• Tidak ada hasil yang ditemukan

this file 8810 11721 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " this file 8810 11721 1 SM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ORDER THINGKING SKILLS

Taufiqqurrahman

1

, Mohammad Efendi

2

, Sulton

3

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan dan menguji kelayakan buku bahan ajar bahasa sasak berbasis high order thingking skills untuk siswa SMP. Model pengembangan yang digunakan adalah model Dick, Carey & Carey sampai pada tahapan yang kesembilan. Pengembangan produk ini divalidasi oleh ahli materi dengan tingkat kevalidan 73%, ahli media dengan tingkat kevalidan 84%, ahli desain pembelajaran dengan tingkat kevalidan 90.4%, uji coba perorangan dengan tingkat kevalidan 68%, uji coba kelompok kecil dengan tingkat kevalidan 82% dan uji coba lapangan dengan tingkat kevalidan 89% dengan kualifikasi sangat layak tidak perlu revisi.

Kata Kunci: Pengembangan Bahan Ajar, Bahasa Sasak, High Order Thingking Skills.

Abstract

The research objective is to produce and test the feasibility of textbooks based Sasak language thingking high order skills for junior high school students. The model used is a model development Dick, Carey & Carey until the ninth stage. The product development is validated by subject matter experts with the level of validity 73%, media expert with a degree of validity of 84%, a learning design with a level of validity 90.4%, individual testing with a level of validity to 68%, small group trial with a level of validity 82% and test field trials with a validity rate of 89% with a very worthy qualification does not need revision.

Keywords: Development of Learning Material, Language Sasak, High Order Thingking Skills.

1 Program Studi Teknologi Pembelajaran Pascasarjana Universitas Negeri Malang

_Rahmantaufik8878@gmail.com

(2)

1. PENDAHULUAN

Fenomena akulturasi budaya terus menjadi kejadian yang sangat menghawatirkan. Sebagian masyarakat mengharapkan perkembangan di sisi lain ingin bertahan di tengah-tengah arus kemajuan. Dalam hal konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara memberi pandangan bahwa pengaruh baru diperoleh oleh bercampur gaulnya bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, di mana percampuran ini mudah sekali terjadi, disebabkan oleh adanya hubungan modern.

Di bagian yang lain dijelaskan maksud kebudayaan (culture, colere, cultivare) ialah memilihara serta memajukan hidup manusia kearah keadaban, pemeliharaan kebudayaan harus bermaksud memajukan dan menyesuaikan kebudayaan dengan tiap-tiap pergantian alam dan jaman (Dewantara, 1977:343). Berdasrkan data UNESCO (2009) menyatakan bahwa ahli bahasa percaya sebagian besar bahasa didunia akan punah dalam abad ini, setengah dari bahasa yang ada sekarang (diperkirakan antara 6.000 sampai 8.000 bahasa) dituturkan oleh kurang dari 10.000 orang, dan satu dari bahasa yang semacam ini dikatakan punah setiap dua minggu. Lebih lanjut Tondo (2009:293) membagi faktor penyebab kepunahan bahasa sasak menjadi 2 macam yakni faktor alamiah berupa bencana alam, pengaruh bahasa mayoritas, komunitas bahasa yang multilingual dan bilingual, pengaruh globalisasi, migrasi, perkawinan antaretnik, dan kurangnya penghargaan terhadap bahasa daerah, kurangnya intensitas pemakaian bahasa daerah, pengaruh ekonomi, pengaruh bahasa Indonesia merupakan faktor non alamiah. Di samping itu dinamika pergesaran nilai kebudayaan juga disumbang tingginya jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang terus meningkat dan persentasenya pun sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tidak heran kemudian pemerintah daerah dan para orang tua menghendaki pelestarian penggunaan bahasa lokal dengan memasukkannya kedalam mata pelajaran muatan lokal berupa buku bahan ajar Bahasa Sasak (Wilian 2010:36), langkah ini juga dirasakan sangat efektif, sejauh ini buku Bahasa Sasak untuk SMP yang digunakan di sekolah merupakan buku dari Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2002 dan menggunakan model pendekatan konstruktivis, buku tersebut belum dikatagorikan sempurna. Menyangkut isi

bahan ajar tersebut masih menggunakan pola pendekatan konvensional, penyajian gambar dan

layout dari bahan ajar belum selaras dengan

learning style dari masing siswa, contohnya

penggunaan gambar yang suram dll, artinya penyesuaian kebutuhan belajar siswa dengan perkembangan yang terus terjadi mutlak harus dipenuhi sehingga dapat menumbuhkembang-kan minat belajar siswa sehingga hasil belajarnya meningkat baik dari segi kognitif maupun afektif.

