• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses penerimaan orang tua terhadap anaknya yang hamil di luar nikah : sebuah studi kasus di Kabupaten Poso - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Proses penerimaan orang tua terhadap anaknya yang hamil di luar nikah : sebuah studi kasus di Kabupaten Poso - USD Repository"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAKNYA YANG

HAMIL DI LUAR NIKAH

(sebuah studi kasus di kab. Poso)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Jane Mariem Monepa

NIM : 039114069

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Jane Mariem Monepa

NIM : 039114069

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

“ M intalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka

kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu...karena setiap orang yang meminta,

menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan

setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan

( matius 7:7- 8 )

(6)

v

Jane Mariem Monepa

NIM : 039114069

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

Konflik di kabupaten Poso telah menimbulkan dampak yang serius bagi

masyarakat Poso baik itu secara fisik maupun secara psikologis. Konflik juga

telah memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan reproduksi perempuan

seperti meningkatnya kasus-kasus kehamilan di luar nikah. Tidaklah mudah bagi

orang tua untuk dapat menerima keadaan anaknya khususnya jika kehamilan itu

terjadi pasca terjadinya konflik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana proses penerimaan orang tua terhadap anaknya yang hamil

di luar nikah setelah terjadinya konflik di kabupaten Poso.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara dan

observasi. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

data kualitatif yaitu mengorganisasi data, koding, dan kategorisasi hasil/

interpretasi. Hasil penelitian ini kemudian menunjukkan bahwa proses

penerimaan orang tua paling banyak berada pada tahapan kemarahan berupa

perasaan dan tahapan penerimaan berupa pikiran dengan kesimpulan bahwa

banyaknya tahapan proses penerimaan serta lamanya proses penerimaan sangat

dipengaruhi oleh jenis kelamin, tipe kepribadian, pola asuh dan karakteristik

masyarakat.

(7)

vi

ABSTRACT

THE PROCESS OF PARENTS ACCEPTANCE OF THEIR DAUGHTERS

WHO WHERE PREGNANT BEFORE MARRIED

A Case Study in Poso

Jane Mariem Monepa

NIM : 039114069

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2008

A conflict which was happened in Poso had emerged a serious impact for

its people, physically and psichologically. The conflict had also resulted

negatively for teenage girls in terms of their reproduction health, that is the

increasing of teenage pregnancy before married. It was not easy for parents to

accept such situation, especially when the pregnancy happened after the conflict.

Therefore, this reasearch was aimed to know how was the process of parents

acceptance of their daughters who were pregnant before married afer the conflict

in Poso.

The method used in this reasearch was qualitative method through

interview and observation. After that the data was analyzed by means of data

analysis technic. They were data organization,coding, and result categorization/

interpretation. The result revealed that most of the process of parents acceptance

were on the steps of anger in terms of feeling and step of acceptance in terms of

thoughts it was conducted that the number of steps in the process of acceptance

and also the period of the process of acceptance were influenced by gender,

personality type, the act of nursing, and also society characteristic.

(8)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama

: Jane Mariem Monepa

Nomor Mahasiswa

: 039114069

Demi ilmu pengetahuan, Saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah Saya yang berjudul:

“Proses Penerimaan Orang Tua Terhadap Anaknya Yang Hamil Di Luar Nikah

(sebuah studi kasus di kab. Poso)”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, megalihkan dalam bentuk media lain,

menge lolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu

meminta ijin dari Saya maupun memberikan royalti kepada Saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan karyaNya

di dalam penelitian ini. penyertaanNya senantiasa memberikan kekuatan dari awal

hingga akhir penelitian ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah

satu syarat guna memproleh gelar Sarjana Psikologi, Fakultas Psikologi,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam menyusun skripsi yang berjudul “Proses penerimaan orang tua

terhadap anaknya yang hamil di luar nikah”, penulis menyadari bahwa tanpa

campur tangan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1.

Tuhan Yesus sebagai juru selamatku atas pertolonganMu dalam hidupku

hingga bisa berada di titik ini.

2.

Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi,M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Ibu Sylvia CMYM, S.Psi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

(10)

ix

5.

Keluarga om ating dan tante mei atas ijinnya untuk try out, tanpa bantuan

om dan tante sulit bagiku untuk melakukan wawancara.

6.

Papa rit dan mama rit serta papa susi dan mama susi, terima kasih atas

kesempatan yang sudah diberikan sehingga boleh memperoleh data yang

diharapkan

7.

Papaku yang kukasihi Benny. S. Monepa, terima kasih atas dukungannya,

tiada kata-kata yang dapat diungkapkan sebagai tanda terima kasih atas

segala nasehatnya dan kekuatan di saat benar-benar tidak mampu,

Thanks

Pa....Love U so Much

.

8.

Mamaku yang sangat kukasihi Minaltin Polembi, ma...akhirnya satu babak

telah kulalui, doamu selalu menjadi semangat buatku, terima kasih atas

omelan dan nasehatnya tanpa semua itu saya tidak akan mampu

menyelesaikan penulisan skrispsi ini....

Your the best Mom

.

9.

Kakakku Jemmy...Broww sekarang aku dah bisa membuktikan

kata-kataku selama ini, terima kasih atas nasehatnya

(11)

x

11.

Adikku Ella, kamu adalah adik yang sangat kakak sayangi, kenakalan dan

seyummu yang membuatku menjadi lebih semangat.

12.

buat k’ un ku sayang atas masukkannya serta pelajaran berharga yang

telah diberikan sejak aku masih SMA sehingga aku bisa jadi lebih baik dan

k’dolof serta k’sem, k’lia beserta si kecil gaby dan grace, ku ucapkan

terima kasih atas dukungannya

13.

My special frieds

Ichad “Godeku”, terima kasih atas dukungannya

tanpamu sulit bagiku untuk mengerjakan skripsiku, skrispsi ini boleh jadi

berkat dukunganmu tetaplah menjadi “Godeku”.

14.

Buat temanku inung, ellen, ratna, melissa, dhank2 yang selalu memberikan

dukungan, saat-saat kita bersama menjadi suatu kerinduan bagiku.

15.

Keluarga besar STM Pembangunan No. 13, ibu Mira atas nasehatnya yang

sangat membantu, ibu Ucay atas pemikirannya yang membua tku selalu

berusaha maju, Destak atas semangatnya, Dwie atas segala pengertiannya,

Maman atas bantuannya, Ius atas bantuannya, Ais atas pengalamannya dan

semuanya yang selalu hadir dalam kebahagiaan keluarga besar STM

Pembangunan No.13.

16.

Vivin yang selalu mendorong biar cepat selesai, sekarang namamu sudah

kumasukkan jadi hutangku sudah lunas.

(12)

xi

19.

Buat pa tua dan ma tua Al, pa tua da ma tua Victor, pa tua dan ma tua

Iwan, pa tua dan ma tua Esan terima kasih kalian sungguh memberikanku

semangat baru dan seluruh keluarga besarku terima kasih atas

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini banyak kekurangan

dalam segala hal, sehingga masih membutuhkan kritik dan saran. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

(13)

xii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL...

i

HALAMAN PERSETUJUAN...

ii

HALAMAN PENGESAHAN...

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...

iv

ABSTRAK...

v

ABSTRACT... vi

PERNYATAAN PERS ETUJUAN PUBLIKASI... vii

KATA PENGANTAR...

viii- xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

xii

DAFTAR ISI...

xiii- xv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………..

xvi

DAFTAR LAMPIRAN………..

xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.

Latar Belakang Masalah... 1-4

B.

Rumusan Masalah... 4

C.

Tujuan Penelitian... 5

(15)

xiv

HALAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

A.

Keha milan di Luar Nikah

1.

Pengertian kehamilan di Luar Nikah... 7-8

2.

Penyebab Kehamilan di Luar Nikah... 8-9

3.

Akibat Kehamilan di Luar Nikah... 9-11

B.

Penerimaan Orang Tua

1.

Pengertian Penerimaan... 11-12

2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Penerimaan

Orang Tua... 12-19

3.

Akibat Penerimaan Orang Tua Pada Anaknya... 19

4.

Proses Penerimaan Orang Tua Terhadap Anaknya yang

Hamil di Luar Nikah... 19-24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 25

(16)

xv

A.

Hasil Penelitian... 35

1.

Proses penelitian... 35-36

2.

Hasil penelitian subjek 1... 36-44

3.

Hasil penelitian subjek 2... 46-51

4.

