• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA (STUDI SITUS SMA NEGERI 3 BOYOLALI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA (STUDI SITUS SMA NEGERI 3 BOYOLALI)."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KIMIA

(STUDI SITUS SMA NEGERI 3 BOYOLALI)

TESIS Diajukan Kepada

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen Pendidikan

Oleh :

BUDI PRASETYANINGSIH NIM: Q 100.070.568

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu cita-cita nasional yang harus terus diperjuangkan oleh bangsa

Indonesia ialah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan

nasional. Pembangunan yang dilakukan pemerintah merupakan proses yang

berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat,

termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural dengan tujuan utama

meningkatkan kesejahteraan warga negara keseluruhan. Dalam proses

pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis (Zamroni, 2001:

2). Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah

bersama masyarakat merupakan upaya pengejawantahan salah satu cita-cita

nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Proses pencerdasan bangsa

dilakukan baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah. Kesempatan

memperoleh pendidikan untuk semua (education for all) semakin dirasakan

masyarakat, karena pendidikan kebutuhan pokok (basic needs) dalam kehidupan

masyarakat.

Oleh karena itu maka tinggi rendahnya kualitas bangsa tercermin dari

dunia pendidikan bangsa tersebut. Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas tinggi diharapkan secara signifikan dapat menjadi subyek

pembangunan untuk lebih berhasil mengelola sumberdaya (resources) bagi

kepentingan kesejahteraan masyarakat. Mulyasa (2008: v) mengemukakan

(3)

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Bangsa Indonesia sulit

melepaskan diri dari masalah pendidikan terkait dengan kuantitas, kualitas,

efektivitas, maupun relevansi pendidikan, sehingga menghasilkan output yang

kurang berkualitas. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan

masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan

ekonomi nasional.

Negara Indonesia yang memiliki sumber daya yang melimpah

seharusnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan agar tercipta generasi muda

yang berkualitas. Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang

pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan

pendidikan nasional yang senantiasa disesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan umum, teknologi, dan perkembangan masyarakat serta kebutuhan

pembangunan.

Terkait dengan peran penting pendidikan di seluruh aspek kehidupan

manusia. Hal itu disebabkan pengaruh langsung pendidikan terhadap

perkembangan kepribadian manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi,

pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan sarana dan

prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan

pembentukan manusia. Menurut Drost (2008: 1) menyatakan pendidikan

merupakan proses pemuliaan manusia atau pembentukan manusia. Perwujudan

masyarakat berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam

mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan

(4)

profesional pada bidangnya masing- masing. Hal tersebut diperlukan, terutama

untuk mengantisipasi era globalisasi.

Pendidikan senantiasa harus mampu mengikuti perkembangan

peradaban manusia, baik secara teknologi maupun budaya. Salah satu upaya

peningkatan mutu pend idikan adalah penyempurnaan atau pengembangan

kurikulum. Menurut Hamalik (2006: 4) kebijakan pengembangan kurikulum

yang berorientasi pada mutu pendidikan ditandai dengan pelaksanaan

pembelajaran efektif, penilaian hasil belajar yang berkelanjutan dan

memberdayakan peserta didik, dan penyelenggaraan pendidikan yang didukung

oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai serta sesuai

dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Melalui

kebijakan pengembangan kurikulum secara tid ak langsung akan meningkatkan

mutu Pendidikan Nasional, meskipun diakui Kurikulum bukan satu-satunya

faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan. Kurikulum Pendidikan di

Indonesia perlu dibuat standar berbasis pada kebutuhan masa depan sehingga

tercipta manus ia Indonesia yang cerdas, unggul, dan siap bersaing di era

globalisasi, kurikulum juga harus dibuat menarik, interaktif, dan menyenangkan

bagi siswa sehingga tidak jenuh ketika di dalam kelas.

Berkaitan dengan pendidikan manusia Indonesia seutuhnya sebagai

cita-cita pembangunan pendidikan, Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan dengan jelas bahwa setiap

warga negara berhak mendapatkan pandidikan, dan ayat (3) menegaskan:

(5)

dengan undang- undang. Seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Dijelaskan bahwa pendidikan secara umum dimaksudkan untuk

mempersiapkan para peserta didik untuk dapat memperoleh sukses dalam karir

dan kehidupan pribadi, serta mampu berpartisipasi di dalam pembangunan

masyarakat. Dunia pendidikan sekarang dihadapkan pada tantangan-tantangan

yang mengharuskannya mampu melahirkan individu- individu yang dapat

memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan lembaga yang

berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan

yaitu membina mental rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk

manusia seutuhnya. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapatkan

perhatian, penanganan dan prioritas secara intensif baik oleh pemerintah,

masyarakat maupun pengelola pendidikan (Soemanto, 2003: ix).