Pengembangan bahan ajar Bahasa Sasak me-rupakan cara untuk memelihara eksistensi dari Bahasa Sasak kemudian memberikan nuansa baru dalam belajar dan pembelajarannya dan yang tidak kalah pentingnya menjadi media dalam menumbuhkan kesedaran akan penting-nya pelastarian bahasa lokal tersebut sebagai warisan kebudayaan kepada genarasi selanjut-nya sehingga tidak muncul perumpamaan yang mengatakan bahasa luntur budaya juga meng-ikuti, karena dapat dipahami bahwa bahasa adalah bagian warisan dari budaya.

Selanjutnya pengembangan bahan ajar muatan lokal Bahasa Sasak ini menggunakan model Dick and Carey (2009). Alasannya pemilihan model ini karena pendekatannya sistematis dan prosedural sehingga dapat digunakan untuk memandu dalam merancang, menguji-coba dan memproduksi bahan ajar untuk mata pelajaran muatan lokal sehingga bisa digunakan untuk menunjang proses pem-belajaran pada mata pelajaran muatan lokal bahasa sasak.

(3)

objektif dan esay untuk mengetahui kemampuan berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking

Skills) siswa dalam mengukur tingkat

pengetahun dan pemahamannya.

Brookhart (2010) menyatakan bahwa High

Order Thinking Skills (HOTS) kemampuan

berfikir tingkat tinggi adalah (1) kemampuan berfikir yang berada pada bagian atas dari taksonomi kognitif Bloom; (2) tujuan pengajaran dibalik taksonomi kognitif yang dapat membekali peserta didik untuk melakukan transfer pengetahuan; (3) mampu berfikir artinya peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka kembangkan selama belajar pada konteks yang baru (Istiyono dkk, 2014:3).

Jadi kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang meliputi kemam-puan dalam menganalisis, mengevaluasi, mengevaluasi dan menkreasi pengetahuan baru, di mana baru yang dimaksud dalam penjelasan ini berupa konsep yang belum dipikirkan oleh siswa namun konsep tersebut sudah diajarkan sehingga siswa bisa menghubungkan penge-tahuan yang sudah didapat sebelumnya dengan pengetahuan yang belum pernah diajarkan. Sehingga untuk memantau proses tersebut apakah sudah berjalan dengan baik dibutuhkan penilaian dengan menggunakan item-item peni-laian yang berbentuk pilihan ganda dan esay

yang berbasis HOTS pada bahan ajar yang akan dikembangkan nantinya.

2. METODE

Penelitian dan pengembangan bahan ajar muatan lokal Bahasa Sasak yang akan dilakukan di SMP Negeri 3 Lingsar menggunakan model yang dikembangkan oleh Dick et al. (2009). Alasan mengapa memilih model ini dikarenakan

1) memiliki langkah-langkah yang sistematis berdasarkan teori dalam desain pembelajaran; 2) bersifat rinci dan komprehensif pada langkah analisis dan juga langkah evaluasi; 3) dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar pada ranah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan psikomotor dan sikap, sehingga model ini sangat cocok digunakan dalam pengembangan bahan ajar (Husnawati, 2015:39).

Adapun langkah-langkah dari model desain Dick, Carey & Carey (2001) yaitu: (1) Megidentifikasi kebutuhan untuk menentukan tujuan umum pembelajaran; (2) Melakukan analisis pembelajaran; (3) Mengidentifikasi karakteristik peserta didik; (4) Merumuskan tujuan pembelajaran; (5) Mengembangkan ins-trumen penelitian; (6) Mengembangkan strategi pembelajaran; (7) Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran; (8)Mendesain dan melak-sanakan evaluasi formatif; (9) Merevisi produk pembelajaran.

Adapun data yang dikumpulkan melalui kegiatan evaluasi formatif dikelompokan menjadi tiga jenis data, yaitu: (1) data dari evaluasi tahap pertama berupa validasi ahli materi, media, dan desain pembelajaran, (2) data dari hasil evaluasi dan tanggapan uji coba perorangan, (3) data dari hasil evaluasi uji coba kelompok kecil, (4) data dari hasil penilaian dan tanggapan dari peserta didik SMP Negeri 3 Lingsar Kabupaten Lombok Barat.

