Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM
MEMPELAJARI MATERI ALJABAR
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
LIA ARDIAN SARI
1201691
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH PASCA SARJANA
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM
MEMPELAJARI MATERI ALJABAR
Oleh
Lia Ardian Sari
S.Pd Universitas Negeri Malang, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Sekolah Pascasarjana
©Lia Ardian Sari 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Lia Ardian Sari, 2014
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1201691
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa kelas VII dan VIII SMP di Bandung dalam mempelajari materi aljabar awal. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat dilihat berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah analisis secara mendalam tentang hambatan-hambatan belajar (learning obstacles) yang dialami oleh siswa. Learning obstacles yang akan diuji pada penelitian ini yaitu ontogenic obstacle, didactical obstacle dan epistemological obstacle. Dari hasil analisis tersebut, peneliti menawarkan suatu desain pembelajaran yang diharapkan dapat meminimalkan hambatan belajar (learning obstacles) yang ditemukan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan pada karakter penelitian deskriptif. Sesuai pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini maka analisis yang digunakan adalah secara induktif. Berkaitan dengan hal itu, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi yaitu gabungan dari tes tertulis, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara dominan subjek penelitian mengalami hambatan belajar ontogenic obstacle, didactical dan epistemological obstacle. Desain didaktis yang ditawarkan berdasarkan hasil penelitian tersebut disusun didasarkan pada didactical design research dengan tahapan dimulai dari pemberian konsep awal secara aritmatika, trajectory (penghubung) yaitu tahap pra-aljabar, kemudian konsep akhir (final concept) aljabar secara formal. Hasil penelitian ini yaitu berupa suatu bahan ajar yang idealnya (harus) diujicobakan untuk mengukur efektifitas dan tingkat keberhasilan dari desain didaktis yang telah disusun. Oleh karena itu, terbuka kesempatan yang masih sangat luas bagi peneliti berikutnya untuk mengkaji topik-topik matematika yang lain dan atau mengujicobakan hasil penelitian yang diperoleh sebagai feedback dari implementasi di lapangan.
vi
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN i
A. Didactical Design Research (DDR) 15
B. Teori-teori Belajar yang Mendukung 24
1. Teori Piaget 24
2. Teori Bruner 27
3. Teori Ausubel 30
C. Kajian Materi Aljabar 31
1. Bentuk Aljabar 31
2. Operasi Hitung Bentuk Aljabar 34
2.1Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar 34
2.2Perkalian Bentuk Aljabar 36
2.3Perpangkatan Bentuk Aljabar 37
vii
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN 45
A. Pendekatan Penelitian 45
B. Desain Penelitian 46
C. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian 48
D. Data dan Sumber Pengambilan Data 48
E. Teknik Pengumpulan Data 49
1. Tes 50
2. Wawancara 52
3. Studi Dokumentasi 53
F. Pengembangan Instrumen Penelitian 53
1. Tes Tertulis 53
2. Lembar Penilaian Soal Tes 56
G. Teknik Analisis Data 56
1. Reduksi Data 57
2. Kategorisasi 57
3. Sintesisasi 57
4. Menyusun ‘Hipotesis Kerja‘ 58
H. Pengecekan Keabsahan Data 59
BAB IV PAPARAN DATA, PEMBAHASAN DAN DESAIN DIDAKTIS 63
A. Analisis Hasil Tes Tertulis 65
1. Soal Nomor 1 74
B. Hasil Analisis Buku Paket Matematika Kelas VII dan VIII SMP 153 1. Analisis Pola Desain Dedaktis Materi Aljabar dalam BPMVII-1 154 2. Analisis Pola Desain Dedaktis Materi Aljabar dalam BPMVII-2 157 3. Analisis Pola Desain Dedaktis Materi Aljabar dalam BPMVII-3 159 4. Analisis Pola Desain Dedaktis Materi Aljabar dalam BPMVIII-1 161 5. Analisis Pola Desain Dedaktis Materi Aljabar dalam BPMVIII-2 163
C. Desain Didaktis 165
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 203
viii
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah pembuatan suatu kurikulum
sekolah yaitu program yang disusun terinci sehingga menggambarkan kegiatan
siswa di sekolah dengan bimbingan guru. Dengan perkataan lain suatu kurikulum
mengacu pengalaman-pengalaman belajar terdiri dari pengetahuan keterampilan
dan sikap tersedia untuk siswa selama waktu sekolah yang direncanakan untuk
kepentingan siswa dengan bimbingan guru (Hudojo, 2003 : 3). Salah satu prinsip
penyelenggaraan pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah
pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis,
dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Berdasarkan prinsip tersebut,
matematika merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir
sehingga dapat mencerdaskan siswa, mengembangkan kemampuan atau
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat berkembang adalah kemampuan untuk berpikir kritis, sistematis, logis dan
kreatif. Sedangkan kepribadian yang dapat terbentuk antara lain sikap teliti, kritis,
jujur, disiplin, tepat waktu, sabar, jujur dan bertanggung jawab. Karena itu
matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK sehingga perlu dibekalkan kepada setiap peserta
didik sejak dini (Hudojo, 2003 : 40).