Sebagai perwujudan cita-cita nasional tersebut telah ditetapkan

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat

manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Tujuan

pendidikan yang tercantum dalam UUSPN tahun 2003 pasal 3:

Tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin.

Upaya untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, Pemerintah

(6)

mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu

dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru, peningkatan manajemen

pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan

pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia kreatif yang sesuai

dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia

meningkat. Sistem pendidikan yang disusun berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai

jika dibarengi dengan kualitas pendidikan yang baik, sebab pendidikan

memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses

yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu

sendiri.

Perkembangan yang ada pada masyarakat dewasa ini, pendidikan

banyak menghadapi tantangan, yaitu mutu pendidikan rendah yang berakar dari

pendidik yang kurang berkualitas, kurangnya sarana dan prasarana pendidikan,

dan manajemen pendidikan yang kurang baik (Abdulllah, 2009: 2). Salah satu

tantangan yang cukup menarik adalah hal yang berkenaan dengan peningkatan

mutu pendidikan, yaitu masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat pada sebagian siswa yang meskipun

memperoleh nilai tinggi tetapi kurang mampu menerapkan perolehannya, baik

berupa pengetahuan, keterampilan atau sikap pada situasi yang lain. Ini karena

(7)

dibiasakan untuk terlibat aktif dan langsung, sehingga pengetahuan itu sempat

terlupakan dan kurang bermakna dalam kehidupan sehari- hari.

Menurut Aunurrohman (2009: 2) untuk membangun masyarakat terdidik,

cerdas, maka harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Dengan

paradigma baru, praktik pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang

lebih bertumpu pada teori kognitif dan konstruktivistik. Pembelajaran akan

berfokus pada pengembangan kemampuan intelektual yang berlangsung secara

sosial dan kultural, mendorong siswa membangun pemahaman dan

pengetahuannya sendiri dalam konteks sosial, dan belajar dimulai dari

pengetahuan awal dan perspektif budaya.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa peningkatan mutu pendidikan akan

tercapai apabila proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas benar-benar

efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar

merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru

merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses

belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk

meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu

menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola

kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Pendidik atau guru dalam menjalankan profesinya harus memiliki

pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, kecerdasan, dedikasi dan komitmen yang

tinggi. Guru merupakan tenaga profe sional yang bertugas merencanakan dan

(8)

bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Sesuai dengan tugas seorang guru yakni melaksanakan pembelajaran

di kelas, merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa.

Kegiatan tersebut memerlukan pengelolaan kelas yang optimal sehingga siswa

terlibat secara aktif. Kenyataan di lapangan selama ini, justru masih menunjukan

kecenderungan yang berbeda. Kecenderungan tersebut diantaranya adalah masih

berlaku banyak siswa yang bersikap pasif selama pembelajaran. Mereka

cenderung menunggu sajian materi dari guru daripada aktif mempersiapkan

materi dan menemukan pengetahuan dan ketrampilan secara mandiri.

Hal ini bertentangan dengan semangat pengembangan kurikulum yang

diatur dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Pasal 19 yang

menyebutkan bahwa:

Standar proses pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Untuk mengupayakan standar proses pembelajaran yang bermutu, maka

guru harus memiliki kompetensi dan mampu mengaplikasikannya di kelas agar

proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Sebagai tenaga profesional,

seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan

mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan

pengajaran. Menurut Yamin dan Maisah (2009: 27), pengelolaan kelas

merupakan keterempilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang

(9)

Sedangkan menurut Usman (2003) dalam Aini (2009: 2) menyatakan bahwa

pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya

proses belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu

aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian

macam tugas guru di dalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat

mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan

mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional

dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan

kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung

secara efektif.

Menurut Menteri Pendidikan Nasional Bapak Bambang Soedibyo,

sekolah sebagai organisasi penyelenggara pelayanan pendidikan dasar dan

menengah, maka dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat baik dalam

tatanan lokal, nasional, regional maupun global, tampaknya memerlukan personil

dan organisasi ya ng mampu mengantisipasi, mengestimasi dan mengadaptasi

perubahan melalui inovasi- inovasi. Implikasi dari tuntuan yang dikemukakan

tersebut, adalah sistem pengembangan SDM kependidikan yang harus fokus

kepada penempatan personil yang berpotensi untuk mampu mengembangkan diri

dan siap dikembangkan. Pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dalam organisasi