Jenis data yang diperoleh dari uji coba produk modul ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa tanggapan, saran perbaikan yang di peroleh dari hasil komentar, saran, dan masukan. Untuk memperoleh data yang diharapkan, digunakan instrumen pengumpulan data.

Tabel 1. Intrumen Pengumpulan Data

Tujuan Aspek Yang Dinilai Instrument Data Yang Diamati pengembangan bahan ajar ini adalah analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk

(4)

ahli, uji kelompok kecil, dan uji kelompok besar. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data kualitatif berupa tanggapan, saran, dan masukan untuk perbaikan kemudian hasilnya digunakan untuk merevisi produk bahan ajar yang dikembangkan. Analisis deskriptif kuatitatif digunakan untuk menganalisa data berupa skor dari hasil lembar validasi berupa angket. Untuk menganalisis skor yang sudah didapatkan dari lembar validasi, maka digunakan statistik. Selanjutnya data tersebut dianalisis untuk mendapatkan gambaran tentang bahan ajar yang telah dikembangkan dan dihitung persentasi dari tiap-tiap butir pertanya-an pada lembar validasi.

3. PEMBAHASAN

Berikut ini adalah paparan hasil pengembangan, penyajian data hasil uji coba produk, analisis data, dan revisi produk. Se-lanjutnya pengembangan ini menghasilkan produk berupa bahan ajar muatan lokal bahasa

sasak untuk siswa SMP Negeri 3 Lingsar Kabupaten Lombok Barat, kemudian hasil dari produk pengembangan ini diserahkan kepada ahli isi, ahli media dan ahli desain, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Data dari hasil penilaian kemudian diolah untuk mencari kevaliditan, kemenarikan dan kepraktisan dari bahan ajar muatan lokal bahasa sasak yang sudah ada, dari data tersebut kemudian digunakan sebagai bahan merevisi produk.

Validasi ahli isi materi divalidasi oleh Kurniati, S.Pd beliau guru mata pelajaran bidang studi muatan lokal bahasa sasak di SMP Negeri 3 Lingsar kabupaten Lombok barat.Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh hasil 73 %, hasil tersebut mengacu pada kriteria validitas yang telah ditentukan. Hasil pengacuan data krieria validitas menunjukka bahwa bahan ajar memiliki kualifikasi layak dan tidak perlu direvisi.

Tabel 2. Revisi produk ahli materi

No Item Yang Direvisi Masukan Revisi

1 Reverensi Reverensi ditambah sehingga wawasan guru dan siwa lebih luas

Sudah direvisi

2 Evaluasi formatif Dipertahankan bentuk dan susunan dari

evaluasi -

Validasi ahli media dilakukan oleh bapak Dr. Anselmus J.E. Toenlio, M.Pd beliau adalah dosen di Universitas Negeri Malang. Berdasar-kan perhitungan dari data diatas, diperoleh hasil 84%, hasil tersebut mengacu pada kriteria validitas yang telah ditentukan. Hasil pengacuan

data dengan kriteria validitas menunjukkan bahwa bahan ajar memiliki kualifikasi sangat layak dan tidak perlu direvisi. Adapun beberapa perbaikan yang dilakukan terhadap bahan ajar yang dikembangkan dapat dipaparkan dalam tabel 3.

Tablel 3. Revisi produk uji ahli media

No Item Yang Direvisi Masukan Revisi

1 Tampilan cover sebagai identitas bahan ajar menarik dan jelas

Gambar terlalu kecil, kurang fokus, kurang kontras

Sudah di revisi

2 Urutan/sekuensi tampilan dan gambar jelas dan sesuai

Gambar terlalu kecil, kurang fokus, kurang kontras

Sudah di revisi

Validasi ahli desain divalidasi oleh bapak Dr. Hadi Gunawan Sakti, M.Pd beliau adalah dosen pada jurusan Teknologi Pendidikan di Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram. Berdasarkan perhitungan data di atas, maka diperoleh hasi 90.4%. Hasil tersebut mengacu pada kriteria validitas yang telah ditentukan pada

(5)

Tabel 4. Data hasil revisi uji coba ahli desain terhadap bahan ajar

No Masukan Revisi

1 Perlu lagi perbaiki kesalahan penulisan dan tanda baca Sudah direvisi 2 Perhatikan lagi pengetikan layout-nya Sudah direvisi

