• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROFESIONALISME, DISIPLIN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PROFESIONALISME, DISIPLIN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

TENRI AWARU ANNISA MEM 4616104003

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Magister

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2018

PENGARUH PROFESIONALISME, DISIPLIN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP

KINERJA PEGAWAI

(Studi Pada Pegawai Kantor Camat Labakkang Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan)

(2)

TENRI AWARU ANNISA MEM 4616104003

Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal :

Dinyatakan telah memenuhi syarat Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. H. Muhammad Yusuf Saleh, SE, M.SiXXX Ketua

Dr. Miah Said, SE, M.Si Anggota

Mengetahui : Direktur Program Pascasarjana

Universitas Bosowa

Dr. Muhlis Ruslan, SE, M.Si

Ketua Program Studi Magister Manajemen

Dr. H. Muhammad Yusuf Saleh, SE, M.Si.

TESIS

PENGARUH PROFESIONALISME, DISIPLIN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP

KINERJA PEGAWAI

(Studi Pada Pegawai Kantor Camat Labakkang Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan)

(3)

PERNYATAAN KEORISINILAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam Naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tesis (MAGISTER) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, Mei 2018 Mahasiswa

TENRI AWARU ANNISA

(4)

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan berkah dan limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga proposal tesis yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme, Disiplin Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Kantor Camat Labakkang Kab.

Pangkajene Dan Kepulauan)” ini dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan suatu karya ilmiah tidaklah mudah, oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan dalam penyusunan tesis ini terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritikan yang bersifat membangun guna kesempurnaan penelitian ini.

Proses penyusunan ini tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai dari pengumpulan literatur, pengumpulan data sampai pada pengolahan data maupun dalam tahap penulisan. Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun moril.

Makassar, Mei 2018 Penulis

TENRI AWARU ANNISA

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada : 1. Ketua Komisi Pembimbing Dr. Muhammad Yusuf Saleh, SE, M.Si dan anggota

Komisi Pembimbing Dr. Miah Said, SE, M.Si atas arahan bimbingannya selama penulis melakukan konsultasi.

2. Tim Penguji Dr. Sukmawati Mardjuni, SE, M.Si, dan Dr. Firman Menne, SE, M.Si, Ak. Ca atas saran dan kritik yang konstruktif secara ilmiah dalam penyempurnaan karya ilmiah ini.

3. Prof. Dr. Ir. H. M. Saleh Pallu, M.Eng selaku Rektor Universitas Bosowa.

4. Dr. Muhlis Ruslan, SE, M.Si selaku Direktur Pascasarjana Universitas Bosowa.

5. Dr. H. Muhammad Yusuf Saleh, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen yang telah banyak memberikan motivasi dan saran-saran kepada penulis.

6. Seluruh karyawan dan staf Pascasarjana Universitas Bosowa.

7. Sembah sujud dan terima kasih tak terhingga penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta, atas kasih sayang, dorongan yang kuat dan doa yang tiada hentinya untuk penulis.

8. Suami Tercinta Andi Baso Mappanyukki serta anak-anakku Andi Annur Almaas Baiduri, Andi Jibran Isam dan adikku tersayang Miftahul Zaidah, terima kasih selama ini telah memberikan doa, dukungan, perhatian dan kesabarannya dalam menghadapi penulis.

9. Teman-teman angkatan 2016 Magister Manajemen, terima kasih atas bantuan, dukungan serta kebersamaan dalam suka dan duka selama mengikuti pendidikan di Unibos.

Makassar, Mei 2018 Penulis

TENRI AWARU ANNISA

(6)

ABSTRAK

TENRI AWARU ANNISA, Pengaruh Profesionalisme, Disiplin Kerja Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene Dan Kepulauan), (Dibimbing oleh Yusuf Saleh dan Miah Said).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis dan menginterpretasi : 1) Pengaruh profesionalisme terhadap kinerja pegawai; 2) Pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai; 3) Pengaruh komitmen terhadap kinerja pegawai.

Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif, selanjutnya data hasil analisis akan diinterprestasi (statistic deskriptif), Jumlah populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. Penelitian ini dianalisis dengan software SPSS 24.

Kesimpulan dari hasil penelitian yakni : 1) Profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai; 2) Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai; 3) Komitmen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Kata Kunci : Profesionalisme, Disiplin Kerja, Komitmen dan Kinerja Pegawai

(7)

ABSTRACT

TENRI AWARU ANNISA, The Influence of Professionalism, Work Discipline And Commitment To Employee Performance (Study On Chief Officer Of Labakkang Sub- district Office Of Pangkajene And Kepulauan Regency), (Guided by Yusuf Saleh and Miah Said).

This study aims to test, analyze and interpret: 1) The influence of professionalism on employee performance; 2) The influence of work discipline on employee performance;

3) Influence of commitment to employee performance.

This research will use quantitative method, then data analysis result will diinterprestasi (descriptive statistic), Number of population at the same time sample in this research is 40 people. This study was analyzed using SPSS 24 software.

The conclusion of the research results are: 1) Professionalism has a positive and significant impact on employee performance; 2) Work Discipline has a positive and significant impact on employee performance; 3) Commitment has a positive and significant effect on employee performance.

Keywords : Professionalism, Work Discipline, Commitment and Employee Performance

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEORISINALAN ... iii

PRAKATA ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... vi

ABTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Deskripsi Teori ... 9

1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 9

2. Profesionalisme ... 11

a. Defenisi Profesionalisme ... 11

b. Prinsip-Prinsip Profesionalisme ... 16

3. Disiplin Kerja ... 16

a. Defenisi Disiplin Kerja ... 16

b. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja ... 18

c. Pendekatan Disiplin Kerja ... 19

d. Jenis-Jenis Disiplin Kerja ... 19

(9)

4. Komitmen ... 20

a. Defenisi Komitmen ... 20

b. Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen ... 22

c. Bentuk Komitmen Organisasi ... 24

5. Kinerja Pegawai ... 24

a. Defenisi Kinerja Pegawai ... 24

b. Tujuan Penilaian Kinerja ... 27

c. Kegunaan Penilaian Kinerja ... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 29

