• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Return on Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Return on Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Taxes are the biggest source of state revenue that derive from non-oil sector which is used for development in the present and future. The purpose of this research is to determine whether there is influence between Return on Assets (ROA), Net Profit Margin dan Basic Earnings Power (BEP) both partially and simultaneously on Corporation Tax to Turn Over Ratio (CTTOR). Data used is food and drinks manufacture company financial statement period 2009 – 2012. The data are analyzed use multiple linear regression method. The result of this research shows that partially Return on Assets (ROA) has significant influence Corporation Tax to Turn Over Ratio, while Net Profit Margin and Basic Earnings Power (BEP) do not have significant influence on Corporation Tax to Turn Over Ratio. Simultaneously Return on Assets (ROA), Net Profit Margin and Basic Earnings Power (BEP) have significant influence on Corporation Tax to Turn Over Ratio.

(2)

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber pendapatan negara terbesar yang berasal dari sektor non migas yang digunakan untuk pembangunan di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Return on Assets (ROA), Net Profit Margin dan Basic Earnings Power (BEP) baik secara parsial maupun simultan terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur makanan dan minuman tahun 2009 – 2012. Metode yang digunakan adalah metode regresi berganda (multiple linear regression method). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Return on Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio, dan Net Profit Margin serta Basic Earnings Power (BEP) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio. Secara simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin serta Basic Earnings Power (BEP) berpengaruh secara signifikan terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8

2.1 Pengertian Pajak ... 8

2.2 Penggolongan Jenis Pajak ... 9

(4)

2.4 Pajak Penghasilan ... 12

2.5 Subjek Pajak dan Wajib pajak ... 12

2.5.1 Subjek Pajak ... 13

2.5.2 Wajib Pajak... 15

2.5.3 Tidak Termasuk Subjek Pajak ... 15

2.6 Objek Pajak ... 16

2.6.1 Tidak Termasuk Objek Pajak... 19

2.7 Rasio Profitabilitas ... 22

2.7.1 Pengertian Rasio Profitabilitas ... 22

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ... 22

2.7.3 Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas ... 23

2.8 Rasio Benchmarking ... 29

2.8.1 Pengertian Rasio Benchmarking ... 29

2.8.2 Karateristik Total Benchmarking ... 30

2.8.3 Tujuan dan Manfaat Total Benchmarking ... 30

2.8.4 Jenis – Jenis Rasio Benchmarking ... 31

2.8.4.1 Corporate Tax to Turn Over Ratio ... 33

2.9 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 37

3.1 Objek Penelitian ... 37

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 37

3.2 Metode Penelitian ... 44

(5)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 44

3.2.3 Populasi Penelitian ... 46

3.2.4 Teknik Penarikan Sampel ... 47

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.2.6 Metode Analisis ... 48

3.2.7 Pengujian Koefisien Regresi secara Parsial ... 49

3.2.8 Pengujian Koefisien Regresi secara Simultan ... 50

3.2.9 Uji Normalitas ... 52

3.2.10 Uji Multikolinearitas ... 53

3.2.11 Uji Heteroskedastisitas... 54

3.2.12 Uji Autokorelasi ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 55

4.1 Hasil Pengumpulan Data... 55

4.2 Model Regresi ... 59

4.3 Pengujian Normalitas ... 60

4.4 Pengujian Multikolinearitas ... 61

4.5 Pengujian Heteroskedastisitas ... 62

4.6 Pengujian Autokorelasi ... 64

4.7 Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial ... 64

(6)

4.7.2 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Corporation Tax to

Turn Over Ratio...66

4.7.3 Pengaruh Basic Earnings Power terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio ... 67

4.8 Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan ... 68

4.9 Koefesien Korelasi Parsial ... 69

4.10 Koefisien Determinasi Secara Simultan... 72

4.11 Pembahasan ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Simpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN ... 80

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Operasionalisasi Variabel ... 46