3 Perlu ditambahkan lagi epitome Sudah direvisi

Kemudian dievaluasi lagi oleh kelompok kecil yang diambil dari tiga kelas yaitu siswa kelas VIIIA, kelas VIIIB, dan kelas VIIIC di SMP Negeri 3 Lingsar Kaupaten Lombok Barat. Selanjutnya pengembang bekerjasama dengan guru mata pelajaran muatan lokal Bahasa Sasak untuk memilih 3 peserta didik untuk dijadikan subjek uji coba. Ke 3 peserta didik tersebut diambil random/acak, dimana 1 orang peserta didik dari kelas VIIIA yang memiliki nilai/hasil belajar mutan lokal tinggi, 1 orang peserta didik dari kelas VIIIB yang memiliki nilai/hasil belajar

mutan lokal sedang dan 1 orang peserta didik dari kelas VIIIC yang memiliki nilai/hasil belajar mutan lokal rendah. Dari hasil data tersebut, diperoleh hasil 68.5%. Hasil pengacuan data dengan kriteria validitas menunjukkan bahwa bahan ajar memiliki kualifikasi layak dan tidak perlu direvisi.

Terdapat saran dan masukan dari peserta didik agar produk bahan ajar yang telah dikembangkan lebih sempurna. Revisi buku bahan ajar mautan lokal Bahasa Sasak akan disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Revisi produk uji coba perorangan

No Item yang direvisi Masukan Revisi

1 Cover pada halaman buku Kalau bisa dibuat lebih cerah lagi warnanya dan diperbesar gambarnya

Sudah Direvisi 2 Evaluasi Soal pada evaluasi sangat bervariasi

sehingga kami perlu lebih teliti dalam menjawabnya

-

Setelah melalui proses perancanaan produk pengembangan bahan ajar tersebut dievaluasi lagi dengan menggunakan kelompok kecil yang diambil dari tiga kelas yaitu kelas VIIIA, kelas VIIIB dan kelas VIIIC di SMP Negeri 3 Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Prosedurnya adalah pengembang bekerjasama dengan guru mata pelajaran bahasa sasak, untuk memilih 9 peserta didik untuk dijadikan subjek uji coba. Ke 9 peserta didik tersebut diambil secara random/acak dari jumlah keseluruhan kelas khususnya kelas VIII saja dan tidak termasuk 3 orang yang telah digunakan sebelumnya sebagai subjek uji coba perorangan.

Penilaian ini dirasa sangat pas karena mewakili keseluruhan populasi sasaran, kemudian pengembang membagikan buku

bahan ajar dan dilengkapi angket kepada peserta didik tersebut untuk diisi. Tanggapan tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan masukan demi perbaikan produk bahan ajar sehingga bisa sesuai dengan kebutuhan pengguna. maka diperoleh hasil 82 %. Hasil ini kemudian menjadi patokan pada kriterian validasi sehingga patokan data dengan kriteria validitas dapat disimpulkan bahan ajar ini memiliki kualifikasi sangat layak tidak perlu untuk direvisi.

Terdapat saran dan masukan dari peserta didik agar bahan ajar yang dikembangkan ini lebih sempurna. Pengembangpun melakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari kegiatan ini jika dirasa perlu untuk direvisi sesuai pada penyajian tabel 6.

Tabel 6. Revisi produk uji coba kelompok kecil

No Item yang direvisi Masukan Revisi

1 Apakah tampilan fisik bahan ajar ini menarik?

Penyajian covernya sesuai dengan budaya sasak

-

2 Apakah kata-kata motivasi belajar dalam bahan ajar ini membantu anda lebih giat untuk belajar?

Kata-kata motivasi kami sangat semangat untuk lebih rajin lagi untuk belajar

(6)

Validasi uji coba lapangan dilakukan oleh peserta didik kelas VIIIA di SMP Negeri 3 Lingsar Kabupaten Lombok Barat yang berjumlah 28 orang. Maka diperoleh hasil 89%. Hasil ini dijadikan acuan pada kriteria validitas, Sehingga hasil acuan data tersebut disimpulkan

bahan ajar ini memiliki kualifikasi layak tidak perlu direvisi.

Terdapat beberapa saran dan masukan dari peserta didik agar produk yang dikembangkan lebih sempurna. Revisi bahan ajar disajikan dalam tabel 7.

Tabel 7. Revisi produk setelah uji coba skala kecil

No Item yang direvisi Masukan Revisi

1 Apakah tampilan fisik modul ini menarik?

Sangat menarik, karena kemenarikan dari modul ini bisa membuat kita jadi tertarik untuk membacanya. - 2 Apakah ukuran font dan gambar

menarik?

