• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN YANG TERTANGKAP PADA PADANG HAWUI DAN MADANG-SIRANG DI WADUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN YANG TERTANGKAP PADA PADANG HAWUI DAN MADANG-SIRANG DI WADUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN YANG TERTANGKAP PADA PADANG HAWUI DAN MADANG-SIRANG DI WADUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN INDONESIA

RIZMI YUNITA

Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan Unlam

ABSTRACT

The Riam Kanan Reservoir is an artificial reservoir that has been for decades and has undergone a stabilization phase and has its own characteristics. Many studies on fish ecology and systematic have been done but fish diversity and distribution patterns from the point of view of conservation are very minimal information in the Riam Kanan Reservoir. The abundance of fish is studied and assessed from 2015 - 2017. We document and describe the total catch of 1,929 fish.

Changes in the hydrological pattern due to various types of reservoir waters utilization pose the greatest threat to the diversity of fish found in the Riam Kanan reservoir. Overfishing is a threat to fish found in the Riam Kanan reservoir. This study requires the identification of the number and type of fish as conservation reserves to reduce the loss of fish diversity in the waters of the Riam Kanan reservoir.

Keyword: Biodiversity, freshwater fish ABSTRAK

Waduk Riam Kanan adalah waduk buatan yang sudah berumur puluhan tahun dan telah melalui tahap pemantapan serta memiliki karakteristik tersendiri.

Banyak penelitian tentang ekologi ikan dan sistematik yang telah dilakukan tetapi keanekaragaman ikan dan pola distribusi dari sudut pandang konservasi sangat minim informasi di Waduk Riam Kanan. Kelimpahan ikan dipelajari dan dinilai dari tahun 2015 – 2017. Kami mendokumentasikan dan menggambarkan hasil total tangkapan ikan sebanyak 1.929 ekor. Perubahan pola hidrologi akibat berbagai jenis pemanfaatan perairan waduk menjadi ancaman terbesar bagi keanekaragaman ikan yang terdapat di waduk Riam Kanan. Penangkapan yang berlebih merupakan ancaman terhadap ikan yang terdapat pada waduk Riam Kanan. Studi ini memerlukan adanya identifikasi jenis dan jumlah ikan sebagai cagar konservasi untuk mengurangi hilangnya keanekaragaman ikan di perairan waduk Riam Kanan

Kata kunci: Keanekaragaman, ikan air tawar

PENDAHULUAN

Perairan Indonesia mewakili beberapa negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi di dunia, estimasi 4000 spesies ikan terdapat di perairan Indonesia, sekitar 950 ikan air tawar tersebar diseluruh Indonesia (Kottelat et al., 1993).

Perairan umum di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan terdiri dari perairan sungai, rawa, waduk dan genangan air lainnya mempunyai hasil perikanan yang potensial sebagai sumber pangan dalam memenuhi keperluan hidup. Sumber perikanan merupakan sumberdaya hayati yang dapat dipulihkan kembali memerlukan pengelolaan agar tetap lestari dan berkelanjutan. Waduk Riam Kanan merupakan

(2)

waduk buatan yang berumur kurang lebih 45 tahun, sudah melewati masa pemulihan dan pemantapan dan memasuki fase lanjut yang memiliki karakteristik tersendiri.

Kondisi ekologis waduk dianggap telah stabil seperti perairan danau alami. Saat ini kondisi perairan waduk relatif telah tercapai stabilitas status tropik, yakni adanya komunitas produser seperti plankton, tumbuhan air, komunitas konsumer seperti zoobenthos dan ikan, disamping kondisi kualitas airnya yang mendukung kehidupan biota di perairan waduk. Kegiatan perikanan yang berkembang di Waduk Riam Kanan adalah penangkapan, budidaya ikan. Kegiatan penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan frekuensi yang terus meningkat, baik dari segi alat tangkap dan nelayan yang bertambah.

Keanekaragaman jumlah dan macam spesies tersebut menyebabkan variasi yang terjadi selama daur hidup spesies ikan. Sumber daya ikan merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) yang berarti bahwa setiap pengurangan terbesar yang disebabkan karena kematian alami maupun karena penangkapan maka sumberdaya ikan tersebut akan dapat pulih kembali ketingkat produk semula, namun apabila kedua faktor yang menyebabkan berkurangnya sumber daya ikan sudah terlampau tinggi intensitasnya hingga melewati batas daya dukungnya maka untuk pulih kembali akan memerlukan waktu yang relatif lama. Pemanfaatan suatu sumber daya perikanan secara kurang bijaksana kemungkinannya akan berakibat tidak berfungsinya sumber daya tersebut sebagaimana fungsi yang sesungguhnya. Kegiatan perikanan yang berkembang di Waduk Riam Kanan Ir. Pangeran Muhammad Noor, sebagian besar adalah penangkapan, sementara usaha pembudidayaan masih kurang. Kegiatan penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan frekuensi yang terus meningkat, baik dari segi alat tangkap dan nelayan yang bertambah. Peningkatan produksi, berupa peningkatan hasil tangkapan merupakan gambaran umum keadaan yang baik. Menurut Suhaili (1984) di dalam Rini (1990), untuk menaikkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat diperlukan peningkatan produksi dan produktivitas. Tetapi eksploitasi yang terus menerus meningkat dan mengarah kepada “over fishing”

