• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI SENSORI

MENGGAMBAR TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI

PADA PASIEN HARGA DIRIRENDAH DI RSJ Dr. AMINO

GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Cindy Claudia Aviani*), Dwi Heppy Rochmawati**), Sawab***) *)

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **)

Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang ***)

Dosen Program Studi Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang ABSTRAK

Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan, dan menuntut lebih dari kemampuannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah (HDR). Desain penelitian ini adalah quasy-eksperimen menggunakan one group pre-post test design, jumlah sampel 39 responden. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Sebelum dilakukan TAK stimulasi sensori menggambar sebanyak 39 responden mengalami HDR, sedangkan sesudah dilakukan TAK stimulasi sensori menggambar Terjadi peningkatan skor harga diri pada post pertama sebanyak 15 orang dengan harga diri normal, dan yang masih mengalami HDR hanya 24 orang. Pada post kedua terjadi peningkatan jumlah responden dengan harga diri normal sebanyak 37 dan masih mengalami HDR sebanyak 2 orang. Hasil penelitian didapatkan p-value 0,000 dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara TAK stimulasi sensori menggambar terhadap peningkatan harga diri pada pasien HDR. TAK stimulasi sensori menggambar dapat digunakan sebagai terapi modalitas yang dapat membantu meningkatan harga diri pasien di RSJ Amino Gondohutomo.

Kata kunci : Harga Diri Rendah, Stimulasi Sensori

ABSTRACT

Low self-esteem may occur in an environment which tends to expel the patient and urges them more than they can afford of. The purpose of this research is to know the influence of Group Activity Therapy (GAT) of drawing sensory stimulation to self-esteem enhancement for Low Self-esteem patient (LSE). The design of this research is quasy-experiment with one group pre-post test design for 39 respondents as sample. Data analysis that has been used is Wilcoxon Test. The pre-score of self-esteem taken before GAT of drawing sensory stimulation for 39 respondents are still considered as Low Self-esteem. The first post-score of self-esteem taken after GAT of drawing sensory stimulation is proven that 15 respondents have normal self-esteem and 24 respondents are still considered as Low Self-esteem patients (LSE). The second post-score of self-esteem taken after GAT of drawing sensory stimulation is proven that 37 respondents have normal self-esteem and 2 respondents are still considered as Low Self-esteem patients (LSE). The result of self-esteem variable research before and after intervention with p-value 0.000 is proven to enhance the self esteem of LSE patients. The research shows significant influence of group activity therapy of drawing sensory stimulation to self-esteem enhancement for Low Self-self-esteem patient. Group Activity Therapy (GAT) of drawing sensory stimulation can be used as a therapeutic modality that can help improve patients self-esteem in Dr. Amino Gondohutomo Mental Hospital

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit di mana kepribadian mengalami keretakan, alam pikir, perasaan, dan perbuatan individu terganggu. Pada orang normal, alam pikir, perasaan, dan perbuatan ada kaitannya atau searah, tetapi pada skizofrenia ketiga alam itu terputus, baik satu atau semuanya (Simanjuntak, 2008, hlm.7).

Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri sendri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun & Acoccela, 1990). Didalam kenyataan individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi negatif.

Gangguan konsep diri merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Riyadi, 2009, hlm.71). Rentang respon konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity) (Riyadi, 2009, hlm.3).

Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan dari orang lain ( Riyadi, 2009, hlm.75). Menurut Riyadi (2009, hlm.76) harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis (Riyadi, 2009, hlm.79).

Salah satu Terapi Aktivitas Kelompok yang dapat membantu pasien harga diri rendah yaitu TAK stimulasi sensori. Menurut Keliat (2004,

hlm.107) stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respons yang adekuat. Aktivitas stimulasi sensoris dapat berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian dan nyanyian.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15-22 Januari 2015 di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, pasien yang mengalami gangguan harga diri rendah tahun 2013 berjumlah 149 orang dan data terakhir pada tahun 2014 pada bulan Januari – November sebanyak 117 orang (Profil RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian Quasi Eksperimental dengan desain penelitian one group pre-post test design, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan terhadap suatu suatu variabel dan diharapkan dengan perlakuan tersebut akan terjadi perubahan atau pengaruh dengan variabel lain (Notoatmodjo, 2005, hlm.162). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan harga diri rendah dan diagnosa lain dari riwayat harga diri rendah yaitu perilaku kekerasan dan isolasi sosial yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 39 pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden/ sampel (Sugiyono, 2009).