Menurut Hudojo (2003 : 123) mengajar merupakan suatu proses interaksi
antara guru dan siswa. Guru memilih pengetahuan, kemampuan atau keterampilan,
serta sikap yang relevan dengan tujuan pendidikan, dan apa yang dipilih guru itu
harus bermakna. Terjadinya interaksi antara guru dan siswa, bila ada kecocokan
apa yang dipilih guru untuk disajikan kepada siswa dan siswa mempunyai intensi
untuk belajar. Adapun belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan
atau pengalaman; pengetahuan atau pengalaman ini mampu mengubah tingkah
laku seseorang sehingga tingkah laku orang itu tetap, tidak akan berubah lagi
dengan modifikasi yang sama.
Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau menelaah
bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan
diantara hal-hal itu. Untuk dapat memahami struktur-struktur serta
hubungan-hubungan diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam
matematika. Dengan demikian, belajar matematika berarti belajar tentang
konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses belajar matematika terjadi, bahasan matematika seyogyanya tidak disajikan
dalam bentuk yang tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif di
dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur sampai kepada rumus-rumus
atau teorema. Keterlibatan siswa dapat terjadi bila bahan yang disusun itu
bermakna bagi siswa, sehingga terjadinya interaksi antara guru dan siswa menjadi
efektif.
Menurut Suratno (2009) pembelajaran pada dasarnya merupakan proses
membangun kemandirian melalui aktualisasi otoritas dan hak belajar siswa.
Dalam prosesnya, siswa berhak untuk belajar (berpikir, berpendapat, bertanya),
atau sebaliknya (misalnya tidak fokus belajar) serta memiliki otoritas menciptakan
situasi belajarnya. Ketika siswa tidak termotivasi, tidak memiliki kesempatan
berpendapat atau bertanya maka ia telah dilanggar hak asasinya. Pelanggaran
tersebut dapat menyebabkan anak menjadi tidak mandiri karena tidak belajar,
tidak berdaya, terabaikan dan tertekan.
Pembelajaran yang dilakukan siswa setidaknya mencakup empat aspek:
konseptual (pemahaman materi), kognitif (pola berpikir), epistemik (proses
mengetahui) dan sosial (interaksi insani yang bermakna). Keutuhan proses
tersebut di kelas seringkali tereduksi dimana terlalu menekankan pada aspek
konseptual saja. Kebijakan ujian nasional kiranya menambah beban ketimpangan
tersebut. Padahal, ketiga aspek lainnya kiranya lebih penting karena di dalamnya
menumbuhkan kreativitas, ruang diskusi serta kemandirian (independent learner)
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada praktiknya, siswa secara alamiah mungkin mengalami situasi yang
disebut kesulitan belajar (learning obstacle). Terdapat tiga faktor penyebab
learning obstacle menurut Brousseau (Suratno, 2009), yaitu hambatan ontogeni
(kesiapan mental belajar), didaktis (akibat pengajaran guru) dan epistemologi
(pengetahuan siswa yang memiliki konteks aplikasi yang terbatas). Jika bercermin
pada situasi saat ini, mungkin selama ini telah terbentuk hambatan belajar
sistemik bagi peserta didik. Barangkali selama ini anak tidak belajar, hanya
sebatas hadir di kelas. Kenyataan tersebut menyiratkan bahwa menciptakan situasi
belajar bagi peserta didik memerlukan kerangka pikir yang utuh.
Orientasi pengajaran matematika adalah subyek didik, yaitu agar siswa
belajar matematika (Hudojo, 2003 : 182). Permasalahan yang timbul adalah tidak
sesuainya kemampuan siswa terhadap matematika yang disajikan gurunya. Guru
ingin segera menyelesaikan bahan pelajaran yang tercantum dalam silabus
matematika, sedang siswa belum memahaminya.
Pada dasarnya, siswa ingin berhasil. Mereka lebih mengharapkan sukses
daripada kegagalan. Keberhasilan siswa akan membentuk masa depan yang
meyakinkan. Banyak terjadi, siswa lebih lambat “mencerna” konsep yang
diberikan guru. Ini dapat diartikan guru terlalu banyak mengharapkan dan
mengakibatkan siswa membenci matematika. Menurut Hudojo (2003, 182) yang
harus diusahakan adalah agar siswa menyukai matematika. Kegiatan belajar
matematika diarahkan agar siswa dapat berhasil atau paling tidak mereka merasa
mengantisipasi sukses. Perasaan mengantisipasi sukses ini merupakan syarat
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
haruslah relevan bagi siswa. Jadi, jika sajian tersebut relevan, siswa akan
menyukai matematika. Oleh karena itu guru supaya mengusahakan kegiatan
matematika yang relevan bagi siswa.
Adapun metode atau aktivitas guru dalam merencanakan suatu strategi
untuk mencapai tujuan umum seperti penguasaan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan keterampilan, mengajar siswa bagaimana menyelesaikan masalah dan
menumbuhkan sikap menyukai matematika merupakan bentuk kegiatan yang
berpusat kepada penalaran dan siswa (Hudojo, 2003 : 3). Di dalam merencanakan
suatu program-pengetahuan, keterampilan dan sikap, guru matematika harus
memperhatikan tidak hanya hakekat matematika tetapi juga psikologi. Hakekat
matematika dan psikologi ini akan membantu guru menentukan pengorganisasian
topik-topik matematika dan pengalaman belajar, bagaimana cara penyampaiannya,
bagaimana memberikan motivasi dan pengulangan-pengulangan agar lebih
mantap kepada anak-anak. Kesemuanya itu untuk memberikan fasilitas belajar
siswa.