C. Kerangka Pikir ... 32

D. Hipotesis ... 35

1. Hipotesis 1 ... 35

2. Hipotesis 2 ... 36

3. Hipotesis 3 ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian ... 39

1. Desain Penelitian ... 39

2. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

C. Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 40

1. Populasi Penelitian ... 40

2. Sampel Penelitian ... 41

D. Jenis dan Sumber Data ... 41

1. Jenis Data ... 41

2. Sumber Data ... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 43

1. Analisis Deskriptif ... 44

2. Analisis Kuantitatif ... 44

G. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 49

1. Variabel Independen Profesionalisme ... 50

(10)

2. Variabel Independen Disiplin ... 50

3. Variabel Independen Komitmen ... 50

4. Variabel Dependen Kinerja ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Karakteristik Responden ... 55

B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 56

1. Deskripsi Variabel Profesionalisme ... 56

2. Deskripsi Variabel Disiplin ... 58

3. Deskripsi Variabel Komitmen ... 60

4. Deskripsi Variabel Kinerja Pegawai ... 62

C. Analisis Uji Instrumen Penelitian ... 64

1. Uji Validitas ... 64

2. Uji Reliabilitas ... 66

D. Uji Asumsi Klasik ... 67

1. Uji Multikolinearitas ... 67

2. Uji Heterkoedastisitas ... 68

3. Uji Normalitas ... 69

E. Pengujian Hipotesis ... 70

1. Pengujian Hipotesis 1 ... 71

2. Pengujian Hipotesis 2 ... 72

3. Pengujian Hipotesis 3 ... 72

F. Analisis Regresi Linear Berganda ... 72

G. Pengujian Koefisien Determinasi ... 74

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

1. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Labakkang Kab. Pangkep ... 75

2. Pengaruh Disiplin KerjaTerhadap Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Labakkang Kab. Pangkep ... 77

3. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kecamatan Labakkang Kab. Pangkep ... 79

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran-Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Uraian Halaman

2.1 Kerangka Pikir 34

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

3.1 Penjabaran Variabel, Indikator, Item dan Sumber

Acuan Penelitian 53

4.1 Distribusi Karakteristik Responden 56

4.2 4.3

Distribusi Persepsi Responden Terhadap Variabel Profesionalisme Distribusi Persepsi Responden Terhadap Variabel Disiplin

58 60 4.4 Distribusi Persepsi Responden Terhadap Variabel

Komitmen 62

4.5 Distribusi Persepsi Responden Terhadap Variabel

Kinerja 64

4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian 66 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 67

4.8 Hasil Uji Multikolinearitas 68

4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas 70

4.10 Hasil Uji Normalitas 71

4.11 Hasil Uji t 72

4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi 75

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran Judul Tabel

1 Mapping Jurnal 2 Kuesioner Penelitian

3 Tabulasi Jawaban Responden 4 Hasil Analisis frekuensi

5 Hasil Uji Validitas Variabel dan Reliabilitas Variabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas

7 Hasil Uji Heterokedastisitas 8 Hasil Uji Normalitas

9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda, Uji F, Uji T dan Koefisien Determinasi

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 32/2004, Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota. Perubahan fundamental tersebut berpengaruh pada kedudukan kecamatan. Kecamatan semula wilayah merupakan wilayah administrasi pemerintah dengan camat sebagai kepala wilayah/penguasa tunggal (UU No. 5/1974/UU No.5/1979). Sekarang kecamatan hanya merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten/kota.

Berdasarkan Permendagri No.4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) bahwa pelayanan publik oleh kecamatan meliputi pelayanan bidang perizinan, dan pelayanan bidang non perizinan dengan maksud dan tujuan yaitu kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di kabupaten/kota dan untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

Kecamatan sebagai organisasi instansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik khususnya yang berkaitan dengan Perijinan maupun non perizinan, (KTP/e-KTP, KK, Akte kelahiran/kematian, Surat Tanah / Ahli Waris, IMB serta kebutuhan lainya) juga dituntut bekerja secara professional serta mampu secara cepat merespon aspirasi dan tuntutan publik dan perubahan

(16)

lingkungan lainnya dengan cara kerja birokrasi yang lebih berorientasi kepada masyarakat dari pada berorientasi kepada atasan.

Kecamatan Labakkang adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam menjalankan tugasnya kecamatan ini didukung oleh infrastruktur, dan suprastruktur yang memadai dan sumber daya manusia yang memadai. Kecamatan Labakkang didukung oleh 40 orang sumber daya aparatur. Setiap pegawai memiliki tugas tertentu dalam kesehariannya.

Pengertian kinerja menurut Moeheriono (2012:95) yaitu “Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

Kinerja pegawai di Kecamatan Labakkang setidaknya dipengaruhi oleh tiga factor yakni profesionalisme, disiplin kerja dan Komitmen Organisasi.

Profesionalisme menurut Dwiyanto (2011:157) adalah, paham atau keyakinan bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan nilai- nilai profesi aparatur yang mengutamakan kepentingan publik.

Berbagai patologi birokrasi ini akan mencerminkan kurangnya profesionalisme aparatur pemerintah di Kecamatan Labakkang dalam menjalankan tugasnya serta menunjukkan semakin buruknya kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan publik. Kemampuan teknis yang dimiliki aparatur masih kurang terutama dalam mengoperasikan alat-alat teknologi informasi.

(17)

Loyalitas aparatur masih terlalu birokrasi dan kaku sehingga kurang memunculkan kreativitas dan inovasi. Artinya selama ini penyelenggaraan pemerintah belum sepenuhnya menunjang terwujudnya good governance, maka birokrasi perlu diperbaiki. Jadi, harus ada suatu reformasi birokrasi nasional yang benar-benar didukung kuat oleh segenap komponen bangsa, dengan menempatkan kelembagaan.

