• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini akan menguraikan teori atau pustaka yang akan peneliti gunakan selaku landasan penelitian. Adapun hal yang akan diuraikan ialah kajian terkait pembelajaran bahasa jawa di SD, pembelajaran menulis aksara jawa di SD, karakteristik siswa SD, kurikulum K-13, media pembelajaran, metode MDLC, dan penelitian terdahulu.

2.1 Pembelajaran Bahasa Jawa di SD

Bahasa jawa menjadi salah satu muatan lokal pada struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah, terlebih di Provinsi Jawa Timur sebagai muatan lokal wajib di seluruh jenjang SD. Berdasar Pergub Jawa Timur No. 09 Tahun 2014 pasal 17 ayat 1 mengungkapkan yakni bahasa daerah wajib diberikan selaku muatan lokal di tingkat pendidikan dasar sampai dengan menengah. Dari ketentuan bersangkutan, bahasa jawa menjadi muatan lokal yang harus diajarkan ke siswa untuk meningkatkan pembelajaran di kelas.

Sesuai dengan Pergub Jawa Timur No. 09 Tahun 2014 pasal 17 tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa jawa dikemukakan bahwa terdapat tujuan utama dalam pembelajaran bahasa jawa, antara lain :

1. Siswa menghargai dan bangga terhadap bahasa jawa selaku bahasa daerah dan berkewajiban mengembangkan serta melestarikan bahasa jawa.

2. Siswa mendalami bahasa jawa dari sisi bentuk, makna, fungsi dan menggunakannya secara tepat untuk berbagai tujuan, kepentingan, dan kondisi.

3. Siswa mempunyai kemampuan memakai bahasa jawa yang baik dan benar untuk meningkatkan keterampilan intelektual (berfikir kreatif, menggunakan akal sehat menerapkan kemampuan berguna, menggeluti konsep abstrak, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial.

4. Siswa bisa menunjukkan sikap lebih baik dalam hidup keseharian di lingkungannya.

(2)

Tujuan bersangkutan dituliskan dalam kurikulum muatan lokal bahasa jawa yang berbentuk KI dan KD selaku landasan dalam menentukan tujuan pembelajaran. KI meliputi 4 aspek yakni aspek spiritual, sosial, kognitif dan psikomotorik yang selanjutnya diuraikan dalam KD.

Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berbudaya termasuk dalam KD dalam pembelajaran bahasa jawa yang terdiri dari sejumlah aspek diantaranya : 1. Menyimak, yakni kompetensi mendalami wacana lisan sastra dan non sastra

yang berkerangka budaya jawa misalnya dongeng beragam topic, cangkriman, paribasan, tembung entar, dan parikan.

2. Berbicara, yakni kompetensi mengutarakan ide wacana lisan sastra dan non sastra, misalnya mengenalkan diri, mengucap salam dan terima kasih, bertanya dan merespon pertanyaan, mengajak, melaksanakan praktek bertamu yang dilaksanakan dengan unggah-ungguh yang sesuai serta mengisahkan beragam tokoh wayang.

3. Membaca, yakni kompetensi mendalami wacana tulis sastra dan non sastra, yakni mendalami wacana tulis dengan beragam topic, melagukan beragam tembang dolanan dan macapat, serta membaca aksara jawa.

4. Menulis, yakni kompetensi mengutarakan ide wacana tulis sastra dan non sastra, misalnya menulis kata, kalimat, mengarang dengan beragam tema, serta menulis dengan aksara Jawa.

2.2 Pembelajaran Membaca Aksara Jawa di SD

Keterampilan membaca ialah kemampuan mengetahui dan mendalami isi suatu hal yang tertulis (symbol tertulis) dengan melantunkan atau mencerna tulisannya dalam hati. Membaca pada dasarnya ialah proses komunikasi antara pembaca dan penulisnya lewat teks tertulis, sehingga secara langsung terkandung hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan tulisan. Pendapat dari (Tarigan, 2018), membaca ialah proses yang dilaksanakan dan dipakai oleh pembacanya lewat media kata atau bahasa tulis. Sehingga ada 3 unsur membaca yakni makna selaku unsur bacaannya, kata selaku unsur yang mengantarkan makna dan lambang tertulis ke dalam bahasa ujaran.