Hasil penelitian subjek 3... 53-59

5.

Hasil penelitian subjek 4... 61-67

B.

Pembahasan... 75-79

BAB V PENUTUP... 80

A.

Kesimpulan... 80-81

B.

Saran... 81-82

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvi

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Halaman

Tabel. 1

Identitas Subjek 1……… 36

Tabel. 2

Identitas Subjek 2……… 46

Tabel. 3

Identitas Subjek 3……… 53

Tabe l. 4

Identitas Subjek 4……… 61

Tabel. 5

Jumlah frekuensi proses penerimaan berdasarkan

koding per subjek...

75

Gambar. 1

Skema terjadinya kehamilan di luar nikah di kab. Poso... 6

Gambar. 2

Proses Penerimaan Secara Umum……….. 33

Gambar. 3

Proses Penerimaan Subjek 1……….. 45

Gambar. 4

Proses Penerimaan Subjek 2……….. 53

Gambar. 5

Proses Penerimaan Subjek 3……….. 61

Gambar. 6

Proses Penerimaan Subjek 4……….. 69

Gambar. 7

Proses Penerimaan Kasus 1 (subjek 1 & subjek 2)……… 70

Gambar. 8

Proses Penerimaan kasus 2 (subjek 3 & subjek 4)………. 71

Gambar. 9

Proses Penerimaan Bapak (subjek 2 & subjek 4)………... 72

Gambar. 10

Proses Penerimaan Ibu (subjek 1 & subjek 3)…………. 73

(18)

xvii

A.

Wawancara Subjek Primer

B.

Wawancara Subjek Sekunder

C.

Keterangan Koding dan Validitas Komunikatif

D.

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tahun 1998 terjadi konflik di kabupaten Poso, konflik ini telah

mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi masyarakat Poso. Banyak

diantara mereka yang harus kehilangan rumah sebagai tempat untuk berteduh

serta kehilangan orang-orang yang mereka sayangi. Konflik Poso yang muncul

dipermukaan pada umumnya lebih di lihat dari aspek SARA ( suku, agama, ras,

dan antar kelompok). Akan tetapi, bila diperhatikan secara cermat, konflik yang

terjadi di kabupaten Poso sebenarnya lebih didasarkan pada kesenjangan politik

pemerintahan dan adanya kesenjangan ekonomi (Sutanto, 2004).

(20)

pengungsian Posunga-Pamona Utara dan desa Tangkura-Poso Pesisir), kurangnya

pengawasan dan kontrol dari orang tua terhadap anak serta terjadinya perubahan

perilaku seksual yang diakibatkan oleh buruknya kondisi kehidupan di tempat

pengungsian.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustiani dan Pakpahan

(2004), ditemukan bahwa di desa Posungga kecamatan Pamona Utara kabupaten

Poso sekitar 60 % pernikahan di usia muda merupakan akibat dari hubungan

pranikah serta kehamilan di luar nikah. Hal ini juga di dukung oleh Patodo

(komunikasi pribadi, 15 Januari 2008), yang menyatakan bahwa angka kasus

kehamilan di luar nikah di kabupaten Poso pada umumnya meningkat setelah

terjadinya konflik, penyebabnya antara lain dikarenakan ketidakmampuan orang

tua dalam hal ekonomi, sehingga anak menjadi putus sekolah dan melakukan

hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang tua.

Kondisi atau keadaan yang terjadi di kab Poso, yang ditandai dengan

meningkatnya angka kasus kehamilan di kabupaten Poso ini sangat sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh PKBI yang menunjukkan bahwa lingkungan

sangat berpengaruh terhadap terjadinya kasus-kasus kehamilan di luar nikah

(Indrasari, 2004). Dalam hal ini, konflik merupakan penyebab utama sehingga

angka kasus kehamilan di luar nikah pada kabupaten Poso meningkat.

(21)

3

orang tua kepada anaknya yaitu pendidikan tanggung jawab yang dapat di mulai

sejak usia dini (Ginott, 1965). Pendidikan tanggung jawab diberikan dengan

tujuan agar anak dapat belajar mandiri dan menemukan solusi untuk permasalahan

yang dihadapinya.

Perjuangan orang tua untuk memelihara dan mendidik anaknya tidak hanya

sampai pada masa ketika anak memasuki masa anak-anak dan masa puber. Akan

tetapi, prosesnya masih terus berlanjut hingga sang anak benar-benar dapat di

lepas untuk mengatur sendiri kehidupannya. Salah satu masa yang paling sulit

dihadapi oleh orang tua di dalam rentang waktu perkembangan anak yaitu pada

saat anak memasuki masa remaja. Di dalam rentang kehidupan, masa remaja

merupakan suatu masa di mana gelombang kehidupan sudah mencapai

puncaknya. Pada masa ini, remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya

dan sebaik-baiknya untuk mengalami hal- hal yang baru serta menemukan

sumber-sumber baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada di

dalam dirinya (Hamalik, 1995).

Bagi remaja, waktu dengan teman merupakan bagian penting. Dalam

kesehariannya teman merupakan tempat menghabiskan waktu, berbicara, berbagi

kesenangan, dan kebebasan. Akan tetapi, teman sebaya juga dapat merupakan

kelompok yang memberikan pengaruh negatif terhadap anak remaja. Mereka

mendorong ke arah kualitas yang tidak diharapkan seperti minum- minuman keras,

mencuri, hingga ke perilaku-perilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan

di luar nikah (Agustiani, 2006).

(22)

bagi orang tua yang anaknya mengalami kehamilan di luar nikah. Dalam hal ini,

orang tua diharapkan untuk dapat memberikan dukungan, dorongan serta

semangat terhadap anaknya yang hamil di luar nikah. Namun, disisi lain orang tua

secara psikologis belum dapat untuk menerima keadaan anaknya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kubler-Ross (seperti dikutip dalam Astuti, 1997) yang

mengungkapkan bahwa seiring dengan rasa bersalah dan depresi yang dialami,

orang tua yang anaknya hamil di luar nikah akan merasakan ketidakberdayaan,

frustasi, dan marah karena hal ini harus terjadi dan mereka tidak mampu

melakukan apapun untuk membantu anaknya, sehingga apabila kita berhadapan

dengan situasi tersebut, satu-satunya cara yang rasional untuk memberikan respon

kepadanya adalah menerimanya (Frankl dalam Schultz, D., 1991 ).

Adanya konflik di kabupaten Poso yang menimbulkan masalah psikososial

dan berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan sehingga

menyebabkan meningkatnya angka kasus kehamilan di luar nikah membuat

peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana proses penerimaan orang tua terhadap

anaknya yang hamil di luar nikah di kabupaten Poso.

B.

RUMUSAN MASALAH

(23)

5

C.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penerimaan orang tua

terhadap anaknya yang hamil di luar nikah setelah adanya konflik yang terjadi di

kabupaten Poso.

D.

MANFAAT PENELITIAN

1.

Manfaat praktis :

Secara umum penelitian ini dapat digunakan untuk membantu proses

penerimaan orang tua yang anaknya hamil di luar nikah khususnya pada

daerah konflik sehingga diharapkan melalui hasil penelitian ini orang tua

dapat memberikan reaksi yang positif terhadap kehamilan yang terjadi pada

anak.

2. Manfaat teoretis :

(24)

Gambar 1

. Skema Terjadinya kehamilan di luar nikah di kab. Poso

Konflik

Masalah pengungsian

Masalah ekonomi

Buruknya kondisi di

tempat

pengungsiaan

Menimbulkan masalah yang

terkait dengan kesehatan

reproduksi perempuan antara

lain terjadinya kehamilan di

luar nikah

Meningkatnya angka

putus sekolah,

sehingga anak tidak

memiliki aktivitas

dan melakukan

hal-hal yang negatif

Masalah hubungan

orang tua dan anak

Kurangnya

pengawasan dan

kontrol orang tua

(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

KEHAMILAN DI LUAR NIKAH

1.

Pengertian Kehamilan di Luar Nikah

Kehamilan merupakan suatu proses yang diakibatkan oleh bersatunya sel

seks pria dan sel seks wanita (Hurlock, 1995). Menurut Gilarso (2004), ciri-ciri

dari kehamilan yaitu:

a.

Pada permulaan hanya ada tanda-tanda yang belum pasti yaitu: Tidak

haid, buah dada menjadi bertambah besar, sering mual pada pagi hari

sampai mau muntah, sulit tidur, dan sering sakit kepala.

b.