Selain profesionalisme, disiplin kerja termasuk faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang, dalam hal ini setiap pegawai wajib mengikuti aturan yang berlaku yaitu bahwa semua pegawai dituntut untuk hadir tepat waktu sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan. Setiap pegawai dituntut untuk taat dan harus memiliki kesadaran yang tinggi dan mampu menunjukkan loyalitas kerja yang tinggi, jika mereka rajin masuk kantor untuk bekerja maka harus memperlihatkan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas- tugasnya dengan baik begitupun dengan jam pulang kantor harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Profesionalisme tentunya berpengaruh terhadap kinerja pegawai, hal ini pernah dibuktikan Bobbie (2017) Profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja pengelola keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Dumai. Dari hasil penelitian diketahui bahwa profesionalisme pegawai pengelola keuangan pada SKPD Kota Dumai sudah baik. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Hadisantono (2017) menemukan bahwa profesionalisme Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor internal. Hal ini sebagian karena

(18)

kurangnya profesionalisme auditor internal disebabkan oleh auditor individu dan juga dari organisasi.

Disiplin kerja juga mempengaruhi kinerja pegawai di instansi ini, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010, Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Disiplin, dinyatakan bahwa disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Adanya peraturan disiplin pegawai ini pada dasarnya bukanlah untuk membatasi ruang gerak para pegawai, tetapi semata – mata untuk memberikan rambu – rambu yang jelas bagi pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Secara empiris penelitian mengenai pengaruh disiplin terhadap kinerja pernah dilakukan oleh penelitian Devy (2017) ia menemukan hasil uji korelasi memperlihatkan bahwa disiplin kerja mempunyai hubungan yang sedang dengan kinerja pegawai. Artinya bahwa disiplin kerja berpengaruh secara langsung terhadap kinerja pegawai pada bidang serketariat dan bidang industri di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Samarinda. Hasil penelitian tersebut ternyata bertentangan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Saifudin (2011) hasilnya bahwa Faktor disiplin kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja.

Komitmen organisasi pegawai juga berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Robbins dan Judge (2011) mendefinisikan Komitmen Organisasi sebagai suatu

(19)

keadaan karyawan memihak kepada perusahaan tertentu dan tujuan tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam perusahaan itu. Dengan kata lain, komitmen organisasional berkaitan dengan keinginan karyawan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi perusahaan. Kejelasan tujuan dan kebijakan yang diterapkan oleh organisasi, turut mempengaruhi komitmen pegawai di dalam menjalankan tugas.

Secara teoritis komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai, misalnya, Menurut Siagian (2013), banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi publik. Beberapa faktor di antaranya adalah komitmen organisasi, budaya organisasi, dan kepuasan kerja. Mangkunegara (2013) juga berpendapat bahwa kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari faktor pribadi dan faktor lingkungan organisasi. Faktor pribadi seperti motivasi kerja dan kemampuan kerja, dan komitmen organisasional sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar seperti faktor kepemimpinan dalam lingkungan pekerjaan tersebut.

Penelitian Zalim & Noor (2017) dengan judul The Influence of Organizational Commitment on Omani Public Employees’ Work Performance, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh komponen komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan. Dimensi komitmen organisasi berhubungan positif dengan kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semua komponen komitmen organisasi muncul sebagai faktor pendukung dan berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan.

(20)

Fenomena inilah yang mendorong dilakukannya penelitian dan memahami persoalan profesionalisme, disiplin kerja dan kinerja pegawai serta komitmen.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Profesionalisme, Disiplin Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni :

1. Apakah profesionalisme berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan?

2. Apakah Disiplin Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan?

3. Apakah Komitmen Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguji, Menganalisis dan menginterpretasi pengaruh profesionalisme terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

(21)

2. Menguji, Menganalisis dan menginterpretasi pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

3. Menguji, Menganalisis dan menginterpretasi pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai Kantor Camat Labakkang Kab.

Pangkajene dan Kepulauan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Instansi

a. Sebagai bahan informasi untuk saran dalam meningkatkan kinerja pegawai Kantor Camat Lebakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

b. Memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi profesionalisme pegawai dan disiplin kerja pegawai di instansi ini.

2. Bagi Dunia Pendidikan

a. Menambah informasi dan referensi mengenai pengaruh profesionalisme dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai.

b. Mengembangkan pengetahuan terkait ilmu manajemen sumber daya manusia.

3. Diri Pribadi

a. Mengetahui secara spesifik pengaruh kepemimpinan dan pengembangan karir terhadap kinerja pegawai di instansi ini.

(22)

b. Berkontribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen sumber daya manusia.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji pengaruh profesionalisme, disiplin kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai (Studi Pada Pegawai Kantor Camat Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif, selanjutnya data hasil analisis akan diinterprestasi (statistic deskriptif). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor Kecamatan Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teori

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Kaswan (2012: 6) mendefinisikan merupakan bagian dari manajemen yang meliputi antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan lain-lain.

MSDM menangani SDM, yaitu orang yang siap, bersedia dan mampu memberi kontribusi terhadap tujuan stakeholders. MSDM memperhatikan kesejahteraan manusia dalam organisasi agar dapat bekerja sama secara efektif dan berkontribusi terhadap kesuksesan organisasi. MSDM merupakan sistem yang mempunyai beberapa fungsi, kebijakan, aktivitas, atau praktik diantaranya recruitment, selection, development, compensation, retention, evaluation, promotion, dan lain-lain.

Sedangkan Sutrisno (2012: 6) lebih spesifik mengatakan bahwa, “MSDM merupakan kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan SDM untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun organisasi.”

Dari beberapa definisi-definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan suatu kegiatan atau sistem manajemen yang mengadakan dan mengelola sumber daya manusia yang siap, bersedia, dan mampu memberikan kontribusi yang baik agar dapat bekerjasama secara efektif untuk mencapai tujuan baik secara individu ataupun organisasi.

(24)

Menurut Cushway dalam Sutrisno (2012: 7-8) mengemukakan tujuan dari manajemen sumber daya manusia, sebagai berikut:

1. Memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan SDM untuk memastikan bahwa organisasi. memiliki pekerja yang bermotivasi dan berkinerja tinggi, pekerja yang selalu siap mengatasi perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.

2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM yang memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.

3. Membantu dalam pengembangan keseluruhan organisasi dan strategi, khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM.

4. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer ini mencapai tujuan.

5. Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja untuk meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya.

6. Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi.

7. Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam manajemen SDM.

Setiap organisasi menetapkan tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam manajemen sumber dayan termasuk sumber daya manusia. Tujuan dari SDM umumnya bervariasi dan bergantung pada tahapan perkembangan yang terjadi pada masing-masing organisasi.

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu sistem yang merupakan bagian dari proses kegiatan yang paling sentral, karena merupakan suatu rangkaian untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, agar kegiatan manajemen sumber daya manusia ini dapat berjalan dengan lancar, maka dapat memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen.

Menurut Sutrisno (2012: 9-11) mendefinisikan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia, sebagai berikut :

1. Perencanaan

Kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya tujuan.

(25)

2. Pengorganisasian

Kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bentuk bagan organisasi.

3. Pengarahan dan pengadaan

Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau kerja sama danbekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan, pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

4. Pengendalian

Merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana.

5. Pengembangan

Merupakan proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan.

6. Kompensasi

Merupakan pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi.

7. Pengintegrasian

Merupakan kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

8. Pemeliharaan

Merupakan kegiatan pemeliharaan atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas agar mereka tetap mau bekerja sampai pensiun.

9. Kedisiplinan

Merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi, karena tanpa adanya kedisiplinan, maka sulit mewujudkan tujuan maksimal.

10. Pemberhentian

Merupakan putusnya hubungan kerja seorang pegawai dari suatu organisasi.

Dari definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi-fungsi dari manajemen sumber daya manusia adalah menerapkan dan mengelola sumber daya manusia secara tepat untuk organisasi/perusahaan agar dapat berjalan efektif, guna mencapai tujuan yang telah dibuat, serta dapat dikembangkan dan dipelihara agar fungsi organisasi dapat berjalan seimbang dan efisien.

2. Profesionalisme

a. Defenisi Profesionalisme

Profesionalisme menurut Dwiyanto (2011:157) adalah, Paham atau keyakinan bahwa sikap dan tindakan aparatur dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pelayanan selalu didasarkan pada ilmu pengetahuan dan nilai-

(26)

nilai profesi aparatur yang mengutamakan kepentingan publik. Profesionalisme ialah kecocokan (fitness) antara kemampuan yang dimiliki oleh individu (individual-competence) dengan kebutuhan tugas (taskrequirement).Terpenuhinya kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya individu yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan individu merefleksikan arah dan tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.

Bila kemampuan yang dimiliki individu sesuai dengan profesi yang dijalani maka kinerja dilakukan akan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Profesional artinya ahli dalam bidangnya. Jika seorang manajer mengaku sebagai seorang yang profesional maka ia harus mampu menunjukkan bahwa dia ahli dalam bidangnya. Harus mampu menunjukkan kualitas yang tinggi dalam pekerjaanya. Berbicara mengenai profesionalisme mencerminkan sikap seseorang terhadap profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan profesional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo, 2000 : 264-265).

Istilah profesional itu berlaku untuk semua aparat mulai dari tingkat atas sampai tingkat bahwa. Profesionalisme dapat diartikan sebagai suatu kemampuan dan keterampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Profesionalisme menyangkut kecocokan antara kemampuan yang dimiliki oleh birokrasi dengan kebutuhan tugas, terpenuhi kecocokan antara kemampuan dengan kebutuhan tugas merupakan syarat terbentuknya aparatur yang profesional. Artinya keahlian dan kemampuan aparat

(27)

merefleksikan arah dan tujuan yang ingin di capai oleh sebuah organisasi (Agung, 2005:74 ).

Menurut Andrias Harefa (2004:137) bahwa profesionalisme pertama-tama adalah soal sikap. Lalu dia mengatakan ada beberapa hal yang dapat dianggap mewakili sikap profesionalisme yaitu, keterampilan tinggi, pemberian jasa yang berorientasi pada kepentingan umum, pengawasan yang ketat atas perilaku kerja dan suatu sistem balas jasa yang merupakan lambang prestasi kerja.

Profesionalisme menurut Sedarmayanti (2010:96) adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik. Ukuran profesionalisme adalah kompetensi, efektivitas, dan efisiensi serta bertanggung jawab. Pandangan lain seperti Siagian (2012) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan.

Profesionalisme pegawai sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai yang tercemin melalui prilakunya sehari-hari dalam organisasi. Tingkat kemampuan pegawai yang tinggi akan lebih cepat mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi yang telah direncakan sebelumnya, sebaliknya apabila tingkat kemampuan pegawai rendah kecenderungan tujuan organisasi yang akan dicapai akan lambat bahkan menyimpang dari rencana semula.

Istilah kemampuan menunjukkan potensi untuk melaksanakan tugas yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan. Kalau disebut potensi, maka kemampuan

(28)

disini baru merupakan kekuatan yang ada di dalam diri seseorang. Dan istilah kemampuan dapat juga dipergunakan untuk menunjukkan apa yang akan dapat dikerjakan oleh seseorang, bukan apa yang telah dikerjakan oleh seseorang. Apa yang dikemukakan Oemar Hamalik (2000: 7-8) dapat menambah pemahaman mengenai profesionalime pegawai atau tenaga kerja. Ia mengemukakan bahwa tenaga kerja pada hakikatnya mengandung aspek- aspek sebagai berikut:

1. Aspek Potensial, bahwa setiap tenaga kerja memiliki potensi-potensi yang bersifat dinamis, yang terus berkembang dan dapat dikembangkan. Potensi- potensi itu antara lain: daya mengingat, daya berpikir, daya berkehendak, daya perasaan, bakat, minat, motivasi, dan potensi-potensi lainnya.

2. Aspek Profesionalisme dan vokasional, bahwa setiap tenaga kerja memiliki kemampuan dan keterampilan kerja atau kejujuran dalam bidang tertentu, dengan kemampuan dan keterampilan itu, dia dapat mengabdikan dirinya dalam lapangan kerja tertentu dan menciptakan hasil yang baik secara optimal.

3. Aspek Fungsional, bahwa setiap tenaga kerja melaksanakan pekerjaannya secara tepat guna, artinya dia bekerja sesuia dengan tugas dan fungsinya dalam bidang yang sesuai pula, misalnya seorang tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam bidang elektronik.