(3)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas membaca merupakan salah satu cara dalam berkomunikasi. Pesan diungkapkan berbentuk lambang atau symbol yang pembaca pahami sehingga pesan bersangkutan bisa tersampaikan. Pesan yang diungkapkan dapat berbentuk informasi, ide, pandangan dan lainnya.

Menurut (Hassan, 2018), hal yang harus guru perhatikan dalam mengajarkan membaca ialah:

1. Tingkat perkembangan anak

Siswa seusia SD biasanya memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan cenderung menirukan orang dilingkungannya. Guru harus mengaktifkan bakat, minat dan kemampuan anak dengan membimbingnya berdasar level perkembangan siswa.

2. Tingkat kesiapan anak

Komponen penting untuk menciptakan tujuan pembelajaran adalah kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang siap belajar akan menerima materi dengan optimal

3. KI dan KD

Tiap kali mengajar, semestinya guru berpijak pada KI dan KD.

4. Tujuan pengajaran (keselarasan dengan KI dan KD)

Tujuan pengajaran menjadi rujukan yang rinci dalam melangsungkan pembelajaran. Pengembangan tujuan pembelajaran harus disesuaikan dengan KI dan KD yang ada dalam silabus.

5. Sumber Bahan Ajar

Bahan ajar bisa didapat dari buku cetakan. Tetapi guru bisa mengembangkannya sendiri.

Disamping mendalami bagaimanakah mengajar membaca aksara jawa, guru juga harus mempertimbangkan cakupan materinya. Berdasar Pergub Propinsi Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 Pasal 13 mengenai mata pelajaran bahasa jawa selaku muatan lokal wajib dipelajari di sekolah, dalam pembelajaran aksara jawa kelas VI SD kompetensi yang harus dikuasai siswa ialah :

(4)

1. KI : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca, dan menanyakan) berdasar rasa keingintahuan mengenai dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan aktivitasnya, dan benda yang ditemui di rumah dan sekolah.

2. KD : Mampu mambaca kata beraksara jawa legena, dan membaca kata yang memakai sandhangan swara, dan sandhangan panyigeg wanda.

Dari kompetensi bersangkutan, maka materi pembelajaran membaca aksara jawa di kelas VI SD yakni:

1. Aksara Legena

Merupakan aksara yang belum memperoleh tambahan sandhangan, yang meliputi 20 buah aksara jawa.

Gambar 2.1 Aksara Jawa Legena

2. Aksara Sandhangan

Merupakan tanda yang terdapat dalam aksara jawa untuk merubah atau menambahkan bunyi aksaranya.

A. Sandhangan Swara

Ialah tambahan huruf yang fungsinya untuk mengubah fonem dasar

“a” pada aksara jawa legena ke suara lain.

 Sandhangan Wulu : berfungsi merubah huruf legena yang bunyinya “a” ke vokal “i.

 Sandhangan Suku : berfungsi merubah huruf legena yang bunyinya

“a” ke vokal “u”.

 Sandhangan Pepet : berfungsi merubah huruf legena yang bunyinya “a” ke vokal i “e”.

 Sandhangan Taling Tarung : Taling di depan huruf, tarung di belakang huruf. Dua tanda ini membuat huruf legena ke bunyi “o”.

(5)

Tabel 2.1 Sandhangan Swara

B. Sandhangan Panyigeg Wanda

Ialah sandhangan yang fungsinya untuk mengakhiri aksar legena dengan membuang vocal di aksara paling akhir.

 Layar : pengganti konsonan “r” selaku penutup suku kata.

Cecak : pengganti konsonan “ng” selaku penutup suku kata.

Wignyan : pengganti konsonan “h” selaku penutup suku kata.

Pangkon : mengubah huruf nglegena ke huruf mati penutup kata.

Tabel 2.2 Sandhangan Panyigeg Wanda

(6)

2.3 Karakteristik Siswa SD

Dalam dunia pendidikan terdapat 4 tahapan perkembangan yakni lahir hingga berusia 2 tahun, (sensorimotor stage), 2 sampai dengan 7 tahun (preoperational stage), 7 sampai dengan 11 tahun (concrete operational stage), dan 11 sampai dengan lebih dari 15 tahun (formal stage). Jika siswa SD belajar sejak kelas 6, ia berada dalam tahapan formal stage, sehingga mereka membutuhkan berbagai ilustrasi, model, gambar, dan aktivitas yang menyenangkan (bermain).

