commit to user
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Oleh:
LILIN YUNARWI X 4306027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Oleh:
LILIN YUNARWI X 4306027
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v ABSTRAK
Lilin Yunarwi. X 4306027. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus. Tiap siklus terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa di kelas VII-D SMP
Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata berdasarkan lembar observasi motivasi belajar siswa pra siklus sebesar 54,24%, siklus 1 sebesar 71,89% dan siklus 2 sebesar 83,98%. Hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan motivasi belajar siswa sebesar 68,37%, siklus 1 sebesar 73,06%, dan siklus 2 sebesar 80,34%. Kesimpulannya bahwa penerapan pembelajaran koperatif Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
commit to user
vi ABSTRACT
Lilin Yunarwi. X 4306027. IMPLEMENTATION OF JIGSAW
COOPERATIVE LEARNING TO INCREASE STUDENT’S
MOTIVATION IN LEARNING BIOLOGY TO THE SEVENTH-D GRADE STUDENT’S OF SMP NEGERI 16 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, January 2011.
The purpose of this study was to increase student’s learning motivation in biology teaching and learning activities with the implementation of jigsaw
cooperativelearning.
This research was a classroom action research. This research was done in two cycles, each cycle consisted of planning, action, observation, analysis, and reflection. The subject of the research were the students of seventh-D of SMP Negeri 16 Surakarta in academic year of 2010/2011. The source of the data were gained from the teacher and student’s interview, observation, and documentation. The technique of collecting data was questionnaire, observation, and interviews. The validity of the data used triangulation technique. The data were analyzed by using qualitative analysis. The research procedure is a spiral model of inter-related.
The results showed that the application of jigsaw cooperative learning strategies coul increase student’s motivation in biology learning in the seventh-D of SMP Negeri 16 Surakarta in academic year of 2010/2011. The improvement of student learning motivation coul be viewed through a questionnaire and observation sheet. The student’s based on the observation sheet, the student’s motivation average percentage in the pretes was 54,24%, first cycle 71,89%, and the second cycle 83,98%. Based on the questionnaire, the student’s motivation was 68,37% in the pretest, 73,06% in the first cycle, and 80,34% in the second cycle. It can be concluded that the implementation of Jigsaw cooperative learning can increase the student’s learning motivation.
commit to user
vii MOTTO
Gagal berarti harus memupuk semangat lagi untuk berusaha lebih baik lagi untuk mendapatkan yang lebih baik dan yang terbaik.
(Penulis)
“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah
kami mohon pertolongan”.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis ini untuk :
Bapak dan ibu, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, nasehat,
perhatian, pengorbanan, do’a, dan semangatnya untukku...
Kakak dan adikku tersayang, yang selalu memberi keceriaan dalam
hidupku...
Bapak Drs. Maridi, M.Pd dan bapak Drs. Slamet Santosa, M.Si terima
kasih banyak atas bimbingan dan nasehatnya...
Mas prapto, terima kasih telah menemaniku, memberi dukungan,
nasehat, do’a, dan bantuannya selama ini...
Desi, Danik, Tya, Destik, Retno, Rahayu, Vina, Suci, Achi, teman-teman
seperjuanganku... terima kasih atas nasehat dan dukungannya...
Mbk Untari, Erna, Rita, Desi, Danik, Winda, teman dekatku... terima
kasih atas nasehat dan kebersamaannya selama ini...
Eka, Oky, Qisti, Dila, dan teman-teman pondok bulan yang lainya terima
kasih untuk kebersamaan yang indah selama ini...
Teman-teman biologi’06, terima kasih atas kebersamaannya selama
ini...
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP
NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan P. MIPA yang telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi yang memberikan ijin untuk penulisan
skripsi.
4. Drs. Maridi, M.Pd, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penelitian.
5. Drs. Slamet Santosa, M.Si, yang selalu memberikan pengarahan, motivasi dan
bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Kepala SMP Negeri 16 Surakarta, yang telah memberi izin dan tempat
pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 16 Surakarta yang senantiasa
membantu kelancaran penelitian, bimbingan dan kerja samanya.
8. Siswa kelas VII-D SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
commit to user
x
10. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.