Cukup menarik karena ukuran font sedang dan

gambar-gambarnya bagus -

3 Apakah rangkuman membantu anda memahami isi materi yang telah dipelajari?

Dengan adanya rangkuman saya bisa mengingat inti dari pembelajaran yang saya pelajari. Rangkuman mempermudah saya belajar.

-

4 Apakah kunci jawaban test formatif membantu anda untuk belajar?

Dengan adanya kunci jawaban, saya bisa mengevaluasi tingkat pemahaman saya dalam belajar.

-

Meskipun secara keseluruhan bahan ajar yang dikembangkan ini memiliki kualifikasi sangat layak, namun ada beberapa bagian yang perlu direvisi. Saran dan masukan dari peserta didik agar produk yang dikembangkan untuk lebih sempurna.

Untuk itu revisi perlu diakukan berdasarkan saran-saran oleh subjek uji coba yakni ahli materi, ahli media, ahli desain pembelajaran, dan tang-gapan peserta didik.

4. PENUTUP a. Kesimpulan

Produk pengembangan ini dilengkapi dengan panduan guru dan panduan siswa, adapun produk bahan ajar ini mempunyai keunikan sendiri antara lain: 1) bahan ajar ini didesain dengan meng-gunakan model Dick Carey and Carey yang telah dibakukan dan terbukti dapat meningkatkan efektifitas dan efsiensi pembelajaran; 2) bahan ajar ini dirancang dengan karakteristik siswa ; 3) bahan ajar ini disertai dengan petunjuk penggunaan sehingga memudahkan guru dan siswa dalam memanfaatkannya; 4) bahan ajar ini dilengkapi dengan buku panduan guru dan panduan siswa untuk memberikan arahan dalam menggunakan bahan ajar; dan 5); bahan ajar menekankan pada evaluasi formatifnya yang berbasis high order

thingking skills meliputi kemampuan logika,

penalaran, dan analisis.

Dari hasil akhir uji coba pengembangan bahan ajar ini telah menunjukan hasil kelayakan dan keefektifitasanya dalam proses pembelajaran Bahasa Sasak. Hal ini dapat dilihat dari respon

tanggapan para ahli dan siswa menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dianggap sudah mampu memenuhi kebutuhan siswa.

Namun demikian pengembang menyadari bahwa disamping terpenuhinya kelayakan dan keefektifitasannya tersebut juga terdapat hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penggunaannya.

1) Substansi

a) Isi/Materi Produk bahan ajar

“Wibowo memberikan gambaran bahwa

aspek isi materi pelajaran, merupakan bahan pelajaran yang disajikan dalam buku pelajaran. Buku pelajaran yang baik memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) relevansi, yaitu buku pelajaran yang baik memuat materi yang relevan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan tingkat pendidikan tertentu, serta relevan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa yang akan menggunakan buku pelajaran tersebut; (2) Adekasi/kecukupan, yaitu buku tersebut memuat materi yang memadai dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan; (3) Keakuratan, yaitu isi materi yang disajikan dalam buku benar-benar secara keilmuan, mutakhir, bermanfaat bagi kehidupan, dan pengemasan materi sesuai dengan hakikat pengetahuan; (4) Proporsionalitas, yaitu uraian materi buku memenuhi keseimbangan kelengkapan, kedalaman, dan keseimbangan

antara materi pokok dengan materi pendukung”.

(7)

Lebih lanjut materi merupakan kerangka atau isi pembelajaran mulai dari bentuk paling sederhana sampai pada bentuk yang kompleks sebagai suatu kegiatan atau aktivitas pembelajaran. Materi ditampilkan pada tingkat sederhana, konkrit, dan bermakna dengan menggunakan dialog dan gambar, “penataan materi ajaran dalam bahan ajar akan memberikan pemahaman pada setiap peristiwa belajar”

(Tillena, 1983). “Penataan urutan materi akan membantu mengembangkan kompetensi, hierarki belajar, dan alih belajar yang lebih baik sehingga akan memberikan kemudahan belajar

bagi siswa” (Kazlow, 1980). Sehubungan dengan itu, Kemp (1985) “mengemukakan

bahwa proses dan hasil pembelajaran dapat meningkat jika isi (materi) diorganisasi menjadi urutan-urutan yang bermakna”.