Pada umur kehamilan selanjutnya (3 bulan ke atas), rahim mulai

membesar dan mulai ada hiperpigmentasi wajah (topeng kehamilan).

c.

Pada kehamilan 5 bulan, denyut jantung anak bisa di dengar oleh

pemeriksa dan gerakan anak di rasakan.

(26)

masalah fungsi dan proses reproduksi mereka. Akibatnya, remaja tidak

mendapatkan informasi yang benar dan jujur yang sebenarnya mereka

perlukan (“seputar seks oral”, 2001 ).

Jadi, kehamilan di luar nikah adalah kehamilan yang terjadi karena

kurangnya pengetahuan mengenai proses reproduksi atau terjadinya kehamilan.

2.

Penyebab Kehamilan di Luar Nikah

Indrasari (2004) mengungkapkan bahwa kehamilan di luar nikah bukan

disebabkan karena mereka tidak tahu bahwa seks pranikah dilarang oleh agama

serta melanggar nilai- nilai di dalam masyarakat, akan tetapi, disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu:

a. Mereka tidak memahami mengenai apa itu hubungan seksual;

bagaimana dua orang yang tadinya sekedar merasa dekat dan saling

percaya, kemudian bisa terlibat dalam hubungan fisik seperti berpelukan,

berciuman, dan berhubungan seksual. Semua dialami seperti sesuatu

yang baru dan mereka tidak bisa mengendalikan dirinya untuk

menghentikan di saat yang tepat

(27)

9

dengan sekali berhubungan dapat menyebabkan kehamilan.

c. Sebenarnya mereka tahu bahwa hubungan seksual bisa menyebabkan

kehamilan, tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak karena mereka

takut pacarnya akan marah dan meninggalkan dirinya. Mereka berpikir

bahwa hubungan seks adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan rasa

cinta kepada pasangannya.

Dari penelitian juga ditemukan jawaban bahwa baik remaja putra atau

putri ternyata mereka menyadari akan kesalahan itu. Mereka kemudian

dianjurkan untuk menggunakan obat-obatan atau alat-alat pencegah kehamilan,

tetapi mereka menolak dan merasa yakin bahwa mereka tidak akan

mengulanginya lagi. Ternyata, mereka tetap melakukannya dan akibatnya

mereka keluar masuk klinik gelap untuk menggugurkannya. Hal serupa inilah

yang disebut sebagai ketidakdewasaan sikap yang menimpa bukan saja pemuda

atau pemudi tetapi juga orang dewasa (La Rose, 1996).

Jadi, penyebab terjadinya kehamilan di luar nikah adalah kurangnya

pemahaman mengenai hubungan seksual, tidak mengetahui konsekuensi dari

berciuman dan berhubungan seksual, tidak dapat menolak untuk tidak

melakuakan hubungan seksual karena adanya ketakutan ditinggalkan oleh

pacar, dan ketidakdewasaan sikap.

3.

Akibat Kehamilan di Luar Nikah

(28)

a.

Penyangkalan

Remaja yang hamil di luar nikah biasanya memungkiri kehamilannya

dengan cara menunda tes kehamilan, tidak memberitahu seseorang, atau

tidak pergi ke dokter meskipun gejala- gejala awalnya tampak jelas.

b.

Rasa Takut

Reaksi umum yang terjadi menghadapi kehamilan di luar nikah

adalah timbulnya rasa takut terutama perasaan takut menghadapi tanggapan

orang tua serta merasa takut akan perubahan-perubahan yang terjadi dalam

tubuh atau takut menghadapi sakit persalinan dan melahirkan anak.

c.

Rasa Bersalah

Remaja yang hamil di luar nikah biasanya diliputi oleh perasaan

bersalah sehingga mengabaikan hal-hal lain.

d.

Rasa Malu

Karena kehamilan menunjukkan kepada setiap orang bahwa mereka

telah melakukan hubungan seks, maka hal itu sering menimbulkan rasa

malu yang mendalam.

e.

Penyesalan

Adanya harapan agar dapat memutar waktu kembali dan mengubah

situasi yang telah mengakibatkan kehamilan di luar nikah. Kenyataannya

bahwa waktu tidak dapat di rubah kembali dan hal ini menyebabkan rasa

penyesalan terutama karena telah mengecewakan orang tua.

(29)

11

a.

Kehamilan pada remaja meningkatkan resiko kesehatan bagi ibu dan

anaknya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja cenderung memiliki berat

badan yang lebih rendah.

b.

Ibu remaja sering berhenti dan keluar dari sekolah, tidak memperoleh

pekerjaan serta tergantung pada orang tua. Walaupun banyak ibu remaja

yang melanjutkan pendidikannya kemudian, namun biasanya mereka

tidak dapat mengejar ketertinggalannya.

c.

Kekurangan bekal pendidikan. Orang tua remaja cenderung memperoleh

gaji yang rendah, memiliki pekerjaan dengan status yang rendah atau

bahkan tidak memiliki pekerjaan.

Jadi, kehamilan di luar nikah secara emosional dapat menyebabkan

penyangkalan, rasa takut, rasa bersalah, rasa malu, dan penyesalan. Sedangkan

secara sosial dapat menyebabkan meningkatnya resiko kesehatan bagi ibu dan

anak, putus sekolah, dan kurangnya bekal pendidikan.

B.

PENERIMAAN ORANG TUA

1.

Pengertian Penerimaan

(30)

yang tulus dan apa adanya, serta keterlibatan yang tidak dibuat-buat agar anak

merasa nyaman dan di dukung (Indrasari, 2004).

Menurut Johnson (seperti dikutip dalam Supratiknya, 1995), ada 2

macam penerimaan terhadap orang lain:

a.

Penerimaan Anteseden, yaitu mendorong orang lain agar mau ambil

resiko membuka diri atau membangun hubungan yang lebih erat dengan

menunjukkan kehangatan dan rasa senang atau suka tanpa syarat

terhadap orang yang bersangkutan.

b.

Penerimaan Konsekuen, adalah penerimaan terhadap orang lain sesudah

orang yang bersangkutan mau ambil resiko mengungkapkan diri atau

mencoba membangun hubungan yang lebih erat. Penerimaan ini penting

untuk menjaga agar hubungan terus terjalin dan tumbuh.

Jadi, penerimaan adalah perasaan senang yang ditandai perhatian dan

kasih sayang, dukungan yang tulus dan apa adanya, serta keterlibatan dan

berperan serta dalam kegiatan anak agar anak merasa nyaman dan di dukung.

2.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penerimaan Orang tua

a.

Jenis Kelamin

Menurut Sahran (seperti dikut ip dalam Basti, & Dewi, P. M. E.,

1996), karakteristik peran gender maskulin dapat di bagi dalam tiga

komponen yaitu:

(31)

13

2.

Sifat maskulin yang dijabarkan bersifat melindungi, mandiri, matang

atau dewasa, dan percaya diri.

3.

Rasionalitas yang dijabarkan dalam sifat suka mencari pengalaman

baru, rasional, dan tenang saat menghadapi krisis.

Raven dan Rubin (seperti dikutip dalam Basti, & Dewi, P. M. E.,

1996) juga menyebutkan lebih detail mengenai karakteristik peran gender

maskulin yaitu agresif, bebas, dominan, objektif, tidak emosional, aktif,

kompetitif, ambisi, rasional, percaya diri, rasa ingin tahu tentang berbagai

perasaan dan objek-objek non sosial, impulsif, kurang dapat

mengekspresikan kehangatan dan rasa santai serta kurang responsif terhadap

hal- hal yang berhubungan dengan emosi (perasaan).

Sedangkan karakteristik peran gender feminim juga di bagi dalam tiga

komponen yaitu:

1.

Kasih sayang yang mencakup memperhatikan keserasian, penyayang,

suka merasa kasihan, tabah, dan tulus hati

2.

Kelembutan perilaku yang mencakup berbudi halus, hangat, hemat,

kalem dan suka hati- hati.

3.

Sifat feminim yang mencakup ramah, membutuhkan rasa aman,

memperhatikan etika, dan rapi

(32)

serta lebih memandang kehidupan ini sebagaimana adanya.

b.