dapat berakibat buruk terhadap kemampuan regenerasi dan keseimbangan populasi ikan di perairan. Menurut Effendie (1979), menjelaskan bahwa upaya penangkapan dapat memberikan pengaruh buruk pada kelestarian sumberdaya perikanan kalau tidak diperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan konservasi dari sumberdaya itu sendiri. Memang tidak dapat disangkal, jika pemanfaatan sumberdaya alam pada akhirnya akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam ekosisitem, yang sedikit banyak menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ada yang secara langsung mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan akibat lain

(3)

yang merusak kualitas lingkungan, pengaruh tidak langsung dirasakan adalah kerusakan pada ekosistem berupa merosotnya produktivitas dan keragaman jenis ikan. Beranjak dari hal tersebut maka data inventarisasi ikan diperlukan untuk membuat dan memberikan rekomendasi dalam pemanfaatan, perbaikan dan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut.

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan contoh ikan terdiri dari 2 (dua) stasiun pengamatan.

Stasiun I terletak pada perairan Padang Hawuii, stasiun II terletak di perairan Madang. Kedua stasiun pengamatan terletak pada Desa Tiwingan Baru di perairan waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. Pengambilan contoh dilaksanakan pada bulan Nopember 2004.

B. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan ikan contoh (sampling) dilakukan dengan menggunakan rengge (gill-net) dengan ukuran 1,0, 1,5 dan 2,0 inchi. Pengambilan sampel dilakukan dengan selang waktu penangkapan 4-6 jam sekali dalam 24 jam pada masing- masing lokasi penangkapan stasiun I dan stasiun II. Contoh ikan yang ditangkap diawetkan dengan formalin 10 %. Komposisi jenis ikan diidentifikasi status taksonominya, berdasarkan famili sampai tingkat spesies mengacu pada Weber and de Beaufort (1916), Munro (1955), Saanin (1984), Robert (1989) dan Kottelat dkk (1993), Allen (1997). Identifikasi dan pengukuran morfometrik meristik dilakukan secara in situ serta di Laboratorium Iktiologi Fakultas Perikanan Unlam. Nilai ekonomis ditentukan berdasarkan manfaat yang dapat diambil oleh manusia (dikonsumsi), baik sebagai bahan makanan maupun sebagai ikan hias. Data sekunder untuk komponen fauna (ikan) akan digali dari berbagai sumber digunakan sebagai data pelengkap dan data penunjang dalam studi ini. Seluruh data perikanan dipresentasikan dalam bentuk format tabel, grafik dan diagram untuk diintepretasikan lebih lanjut.

C. Analisis Data Kelimpahan ikan

Kelimpahan ikan dihitung dengan menggunakan formulasi sebagai berikut : Dimana, X : jumlah individu rata-rata pada n kali pengambilan contoh

Xi: jumlah individu pada pengambilan contoh ke-i

n

: jumlah total pengambilan contoh

n

i i

n X X

1

(4)

Indeks Keanekaragaman

Untuk menghitung keanekaragaman ikan menggunakan indeks keaneka- ragaman Shannon – Wiener (Magurran, 1988), yaitu :

Pi Pi

H' ln

N Pini

dimana H': indeks kenaekaragaman Shannon – Wiener

i :

n jumlah individu dalam takson ke-i :

N jumlah total individu semua taksa

Indeks keanekaragaman jenis mengidentifikasikan hubungan antara besaran indeks keanekaragaman jenis dengan kualitas lingkungan/habitat. Hubungan antara besaran indeks keanekaragaman dengan kualitas lingkungan dan keadaan struktur komunitas dapat diamati perbandingannya.

Indeks Keseragaman

Keseragaman jenis ikan dihitung dengan menggunakan indeks keseragaman jenis (Magurran, 1988) dengan formulasi:

maks H E H

'

 ' H'maks lnS

dimana E : indeks keseragaman (kisaran 0 – 1) '

H : indeks keanekaragaman S : jumlah spesies

Indeks keseragaman jenis (S) berkisar antara nilai 0 hingga 1, dimana:

 Bila nilai E mendekati 1 berarti penyebaran individu antar jenis relatif sama.

 Bila nilai E mendekati 0 berarti penyebaran individu antar jenis relatif tidak sama dan ada sekelompok individu jenis tertentu yang relatif melimpah.

Hubungan antara besaran indeks keseragaman (E) dengan keadaan penyebaran jenis dalam komunitas dapat diamati berdasarkan kategori penilaian yang telah diukur.

