik Anda untuk berbicara dengan jelas. Jangan mulai bermain saling menyalahkan-hal ini tidak produktif dan tidak menyelesaikan masalah. Ambil tanggung jawabnya dan terus melangkah. Demikian pula dengan mendukung budaya akuntabilitas didalam tim. Jika seseorang membuat kesalahan, berharaplah bahwa mereka akan memperbaikinya tapi fokuslah pada solusi produktif daripada mencaci mereka akan kesalahannya tersebut.

6. Empati

Sebagaimana Anda mungkin membenci konfrontasi, terkadang tidak ada lagi jalan untuk menyelesaikan masalahnya. Akan tetapi tidak perlu bermusuhan.

Berempati pada situasi orang lain akan membantu Anda mempertahankan nada dan pendekatan yang netral akan topic tersebut. Lihatlah dari sudut pandang mereka dan dengarkan apa yang mereka katakana-kita sering mengabaikan detil-detil penting ketika kita sampai pada kesimpulannya.

C. Karakteristik Khalayak Media Penyiaran Digital

Karakteristik khalayak media penyiaran digital menurut Dahlberg (2001) adalah :

(6)

1. Autonomy from state and economic power, forum haruslah bebas dari intervensi negara atau kekuatan ekonomi manapun. Diskursus yang terjadi di cyber-forum hendaknya bebas dari kekuatan pengelola negara maupun pasar baik dalam bentuk kapital maupun administrasi.

2. Exchange and critique of critizable moral-practical validity claims. Terdapat pertukaran dan perdebatan yang berlandaskan moral untuk melihat suatu peristiwa dibandingkan dengan dogma yang memaksa. Bahwa setiap anggota cyber-forum berada dalam posisi sama yang siap menyampaikan kritik dan siap pula dikritik.

3. Reflexivity, setiap anggota cyber-forum hendaknya secara kritis juga mempertimbangkan nilai-nilai budaya, asumsi yang terjadi di tengah realitas sosial, maupun ketertarikan mereka yang cenderung pada kepentingan umum.

4. Ideal role taking, ini menjadi aturan penting bahwa setiap anggota cyber- forum memiliki integritas untuk memahami argumen yang berkembang, meski itu datang dengan perspektif yang berbeda sekalipun.

5. Sincerity, setiap anggota cyber-forum melandasi dirinya dengan niat tulus, termasuk dalam hal keinginan, kebutuhan, bahkan tujuan yang tersembunyu untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah dan bukan sebaliknya untuk kepentingan pribadi.

6. Discrusive inclusion and equality, cyber-forum beroperasi dengan menghormati setiap anggotanya dengan memberikan kesempatan untuk mempertanyakan dan termasuk menyanggah terhadap suatu isi. Karena tidak menutup kemungkinan ada yang ingin mendominasi dan/atau berusaha untuk didengar serta memaksakan argumen mereka dalam diskursus dalam cyber-forum.

Dipandang dari komponen komunikan atau khalayak, komunikasi yang efektif akan terjadi jika komunikan atau khalayak mengalami (Kelman, 1975):

a. internalisasi, (internalization), proses ini terjadi jika komunikan menerima pesan yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut. Komunikan merasa

(7)

memperoleh sesuatu yang bermanfaat, pesan yang disampaikan memiliki rasionalitas yang dapat diterima. Internalisasi bisa terjadi jika komunikatornya memiliki ethos atau credibility (ahli dan dapat dipercaya), karenanya komunikasi bisa efektif.

b. identifikasi-diri (self identification), proses ini terjadi pada diri komunikan, jika komunikan merasa puas dengan meniru atau mengambil pikiran atau perilaku dari orang atau kelompok lain (komunikator). Identifikasi akan terjadi pada diri komunikan jika komunikatornya memiliki daya tarik (attractiveness)

c. ketundukan (compliance). Proses ini terjadi jika komunikan yakin akan mengalami kepuasan, mengalami reaksi yang menyenangkan, memperoleh reward (balasan positif) dan terhindar dari punishment (keadaan, kondisi yang tidak enak) dari komunikator, jika menerima atau menggunakan isi pesannya. Biasanya ketaatan akan terjadi bila komunikan berhadapan dengan kekuasaan (power) yang dimiliki komunikator.

D. Daftar Pustaka

1. Ang, Ieng. 1996. Living Room Wars: Rethingking Media Audience in a postmodern world. e-book. London: Routledge.

2. Barker, Chris. 2004. The Sage Dictionary of Cultural Studies. e-book.

London: Sage Publications.

3. Dahlberg, Lincoln. The Internet and democratic discourse: Exploring the prospects of online deliberative forums extending the public sphere.

Information, communication & society, 2001, 4.4: 615-633.

4. Fenton, Natalie (Ed). 2010. New Media, Old News: Journalism &

Democracy in the Digital Age. e-book. London: Sage Publications.

5. Flew, Terry. 2005. New Media: An Introduction (2nd Ed). Australia: Oxford University Press.

6. Hills, Matt. 2002. Fan Cultures. London: Routledge.

7. McQuail, Denis. 2010. Mass Communication Theory. London: Sage Publications

(8)

8. Ross, Karen & Nightingale, Virginia (Eds). 2003. Media and Audiences:

New Perspective. e-book. UK: Open University Press.

9. Tester, Keith. 2009. Immortalitas Media. Bantul: Juxtapose.

10. Windahl, Sven, Benno Signitzer, and Jean T. Olson. Using communication theory: An introduction to planned communication. Sage, 2008.

11. Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo. Hal 63.

ISBN 979-669-959-1, 9789796699599.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini adalah bertujuan untuk mengenalpasti satu garis panduan keselamatan dan kesihatan di tapak bina bagi kontraktor binaan dan mengenalpasti persepsi.. penggunaan

Pada saat di zaman ini yang sudah semakin cangih dengan teknologinya dan maupun budaya – budaya luar yang masuk ke Indonesia terutama di tanah Pasundan , sehingga

Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia Pengembangan Teknologi Burner Siklon Biomassa Nilai Kalor Rendah untuk Digunakan Pada Boiler Uap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

PROGRAM KEMITRAAN GURU PEMBELAJAR IN‐ON‐IN TATAP MUKA  Dengan  keterbatasan  kuota  Moda  Daring  Kombinasi  (Daring  dan  Tatap  Muka)  dan 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketrampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa melalui problem based learning (PBL) berbantuan real-virtual

Media merupakan salah satu komponen komunikasi dalam pembawa pesan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) (Criticos, 1996), dan informasi