Pendapat (Dwi Sunar Prasetyono, 2018) karakteristik siswa SD, adalah : 1. Suka Bermain

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD diharapkan dapat merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalam proses pembelajaran.

2. Suka Bergerak

Kebanyakan siswa sangat sulit untuk diatur dan rapi, oleh karena itu guru harus bisa merancang atau menerapkan suatu model pembelajaran yang dimana siswa dalam proses pembelajaran bisa berpindah dan bergerak jadi aktivitas pembelajarannya tetap dapat dilakukan dan materinya bisa tersampaikan dengan baik ke siswanya.

3. Suka merasa atau melaksanakan/mempraktikkan sesuatunya secara langsung bagi siswa SD. Apa yang disampaikan gurunya akan lebih mudah dimengerti dan diserap siswa jika mereka melakukannya sendiri, sehingga siswa harus senantiasa terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajarannya.

Sesuai dengan karakteristik siswa usia SD bersangkutan, maka media pembelajaran bahasa jawa berbasis flash dirancang berdasar karakteristik siswa SD dan dapat memenuhi kebutuhan siswa. Sejumlah karakteristik yang dijadikan rujukan dalam membuat media ini ialah:

1. Siswa suka bermain.

2. Siswa mudah mengalami kebosanan.

3. Siswa senang dengan hal yang ia kenal.

(7)

2.4 Kurikulum K-13

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Yakni outcomes-based curriculum, maka dalam mengembangkan kurikulum diarahkan untuk mencapai kompetensi yang terdapat dalam SKL (Standar Kompetensi Kelulusan). Sehingga dalam menilai hasil belajar dan hasil kurikulumnya berdasar dari pencapaian kompetensinya.

Berdasar Pergub Propinsi Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 Pasal 13 Kompetensi untuk Kurikulum 2013 didesain di bawah:

1. Konten kurikulum yakni kompetensi dituangkan berbentuk KI kelas dan dijabarkan lebih lanjut dalam KD mata pelajaran.

2. KI ialah gambaran secara katergorial terkait kompetensi pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus siswa pelajari dalam jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. KD ialah kompetensi yang siswa pelajari pada sebuah tema untuk SD/MI dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

Dari pemaparan bersangkutan, maka peneliti mengambil simpulannya yakni kurikulum selaku persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran sehingga guru bisa tahu keberhasilan pembelajarannya dari aspek sikap pengetahuan dan keterampilan. Sehingga dalam penelitian ini untuk mencapai tujuan pembelajaran akan dirancang media.

2.5 Media Pembelajaran

Media asal katanya dari bahasa latin yakni “medius” yang secara harfiah ialah “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Pendapat Arief S. Sadiman, (Novi Maisaroh 2011) yakni media bisa dipergunakan untuk mengantarkan pesan dari pengirim ke penerimanya sehingga bisa menstimulus pemikiran, rasa, perhatian dan minat siswanya jadi pelaksanaan pembelajarannya bisa mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

(8)

Berdasarkan pendapat diatas, diperoleh simpulannya yakni media ialah alat yang dipergunakan untuk mendukung pembelajaran sehingga pembelajaran bersangkutan bisa terlaksana dengan baik. Media juga didefisinikan selaku penghubung antara pemberi dan penerima informasi. Pemakaian media untuk menghubungkan guru dan siswanya inilah yang dinamakan dengan pembelajaran.

Maknanya belajar aktif membutuhkan dukungan media untuk mengantarkan materi yang akan dipelajari siswanya.

Menurut (Sanjaya, 2017) media yang baik tidak sekedar sesuai dengan kualifikasi fisik saja namun juga pemakaian media yang tepat. Adapun prinsip pemakaian media ialah:

1. Penggunaan media harus selaras dengan tujuan pembelajarannya.

2. Penggunaan media harus selaras dengan materi pembelajarannya.

3. Penggunaan media harus selaras dengan minat, kebutuhan, dan keadaan siswanya.

4. Penggunaan media harus mempertimbangkan efektifitas dan efisien.

5. Penggunaan media harus selaras dengan kemampuan pengguna dalam menjalankannya.

Dari uraian bersangkutan, bisa diambil simpulannya yakni pengembangan sebuah media harus mempertimbangkan prinsip desain dan pemakaiannya supaya mempunyai kemanfaatan yang bisa menunjang untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Media monopoli aksara jawa akan didesain selaras dengan prinsip bersangkutan sehingga peneliti harap bisa sebagai media yang layak untuk diterapkan dalam pembelajaran membaca aksara jawa siswa kelas VI SD.