Indeks Dominasi

Dominasi jenis ikan akan dihitung dengan menggunakan indeks Simpson’s (Magurran, 1988), yaitu :

2

ni

D N

 

  

 

Dimana D: indeks dominasi (kisaran 0 – 1) ni : jumlah individu dalam takson ke-i N : jumlah total individu semua taksa

Indeks dominasi jenis (D) berkisar antara nilai 0 – 1, dimana nilai maksimum untuk (D) adalah 1, berarti suatu komunitas yang terbentuk dari kelompok organisme

(5)

tunggal, misalkan karena pencemaran yang berat, menyebabkan sebuah komunitas hanya terdiri dari satu spesies saja. Keuntungan penggunaan indeks dominasi adalah indeks ini menyediakan nilai obyektif tunggal yang menjelaskan proporsi hubungan dari berbagai macam kategori biota yang diteliti dalam analisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jumlah dan Jenis Ikan yang Tertangkap

Jumlah ikan yang tertangkap di perairan waduk Ir. Pangeran M. Noor Riam Kanan sebanyak 1.929 ekor terdiri dari 12 famili 23 spesies. Jumlah dan jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Jumlah Dan Jenis Ikan Yang Tertangkap Per Stasiun Pengamatan

N

o. Famili Nama Ilmiah Nama

lokal/

Daerah

Jumlah Ikan

Nama Perdaga

ngan

Ekono mis/

Tidak ekono mis Stasi

un I Stasi un II 1 Anabantidae 1.1. Anabas

testudineus Betok/Papuy

u 1 - Climb

perches Ekonom is 2 Bagridae 2.1 Mystus nemurus Tagih/Baung 2 - Cat fishes Ekonom

is 2.2 Mystus nigriceps Senggiringa

n 22 61 Cat fishes Ekonom

is 3 Belontiidae 3.1 Trichogaster

trichopterus Sepat rawa 86 1 Gouramis Ekonom

is 4 Chanidae 4.1 Channa

micropeltes Toman 1 - Snake

heads Ekonom

is 4.2 Channa striata Gabus/Haru

an 3 1 Snake

heads Ekonom

is 5 Cichlidae 5.1 Oreochromis

niloticus Nila - 23 Chiclids Ekonom

is 6 Cyprinidae 6.1Hampala

macrolepidota Adungan 101 116 Carp Ekonom

is 6.2 Mystacoeleatus

marganatus Baradis 65 305 Carp Ekonom

is 6.3 Barbodes

schawanenfeldii Abang-

abang 279 302 Carp Ekonom

is 6.4 Osteochilus

hasselti Nilem/Puyau 402 19 Nilem/Car

p Ekonom

is 6.5 Osteochillus

repang Puyau baan 16 16 Nilem/Car

p Ekonom

is 6.6 Cyclocheilichthys

apogon Puyau

sangin 11 1 Nilem/Car

p Ekonom

is 6.7 Rasbora

argyrotaenia Seluang 10 1 Carp Ekonom

is 6.8 Rasbora

caudimaculata Seluang

batang 2 - Carp Ekonom

is 6.9 Oxygaster

anomalura Seluang

langkai 28 - Carp Ekonom

is 7 Eleotrididae 7.1 Oxyeleotris

marmorata Betutu/Baku

t 4 7 Sleepers Ekonom

is 8 Mastacambe

lidae 8.1 Mastacembelus

erythrotaenia Tilan - 2 Spiny eels Ekonom

is 8.2 Macrognathus

aculeatus Sili-sili 18 5 Spiny eels Ekonom

is 9 Notopterida

e 9.1 Chitala lopis Pipih - 1 Feather

backs Ekonom

is 10 Osphronemi

dae 10.1 Osphronemus

goramy Gurami/Kalui 7 3 Kissing

guramy Ekonom is 11 Siluridae 11.1 Kryptopterus

apogon Lais 4 - Cat fishes Ekonom

is 12 Tetraodontid

ae 12.1 Tetraodon

kretamensis Buntal 1 2 Puffers Tidak

ekonom is

(6)

Jumlah 1.063 866

Gambar 1. Jumlah Ikan Yang Tertangkap Per Stasiun.

Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa jumlah ikan yang tertangkap terbanyak terdapat pada stasiun I yaitu 1.063 ekor. Besarnya hasil tangkapan tersebut disebabkan pada stasiun I ini merupakan perairan setengah tertutup dan banyak ditemukan tumbuhan air yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi berbagai organisme akuatik. Tumbuhan air merupakan tempat berlindungnya ikan-ikan dari predator. Dengan adanya tumbuhan air tersebut akan dapat memberikan perlindungan dan mengurangi pemangsaan. Kondisi perairan yang tenang karena arus yang lemah, sangat mendukung sebagai tempat pemijahan. Pada umumnya telur ikan-ikan air tawar dipertahankan dalam tubuh induknya, diletakkan di dasar perairan, diletakkan pada batang atau pada daun tumbuhan air. Melepaskan telur begitu saja dalam air sungai/waduk yang berarus kuat berarti menghadapi resiko hanyutnya telur ke daerah-daerah yang kurang baik bagi perkembangan telur selanjutnya. Pengendapan partikel juga bergantung pada arus dan ukurannya. Partikel-partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil dan arus yang kuat mempertahankan partikel dalam suspensi lebih lama daripada arus lemah. Oleh karena itu substrat pada tempat yang arusnya kuat akan menjadi kasar (pasir/kerikil) karena hanya partikel besar yang akan mengendap sedang jika perairan tenang dan arus lemah maka lumpur halus akan mengendap, akibatnya substrat ini sangat kaya akan bahan organik, bahan inilah yang akan menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme. Arus akan menentukan karakter dasar perairan demikian juga dengan karakter fauna dasar yang secara alami akan mempengaruhi nutrisi ikan. Jalur transportasi yang jarang juga merupakan salah satu faktor banyaknya ikan yang terdapat pada stasiun I.