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien harga diri rendah dan diagnosa lain dari riwayat harga diri rendah yaitu perilaku kekerasan dan isolasi sosial sebanyak 39 responden, dengan kriteria inklusi: pasien

(3)

harga diri rendah, pasien dalam kondisi tenang dan kooperatif, belum pernah mendapat terapi menggambar sebelumnya, diagnosa keperawatan harga diri rendah, diagnosa lain dari riwayat harga diri rendah yaitu perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Dan kriteria eksklusi: klien yang tidak bersedia menjadi responden.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dalam jangka waktu selama 2 minggu, yaitu pada tanggal 30 Maret – 11 April 2015. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adaah lembar kuesioner harga diri. Menggunakan instrumen tentang Rosenberg Self-Esteem Scale yang terdiri dari 10 pertanyaan yang harga diri klien stroke. Item soal nomor 1, 2 ,4, 6, 7, dan 8 yaitu skor sangat setuju = 3, setuju = 2, tidak setuju = 1, dan sangat tidak setuju = 0, sedangkan untuk item soal nomor 3, 5, 9, dan 10 skor sangat setuju = 0, setuju = 1, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 3. Jumlah skor berkisar 0 - 30, skor antara 16 - 30 berada dalam harga diri normal, sedangkan skor di bawah 16 menunjukkan harga diri yang rendah.

Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dan hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010, hlm.182). Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan 2 variabel yang meliputi variabel bebas (terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar) dan variabel terikat (harga diri).

Pada penelitian ini variabel yang dianalisis secara univariat pada data numerik yaitu usia dan skor harga diri yang dideskripsikan dengan mean, median, dan standar deviasi. Sedangkan data kategorik meliputi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dianalisis menggunakan distribusi. Penyajian data masing-masing variabel dalam bentuk tabel dan di interpretasikan hasil yang diperoleh. Sebelum di lakukan analisis bivariat peneliti melakukan uji normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Peneliti ini melakukan uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro wilk test karena jumlah sampel kurang dari 50 (Dahlan, 2011 hlm.48). Didapatkan data variabel skor sebelum dan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok

stimulasi sensori menggambar p value<0,05 maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini berdistribusi tidak normal. Sehingga untuk uji analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon Rank Test (Santoso, 2010, hlm.45).

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, di sebelah Utara Jawa Tengah yang berada di jalur utama ke arah Purwodadi tepatnya di Jalan Brigjen Sudiarto No.347 Semarang. Pada tahun 1986 di ubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang kemudian pada tahun 2002 di ubah lagi menjadi Rumah Sakit JiwaDaerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan pada tahun 2015 dan yang sekarang diganti dengan nama Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki bangunan permanen antara lain 1 gedung auditorium, 1 gedung administrasi, dan 13 gedung perawatan (11 ruang keperawatan 1 ruang perawatan intensif dan 1 ruang ketergantungan obat). Ruang yang digunakan untuk penelitian adalah ruang Srikandi, Ruang 1 Arimbi, dan Ruang Gatotkaca.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden a. Usia

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada pasien harga diri rendah rawat inap

yang mengikuti TAK stimulasi sensori menggambar di RSJDr. Amino Gondohutomo

Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 (n=39) Usia Frekuensi (n=39) % 17 – 25 tahun 12 30,8 26 – 35 tahun 21 53,8 36 – 45 tahun 6 15,4 Total 39 100

(4)

Berdasarkan tabel 5.1 dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil karateristik usia paling banyak pada rentang usia 26 – 35 tahun dengan jumlah 21 orang (53,8%), dan yang paling sedikit pada rentang usia 36 – 45 tahun dengan jumlah 6 orang (15,4%).