Tabel II ANOVA ... 52

Tabel III Data Return on Assets / ROA (X1) ... 57

Tabel IV Data Net Profit Margin /NPM (X2) ... 57

Tabel V Data Basic Earnings Power/BEP (X3) ... 58

Tabel VI Corporation Tax to Turn Over Ratio/CTTOR (Y)... 58

Tabel VII Koefisien Regresi ... 59

Tabel VIII Pengujian Normalitas ... 61

Tabel IX Uji Multikolinearitas ... 62

Tabel X Uji Autokorelasi ... 64

Tabel XI Pengujian Koefisien Regresi ... 69

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Data Laporan Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk Tahun 2009 – 2012 ... 80

Lampiran B Data Laporan Keuangan PT Fast Food Indonesia

Tbk Tahun 2009 – 2012 ... 83 Lampiran C Data Laporan Keuangan PT Indofood Sukses Makmur

Tahun 2009 – 2012 ... 86

Lampiran D Data Laporan Keuangan PT Nippon Indosari Corpindo

Tbk Tahun 2009 – 2012 ... 89 Lampiran E Data Laporan Keuangan PT Ultrajaya Milk Industry

& Trading Company Tbk Tahun 2009 – 2012 ... 92 Lampiran F Data Laporan Keuangan PT Sekar Laut Tbk

Tahun 2009 – 2012 ... 95

Lampiran G Data Laporan Keuangan PT Akasha Wira International Tbk Tahun 2009 – 2012 ... 98

Lampiran H Data Laporan Keuangan PT Delta Djakarta Tbk

Tahun 2009 – 2012 ... 101

Lampiran I Data Laporan Keuangan PT Multi Bintang Indonesia Tbk

Tahun 2009 – 2012 ... 104

Lampiran J Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk

(10)

Lampiran K Data Laporan Keuangan PT Prasidha Aneka Niaga Tbk

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu potensi penting dari pendapatan suatu negara. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009:1).

Rasio total benchmarking merupakan salah satu program insentifikasi pajak dalam meningkatkan penerimaan pajak yang didasarkan atas Surat Nomor SE-96/PJ/2009. Rasio total benchmarking merupakan alat bantu yang digunakan oleh fiskus untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

Tujuan utama benchmarking adalah membuka peluang untuk memperbaiki kinerja di bagian – bagian utama.

Manfaat benchmarking adalah :

1. Memahami kegiatan – kegiatan dan proses – proses yang merupakan kunci arah keberhasilan bisnis dan memuaskan kebutuhan pelanggan.

2. Memberi peringatan manajemen apa saja yang dapat menjadikan organisasi terbaik.

(12)

4. Mempelajari bagaimana perusahaan – perusahaan lain mencapai standar yang baik.

Ada banyak jenis dari rasio benchmarking yang berkaitan dengan tingkat laba dan input – input perusahaan (Surat Edaran No.SE-96/PJ/2009), yaitu terdiri dari :

a. Gross Net Profit Margin (GPM), yaitu rasio antara laba kotor terhadap penjualan. b. Operatin Profit Margin (OPM), yaitu rasio antara laba bersih dari operasi terhadap

penjualan.

c. Pretax pofit margin (PPM), yaitu rasio antara laba bersih sebelum dikenakan pajak

penghasilan terhadap penjualan.

d. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR), yaitu rasio antara pajak penghasilan

terutang terhadap penjualan.

e. Net Profit Margin (NPM), yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak penghasilan

terhadap penjualan.

f. Dividend Payout Ratio (DPR), yaitu rasio antara jumlah dividen tunai yang dibayarkan terhadap laba bersih setelah pajak.

g. Rasio PPN Masukan, yaitu rasio antara jumlah PPN Masukan yang dikreditkan dalam satu tahun pajak terhadap penjualan, tidak termasuk pajak masukan yang dikreditkan dan transaksi antar cabang.

(13)

k. Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan. l. Rasio “input antara” lainnya terhadap penjualan.

Dari beberapa rasio benchmarking tersebut, dimana salah satunya adalah Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR). Corporate Tax to Turn Over Ratio

(CTTOR) merupakan rasio Pajak Penghasilan terutang terhadap Penjualan. Nilai CTTOR dihitung sebagai berikut:

CTTOR = PPh terutang x 100%.