Tipe Kepribadian

Eysenck mengelompokkan manusia berdasarkan dua tipe kepribadian

yaitu tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert (seperti

dikutip dalam Rusli, R., 2008). Tipe kepribadian introvert cenderung mudah

tersinggung, rendah diri, pendiam, penyendiri, menjaga jarak dengan orang

lain, cenderung berpikir ke depan, menjalani hidup dengan serius, kaku,

sukar tidur, senang akan keteraturan, mengontrol perasaan, dan dapat

diandalkan. Sebaliknya, tipe kepribadian ekstrovert memperlihatkan

kecendrungan perhatian yang sempit, tidak puas, cenderung tidak tetap pada

pendiriannya, tidak teliti, tidak kaku, sociable, senang pesta, punya banyak

teman, selalu membutuhkan orang lain untuk di ajak berbicara, optimis,

kendali perasaan longgar, dan tidak selalu dapat diandalkan.

(33)

15

Costa dan McCrae (seperti dikutip dalam Mastuti, E., 2005), juga

mengungkapkan bahwa tipe introvert cenderung tidak sepenuhnya terbuka

dan memiliki hubungan yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan

orang lain, mereka lebih senang dengan kesendirian. Sedangkan tipe

ekstrovert cenderung ramah dan terbuka serta menghabiskan waktunya

untuk mempertahankan dan menikmati sejumlah besar hubungan.

c.

Pola Asuh

1.

Pola Asuh Otoriter

Menurut Stewart dan Koch (seperti dikutip dalam Muazar, H.,

2008), orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a)

Kaku

b)

Tegas

c)

Suka menghukum

d)

Kurang ada kasih sayang serta simpatik

e)

Orang tua memaksa anak untuk patuh pada nilai- nilai mereka serta

mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah laku

orang tua dan cenderung mengekang keinginan anak

f)

Orang tua tidak mendorong serta memberikan kesempatan kepada

anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian.

g)

Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak

dewasa.

(34)

H., 2008), orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk

mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya.

2.

Pola Asuh Demokratis

Stewart dan Koch (seperti dikutip dalam Muazar, H., 2008 ),

menyatakan ciri-cirinya adalah:

a)

Orang tua menganggap sama kewajiban dan hak antara orang tua

dan anak

b)

Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi

anak-anaknya mengenai segala sesuatu yang diperbuatnya sampai

mereka menjadi dewasa

c)

Orang tua selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling memberi

dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluahan dan

pendapat anak-anaknya

d)

Dalam bertindak, mereka selalu memberikan alasannya kepada

anak, mendorong anak saling membantu dan bertindak secara

obyektif, tegas tetapi hangat dan penuh perhatian

Sedangkan menurut Barnadib (seperti dikutip dalam Muazar, H.,

2008), orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan

anak dan tidak hanya sekedar mampu memberi nasehat dan saran, tetapi

juga bersedia mendengarkan keluhan-keluhan anak berkaitan dengan

persoalan-persoalannya.

3.

Pola asuh Permisif

(35)

17

menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai pola asuh permisif

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a)

Cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa

memberikan kontrol sama sekali

b)

Anak sedikit sekali di tuntut untuk tanggung jawab, tetapi memiliki

hak yang sama seperti orang dewasa

c)

Anak di beri kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang

tua tidak banyak mengatur anaknya

d.

Karakteristik Masyarakat

Masyarakat Poso menggunakan istilah “SINTUWU” sebaga i landasan

kepribadian masyarakatnya (Tahir, L.S., 2007), yang dapat dipahami dalam

beberapa pengertian:

1.

Dota pasanggan

atau kemauan bersama untuk melakukan pekerjaan.

Kegiatan kerjasama yang di dorong oleh rasa kekeluargaan, rasa

kebersamaan satu komuniti untuk kepentingan seseorang, keluarga,

kerabat, dan masyarakat pada umumnya.

2.

Kegiatan yang dilakukan dalam berbagai bidang dan lapangan

kehidupan yang di pandang baik dan terpuji di mana menghendaki

kerjasama dan bantuan orang lain.

Secara keseluruhan arti dari istilah SINTUWU adalah kebersamaan yang

dalam konteks sosial dan agama termanifestasi dalam bentuk:

(36)

mereka saling membantu mengerjakan sawah atau kebun

masing-masing secara bergiliran dan teratur sampai seluruh anggota kelompok

itu mendapatkan giliran

2.

Nosialapale

atau

transparancy,

yaitu, adanya keterbukaan masyarakat

dalam menerima keyakinan agama, bahasa, adat istiadat yang berbeda,

rasa solodaritas dan kekeluargaan diantara sesama warga serta rasa

simpatik dan penghargaan antar sesamanya.

3.

Membutulungi

atau

social awarenes

, yaitu, suatu semangat yang

membahu, saling membantu dalam hal pembangunan rumah. Bantu

membantu tersebut di mulai pada saat seseorang mendirikan rumah,

mengatap rumah, dan sebagainya. Bagi masyarakat Poso, dianggap

tabu meninggalkan desanya sebelum sempat membantu, walaupun

hanya sekedar memegang tiang atau sekedar menaikkan selembar

atap, mereka percaya bahwa meninggalkan desa pada saat kegiatan

saling membantu mendirikan rumah pasti mengalami kegagalan.

Selain itu, sistem kekerabatan masyarakat poso terbagi menjadi dua

yaitu inti dan keluarga luas di mana keluarga luas lebih dominan

dibandingkan dengan keluarga inti sehingga membuat kekerabatan di

Kabupaten Poso masih sangat kuat khususnya pada daerah pedesaan (Hasan

dkk, 1994). Hal ini juga sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

Gangster dkk (seperti dikutip dalam Andarika, 2004), bahwa setiap individu

membutuhkan dukungan yang berasal dari teman maupun keluarga.

(37)

19

nikah di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, tipe kepribadian,

pola asuh, dan karakteristik masyarakat.

3.

Akibat Penerimaan Orang Tua Pada Anaknya

Tracy (1996), mengungkapkan, bahwa akibat dari penerimaan yaitu

meningkatnya harga diri, citra diri, membuat merasa rileks, dan aman bersama.

Frankl (seperti dikutip dalam Schultz. D, 1991), juga mengungkapkan bahwa

ketika kita sudah dapat menerima situasi-situasi yang tidak dapat diubah, maka

kehidupan manusia meskipun dalam keadaan-keadaan gawat dapat bercirikan

arti dan maksud. Jika orang-orang yang mencintai kita mau menerima keadaan

kita yang sedang dalam suatu proses, maka penerimaan mereka merupakan

hadiah terbesar dari cinta mereka terhadap diri kita (Powell & Brady, 1991).

Jadi, akibat dari penerimaan yaitu dapat meningkatkan harga diri, citra

diri, membuat merasa rileks dan aman, serta dapat memberikan makna di

dalam kehidupan.

4.

Proses Penerimaan Orang Tua Terhadap Anaknya Yang Hamil di

Luar Nikah

Ada beberapa teori yang mengungkapkan proses penerimaan orang tua

terhadap anaknya yang mengalami masalah. Atmodiwiryo (seperti dikutip

dalam Nediastri, 1997) mengemukakan 3 tahap yang umum dialami orang tua

sebelum mereka benar-benar menerima anaknya yang mengalami masalah:

a. Tahap Pengingkaran

(38)

tidak percaya dan adanya rasionalisasi.

b. Tahap Penerimaan Secara Intelektual, namun secara emosional terdapat

rasa marah, rasa bersalah serta depresi

Pada tahapan ini orang tua lebih sibuk terhadap perasaannya sendiri

daripada melakukan usaha-usaha yang dapat membantu anak. Tahapan ini

ditunjukkan dengan sikap membatasi kegiatan anak sehingga anak tidak

dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.

c. Tahap Penerimaan Secara Intelektual dan Emosional

Pada tahapan ini orang tua bersikap realistis bahkan konstruktif dan

memiliki keinginan untuk mencari solusi dari permasalahan.

Menurut Powell & Brady (1991), dalam bukunya yang berjudul

“Tampilkan Jati Dirimu“,

bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan

manusia sangat mirip dengan proses menghadapi ajal yang diungkapkan oleh

Kubler Ross (seperti dikutip dalam Powell. J, & Brady. L, 1991). Kita bergerak

sesuai dengan irama langkah kita sendiri, dan dalam semua proses ini kita perlu

di terima dalam tahap manapun kita berada. Tahap-tahap penerimaan itu adalah

sebagai berikut :

a.

Pengingkaran

(39)

21

b.