Surakarta, Maret 2011
commit to user
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian 1
4
4
5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Berpikir 6
15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Bentuk dan Metode Penelitian
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data
D. Analisa Data
E. Pemeriksaan Validitas Data
F. Prosedur Penelitian
17
17
19
21
22
commit to user
xii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
B. Deskripsi Kondisi Awal (pra siklus)
C. Deskripsi Siklus 1
D. Deskripsi Siklus 2
E. Deskripsi Antar Siklus
F. Pembahasan
26
27
30
37
43
47
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Saran 51
51
51
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif
8
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan 10
Tabel 3. Tingkat Penghargaan Kelompok 10
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa 20
Tabel 5. Daftar Presentase Target Capaian Dari Masing-,masing
Variabel Observasi Kegiatan Belajar
21
Tabel 6. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Lembar
Observasi Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus
27
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Angket
Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus
29
Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Angket
Motivasi Belajar Siswa siklus I
33
Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Lembar
Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I
34
Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Angket
Motivasi Belajar Siswa Siklus II
40
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Berdasarkan Lembar
Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II
41
Tabel 12. Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan
Lembar Observasi
Tabel 13. Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan
Perhitungan Angket
44
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 16
Gambar 2. Skema Skematik Kegiatan Inti Penelitian 18
Gambar 3. Skema Triangulasi Sumber Data 23
Gambar4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 26
Gambar5. Presentase Motivasi Belajar siswa Tiap Aspek Pra Siklus
Berdasarkan Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
28
Gambar6. Persentase Motivasi Siswa Tiap Aspek Siklus I Berdasarkan
Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
35
Gambar7. Presentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Aspek Siklus II
Berdasarkan Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa 42
Gambar8. Presentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan
Data Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
45
Gambar9. Presentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan
Perhitungan Angket
Gambar10.Rata-rata Persentase Motivasi Belajar Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi dan Angket
47
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
a. Silabus 55
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Pertemuan ke 1) 59
c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 (Pertemuan ke 2) 65
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan ke 1) 72
e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (Pertemuan ke 2) 78
f. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Biologi 85
g. Angket Motivasi Belajar Biologi (Prasiklus) 86
h. Angket Motivasi Belajar Biologi (Pascasiklus I) 88
i. Angket Motivasi Belajar Biologi (Pascasiklus II) 90
j. Kisi-Kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa (Prasiklus) 92
k. Kisi-Kisi lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
(Pascasiklus) 94
l. Lembar Observasi Siswa Prasiklus 96
m. Lembar Observasi Siswa Pascasiklus I 99
n. Lembar Observasi Siswa Pascasiklus II 102
o. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Guru
Prasiklus 105
p. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Guru
Pascasiklus 107
q. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Siswa
Prasiklus 109
r. Pedoman Wawancara Motivasi Belajar Biologi Dengan Siswa
Pascasiklus 111
s. Lembar Kerja Siswa 113
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
a. Daftar Siswa Kelas VIID SMP Negeri 16 Surakarta 141
b. Daftar Nama Kelompok Diskusi 142
commit to user
xvi
d. Daftar Presensi siswa Kelas VII-D Siklus II 144
e. Hasil Lembar Observasi Siswa Pra Siklus 145
f. Hasil Lemabr Observasi Siswa Pasca Siklus I 150
g. Hasil Lembar Observasi Siswa Pasca Siklus II 155
h. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus 160
i. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pasca Siklus I 163
j. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pasca Siklus II 166
k. Hasil Wawancara Guru Pra Siklus 169
l. Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus 170
m. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus I 172
n. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus II 173
o. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 174
p. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 175
q. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus II 176
r. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus II 177
s. Dokumentasi Kegiatan Pra Siklus 178
t. Dokumentasi Siklus I 179
u. Dokumentasi Siklus II 181
Lampiran 3. Perijinan
a. Surat Permohonan Mengadakan Observasi 183
b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 184
c. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan 185
d. Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP
Negeri 16 Surakarta
e. Surat Permohonan Ijin Research
186
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah, tidak terlepas dari
keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut
dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan, di antaranya
guru, siswa, dan metode. Komponen-komponen tersebut memegang peranan
penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Selain itu prestasi belajar siswa juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain, misalnya motivasi belajar, tingkat
intelegensi siswa, fasilitas belajar yang tersedia atau sarana dan prasarana,
kurikulum, media pembelajaran, dan sebagainya.
Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat serta sesuai dengan
pokok bahasan tertentu dan tingkat perkembangan intelektual siswanya. Salah
satu metode yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif, yaitu
model pembelajaran kelompok atau diskusi yang menghendaki adanya kerjasama
di antara anggota kelompok dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran kooperatif di kelas, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari. Pembagian kelompok tersebut
dibuat heterogen, baik dalam hal prestasi belajar maupun jenis kelamin. Hal ini
dapatmemotivasi siswa untuk berinteraksi, berdiskusi, berargumentasi, dan saling
membantu satu sama lain.
Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa
agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri sesuai dengan
tujuan belajar yang telah ditetapkan kurikulum. Peran guru sebagai fasilitator
adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan mendayagunakan potensi
yang mereka miliki. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi
siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
commit to user
SMP Negeri 16 Surakarta merupakan salah satu sekolah negeri yang
mempunyai fasilitas yang cukup memadai dan input siswa dengan kemampuan
yang berbeda-beda, mulai dari siswa yang memiliki kemampuan belajar rendah,
sedang dan tinggi. Perbedaan kemampuan belajar siswa dalam menyikapi
kegiatan belajar dikelas sangat beragam.
Berdasarkan observasi terhadap pembelajaran biologi di kelas VIID SMP
Negeri 16 Surakarta yang berjumlah 34 siswa, diketahui bahwa metode mengajar
yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah disertai tanya jawab.