4. Aspek Operasional, bahwa setiap tenaga kerja dapat mendayagunakan kemampuan dan keterampilanya dalam proses dan prosedur pelaksanaan kegiatan kerja yang sedang ditekuninya.

5. Aspek Personal, bahwa setiap tenaga kerja harus memilki sifat-sifat kebribadian yang menunjang pekerjaannya, misalnya: sikap mandiri dan tangguh, bertanggung jawab, tekun dan rajin.

6. Aspek Produktivitas, bahwa setiap tenaga kerja harus memilki motif berprestasi, berupaya agar berhasil dan memberikan hasil dari pekarjaannya, baik kuantitas maupun kualitas.

Menurut Budi Rajab (2002: 38) bahwa profesionalisme sangat dibutuhkan dalam organisasi. Diperlukan sumber daya manusia yang profesional, akan menciptakan kemampuan yang baik dan komitmen dari orang-orang bekerja dalam organisasi tersebut sekaligus dapat membina citra organisasi.

Profesionalisme merupakan cerminan keterampilan dan keahlian aparatur yang dapat berjalan efektif apabila didukung dengan kesesuaian tingkat pengetahuan atas dasar latar belakang pendidikan dengan beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya dan juga sebagai cerminan potensi diri yang dimiliki

(29)

aparatur, baik dari aspek kemampuan maupun aspek tingkah laku yang mencakup loyalitas, inovasi, produktivitas dan kreatifitas. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh aparatur pemerintah adalah usaha menampilkan profesionalitas, etos kerja tinggi, keunggulan kompetitif dan kemampuan memegang teguh etika birokrasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan aspirasi masyarakat yang bebas dari nuansa Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Di dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian, dalam Pasal 17 ayat 2 mengatur pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama dan golongan. Seorang Pegawai Negeri Sipil haruslah memiliki profesionalisme hal ini dikarenakan beberapa tuntutan diantaranya adalah :

1. Tugas, pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan yaitu memberikan pelayanan publik.

2. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (Good Governance).

3. Dalam upaya mengimbangi perubahan lingkungan strategis yang cepat berubah, baik itu lingkungan internal organisasi, maupun lingkungan eksternal organisasi.

4. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan era globalisasi yang sedang berlansung yang tidak bisa dicegah dan di tolak lagi.

(30)

Selain itu di dalam kode etik korps pegawai (kopri) yang dinamakan dengan Panca Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia menyebutkan bahwa setiap anggota korps pegawai Republik Indonesia menegakkan kejujuran, keadilan dan disipin serta meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme. Undang- undang Nomor 43 Tahun 1999 Dalam Pasal 1 manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efektivitas, efisien dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembang kualitas, penempatan, promosi, kesejahteraan dan pemberhentian.

b. Prinsip- Prinsip Profesionalisme

Menurut Agung (2005:75) karakteristik profesionalisme aparatur sesuai dengan tuntutan good governance, diantaranya adalah :

1. Equality

Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tampa memandang afiliasi politik dan status sosialnya.

2. Equity

Perlakuan yang sama kepada masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan yang adil. Untuk masyarakat yang pluralistik kadang- kadang diperlukan perlakuan yang adil dan perlakuan yang sama.

3. Loyality

Kesetian kepada konstitusi hukum, pimpinan, bawahan, dan rekan kerja.

Berbagai jenis kesetiaan tersebut terkait suatu sama lain dan tidak ada kesetiaan yang mutlak diberikan kepada satu jenis kesetiaan tertentu dengan mengabaikan yang lainnya.

4. Accountability Setiap aparat pemerintah harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia kerjakan.

3. Disiplin Kerja

a. Defenisi Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2013) seorang karyawan dikatakan memiliki disiplin kerja yang tinggi apabila memenuhi kriteria berdasarkan sikap, norma, dan

(31)

tanggung jawab. Kriteria berdasarkan sikapmengacu pada mental dan perilaku karyawan yang berasal dari kesadaran atau kerelaan dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas dan peraturan perusahaaan. Kriteria berdasarkan norma terkait peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan. Kriteria berdasarkan tanggung jawab merupakan kemampuan dalam menjalankan tugas dan peraturan dalam perusahaan.

Hasibuan (2013:193) menyatakan “Kedisiplinan merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi yang dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal”.

Disiplin merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam sumber daya manusia. Sutrisno (2012:85), menyatakan bahwa di dalam kehidupan sehari- hari, dimanapun manusia berada, dibutuhkan peraturan-peraturan dan ketentuan- ketentuan yang akan mengatur dan membatasi setiap kegiatan dan perilakunya.

Namun peraturan-peraturan tersebut tidak akan ada artinya bila tidak disertai dengan sanksi bagi para pelanggarnya. Manusia merupakan individu yang suka hidup bebas dan ingin lepas dari segala peraturan serta norma-norma yang membatasi perilakunya, namun manusia juga merupakan makhluk sosial yang hidup saling membutuhkan dengan individu-individu lainnya

Selain itu Rivai & Sagala (2011) menyatakan disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar

(32)

mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku dan untuk meningkatkan kesadaran juga kesediaan seseorang agar menaati semua peraturan dan norma sosial yang berlaku di suatu perusahaan.

Menurut Setyaningdyah (2013) disiplin kerja adalah kebijakan bergeser individu untuk menjadi diri bertanggung jawab untuk mematuhi peraturan lingkungan (organisasi). Kemudian Rivai& Sagala (2011) menyatakan semakin baik disiplin yang dilakukan oleh karyawan disuatu perusahaan, maka semakin besar prestasi kerja yang dapat dihasilkan. Sebaliknya, tanpa disiplin yang baik, sulit bagi perusahaan mencapai hasil yang optimal.