Untuk mempermudah tugas seorang guru, perlu disusun suatu rancangan
pembelajaran (desain didaktis) sebagai langkah awal pembelajaran. Didaktis
adalah sesuatu yang menjadi penekanan dalam pembelajaran sejak tahap
perencanaan pembelajaran. Analisis didaktis sebelum pembelajaran, difokuskan
pada hubungan tiga serangkai antara guru, siswa, dan materi sehingga dapat
menjadi arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis didaktis
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Desain didaktis merupakan desain bahan ajar matematika yang
memperhatikan respon siswa. Sebelum proses pembelajaran, biasanya guru
membuat rancangan pembelajaran agar urutan aktivitas dan situasi didaktis dapat
diupayakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam mengembangkan
desain didaktis, aktivitas guru dirancang bukan hanya untuk berfokus kepada
siswa maupun materi pembelajaran tetapi pada hubungan antarasiswa dengan
materi pembelajaran.
Peran guru yang paling utama dalam segitiga didaktis menurut (Suryadi,
2008) adalah menciptakan suatu situasi didaktis (didactical situation) sehingga
terjadi proses belajar dalam diri siswa (learning situation). Ini berarti bahwa
seorang guru selain perlu menguasai materi ajar, juga perlu memiliki pengetahuan
lain yang terkait dengan siswa serta mampu menciptakan situasi didaktis yang
dapat mendorong proses belajar secara optimal. Selain itu, desain didaktis bahan
ajar yang sesuai merupakan syarat cukup untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Jika suatu bahan ajar memiliki desain didaktis yang berkualitas,
maka akan menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Aljabar merupakan salah satu materi yang dipelajari oleh siswa kelas VII
SMP. Materi aljabar sangat penting dipahami oleh siswa sebagai pondasi dasar
membangun kemampuan siswa berpikir abstrak. Pada tingkat ini, siswa mulai
mengalami perubahan yang signifikan dalam proses berpikir yaitu dari berpikir
aritmatik menjadi berpikir aljabar (abstrak). Adanya perubahan yang signifikan
dalam proses berpikir tersebut membuat materi aljabar dirasa sulit oleh
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aljabar merupakan salah satu cabang yang paling menakutkan dari matematika
sekolah. Seperti yang diakui oleh salah satu calon guru, ketika diberikan
pertanyaan dari pengalaman masa lalunya dengan matematika, semuanya berjalan
baik sampai ia bertemu aljabar di SMP. Tiba-tiba, ia menemukan
dirinya dihadapkan sebuah bahasa simbolik yang abstrak sebagaimana
dikemukakannya bahwa:
Algebra is one of the most frightening branches of school mathematics. As one prospective teacher confessed, prompted by the question of his past experience with mathematics, everything was going well until he met algebra in junior high school. Suddenly, he found himself in front of an abstract symbolic language, the meaning of which he could not grasp—.
Penelitian internasional dalam pendidikan matematika, dan khususnya
mengenai pengajaran atau belajar aljabar dan kesulitannya, pada beragam usia
dari tingkat junior hingga universitas, telah menunjukkan suatu kebingungan
metode pengajaran tradisional. Selama dua puluh tahun terakhir, penelitian telah
terfokuskan pada sejumlah besar kemungkinan pendekatan „makna‟ dari proses
aljabar dan unsur-unsurnya sebagaimana dikemukakan oleh Malara & Navarra
(2002 : 228) berikut.
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penting bagi siswa untuk memahami materi aljabar serta menguasai
keterampilan dalam melakukan operasi pada bentuk aljabar. Tanpa pemahaman
yang mendalam serta penguasaan keterampilan dari materi tersebut, maka siswa
akan mengalami kesulitan-kesulitan lain dalam materi-materi yang melibatkan
kemampuan aljabar pada tingkat selanjutnya.
Berdasarkan studi pendahuluan di lapangan yang telah dilakukan yaitu
dengan memberikan beberapa soal kepada 33 siswa SMP kelas VII tentang
mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya serta melakukan operasi pada
bentuk aljabar, peneliti memperoleh beberapa kesalahan – kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tersebut. Diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Kesalahan dalam meyebutkan unsur-unsur aljabar
Ketika siswa diminta menyebutkan konstanta, variabel, dan koefisien dari
bentuk aljabar , dari 33 siswa terdapat 1 siswa yang benar
menyebutkan seluruh unsur-unsurnya, terdapat 11 siswa yang tidak menjawab,
dan 21 siswa yang lain salah menyebutkan unsur-unsurnya.
a. Dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan, terdapat 1 siswa yang benar
menyebutkan koefisien “4“, terdapat 4 siswa menyebutkan koefisien “4
dan 5“, terdapat 9 siswa yang menyebutkan koefisien “4y“, terdapat 7
siswa yang menyebutkan koefisien “4y+5“, terdapat 1 siswa yang
menyebutkan koefisien “+“ dan 1 siswa tidak mampu menyebutkan
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Terdapat 10 siswa yang benar menyebutkan variabel “y“, terdapat 1 siswa
menyebutkan variabel “5“ dan 12 siswa tidak mampu menyebutkan
variabelnya.
c. Terdapat 11 siswa yang benar menyebutkan konstanta “5“, terdapat 8
siswa yang menyebutkan konstanta “4 dan 5“, terdapat 1 siswa yang
menyebutkan konstanta “4y“, terdapat 1 siswa yang menyebutkan
konstanta “tidak ada“ dan 2 siswa tidak mampu menyebutkan
konstantanya.
