• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBAGIAN HARTA PAILIT TERKAIT PENGURUSAN YANG DILAKUKAN OLEH KURATOR A. Syarat dan Prosedur Permohonan Pailit - Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Sebagai Kreditur Istimewa Dalam Mengajukan Keberatan Atas Pembagian Harta Pailit (Study Terhadap Putus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PEMBAGIAN HARTA PAILIT TERKAIT PENGURUSAN YANG DILAKUKAN OLEH KURATOR A. Syarat dan Prosedur Permohonan Pailit - Kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Sebagai Kreditur Istimewa Dalam Mengajukan Keberatan Atas Pembagian Harta Pailit (Study Terhadap Putus"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAGIAN HARTA PAILIT TERKAIT PENGURUSAN YANG DILAKUKAN OLEH KURATOR

A.Syarat dan Prosedur Permohonan Pailit

1. Syarat-syarat pengajuan permohonan pailit.

Syarat-syarat untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap

debitur dapat dilihat pada Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU, yang berbunyi bahwa

debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas

sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit

dengan putusan pengadilan baik atas permohonannya sendiri atau maupun atas

permohonan satu atau lebih krediturnya.

Syarat-syarat permohonan pernyataan pailit dalam Pasal 2 ayat (1) UUK

dan PKPU tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Syarat adanya dua kreditur atau lebih (concursus creditorium).

Di dalam Pasal 1 Angka 2 UUK dan PKPU yang dimaksud dengan

kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau

undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Kreditur itu

sendiri dapat merupakan kreditur konkuren, kreditur separatis maupun

kreditur preferen. Apabila kepailitan itu dimohonkan oleh seorang

Kreditur, maka ia harus dapat membuktikan bahwa selain dirinya masih

(2)

ada lagi kreditur lain dari debitur. Syarat adanya kreditur lain adalah untuk

memenuhi prinsip concursus creditorum dalam kepailitan.39

Jika debitur hanya memiliki satu kreditur, maka eksistensi UUK

dan PKPU kehilangan rasio d’etre-nya. Bila debitur hanya memiliki satu

kreditur, maka seluruh harta kekayaan Debitur otomatis menjadi jaminan

atas pelunasan utang debitur tersebut dan tidak diperlukan pembagian

secara pari passu pro rata parte, dan terhadap debitur tidak dapat dituntut

pailit karena hanya mempunyai satu kreditur.

Adanya persyaratan concursus creditorium adalah sebagai bentuk

konsekuensi berlakunya ketentuan Pasal 1131 Burgerlijk Wetboek (yang

selanjutnya disebut BW) dimana rasio kepailitan adalah jatuhnya sita

umum atas semua harta benda debitur untuk kemudian setelah dilakukan

rapat verifikasi utang-piutang tidak tercapai perdamaian atau accoord,

dilakukan proses likuidasi atas seluruh harta benda debitur untuk

kemudian dibagi-bagikan hasil perolehannya kepada semua kreditur sesuai

urutan tingkat Kreditur yang telah diatur oleh undang-undang

40

UUK dan PKPU tidak mengatur secara tegas mengenai pembuktian

bahwa debitur mempunyai 2 (dua) kreditur atau lebih, namun oleh karena

di dalam hukum kepailitan berlaku pula hukum acara perdata, maka Pasal

116 HIR berlaku dalam hal ini. Pasal 116 HIR atau Pasal 1865 BW

menegaskan bahwa beban wajib bukti (burden of proof) dipakai oleh

39

Suliarto, Op.Cit, hlm. 8.

40

(3)

pemohon atau penggugat untuk membuktikan diri (posita) gugatannya,41

maka sesuai dengan prinsip pembebanan wajib bukti di atas, pemohon

pernyataan pailit harus dapat membuktikan bahwa debitur mempunyai dua

atau lebih kreditur sebagaimana telah dipersyaratkan oleh UUK dan

PKPU.42

Ketentuan mengenai adanya syarat dua atau lebih kreditur di dalam

permohonan pernyataan pailit mengharuskan kita mengetahui terlebih

dahulu mengenai defenisi dari kreditur itu sendiri. Undang-Undang Nomor

4 Tahun 1998 tentang Kepailitan (yang selanjutnya disebut UUK Lama)

tidak memberikan definisi yang jelas mengenai “kreditur”. Menurut Sutan

Remy Sjahdeini, harus dibedakan pengertian kreditur dalam kalimat

“...mempunyai dua atau lebih kreditur…”, dan “...atas permohonan

seorang atau lebih krediturnya.43

Di dalam kalimat pertama, yang dimaksud kreditur adalah

sembarang kreditur, baik kreditur separatis, kreditur preferen, maupun

kreditur konkuren. Sedangkan dalam kalimat kedua, kata “kreditur” disini

dimaksudkan untuk kreditur konkuren. Kreditur konkuren berlaku dalam

definisi kreditur pada kalimat kedua dikarenakan seorang kreditur separatis

tidak mempunyai kepentingan untuk diberi hak mengajukan permohonan

pernyataan pailit mengingat kreditur separatis telah terjamin sumber

41

Pasal 116 HIR dan Pasal 1865 Burgerlijk Wetboek.. 42

Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm. 64-65.

43

(4)

pelunasan tagihannya, yaitu dari barang agunan yang dibebani dengan hak

jaminan.44

Pendapat Sutan Remy Sjahdeini ini diperkuat pula oleh Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 07 K/N/1999 tanggal 4

Februari 1999 yang mengemukakan dalam pertimbangan hukumnya

bahwa kreditur separatis yang tidak melepaskan haknya terlebih dahulu

sebagai kreditur separatis, bukanlah kreditur sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 ayat (1) UUK Lama.45

Berdasarkan UUK dan PKPU, maka kreditur separatis dan kreditur

preferen dapat tampil sebagai kreditur konkuren tanpa harus melepaskan

hak-hak untuk didahulukan atas benda yang menjadi agunan atas

piutangnya, tetapi dengan catatan bahwa kreditur separatis dan kreditur

preferen dapat membuktikan bahwa benda yang menjadi agunan tidak

cukup untuk melunasi utangnya debitur pailit.

Dengan disahkannya UUK dan PKPU, maka diperoleh pengertian

“kreditur” sebagaimana terdapat di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UUK

dan PKPU. Berkaitan dengan ada tidaknya pelepasan hak agunan kreditur

separatis terhadap pengajuan permohonan pailit, terhadap kreditur telah

diatur secara jelas di dalam Pasal 138 UUK dan PKPU.