Kemarahan

Merupakan tahapan di mana orang tua menyadari bahwa penolakan

tidak dapat lagi dipertahankan, orang tua menyadari adanya penolakan yang

kemudian memunculkan rasa marah. Biasanya, pada tahapan ini orang tua

sudah mengakui kehamilan anaknya, namun, secara psikologis belum dapat

menerimanya.

c.

Tawar Menawar

Merupakan tahapan di mana orang tua mengembangkan harapan

bahwa kehamilan itu tidak benar adanya dan tidak mungkin terjadi pada

anaknya. Pada tahapan ini biasanya orang tua selalu berusaha membuat

kesepakatan-kesepakatan yang dapat menyena ngkan hatinya.

d.

Pasrah Dengan Perasaan Tertekan

Merupakan tahapan di mana orang tua sudah mulai dapat menerima

keadaan anaknya. Pada tahapan ini, orang tua biasanya sudah dapat

menerima, namun belum sepenuhnya.

e. Penerimaan

Merupakan tahapan di mana orang tua mengembangkan rasa damai

dan menerima takdir. Pada tahapan ini orang tua sudah dapat menerima

keadaan anaknya dengan sepenuhnya.

(40)

pasangannya.

Jadi, proses penerimaan orang tua terhadap anaknya yang hamil di luar

nikah melalui beberapa tahapan yaitu pengingkaran, kemarahan, tawar- menawar,

pasrah dengan perasaan tertekan, dan penerimaan.

Penelitian ini akan melihat bagaimana proses penerimaan orang tua

terhadap anaknya yang ha mil di luar nikah setelah terjadinya konflik. Dalam

proses penerimaan tersebut subjek melalui tahap-tahap penerimaan yang dimulai

dari tahapan pengingkaran, tahapan kemarahan, tahapan tawar- menawar, tahapan

penerimaan dengan perasaan tertekan, dan tahapan penerimaan, di mana,

tahap-tahap penerimaan yang dilalui oleh subjek sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu :

a. Jenis Kelamin :

Seperti yang diungkapkan oleh Sahran (seperti dikutip dalam Basti, &

Dewi, P. M. E., 1996) tentang karakteristik peran gender maskulin yang salah

satunya adalah rasionalitas dan peran gender feminim yang salah satu

komponennya adalah sifat feminim yang membutuhkan rasa aman. Maka,

perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap bagaimana subjek berada dalam

tahap-tahap penerimaannya.

b. Tipe Kepribadian :

(41)

23

lamanya mencapai tahapan penerimaan dan tahapan yang paling intens dialami

oleh subjek..

c. Pola asuh :

Menurut Stewart dan Koch (seperti dikutip dalam Muazar, H., 2008), Pola

asuh orang tua terbagi atas tiga bentuk yaitu pola asuh otoriter, pola asuh

demokratis, dan pola asuh permisif. Orang tua yang menerapkan pola asuh

otoriter cenderung kaku dan tidak memberikan hak anaknya untuk

mengemukakan pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya sedangkan

orang tua yang demokratis selalu berdialog dengan anak-anaknya, saling

memberi dan menerima, selalu mendengarkan keluhan-keluahan dan pendapat

anak-anaknya. Selain itu, orang tua yang permisif lebih memberikan kebebasan

kepada anak untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak banyak

mengatur anaknya. Adanya perbedaan orang tua dalam mengasuh anaknya

sangat menetukan bagaimana orang tua memberikan sikap terhadap kehamilan

yang terjadi pada anak.

d. Karakteristik Masyarakat :

(42)

Setelah mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi proses penerimaan

orang tua terhadap anaknya yang hamil di luar nikah di kabupaten Poso, maka

seluruh tahapan proses penerimaan orang tua yang dimulai dari tahapan

kemarahan hingga pada tahapan penerimaan kemudian akan digali dari tiga aspek

yaitu aspek pikiran, perasaan, dan yang terakhir adalah aspek tindakan.

Selanjutnya, untuk menambah data, diperlukan informasi- informasi

tambahan yang terkait dengan proses penelitian yang dimulai dengan melihat

latar belakang subjek, cara subjek mengasuh anaknya serta kesulitan-kesulitan

yang sering dihadapi, kondisi keluarga subjek sebelum terjadi kerusuhan dan

dibandingkan dengan kondisi keluarga subjek setela h terjadi kerusuhan yang

kemudian akan mengungkapkan bagaimana kondisi keluarga subjek selama di

tempat pengungsian. Kemudian, informasi tambahan lainnya yang diperlukan

untuk menambah data yaitu dengan melihat pengalaman subjek ketika mengetahui

kehamilan anak yang dimulai dengan mengungkapkan awal mula mengetahui

kehamilan anak baik berupa sumber informasi yang di dapat maupun tanda-tanda

kehamilan yang ditunjukkan oleh anak. Setelah itu, dilanjutkan dengan menggali

penyebab kehamilan anak serta kapan terjadinya kehamilan.

(43)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan yaitu Deskriptif Kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Sedangkan yang di maksud dengan Studi kasus yaitu

berfokus pada eksplorasi tempat dan waktu tertentu atau terhadap satu maupun

beberapa kasus dengan mengumpulkan data yang detail dan mendalam yang

meliputi kelengkapan informasi dari sumber yang beragam dalam konteks tertentu

(Creswell, 1997).

B.

IDENTIFIKASI VARIABEL UTAMA

Variabel utama dalam penelitian ini yaitu proses penerimaan orang tua

terhadap anaknya yang hamil di luar nikah yang terdiri atas lima tahap

penerimaan yaitu tahapan pengingkaran, kemarahan, tawar- menawar, penerimaan

dengan perasaan tertekan, dan tahapan penerimaan. Data mengenai tahap-tahap

penerimaan tersebut kemudian oleh peneliti diperoleh melalui respon subjek

terhadap wawancara dan observasi.

C.

SUBJEK PENELITIAN

(44)

subjek 1 dan subjek 2 merupakan orang tua dari kasus 1 dan subjek 3 serta subjek

4 merupakan orang tua dari kasus 2.

D.

METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data menggunakan 2 cara yaitu melalui metode

wawancara dan observasi.

1.

Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara primer dan wawancara sekunder

untuk memperoleh informasi mengenai proses penerimaan orang tua terhadap

anaknya yang hamil di luar nikah.

a.

Wawancara Primer

Wawancara primer adalah percakapan dan tanya jawab yang

diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian (Poerwandari, 2005). Dalam

penelitian ini, wawancara primer digunakan sebagai metode untuk

memperoleh penjelasan mengenai proses penerimaan orang tua terhadap

anaknya yang hamil di luar nikah setelah terjadinya konflik.

(45)

27

2005). Hal- hal yang akan di gali dalam penelitian ini yaitu:

a.

Pendahuluan

1) Latar belakang subjek

2) Pola asuh subjek terhadap anak

3) Kondisi keluarga subjek sebelum terjadi konflik

4) Kondisi keluarga subjek setelah konflik

5) Kondisi di tempat pengungsian

b.

Pengalaman subjek ketika mengetahui kehamilan anak

1)

Awal mula mengetahui kehamilan anak

2)

Penyebab kehamilan anak

3)

Kapan terjadinya kehamilan

c.

Proses Penerimaan Subjek terhadap kehamilan anak

1)

Tahapan pengingkaran

a) Tahapan pengingkaran orang tua dilihat dari aspek perasaan

b) Tahapan pengingkaran orang tua dilihat dari aspek pikiran

c) Tahapan pengingkaran orang tua dilihat dari aspek tindakan

2)

Tahapan kemarahan

a) Tahapan kemarahan orang tua dilihat dari aspek perasaan

b) Tahapan kemarahan orang tua dilihat dari aspek pikiran

c) Tahapan kemarahan orang tua dilihat dari aspek tindakan

3)

Tahapan tawar-menawar

(46)

c) Tahapan tawar- menawar orang tua dilihat dari aspek tindakan

4)

Tahapan penerimaan dengan perasaan tertekan

a) Tahapan penerimaan dengan perasaan tertekan orang tua dilihat dari

aspek perasaan

b) Tahapan penerimaan dengan perasaan tertekan orang tua dilihat dari

aspek pikiran

c) Tahapan penerimaan dengan perasaan tertekan orang tua dilihat dari

aspek tindakan

5)

Tahapan penerimaan

a) Tahapan penerimaan orang tua dilihat dari aspek perasaan

b) Tahapan penerimaan orang tua dilihat dari aspek pikiran

c) Tahapan penerimaan orang tua dilihat dari aspek tindakan

b. Wawancara Sekunder

Wawancara sekunder dilakukan untuk memperoleh data mengenai

proses penerimaan subjek terhadap anaknya yang hamil di luar nikah.