2. Kesalahan dalam melakukan operasi pada bentuk aljabar
a. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
, terdapat 10 siswa yang menjawab “ ” dan 23 siswa lainnya
menjawab “ ”.
b. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
, terdapat 4 siswa yang menjawab “ ” , terdapat 1 siswa
menjawab “ ” dan 28 siswa lainnya menjawab “ ”.
c. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
, terdapat 19 siswa yang menjawab “ ”, terdapat 1
siswa yang menjawab “ ”, terdapat 9 siswa yang menjawab
“ ” dan 4 siswa lainnya menjawab “ ”.
d. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
, terdapat 5 siswa yang menjawab “ ”, terdapat 1
siswa yang menjawab “ ”, terdapat 1 siswa yang menjawab
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terdapat 1 siswa yang tidak mampu menjawab dan 13 siswa lainnya
menjawab dengan benar yaitu “ ”.
e. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
, terdapat 19 siswa yang menjawab “ ”,
terdapat 8 siswa yang menjawab “ ”, , terdapat 1
siswa menjawab “ ”, terdapat 1 siswa yang menjawab
“ ”, terdapat 1 siswa yang menjawab “
”, terdapat 1 siswa yang menjawab “ ” dan
terdapat 2 siswa yang tidak mampu menjawab.
f. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk aljabar
, terdapat 30 siswa yang menjawab “ ” dan
terdapat 3 siswa yang tidak mampu menjawab.
g. Ketika diminta untuk menyelesaikan operasi pada bentuk Aljabar
5×3=…, terdapat 32 siswa yang menjawab “2 +5×3=21 ” dan terdapat
1 siswa yang tidak mampu menjawab.
Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari studi pendahuluan tersebut,
nampaklah bahwa siswa-siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi aljabar.
Beberapa hasil penelitian yang terkait dengan kesulitan belajar siswa
dalam materi aljabar, diantaranya Hidayati (2010) menemukan bahwa
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa kelas VII SMPN 16 Yogyakarta dalam
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didalam penguasaan konsep, siswa masih mengalami kesulitan dalam
menggunakan gambar dan simbol untuk mempresentasikan konsep, dimana
kesulitan tersebut berada di kategori tinggi yaitu 72%; (b) di dalam penggunaan
prinsip, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengapresiasikan peran
prinsip-prinsip dalam matematika, yang berada pada kategori tinggi yaitu 74%; Sari
(2011) menemukan bahwa 32,28% siswa mengalami kesalahan konseptual dan
61,72% siswa mengalami kesalahan prosedural dalam memecahkan masalah
Faktorisasi Aljabar kelas VIII SMPN 1 Bangorejo; Dwi, A. dan Ch. Enny (2012)
menemukan kesulitan belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul dalam materi
operasi pada pecahan bentuk aljabar terletak pada kesalahan dalam memahami
materi pecahan dalam bentuk aljabar, kurangnya penguasaan materi prasyarat
seperti materi faktorisasai aljabar, operasi hitung bentuk aljabar, dan operasi
hitung bilangan bulat; Muchlian, dkk. (2013) menemukan bahwa hampir semua
siswa mengalami kesalahan konsep; 94,87% siswa memgalami kesalahan prinsip
dan 41,03% siswa mengalami kesalahan algoritma dalam menyelesaikan soal
operasi bentuk Aljabar pada kelas VII SMPN 2 Pariaman.
Sunarta (1985) menjelaskan bahwa kesulitan belajar adalah kesulitan yang
dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi
belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuai dengan
partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya. Kesulitan belajar
dalam psikologi merupakan keadaan yang menggambarkan suatu kondisi yang
dapat mengganggu seseorang dalam belajar. Siswa yang mengalami hambatan ini
rata-Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rata, rata-rata, atau diatas rata-rata. Kesulitan yang dialami oleh individu lebih
berkaitan dengan proses kognitifnya.
Sayangnya, keadaan ini sulit diketahui baik oleh orang tua maupun guru.
Keadaan ini biasanya baru disadari ketika prestasi anak menurun, tidak semangat
dalam belajar, bahkan tidak naik kelas. Sehingga tidak jarang pula guru atau orang
tua menilai sebagai anak yang malas. Jika kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa ini dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan kegagalan akademis, harga
diri rendah, motivasi rendah terutama dalam belajar, gaya belajar yang tidak
terencana, dan buruknya kemampuan penyelesaian masalah yang ditunjukkan
dengan perilaku menarik diri, berpura-pura sakit, bersandiwara, kecemasan,
tergantung pada orang lain secara berlebihan dan membolos (Sandri, 2013).
Nampaklah bahwa kesulitan belajar siswa merupakan permasalah yang
harus dikaji lebih mendalam dan mendapatkan perhatian lebih untuk mengurangi
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Berpijak pada latar belakang tersebut,
disusunlah penelitian berjudul “Analisis Learning Obstacles Siswa SMP Dalam
Mempelajari Materi Aljabar.“
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana desain didaktis tentang konsep aljabar yang mampu
meminimalkan learning obstacles sesuai dengan karakteristik siswa SMP
kelas VII?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui learning obstacles yang terkait dengan konsep aljabar SMP kelas
VII.