46

44Ibid

, hlm. 9.

45

Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm. 65.

46

Jono, Op.Cit, hlm. 10.

(5)

Berdasarkan Pasal 1 angka (6) UUK, utang adalah kewajiban yang

dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata

uang Indonesia, maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun

yang akan timbul dikemudian hari atau kontingen, yang timbul karena

perjanjian atau UU dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak

dipenuhi member hak kepada kreditur untuk mendapatkan pemenuhannya

dari harta kekayaan debitur. Syarat ini diperlukan karena tanpa adanya

utang, maka debitur tidak memiliki kewajiban yang harus dibayar kepada

para kreditur, sehingga tidak dapat dimintakan permohonan pailit.

c. Syarat cukup satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Seperti dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) UUK yang menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan utang yang telah jatuh tempo adalah

kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena

diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana

diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang

berwanang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter, atau majelis

arbitrase. Syarat bahwa utang harus telah jatuh tempo dan dapat ditagih

menunjukan bahwa Kreditur sudah mempunyai hak untuk menuntut

debitur untuk memenuhi prestasinya.

“Penagihan” disini diartikan suatu pemberitahuan oleh pihak

kreditur bahwa pihak kreditur ingin supaya debitur melaksanakan janjinya,

yaitu dengan segera atau pada suatu waktu yang disebut dalam

(6)

terutama dikalangan bisnis. Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa dalam

suatu perjanjian kedua belah pihak ada keinginan supaya selekas mungkin

tujuan dari perjanjian terlaksana, yaitu pihak kreditur supaya lekas

merasakan kenikmatan yang terletak pada pelaksanaan janji, sedang pihak

debitur supaya lekas terlepas dari suatu ikatan, yang dampaknya akan

sedikit menekan jiwanya.47

Suatu utang dapat ditagih jika utang tersebut bukan utang yang

timbul dari perikatan alami (natuurlijke verbintensis). Perikatan yang

pemenuhannya tidak dapat dituntut di muka pengadilan dan yang lazimnya

disebut perikatan alami tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk

mengajukan permohonan pailit. Perikatan alami adalah semisal perikatan

yang oleh ketentuan perundang-undangan dinyatakan tidak dapat dituntut

pemenuhannya karena perjudian atau pertaruhan (Pasal 1788 KUH

Perdata), maupun sesudahnya sebagai akibat telah terjadinya kadaluwarsa

(pasal 1967 KUH Perdata).48

Keadaan insolvent atau keadaan dimana debitur tidak mampu

membayar utang-utangnya pada para kreditur, menunjukkan bahwa debitur

tidak lagi mampu untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur dan

kreditur terancam tidak dapat menerima hak berupa pembayaran utang dari

debiturnya. Ketidakmampuan debitur tersebut merupakan hak yang sangat d. Debitur berada dalam keadaan insolvent, yaitu keadaan dimana debitur

tidak lagi mampu membayar utang-utangnya kepada para kreditur.

47

Martiman Prodjohamidjojo, Proses Kepailitan, (Bandung : Mandar Maju, 1999), hlm. 15.

48

(7)

penting didalam kepailitan karena dengan adanya ketidakmampuan

tersebut kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap kekayaan debitur

melalui putusan pengadilan sehingga kreditur dapat menerima haknya.

2. Prosedur permohonan pailit.

A) Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit

UUK dan PKPU telah menentukan pihak-pihak yang dapat mengajukan

permohonan pailit, yaitu: 49

1. Debitur sendiri

Debitur dapat mengajukan permohonan pailit untuk dirinya sendiri

(voluntary petition), yang biasanya dilakukan dengan alasan bahwa

dirinya maupun kegiatan usaha yang dijalankannya tidak mampu lagi

untuk melaksanakan seluruh kewajibannya, terutama dalam melakukan

pembayaran utang-utangnya terhadap para krediturnya. Dalam

memeriksa dan menyelesaikan permohonan pailit terhadap debitur itu

sendiri (voluntary petition). Ketentuan tentang voluntary petition ini

dianut oleh banyak negara, meskipun terhadap suatu kekhawatiran bahwa

debitur dapat beritikad buruk dengan mengajukan permohonan pailit

sebagai alasan untuk menghindarkan pembayaran utang-utangnya kepada

krediturnya.

49

(8)

Berkaitan dengan voluntary petition ini, Retno Wulan Sutantio

mengemukakan kemungkinan terjadinya masalah-masalah sebagai

berikut:

a. Permohonan pailit yang diajukan oleh debitur yang dilakukan

dengan sengaja setelah membuat utang kanan kiri dengan

maksud untuk tidak membayar, maka permohonan tersebut akan

ditolak oleh Pengadilan Niaga. Perbuatan tersebut dalam bahasa

Belanda disebut “knevelarij” dan diancam dengan Pasal 79 a

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan hukuman penjara

4 tahun.

b. Permohonan pailit diajukan oleh teman baik atau keluarga

debitur dengan alasan yang tidak kuat, sehingga permohonan itu

tidak akan diterima atau ditolak oleh Pengadilan Niaga.

Tindakan ini dilakukan dengan maksud untuk menghambat agar

kreditur lain tidak mengajukan permohonan pailit terhadap

debitur tersebut atau setidak-tidaknya akan menghambat

kreditur lain mengajukan permohonan pailit.

2. Satu atau lebih kreditur 50

Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU dengan tegas menyatakan

bahwa satu atau lebih kreditur pailit dapat mengajukan permohonan

pailit. UUK dan PKPU pada penjelasan Pasal 2 ayat (1) mengenal 3

50

(9)

(tiga) jenis kreditur yaitu kreditur konkuren, kreditur separatis dan

kreditur preferen. Khusus mengenai kreditur separatis dan kreditur

preferen, dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa

kehilangan hak agunan atas kebendaan yang mereka miliki terhadap harta

debitur dan haknya untuk didahulukan.