Tabel 5.2

Ukuran penyebaran data responden berdasarkan usia pada pasien harga diri rendah

rawat inap yang mengikuti TAK stimulasi sensori menggambar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tahun

2015 (n=39) Variab el N Mean Medi an SD Min – Max Usia 3 9 29,05 29,0 0 6,5 61 17 - 45

Berdasarkan tabel 5.2 dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil rata-rata usia responden yaitu 29,05 tahun (26 – 35 tahun), dengan median sebesar 29,00, standar deviasi sebesar 6,561, dan untuk usia terendah 17 tahun dan tertinggi 45 tahun.

b. Jenis Kelamin

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien harga diri rendah rawat inap yang mengikuti TAK stimulasi

sensori menggmbar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tahun

2015 (n=39) Jenis Kelamin Frekuensi

(n=39) Persentase (%) Laki-laki 32 82,1 Perempuan 7 17,9 Total 39 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil karakteristik jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 32 orang (82,1%), sedangkan perempuan sebanyak 7 orang (17,9%).

c. Pendidikan

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan pada pasien harga diri

rendah rawat inap yang mengikuti TAK stimulasi sensori menggambar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

tahun 2015 (n=39) Pendidikan Frekuensi (n=39) Persentase (%) SD 15 38,5 SMP 13 33,3 SMA 10 25,6 Perguruan Tinggi 1 2,6 Total 39 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil karakteristik tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SD dengan jumah 15 orang (38,5%), dan paling sedikit adalah pendidikan Perguruan Tinggi dengan jumlah 1 orang (2,6%).

d. Pekerjaan

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pada pasien HDR rawat inap yang mengikuti TAK stimulasi sensori menggambar

di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 (n=39) Pekerjaan Frekuensi (n=39) Persentase (%) Tani 5 12,8 Wiraswasta 20 51,3 Buruh 12 30,8 PNS/TNI/POLRI 1 2,6 Pelajar 1 2,6 Total 39 100

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil karakteristik pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta dengan jumah 20 orang (51,3%), dan pekerjaan paling sedikit adalah PNS dan pelajar dengan jumlah 1 orang (2,6%).

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol..No… Vol...No...

(5)

2. Harga Diri Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Menggambar

a. Harga diri sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi responden rga diri sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok

stimulasi sensori menggambar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

tahun 2015 (n=39) Harga Diri Frekuensi

(n=39) Persentase (%) Normal 0 0 Rendah 39 100 Total 39 100

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil harga diri sebelum dilaksanakan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar yang terbanyak adalah harga diri rendah dengan jumlah 39 orang (100%), dan yang harga diri normal dengan jumlah 0 (0%).

Tabel 5.7

Ukuran penyebaran data skor harga diri sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok

stimulasi sensori menggambar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

tahun 2015 (n=39)

Berdasarkan tabel 5.7 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil rata-rata skor harga diri responden sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar dalam penelitian ini adalah 11,74 harga diri dengan median sebesar 11,00, standar deviasi sebesar 2,302 dan untuk skor harga diri terendah 8 dan skor tertinggi 15.

b. Harga diri setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar

Tabel 5.8

Distribusi frekuensi responden berdasarkan harga diri setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa

Tengah tahun 2015 (n=39)

Berdasarkan tabel 5.8 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil harga diri

setelah dilaksanakan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar pada post pertama yang mengalami harga diri normal sebanyak 15 orang (38,5%) dan yang masih mengalami harga diri rendah sebanyak 24 orang (61,5%). Sedangkan pada post kedua terjadi kenaikan yang mengalami harga diri normal sebanyak 37 orang (94,9%), dan yang tetap mengalami harga diri rendah hanya 2 orang (5,1%).