Adapun yang menjadi sumber data dalam wawancara sekunder adalah anak

dari subjek yang mengalami kehamilan di luar nikah serta keluarga subjek

yang dianggap paling mengetahui proses yang dilalui subjek ketika

menerima kehamilan anak.

2.

Observasi

(47)

29

observasi digunakan untuk lebih memperoleh informasi mengenai karakteristik

para subjek terkait aspek fisik, psikologis, pola asuh dan reaksi non verbal

subjek saat mengungkapkan pengalaman proses penerimaan terhadap anaknya

yang hamil di luar nikah.

Patton (seperti dikutip dalam Poerwandari, 2005), mengatakan, data dari

hasil observasi menjadi penting karena:

a.

Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam

hal mana yang di teliti ada atau terjadi

b.

Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi

pada penemuan dari pada pembuktian, dan mempertahankan pilihan

untuk mendekati masalah secara induktif

c.

Membantu peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau subjek

penelitian sendiri kurang sadari

d.

Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara

terbuka dalam wawancara

e.

Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi

selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain

f.

Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif

terhadap yang dilakukannya.

E.

LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN PENELITIAN

(48)

1.

Perkenalan

Hal ini penting untuk membangun kepercayaan, maupun untuk

mencairkan kebekuan

2.

Penjelasan

Memberikan penjelasan mengenai tujuan dilakukannya wawancara

3.

Membuat Janji Dengan Subyek

Hal ini bertujuan untuk membuat kesepakatan kapan pelaksanaan

wawancara, serta tempat pelaksanaan wawancara

4.

Melakukan Penelitian, wawancara dengan subjek

Penelitian dimulai pada tanggal 14 Januari 2008 dan berakhir pada

tanggal 4 April 2008.

F.

METODE ANALISIS DATA

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui tiga tahapan:

1.

Organisasi data

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data. Hal ini bertujuan

untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang

dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam

penyelesaian penelitian.

2.

Koding dan Analisis hasil

(49)

31

dikumpulkan. Koding dapat dilakukan dengan menyusun transkip verbatim

(kata demi kata) atau catatan lapangan sedemikian rupa. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu di

atas transkip tersebut.

Selanjutnya, dilanjutkan dengan melakukan penomoran pada baris-baris

transkip atau catatan lapangan tersebut. Setelah itu, dilanjutkan dengan

memberikan nama untuk masing- masing berkas dengan kode tertentu. Kode

yang dipilih haruslah kode yang mudah di ingat dan di anggap paling tepat

mewakili berkas tertentu. Di dalam penelitian kualitatif analisis yang

digunakan adalah analisis tematik. Penggunaan analisis tematik memungkinkan

peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Pola

atau Tema tersebut tampil secara acak dalam tumpukan informasi yang

tersedia. Setelah kita menemukan pola, kita akan mengklasifikasikan dengan

memberi label, defenisi atau deskripsi.

3.

Kategorisasi hasil/ Interpretasi

(50)

dibutuhkan dalam penelitian ini.

G.

PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

(51)

33

Gambar 2

.

PROSES PENERIMAAN ORANG TUA SECARA UMUM

Prs

PNGKRN Pkr

Tnd

Prs

KMRHN Pkr

Tnd

Prs

TM Pkr

Tnd

Prs

PPT Pkr

Tnd

Prs

PM Pkr

(52)

Keterangan Gambar:

PNGKRN : Pengingkaran

KMRHN : Kemarahan

TM : Tawar-menawar

PPT : Penerimaan dengan perasaan tertekan

PM : Penerimaan

Prs : Perasaan

Pkr : Pikiran

(53)

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

HASIL PENELITIAN

1.

Proses Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Tambaro, kabupaten Poso, Sulawesi

Tengah. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

mengumpulkan data yang terkait dengan pene litian yang akan dilakukan.

Proses pengumpulan data menggunakan metode observasi awal yaitu dengan

melihat faktor- faktor penyebab meningkatnya kehamilan di luar nikah

khususnya pada anak remaja di kabupaten poso. Setelah semua data terkumpul,

maka peneliti kemudian memulai penelitian dengan terlebih dahulu melapor ke

Badan Koordinasi Kesejahteraan Bangsa dan Negara dengan tujuan agar

pemerintah kabupaten setempat mengetahui adanya penelitian yang dilakukan

di daerah tersebut sekaligus memberikan penjelasan mengenai maksud

diadakannya penelitian. Setelah melapor, kemudian peneliti diberikan surat

pengantar penelitian yang dijadikan sebagai pegangan dalam melakukan

penelitian. Selanjutnya, peneliti memulai penelitian dengan terlebih dahulu

mencari subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian.

(54)

pelaksanaan wawancara yang disesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan

oleh subjek.

Wawancara pertama dilaksanakan pada pertengahan bulan januari, dan

untuk lebih mengoptimalkan data yang diperoleh, maka peneliti kembali

melakukan wawancara kedua yang pelaksanaanya pada petengahan bulan

maret. Selain wawancara langsung dengan subjek, peneliti juga mengambil

data tambahan dengan mewawancarai anak dan tetangga dari subjek penelitian

serta melakukan observasi untuk melengkapi hasil dari penelitian. Selama

proses penelitian berlangsung, peneliti sedikit menemukan hambatan

khususnya dalam menentukan waktu pelaksanaan wawancara baik itu

wawancara pertama maupun pada saat wawancara yang kedua. Namun, dari

segi teknis pelaksanaan, peneliti tidak memiliki hambatan, sehingga proses

wawawancara dapat berlangsung dengan lancar.

2

.

Hasil Penelitian Subjek 1

a. Identitas Subjek

Nama

Ratna Pusoloka

Umur

42 tahun

Jenis Kelamin

Perempuan

Agama

Kristen Protestan

Pendidikan

SMA

Pekerjaan

Petani

Jumlah Anak

2 orang

Alamat

Desa Tambaro, Sulteng

(55)

37

b. Latar Belakang

Subjek merupakan ibu dari dua orang anak dan aktivitas keseharian

dari subjek adalah sebagai Petani. Selain berkebun, subjek juga aktif

mengikuti kegiatan-kegiatan pelayanan di gereja dengan menjadi Guru

sekolah minggu. Meskipun kondisi keluarga subjek sangat sederhana namun

pemenuhan kebetuhan sehari- hari dapat dipenuhi.

Sejak anaknya masih kecil, subjek sering ditinggalkan oleh suami

hingga beberapa bulan karena harus bekerja di tempat yang jaraknya jauh

dari rumah, hal ini membuat subjek terbiasa tinggal sendiri tanpa

didampingi oleh suami. Begitu pula pada saat terjadi kerusuhan, subjek

harus pergi mengungsi ketempat keluarga di desa Tendea tanpa didampingi

oleh suami. Subjek mengakui bahwa kerusuhan mengakibatkan

perekonomian keluarga menjadi sangat sulit, hal ini terlihat dari sulitnya

memenuhi kebutuhan keluarga karena naiknya harga barang dan

berhentinya aktivitas perdagangan. Menurut subjek, kondisi perekonomian

sebelum kerusuhan jauh lebih baik dibandingkan setelah kerusuhan,

beruntung pada waktu sebelum kerusuha n subjek giat dalam menabung

sehingga uang tabungan tersebutlah yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Selain itu, subjek juga mendapatkan bantuan dari

pemerintah dan masyarakat yang turut prihatin atas terjadinya kerusuhan di

kabupaten Poso.

(56)

tempat tinggal yang ditempati, dihuni oleh beberapa keluarga sehingga

menghambat subjek dalam memperhatikan anak. Meskipun demikian,

subjek tetap berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak, serta

menyekolahkan anaknya.

c. Observasi

Subjek merupakan seorang ibu yang berumur 42 tahun. Subjek sangat

telaten dalam mendidik anaknya, hal ini dikarenakan sejak

anak-anaknya masih kecil subjek sering ditinggalkan oleh suaminya untuk

bekerja di tempat yang letaknya jauh dari tempat tinggal sehingga subjek

harus berusaha untuk membesarkan anak-anaknya seorang diri. Subjek juga

sangat peduli dengan pendidikan anaknya, hal ini terbukti dari usaha keras

subjek untuk membiayai anaknya sekolah mulai dari berkebun hingga

berjualan di pasar dan di sekolah.