Pembagian kreditur dalam kepailitan sesuai dengan prinsip

structured creditors atau prinsip structured prorata yang diartikan

sebagai prinsip yang mengklasifikasikan atau mengelompokkan berbagai

macam kreditur sesuai dengan kelasnya masing-masing antara lain

kreditur separatis, preferen, dan konkruen. Pembagian hasil penjualan

harta pailit, dilakukan berdasarkan urutan prioritas di mana kreditur yang

kedudukannnya lebih tinggi mendapatkan pembagian lebih dahulu dari

kreditur lain yang kedudukannya lebih rendah, dan antara kreditur yang

memiliki tingkatan yang sama memperoleh pembayaran dengan asas

prorata (pari passu prorata parte).

Kreditur separatis adalah kreditur pemegang hak jaminan

terhadap hipotek, gadai, hak tanggungan, dan jaminan fidusia.

Kreditur preferen adalah kreditur yang mempunyai hak

mendahului karena sifat piutangnya oleh undang-undang diberi

kedudukan istimewa. Kreditur preferen terdiri dari kreditur preferen

khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 1139 KUHPerdata, dan kreditur

(10)

Kreditur konkuren adalah kreditur yang mempunyai hak

mendapatkan pelunasan secara bersama-sama tanpa hak yang

didahulukan, dihitung besarnya piutang masing-masing terhadap piutang

secara keseluruhan dari seluruh harta kekayaan debitur. Kreditur

konkruen merupakan kreditur yang biasa yang tidak dijamin dengan

gadai, jaminan fidusia, hipotik, dan hak tanggungan dan pembayarannya

dilakukan secara berimbang. Kreditur inilah yang umum melaksanakan

prinsip pari passu prorata parte, pelunasan secara bersama-sama tanpa

hak yang didahulukan, dihitung besarnya piutang masing-masing

terhadap piutang secara keseluruhan dari seluruh kekayaan debitur

3. Kejaksaan 51

Undang-undang kepailitan telah memberikan kewenangan kepada

kejaksaan dalam kepailitan yaitu : pertama, Pasal 2 ayat (2) UU No. 4

Tahun 2004 jo Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2000, bahwa:

“kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepailitan demi kepentingan

umum.” kedua, Pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa: “kejaksaan dapat

mengajukan permohonan agar pengadilan meletakkan sita jaminan

terhadap sebagianatau seluruh kekayaan debitur dalam perkara

kepailitan.” ketiga, Pasal 93 ayat (1) dan Pasal 93 ayat (2) yang

menentukan bahwa: “pengadilan dengan putusan pernyataan pailit atau

setiap waktu setelah itu, atas usul hakim pengawas, permintaan kurator,

atau atas permintaan seorang kreditur atau lebih setelah mendengarkan

51

(11)

keterangan hakim pengawas dapat memerintahkan supaya debitur pailit

ditahan, baik ditempatkan di rumah tahanan maupun di rumahnya sendiri,

di bawah pengawasan Jaksa yang ditunjuk oleh hakim pengawas.

Perintah penahanan dilaksanakan oleh Kejaksaan yang ditunjuk oleh

hakim pengawas.

Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UUK dan PKPU menyebutkan:

“Kejaksaan dapat mengajukan permohonan pailit dengan alasan untuk

kepentingan umum, dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi dan tidak ada pihak yang mengajukan

permohonan pailit”. Yang dimaksud “kepentingan umum” adalah

kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat luas,

misalnya:

a. Debitur melarikan diri

b. Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan

c. Debitur mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau

badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat

d. Debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari

masyarakat luas

e. Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam

menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu atau

f. Dalam hal lainnya menurut Kejaksaan merupakan kepentingan

(12)

Penjelasan Pasal 2 menyebutkan bahwa, dalam permohonan

pernyataan pailit tersebut, Kejaksaan dapat melaksanakannya atas

inisiatif sendiri atau berdasarkan masukan dari masyarakat atau lembaga

(instansi pemerintah atau badan lain yang dibentuk oleh pemerintah

seperti Komite Kebijakan Sektor Keuangan).

4. Bank Indonesia.

Untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan memberikan

keputusan untuk dinyatakan pailit suatu bank, haruslah terdapat

keterlibatan Bank Indonesia. Sebab Bank Indonesia merupakan bank

sentral yang menentukan kebijakan perbankan Indonesia, yang

mempunyai kewenangan untuk memberi izin usaha.52

a. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan

Pasal 1 angka 1

UU OJK menyatakan otoritas jasa keuangan adalah lembaga yang

independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai

fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan

penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini. Otoritas

jasa keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam

sektor jasa keuangan. Pasal 6 UU OJK mengatur tugas otoritas jasa

keuangan, yaitu: “otoritas jasa keuangan melaksanakan tugas pengaturan

dan pengawasan terhadap:

b. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal

52

(13)

c. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun,

lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.”

Sebelum adanya OJK, tugas-tugas di atas dilaksanakan oleh

Menteri Keuangan, BAPEPAM dan Lembaga Keuangan dan Bank

Indonesia.

5. BAPEPAM

Debitur adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan

penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan

pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh BAPEPAM. Akan tetapi

setelah dikeluarkannya UU OJK, otoritas jasa keuangan menggantikan

kedudukan BAPEPAM.

6. Menteri keuangan.

Debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana

pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang

kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan

oleh menteri keuangan. Mengacu kepada ketentuan Pasal 55 ayat (1) Jo

Pasal 55 ayat (2) UU OJK hanya BAPEPAM yang mengalihkan seluruh

fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan keuangan di

sektor pasar modal kepada otoritas jasa keuangan, sedangkan terhadap

bank indonesia dan menteri keuangan masih menjalankan tugas dan

wewenang lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu dengan adanya otoritas jasa

(14)

pada perusahaan perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan

penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang dahulu

menjadi kewenangan BAPEPAM, kemudian kewenangan tersebut

beralih ke otoritas jasa keuangan.

B)Prosedur pemgajuan permohonan pailit

Proses kepailitan dimulai dengan adanya suatu permohonan pailit

terhadap debitur yang diajukan oleh satu atau lebih krediturnya ke pengadilan

yang selanjutnya mengeluarkan putusan yang menyatakan debitur tersebut dalam

keadaan pailit. Pengadilan yang berwenang untuk memproses, memeriksa dan

mengadili perkara kepailitan adalah Pengadilan Niaga, yaitu pengadilan khusus

yang berada di lingkungan peradilan umum. Berdasarkan Pasal 306 UUK,

Pengadilan Niaga yang dibentuk berdasarkan Pasal 281 Ayat (1) Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang perubahan

atas Undang-Undang tentang Kepailitan sebagaimana yang telah ditetapkan

menjadi UUK Lama dinyatakan tetap berwenang dan memutus perkara yang

menjadi lingkup tugas Pengadilan Niaga. Selanjutnya berdasarkan Keputusan

Presiden (keppres) Republik Indonesia Nomor 97 tahun 1999, Pemerintah telah

membentuk Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya, dan

Pengadilan Negeri Semarang.