Dari beberapa kajian teori tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi, tindakan disiplin digunakan oleh organisasi untuk memberikan sanksi terhadap pelanggaran dari aturan-aturan kerja atau dari harapan-harapan. Sedang keluhan-keluhan digunakan oleh pegawai yang merasa hak-haknya telah dilanggar oleh organisasi. Dengan kata lain, disiplin kerja pada pegawai sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan organisasi akan sukar dicapai bila tidak ada disiplin kerja.

b. Bentuk-Bentuk Disiplin Kerja

Terdapat empat prespektif daftar yang menyangkut disiplin kerja menurut Rivai & Sagala (2011). Keempat prespektif tersebut antara lain:

1. Disiplin Retributif (Retributive Discipline), yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah.

2. Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi perilakun-perilaku yang tidak tepat.

(33)

3. Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspective), yaitu berusaha melindungi hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner.

4. Perspektif Utilitarian (Utilitarian Perspective). Yaitu berfokus pada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

c. Pendekatan Disiplin Kerja

Terdapat tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan disipliner menurut Rivai

& Sagala (2011): aturan tungku panas (hot stove rule), tindakan disiplin progresif (progresive discipline), dan tindakan disiplin positif (positive discipline).

1. Aturan tungku panas

Menurut pendekatan ini, tindakan disipliner haruslah memiliki konsekuensi yang analog.Pendekatan ini menyegerakan tindakan disipliner, lalu memberikan peringatan (warning) sebelum terjadinya tindakan indisipliner, memberikan hukum yang konsisten dan hukuman tersebut tanpa membeda- bedakan siapa yang melanggar atau melakukan tindakan indisipliner.

2. Disiplin progresif

Tindakan ini banyak sekali diadaptasi oleh perusahaan di era globalisasi ini.

Dalam penerapannya setiap pelaku pelanggaran yang melakukan pengulangan, akan dijatuhkan hukuman semakin berat. Misalkan seorang karyawan pemalsuan jam kehadiran, pertama dia diberikan teguran lisan, jika masih dilakukan, karyawan tersebut diberikan surat peringatan, dan semakin sering dilakukan karyawan itu akan diberikan sanksi dan hukuman yang berat.

Dengan kata lain tindakan ini dilakukan bertahap dan masih memberikan kesempatan dalam memperbaiki diri.

3. Disiplin positif

Dalam konsep disiplin positif percaya bahwa hukuman sering kali hanya membuat mereka takut, dan bahkan membenci hukuman itu sendiri dan bahkan nantinya mencari cara agar dapat memalsukan tindakannya. Maka dari itu tindakan disiplin positif mendorong karyawan memantau perilaku mereka sendiri dan memangku konsekuensi yang nantinya akan mereka tanggung yang diakibatkan dari tindakan mereka sendiri. Dalam disiplin positif sebenarnya memiliki tingkatan-tingkatan seperti disiplin progresif, namun hukuman dalam disiplin progresif digantikan menjadi konseling-konseling dalam disiplin positif.

d. Jenis-Jenis Disiplin Kerja

Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para pegawai yang melanggar norma-norma perusahaan adalah memperbaiki dan mendidik para pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin. Handoko (2011), jenis disiplin ada 2 yaitu:

(34)

1. Disiplin preventip adalah kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan untuk mendorong para karyawanagar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para prajurit. Dengan cara ini para prajurit menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa.

2. Disiplin korektip adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran- pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektip sering berupa suatu hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action).

4. Komitmen

a. Defenisi Komitmen

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No.25/KEP/M.PAN/2002 menyatakan pengertian komitmen adalah keteguhan hati, tekad yang mantap, dan janji untuk melakukan atau mewujudkan sesuatu yang diyakini. Mathis dan Jackson (2010) mendefinisikan komitmen organisasi di mana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut. Komitmen berarti keinginan karyawan untuk tetap mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi (Darmawan, 2013, h. 171).

Kreitner dan Kinicki (2014:165) mendefinsikan komitmen organisasi sebagai tingkatan dimana seseorang mengenali sebuah organisasi dan terikat pada tujuan-tujuannya. Ini adalah sikap kerja yang penting karena orang-orang yang memiliki komitmen diharapkan bisa menunjukkan kesediaan untuk bekerja lebih keras demi mencapai tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk tetap bekerja di suatu perusahaan.

Robbins dan Judge (2011) mendefinisikan Komitmen Organisasi sebagai suatu keadaan karyawan memihak kepada perusahaan tertentu dan tujuan

(35)

tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaannya dalam perusahaan itu.

Dengan kata lain, komitmen organisasional berkaitan dengan keinginan karyawan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi perusahaan.

Menurut Noe, et. al. (2011:308), komitmen organisasi adalah sejauh mana seorang karyawan mengidentifikasi organisasi dan bersedia untuk mengajukan upaya atas namanya. Karyawan dengan komitmen organisasi yang tinggi akan meregangkan diri mereka untuk membantu organisasi melalui masa-masa sulit.

Karyawan dengan komitmen organisasi rendah cenderung meninggalkan pada kesempatan pertama untuk pekerjaan yang lebih baik. Mereka memiliki niat kuat untuk pergi, jadi seperti karyawan dengan keterlibatan kerja yang rendah, mereka sulit untuk memotivasi.

Selanjutnya Luthans (2012:249) menyatakan bahwa komitmen organisasional adalah “sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekpresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Moorhead dan Griffin (2013:73) mengatakan bahwa :“komitmen organisasi (organizational commitment)adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai komitmen organisasi di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa komitmen organisasi merupakan suatu sikap seorang individu yang memihak pada organisasinya dan tujuan- tujuannya. Serta loyalitas seorang individu terhadap organisasi dan adanya keinginan untuk tetap berada dalam organisasi tersebut.

(36)

Dari beberapa definisi yang diuraikan di atas bahwa komitmen merupakan suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi ditandai dengan adanya :

1. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi.

2. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi.

3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi.

Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. David (2011) mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:

1. Faktor personal, misalnya : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,pengalaman kerja, kepribadian.

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya : lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

3. Karakteristik struktur, misalnya : besar atau kecilnya organisasi, bentuk organisasi seperti sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi.

Menurut Allen & Meyer (dalam Umam, 2012, h. 261-262), faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi adalah :

(37)

1. Karakteristik Pribadi Individu

Terbagi kedalam dua variabel, yaitu variabel demografis dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup gender, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi.