(7)

Pada stasiun II lebih sedikit ditemukan jumlah dan jenis ikan yaitu sebanyak 866 ekor, sebab pada stasiun II ini merupakan perairan terbuka yang berada di tengah waduk dan memiliki keragaman tumbuhan air yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan stasiun I serta memiliki arus yang kuat. Manfaat tumbuhan air merupakan tempat perlindungan bagi ikan – ikan kecil dari serangan predator, tempat pemijahan, makanan bagi beberapa ikan tertentu, bertindak mengurangi penetrasi cahaya ke dasar perairan dan menekan suhu, meningkatkan kandungan oksigen dalam air (Soeryani, 1992). Arus air pada stasiun II cukup kuat sehingga hanya ikan-ikan yang berukuran cukup besar yang mampu bertahan. Arus dapat mengakibatkan ke-ausan pada jaringan organisme yang dilewati arus sebagai akibat pengikisan, terutama bila massa air yang bergerak mengandung banyak partikel- partikel (pasir) dalam keadaan tersuspensi pada dasar perairan yang bersifat lunak (lumpur) atau pada dasar perairan berupa pasir/kerikil, benda-benda padat ini saling bergesekan akibat dilalui arus yang juga dapat mengakibatkan gesekan pada organisme. Stasiun II merupakan jalur transportasi yang aktif. Dilalui oleh kapal- kapal/kelotok yang datang dari daerah-daerah lain untuk mencari keperluan sehari- hari yang menimbulkan gelombang sehingga mengganggu daerah/habitat ikan.

Ada beberapa jenis ikan yang tidak terdapat pada stasiun I (Padang Hawui) seperti Nila (Oreochromis niloticus), Tilan (Mastacembelus erythrotaenia) dan Pipih (Chitala lopis), sedangkan jenis ikan yang tidak tertangkap pada stasiun II (Madang/Sirang) yaitu ikan Papuyu (Anabas testudineus), Baung (Mystus nemurus), Toman (Channa micropeltes), Seluang batang (Rasbora caudimaculata), Seluang Langkai (Oxygaster anomalura) dan Lais (Kryptopterus apogon). Jenis ikan yang tertangkap pada stasiun I dan stasiun II dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Jenis Ikan Yang Tertangkap Pada Stasiun I

No

. Famili Nama Ilmiah Nama lokal / Daerah

Jumlah Ikan Stasiun

I

Nama Perdagang

an

Ekono mis/

Tidak ekono mis 1 Anabantidae 1.1 Anabas

testudineus Betok/Papuy

u 1 Climb

perches Ekonomi s 2 Bagridae 2.1 Mystus nemurus Tagih/Baung 2 Cat fishes Ekonomi

s 2.2 Mystus nigriceps Senggiringa

n 22 Cat fishes Ekonomi

s 3 Belontiidae 3.1 Trichogaster

trichopterus Sepat rawa 86 Gouramis Ekonomi

s 4 Chanidae 4.1 Channa

micropeltes Toman 1 Snake heads Ekonomi

s 4.2 Channa striata Gabus/Haru

an 3 Snake heads Ekonomi

s 5 Cyprinidae 5.1.Hampala

macrolepidota Adungan 101 Carp Ekonomi

s 5.2. Mystacoeleatus

marganatus Baradis 65 Carp Ekonomi

s 5.3. Barbodes

schawanenfeldii Abang-

abang 279 Carp Ekonomi

s

(8)