Berdasarkan Pasal 6 dan 7 UUK dan PKPU, mekanisme dalam

mengajukan permohonan pailit pada Pengadilan Niaga adalah sebagai berikut:

1. Surat permohonan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Niaga (Pasal 6

(15)

2. Permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh debitur sendiri atau

oleh kreditur, dilakukan oleh seorang advokat (Pasal 7 ayat (1) UUK

dan PKPU).

3. Panitera mendaftar permohonan pernyataan pailit tersebut pada

tanggal permohonan yang bersangkutan diajukan (Pasal 6 ayat (2)

UUK dan PKPU).

4. Panitera menyampaikan permohonan pernyataan pailit tersebut kepada

Ketua Pengadilan Niaga paling lambat 2 (dua) hari setelah tanggal

permohonan pernyataan pailit didaftarkan (Pasal 6 ayat (4) UUK dan

PKPU).

5. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal

permohonan pernyataan pailit didaftarkan, Pengadilan Niaga

mempelajari permohonan tersebut dan menetapkan hari sidang (Pasal

6 ayat (5) UUK dan PKPU).

6. Sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit

diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh)

hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan (Pasal 6

ayat (6) UUK dan PKPU).

7. Persidangan terhadap permohonan kepailitan itu dapat ditunda paling

lambat 25 hari apabila ada permohonan dari debitur dan adanya

alasan-alasan yang cukup mendasar. Pada sidang itulah hakim akan

(16)

memeriksa alat-alat bukti yang relevan (Pasal 6 ayat (7) UUK dan

PKPU).

8. Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta

atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk

dinyatakan pailit telah dipenuhi (Pasal 8 ayat (4) UUK dan PKPU).

9. Putusan permohonan pernyataan pailit harus diucapkan paling lambat

60 (enam puluh) hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit

didaftarkan (Pasal 8 ayat (5) UUK dan PKPU).

Adanya batasan jangka waktu dalam proses pemeriksaan memberikan

kepastian bagi para pihak menyangkut waktu yang dibutuhkan dan estimasi

biaya-biaya termasuk biaya-biaya pengacara dalam rangka permohonan kepailitan ini.

Pembatasan itu juga dapat mempersempit atau memperkecil kemungkinan

rusaknya aset atau dilarikan oleh debitur.

C) Akibat hukum pailit

Putusan pailit yang ditetapkan Pengadilan Niaga kepada debitur didasarkan

pada Pasal 21 UUK dan PKPU yang menyebutkan bahwa, kepailitan meliputi

seluruh kekayaan debitur pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta

segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Adapun akibat dijatuhkannya

pailit kepada debitur adalah:53

1. Debitur kehilangan segala haknya untuk menguasai dan mengurus atas

kekayaan harta bendanya (asetnya), baik menjual, menggadai, dan lain

53

(17)

sebagainya, serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan sejak

tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan;

2. Utang-utang baru tidak lagi dijamin oleh kekayaannya;

3. Untuk melindungi kepentingan kreditur, selama putusan atas

permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, kreditur dapat

mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk:

a. Meletakkan sita jaminan sebagian atau seluruh kekayaan debitur;

b. Menunjuk kurator sementara untuk mengawasi pengelolaan usaha

debitur, menerima pembayaran kreditur, pengalihan atau penggunaan

kekayaan debitur;

c. Harus diumumkan di 2 (dua) surat kabar.

Adapun ketentuan pasal 21 UUK dan PKPU di atas tidak berlaku terhadap:

1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan

dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan

untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh

debitur dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi

debitur dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu;

2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai

penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu

atau uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh hakim pengawas; atau

3. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban

(18)

Adapun akibat-akibat yuridis dari putusan pailit terhadap harta kekayaan

debitur terhadap kreditur adalah sebagai berikut antara lain:

a. Putusan pailit dapat dijalankan terlebih dahulu

Putusan pengadilan merupakan serta merta dan dapat dijalankan

terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan pailit dan dilakukan suatu

upaya hukum lanjut. Apabila putusan pailit dibatalkan sebagai akibat

adanya upaya hukum tersebut, segala perbuatan yang telah dilakukan oleh

kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima pemberitahuan

tentang putusan pembatalan, maka tetap sah dan mengikat bagi debitur.

b. Sita umum

Harta kekayaan debitur yang masuk harta pailit merupakan sitaan

umum (public attachement, gerechtelijk beslag) beserta apa yang

diperoleh selama kepailitan. Dalam Pasal 21 UUK dan PKPU dijelaskan

bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pada saat putusan

pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama

kepailitan. Sita umum terhadap harta kepailitan tidak memerlukan suatu

tindakan khusus untuk melakukan sitaan tersebut. Dengan adanya sitaan

umum tersebut, maka harta pailit dalam status dihentikan dari segala

transaksi dan perbuatan hukum lainnya sampai harta pailit tersebut diurus

oleh kurator. Dalam sitaan hukum perdata yang secara khusus dilakukan

dengan suatu tindakan hukum tertentu. Dengan demikian sitaan umum

terhadap harta pailit adalah terjadi demi hukum.

(19)

Debitur pailit demi hukum kehilangan haknya untuk mengurus dan

melakukan perbuatan kepemiikan terhadap harta kekayaan yang termasuk

dalam pailit.54

d. Perikatan setelah pailit

Kehilangan hak bebasnya tersebut hanya terbatas pada harta

kekayaan dan tidak terhadap status pribadinya. Debitur yang dalam status

pailit, tidak hilang hak-hak keperdataannya serta hak-hak selaku warga

negara seperti hak politik dan hak privat lainnya

Segala perikatan debitur yang telah mendapatkan putusan pailit

tidak dapat dibayar dari harta pailit. Apabila dilanggar oleh yang pailit,

maka perbuatan tidak mengikat kekayaannya tersebut, kecuali perikatan

tersebut mendatangkan keuntungan terhadap harta pailit. Ketentuan ini

sering sekali diselundupi dengan membuat perikatan yang di-antedateer

(ditanggali mundur ke belakang) dan bahkan sering terjadi adanya kreditur

fiktif untuk kepentingan si debitur pailit.55

e. Penetapan putusan pengadilan sebelumnya

Pernyataan pailit juga berakibat bahwa segala penetapan

pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian dari kekayaan debitur yang

telah dimulai sebelum kepailitan, harus diberhentikan seketika dan sejak

itu tidak ada suatu putusan yang dapat dilaksanakan termasuk juga dengan

menyandera debitur.56

54

Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang..