sekolah, harus fokus pada kegiatan personil dalam pencapaian tujuan pelayanan

pendidikan baik tujuan nasional, kurikuler maupun materi. Oleh sebab itu, guru

khususnya harus diberdayakan kemampuannya. Hal tersebut, sejalan dengan

(10)

melalui enam alternatif yang dilakukan secara simultan. Adapun keenam

alternatif yang dimaksud adalah sebagai berikut (1) penempuhan studi lanjut, (2)

pendalaman pengetahuan, (3) peningkatan keterampilan, (4) penyelenggaraan

diskusi antarteman, (5) penukaran lingkungan kerja, dan (6) peningkatan

kesejahteraan (Depdiknas dalam Kuswana, 2009: 8).

Pada tingkat daerah, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah

Bapak Drs. Moeryanto dalam makalah pembukaan Workshop Guru Mata

Pelajaran Tingkat Propinsi Jawa Tengah (2009: 1) mengemukakan bahwa

kegiatan pembelajaran memiliki posisi penting bagi pengembangan sumberdaya

manusia unggul sebagaimana yang dicita-citakan dalam UUSPN 2003.

Pembelajaran merupakan jantungnya aktivitas pendidikan. Di dalam kegiatan

pembelajaran inilah terjadi proses transmisi dan transformasi pengalaman belajar

kepada peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, apabila

sistem pendidikan nasional ingin lebih diorientasikan kepada penyiapan

sumberdaya manusia era informasi, maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah

pengelolaan sistem pembelajaran yang baik. Banyak model yang bisa dilakukan

dalam pengelolaan sistem pembelajaran bagi penyiapan sumberdaya manusia era

informasi. Salah satunya melalui kegiatan penelitian dan pengembangan

(research and development). Hasil pengembangan sistem pembelajaran tersebut,

pada akhirnya, diharapkan mampu memfasilitasi tumbuh kembangkan

sumberdaya manusia yang dibutuhkan di era informasi secara efektif dan

adaptabel sesuai kondisi masyarakat Indonesia umumnya dan Jawa Tengah pada

(11)

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

Boyolali menyatakan bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran,

maka dilakukan pengelolaan pembelajaran yang baik. Semua komponen harus

bertanggungjawab dalam memajukan dan meningkatkan mutu pembelajaran di

sekolah-sekolah yang ada di Boyolali. Untuk itu semua Stakeholder turut

memperbaiki sistem dan perencanaan dunia Pendidikan. Menurut Kadinas yang

bertanggung jawab tidak hanya pemerintah saja namun pihak stakeholeder juga

turut bertanggung jawab demi meningkatnya mutu pendidikan di Boyolali. Lebih

lanjut Bupati Boyolali, Drs Sri Moeljanto menyambut baik langkah yang

dilakukan Diknas Kabupaten Boyolali yakni dengan perencanaan yang baik akan

bisa menghasilkan kualitas pendidikan yang baik pula. Untuk itu pihaknya

berharap Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Boyolali

yang baru untuk bisa menguasai data awal dan mekanisme perencanaan

pengelolaan pendidikan. Selama ini menurut Bupati, perencanaan di Disdikpora

masih parsial dan belum kesisteman. Untuk itu Bupati berharap di era Otonomi

Daerah, Disdikpora harus memberlakukan pola kerja kesisteman dan tidak lagi

melakukan pola sektoral.Budaya sektoral mulai dilebur untuk menyokong

kegiatan pendidikan ke depan yang lebih baik (www.boyolalikab.co.id, 2009: 1).

Keberadaan SMA Negeri 3 Boyolali, dengan prestasi akademis yang

diraih yaitu perolehan sebagai sekolah pilihan kedua setelah SMA Negeri 1

Boyolali dengan reputasi yang relatif baik, perolehan kejuaraan pelajar teladan,

perolehan kejuaraan olympiade ilmu pengetahuan maupun dalam bidang karya

ilmiah baik tingkat Kabupaten. SMAN 3 Boyolali dipilih sebagai objek penelitian

(12)

setelah SMA Negeri 1 Boyollai, di samping itu nilai UAN Kimianya mempunyai

rata-rata 8,11. Demikian pula berbagai prestasi dalam bidang kegiatan (Non

Akademis) diantaranya kejuaraan PMR, Pramuka, untuk tingkat Kabupaten dan

Propinsi. Sesuai dengan misi SMA Negeri 3 Boyolali yaitu 1) Mendorong siswa

untuk mengenali potensi diri; 2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan

secara efektif dan kompetitif; 3) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada

seluruh warga sekolah; 4) Mendorong semangat belajar yang mengikuti

perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih; dan 5)

Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya

bangsa untuk menjadi sumber kearifan dalam bertindak. Berdasarkan uraian di

atas, maka identifikasi pengelolaan kelas kaitannya dengan proses pembelajaran

di SMA Negeri 3 Boyolali menjadi hal yang menarik untuk dijadikan fokus

penelitian.