(57)

39

kecewa. Sikap subjek yang selalu menekan anaknya dan sulit untuk terbuka

mengakibatkan proses penerimaan terhadap anaknya menjadi lama yaitu

sekitar 4 bulan.

Hubungan subjek dengan suami kurang begitu akrab, hal ini

dikarenakan suami kurang terbuka, namun sampai sekarang subjek merasa

nyaman dengan keadaan seperti itu. Jika ada masalah, subjek jarang

membicarakannya dengan suami, namun jika suami sudah mengambil

keputusan maka subjek tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Dalam hal bergaul, subjek sangat baik dengan tetangga, akan tetapi,

subjek termasuk orang yang tertutup dengan orang-orang disekitarnya, baik

itu dengan keluarga maupun dengan tetangga-tetangganya dan subjek juga

suka menceritakan kekurangan orang lain. Kebanyakan waktunya

dihabiskan di rumah atau di kebun sehingga dengan keluarga dan

tetangganya subjek kurang begitu akrab, hanya dengan orang-orang tertentu

saja subjek mau untuk terbuka.

a.

Proses penerimaan Subjek 1

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa

proses penerimaan yang intens dialami oleh subjek adalah tahap kemarahan

berupa perasaan, yaitu, penolakan yang muncul berupa rasa marah, kecewa

maupun sedih yang dapat di lihat dalam cuplikan wawancara berikut:

“mo habis ta pe napas tidak bisa tidak bicara saya tidak bicara cuma

air 2 gelas tau saya minum, air dingin… air dingin to yang tidak di masak

saya palo dari tong”

(58)

Terjemahan:

“seperti mau habis napas saya tidak bisa bicara, saya hanya air dua

gelas saya minum, airnya dingin karena tidak di masak saya ambil dari

tong”.

(Wwcr 2, brs 164-167)

Selanjut nya, proses penerimaan yang juga cukup intens dialami oleh

subjek adalah tahap kemarahan berupa tindakan yaitu adanya penolakan

yang menimbulkan perasaaan marah, kecewa maupun sedih yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan.

“waktu itu saya hakimi Tuhan,saya bilang te ada guna saya berdoa

untuk Tuhan te ada guna saya…mo saya dihadapkan dengan keadaan begini

Tuhan, saya bilang lebih dekat saya...iyo lebih dekat sama Tuhan lebih-lebih

pencobaan luar biasa yang saya peroleh, itu...itu memang saya rasakan

betul itu”

(Wwcr 1, brs 424-431)

Terjemahan:

“waktu itu memang betul-betul saya menghakimi Tuhan, saya katakan

tidak ada gunanya saya berdoa untuk Tuhan jika saya dihadapkan dengan

keadaan seperti ini Tuhan, saya katakan lebih dekat saya dengan Tuhan,

maka pencobaan luar biasa yang saya peroleh, itu memang saya rasakan

betul”

(Wwcr 1, brs 361-366)

Proses selanjutnya, yaitu, tahap penerimaan berupa pikiran. Dalam

tahapan ini subjek sudah dapat menerima keadaan anak dengan sepenuhnya

disertai dengan alasan-alasan yang dapat diterima.

“saya koreksi saya pe diri kesalahannya saya ini kurangnya

pengawasan dari orang tua sama anak”

(Wwcr 1, brs 295-297)

Terjemahan:

“saya koreksi diri saya, kesalahan saya yaitu karena kurangnya

pengawasan dari orang tua terhadap anak”

(Wwcr 1, brs 247-249)

(59)

41

tahapan kemarahan berupa pikiran, meskipun secara kuantitas tahapan ini

lebih sedikit jumlahnya dibandingkan tahap penerimaan berupa pikiran

namun tahapan ini juga dialami oleh subjek ketika subjek berada dalam

proses penerimaan terhadap anaknya yang hamil di luar nikah. Tahapan

kemarahan berupa pikiran, yaitu, penolakan yang menimbulkan perasaan

marah, kecewa maupun sedih yang disertai dengan alasan-alasan yang

rasional.

“tinggal manangis, itulah kalo so saya sandiri sampe sekarang juga

biasa itu macam apa diri sendiri yang dipersalahkan diri sendiri yang mo

dipukul”

(Wwcr 1, brs 272-275)

Terjemahan:

saya

hanya menangis, kalau saya sendiri sampai sekarang biasanya

seperti diri sendiri yang dipersalahkan, diri sendiri yang ingin dipukuli”

(Wwcr 2, brs 225-227)

Proses penerimaan yang juga dialami oleh subjek adalah tahapan

penerimaan dengan perasaan tertekan berupa perasaan. Dalam hal ini,

subjek sudah dapat menerima keadaan anak namun belum sepenuhnya yang

ditandai dengan adanya masalah emosional terhadap masalah yang dihadapi

oleh subjek.

“sampe skarang saya bilang itu saya bilang sama itu kamu kira so

hilang sa pe kecewa ini kamu bekeng, tidak akan tidak akan hilang”

(Wwcr 1, brs 409-412)

Terjemahan:

“sampai sekarang saya katakan kamu pikir sudah hilang saya punya

rasa kecewa akibat perbuatan kalian, tidak akan hilang”

(Wwcr 1, brs 348-350)

(60)

berupa pikiran, yaitu, subjek sudah mulai dapat menerima keadaan anak

namun penerimaannya belum sepenuhnya dan disertai dengan alasan-alasan

yang dapat di terima

“jujur saya kase tau sampe saat ini kalo itu yang saya pikir yah

kecewa lah, saya sebut nama Tuhan baru ada apa iya baru mulai tenang

saya punya hati”

(Wwcr 2, brs 26-29)

Terjemahan:

“Jujur saya katakan, sampai saat ini bila hal itu yang saya pikirkan

tentunya saya akan kecewa, nanti setelah saya menyebut nama Tuhan baru

hati saya mulai tenang”

(Wwcr 2, brs 20-23)

Proses selanjutnya adalah tahapan penerimaan berupa tindakan, dalam

tahapan ini, subjek sudah dapat menerima keadaan anak dengan sepenuhnya

yang diwujudkan dalam bentuk tindakan

“saya berdoa waktu so mo menit-menit mo melahirkan ini saya bilang

janganlah ucapan saya walaupun tidak saya tidak…ke dalam hati dalam

pikiran oh itu cucu nanti kita…itu cucu kong cacat apa toh, saya bilang

Tuhan ampuni”

(Wwcr 1, brs 322-326)

Terjemahan:

“saya berdoa di menit-menit akan melahirkan, saya katakan

janganlah ucapan saya masuk ke dalam hati dalam pikiran saya cucu nanti

cucu saya tiba-tiba cacat, saya katakan Tuhan ampuni

(Wwcr 1, brs 271-275)

Subjek juga melalui tahapan pengingkaran berupa pikiran meskipun

jumlahnya tidak seintens tahapan penerimaan berupa tindakan. Dalam

tahapan ini subjek menyangkal atau menolak realita yang ada disertai

dengan alasan-alasan yang rasional

(61)

43

baru celana pendek”

(Wwcr 2, brs 226-230)

Terjemahan:

“Saya katakan begini ada rasa tidak percaya ada rasa percaya tapi

saya sudah tidak perhatikan waktu malam itu sudah tidak perhatikan

perutnya, mungkin betul atau tidak dia masih main volley, baju isi dalam

dan celana pendek”

(Wwcr 2, brs 181-185)

Proses penerimaan yang juga dialami oleh subjek adalah tahapan

tawar menawar berupa pikiran. Pada tahapan ini, subjek sudah mulai dapat

menerima namun penerimaanya bersyarat disertai dengan alasan-alasan

“adoh saya bilang seandainya kalo masih mo dua saya pe anak

perempuan barangkali tidak mau kecewa seperti itu...cuma satu”

(Wwcr 2, brs 330-332)

Terjemahan:

“saya katakan seandainya masih dua anak perempuan saya, mungkin

tidak akan kecewa seperti itu akan tetapi ini hanya satu”

(Wwcr 2, brs 275-277)

Proses selanjutnya, yaitu, tawar menawar berupa tindakan yaitu subjek

sudah mulai dapat menerima namun penerimaannya bersyarat yang

diwujudkan dalam tindakan yang kurang adaptif

“lalu saya bawa dia sementara hamil, saya bilang kalo memang dia

so melahirkan itu saya bilang saya bawa ulang…uruskan jo di sini di Palu”

(Wwcr 1, brs 331-333)

Terjemahan:

“lalu saya membawa dia pada waktu hamil, saya katakan kalau dia

sudah melahirkan saya akan membawanya lagi, urus saja dia di Palu”

(Wwcr 1, brs 279-282)

(62)

“E tinggal pasrah noh, kita kuat berdoa ee…biasa itu tengah malam

itu maksudnya tinggal itulah kita lakukan, biasa sakit saya baca Firman

juga artinya mau memberi kekuatan”

(Wwcr 1, brs 419-422)

Terjemahan:

“E tinggal pasrah, saya kuat berdoa dan biasanya tengah malam.