55

Pasal 25 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

56

Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

(20)

hapus dan jika diperlukan hakim pengawas harus memerintahkan

pencoretannya.57

Debitur pailit dikatakan sebagai wajib pajak juga dipertegas dalam Pasal

1 angka 2 dan Pasal 1 angka 3 UU KUP, yang menyatakan wajib pajak adalah

orang pribadi atau badan, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Badan yang

dimaksud dalam hal ini adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

B. Pengurusan Harta Pailit

1) Debitur pailit sebagai wajib pajak

Debitur dikatakan sebagai wajib pajak dikarenakan Pasal 1 angka 3 UUK

dan PKPU menyatakan bahwa, debitur adalah orang yang mempunyai utang

karena perjanjian atau UU yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan.

Pasal 1 angka 4 UUK dan PKPU menyatakan, debitur pailit adalah debitur yang

sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan. Berdasarkan pengertian pada

pasal 1 angka 3 dan angka 4 UUK dan PKPU tersebut dapat kita ketahui bahwa

debitur pailit adalah orang yang mempunyai utang, yang didalam pasal 1 angka 6

dikatakan bahwa utang adalah kewajiban yang akan timbul dikemudian hari atau

kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau UU dan yang wajib dipenuhi oleh

debitur, yang berarti termasuk didalamnya utang pajak. Utang pajak sendiri

merupakan utang yang wajib dipenuhi oleh debitur, karena pajak merupakan

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan UU (Pasal 1 angka 1 UU KUP).

57

(21)

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, dan sebagainya.

Wajib pajak yang dalam hal ini adalah debitur pailit, dalam menjalankan

hak dan kewajibannya akan diwakili oleh kurator (Pasal 32 ayat (1b) UU KUP),

yang termasuk pengurusan harta pailit debitur pailit tersebut.

2) Pengurusan harta pailit

Sejak kepailitan diputuskan, debitur tidak berhak lagi melakukan

pengurusan atas harta kekayaannya, dan satu-satunya yang berhak melakukan hal

tersebut adalah kurator. Hal tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan

kreditur maupun debitur pailit.

Dalam menjalankan tugasnya, Kurator diangkat oleh pengadilan yang

ditentukan dalam putusan pernyataan pailit. Apabila debitur atau kreditur tidak

mengajukan usul pengangkatan kurator, maka BHP akan bertindak sebagai

kurator. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 15 UUK dan PKPU yang

menyatakan bahwa:

1. Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang

hakim pengawas yang ditunjuk oleh hakim pengadilan;

2. Dalam hal debitur, kreditur, atau pihak yang berwenang mengajukan

permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan

(22)

3. Kurator yang diangkat harus independen, tidak mempunyai benturan

kepentingan dengan debitur atau kreditur, dan tidak sedang menangani

perkara kepailitan dan PKPU, lebih dari 3 (tiga) perkara.

4. Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal

putusan pernyataan pailit diterima oleh kurator dan hakim pengawas,

kurator mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan

paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh hakim

pengawas, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat

hal-hal sebagai berikut:

a. Nama, alamat, dan pekerjaan debitur;

b. Nama hakim pengawas;

c. Nama, alamat, dan pekerjaan kurator;

d. Nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia kreditur sementara

apabila telah ditunjuk;

e. Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama.

Tindakan pengurusan yang dilakukan kurator dalam suatu kepailitan

dapat diperinci atas:58

a. Mengumumkan ikhwal kepailitan.

Dalam jangka waktu paling lambat 5 ( lima) hari setelah tanggal

putusan pernyataan pailit diterima oleh kurator dan hakim pengawas,

kurator mengumumkan dalam Berita Negara Repunlik Indonesia dan

paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim

58

(23)

Pengawas, megenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat

hal-hal sebagai berikut:

1) Nama, alamat, dan pekerjaan debitur;

2) Nama hakim pengawas;

3) Nama, alamat, dan pekerjaan kurator;

4) Nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia kreditur sementara

apabila telah ditunjuk;dan

5) Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditur.

b. Melakukan penyegelan harta pailit.

Kurator dapat meminta penyegelan harta pailit kepada pengadilan,

berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui hakim

pengawas. Penyegelan dilakukan oleh jurusita di tempat harta tersebut

berada dengan dihadiri oleh 2 (dua) saksi yang salah satu diantaranya

adalah wakil dari pemerintah daerah setempat (Pasal 99 UUK dan

PKPU). Yang dimaksud dengan “wakil dari pemerintah daerah setempat”

adalah lurah atau kepala desa, atau yang disebut dengan nama lain

(Penejelasan Pasal 99 ayat (2) UUK dan PKPU).

c. Pencatatan/pendaftaran harta pailit.

Kurator harus mebuat pencatatan harta pailit paling lambat 2 (dua)

hari setelah menerima surat putusan pengangkatannya sebagai kurator.

Pencatatan dapat dilakukan di bawah tangan oleh kurator dengan

persetujuan hakim pengawas. Anggota panitia kreditur sementara berhak

(24)

Mengingat bahwa debitur lebih mengetahui tentang seluruh harta

kekayaannya, maka dalam prakteknya kehadiran debitur akan sangat

membantu pelaksanaan pendaftaran harta kekayan ini. Untuk itu kurator

perlu memanggil debitur pailit untuk memberikan keterangan-keterangan

dan melibatkannya memberikan petunjuk dalam pendaftaran harta

tersebut. Bahwa informasi pertama yang akan diperoleh tentang harta

kekayaan debitur adalah dari putusan/penetapan Pengadilan Niaga,

karena dalam pertimbangan hukumnya Pengadilan Niaga akan

menyebutkan, baik harta kekayaan maupun utang debitur dan siapa-siapa

yang menjadi krediturnya. Selain itu, informasi tentang harta kekayaan

debitur dapat juga diketahui dari kantor Badan Pertahanan Nasional,

kantor-kantor bank, baik bank pemerintah maupun bank swasta untuk

mengetahui adanya simpanan debitur.