2. Mengetahui desain didaktis tentang konsep aljabar yang mampu
meminimalkan learning obstacles sesuai dengan karakteristik siswa SMP
kelas VII.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain.
1. Bagi guru.
Sebagai suatu masukan untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran
agar mendorong terjadinya suatu situasi belajar yang lebih optimal, khususnya
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa
pembelajaran.
2. Bagi mahasiswa dan pembaca.
Sebagai tambahan pengetahuan mengenai proses pengembangan situasi
didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai respon atas situasi didaktis
yang dikembangkan, serta keputusan-keputusan guru selama proses pembelajaran
tidaklah sederhana melainkan kompleks. Proses berpikir yang dilakukan guru
tidak hanya pada fase sebelum pembelajaran, melainkan juga pada saat
pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Hasil analisis dari ketiga fase tersebut
berpotensi menghasilkan desain didaktis inovatif. Serta menambah wawasan yang
berkaitan dengan masalah tersebut dan dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan.
E. Definisi Operasional
1. Learning Obstacles adalah kesulitan atau hambatan yang dialami oleh
siswa berdasarkan pengalaman belajar sebelumnya. Pada penelitian ini,
learning obstacles yang diuji yaitu ontogenic obstacle yaitu kesulitan
belajar yang disebabkan karena proses pembelajaran yang tidak sesuai
dengan kesiapan proses kognitif anak, didactical obstacle yaitu kesulitan
belajar yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian metode pembelajaran
yang digunakan, epistemological obstacle yaitu kesulitan belajar yang
terjadi akibat keterbatasan siswa pada konteks tertentu.
2. Desain didaktis merupakan rancangan bahan ajar yang dirancang sebagai
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
muncul pada siswa di kemudian hari. Rancangan tersebut memberikan
gambaran tentang suatu proses berpikir sangat mendalam dan
komprehensif tentang apa yang akan disajikan (what is taught) berkaitan
dengan materi aljabar kelas VII SMP yang sesuai dengan tingkat kognitif
siswa, bagaimana kemungkinan respon siswa, serta bagaimana
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misal perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik (utuh)
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moleong, 2009 : 6). Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menekankan pada karakter penelitian deskriptif. Dimana
dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan
bukan berupa angka-angka (Moleong, 2009 : 11). Sesuai pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini maka analisis yang digunakan adalah secara
induktif. Melalui pendekatan kualitatif ini, semua fakta baik lisan atau tulisan dari
sumber data yang telah diamati dan dokumen yang terkait lainnya, dideskripsikan
apa adanya. Peneliti akan merencanakan, merancang, melaksanakan,
mengumpulkan, menganilisis data, meyimpulkan, dan membuat laporan penelitian
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilakukan untuk merumuskan atau menyusun suatu desain
didaktis yang didasarkan pada hasil penelitian terhadap learning obstacles siswa
dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya dan disesuaikan
dengan karakteristik siswa. Diharapkan desain didaktis yang disusun dapat
meminimalkan munculnya learning obstacles yang terjadi sebelumnya.
B. Desain Penelitian
Fokus penelitian ini adalah merumuskan atau menyusun suatu desain
didaktis konsep bentuk aljabar dan unsur-unsurnya serta melakukan operasi pada
bentuk aljabar berdasarkan pada learning obstacles yang dialami siswa dan desain
didaktis sebelumnya. Langkah-langkah formal dalam penelitian desain didaktis
(Suryadi, 2011) dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif
ini adalah sebagai berikut.
1. Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang diwujudkan berupa
Desain Hipotesis termasuk ADP.
2. Analisis metapedadidaktik.
3. Analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi
didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah formal tersebut hanya sampai pada langkah
formal pertama, yaitu analisis situasi didaktis (dalam hal ini learning obstacles)
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teori perkembangan dan teori belajar merupan teori substantif yang
digunakan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif ini. Berikut adalah
tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian.
1. Mencari data atau literatur tentang konsep-konsep matematika.
2. Memilih sebuah konsep matematika yang akan dijadikan sebagai materi
penelitian. Dalam hal ini adalah konsep bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
serta melakukan operasi pada bentuk aljabar.
3. Mempelajari dan menganalisis konsep bentuk aljabar dan unsur-unsurnya
serta melakukan operasi pada bentuk aljabar.
4. Menyusun instrumen tes yang cocok untuk mengidentifikasi learning obstacle
yang muncul pada konsep bentuk aljabar dan unsur-unsurnya serta melakukan
operasi pada bentuk aljabar.
5. Mengujikan instrumen yang telah dibuat kepada beberapa responden yang
pernah mempelajari materi tersebut.
6. Melakukan wawancara kepada beberapa responden terkait instrumen yang
diberikan.
7. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari hasil uji instrumen dan
wawancara.
8. Membuat kesimpulan mengenai learning obstacle yang muncul berdasarkan
hasil pengujian dengan mengaitkan teori-teori belajar yang ada.
9. Menyusun desain didaktis yang mampu meminimalkan learning obstacle yang
ditemukan dengan mempertimbangkan karakteristik siswa.