Variabel disposisional mencakup kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi, termasuk kebutuhan untuk berprestasi, etos kerja yang baik, kebutuhan untuk berafiliasi, dan persepsi individu mengenai kompetensinya sendiri.

2. Karakteristik Organisasi

Hal-hal yang termasuk dalam karakterisktik organisasi adalah struktur organisasi, desain kebijakan dalam organisasi, dan cara mensosialisasikan kebijakan organisasi tersebut.

3. Pengalaman

Selama Berorganisasi Pengalaman berorganisasi tercakup dalam kepuasan dan motivasi anggota organisasi selama berada dalam organisasi, perannya dalam organisasi, dan hubungan antara anggota organisasi dengan supervisor atau pemimpinnya.

Menurut Handoyo (dalam Agustian, 2011, h. 14) terdapat dua faktor yang mempengaruhi seorang karyawan untuk berhenti bekerja atau bertahan pada perusahaan, yaitu komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Salah satu faktor yang mendukung seseorang untuk tetap bertahan dalam sebuah perusahaan adalah komitmen organisasi yang tinggi. Darmawan (2013, h. 171) menjelaskan komitmen berarti keinginan karyawan untuk tetap mempertahankan keanggotaanya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan organisasi. Semakin tinggi komitmen organisasi karyawan, maka karyawan akan tetap memilih tinggal di perusahaan dan memberikan performance terbaiknya dengan sepenuh hati bagi perusahaan. Keterlibatan karyawan dalam perusahaan dapat meningkatkan komitmen organisasi karyawan tersebut. Keterlibatan karyawan dapat mencakup sumbangsih keputusan dalam membuat kebijakan-kebijakan perusahaan. Sehingga apapun hasilnya adalah keputusan bersama yang telah disepakati oleh seluruh karyawan.

(38)

Komitmen organisasi juga mencakup tentang loyalitas dan rasa memiliki.

Ketika karyawan mempunyai loyalitas dan rasa memiliki yang tinggi pada perusahaan, maka karyawan akan rela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk perusahaan, bahkan tanpa mengharapkan imbalan yang sepadan. Apabila loyalitas dan rasa memiliki rendah, maka karyawan cenderung mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain.

c. Bentuk Komitmen Organisasi

Menurut Allen & Meyer (2013) mengemukakan bahwa ada tiga komponen komitmen organisasional, yaitu :

a. Affective Commitment

(komitmen afektif) terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional. Affective Commitment berkaitan dengan hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi.

Ketika seorang karyawan memiliki affective commitment yang tinggi, maka ia akan tetap bertahan dalam sebuah organisasi karena ia memang menginginkan hal itu (Umam, 2010, h. 259).

b. Continuance Commitment (komitmen kontinyu) terjadi apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan- keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain. Pada dimensi ini anggota organisasi memiliki kesadaran bahwa ia akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi. Seorang karyawan dengan continuance yang tinggi akan terus bertahan dalam organisasi karena karyawan tersebut memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut (Umam, 2010, h. 259).

c. Normative Commitment (komitmen normatif) adalah perasaan yang mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi dikarenakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap organisasi yang didasari atas pertimbangan norma, nilai, dan keyakinan karyawan. Karyawan dengan normative commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota oraganisasi karena merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut (Umam, 2010, h. 260). Individu dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya suatu kewajiban atau tugas.(Umam, 2010, h 264). 5. Kinerja Pegawai

a. Defenisi Kinerja Pegawai

Kinerja berasal dari pengertian performance, ada pula memberikan pengertian Performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun sebenarnya

(39)

kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Menurut Wilson Bangun (2012:230), menjelaskan bahwa peningkatan kinerja merupakan hal yang diinginkan baik dari pihak pemberi kerja maupun para pekerja. Pemberi kerja menginginkan kinerja karyawannya baik untuk kepentingan peningkatan hasil kerja dan keuntungan perusahaan. Di sisi lain para pekerja berkepentingan untuk pengembangan diri dan promosi pekerjaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja karyawan yang baik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Pengertian kinerja selanjutnya yang dikemukakan oleh Mangkunegara (2011:67) yang menyatakan bahwa: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya”.

Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun dengan mengedepankan kapasitas sumber daya. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilaku sumber daya tersebut dalam menjalankan kinerja, Mardjuni (2016).

Sikap seorang atasan akan berdampak pada baik dan buruknya kinerja pegawai. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan pada atasan, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Efek dari semua itu tentu akan bermuara pada kinerja pegawai yang semakin turun atau malah

(40)

sebaliknya, karena atasan merupakan bagian dari penggerak kinerja anak buahnya, menghasilkan kontribusi untuk organisasi.

Pengertian kinerja menurut Moeheriono (2012:95) yaitu “Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.

Kiranya tidak perlu membicarakan dampak baik dari pamor seorang atasan, pasalnya hal tersebut tentu sudah dapat diperkirakan secara umum. Namun dalam sisi lain dalam penulis akan berbagi cara pandang sebaliknya, penyebab buruknya kinerja pegawai karena kepemimpinan seorang atasan yang kurang berkomitmen. Sehingga menjadikan rasa kepercayaan pada atasan yang rendah, muncul karena kurangnya kompetensi dan keandalan seorang atasan. Ini menjadikan kepuasan kerja pegawai menurun, bisa karena perhatian terhadap kesejahteraan pegawai kurang mendapat perhatian.

Kinerja dianggap lebih dari sekedar produktifitas karena kinerja menyangkut perilaku alami yang dimiliki seseorang untuk bebas melakukan tindakan sesuai keinginannya. Perilaku bebas untuk bertindak ini tetap tidak bisa dilepaskan dari syarat-syarat formal maupun peran seorang pegawai untuk meningkatkan tugas pokok fungsi suatu organisasi.

Penilaian kinerja mempunyai dampak atas organisasi karena dapat membantu dalam hal-hal pengambilan keputusan dan pemberian umpan baik atas kinerja, hasil-hasil proses penilaian dapat memberikan masukan informasi yang

(41)

berguna tentang keberhasilan aktivitas staf misalnya proses penilaian kinerja dapat mengungkapkan keadaan pegawai baik dari segi kemampuan, Komitmen dan penggunaan waktu dalam melakukan aktivitasnya, keadaan tersebut dapat diantisipasi misalnya melalui aktivitas pelatihan maupun pengembangan.

b. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2011), perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu (1) manajer memerlukan evaluasi yang obyektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan dating, dan (2) manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk perkembangan karier dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan karyawan.