5.4. Osteochilus

hasselti Nilem/Puyau 402 Nilem/Carp Ekonomi

s 5.5. Osteochillus

repang Puyau baan 16 Nilem/Carp Ekonomi

s 5.6. Cyclocheilichthys

apogon Puyau

sangin 11 Nilem/Carp Ekonomi

s 5.7..Rasbora

argyrotaenia Seluang 10 Carp Ekonomi

s 5.8. Rasbora

caudimaculata Seluang

batang 2 Carp Ekonomi

s 5.9. Oxygaster

anomalura Seluang

langkai 28 Carp Ekonomi

s 6 Eleotrididae 6.1. Oxyeleotris

marmorata Betutu/Baku

t 4 Sleepers Ekonomi

s 7 Mastacembel

idae 7.1. Macrognathus

aculeatus Sili-sili 18 Spiny eels Ekonomi

s 8 Osphronemid

ae 8.1. Osphronemus

goramy Gurami/Kalui 7 Kissing

guramy Ekonomi

s 9 Siluridae 9.1.Kryptopterus

apogon Lais 4 Cat fishes Ekonomi

s 10 Tetraodontida

e 10.1. Tetraodon

kretamensis Buntal 1 Puffers Tidak

ekonomi s

Jumlah 1.063

Tabel 3. Jenis Ikan Yang Tertangkap Pada Stasiun II

No

. Famili Nama Ilmiah Nama lokal / Daerah

Jumlah Ikan Stasiun

II

Nama Perdagang

an

Ekono mis/

Tidak ekono mis 1 Bagridae 1.1. Mystus nigriceps Senggiringa

n 61 Cat fishes Ekonomi

s 2 Belontiidae 2.1.Trichogaster

trichopterus Sepat rawa 1 Gouramis Ekonomi

s 3 Chanidae 3.1. Channa striata Gabus/Haru

an 1 Snake heads Ekonomi

s 4 Cichlidae 4.1. Oreochromis

niloticus Nila 23 Chiclids Ekonomi

s 5 Cyprinidae 5.1.Hampala

macrolepidota Adungan 116 Carp Ekonomi

s 5.2. Mystacoeleatus

marganatus Baradis 305 Carp Ekonomi

s 5.3. Barbodes

schawanenfeldii Abang-

abang 302 Carp Ekonomi

s 5.4. Osteochilus

hasselti Nilem/Puyau 19 Nilem/Carp Ekonomi

s 5.5. Osteochillus

repang Puyau baan 16 Nilem/Carp Ekonomi

s 5.6. Cyclocheilichthys

apogon Puyau

sangin 1 Nilem/Carp Ekonomi

s 5.7. Rasbora

argyrotaenia Seluang 1 Carp Ekonomi

s 6 Eleotrididae 6.1. Oxyeleotris

marmorata Betutu/Baku

t 7 Sleepers Ekonomi

s 7 Mastacambelid

ae 7.1 Mastacembelus

erythrotaenia Tilan 2 Spiny eels Ekonomi

s 7.2 Macrognathus

aculeatus Sili-sili 5 Spiny eels Ekonomi

s 8 Notopteridae 8.1 Chitala lopis Pipih 1 Feather

backs Ekonomi

s 9 Osphronemida

e 9.1 Osphronemus

goramy Gurami/Kalui 3 Kissing

guramy Ekonomi

s 10 Tetraodontidae 10.1 Tetraodon

kretamensis Buntal 2 Puffers Tidak

ekonomi s

Jumlah 866

(9)

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah famili antara kedua stasiun sama banyak yaitu 10 famili akan tetapi pada jumlah spesies terdapat perbedaan, pada stasiun I terdapat 10 famili dengan 20 spesies dengan jumlah ikan yang tertangkap 1.063 ekor selama pengamatan berlangsung. Pada Tabel 3 pada stasiun II terdapat 10 famili dengan 17 spesies dengan jumlah ikan yang tertangkap 866 ekor selama pengamatan berlangsung. Dari kedua stasiun tersebut famili Cyprinidae mendominasi dalam jumlah hasil tangkap dan paling sering ditemukan, pada stasiun I terdapat 9 jenis dengan jumlah hasil tangkapan 914 ekor dan pada stasiun II terdapat 7 jenis dengan jumlah hasil tangkapan 760 ekor. Dari beberapa famili tersebut memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:

(1) Famili Anabantidae seperti Betok/Papuyu (Anabas testudineus) memiliki karakteristik: memiliki organ pernapasan tambahan yang memungkinkan mereka hidup di perairan dimana ikan lain tidak dapat hidup, dapat menggunakan sirip ekornya untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan tutup insangnya yang keras digunakan untuk mendukung badannya, mampu bertahan hidup di luar air ketika ditransportasikan jika kulitnya tetap basah.

(2) Famili Bagridae seperti Baung (Mystus nemurus) dan Senggiringan (Mystus nigriceps) memiliki karakteristik: Badannya tidak bersisik, mempunyai sirip dada dan sirip lemak yang besar, mulut melengkung, sungut-sungut rahang atas umumnya sangat panjang, duri sirip dada sangat kuat dan bergerigi, beberapa jenis memiliki kekhususan pola warna bentuk bercak maupun garis, merupakan penghuni dasar perairan dan memakan segala macam makanan, beberapa jenis bersuara seperti katak pada waktu ditangkap.

(3) Famili Belontiidae seperti Sepat rawa (Trichogaster trichopterus) memiliki karakteristik: Kebanyakan hidup di air yang tenang dan kadang-kadang hidup di perairan dengan konsentrasi oksigen rendah diantara vegetasi yang lebat, banyak jenis yang membangun sarang berbusa dimana mereka menyimpan telurnya untuk memijah, beberapa jenis lainnya (khususnya yang hidup di sungai) menyimpan telurnya di dalam mulut, spesimen yang lebih tua (lebih besar) cenderung berwarna lebih gelap.