Setelah pencatatan harta pailit, kurator harus membuat daftar yang

menyatakan sifat, jumlah piutang dan utang harta pailit, nama dan tempat

tinggal kreditur beserta jumlah piutang masing-masing kreditur.

Pencatatan dan pendaftaran tersebut diletakkan di kepaniteraan

pengadilan untuk dilihat oleh setiap orang dengan cuma-cuma (Pasal 102

dan Pasal 103 UUK dan PKPU).

d. Melanjutkan usaha debitur.

Melanjutkan usaha debitur pailit atas persetujuan panitia kreditur

(25)

panitia kreditur sementara maka diperlukan izin dari hakim pengawas

(Pasal 104 UUK dan PKPU).

e. Membuka surat-surat dan telegram debitur pailit.

Kurator berwenang untuk membuka surat dan telegram yang

dialamatkan kepada debitur pailit. Surat dan telegram yang tidak

berkaitan dengan harta pailit, harus segera diserahkan kepada debitur

pailit. Perusahaan pengirim surat dan telegram memberikan kepada

kurator, surat dan telegram yang dialamatkan kepada debitur pailit.

Semua surat pengaduan dan keberatan yang berkaitan dengan harta pailit

ditujukan kepada kurator (Pasal 105 UUK dan PKPU).

Berdasarkan Pasal 24 dan Pasal 69 UUK dan PKPU, sejak putusan

pailit diucapkan semua wewenang debitur untuk menguasai dan

mengurus harta pailit termasuk memperoleh keterangan mengenai

pembukuan, catatan, rekening bank, dan simpanan debitur dari bank yang

bersangkutan beralih kepada kurator (Penjelasan Pasal 105 UUK dan

PKPU).

f. Mengalihkan harta pailit.

Pengalihan harta pailit dapat dilakukan sepanjang itu diperlukan

untuk menutup biaya kepailitan atau apabila penahanannya akan

mengakibatkan kerugian kepada harta pailit meskipun ada kasasi dan

peninjauan kembali.

(26)

Uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya wajib disimpan

oleh kurator kecuali ditentukan lain oleh hakim pengawas. Uang tunai

wajib disimpan di bank (Pasal 108 UUK dan PKPU). Yang dimaksud

dengan “disimpan oleh kurator sendiri” adalah dalam pengertian tidak

mengurangi kemungkinan efek atau surat berharga tersebut dismpan oleh

kustodian, tetapi tanggungjawab tetap atas nama debitur pailit. isalnya,

deposito atas nama kurator, qq debitur pailit (Penjelasan Pasal 108 UUK

dan PKPU).

h. Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara yang sedang

berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara (Pasal 109 UUK dan

PKPU). Yang dimaksud dengan “perdamaian” dalam Pasal ini adalah

perkara yang sedang berjalan di pengadilan.

i. Melakukan pemanggilan kepada kreditur.

Pemanggilan terhadap kreditur ini diperlukan untuk memasukkan

bukti-bukti tagihan kepada kurator. Dalam hal ini hakim pengawas akan

menentukan batas ajhir pengajuan tagihan, batas akhir verifikasi pajak,

hari, tanggal, waktu, dan temapat rapat kreditur untuk mengadakan

pencocokan piutang. Pemanggilan tersebut dapat dilakukan dengan surat

kabar umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) UUK dan

PKPU. Tenggang waktu batas akhir pengajuan rapat pencocokan piutang

harus ada selisihnya paling sedikit 14 (empat belas) hari (Pasal 113 dan

Pasal 114 UUK dan PKPU).

(27)

Setelah para kreditur memasukkan tagihan-tagihannya, maka

kurator akan mencocokkan dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya

dan keterangan debitur pailit, dan kemudian berunding dengan kreditur

jika terdapat keberatan terhadap penagihan yang diterima.

Tagihan-tagihan yang disetujui dimasukkan dalam sebuah daftar yang disebut

dengan “Daftar piutang yang sementara diakui”, sedangkan untuk tagihan

yang dibantah oleh kurator akan dimasukkan kedalam daftr tersendiri

disertai dengan alasan-alasannya. dalam daftar tagihan tersebut

dibubuhkan pula catatan apakah termasuk piutang yang diistimewakan

atau dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan

atas kebendaan lainnya atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang

bersangkutan dapat dilaksanakan.

Daftar tagihan oleh kurator diletakkan dipapan pengumuman

selama 7 (tujuh) hari untuk dapat dilihat oleh yang berkepentingan atau

siapapun yang menghendakinya, Peletakan daftar-daftar tagihan tersebut

diberitahukan oleh kurator kepada semua kreditur yang dikenal dan juga

untuk menghadiri rapat pencocokan piutang serta pemberitahuan jika

debitur ada memasukkan rencana perdamaian kepada kurator (Pasal 116,

Pasal 117, Pasal 118, dan Pasal 119 UUK dan PKPU).

k. Menghadiri rapat pencocokan piutang

Tugas kurator selanjutnya adalah menghadiri rapat pencocokan

piutang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh hakim

(28)

selaku pemimpin rapat yang dihadiri oleh kurator, para kreditur, dan oleh

debitur. Kehadiran debitur dalam rapat pencocokam piutang sangat

penting, karena debitur dapat memberikan keterangan yang diminta oleh

hakim pengawas mengenai sebab musabab kepailitan dan keadaaan harta

pailit. Debitur lebih mengetahui dan dapat memberikan

keterangan-keterangan tentang kebenaran dari piutang-piutang kreditur kepadanya,

siapa-siapa yang menjadi kreditur dalam kepilitan dan besarnya tagihan

dari masing-masing kreditur. Hakim pengawas membacakan “daftar

piutang yang diakui sementara”, dan “daftar tagihan yang dibantah”,

sedangkan kurator akan memberikan keterangan-keterangan tentang

status dari para kreditur, apakah sebagai kreditur separatis, kreditur

preferens, ataupun kreditur konkuren. Daftar terakhir dari tagihan-tagihan

ini selanjutnya harus disetujui dan disahkan oleh hakim pengawas yang

dilakukan dalam rapat pencocokan tagihan tersebut diatas.

l. Memberitahukan hasil rapat pencocokan piutang kepada kreditur.