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di tiga SMP Negeri di kota Bandung
masing-masing berbeda kluster yaitu kluster 1, 2 dan 3. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VII dan kelas VIII yang telah mendapatkan materi bentuk aljabar dan
unsur-unsurnya serta melakukan operasi pada bentuk aljabar. Pengambilan subjek
penelitian di kelas VII dan VIII dengan tiga kluster berbeda tersebut bertujuan
untuk mengetahui variasi (ragam) learning obstacle yang ditemukan. Penentuan
lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti tentang jarak yang tidak jauh
dari peneliti, biaya, dan kluster sekolah tersebut. Sedangkan penentuan kelas yang
terpilih sebagai subjek penelitian berdasarkan izin yang diberikan oleh Kepala
Sekolah yang menjadi tempat penelitian.
D. Data dan Sumber Pengambilan Data
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika
memanfaatkan alat yang bukan-manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih
dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak
mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yanga
ada di lapangan (Moleong, 2009 : 9). Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2009 : 157) adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data utama yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari hasil
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
VII SMP sehingga soal dan jawaban siswa merupakan data-data yang dianalisis.
Dalam penelitian ini, soal-soal yang disajikan pada saat tes tertulis bukanlah
sebagai “perantara” yang menerjamahkan fakta ke dalam data (angka-angka)
sebagaimana dalam penelitian nonkualitatif. Sumber data utama tersebut berasal
dari siswa yang mengikuti tes tertulis. Siswa yang mengikuti tes tertulis adalah
siswa kelas VII dan kelas VIII SMP dengan jumlah seluruhnya adalah 198 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Lincoln dan Guba (1985 : 305) menyatakan bahwa teknik triangulasi
merupakan salah satu cara (mode) meningkatkan kemungkinan bahwa
temuan-temuan dan pentafsiran-pentafsiran (interpretations) yang akan ditemukan dapat
dipercaya (credible). Dalam penelitian ini dilakukan triangulasi sumber (multiple
sources) dan triangulasi metode (triangulation by different methods). Diesing
(dalam Lincoln dan Guba, 1985 : 305) mengungkapkan makna dari triangulasi
sumber adalah berkaitan dengan validitas kontekstual (contextual validation):
Contextual validation takes two main forms. First, the validity of a piece of evidence can be assessed by comparing it with other kinds
of evidence on the same point. Each kind…has its own
characteristic ambiguities and shortcomings, which are unlikely to coincide with those of another kind….
The second kind of contextual validation is to evaluate a source of evidence by collecting other kinds of evidence about source…to locate the characteristic pattern of distortion in a source.
Penggunaan metode-metode yang berbeda untuk triangulasi sangat layak
dilakukan karena hal tersebut dapat membuat data menjadi dapat dipercaya
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Once a proposition has been confirmed by two or more measurement processes, the uncertainty of its interpretation is greatly reduced. The most persuasive evidence comes through atriangulation of measurement processes. If a proposition can survive the onslaught of a series of imperfect measures, with all their irrelevant error, confidence should be placed in it.
Konsep triangulasi dengan metode-metode yang berbeda tersebut dapat
menunjukkan kebenaran baik cara-cara pengumpulan data yang berbeda
(wawancara, kuesioner, observasi, tes) atau desain yang berbeda.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
triangulasi yaitu gabungan dari tes tertulis, wawancara dan studi dokumentasi
secagai berikut.
1. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2009 : 53). Pertanyaan dan banyaknya soal disesuaikan
dengan fungsi tes untuk mengadakan dignosis terhadap kesulitan belajar siswa
sehingga pemberian tes dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
keterampilan dasar siswa serta melihat/mengungkapkan gambaran yang
mendalam (thick description) mengenai kesulitan belajar (leaning obstacle) yang
dialami siswa dalam mempelajari materi aljabar kelas VII SMP.
Soal tes terlebih dahulu dipertimbangkan (judgment) oleh pembimbing dan
beberapa guru matematika kelas VII dan VIII SMP di tempat penelitian,
kemudian dilakukan uji coba. Judgment soal diperlukan untuk mengetahui apakah
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sesuai dengan materi kurikulum atau isi pelajaran yang diberikan atau tidak.
Sehinga dapat diambil keputusan soal tersebut dapat diberikan dan diujikan
kepada siswa atau tidak. Judgment soal tersebut dikumpulkan dengan cara
memberikan lembar penilaian soal kepada ahli, yaitu dua dosen matematika dan
tiga guru matematika kelas VII dan kelas VIII SMP. Para ahli tersebut akan
memberikan penilaian terhadap setiap deskriptor yang ada di dalam lembar
penilaian soal tersebut. Semua hasil penilaian (judgment) dari ahli dikumpulkan
untuk dilakukan langkah berikutnya yaitu analisis data. Setelah diujicobakan, soal
yang memerlukan perbaikan, diperbaiki (revisi) sesuai dengan kebutuhan.
Soal-soal yang telah diperbaiki tersebut adalah Soal-soal-Soal-soal yang diajukan untuk tes
tertulis pada saat penelitian.