(4) Famili Channidae seperti Toman (Channa micropeltes) dan Gabus/Haruan (Channa striata) memiliki karakteristik: bentuk badan hampir bundar di bagian depan dan pipih tegak ke arah belakang, disebut juga sebagai ikan berkepala ular karena kepalanya lebar dan bersisik besar, mulutnya bersudut tajam, sirip punggung dan sirip dubur panjang dan tingginya hampir sama, memiliki organ napas tambahan (labirinth) pada bagian atas insangnya menyebabkan mereka mampu bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber

(10)

air yang lebih menetap, bersifat predator dan membangun sarang berbusa diantara vegetasi di rawa-rawa atau sungai berarus lambat.

(5) Famili Cichlidae seperti Nila (Oreochromis niloticus) memiliki karakteritik:

memiliki lubang hidung tunggal pada masing-masing sisi kepalanya dan gurat sisinya terbagi-bagi, bagian depan melengkung sejajar dengan pangkal sirip punggung sedangkan bagian belakangnya lurus pada badan bagian belakang, bersifat omnivora dan bisa memakan ikan-ikan kecil lainnya.

(6) Famili Cyprinidae seperti Hampal/Adungan (Hampala macrolepidota), Baradis (Mystacoeleatus marginatus), Abang-abang (Barbodes schawanenfeldii), Nilem/Puyau (Osteochilus hasselti), Puyau baan (Osteochilus repang), Puyau sangin (Cyclocheilichthys apogon), Seluang (Rasbora argyrotaenia), Seluang batang (Rasbora caudimaculata) dan Seluang langkai (Oxygaster anomalura) memiliki karakteristik : suku ikan air tawar yang sangat besar, dibedakan menurut gigi yang terdapat dibagian atas yang dikenal sebagai gigi tekak yang berfungsi sebagai gigi pengunyah karena tidak mempunyai gigi geraham.

(7) Famili Eleotrididae seperti Betutu/Bakut (Oxyeleotris marmorata) memiliki karakteristik: sirip perutnya terpisah, memiliki enam jari-jari tulang penguat tutup insang, kebanyakan hidup di air payau dan muara-muara sungai.

(8) Famili Mastacambelidae seperti Tilan (Mastacembelus erythrotaenia) dan Sili- sili (Macrognathus aculeatus) memiliki karakteristik: badannya sangat panjang dengan ekor pipih dasar dan barisan duri kecil sepanjang punggung di depan jari-jari sirip punggung, tidak memiliki sirip perut, moncongnya memanjang membentuk hidung mancung dan lubang hidungnya terletak di samping, khususnya ditemukan di perairan yang tenang dengan vegetasi yang lebat atau pada lumpur yang lunak.

(9) Famili Notopteridae seperti Pipih (Chitala lopis) memiliki karakteristik: bentuk kepala dekat punggung cekung, sirip dubur yang sangat panjang, berawal tepat di belakang sirip perut dan dihubungkan oleh sisik-sisik kecil dengan sirip ekor, bersifat predator dan nokturnal (pada siang hari biasa bersembunyi diantara vegetasi), ikan jantan membuat sarang dari ranting dan daun menjaga telur anak-anaknya.

(10) Famili Osphronemidae seperti Gurami/Kalui (Osphronemus goramy) memiliki karakteristik: pada sirip perut duri pertama pendek dan yang kedua sangat panjang membentuk filamen, dalam keadaan alami mereka hidup di rawa-rawa, parit atau sungai-sungai, panjangnya dapat mencapai 60 cm, membuat sarang dari tumbuh-tumbuhan dimana mereka menyembunyikan telur anak-anaknya,

(11)

jenis kelamin dapat diketahui dari sirip punggung dan sirip dubur yang runcing pada jantan sedangkan pada betina kedua sirip tersebut membulat.

(11) Famili Siluridae seperti Lais (Kryptopterus apogon) memiliki karakteristik: tidak mempunyai sirip lemak, tidak mempunyai duri pada sirip punggung dan sirip duburnya sangat panjang, hidup di lapisan bawah sungai-sungai dan danau- danau, memakan ikan-ikan yang lebih kecil.

(12) Famili Tetraodontidae seperti Buntal (Tetraodon kretamensis) memiliki karakteristik: bergerak lambat, berbadan gemuk, bulat dengan sisik kecil, matanya besar dan lubang pada celah insangnya besar, semua jenis mempunyai dua gigi pada masing-masing rahangnya yang membentuk sebuah paruh, dikenal sebagai buntel, loi atau pita-pita, mampu mengambang di air untuk menyamar, banyak jenis yang mempunyai duri yang menonjol keluar ketika badannya mengambang, memiliki alat pertahanan berupa racun pada dagingnya.

B. Keanekaragaman Jenis Ikan

Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan jenis yang hampir sama, sebaliknya jika komunitas sangat sedikit spesies yang dominan maka tingkat keanekaragamannya rendah. Hal demikian perlu diketahui agar dapat mengerti akan sumberdaya ikan secara optimal yang akhirnya akan dapat membuat dan memberikan rekomendasi dalam pemanfaatan, perbaikan dan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut (Soetjipta, 1993).

Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), nilai Indeks Keseragaman (E) dan nilai Indeks Dominasi (D) pada stasiun I dan stasiun II dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Nilai Indeks Keseragaman (E) dan Nilai Indeks Dominasi (D).

Stasiun Jumlah

Famili Jumlah

Spesies Nilai Indeks

Keanekaragaman (H’) Nilai Indeks

Keseragaman (E) Nilai Indeks Dominasi (D)

I 10 20 1,85 0,59 0,23

II 10 17 1,60 0,51 0,27

(12)

Gambar 2. Nilai Keanekaragaman Jenis Ikan Per Stasiun.

Nilai Indeks Keanekaragaman berdasarkan Tabel 4, keadaan struktur komunitas ikan pada nilai Indeks Keanekaragaman secara keseluruhan berkisar antara 1,60 – 1,85. Indeks Keanekaragaman jenis mengidentifikasikan hubungan antara besaran Indeks Keanekaragaman dengan kualitas lingkungan dan keadaan struktur komunitas diperoleh termasuk ke dalam keadaan struktur komunitas yang stabil. Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan jenis yang sama/hampir sama, sebaliknya jika komunitas sangat sedikit spesies yang menyusunnya maka tingkat keanekaragamannya rendah (Soetjipta, 1993).

Nilai Indeks Keanekaragaman jenis yang tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 1,85 dan terendah pada stasiun II yaitu 1,60. Tingginya nilai Indeks Keanekaragaman pada stasiun ini disebabkan banyaknya jumlah jenis ikan yang tertangkap. Selain itu pada stasiun I ini merupakan perairan setengah tertutup yang memiliki banyak tumbuhan air yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi berbagai organisme akuatik, sebagai tempat berlindungnya ikan–ikan dari predator dan dapat mengurangi pemangsaan, kondisi perairan yang tenang karena arus yang lemah, sangat mendukung sebagai tempat pemijahan.

C. Keseragaman Jenis Ikan

Menurut Soetjipta (1993), nilai Indeks Keseragaman merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui penyebaran jumlah individu pada masing-masing biota yang hidup pada sebuah komunitas. Nilai Indeks Keseragaman berkisar antara 0 – 1, semakin mendekati 1 (satu) menunjukkan bahwa keseragaman pada suatu komunitas semakin tinggi, hal ini berarti jumlah individu-individu antara jenis ikan pada komunitas tersebut cenderung seragam. Hal ini dapat dikatakan bahwa lingkungan perairan tersebut mampu mendukung kehidupan secara baik, sebaliknya

(13)

jika indeks mendekati 0 (nol) menunjukkan jumlah individu antar jenis cenderung tidak seragam. Dengan kata lain ada beberapa jenis ikan tertentu yang memiliki jumlah individu yang sedikit. Keadaan yang demikian menunjukkan kondisi lingkungan perairan di lokasi tersebut dalam keadaan kurang baik bagi ikan.

Hasil perhitungan nilai Indeks Keseragaman yang diperoleh berkisar antara 0,51 – 0,59 tergolong kedalam komunitas penyebaran jenis yang merata. Nilai Indeks Keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 0,59 dan terendah pada stasiun II yaitu 0,51. Nilai indeks keseragaman yang diperoleh pada kedua stasiun antara 0,51-0,59 menunjukkan keseragaman komunitas yang relatif sedang, jumlah inidividu-individu antara jenis ikan pada komunitas tersebut cenderung beragam.

D. Dominasi Jenis Ikan

Indeks Dominasi (D) digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat pendominasian pada sebuah komunitas perairan oleh suatu jenis tertentu (Soegianto, 1994). Nilai Indeks Dominasi berkisar antara 0 – 1, semakin mendekati 0 (nol) berarti semakin rendah tingkat pendominasian suatu individu, sebaliknya jika mendekati 1 (satu) berarti terdapat jumlah individu tertentu yang mendominasi. Nilai Indeks Dominasi biasanya berhubungan dengan nilai Indeks Keanekaragaman dan nilai Indeks Keseragaman, apabila nilai Indeks Keanekaragaman dan nilai Indeks Keseragaman tinggi maka nilai Indeks Dominasi rendah (Riyanto dkk, 1985).

Hasil perhitungan nilai Indeks Dominasi yang diperoleh berkisar antara 0,23 – 0,27. Nilai Indeks Dominasi tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 0,27 dan terendah pada stasiun I yaitu 0,23. Nilai Indeks Dominasi yang diperoleh relatif kecil karena mendekati 0 (nol). Menunjukkan bahwa pada perairan tersebut tidak ada spesies tertentu yang mendominasi perairan tersebut dengan tingkat pendominasian suatu individu ikan yang rendah.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Nilai indeks Keanekaragaman berkisar antara 1,60 – 1,85, Indeks Keseragaman berkisar antara 0,51 – 0,59 dan nilai Indeks Dominasi berkisar antara 0,23 – 0,27 menunjukkan keadaan struktur komunitas yang stabil dengan penyebaran jenis komunitas yang merata dan tidak terbentuk kelompok organisme tunggal. Dari ke-2 stasiun tersebut famili Cyprinidae mendominasi dalam jumlah hasil tangkapan sebanyak 1.674 ekor dan paling sering ditemukan, pada stasiun I terdapat 9 jenis dengan jumlah hasil tangkapan 914 ekor dan pada stasiun II terdapat 7 jenis dengan jumlah hasil tangkapan 760 ekor.