Selain itu penilaian kinerja dapat digunakan untuk :

 Mengetahui pengembangan, yang meliputi (a) identifikasi kebutuhan pelatihan, (b) umpan balik kinerja, (c) menentukan transfer dan penugasan, dan (d) identifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan.

 Pengambilan keputusan administratif yang meliputi : (a) keputusan untuk menentukan gaji, promosi, mempertahankan atau memberhentikan karyawan, (b) pengakuan kinerja karyawan, (c) pemutusan hubungan kerja, dan (d) mengidentifikasi yang buruk.

 Keperluan perusahaan yang meliputi : (a) perencanaan SDM, (b) menentukan kebutuhan pelatihan, (c) evaluasi pencapaian tujuan perusahaan, (d) informasi untuk identifikasi tujuan, (e) evaluasi terhadap

(42)

sistem SDM, dan (f) penguatan terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan.

 Dokumentasi yang meliputi : (a) kriteria untuk validasi penelitian, (b) dokumentasi keputusan-keputusan tentang SDM, dan (c) membantu untuk memenuhi persyaratan hukum.

c. Kegunaan Penilaian Kinerja

Menurut Rivai (2011), kegunaan penilaian kinerja ditinjau dari berbagai perspektif pengembangan perusahaan, khususnya manajemen SDM, yaitu :

 Posisi tawar. Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang obyektif dan rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau langsung dengan karyawan.

 Perbaikan kinerja. Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan untuk meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan.

 Penyesuaian kompensasi. Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan dalam penyesuaian ganti-rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikkan upahnya, bonus atau kompensasi lainnya.

 Keputusan penempatan. Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan, dan penurunan pangkat.

 Pelatihan dan pengembangan. Kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan, sedangkan kinerja baik mengindikasikan adanya potensi yang perlu dikembangkan.

(43)

 Perencanaan dan pengembangan karier. Umpan balik penilaian kinerja dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan karier karyawan sehingga dapat diselaraskan antara kebutuhan karyawan dan perusahaan.

 Evaluasi proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen SDM.

 Ketidakakuratan informasi. Kinerja lemah menandakan adanya kesalahan di dalam informasi analisis pekerjaan, perencanaan SDM atau sistem informasi manajemen SDM. Pemakaian informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan proses rekrutmen, pelatihan, atau pengambilan keputusan tidak sesuai.

 Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja yang akurat terkait dengan pekerjaan dapat memastikan bahwa keputusan penempatan internal tidak bersifat diskriminatif.

Mengatasi tantangan-tantangan eksternal. Departemen SDM membantu karyawan mengatasi tantangan-tantangan eksternal, seperti masalah keluarga, keuangan, kesehatan, dan lain-lain.

B. Penelitian Terdahulu

1. Bobbie (2017) Profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja pengelola keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Dumai. Dari hasil penelitian diketahui bahwa profesionalisme pegawai pengelola keuangan pada SKPD Kota Dumai sudah baik. Semakin baik tingkat profesionalisme pegawai maka kinerja pengelola keuangan juga akan semakin baik dan

(44)

sebaliknya, semakin rendah tingkat profesionalisme pegawai maka kinerja pengelola keuangan juga akan semakin rendah.

2. Temuan penelitian Noel (2017) ini menunjukkan bahwa pengadaan secara profesional memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Implikasi langsungnya adalah bahwa entitas pemerintah dan pengadaan harus fokus pada profesionalisme pengadaan untuk meningkatkan kinerja masing- masing entitas dan keseluruhan pembangunan ekonomi negara tersebut.

Pekerjaan staf pengadaan yang terlatih secara profesional dan berkualitas harus ditekankan dan diterapkan.

3. Ridewan, dkk. (2016) menemukan profesionalisme memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Soppeng, yang artinya jika profesionalisme kerja pegawai naik maka akan diikuti dengan naiknya kinerja pegawai, demikian sebaliknya jika profesionalisme kerja pegawai turun maka akan di ikuti dengan turunnya kinerja pegawai.

4. Penelitian Devy (2017) menemukan hasil uji korelasi memperlihatkan bahwa disiplin kerja mempunyai hubungan yang sedang dengan kinerja pegawai. Artinya bahwa disiplin kerja berpengaruh secara langsung terhadap kinerja pegawai pada bidang serketariat dan bidang industri di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Samarinda.

5. Hasil penelitian Apalia (2017) menyimpulkan bahwa kode disiplin saat ini efektif dan telah menyebabkan peningkatan pengetahuan karyawan,

Referensi

Dokumen terkait

Krim ekstrak daun Tapak Kuda 2,5 % memiliki daya sebar tertinggi yaitu 3.7 sehingga dapat diprediksikan krim tersebut ketika diaplikasikan pada kulit memiliki kemampuan

Pada diagram di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan partisipasi aktif siswa untuk kegiatan mengumpulkan informasi (mencoba) dari siklus I ke siklus II

Agar dapat terus mempromosikan warisan budaya Indonesia ini, maka diperlukan peran serta dari pemerintah maupun non- pemerintah dalam mempromosikan alat musik Angklung

Kemudian diperoleh hasil harga diri responden setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar mengalami peningkatan harga diri yang

Dalam penelitian ini angket yang dipakai, diharapkan mampu mendata hasil responden tentang minat dan motivasi mengenai matapelajaran pendidikan jasmani olahraga dan rekreasi di SLB

Salah satu yang perlu diteliti adalah cakupan jaringan radio seluler dengan kanal HF dengan relay yang menggunakan dua antenna dipole yang berpolarisasi horizontal dengan

The purpose of this study was to assess hypertension knowledge and attitude of people who lived in Jatinangor sub-district related to prevention and treatment of the

yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talkshow “ Campur-. Campur ” di Stasiun ANTV Bulan Desember 2013 penting untuk diteliti