Penggunaan metode ini kurang melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, siswa menjadi pasif. Selama proses belajar mengajar ada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, pada saat pembelajaran berlangsung
banyak siswa yang ramai dan bercanda dengan teman lain, siswa mengantuk,
siswa pasif karena hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru, sebagian
siswa tidak membawa buku panduan, saat guru memberi pertanyaan siswa tidak
mau menjawab jika tidak ditunjuk, siswa tidak ada yang bertanya apabila ada
materi yang belum jelas. Adapun ciri-ciri motivasi rendah antara lain ada yang
acuh tak acuh, ada yang tidak memusatkan perhatian dan ada yang bermain
sendiri selama proses pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 79). Terlihat
korelasi yang jelas antara temuan masalah di kelas dengan teori mengenai ciri
motivasi belajar rendah.
Sebagai tindak lanjut terhadap hasil observasi awal, maka dilakukan
observasi lanjutan menggunakan indikator motivasi belajar siswa. Hasil observasi
lanjutan sebagai berikut, yang bersemangat dan antusias dalam mengikuti
pelajaran sebanyak 19 siswa (55,88%), siswa yang membawa buku sumber
pembelajaran biologi sebanyak 23 siswa (67,64%), siswa yang bertanya mengenai
materi yang belum jelas sebanyak 10 siswa (29,41%), siswa yang mencatat
penjelasan guru sebanyak 22 siswa (64,70%), siswa yang menyontek jawaban
teman saat ulangan sebannyak 13 siswa (38,23%), siswa yang tidak
mengumpulkan tugas 6 siswa (17,64%), dan siswa yang mengemukakan pendapat
commit to user
3
Berdasarkan kajian terhadap hasil observasi, diskusi dengan guru dan
siswa ditemukan permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya motivasi
belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta dalam pembelajaran Biologi.
Guru menggunakan metode yang kurang bervariasi dan siswa kurang dilibatkan
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyebabkan
siswa menjadi pembelajar yang pasif dan mudah merasa bosan karena dalam
kegiatan pembelajaran siswa lebih berperan sebagai penerima informansi pasif
yaitu cenderung hanya mendengar dan mencatat penjelasan oleh guru.
Solusi untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi di kelas VII D
SMP Negeri 16 Surakarta adalah menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
yang dapat mendorong siswa untuk bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Strategi pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah pembeljaran kooperatif jigsaw pada
materi cirri-ciri makhluk hidup dan klasifikasi makhluk hidup. Alasan pemilihan
pembelajaran kooperatifj jigsaw karena melalui teknik ini siswa dapat belajar
dengan berkelompok-kelompok dan berdiskusi sehingga materi yang dipelajari
dapat terselesaikan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih
banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru
maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama - sama dan
memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar - benar menguasai materi
yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan
pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus
karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Siswa juga dapat
menerima dengan senang hati pembelajaran yang digunakan karena adanya
kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa.
Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
Jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang
commit to user
siswa secara individual dapat mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari
materi yang sedang dipelajari serta menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada
kelompoknya. Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw
mempelajari materi yang berbeda dan bertanggung jawab untuk mempelajari
bagiannya masing-masing. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw diharapkan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Slavin (2008:237), pembelajaran kooperatif Jigsaw menjadikan
siswa termotivasi untuk belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa
kepada tim didasarkan pada sistem skor perkembangan individual, dan para siswa
yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau
bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari
materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya
mereka dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan
penelitian dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS VIID SMP
NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan yaitu apakah penerapan pembelajaran
kooperatif jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
biologi kelas VIID SMP Negeri 16 Surakarta tahun ajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan
penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siswa kelas VII D SMP Negeri
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa kelas VII
SMP Negeri 16 Surakarta menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
2. Bagi Guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penggunaan metode
jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Memberikan masukan pada guru agar lebih memperhatikan
masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar.
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran.
b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik
pada sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran biologi.
4. Bagi peneliti
Dapat menjadi bahan rujukan untuk tindakan penelitian lebih lanjut di masa
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen Isjoni (2009:15).
Menurut Slavin (2008: 4) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam
metode pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerja sama siswa dalam kelompok.
Siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang dimiliki dan dapat mengatasai
kesenjangan dalam pemahaman di antara siswa.
Lie (2000) menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran
gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau
sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja
secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan (Isjoni, 2009: 23).
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah: saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual,
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial
yang secara sengaja diajarkan (Sugiyanto, 2008: 38).