Setelah berakhirnya pencocokan piutang, kurator wajib

memberikan laporan mengenai keadaan harta pailit, dan selanjutnya

kepada kreditur, wajib diberikan semua keterangan yang diminta oleh

mereka. Laporan mengenai harta pailit beserta berita acara pencocokan

piutang wajib disediakan di kepaniteraan dan kantor kurator agar dapat

diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

(29)

Pasal 16 ayat (1) UUK dan PKPU menyatakan bahwa kurator berwenang

melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan atas harta pailit sejak

tanggal putusan pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun terhadap

putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Kata “pemberesan”

dalam pasal tersebut berarti penguangan aktiva untuk membayar atau melunasi

utang sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 16 ayat (1) UUK dan

PKPU. Tahap-tahap dalam pemberesan tersebut dapat diperinci atas:59

59

Ibid, hlm. 140.

a) Mengusulkan dan melaksanakan penjualan harta pailit.

Dengan tetap memperhatikan ketentuan pasal 15 ayat (1) UUK dan

PKPU, kurator harus memulai pemberesan dan menjual semua harta

pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitur, apabila:

i. Usul untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam

jangka waktu yang telah ditentukan atau usul tersebut telah

diajukan tetapi ditolak; atau

ii. Pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan (Pasal 184

UUK dan PKPU).

Dalam rangka membiayai tindakan-tindakan pengurusan dan

pemberesan termasuk jasa kurator diperlukan dana, dan dana tersebut

diperoleh dari hasil penjualan harta kekayaan pailit, baik barang-barang

(30)

Semua benda harus dijual dimuka umum sesuai dengan tata cara

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Bila penjualan

dimuka umum tidak tercapai, maka dapat dilakukan penjualan dibawah

tangan dengan izin hakim pengawas (Pasal 185 UUK dan PKPU). Untuk

semua benda yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan,

maka kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan terhadap

benda tersebut dengan izin pengawas.

Dalam melaksanakan penjualan harta pailit ini, kurator harus

terlebih dahulu meminta izin dari hakim pengawas. Izin dari hakim

pengawas ini dituangkan dalam suatu penetapan. Izin penetapan ini

diperoleh setelah kurator terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk

melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang

didepan umum maupun secara dibawah tangan.

Sebelum berlakunya UUK dan PKPU dan UUK Lama, ketika BHP

merupakan satu-satunya kurator dalam kepailitan, BHP akan

melaksanakan penjualan harta pailit dengan cara dibawah tangan,

alasannya adalah penjualan secara lelang akan menyita banyak waktu dan

memerlukan dana yang akan dibebankan kepada harta pailit.

Kurator berkewajiban membayar piutang kreditur yang mempunyai

hak untuk menahan suatu benda, sehingga benda itu masuk kembali dan

menguntungkan harta pailit.

(31)

Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan

persetujuan kepada hakim pengawas. Daftar pembagian memuat rincian

penerimaan dan pengeluaran termasuk di dalamnya upah kurator, nama

kreditur, jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang dan bagian yang

wajib diterima diberikan kepada kreditur. Daftar pembagian yang telah

disetujui oleh hakim pengawas wajib disediakan di kepaniteraan

pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditur selama tenggang waktu yang

ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan

diumumkan oleh kurator dalam surat kabar.

Daftar pembagian ini dapat dilawan oleh kreditur dengan

mengajukan surat keberatan disertai alasan kepada panitera pengadilan

dengan menerima tanda bukti penerimaan. Hakim pengawas akan

menetapkan hari untuk memeriksa perlawanan di sidang pengadilan yang

terbuka untuk umum. Dalam sidang tersebut, hakim pengawas memberi

laporan tertulis, sedang kurator dan setiap kreditur atau kuasanya dapat

mendukung atau membantah daftar pembagian tersebut dengan

mengemukakan alasannya dan pengadilan paling lambat dalam jangka

waktu 7 (tujuh) hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan

pertimbangan hukum yang cukup. Terhadap putusan pengadilan ini dapat

diajukan permohonan kasasi.

Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar

pembagian atau setelah putusan akibat diajukan perlawanan diucapkan,

(32)

kurator selesai melaksanakan pembayaran kepada masing- masing

kreditur berdasarkan daftar pembagian, maka berakhirlah kepailitan.

Kurator melakukan pengumuman mengenai berakhirnya kepailitan dalam

Berita Negara Republik Indonesia dan surat kabar (Pasal 201 dan Pasal

202 UUK dan PKPU).

c) Membuat daftar perhitungan dan pertanggungjawaban pengurusan dan

pemberesan kepailitan kepada hakim pengawas

Kurator wajib memberikan pertanggungjawaban mengenai

pengurusan dan pemberesan yang telah dilakukannya kepada hakim

pengawas paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya kepailitan.

Semua buku dan dokumen mengenai harta pailit wajib diserahkan kepada

debitur dengan tanda bukti penerimaannya (Pasal 202 ayat (3) dan ayat

(4) UUK dan PKPU).

Bila sesudah diadakan pembagian penutup, ada pembagian yang

tadinya dicadangkan jatuh kembali dalam harta pailit atau apabila

ternyata masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu diadakan

pemberesan tidak diketahui, maka atas peritah pengadilan, kurator

membereskan dan membaginya berdasarkan pembagian yang dahulu

(Pasal 203 UUK dan PKPU). Pemberesan dan pembagian harta pailit

tersebut menjadi tanggung jawab kurator.

Kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya

dalam melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan yang

(33)

C. Pembagian Harta Pailit

Apabila hakim pengawas berpendapat terdapat cukup uang tunai, kurator

diperintahkan untuk melakukan pembagian kepada kreditur yang piutangnya telah

dicocokkan (Pasal 188 UUK dan PKPU).

Kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan

persetujuan kepada hakim pengawas. Daftar pembagian memuat rincian

penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah kurator, nama kreditur,

jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang, dan bagian yang wajib diterimakan

kepada kreditur. Kreditur konkuren harus diberikan bagian yang ditentukan oleh

hakim pengawas. Pembayaran kepada kreditur:60

Ketentuan Pasal 189 UUK dan PKPU ini secara tegas mengatur tentang

pembagian harta pailit, terutama terhadap keistimewaan kreditur pemegang hak 1. Yang mempunyai hak yang diistimewakan, termasuk didalamnya yang

hak istimewanya dibantah;dan

2. Pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak

agunan atas kebendaan lainnya, sejauh mereka tidak dapat dibayar

menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 UUK dan

PKPU, dapat dilakukan dari hasil penjualan benda terhadap mana mereka

mempunyai hak istimewa atau yang diagunkan kepada mereka.