B. Saran

(14)

Perlu dilakukan penelitian kembali dengan kurun waktu tertentu untuk memantau keanekaragaman jenis ikan dan mengamati adanya introduksi jenis ikan tertentu akan mempengaruhi keanekaragaman jenis ikan lokal dengan lokasi dan penggunaan alat tangkap yang berbeda di wilayah yang sama atau berbeda pada waduk Riam Kanan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Allen G, 1997. Marine Fishes of Southest-East Asia. Periplus Editions Limited.

Chairuddin, Gt dan Rizmi, Y. 2003. Kajian Status Trofik Perairan Waduk Riam Kanan, Kalimantan Selatan. Proposal Hibah Penelitian Proyek Due-like Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perikanan. Banjarbaru.

22 Halaman.

Dinas Perikanan dan Kelautan Prop Kal-Sel, 2002. Laporan Tahunan Dinas Perikanan Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. 129 Halaman.

Effendie,M,I, 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Cikuray. Bogor.

112 halaman.

Hasymi, A. 1986. Dasar-Dasar Ekologi. Yayasan Penerbit Unlam. Banjarbaru.

208 Halaman.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N., dan Wirjoadmodjo, S., 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat Dan Sulawesi. Periplus Editions (HK) Ltd.

Jakarta.

Lee C.D, Wong C.B and Nuo C.L, 1981. Benthic Macroinvertebrates and Fish As Biological of Water Quality. With Reference To Community Diversity.

Magurran, A E. 1988. Ecological Diversity And Its Measurement. Princeton University Press. New Jersey. 175 Halaman.

Munro, I.S.R., 1955. The Marine and Fresh Water Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra.

Rini, M. 1990. Analisis Pola Kebiasaan Makanan Dan Fekunditas Ikan-Ikan yang tertangkap dengan Rengge (Gill net) Di Waduk Ir. Pangeran Muhammad Noor Riam Kanan Kalimantan selatan. Fakultas Perikanan. Banjarbaru.

122 halaman.

Riyanto; Baharuddin, N; Pelenewan, J.L; Halija, J; Suwondo; Delmi, A; Jan, R;

Petrus, K; Rahman, M.N; dan Gusti, M.H. 1985. Ekologi Dasar.

Telesession. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Jakarta.

Roberts, R.T., 1989. The Freshwater Fishes of Western Borneo (Kalimantan Barat, Indonesia). Published by California Academy of Sciences San Fransisco.

Memoirs of the California Academy of Sciences Number 14.

Saanin, H., 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I Dan II. PT. Bina Cipta. Bogor.

Soegianto. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisa Populasi Dan Komunitas.

Usaha Nasional Surabaya. 170 Halaman.

Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

(16)

Soeryani. 1992. Buletin Penelitian Ikan Darat. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Balai Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Bogor. 136 Halaman.

Weber, M And L.F. Beaufort, 1916. The Fishes Of The Indo Australian Archipelago II.

E.J. Brill Ltd, Leiden. p 403.

PETA LOKASI PENELITIAN Waduk Ir. PM. Noor Riam Kanan

Legende:

: Sungai : Danau/Waduk

: Pemukiman

e

: Areal sampling

Ú

: Titik Sampling

Referensi

Dokumen terkait

Adanya perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1 pada motilitas dan morfologi dikarenakan peranan vitamin E sebagai antioksidan yang

13 Keberadaan breeding place berupa sawah, muara sungai, kubangan, dan lagun yang dekat dengan pemukiman penduduk memudahkan nyamuk Anopheles betina untuk meletakan

Jika batas waktu kondisi yang diperpanjang melebihi durasi sertifikat saat ini, CAB harus mempertimbangkan kondisi tersebut sebagai kondisi terbuka pada penilaian ulang - lihat

Namun, penelitian yang akan dilakukan peneliti menganalisis bagaimana sikap dan sifat yang dimiliki oleh tokoh utama yang mencerminkan karakter yang baik

Sebagai kemungkinan lain, atau jika larut dalam air, menyerap dengan memakai bahan kering yang tidak giat dan masukkan ke wadah bahan buangan yang tepat.. Buang melalui kontraktor

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian eksperimental laboratorium ini, diperoleh hasil bahwa beton normal terjadi degradasi fisik akibat pasca bakar. Perlu

keberhasilan persilangannya berkisar antara 35-61%; (2) sifat panjang polong dan tinggi tanaman menunjukkan nilai duga heritabilitas arti luas yang tinggi; (3) terdapat vigor hibrida

Adanya Sumber Daya Manusia yang baik tentunya perusahaan dapat mencapai tujuannya, karena Sumber daya Manusia merupakan penunjang dalam suatu perusahaan.Tujuan