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar
kelompok. Ada prinsip dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembelajaran biasa. Lie (2008: 31) mengemukakan bahwa untuk
commit to user
7
yang harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Trianto (2007: 49-51) mengemukakan bahwa terdapat empat pendekatan
yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
diantaranya yaitu STAD (Student Teams Achievement Divisions), Jigsaw,
Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan pendekatan
struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together
(NHT). Perbedaan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif tersebut
commit to user
Tabel 1. Perbedaan Empat Model Pembelajaran Kooperatif
STAD Jigsaw Investigasi
Kelompok Pendekatan Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial Kerja kelompok dan kerjasama Kerja kelompok dan kerjasama Kerjasama dalam kelompok kompleks Informasi akademik sederhana Struktur tim Kelompok
belajar heterogen dengan 4 -5 orang anggota Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota menggunakan pola kelompok ‘asal’ dan kelompok ‘ahli’ Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota homogen Bervariasi, berdua, bertiga atau 4-6 anggota kelompok Pemilihan topik
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok ‘ahli’ kemudian membantu anggota kelompok asal dalam mempelajari materi itu Siswa menyelesaiakan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essay Bervariasi
Pengakuan Lembar
pengetahuan dan publikasi lainnya
Publikasi lain Lembar pengakuan dan publikasi lainnya
commit to user
9
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan metode pembelajaran lain, diantaranya adalah: meningkatkan
kesetiakawanan, saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi,
memudahkan penyesuaian diri, menghilangkan sifat egois, rasa saling percaya,
meningkatkan kemampuan memandang masalah, meningkatkan menggunakan
ide, meningkatkan kegemaran berteman (Sugiyanto, 2008: 41-42 ).
2. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Selain metode ceramah, masih banyak metode pembelajaran yang dapat
digunakan, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif atau kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang dapat
diterapkan, yaitu di antaranya : a. Student Team Achiement Division (STAD), b.
Jigsaw, c. Team-Games Tournamentsi (TGT), d. Group Investigation (GI),
Rotating Trio Exchange, dan e. Group Resume (Isjoni, 2009:73). Penelitian ini
akan mencoba mengkaji penggunaan pembelajaran kooperatif jigsaw dalam
pembelajaran biologi.
Isjoni (2009:77) jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pelaksanaan pembelajaran
kooperatif jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan dibuat
heterogen baik dalam hal prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul dan
sebagainya. Materi dibagi dalam sub-sub pokok bahasan. Menurut Suprijono
(2009:90) masing-masing anggota kelompok dalam kooperatif jigsaw
mempelajari materi yang berbeda dan setiap anggota kelompok bertanggung
jawab untuk mempelajari bagian-bagiannya masing-masing.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Slavin (2008:238-244),
pelaksanaan metode jigsaw meliputi 2 tahap , yaitu persiapan dan pelaksanaan.
a. Persiapan, meliputi : 1) menentukan materi yang akan dipelajari, 2) siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang secara
heterogen.
b. Pelaksanaan, meliputi empat tahap antara lain : 1) membaca, 2) diskusi
commit to user
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan guru dengan
melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung skor individu
Menurut Slavin (2008:159) untuk memberikan skor perkembangan individu
dihitung seperti Tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor Perkembangan
a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal. b. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah
skor awal.
c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal.
d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal.
e. Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor).
5 poin 10 poin
20 poin
30 poin 30 poin
2. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok yaitu menjumlah semua skor perkembangan yang
diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok
seperti tercantum pada Tabel 3 (Slavin, 2008:160).
Tabel 3. Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
15 16 17
Tim baik Tim sangat baik Tim super
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat divariasikan. Lie
(2008:70) menjelaskan bahwa ada variasi pembelajaran kooperatif Jigsaw yaitu
jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli.
Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari
kelompok lain. Siswa bekerja sama mendiskusikan bagian tersebut, kemudian
masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang
commit to user
11
Gocer (2010:442) mengemukakan bahwa teknik pembelajaran kooperatif
jigsaw yaitu siswa dibagi dalam kelompok masing-masing 5-6 siswa. Setiap
kelompok diberikan materi yang dibagi menjadi beberapa bagian dengan jumlah
anggotanya sehingga setiap siswa diberi materi yang berbeda-beda. Setiap siswa
belajar bagian mereka sendiri, setelah itu anggota kelompok lain yang telah
mempelajari materi yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi,
kemudian setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan bertugas
mengajar temannya. Jing (2010:502) juga mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif jigsaw setiap siswa dalam satu kelompok diberi materi
yang dibagi menjadi beberapa sub bab. Setelah membaca, para siswa di
masing-masing kelompok yang mempelajari bagian yang sama bertemu di kelompok ahli
untuk berdiskusi dan mereka kembali ke kelompok asal untuk mengajar anggota
kelompoknya.
Trianto (2007:56-57) bahwa langkah-langkah pembelajaran jigsaw adalah,
sebagai berikut : siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok 5-6 orang),
materi diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi
beberapa sub bab, setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan
dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, anggota dari kelompok lain yang
telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk
berdiskusi, setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar temannya.
Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw hanya
belajar pada bagian mereka sendiri. Siswa akan mendengarkan dengan cermat apa
yang diterangkan oleh teman kelompoknya agar bisa memahami dan menguasai
materi yang telah dipelajari oleh teman kelompoknya itu, sehingga mereka akan
termotivasi untuk saling belajar.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
jigsaw mempunyai kelebihan yaitu, dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dan
mampu menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman
lain, hal ini akan menguntungkan semua anggota kelompok dengan memberikan
commit to user
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif, diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Sardiman (1990: 73)
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan.