Adapun isi/materi pada bahan ajar Bahasa Sasak berdasarkan beberapa aspek tanggapan yang diberikan siswa didapati bahwa isi materi pelajaran bahasa sasak sudah layak untuk digunakan oleh siswa namun harus memperhatikan beberapa kriteria penyusunan isi seperti yang telah diungkapakan di atas.

b) Evaluasi

Rovita dalam penelitiannya yang berjudul evaluasi bahan ajar cetak memberikan rekomendasi sebagai berikut, “Kriteria pengevaluasian buku bahan ajar cetak yang dapat dikelompokan dalam beberapa aspek”, yaitu: (1)Aspek media; misalnya dalam penggunaan

kata istilah dan kalimat yang konsisten, bentuk dan ukuran huruf serasi, format halaman vertikal/horizontal mudah diguna-kan oleh pembaca, pewarnaan gambar, tata letak, dan ilustrasi menarik perhatian pengguna.

(2)Aspek penyampaian: pengorganisasian materi sistematis, pengorganisasaian antar bab dan sub bab logis dan sistematis, pengorganisasian latian dan tugas sistematis. (3)Aspek pengajaran: termaktub rumusan tujuan

kompetensi yang jelas, panduan belajar mudah digunakan, memuat pengetahuan, keterampilan, sikap, yang sesuai dengan unit kompetensi, bahasa mudah dimengerti, tugas dan laithan cukup untuk mencapai kompetensi.

(4)Aspek penggunaan: materi pembelajaran sesuai dengan tingkat peserta didik, sesuai dengan perkembangan zaman (up to date)”.

(http://www.academia.edu/24295196/Evalua si_Bahan_Ajar_Cetak).

Secara umum evaluasi pada buku bahan ajar Bahasa Sasak ini sudah dikatagorikan layak, sesuai dengan hasil renspon dan tanggapan berupa angket yang diberikan kepada siswa, namun perlu memperhatikan beberapa saran yang telah dikemukakan diatas tersebut untuk dijadikan acuan bagi pengembangan selanjutnya.

c) Pengorganisasian isi

“Kriteria buku teks yang baik menurut Green

dan Petty Tarigan (1986) diantaranya adalah: 1). Buku teks harus menarik minat siswa yang menggunakannya; 2). Buku teks harus mampu memberi motivasi kepada siswa yang menggunakannya; 3). Buku teks harus memuat ilustrasi yang menarik hati siswa yang menggunakannya; 4). Buku teks harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan bahasa siswa yang menggunakannya; 5). Isinya harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya; 6). Harus dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang menggunakannya; 7). Harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar dan tidak bias agar tidak membingungkan pemakai; 8). Harus mempunyai sudut pandang (point of view) yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya menjadi sudut pandang pemakainya yang setia; 9). Harus mempu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa; 10). Harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi, sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual para siswa pemakainya; 11). Harus relevan dengan kurikulum, artinya buku teks ditulis untuk digunakan di sekolah oleh karena itu, buku teks

harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku”.

(http://www.academia.edu/24295196/Evaluasi_ Bahan_Ajar_CetaK).

Dari beberapa kriteria yang sudah dipaparkan diatas, maka buku bahan ajar bahasa sasak sudah sesuai dengan kriteria yang sudah dipaparkan tersebut sebagai dasar pijakan.

d) Bahasa

(8)

pada penyusunan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Untuk mecapai hal tersebut, bahasa yang digunakan efektif, namun langsung menjelaskan ke permasalahan. Selain efektifitas dalam penyusunan materi, tidak kalah pentingnya adalah penggunaan bentuk tulisan, tanda baca dan penggunaan kata-kata dalam penulisannya. Bentuk tulisan dapat mempengaruhui kejelasan peserta didik dalam mengenal huruf dan membaca dengan lancar. Begitu pula dengan kesalahan yang sering dijumpai mengenai kesalahan dalam penulisan kata dan meletakkan tanda baca.

Putrayasa (2009) yang menyatakan, bahwa suatu kalimat harus mengandung dua bagian yang saling mengisi. Bagian yang saling mengisi itu harus dapat memberikan pengertian yang dapat diterima atau logis. Bagian yang disebutkan tersebut adalah subjek dan predikat. (Wedayanthi. Suandi. Artawan. 2014:4). Dan Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 ayat satu yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional.