Kaitannya dengan pembelajaran kimia, mata pelajaran Kimia merupakan

ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik

sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara

memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya

diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada

perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,

mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,

struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata

pelajaran kimia di SMA perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu

(13)

yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dapat dicapai

oleh siswa melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan induktif dalam bentuk

proses inkuiri. Proses inkuiri bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting

kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada

pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Puskur, 2009: 1)

Pembelajaran kimia harus menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah. Berdasarkan pengamatan di lapangan masih ada guru

yang menyajikan pembelajaran hanya dengan mentransfer ilmu saja tanpa

mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah peserta didik. Alasan guru

biasanya karena kurangnya fasilitas laboratorium. Ini menunjukkan masih ada

pandangan bahwa pendekatan keterampilan proses hanya untuk pembelajaran

secara eksperimen saja, padahal pembelajaran IPA tanpa eksperimenpun dapat

disajikan dengan pendekatan keterampilan proses, yaitu pada konsep-konsep

abstrak dan konsep yang tidak mungkin dilakukan melalui eksperimen (Poppy,

2007: 1).

Alasan dilakukannya penelitian ini karena kondisi riil di SMA Negeri 3

Boyolali menunjukkan bahwa masih ada sebagian siswa yang belum mampu

mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran

lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman.

(14)

teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat

menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah

sehari- hari yang kontekstual. Ini terjadi karena, guru belum optimal

memberdayakan potensi masing- masing siswa yang sering kali tersembunyi. Jika

masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi penerus

bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang

diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami informasi tetapi

juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam

kompetensi. Khususnya di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan

globalisasi sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman

keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan,

menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan

kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan.

Menurut Pulungan (2009: 19), tidak sedikit siswa yang merasa kesulitan ketika akan

mengikuti pelajaran kimia. Hasil-hasil evaluasi belajar pun menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kelas di raport untuk pelajaran kimia seringkali merupakan nilai yang terendah dibandingkan

dengan pelajaran pelajaran lain. Tanpa disadari, para pendidik atau guru turut memberikan

kontribusi terhadap faktor yang menyebabkan kesan negatif siswa tersebut di atas.

Kesalahan-kesalahan yang cenderung dilakukan para guru, khususnya guru kimia adalah

sebagai berikut :

1. Seringkali, kimia disajikan hanya sebaga i kumpulan rumus belaka yang harus

dihafal mati oleh siswa, hingga akhirnya ketika evaluasi belajar, kumpulan

tersebut campur aduk dan menjadi kusut di benak siswa.

2. Dalam menyampaikan materi kurang memperhatikan proporsi materi dan

(15)

sehingga terasa sulit untuk siswa.

3. Kurangnya variasi dalam pengajaran serta jarangnya digunakan alat bantu

yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari.

4. Kecenderungan untuk mempersulit, bukannya mempermudah. Ini sering

dilakukan agar siswa tidak memandang remeh pelajaran kimia serta pengajar

atau guru kimia.

Pada pembelajaran kimia seringkali siswa merasa kesulitan memahami

pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk mengik uti pelajaran

kimia. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru kimia

menggunakan metode pembelajaran yang disebut metode konvensional, yaitu

guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan siswa

mendengarkan, mencatat denga n teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagai

mana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut menjadikan siswa pasif. Dalam

pembelajaran kimia seharusnya siswa aktif belajar sehingga mempunyai

kemampuan untuk mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami

pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan. Oleh sebab itu guru

hendaknya mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu

merangsang siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami pelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak lain ialah

pelaksanaan proses menterjemahkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang

terdapat dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi belajar mengajar.

Interaksi yang kurang baik antara guru dan siswa akan menjadi kendala

dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Materi pelajaran banyak yang

(16)

untuk berinteraksi, ketersediaan sumber belajar, fasilitas, serta kondisi kelas.

Gejala-gejaka rendahnya pemanfaatan sumber belajar adalah kurangnya inisiatif

dari guru untuk menghadirkan alternatiif sumber belajar selain buku yang dapat

meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran. Seperti diketahui sumber belajar

mencakup segala sesuatu yang harus dipelajari siswa dalam aktivitasnya. Bahan

ajar ini dapat berasal dari guru, dari buku-buku teks pelajaran, dan dari

sumber-sumber lain yang dapat mendukung penguasaan bahan ajar utama, dan yang perlu

diperhatikan oleh guru adalah penyesuaian antara bahan ajar itu dengan karakter

siswa.