Menurut Hamzah (2008: 3), motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha untuk mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Sukmadinata (2004: 61) mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang
terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah. Motivasi menjadi
aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan atau mendesak.
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang, yang
mendorong seseorang untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas
(Davies, 1987: 214). Aida (2009: 93) mengemukakan bahwa motivasi itu
mengacu pada kesediaan siswa, kebutuhan, keinginan dan keharusan untuk
berpartisipasi dan berhasil dalam proses pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono
(2002: 80) mengemukakan motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia. Pada motivasi terkandung
adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan sikap individu dalam mencapai tujuannya.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
commit to user
13
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007:75).
Yamin (2007: 219) menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya
penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
belajar dan menambah ketrampilan dan pengalaman. Motivasi mendorong dan
mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan
bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi mencari prestasi.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diketahui aspek-aspek
motivasi yaitu adanya daya penggerak dari dalam diri siswa, perhatian terhadap
pelajaran, dan keinginan untuk melakukan kegiatan. Seseorang dapat di katakan
termotivasi terhadap sesuatu apabila individu itu memiliki ketiga aspek tersebut.
Masing-masing aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Adanya daya penggerak dari dalam diri
Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa
untuk melibatkan diri dalam proses belajar. Motor penggerak disini dapat
dikatakan sebagai pembangkit motivasi belajar siswa yaitu guru. Tugas guru
sebagai pembangkit motivasi belajar, terutama motivasi untuk memperkaya diri
sendiri. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil indikator dari aspek adanya daya
penggerak dalam diri yaitu adanya kemampuan untuk bertantanya dan
meningkatkan kualitas belajar jika menemui kesulitan, adanya usaha untuk
mengerjakan tugas-tugas yang di berikan guru, dan merasa rugi jika tidak dapat
mengikuti pelejaran ( Sardiman, 2007:75-76).
2). Perhatian terhadap pelajaran biologi
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya untuk menjamin hasil
belajar yang baik. Bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah
kebosanan dan tidak suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakan
bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil
commit to user
mempelajari biologi dari berbagai sumber, dan mengerjakan ulangan tanpa
bantuan orang lain (Sardiman, 2007:75-76).
3). Keinginan untuk melakukan kegiatan belajar
Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar yang besar
terhadap sesuatu maka akan memiliki keingintahuan yang tinggi, akan belajar
lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Seorang murid
memiliki rasa ingin belajar, maka akan cepat mengerti dan mengingatnya. Siswa
yang memiliki keingintahuan yang tinggi juga akan mengajukan pertanyaan/
sering bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami. Berdasarkan uraian di atas
dapat diambil indikator dari aspek keinginan yaitu keinginan mempelajari kembali
materi dari guru, belajar dengan sungguh-sungguh, dan bertanya jika merasa
belum jelas (Sardiman, 2007:75-76).
b.Jenis dan Sifat Motivasi
Berdasarkan sifatnya, menurut Sardiman (2007:89-91) motivasi dapat
dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrensik. Perbedaan ini juga
berdasarkan dari datangnya motivasi seseorang. Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan kegiatan.
Contohnya yaitu seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh
atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat dicontohkan yaitu seseorang itu
belajar karena besok mau ujian, dengan harapan mendapatkan nilai yang baik,
sehingga akan dipuji oleh teman, guru, atau orang tuanya.
Motivasi ekstrinsik sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar,
kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin
komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang
menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
c. Fungsi Motivasi
Motivasi bertalian dengan tujuan dan mempengaruhi adanya kegiatan.
commit to user
15
motivasi dalam belajar, yaitu: 1) mendorong manusia untuk berbuat, sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, 2) menentukan arah
perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan sesuai dengan rumusan tujuannya, 3) menyeleksi perbuatan,
yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Fungsi motivasi yang lain yaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha
karena ada motivasi. Motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik. Usaha yang tekun dan terutama didasari oleh motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan mendapatkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
d.Cara Menumbuhkan Motivasi
Sardiman (1990: 91) berpendapat bahwa terdapat beberapa cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, yaitu dengan : memberi ulangan,
mengetahui hasil, pujian, memberi angka, dan memberi hadiah. Beberapa bentuk
dan cara menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah, yaitu dengan: memberi nilai, hadiah, memberi ulangan dan
memperlihatkan hasilnya, dan pujian (Sardiman, 2007: 92-94).
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai akhir hasil
belajar tetapi juga dilihat dari prosesnya. Input yang berkualitas tetapi tidak diikuti
oleh proses yang sesuai maka output belum tentu akan berkualitas baik.
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah
satunya adalah metode mengajar yang digunakan oleh guru. Penggunaan metode
pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa dapat
menyebabkan siswa menjadi bosan dan jenuh, akibatnya siswa menjadi pasif dan
commit to user
Metode pembelajaran yang dipilih oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar mempunyai peranan yang penting dalam mencapai keberhasilan belajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian keberhasilan belajar adalah
motivasi belajar siswa. Pemilihan metode yang tepat akan membawa peran serta
siswa dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang masih
berpusat pada guru yang selama ini dilakukan dalam kegiatan pembelajaran
biologi sedikit sekali melibatkan siswa dalam belajar sehingga motivasi belajar
siswa rendah.
Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan perubahan
terhadap metode pembelajaran yang digunakan yaitu dengan penerapan
pembelajaran kooperatif jigsaw. Aplikasi pembelajaran kooperatif jigsaw yang
merupakan pembelajaran kooperatif dimaksudkan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kerangka pemikirannya dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran PROSES
INPUT
Proses belajar di kelas
Metode pembelajaran kurang bervariasi
Siswa merasa bosan dan jenuh
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
Motivasi belajar siswa rendah
Motivasi belajar siswa meningkat
commit to user
17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011 yang beralamat di Jl. Kolonel Sutarto No. 188
Surakarta.
2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi observasi, identifikasi masalah, penentuan
tindakan, pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penyusunan
instrumen penelitian, seminar proposal, dan pengajuan perijinan penelitian.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Juni 2010.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu
pengambilan data yaitu pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Tahap
ini dilaksankan pada bulan Agustus 2010.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan selesai.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan oleh peneliti
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperbaiki dan mencari
solusi dari persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang
commit to user
secara garis besar terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakkan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke
langkah semula. Pelaksanaannya dalam satu siklus di mulai dari tahap
penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.
Bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus
selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, kegiatannya dapat
berlangsung berkali-kali karena yang akan diajarkan ada beberapa sehingga dapat
merupakan siklus berkesinambungan, dapat dilihat pada Gambar 2 (Arikunto, dkk
2008: 20-21).
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
[image:34.612.137.504.189.591.2]?
Gambar 2. Skematik Kegiatan Inti Penelitian (Arikunto,dkk 2008: 16)
Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini merupakan permasalahan
yang dihadapi, dirasakan atau dihayati oleh guru dan peneliti di kelas yang
bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran di kelas. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses kegiatan
commit to user
19
dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Tindakan yang dilakukan pada penelitian berupa penggunaan
pembelajaran kooperatif jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data informasi
tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif. Aspek kualitatif berupa catatan
lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi berdasarkan lembar
observasi, wawancara dengan guru dan siswa serta memberikan angket yang
menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam kelas. Data penelitian
dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:
a. Informasi siswa dan guru.
b. Tempat dan proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
c. Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, dan buku referensi mengajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran,
dokumentasi, angket, dan wawancara atau diskusi. Secara lengkap teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data
tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Metode observasi
dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar
siswa terhadap materi yang diajarkan guru. Lembar observasi yang digunakan
akan diisi oleh pengamat berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta item-item
pernyataan yang disesuaikan dengan hal-hal yang akan dinilai.
b. Angket
Angket diberikan pada siswa untuk mengambil data tentang motivasi
belajar siswa. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian adalah bentuk
commit to user
kolom yang telah disediakan. Prosedur pemberian tiap item berdasarkan sikap
siswa terhadap pelajaran biologi. Kisi-kisi angket motivasi belajar siswa dalam
[image:36.612.132.506.178.630.2]pembelajaran biologi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa
Konsep Aspek Indikator
Motivasi belajar
yaitu daya
penggerak yang
menimbulkan
kegiatan belajar,
yang menjamin
kelangsungan dari
kegiatan belajar
siswa dan
memberikan arah
dalam kegiatan
belajar, sehingga
tujuan
pembelajaran
dapat tercapai.
(Sardiman,
2007:75)
Adanya daya
penggerak dari
dalam diri siswa
Perhatian
terhadap
pelajaran biologi.
Keinginan untuk
melakukan
kegiatan belajar.
(Sardiman, 2007:
75-76)
1. Ada kemampuan untuk bertanya
dan meningkatkan kualitas belajar
jika menemui kesulitan.
2. Adanya usaha untuk mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru.
3. Merasa rugi jika tidak dapat
mengikuti pelajaran biologi.
(Sardiman, 2007 : 83)
1. Semangat untuk memperhatikan
pelajaran dengan baik.
2. Mempelajari biologi dari berbagai
sumber.
3. Mengerjkan ulangan tanpa bantuan
orang lain.
(Sardiman, 2007 : 83)
1. Mempelajari kembali, materi dari
guru.
2. Belajar biologi dengan
sungguh-sungguh.
3. Bertanya pada guru jika merasa
belum jelas.
commit to user
21
Teknik penilaian atau pemberian skor mengacu pada Sudjana (1991:81)
[image:37.612.131.508.160.457.2]yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Teknik Penilaian
Pernyataan Sangat
setuju
Setuju Kurang
Setuju
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak Setuju
Pernyataan positif 5 4 3 2 1
Pernyataan negative 1 2 3 4 5
Menurut Mulyasa (2006:101) bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta
didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat
belajar yang besar, dan rasa percaya diri. c. Wawancara
Wawancara erat kaitannya dengan proses observasi. Wawancara
dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mengadakan informasi
balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang
dilakukan sadalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru
dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara dilakukan
untuk mendapat masukan yang mendalam setiap proses pembelajaran yang dapat
dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
d. Kajian Dokumentasi
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan
dalam proses pembelajaran, misalnya dalam penelitian ini adalah silabus, presensi
siswa dan buku ajar yang digunakan.
D. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini merupakan teknik
analisa diskriptif kualitatif. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis
Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu
commit to user
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian
singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data
dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan
informasi secara sistematik dari hasil reduksi data mulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan dan penggolongan data. Data terkumpul disajikan secara sistematis
dan perlu diberi makna.
E. Pemeriksaan Validitas Data
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau
kesahihan suatu data. Suatu informasi yang digunakan sebagai data penelitian
perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan
dan dapat mewakili atau mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti yang nantinya
dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik suatu kesimpulan.
Teknik yang digunakan untuk menjaga kevalidan data dalam penelitian
digunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2002:178) teknik triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding data.
Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode. Jenis triangulasi
metode dilakukan dengan pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi
selama KBM berlangsung dan angket. Adapun skema triangulasi dapat dilihat
commit to user
[image:39.612.137.509.107.458.2]23
Gambar 3. Skema Triangulasi Metode Penelitian
F. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah penelitian yang digunakan berupa model
spiral (Sukardi, 2001: 214-215). Perencanaan menggunakan sistem spiral refleksi
diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan
kembali merupakan suatu dasar untuk pemecahan masalah. Langkah-langkah
operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, tindakan,
pengamatan, refleksi. Tahap pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Tahap Perencanaan merupakan tahap penentuan materi pembelajaran
yaitu Ciri-ciri Mahkluk Hidup dan Klasifikasi Mahkluk Hidup, dilakukan
penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus yang digunakan mengacu pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dilakukan dengan mengacu pada penerapan Pembelajarn
kooperatif Jigsaw. Instrumen penelitian juga disusun pada tahap ini yaitu angket,
lembar observasi motivasi belajar siswa serta pedoman wawancara bagi guru dan
siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw pada pokok bahasan Ciri-ciri Mahkluk Hidup dan Klasifikasi
Mahkluk Hidup. Pembelajaran dimulai, guru memberikan pengarahan tentang
pembelajaran kooperatif Jigsaw, menjelaskan materi secara garis besar, Wawancara
Data Angket Siswa
commit to user
pembagian kelompok, dan membagikan materi diskusi. Kegiatan dilanjutkan yaitu
diskusi kelompok asal dan dilanjutkan dengan diskusi kelompok ahli. Tahap
selanjutnya dengan persentasi masing-masing kelompok. Guru memberikan
kesimpulan dan sebagai evaluasi diadakan post test serta pengisian angket
motivasi belajar oleh siswa.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran
dengan penerapan pembelajarn kooperatif Jigsaw. Kegiatan pada tahap ini adalah
mengamati, mencatat serta mendokumentasikan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi
terfokus yaitu maksud dan sasaran observasi telah ditentukan sebelumnya.
Lembar observasi digunakan untuk mempermudah mengamati setiap indikator
yang diukur. Pengisisan angket motivasi belajar oleh siswa yang digunakan
sebagai data sekunder juga dilakukan pada tahap ini.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interprestasi dan evaluasi atas
informasi yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar dan
motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Data yang telah terkumpul
dalam kegiatan observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi atau diberi
makna sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah
mencapai tujuan.
Kegiatan refleksi diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas agar
tindakan yang dilakukan dapat dievaluasi keefektifannya. Hasil dari refleksi
digunakan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian dapat dihentikan
apabila target yang diukur telah tercapai, sebaliknya apabila target yang diukur
belum tercapai dapat dilanjutkan pada siklus selanjutnya dengan melakukan
commit to user
25
Pengamatan
Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi
Evaluasi motivasi belajar siswa melalui angket, lembar observasi,
dan wawancara siswa. Penerapan pembelajaran Pelaksanaan kooperatif Jigsaw
Perencanaan
Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I Penyusunan instrumen pembelajaran: angket motivasi belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus II, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Refleksi
Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, serta melihat ketercapaian indikator
Pelaksanaan
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
.
Tindak Lanjut
Perbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah penelitian.
Pengamatan
Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi
Evaluasi motivasi belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara siswa.
[image:41.612.99.557.112.624.2]
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Sukardi, 2001: 215) Refleksi
Menganalisis proses dan dampak
pelaksanaan tindakan, jika
indikator belum tercapai
diteruskan siklus II
Perencanaan
commit to user
26 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Data Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 16 Surakarta yang beralamat di
Jalan Kolonel Sutarto No. 188 Surakarta. Kepala Sekolah yang sedang memimpin
adalah Drs. M. Amir Khusni, MM. SMP Negeri 16 Surakarta pada tahun ajaran
2010/2011 memiliki 15 kelas yang terbagi menjadi 5 kelas VII, 5 kelas kelas VIII,
dan 5 kelas IX.