2) Teknis a) Lay out

Format layout maksudnya ialah suatu usaha dalam menata dan memadukan unsur-unsur komunikasi grafis seperti gambar/ilustrasi, teks, grafik, tabel, angka halaman, dan elemen lainnya menjadi suatu media komunikasi visual yang komunikasi visual yang komunikatif dan estetik. Format layout yang digunakan dalam bahan ajar ini, format dua-halaman. Artinya setiap kompetensi dasar disajikan dalam uraian dua halaman yang terdiri dari teks penjelasan teori pada sisi halaman bawah dan contoh gambar bagian atas, agar memudahkan untuk menghubungkan antara teori dan gambar serta akan mudah mengingat halaman bahan ajar.

Penulisan bahan ajar menggunakan rata kiri kanan (Justify). Heinich, Molenda & Rusel (1985) memberikan alasan tentang hal tersebut yaitu untuk menghemat waktu dengan mempunyai efek terhadap pemahaman bahan bacaan. Dari pendangan tersebut pengembang kemudian menjadikannya rujukan dalam dalam mendesain layout dari bahan ajar Bahasa Sasak.

b) Jenis Huruf

Jenis huruf sebagai unsur utaman disamping ilustrasi, dapat berdiri sendiri serta mampu untuk

menyampaikan pesan lengkap secara efektif tanpa alat bantu. Smaldin, Lowther, dan Russel, (2012) mengatakan gaya teks seharusnya konsisten dengan unsur-unsur visual yang ada dalam bahan-bahan cetakan. Faiola (2000) menyarankan untuk menggunkan ketika model

Sans Serif sehingga tampilan gaya yang terus

terang, dan gaya teks yang polos.

Fungsi utama bahan bacaan cetak adalah menyajikan tulisan kepada peserta didik agar dapat dibaca dengan mudah. Oleh karena itu, agar bahan bacaan cetak dapat benar-benar bermanfaat, perlu diperhatikan keadaan hurufnya. Untuk mengahsilkan kenyamanan membaca, maka bahan bacaan dicetak dengan huruf yang jelas untuk dibaca serta berukuran tapat. Hal ini didukung oleh penyataan Hasibuan & Suwardjono (2006) dalam jurnal Aspek Tipografi mengatakan bahwa pemilihan tipe atau jenis huruf dapat membuahkan hasil yang berbeda. Menurut Abdullah, ukuran huruf untuk anak SMP-SMA lebih diperkecil (misalnya menjadi 10 point), ukuran modul antara A4 karena kemampuan membacanya lebih banyak dari masa-masanya sebelumnya. Berdasarkan paparannya tersebut diatas maka pengembang menggunakan jenis huruf times new roman 14 point untuk judul, 12 point untuk materi yang dalam materi bahan ajar Bahasa Sasak.

c) Gambar

(9)

d) Pewarnaan

Pemilihan warna merupakan satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari seseorang. Warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Menurut Smaldino, Lotther, dan Russel, (2008) warna teks harus kontras dengan warna latar agar bisa terbaca dan terfokus dengan jelas pada pesan yang ingin disampaikan.

Sedangkan Smal & Wolotter, dan Russel, (2012) mengemukakan beberapa alasan penggunaan warna dalam materi pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) menambah atau mendeteksi kenyataan; (2) membedakan antara elemen yang lain; (3) dapat memusatkan perhatian; (4) dapat menghubungkan antara elemen yang satu dengan yang lainnya; (5) dapat menarik perhatian dan menimbulkan respon emosional.

Berdasarkan paparan tersebut di atas, pengembang mendesain bahan ajar dengan warna sampul semenarik mungkin dengan menjadikan ikon budaya sasak pada cover depan dan pada bagian awal bahan ajar ditambahkan warna dengan maksud untuk memberikan kesan indah dengan tujuan menarik perhatian peserta didik untuk belajar. Selain itu pada penulisan judul bab pengembangan juga menggunakan warna hitam pada tulisan judul dan sub judul pada masing-masing bab, dengan maksud memberikan penekanan dengan tujuan untuk memusatkan perhatian peserta didik.

b. Saran pemanfaatan 1. Substansi

Secara umum teori yang digunakan dalam mengembangkan bahan ajar bahasa sasak sudah bagus. Tapi, perlu memperhatikan beberapa kriteria sehingga ketika akan digunakan tidak menimbulkan pemahaman yang keliru. Atas dasar kekurangan tersebut, untuk pengguna mampu menyempurnakan materi yang sudah ada, dengan menambahkan bahan-bahan yang lebih bervariatif lagi terutama yang masih belum sempat dijadikan bagian-bagian dalam meng-kaji lebih luas tentang topik bahasan

2. Teknis

Secara teknis pengembangan bahan ajar Bahasa Sasak ini sudah bagus akan tetapi didalam penggunaannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengembang berikutnya untuk mengembangkan bahan ajar ini kendala media tidak hanya berbentuk cetak saja tetapi bentuk multimedia e-book yang terintergarasi dengan audio dan lain-lain sehingga memudahkan bagi siapa saja yang ingin mempelajari bahasa sasak.

b.