Penjualan

Nilai CTTOR menunjukkan besarnya PPh yang terutang dalam suatu tahun relatif terhadap Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Makin besar CTTOR menunjukkan makin besar proporsi hasil penjualan perusahaan yang digunakan untuk membayar pajak penghasilan.

Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Profitabilitas merupakan suatu indikator untuk menilai baik buruknya kinerja dari sebuah perusahaan. Suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable), semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Van Homw, Wachowics (2005:222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusahaan.

(14)

atau aset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Variabel kinerja dari rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power (BEP).

Return on Assets (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.

Laba bersih yang tersedia

Return On Assets = Untuk pemegang saham biasa

Total Aktiva

Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Net Profit Margin = EAT X 100%

Penjualan

Basic Earnings Power (BEP) menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk

menghasilkan laba operasi dihitung dengan membagi EBIT dengan total aktiva. Basic Earnings Power = EBIT

(15)

Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan Corporation Tax to Turn Over Ratio dimana dalam hal ini dikaitkan dengan profitabilitas rasio dalam jenis Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power, untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap Corporation Tax. Untuk

itu penulis akan menuangkan penelitian tersebut dengan judul “Pengaruh Profitabilitas

Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power terhadap Corporation

Tax to Turn Over Ratio”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut :

1. Apakah Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio.

2. Apakah Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio.

3. Seberapa besar pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio baik secara parsial maupun

(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap Corporation

Tax to Turn Over Ratio.

2. Mengetahui apakah Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap

Corporation Tax to Turn Over Ratio.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio baik secara

parsial maupun simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

(17)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Pengertian Pajak

Berikut ini disajikan beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli :

Menurut Rochmat Soemitra, dalam Mardiasmo (2009:1)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut S.I. Djajadiningrat, dalam Siti Resmi (2011:1)

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

Menurut Sommerfeld Ray M.,Anderson & Brock Horace R. Seperti dalam Mohammad Zain (2010:11)

(19)

Dari pengertian pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 (lima) unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang – undang. 2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Tidak ada kontra prestasi (imbalan) yang langsung dapat diraksakan oleh si pembayar pajak.

4. Pungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta) dan,

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah bagi kepentingan umum.

2.2 Penggolongan Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2009 : 5), penggolongan jenis pajak dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Menurut golongan, jenis – jenis pajak dapat dibagi 2 (dua), yaitu :

a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, misalnya Pajak Penghasilan (PPh).

(20)

2. Menurut sifatnya, jenis – jenis pajak dapat dibagi 2 (dua) yaitu:

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, misalnya: Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Misalnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3. Menurut Lembaga Pemungutan, jenis pajak dapat dibagi 2 (dua), yaitu :

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Misalnya, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

 Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

 Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak

(21)

2.3 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009:7) bahwa sistem pemungutan pajak dibagi menjadi:

a. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus. 2. Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

(22)

c. Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk mendorong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga. 2. Pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.4 Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan diatur dalam Undang – undang Nomor 36 tahun 2008. Undang – undang pajak penghasilan (PPh) mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap

subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh pajak penghasilan. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

2.5 Subjek Pajak dan Wajib Pajak

Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atau penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang menjadi subjek pajak adalah : 1. a. Orang pribadi,

(23)

2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.

3. Bentuk usaha tetap (BUT).

2.5.1 Subjek Pajak

Subjek Pajak (Mardiasmo 2009:129) dapat dibedakan menjadi : 1. Subjek pajak dalam negeri yang terdiri dari :

a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu :

 Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut – turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau

 Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

b. Subjek pajak badan, yaitu :

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memiliki kriteria :

(24)

2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah, dan

4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara, c. Subjek pajak warisan, yaitu :

Warisan yang belum dibagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, dan

(25)

2.5.2 Wajib Pajak

Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri menurut Mardiasmo (2009:131), antara lain adalah :

Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar Negeri

 Dikenakan pajak atas penghasilan

baik yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dan dari Luar Indonesia.  Dikenakan pajak berdasarkan

penghasilan netto.