Hanya itu yang saya lakukan, biasa jika sakit saya membaca Firman

artinya agar di beri kekuatan”

(63)

45

Gambar 3.

PROSES PENERIMAAN SUBJEK 1

PNGKRN Pkr

Prs

KMRHN Pkr

Tnd

Pkr TM

Tnd

Prs

PPT Pkr

Tnd

Pkr

PM

(64)

3.

Hasil Penelitian Subjek 2

a.

Identitas subjek

Nama

Hendrik Akai

Umur

38 Tahun

Jenis kelamin

Laki- laki

Agama

Kristen Protestan

Pendidikan

SMA

Jumlah Anak

2 orang

Pekerjaan

Petani

Alamat

Desa Tambaro

Tabel. 3

b.

Latar belakang subjek

(65)

47

subjek bekerja juga telah di tutup sebagai akibat dari terjadinya kerusuhan.

Subjek juga mengakui bahwa kondisi di tempat pengungsian sangatlah

susah, anak-anak menjadi kurang perhatian dikarenakan banyaknya

orang-orang yang mengungsi pada waktu itu. Setelah kerusuhan pun, kondisi

ekonomi keluarga subjek belum berjalan dengan baik karena subjek harus

memulai semuanya dari awal lagi dengan bekerja sebagai petani.

c.

Observasi

Secara psikologis, subjek termasuk pribadi yang tertutup sehingga

untuk berbicara dengan istri dan anak-anak biasanya dilakukan ketika ada

masalah yang penting sehingga subjek menjadi kurang akrab dengan istri

dan anak-anaknya. Selain itu, hal lain yang membuat subjek kurang begitu

akrab dengan anak-anaknya, yaitu, karena sejak kecil subjek sering

meninggalkan anaknya, dan untuk menjalin relasi yang lebih akrab dengan

anak sangat jarang dilakukan oleh subjek. Adanya hubungan yang kurang

akrab antara subjek dengan anak-anaknya membuat anak segan dengan

subjek dan anak-anak selalu berusaha untuk tidak melakukan hal- hal yang

dapat membuat subjek marah.

(66)

berpengaruh terhadap lamanya proses penerimaan subjek terhadap anaknya

yang membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Dengan para tetangga, subjek juga kurang begitu akrab, hal ini

dikarenakan subjek kurang mau untuk terbuka dengan para tetangganya

serta tidak mau untuk turut campur urusan orang lain. Begitu pula dengan

keluarganya, subjek kurang begitu akrab sehingga kebanyakan waktunya

dihabiskan di kebun dan di rumah.

d.

Proses Penerimaan Subjek 2

Proses penerimaan yang intens dialami oleh subjek adalah tahapan

penerimaan berupa pikiran. Artinya, subjek sudah dapat menerima keadaan

anak dengan sepenuhnya yang disertai dengan alasan-alasan yang dapat di

terima

“Karena yang utama ini yang salah ini yang pasti orang tua to,

karena itu tanggung jawabnya orang tua untuk mendidik anak untuk jadi

bae”

(Wwcr 1, brs 141-144)

Terjemahan:

“Karena yang terutama yang salah pasti orang tua kan karena itu

tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak menjadi lebih baik”

(Wwcr 1, brs 127-130)

Selanjutnya proses penerimaan yang juga dialami oleh subjek adalah

tahapan kemarahan berupa pikiran, yaitu, penolakan yang menimbulkan

perasaan marah, kecewa maupun sedih yang disertai dengan alasan-alasan

yang rasional

“Kalau saya ini sebagai orang tua to dari “R”, kalau kejadian itu

menurut saya sebagai orang tua kan memang ada penyesalan to

harapan

orang tua ini sebenarnya bukan...bukan mau jadi seperti itu”

(67)

49

Terjemahan:

“Kalau saya ini sebagai orang tua dari “R”, kalau kejadian itu

menurut saya sebagai orang tua ada penyesalan , karena harapannya orang

tua bukan seperti itu”

(Wwcr 2, brs 6-9)

Proses penerimaan selanjutnya adalah tahapan kemarahan berupa

perasaan. Meskipun tahapan ini secara kuantitas tidak seintens tahapan

kemarahan berupa pikiran namun subjek juga mengalami tahapan ini, yaitu,

tahapan di mana penolakan yang muncul berupa rasa marah, kecewa, dan

sedih.

“Terus terang kita menangis, yang kita sesali kenapa sampai begitu

to, harapannya orang tua bukan mau jadi lebih baik”

(Wwcr 2, brs 92-95)

Terjemahan:

“Terus terang saya menangis, yang saya sesali kenapa sampai bisa

begitu, harapannya orang tua bukannya jadi lebih baik”

(Wwcr 2, brs 86-88)

Selanjutnya, setelah kemarahan berupa perasaan adalah tahapan

penerimaan dengan perasaan tertekan berupa pikiran. Tahapan ini

merupakan tahapan di mana subjek sudah mulai dapat menerima keadaan

anak namun belum sepenuhnya disertai dengan alasan-alasan yang dapat di

terima

“Waktu lalu itu saya rasa iyo, kita juga mau bilang tidak trima

karena kita sudah trima, artinya kita trima dengan anu to, kita juga mo

bilang tidak mo trima karna sudah begitu walaupun dengan terpaksa harus

kita trima”

(68)

Terjemahan:

“Waktu lalu saya rasa iya, saya juga mau katakan tidak terima

namun saya sudah terima, artinya saya terimalah dengan itu kan..saya juga

mau katakan tidak mau terima karena sudah begitu walaupun dengan

keadaan terpaksa harus saya terima”

(Wwcr 2, brs 143-148)

Subjek juga mengalami proses penerimaan dengan perasaan tertekan

berupa perasaan meskipun secara kuantitas tidak sebanyak ketika subjek

mengalami tahapan penerimaan berupa pikiran. Tahap penerimaan dengan

perasaan tertekan berupa perasaan adalah tahap di mana subjek sudah

dapat menerima keadaan anak, namun, belum sepenuhnya yang ditandai

dengan adanya masalah emosional terhadap masalah yang sedang subjek

hadapi

“walaupun torang orang tua kecewa torang harus trima itu yang

sudah terjadi”

(Wwcr 2, brs 14-16)

Terjemahan:

“walaupun kami orang tua kecewa kami harus te

Gambar

Gambar 1. Skema Terjadinya kehamilan di luar nikah di kab. Poso
Gambar 2. PROSES PENERIMAAN ORANG TUA SECARA UMUM
Gambar 3. PROSES PENERIMAAN SUBJEK 1
Gambar 4. PROSES PENERIMAAN SUBJEK 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan analisis nilai kepahlawanan menurut Hartono Laras ditemukan sikap-sikap kepahlawanan yang sesuai dengan indikator nilai kepahlawanan menurut Hartono Laras,

Pembentukan sejumlah regulasi yang berkaitan dengan perlindungan terhadap anak sudah dilakukan oleh Indonesia, diantaranya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

(ii) pencatatan secara adminstratif dilakukan oleh negara dimaksudkan agar perkawinan sebagai perbuatan hukum penting dalam kehidupan yang dilakukan oleh yang bersangkutan,

2.4 Mengembangkan perilaku sebagai pembawa damai sejahtera dalam kehidupan sehari-hari... bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

Bila dikaitkan dengan hasil pemeriksaan serologi, yang telah melalui proses pembobotan, maka balita dengan status imunisasi dasar lengkap ditemukan sebanyak 68,7%

WK IPS :Tidak juga, Karena pada umumnya, wali kelas lah yang melakukan pembimbingan apabila siswa mengalami masalah di sekolah karena disamping wali kelas lebih

Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Semua penyitaan yang telah dilakukan menjadi.. hapus

Beberapa teknik laboratorium yang akan dibahas pada pembahasan laporan kali ini adalah memasukkan tabung/pipa gelas ke dalam penutup karet, membersihkan peralatan gelas,