2.
Data dan Deskripsi Kelas
Penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 16 Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011 dengan wali kelas Dra. Sri Sumarsih. Jumlah siswa di
kelas VII D adalah 34 siswa dengan 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
Secara umum, ruang kelas VII D berukuran 7x8 m
2, lantainya berupa ubin berwarna
putih dengan dinding yang bercat kuning gading. Ruang kelas tersebut terdapat 1
buah pintu, 8 ventilasi dan 6 jendela kaca di sisi kanan dan 8 jendela kaca di sebelah
kiri. Deretan meja paling depan terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Buku
presensi siswa dan jurnal kegiatan mengajar tertata dengan rapi di atas meja guru.
Sebuah
whiteboard
terletak di depan kelas, dan juga terdapat satu buah papan tulis
hijau yang berada disisi kiri. Papan sebelah kiri digunakan sebagai papan
pengumuman dan menulis absensi kelas. Perkembangan akademik siswa kelas VII D
mempunyai kemampuan yang baik meskipun motivasi belajar biologi siswa masih
kurang. Siswa kelas VII D juga memiliki kepribadian yang cukup baik dan ramah,
hubungan antar siswa terjalin dengan baik sehingga tercipta sistem kerjasama kelas
yang kompak. Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan diruang kelas,
commit to user
B. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas VII D
SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran Biologi masih rendah, rata-rata motivasi belajar
siswa sebesar 54,24%.Persentase tersebut didapat dari hasil perhitungan data lembar
observasi dalam satu kali pertemuan yang terdiri dari 2x40 menit. Persentase motivasi
belajar siswa pra siklus berdasarkan lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus Berdasarkan Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
ASPEK INDIKATOR Persentase
Tiap Indikator (%) Persentase Rata-Rata Tiap Aspek (%)
1. Adanya daya
penggerak dari
dalam diri siswa
Aktif dalam diskusi kelompok
0
60,78
Mengerjakan tugas dari guru
82,35
Hadir dalam pembelajaran
100
2.
Perhatian
terhadap pelajaran
biologi
Memperhatikan penjelasan dari
guru
55,88
61,76
Membawa buku pegangan dan
referensi biologi
67,64
Mengerjakan ulangan tanpa
melihat jawaban teman
61,76
3.
Keinginan untuk
melakukan
kegiatan belajar
Mencatat penjelasan dari guru
64,70
40,19
Mengemukakan pendapat saat
diskusi
26,47
Bertanya
mengenai
hal-hal
yang belum jelas
29,41
Rata-rata
54,24
Berdasarkan Tabel 6
diketahui bahwa rata-rata aspek motivasi belajar siswa
[image:44.612.115.528.216.650.2]commit to user
28
persentase tertinggi adalah aspek perhatian terhadap pelajaran yaitu siswa yang
memperhatikan penjelasan dari guru, membawa buku referensi, dan mengerjakan
ulangan tanpa melihat jawaban teman dengan persentase 61,76%. Aspek daya
penggerak dari dalam diri siswa berada pada urutan tengah yaitu siswa yang aktif
dalam diskusi kelompok, mengerjakan tugas dari guru, dan hadir dalam pembelajaran
biologi dengan persentase 60,78%. Aspek keinginan untuk melakukan kegiatan
belajar menempati urutan terendah yaitu siswa mencatat penjelasan dari guru,
mengemukakan pendapat saat diskusi, dan bertanya mengenai hal-hal yang belum
jelas dengan persentase 40,19%. Rendahnya keinginan untuk melakukan kegiatan
belajar dapat disebabkan karena siswa kurang terlibat dalam kegiatan yang dapat
meningkatkan keinginan untuk melakukan kegiatan yaitu keinginan untuk mencatat,
mengemukakan pendapat, dan bertanya. Pembelajaran yang diterapkan guru pada saat
observasi pra siklus belum mampu mengoptimalkan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Persentase motivasi belajar siswa dalam bentuk diagram berdasarkan
lembar observasi dapat dilihat pada Gambar 5.
0 10 20 30 40 50 60 70
1 2 3
P
er
se
n
ta
se
(
%
)
Rata-rata Motivasi Tiap Aspek
Keinginan untuk melakukan kegiatan belajar
Perhatian terhadap pelajaran biologi
Adanya daya penggerak dari dalam diri siswa
[image:45.612.115.527.213.620.2]commit to user
Data mengenai motivasi belajar siswa selain diperoleh dari hasil observasi,
juga diperoleh dari angket. Rincian besarnya motivasi belajar siswa setiap indikator
berdasarkan perhitungan angket dapat dilihat pada Tabel 7. Data dari angket
digunakan sebagai data sekunder yang digunakan untuk menunjang data hasil
observasi. Angket dibagikan kepada setiap siswa untuk diisi sehingga dapat diketahui
tingkat motivasi belajar siswa menurut sudut pandang siswa sendiri. <