 Tarif pajak yang digunakan adalah

tarif umum (Tarif UU PPh pasal 17)  Wajib menyampaikan SPT

 Dikenakan pajak hanya atas

penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.

 Dikenakan pajak berdasarkan

penghasilan bruto.

 Tarif pajak yang digunakan adalah

tarif sepadan (tarif UU PPh pasal 26)  Tidak wajib menyampaikan SPT

2.5.3 Tidak Termasuk Subjek Pajak

Yang tidak termasuk subjek pajak (Mardiasmo 2009:132) adalah : 1. Kantor perwakilan negara asing,

2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama – sama mereka, dengan syarat :

 Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau

(26)

 Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

3. Organisasi Internasional, dengan syarat :

 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut,

 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan

dari Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

4. Pejabat perwakilan organisasi Internasional, dengan syarat:  Bukan warga negara Indonesia

 Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan di Indonesia.

2.6 Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk :

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang – undang ini,

(27)

3. Laba usaha,

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal,

b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya,

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambil alihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun,

d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau sederajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau pengusaha di antara pihak – pihak yang bersangkutan, dan

e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

(28)

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang,

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,

8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak,

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah,

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing, 13. Selisih laba karena penilaian kembali aktiva, 14. Premi asuransi,

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas,

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak,

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah,

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang – undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, dan

(29)

2.6.1 Tidak termasuk Objek Pajak

Yang dikecualikan dari objek pajak (Mardiasmo 2009:135) adalah :

1. a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah, dan

b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak – pihak yang bersangkutan. 2. Warisan.

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

(30)

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan

b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada angka 7, dalam bidang – bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(31)

10. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :

a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor – sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, dan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

12. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, dan

(32)

2.7 Rasio Profitabilitas

2.7.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:89)

Profitabilitas adalah sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil.

Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Bringham (1994:304)

Profitabilitas rasio adalah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan utang terhadap hasil – hasil operasi.

Sedangkan menurut Sutrisno (2003:253)

Rasio keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan.

2.7.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada milik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan, terutama pihak – pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Kasmir (2008:197), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yakni :

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

(33)

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporang keuangan, terutama laporan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan posisi keuangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen sehingga dapat diketahui penyebab dari perubahan kondisi keuangan perusahaan tersebut. Semakin lengkap jenis rasio yang digunakan, semakin sempurna hasil yang akan dicapai, sehingga posisi dan kondisi tingkat profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna.

2.7.3 Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas

(34)

1. Margin Laba atas Penjualan

Margin laba atas penjualan (Net Profit Margin on sales), dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan memberikan laba per dolar penjualan.

Laba Bersih yang tersedia Margin Laba = untuk pemegang saham biasa

Atas penjualan Penjualan

2. Kemampuan dasar menghasilkan laba.

Rasio kemampuan dasar menghasilkan laba (Basic Earnings Power Ratio) dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva:

Rasio kemampuan dasar = EBIT menghasilkan laba Total Aktiva 3. Pengembalian atas Total Aktiva

Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak :

Laba bersih yang

Tingkat pengembalian atas = tersedia bagi pemegang total aktiva (ROA) saham biasa

(35)

4. Tingkat Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa

Rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa:

Laba bersih yang

Tingkat pengembalian = tersedia bagi pemegang atas saham biasa saham biasa

ekuitas saham biasa

Jenis – jenis rasio profitabilitas menurut Eugene Bringham dan Joel F. Houston (2001:89-91) yaitu :

1. Margin Laba Atas Penjualan

Margin laba atas penjualan (Net Profit Margin on sales), dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan memberikan laba per dolar penjualan.