Pengembang berikutnya juga perlu memberikan kontribusi berupa strategi pembalajaran yang lebih relevan dan bervariatif yang mengarahkan ke proses siswa dalam menemukan sendiri informasi ataupun pengetahuan yang mereka butuhkan.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Degeng, Nyoman S. 2013. Ilmu Pembelajarn Klasifikasi Variabel Untuk Pengembangaan Teori Dan Terapan. Bandung. Aras Media [2] Dewantara, K. Hajar. 1977. Bagian pertama:

pendidikan. Yogyakarta. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

[3] Dick, W. Carey, L., dan Carey, J.O 2009. The Systematic Design of Instruction. New Jersey: Pearson.

[4] Faiola, A. 2000. Typography Primer. Pittsburgh, PA: GATE.

[5] Hasibuan, J.J & Moedjiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. [6] Heinich, R., Molenda, M., & Russel, James. D.

1985. Instructional Media and The New Technologies of Intructional. New York: Wiley & Sons, Inc.

[7] Heinich, R., Molenda, M., & Russel, James. D. 1993. Instructional Media. New York: Macmillan Publishing Company.

[8] Hariyanto, Auna S.. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Muatan Lokal Bahasa Boul Untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Semester 1 Di Kabupaten Buol. Malang: PPs UM.

[9] Wilian Sudirman. 2010. Pemertahanan bahasa dan kesetabilan kediwibawaan pada penutur bahasa sasak di Lombok (hlm 36). Masyarakat lenguistik Indonesia. Lenguistik Indonesia [10] Tillena, H. 1983. Web Teaching: “Sequencing of

Subject matter in Relation to Prior Knowledge of

Pupil”. Instruction Science, Vol. 12, hal. 321-332 [11] Tondo F. Henry. 2009. Kepunahan

bahasa-bahasa daerah: faktor penyebab dan implikasi etnolenguisti.11(no.2). Masyarakat dan budaya. [12] Kazlow, 1990. “Advance Organizer Research”.

Evaluation in Education, Vol. 4. (1): hlm. 47-48. [13] Kemp, J.E. 1980. “Instructional Desing A Plan

For Unit and Course Development (2nd).

Belmond, California. Dames, S Lake Publication. [14] Smaldino, Sharon E; Lowther, Russel. 2008.

(10)

Learning. Upper Sadle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Gambar

Tabel 1. Intrumen Pengumpulan Data Tujuan Aspek Yang Dinilai
Tabel 7. Revisi produk setelah uji coba skala kecil

Referensi

Dokumen terkait

Metode desain yang digunakan dalam perancangan Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah proses desain yang terdiri dari 2 bagian, yakni analisa merupakan langkah

Menurut Rivai (2003:64) sebagai berikut : (1) Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin baik yang tampak maupun yang tidak tampak

siswa menjadi 92% dengan kategori sangat baik. Pertemuan ketiga ke pertemuan keempat aktivitas siswa mengalami peningkatan sebanyak 12 poin. Peningkatan aktivitas siswa

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar IPS sebelum dan sesudah tindakan yang dilakukan oleh guru mengalami peningkatan, hal ini membuktikan bahwa model

Saat ini, penggunaannya terus dikembangkan, salah satunya pada pasien pasca Sindrom Koroner Akut (SKA). Uji jalan 6 menit dapat dilakukan secara dini, selain berguna untuk

Beberapa malahan ada pelanggan yang membuat kotak kado sendiri dan minta dihiaskan oleh karyawan toko Gift , salah satu pelanggan mengatakan bahwa kotak kado yang

Diduga adanya tetapan laju pelepasan logam timbal dan kadmium yang bermigrasi dari bahan keramik berglasir ke dalam

Komunikasi serial antara dua sistem minimum memudahkan dalam perancangan mini ROV ini dimana hanya membutuhkan satu jalur untuk pengiriman data, sehingga kabel yang