Tabel 5.9

Ukuran penyebaran data harga diri setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi

sensori menggambar di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tahun

2015 (n=39) Variabel N Mean Medi

an SD Min - Max Skor harga diri setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggam bar (Post I) 39 16,13 15,0 0 2,99 3 12 – 22 Skor harga diri setelah Harga Diri Post I Post II F (%) F (%) Normal 15 38,5 37 94,9 Rendah 24 61,5 2 5,1 Total 39 100 39 100

Variabel N Mean Medi an SD Min – Max Skor harga diri sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar 3 9 11,74 11,0 0 2,3 02 8 – 15

(6)

dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggam bar (Post II) 39 20,51 20,0 0 2,89 2 12 - 29

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh hasil rata-rata skor harga diri responden setelah dilaksanakan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar (Post 1) dalam penelitian ini adalah 16,13 dengan median sebesar 15,00, standar deviasi sebesar 2,993, dan untuk skor harga diri terendah 12 dan skor tertinggi 22. Sedangkan hasil rata-rata harga diri responden setelah dilaksanakan terapi aktivias kelompok stimulasi sensori menggambar (Post II) dalam penelitian ini mengalami kenaikan yaitu 20,51 dengan median sebesar 20,00, standar deviasi sebesar 2,892, dan untuk skor harga diri terendah 12 dan skor tertinggi 29.

B. Analisis Bivariat

Hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan data variabel skor sebelum dan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar p value<0,05 maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini berdistribusi tidak normal. Sehingga untuk uji analisis dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon Rank Test. Hasil uji Wilcoxon dengan program pengolahan data SPSS versi 16.0 disajikan sebagai berikut.

Tabel 5.10

Analisis Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori Menggambar Terhadap Peningkatan Harga Diri Rendah pada Pasien

Harga Diri Rendah di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah tahun

2015 (n=39) Variabel N Mea n Me an Ra nk Z P Value Pre TAK 39 11,7 4 17, 00 Stimulasi sensori menggambar -5,4 51 0,000 Post TAK stimulasi sensori menggambar 39 20,5 1 20, 00

Berdasarkan tabel 5.10 diatas dari 39 responden dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai mean rank harga diri sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar sebesar 17,00 dan harga diri setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar sebesar 20,00. Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan harga diri setelah diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test atau tabel diatas di dapatkan nilai significancy 0,000 (p<0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan harga diri sebelum dan setelah diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar terhadap pasien harga diri rendah di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Interpretasi dan Pembahasan Hasil

Dalam penelitian ini diperoleh hasil kategori usia meliputi usia (17 – 25 tahun), (26 – 35 tahun), dan (36 – 45 tahun). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata usia responden yaitu 29,05 tahun (26 – 35 tahun) sebanyak 21 orang (53,8%) paling banyak menjadi responden. Menurut Pieter dan Namora (2010, hal.76) usia 26 – 35 tahun yang dikategorikan usia dewasa awal adalah usia produktif di mana mereka mulai menjadi calon orang tua, sebagian dari usia dewasa awal telah menikah, bahkan menjadi orang tua muda sebelum memasuki dewasa akhir. Pada usia dewasa awal banyak memiliki masalah-masalah yang rumit sehingga diperlukan waktu dan energi untuk mengatasinya. Hal ini terjadi karena pada usia dewasa awal tingkat emosinya masih tidak labil sehingga dalam penyesuaian diri seperti terhadap pekerjaan, pendidikan, pernikahan begitu sulit dilakukan para dewasa awal dikarenakan kurangnya

(7)