Apabila hasil penjualan benda jaminan tidak mencukupi untuk membayar

seluruh piutang kreditur yang didahulukan maka untuk kekurangannya mereka

berkedudukan sebagai kreditur konkuren (Pasal 189 UUK dan PKPU).

60

(34)

jaminan yang berbeda dengan kreditur konkuren. Bahkan, bila nilai benda

jaminan yang telah dijual, hasilnya tidak cukup untuk membayar utang, maka

kreditur yang dijamin ini akan memperoleh hak sebagai kreditur konkuren.

Khusus untuk kreditur yang piutangnya diterima dengan bersyarat, maka

besarnya jumlah bagian kreditur tersebut dalam daftar pembagian dihitung

berdasarkan presentase dari seluruh jumlah piutang (Pasal 190 UUK dan PKPU).

Semua biaya kepailitan dibebankan kepada setiap benda yang merupakan

bagian harta pailit, kecuali benda tersebut telah dijual sendiri oleh kreditur

pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas

kebendaan lainnya (Pasal 191 UUK dan PKPU).

Pasal 21 ayat (3) UU KUP menyatakan bahwa, hak mendahului untuk

utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:

1. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk

melelang suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak;

2. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;

dan/atau

3. Biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan

penyelesaian suatu warisan".

Berdasarkan ketentuan di atas maka kedudukan utang pajak merupakan

(35)

dimiliki oleh Negara. Dengan hak tersebut negara mempunyai hak mendahulu

atas barang-barang milik wajib pajak/penanggung pajak.61

Selanjutnya di dalam Pasal 21 Ayat (1) UU KUP disebutkan mengenai

posisi negara terkait utang pajak, yaitu “Menetapkan kedudukan negara sebagai

kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang

milik penanggung pajak yang akan dilelang di muka umum. Pembayaran kepada

kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi".

62

61

Irwan Ariwibowo, “Kreditur Preferen Dalam Pajak, Apakah Sama Dalam Versi

Kepailitan?”, dalam

Posisi tersebut juga

dipertegas didalam Pasal 21 Ayat (3a) UU KUP, yakni: "Dalam hal wajib pajak

dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau

badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta

wajib pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau

kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar utang

pajak wajib pajak tersebut". Termasuk dalam hal ini penjelasan yang ada di dalam

Pasal 19 ayat (6) UU PPSP yang menyatakan sebagai berikut: "Menetapkan

kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak

mendahulu atas barang-barang milik penanggung pajak yang akan dijual kecuali

terhadap biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman

untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak, biaya yang

telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud, atau biaya perkara

yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.

Desember 2014.

62

(36)

Hasil penjualan barang-barang milik penanggung pajak terlebih dahulu untuk

membayar biaya-biaya tersebut di atas dan sisanya dipergunakan untuk melunasi

utang pajak".63

Menurut Jerry Hoft, tujuan kepailitan adalah untuk membayar hak para

kreditur yang seharusnya mereka peroleh sesuai dengan tingkat urutan tuntutan

mereka.

D. Tanggung Jawab Kurator

Pasal 1 angka 5 UUK dan PKPU menyebutkan bahwa kurator adalah

Balai Harta Peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat oleh pengadilan

untuk mengurus dan membereskan harta debitur pailit di bawah pengawasan

hakim pengawas sesuai dengan UU ini. Tugas kurator diatur pada Pasal 69 ayat

(1) UUK dan PKPU yang menyebutkan bahwa “Tugas kurator adalah melakukan

pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit”.

64

63

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

64

Jerry Hoft, Hukum Kepailitan Di Indonesia (Indonesian Bankrupcty Law), Diterjemahkan oleh Kartini Muljadi, (Jakarta: Tata Nusa, 2000), hlm.66.

Kurator wajib memastikan bahwa semua tindakan yang dilakukan

adalah untuk kepentingan harta pailit. Banyak hambatan yang ditemui kurator,

antara lain terkait dengan kepastian hukum terhadap profesi ini, yaitu belum

adanya jaminan hukum yang jelas untuk melindungi tugas kurator yang terkadang

dipersulit pelaksanaan tugasnya, diantaranya : Seorang kurator seringkali

menghadapi permasalahan dalam proses pelaksanaan putusan pailit, dimana

(37)

melakukan transaksi bila kurator datang, kurator tersebut bahkan diusir dan

terhadap debitur ini tidak ada akibat atau sanksi apa-apa dari pengadilan.65

65

Imaran Nating, Op.Cit, hlm. 11.

Kurator mempunyai kewajiban untuk melakukan penetapan dan

pengumuman mengenai daftar harta pailit, yang secara serta merta bertanggung

jawab atas penetapan tersebut, karena kurator bertugas untuk menginventerisasi

keseluruhan harta pailit beserta kepengurusan lainnya. Oleh karena itu apabila ada

suatu keberatan terkait dengan penetapan tersebut, maka pihak yang keberatan

dapat mengajukan permohonan kepada hakim pengawas dengan menyerahkan

surat keberatan terkait ketidaksetujuan terhadap daftar pembagian harta pailit yang

telah dibuat oleh kurator, yang dalam hal ini akan bertindak sebagai pihak yang

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah;.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006

Dan juga bila terdapat gangguan di suatu jalur kabel maka gangguan hanya akan terjadi dalam komunikasi antara workstation yang bersangkutan dengan server,

Berdasarkan hasil análisis data diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Uluiwoi

Analisis isi perut dalam penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa jenis ikan tangkapan utama yaitu selar dan peperek secara kontinyu sehingga tidak bisa menjelaskan interaksi

berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,.. kecuali yang telah diatur

dalam rangka mencapai kesederhanaan hukum"'^, Melalui UUPA ini ditetapkan adanya satu macam hukum yang berlaku ter- hadap hak-hak atas tanah, yaitu hukum adat (yang telah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi di bidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, terutama dibidang hukum, khususnya dalam

Bhabinkamtibmas, Bripka Firdaus Azmi menyampaikan maklumat Kapolda Lampung untuk tidak mengerahkan massa ke Jakarta kepada Tomas,. Toda dan