Laba bersih yang tersedia Margin laba = untuk pemegang saham biasa atas penjualan Penjualan

2. Basic Earnings Power (BEP)

Basic Earning Power rasio (rasio BEP) dihitung dengan membagi laba sebelum

(36)

Rasio BEP = EBIT

Total Aktiva

3. Pengembalian Atas Total Aktiva

Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak:

Laba bersih yang tersedia

Pengembalian atas = ROA = untuk pemegang saham biasa

total aktiva total aktiva

4. Pengembalian Atas Ekuitas Saham Biasa

Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas ekuitas saham biasa (return on common equity atau ROE), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham :

Laba bersih yang tersedia Pengembalian atas = ROE = untuk pemegang saham biasa

saham biasa ekuitas saham biasa

Jenis – jenis rasio keuntungan menurut Sutrisno (2003:254-255) adalah :

1. Net Profit Margin

Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

(37)

Gross Net Profit Margin = Laba kotor X 100% Penjualan

Profit Margin = EBIT X 100%

Penjualan

Net Profit Margin = EAT X 100%

Penjualan

2. Return On Assets

Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan

ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.

Return on Assets = EBIT X 100%

Total Aktiva

3. Return On Equity

Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu

(38)

Return on Equity = EAT X 100% Modal sendiri

4. Return on Investment

Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT.

Return on Investment = EAT

Investasi

5. Earnings Per Share

Kadang – kadang pemilik juga menginginkan data mengenai yang diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Earnings per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT.

EPS = EAT

Jumlah lembar saham

Dari beberapa jenis Rasio Profitabilitas tersebut, jenis rasio Return on Assets (ROA), Net Profit Margin, Basic Earnings Power (BEP) yang menjadi sumber

(39)

pengaruh yang akan timbul antara ROA, Net Profit Margin, dengan BEP terhadap Corporation tax to turn over ratio.

2.8 Rasio Benchmarking

2.8.1 Pengertian Rasio Benchmarking

Benchmarking seringkali menjadi pintu masuk oleh Account Representative dalam

menilai tingkat kewajaran pembayaran pajak oleh wajib pajak dan sebagai bentuk pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak. Benchmarking adalah suatu proses sistematik dalam membandingkan produk, jasa atau

praktik suatu organisasi terhadap kompetitor atau pemimpin industri untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mencapai tingkat kinerja yang tinggi. Dalam melakukan benchmarking, suatu organisasi membandingkan nilai – nilai tertentu (dari dalam organisasi) dengan suatu titik referensi atau standar keunggulan yang sebanding dengan tujuan menentukan langkah – langkah yang sistematik dan terarah dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Benchmarking umumnya digunakan dalam dunia bisnis, namun oleh Direktorat

(40)

Rasio total benchmarking merupakan salah satu program insentifikasi pajak dalam meningkatkan penerimaan pajak yang didasarkan atas surat Nomor SE-96/PJ/2009. Rasio total benchmarking merupakan alat bantu yang digunakan oleh fiskus untuk menilai kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

2.8.2 Karakteristik Total Benchmarking

Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-96/PJ/2009 tentang rasio total benchmarking dan petunjuk pemanfaatannya disebutkan bahwa rasio total benchmarking

memiliki karateristik sebagai berikut:

a. Rasio total benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha,

b. Benchmarking dilakukan atas rasio – rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input – input perusahaan,

c. Ada keterkaitan antar rasio benchmark,

d. Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.

2.8.3 Tujuan dan Manfaat Total Benchmarking

Tujuan dari total benchmarking menurut Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-96/PJ/2009 yaitu :

 Menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT tahunan yang

(41)

 Membantu pengawasan kepatuhan wajib pajak, terutama menyangkut kepatuhan

materialnya.

Manfaat dari total benchmarking menurut Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-96/PJ/2009 yaitu :

1. Memahami kegiatan – kegiatan dan proses – proses yang merupakan kunci arah keberhasilan bisnis dan memuaskan kebutuhan pelanggan.

2. Memberi peringatan manajemen apa saja yang dapat menjadikan organisasi terbaik.

3. Menentukan standar kinerja tujuan kegiatan – kegiatan kunci untuk menyamai atau melampaui perusahaan (organisasi) yang terbaik.