2.6 Metode MDLC (Multimedia Development Life Cycle)

Metode MDLC diterapkan dalam penelitian ini. Menurut (Mustika, 2017) metode MDLC ini berupa 6 tahap yakni konsep, perancangan, pengumpulan bahan, pembuatan, pengujian, dan distribusi. Urutan tahap metode MDLC bisa dicermati dalam Gambar 2.2.

(9)

Gambar 2.2 Tahapan Metode MDLC

Pendapat Luther, dari 6 tahapan bersangkutan tidak harus urut dalam penerapannya, tahap bersangkutan bisa ditukar posisinya. Walaupun demikian, tahap concept harus sebagai tahapan awal yang mesti dilakukan (Mustika, 2017).

Di bawah ini, uraian dari setiap tahap metode MDLC.

1. Konsep (Concept)

Yakni untuk menetapkan tujuan dari media pembelajaran yang dibuat dan menetapkan siapakah pengguna medianya (identification audience). Sehingga pada tahap ini diperoleh perumusan konsep yang berbentuk tujuan pembuatan media dan penetapan target penggunanya.

2. Perancangan (Design)

Yakni menyusun rincian arsitektur aplikasi, tampilan interface dan kebutuhan material dalam pembuatan media pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti membuat flowchart, storyboard dan desain interfaceselaku acuan dalam membuat media pembelajaran.

3. Pengumpulan bahan (Material Collecting)

Yakni menghimpun bahan berdasar kebutuhan dalam membuat medianya.

Bahan yang diperlukan ialah gambar, teks, animasi, audio, video dan sebagainya yang nanti dibutuhkan untuk mendukung dalam membuat medianya. Tahapan ini bisa dilaksanakan bergantian atau bersamaan dengan tahapan pembuatan.

(10)

4. Pembuatan (Assembly)

Yakni proses membuat media pembelajaran hingga selesai. Dalam membuat media pembelajaran ini berdasar tahap perancangan (Design) yakni dari flowchart dan storyboard yang sudah disusun.

5. Pengujian (Testing)

Tujuannya tahap ini untuk memberi penilaian kelayakan media yang dihasilkan. Peneliti melakukan uji black box testing untuk melihat apakah terdapat kesalahan input dan output dalam media pembelajarannya.

6. Distribusi (Distribution)

Selaku tahapan terakhir yakni menyimpan media pembelajaran yang dihasilkan pada media penyimpanan. Tahapan ini dinamakan tahap evaluasi untuk mengembangkan produk yang telah jadi agar semakin lebih baik lagi (Arikunto, 2010).

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berupa kumpulan penelitian yang sudah terlaksana sebelumnya oleh peneliti lain yang membahas tentang pembelajaran bahasa jawa SD dan media pembelajaran. Dalam tahapan ini, peneliti akan mengkaji dan menelaah mengenai penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan media pembelajaran. Adapun sejumlah penelitian sebelumnya yang peneliti gunakan ialah:

Penelitian oleh (Kusuma, 2015), mengembangkan produk berupa media interaktif berbasis flash Sinau Maca Aksara Jawa (Si Marja). Peneliti memakai metode model 4D. Metode ini berupa 4 tahap yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Pembuatan produk ini mempunyai tujuan yaitu untuk membantu guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa jawa terutama aksara jawa di SDN Kepuntran Yogyakarta. Hasilnya ialah meningkatnya hasil belajar bahasa jawa siswa kelas IV. Hasil belajar yang didapat berupa hampir 82% siswa kelas IV mencapai nilai KKM yang ditentukan yaitu sebesar 70. Fitur yang dikembangkan dalam media ini adalah adanya paparan materi aksara jawa dan kuis yang bisa diakses secara offline oleh siswa. Pengembangan media ini, media interaktif hanya terbatas pada pengenalan jenis huruf aksara jawa. Materi