Untuk mengoptimalkan interaksi guru dan siswa dalam proses

pembelajaran, guru harus mampu mengelola pembelajaran dengan baik, mampu

menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran yang bervariasi. Sangat

dianjurkan bagi guru untuk menggunakan kombinasi metode dan sumber

pembelajaran setiap kali mengajar. Guru dapat memilih dan menggunakan

beberapa media dalam mengajar. Media dan sumber belajar banyak jenisnya,

masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu media

dapat ditutup dengan media yang lain, sehingga guru dapat menggunakan

beberapa media dan sumber belajar dalam melakukan proses pembelajaran.

Pemilihan suatu media perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang

akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan siswa serta

hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

(17)

B. Fokus Penelitian

Berdasar uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan fokus

penelitian adalah “Bagaimana karakteristik pengelolaan pembelajaran kimia di

SMAN 3 Boyolali ?” yang selanjutnya dapat dijabarkan menjadi beberapa

subfokus penelitian secara khusus, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik interaksi antara guru dengan siswa dalam

pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali?

2. Bagaimanakah karakteristik pengelolaan ruang kelas pada proses

pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali?

3. Bagaimanakah karakteristik pengelolaan sumber dan bahan pelajaran pada

proses pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali?

4. Bagaimanakah karakteristik pengelolaan media pada proses pembelajaran

Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali?

5. Bagaimanakah karakteristik pengelolaan lingkungan belajar pada proses

pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan dilakukan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan karakteristik interaksi antara guru dengan siswa

dalam pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali

2. Untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan ruang kelas pada proses

(18)

3. Untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan sumber dan bahan pelajaran

pada proses pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali.

4. Untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan media pada proses

pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali.

5. Untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan lingkungan belajar pada

proses pembelajaran Kimia di SMA Negeri 3 Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teori /

akademik maupun praktis.

1. Manfaat Akademis

a. Pengembangan di bidang pengelolaan pembelajaran Kimia .

b. Dapat digunakan sebagai masukan dalam peningkatan pengelolaaan

pembelajaran kimia, khususnya bagi guru kimia dalam meningkatkan

kreativitas untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran kimia sesuai

dengan tuntutan kurikulum KTSP yang ideal

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Memberikan manfaat bagi pengelola dalam rangka pengembangan serta

penetapan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan

pembelajaran berkualitas dan manajemen Pendidikan.

b. Memberikan sumbangan wawasan bagi peneliti selanjutnya pada

(19)

E. Definisi Istilah

1. Pembelajaran adalah proses komunikasi dan koordinasi dua aspek yaitu

belajar antara peserta didik dengan pendidik serta antar peserta didik dalam

rangka perubahan sikap.

2. Pengelolaan pembelajaran adalah kegiatan pengaturan kelas oleh guru untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika

terjadi gangguan dalam pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran di kelas

meliputi pengelolaan tempat belajar/ruang kelas, pengelolaan sumber dan

bahan belajar, pengelolaan media pembelajaran, dan pengelolaan siswa, dan

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan menggunakan Exploratory Factor Analysis (EFA) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hasil menunjukkan bahwa kuesioner CYRM versi Bahasa Indonesia memiliki

PDA10 Saya menerima penghentian satu atau beberapa langkah audit tanpa mengganti prosedur audit lain, jika audit sebelumnya tidak ditemukan masalah pada sistem

Kompetensi pedagogik guru dan motivasi kerja memiliki peranan penting bagi kinerja guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Bayangkan sebuah balok atau pelat beton. Sebuah grafik yang ditempelkan balok atau pelat itu menonjol keluar. Grafik itu sejajar dengan tanah, seperti lembaran kertas. Di

Namun dalam hasil pra survey tersebut banyak konsumen yang memilih untuk berpindah membeli produk pesaing ditunjukan pada pernyataan “Saya tidak akan berpindah

 Rekening/Deposito di Bank tempat rekening berada.  Menyerahkan penjagaan objek sita atas benda bergerak pada yang menguasai semula.  Memerintahkan kepada ins-tansi

Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan terdahulu, maka ditarik beberapa kesimpulan pokok sebagai berikut: Bentuk toleransi antarumat beragama Islam dan

Jika salah satu program peranti lunak atau driver peranti keras yang diinstal pabrik mengalami kerusakan, Anda dapat menginstal ulang dengan menggunakan program Recovery