4. Mempelajari bagaimana perusahaan – perusahaan lain mencapai standar yang baik.

2.8.4 Jenis - Jenis Rasio Benchmarking

(42)

Penentuan nilai benchmark dilakukan dengan menghitung rata – rata rasio – rasio keuangan perusahaan. Rasio – rasio yang diggunakan dalam total benchmarking meliputi 14 rasio yang terdiri dari rasio Corporate Tax to Turn Over Ratio yang digunakan untuk memberikan gambaran atas kegiatan operasional perusahaan dalam suatu periode yang berkaitan dengan jenis pajak yang menjadi kewajiban wajib pajak. Rasio – rasio tersebut meliputi :

a. Gross Profit Margin (GPM), yaitu rasio antara laba kotor terhadap penjualan. b. Operating Profit Margin (OPM), yaitu rasio antara laba bersih dari operasi

terhadap penjualan.

c. Pretax Profit Margin (PPM), yaitu rasio antara laba bersih sebelum dikenakan pajak penghasilan terhadap penjualan.

d. Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR), yaitu rasio antara pajak penghasilan

terutang terhadap penjualan.

e. Net Profit Margin (NPM), yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak penghasilan

terhadap penjualan.

f. Dividend Payout Ratio (DPR), yaitu rasio antara jumlah dividen tunai yang dibayarkan terhadap laba bersih setelah pajak.

g. Rasio PPN Masukan, yaitu rasio antara jumlah PPN Masukan yang dikreditkan dalam satu tahun pajak terhadap penjualan, tidak termasuk pajak masukan yang dikreditkan dan transaksi antar cabang.

(43)

j. Rasio biaya sewa terhadap penjualan. k. Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan. l. Rasio “input antara” lainnya terhadap penjualan.

2.8.4.1 Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR)

Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR) menurut surat Nomor

SE-96/PJ/2009 merupakan rasio Pajak Penghasilan terutang terhadap Penjualan. Nilai CTTOR dihitung sebagai berikut:

CTTOR = PPh terutang x 100%

Penjualan

Nilai CTTOR menunjukkan besarnya PPh yang terutang dalam suatu tahun relatif terhadap Penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Makin besar CTTOR menunjukkan makin besar proporsi hasil penjualan perusahaan yang digunakan untuk membayar Pajak Penghasilan.

2.9 Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

(44)

Benchmarking umumnya digunakan oleh perusahaan untuk membandingkan

nilai – nilai tertentu (dari dalam organisasi) dengan suatu titik referensi atau standar keunggulan yang sebanding dengan tujuan menentukan langkah – langkah yang sistematik dan terarah dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Namun oleh Direktorat Jenderal Pajak, model ini digunakan untuk melaksanakan fungsinya memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap wajib pajak.

Ada banyak jenis rasio benchmarking yang berkaitan dengan laba dan input input perusahaan, salah corporate tax to turn over ratio. Corporate tax to turn over ratio, yaitu rasio antara pajak penghasilan terutang terhadap penjualan. Nilai CTTOR

menunjukkan besarnya PPh yang terutang dalam suatu tahun relatif terhadap penjualan yang dilakukan perusahaan. Makin besar CTTOR menunjukkan makin besar proporsi hasil penjualan perusahaan yang digunakan untuk membayar pajak penghasilan.

Salah satu bentuk pemrosesan informasi akuntansi dalam melakukan penjualan adalah rasio keuangan. Menurut Prastowo dan Rifka (2008:88), suatu rasio mengungkapkan hubungan metematik antara satu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan menggambarkan gejala – gejala yang tampak pada suatu keadaan. Analisis rasio ini bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya.

(45)

dan investasi perusahaan. Beberapa analisis rasio keuangan profitabilitas yang dapat digunakan terdiri dari :

Return on Assets (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT.

Laba bersih yang tersedia

Return On Assets = Untuk pemegang saham biasa

Total Aktiva

Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Net Profit Margin = EAT X 100%

Penjualan

Basic Earnings Power (BEP) menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk

menghasilkan laba operasi dihitung dengan membagi EBIT dengan total aktiva. Basic Earnings Power = EBIT

Total Aktiva

Apabila ROA, Net Profit Margin dan BEP menghasilkan laba operasi yang besar dari hasil penjualan, maka penerimaan kas perusahaan semakin besar, pajak penghasilan terutang juga akan semakin besar.