persiapan atau gagalnya dalam menghadapi segala masalah. Ketidakmampuan menghadapi masalah atau menyebabkan gangguan emosional.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil kategori jenis kelamin meliputi laki-laki dan perempuan. Pada penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang (82,1%) paling banyak menjadi responden. Suara Merdeka (2008) mengemukakan bahwa kaum laki-laki lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum laki-laki yang menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup, sementara Cordosa et al (2008, dalam Soedibyo, 2010) mengemukakan kenapa perempuan lebih sedkit beresiko mederita gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena perempuan leboh bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan dengan laki-laki.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil kategori pendidikan meliputi SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Pada penelitian didapatkan bahwa pendidikan SD sebanyak 15 orang (38,5%) paling banyak menjadi responden. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi cara individu berperilaku, membuat keputusan dan memecahkan masalah, serta mempengaruhi cara pasien berespon terhadap stressor. Berdasarkan teori Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa umumnya pendidikan merupakan upaya pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima informasi.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil kategori pekerjaan meliputi tani, wiraswasta, buruh, PNS/TNI/POLRI, dan pelajar. Pada penelitian ini didapatkan bahwa pekerjaan wiraswasta sebanyak 20 orang (51,3%) paling banyak menjadi responden. Gangguan harga diri dapat digambarakan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999, dalam Admin, 2010 ¶ 4-5). Pendapat tersebut juga didukung oleh Teori Model keperawatan kesehatan jiwa sosial (Caplan, Szasz, dalam Yosep, 2007, hlm.14) yaitu seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau

penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dilingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang. Akumulasi stressor yang ada dilingkungan salah satunya adalah tuntutan persaingan pekerjaan.

Berdasarkan hasil uji statistik dari 39 responden dalam penelitian ini diperoleh data harga diri responden sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar yang terbanyak adalah 39 responden (100%) masih memiliki harga diri yang rendah. Kemudian diperoleh hasil harga diri responden setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensori menggambar mengalami peningkatan harga diri yang bail (normal) dengan jumlah 37 responden (94,9%), dan yang masih mengalami harga diri rendah dengan jumlah 2 responden (5,1%).

Menurut Riyadi (2009, hlm. 76) harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan. Tindakan keperawatan untuk mengatasi harga diri rendah yaitu dapat dilakukan dengan pemberian terapiaktivitas kelompok.Salah satu terapi aktivitas kelompok yang dapat membantu pasien harga diri rendah yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori.Menurut Keliat (2004, hlm.107) stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respons yang adekuat.Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa stimulus terhadap penglihatan, pendengaran, dan lain-lain seperti gambar video, tarian, dan nyanyian.

Menurut Setyoadi (2011, hlm.58) stimulasi sensori menggambar bisa meningkatkan harga diri dikarenakan manfaat dari terapi aktivitas kelompok menggambar dapat menghilangkan stress dan memungkinkan pasien untuk mengembangkan keterampilan koping Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masdelita; Elita, Veni; Lestari, Widia di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau didapatkan perhitungan dari uji Dependent Sample T-Test nilai P value 0,000 (P<0,05) hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori efektif untuk meningkatkan kemampuan kerja sama pasien dengan isolasi sosial.

(8)

Berdasarkan hal diatas peneliti berpendapat bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar dapat mewakili isi perasaan atau pemikiran seseorang yang dialami oleh seseorang berdasarkan latar belakang, cita-cita maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan 6 ideal, seperti faktor pekerjaan, ekonomi, sekolah, keluarga, lingkungan dan jabatan yang dicurahkan melalui media gambar sehingga dapat diketahui problem solving yang tepat diberikan pada pasien.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak adalah usia 26-35 tahun sebanyak 21 orang (53,8%), jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki sebanyak 32 orang (82,1%), pendidikan paling banyak adalah SD sebanyak 15 orang (38,5%), dan pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 20 orang (51,3%).

2. Harga diri responden sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar sebanyak 39 responden yang masih mengalami harga diri rendah.

3. Harga diri responden setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar pada post pertama terjadi kenaikan jumlah responden dengan harga diri normal sebanyak 15 orang dan yang mengalami harga diri rendah 24 orang, dan post ke dua terjadi peningkatan jumlah responden dengan harga diri normal sebanyak 37 orang, dan sisanya masih mengalami harga diri rendah sebanyak 2 orang.

4.

Terdapat pengaruh setelah diberikan

terapi aktivitas kelompok stimulasi

sensori menggambar terhadap pasien

harga diri rendah di RSJ Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

dengan hasil nilai p value 0,000.

SARAN

1. Bagi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Jiwa

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dapat sebagai terapi modalitas yang dikembangkan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah untuk membantu meningkatkan harga diri pasien.