(11)

yang diberikan kepada siswa ialah bentuk dari aksara jawa. Namun penelitian ini memiliki kelemahan yakni tidak ada tidak menyertakan tahapan pengumpulan bahan sebelum tahap pengembangan, tampilan media pembelajaran kurang menarik karena kebanyakan memuat teks dan tidak adanya uji coba media.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh (Yusuf, 2015), menghasilkan produk berupa media interaktif flash bebasis audio visual untuk kelas V SDN Gayamsari 4 Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu metode model peneliti menerapkan metode model 4D. Metode ini berupa 4 tahap yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Tujuan pembuatan media ini ialah untuk membantu siswa dalam mengenali dan mampu melafalkan aksara jawa dengan tepat. Hasil dari pengembangan media ini didapat bahwa hampir 72% siswa mampu membedakan masing masing dari bentuk aksara dan mampu melafalkan sesuai dengan bunyinya. Media ini memiliki fitur audio yang dapat diputar oleh siswa untuk mengetahui lafal pembacaan dari aksara jawa tersebut. Namun media ini hanya dapat diakses secara online oleh siswa.

Pengembangan media ini hanya sampai pada pengenaan dan pelafalan aksara jawa. Sehingga melalui media ini siswa diharapkan mampu melafalkan dan mampu mengenal aksara jawa. Penelitian ini memiliki kekurangan yaitu terlalu banyak animasi, sehingga fokus siswa bukan pada materi, dan objek gambar yang digunakan dalam media pembelajaran kualitasnya kurang memadai, sehingga tampilannya kurang jelas.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh (Susilowati, 2014), menghasilkan produk media interaktif yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis aksara jawa siswa kelas IV SDN Salamsari. Penelitiannya bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran bahasa jawa dengan memakai Macromedia Flash pada materi aksara jawa SD. Peneliti menerapkan metode model 4D. Metode ini berupa 4 tahapan yang terdiri dari pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Hasilnya didapatkan bahwa sebgaian besar siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan. Hal ini terlihat dari nilai hasil belajar UTS materi aksara jawa. Sebanyak 32 siswa dari 38 siswa nilainya mencapai KKM yang ditentukan sebesar 65. Fitur yang dikembangkan dalam media ini berupa pengenalan huruf dan cara menuliskan

(12)

aksara jawa. Pada media ini dijelaskan langkah penulisan goresan aksara pada aksara jawa yang ingin diketahui. Namun media ini memiliki kekurangan yaitu soal kuis yang ada pada akhir media pembelajaran hanya lima pilihan ganda, tampilannya sangat ramai sehingga bisa mempersulit mata untuk fokus pada objek materinya, dan kurangnya penataan layout tampilan sehingga siswa kesulitan untuk berpindah antar menu.

Berdasar penelitian terdahulu yang sudah dilaksanakan, maka bisa diambil simpulannya yakni beberapa penelitian hanya berfokus pada kajian pengenalan jenis huruf aksara jawa. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian bersangkutan ialah metode 4D yang meliputi empat tahap diantaranya ialah pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebaran. Selain itu, beberapa media yang dikembangkan tidak ada uji coba media. Sehingga hal tersebut menjadikan adanya perbedaan dengan penelitian saat ini.

Gambar

Gambar 2.1 Aksara Jawa Legena
Tabel 2.1 Sandhangan Swara
Gambar 2.2 Tahapan Metode MDLC

Referensi

Dokumen terkait

Pengajaran yang dimaksudkan untuk mengundang orang memperdalam komitmen mereka kepada Tuhan merupakan tugas yang tidak mudah.. Apalagi bila pengajaran itu ditujukan

EMPOWERMENT SOCIETY Volume 2, Number 2, Agustus 2019 | 5 Pelatihan masyarakat sadar wisata yang dilakukan oleh peserta KKN-PPM 2019 STIE Widya Gama Lumajang yaitu dengan

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai aktivitas antioksidan ekstrak daun black mulberry , memberikan informasi pemanfaatan ekstrak daun

Pecalang merupakan kepanjangan tangan dari Pekraman Desa Adat di Wilayah Kota Denpasar yang memiliki kepentingan yaitu (1) Mengantisipasi pedagang kaki lima untuk

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam pengetahuan dan sikap bidan di RS Immanuel Bandung mengenai gravidogram yang merupakan alat

18 Tahun 2004: Yaitu merupakan peraturan daerah Kabupaten Pamekasan Tantang Larangan Terhadap Pelacuran dalam Wilayah Kabupaten Pamekasan, pelaksanaannya baik yang

Lusiana Prastiwi, Kristina Yuventa (FKIP, Universitas Dr. Soetomo Surabaya) Penerapan Metode Jalur Kritis Atau Critical Path Method (Cpm) Penentuan Waktu Optimal Dalam