(46)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dari penelitian ini adalah ROA (Return On Assets), Net Profit Margin, dan BEP (Basic Earnings Power) mempunyai pengaruh

terhadap corporation tax to turn over ratio. Return On Assets

(ROA) / X1 Profit Margin

X2

Basic Earning Power (BEP)/ X3

(47)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik yaitu dengan metode regresi berganda (multiple linear regression method) serta pembahasan dari penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat

dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh secara parsial

Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Corporation Tax to Turn over Ratio (CTTOR), sedangkan Net Profit Margin, dan

Basic Earnings Power (BEP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Corporation Tax to Turn Over Ratio (CTTOR).

2. Pengaruh secara simultan

Return on Assets (ROA), Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power (BEP)

mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Corporation Tax to Turn Over Ratio (CTTOR).

3. Besarnya pengaruh

(48)

Margin dan Basic Earnings Power (BEP). Sedangkan Net Profit Margin

mempengaruhi Corporation Tax to Turn Over Ratio sebesar 0,2601% dan Basic Earnings Power (BEP) mempengaruhi Corporation Tax to Turn Over Ratio

sebesar 0,0324% dengan syarat tidak terjadi perubahan pada Return on Assets (ROA).

b. Secara simultan, besar pengaruh variabel Return on Assets (ROA), Net Profit Margin, dan Basic Earnings Power (BEP) berpengaruh sebesar 61,3%. Dan

sisanya sebesar 38,7% merupakan besarnya pengaruh faktor – faktor lain yang tidak diamati oleh peneliti di luar variabel Return on Assets (ROA), Net Profit Margin dan Basic Earnings Power (BEP). Jadi rasio – rasio ini bisa disimpulkan tidak dapat memprediksi besarnya Corporation Tax to Turn Over Ratio pada 11 perusahaan manufaktur makanan dan minuman.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah penulis lakukan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk mengemukakan saran – saran, yaitu :

1. Bagi perusahaan maupun Direktorat Jenderal Pajak

Dapat menggunakan rasio Return on Assets untuk menghitung atau menentukan

(49)

sama secara simultan untuk memprediksi besarnya Corporation Tax to Turn Over Ratio.

 Bagi peneliti selanjutnya

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Bringham, Eugene F dan Houston Joel F. (2001). Manajemen Keuangan, Edisi kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporankeuangandantahunan.aspx pada tanggal 13 Juni 2013.

Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Yogyakarta. Mardalis. (2003). Metode Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Mardiasmo. (2009). Perpajakan, Edisi Sembilan, Yogyakarta. Marzuki. (2000). Metodologi Riset, BPFE UGM, Yogyakarta.

Prastowo, Dwi dan Rifka Julianty. (2008). Analisis Laporan Keuangan, AMP YKPN, Yogyakarta.

Republik Indonesia, Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Soemitro, Rochmat, Dasar – dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, PT Eresco, Bandung, 1992.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung. Surat nomor SE.96/PJ/2009/ Surat Edaran, Direktorat Jenderal Pajak.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

dari lahan tersebut sangat potensial untuk pengembangan usaha pertanian, namun.. 12,9 juta ha belum dapat dikelola secara

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi energi dan

memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalti-Free Right) atas

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan

ekonomi Provinsi Lampung tahun 2014, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,12 persen, diikuti Industri Pengolahan

Penelitian ini mendapatkan sampel yang paling banyak terpapar asap rokok yang mengandung kadmium (Cd) dalam urin adalah sampel berusia tahun 60-63 pada umumnya lebih

Karya tugas akhir ini adalah upaya untuk memvisualkan ide-ide yang lahir melalui proses perenungan dan pemahaman akan kegelisahan-kegelisahan yang dirasakan yaitu dengan

brend ambosodur dan bertahan sampai sekarang. Dalam masa ini, banyak perempuan yang memutuskan untuk berhijab dikarenakan sekarang hijab menjadi trend dan hampir semua