2. Bagi pendidikan

Sebagai bukti dan sumber informasi ilmiah tentang terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori menggambar terhadap peningkatan harga diri pada pasien harga diri rendah.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat sebagai bahan referensi dengan penelitian sejenis bagi klien gangguan jiwa lain.

DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak,

J.

(2008).

Konseling

gangguan

jiwa

dan

okultisme

membedakan gangguan jiwa dan

kerasukan setan. Jakarta:PT Gramedia

Pustaka Utama

Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan

keperawatan jiwa. Yogyakarta:Graha

Ilmu

Keliat,

B.A.,

&

Akemat.

(2004).

Keperawatan jiwa: terapi aktivitas

kelompok. Jakarta: EGC

Notoatmodjo,

S.

(2005).

Metodologi

penelitian kesehatan.

Jakarta:Renika

Cipta

Sugiono.

(2009).

Metode

penelitian

pendidikan (pendekatan kuantitaif,

kualitatif,

dan

R&D).

Bandung:

Alfabeta

_______. (2010).

Metodologi penelitian

kesehatan. Jakarta:Renika Cipta

Dahlan, M.S. (2011).

Statistik untuk

kedokteran

dan

kesehatan.

Jakarta:Salemba Medika

Pieter & Namora. (2010).

Pengantar

psikologi dalam keperawatan. Jakarta:

Kencana

Soedibyo,

E.,

Dibyo,

P.

(2010).

Determinan

terhadap

timbulnya

skizofrenia pada pasien rawat jalan di

Rumah Sakit Jiwa Prof. Hb Saanin

Padang

Sumatera

Barat.

(9)

Journal.ugm.ac.id/.index.php/bkm/arti

cle/view/3471 diperoleh tanggal 22

Mei 2015

Admin.

(2010).

Ilmu

psikologi.

http://belajarpsikologi.com/pengertian

-harga-diri/ diperoleh tanggal 8 Maret

2015

Yosep, I. (2007).

Keperawatan jiwa.

Bandung:Refika Aditama

Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan

keperawatan

jiwa.

Yogyakarta:Graha Ilmu

Keliat,

B.A.,

&

Akemat.

(2004).

Keperawatan

jiwa:

terapi

aktivitas kelompok. Jakarta:EGC

Setyoadi & Kushariyadi. (2011).

Terapi

modalitas

keperawatan

pada

klien

psikogeriatrik.

Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Untuk ARL0 (ARL untuk peta kendali X dalam keadaan terkendali) maka p = α = probabilitas kesalahan/error tipe I (menyatakan keadaan tidak terkendali padahal keadaan

Tingkat kepuasan pada indikator bukti fisik ( tangible ) berdasarkan hasil analisis menunjukkan puas, berarti pasien Poli Gigi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru telah

Pertanyaan selanjutnya, dimanakah keutamaan pelaksanaan syariat ibadah atas fenomena gerhana tersebut, terlebih bagi pengamat ( observer ) dan pemerhati astronomi. Siapa

5) Pada ranah pemerintahan, pendidikan dan pekerjaan/profesi, situasi diglosia ini terlihat dengan pemilihan bahasa yang digunakan penutur bahasa Ngaju adalah bahasa Indonesia

Tabel 2.1 Perbandingan penelitian terkait ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2.2 Konsep yang mendasari definisi DSS ... Error! Bookmark not defined. Tabel 2.3 : Simbol-Simbol

Rokok kretek pertama mereka yang dibuat dengan mesin adalah Djarum Filter yang kemudian diluncurkan pada tahun 1976, diikuti pada tahun 1981 oleh Djarum Super, yang

Sistem yang saat ini ada pada Puskesmas Payo Selincah Jambi untuk permintaan obat ke Instalasi Farmasi Kota adalah asisten apoteker mencatat penerimaan, pemakaian

Jenis data yang akan digalii dalam penelitian ini disusun dengan validasi logis untuk mengetahui kelayakan produk, untuk kriteria prestasi dan kriteria pembelajaran