Tes tertulis diperlukan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
langkah pengerjaan soal yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan materi bentuk aljabar. Penyusunan soal berdasarkan
pertimbangan peneliti berkaitan dengan repersonalisasi dan pengalaman belajar
siswa sehingga diharapkan dapat memprediksi kesulitan yang mungkin dialami
oleh siswa. Dari langkah – langkah pengerjaan tersebut dapat diketahui kesalahan
– kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa. Untuk mendapatkan data atau
informasi tersebut, peneliti menggunakan soal uraian.
Soal yang diberikan sebanyak 12 butir soal, yaitu tentang materi bentuk
aljabar kelas VII SMP yang harus diselesaikan dalam waktu 80 menit.
Pelaksanaan tes tertulis diberikan sendiri oleh peneliti. Selain itu, peneliti juga
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan subjek penelitian sekaligus mengumpulkan data yang diperlukan selama
penelitian. Pengumpulan data tes tertulis ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a. Soal tes diberikan kepada siswa.
b. Jawaban siswa dikumpulkan, direkap, dikoreksi, kemudian didokumentasikan.
Beberapa hari sebelum pelaksanaan tes, guru bidang studi matematika
kelas VII dan kelas VIII di sekolah yang bersangkutan menginformasikan tantang
pelaksanaan tes tersebut kepada siswa. Koreksi lembar jawaban tes dilakukan
oleh peneliti sendiri.
2. Wawancara
Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis, perekaman video/audio tapes, atau pengambilan foto. Pencatatan
sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta
merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya
(Moleong, 2009 : 157).
Wawancara (Moleong, 2009 : 186) adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan
peneliti adalah wawancara pembicaraan informal dan wawancara baku terbuka.
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bergantung pada pewawancara. Hubungan pewawancara dengan
terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan
jawaban berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pada wawancara baku terbuka, proses wawancara menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap responden.
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi
lebih mendalam dari responden karena dipandang hasil jawaban pertanyaan
belum dapat merepresentasikan kesulitan siswa. Sehingga dari hasil
wawancara diharapkan peneliti dapat mengidentifikasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal bentuk aljabar yang telah diberikan.
3. Studi Dokumentasi
Catatan dan dokumen dimanfaatkan sebagai saksi dari
kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk pertanggungjawaban. Kajian dokumen
difokuskan untuk konsep dan konteks pada materi aljabar. Dokumen-dokumen
ini berupa jurnal, buku paket matematika untuk kelas VII dan VIII SMP, serta
sumber-sumber lain yang relevan.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen pendukung, sebagai
berikut.
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal tes tertulis dirancang oleh peneliti dan dalam pembuatannya disusun
dalam bentuk uraian tentang materi bentuk aljabar kelas VII SMP. Sebelum
membuat tes tertulis ini terlebih dahulu dibuat kisi – kisi dari tes tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk memetakan materi ke soal yang dibuat sehingga soal yang
dibuat berada dalam Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan juga indikator
yang telah ditentukan. Kisi- kisi soal tersebut diantaranya memuat indikator soal
dan juga aspek kognitif dari soal tes yang disusun.
Tabel 3.1 Kisi – kisi Soal Tes
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VII
Semester : 1
Standar Kompetensi : ALJABAR
2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
Kompetensi Dasar
Indikator Soal Uraian Soal No.
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menggunakan sifat-ekor ayam dan tiga sifat-ekor bebek, kandang kedua berisi seekor ayam dan empat ekor bebek, lahan tersebut akan dibangun kolam renang berbentuk persegi
Diketahui dua buah bilangan selisihnya adalah 6. Jika jumlah kedua bilangan itu adalah 30, tentukan kedua bilangan tersebut.
4
Diketahui usia Budi sekarang dua kali usia Ani sekarang. Lima tahun yang lalu usia Budi 3 kali usia Ani (5 tahun yang lalu). Bila usia Budi lima tahun yang lalu adalah 15, berapa usia Budi sekarang?
5
Soal tes dibuat dengan mengadopsi soal yang sudah ada dan juga peneliti
membuat soal sendiri melalui pemikirannya. Soal tes yang disusun berisi tentang
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam waktu 80 menit. Penyusunan soal berdasarkan pertimbangan peneliti
berkaitan dengan repersonalisasi dan pengalaman belajar siswa sehingga
diharapkan dapat memprediksi kesulitan yang mungkin dialami oleh siswa. Tes
ini digunakan untuk memperoleh data tentang kesalahan yang dilakukan siswa.
Kisi – kisi soal tes disajikan dalam Tabel 3.1.
2. Lembar penilaian soal tes
Sebelum tes diberikan kepada siswa, soal tersebut dinilai (judgment) oleh
beberapa ahli. Penilaian ini dilakukan oleh beberapa ahli yaitu dua dosen
matematika dan tiga guru matematika kelas VII dan kelas VIII SMP. Untuk
memperoleh hasil penilaian tersebut, diperlukan lembar penilaian soal tes. Lembar
penilaian tes ini disusun sendiri oleh peneliti dan kemudian dikonsultasikan
kepada pembimbing. Deskriptor dalam lembar penilaian soal ini adalah sebagai
berikut.
a. Soal dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konseptual siswa.
b. Soal dapat digunakan untuk mengukur pemahaman prosedural siswa.
c. Soal memungkinkan siswa untuk memahami masalah dan melakukan
penyelesaian.
d. Kalimat dan perintah dalam soal sudah komunikatif.
e. Kalimat yang digunakan tidak menimbulkan ambiguitas (penafsiran ganda).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data (Moleong, 2009 : 280) adalah proses mengorganisasikan dan
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data. Analisis data dilakukan dalam suatu proses, berarti pelaksanaannya
sudah dimulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara
intensif sesudah meninggalkan lapangan penelitian.
Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan menggunakan metode
perbandingan tetap (constant comparative method) karena dalam analisi data,
secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lainnya, kemudian
secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2009 :
288). Secara umum proses analisis data tersebut mencakup: reduksi data,
kategorisasi data, sintesisasi, diakhiri dengan hipotesis kerja.
1. Reduksi Data
Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap
data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara
mengidentifikasikan bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang
memiliki makna jika dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian yakni
desain dedaktis konsep bentuk aljabar dan unsur-unsurnya serta melakukan
operasi pada bentuk aljabar.
2. Kategorisasi
Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
3. Sintesisasi
Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menyusun „Hipotesis Kerja„
Hal ini dilakukan dengan merumuskan suatu pernyataan yang
proporsional. Hipotesis kerja ini sudah merupakan teori substantif yaitu teori
yang berasal dan masih terkait dengan data. Hipotesis kerja tersebut terkait
dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.
Langkah pertama dalam analisis kualitatif adalah mengembangkan
deskripsi yang komprehensif dan teliti dari hasil penelitian (Moleong, 2009 : 289).
Data tentang kesulitan belajar (learning obstacle) disajikan secara deskriptif yaitu
dalam bentuk tabel dan persentase berdasarkan hasil tes, adapun aspek-aspek yang
diteliti sesuai identifikasi penelitian. Sementara itu data penelitian kajian konsep
dan konteks pada materi bentuk aljabar dan unsur-unsurnya serta melakukan
operasi pada bentuk aljabar dan desain didaktis akan disajikan secara kualitatif
berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi.
Analis data dilakukan setelah pengumpulan data. Analisis tersebut
dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap analisis terhadap hasil penilaian soal tes
dan analisis terhadap perolehan data dari pelaksanaan tes. Pada tahap analisis hasil
penilaian soal tes, akan dilihat kredibilitas dari soal yang telah dibuat. Jika
minimal tiga dari lima ahli menyatakan credible (dapat dipercaya) maka
disimpulkan soal tes tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
Sedangkan analisis data hasil penggunaan instrumen soal tes dilakukan
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
data dilakukan dengan berorientasi kepada masalah dan tujuan penelitian. Tujuan
penelitian pada dasarnya ingin mendeskripsikan atau mengungkapkan secara apa
adanya hasil kesulitan belajar (learning obstacle) siswa SMP dalam mempelajari
materi bentuk aljabar.
H. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Berbeda dengan realibilitas pada
penelitian kuantitatif, menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat
majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan
berulang seperti semula (Sugiyono, 2011 : 268-269). Penelitian kualitatif
meredefinisikan validitas, reliabilitas, dan objektivitas dalam versi lain
dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik (Moleong,
2009 : 12). Lincoln dan Guba (1985 : 43) menyatakan bahwa peneliti (naturalist)
mendefinisikan kriteria (aspek) trustworthiness baru dan menyusun
prosedur-prosedur operasional untuk menerapkannya.
Lebih lanjut, Lincoln dan Guba (1985 : 300) menjelaskan bahwa
kredibilitas (credibility), keteralihan (transferability), dependability dan
confirmability dalam penelitian kualitatif (naturalistic) sepadan dengan
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada penelitian konvensional (kuantitatif). Perbedaan istilah tersebut ditunjukkan
pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Perbedaan Istilah dalam Pengujian Keabsahan Data
Aspek Metode Kuantitatif Metode Kualitatif
Nilai kebenaran
Kenetralan (neutrality) Objektivitas (objectivity) Confirmability
Sehingga uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini, meliputi uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas)
dan confirmability (objektifitas).
Pada penelitian ini, uji kredibilitas data dilakukan dengan cara
meningkatkan ketekunan, triangulasi dan menggunakan bahan referensi. Sugiyono
(2011 : 272) menyebutkan bahwa dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah
atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat
memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara
membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk
memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas pada penelitian ini diartikan
sebagai pengecekan keabsahan data dari berbagai sumber dan dengan berbagai
cara. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu siswa yang
menjadi subjek penelitian, guru matematika kelas VII dan VIII serta dosen
matematika. Triangulasi cara (metode) untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda, yaitu dengan tes tertulis, wawancara dan buku paket matematika yang
digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan yang dimaksud dengan
menggunakan bahan referensi dalam penelitian ini adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data hasil
wawancara didukung dengan adanya rekaman wawancara yang telah ditranskrip
(disajikan pada lampiran 3.1-3.6), data hasil pelaksanaan penelitian didukung
dengan foto-foto pada saat dilakukan penelitian (disajikan pada lampiran 4) dan
data hasil tes tertulis didukung dengan contoh-contoh hasil jawaban siswa pada
lembar jawaban yang telah disediakan (disajikan pada lampiran 5).
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa transferability merupakan
validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. validitas eksternal menunjukkan
derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
transferability dilakukan dengan cara menuliskan laporan hasil penelitian secara
rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian yang dilaporkan, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil tersebut di tempat lain.
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability (reliabilitas) dilakukan
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian
(Sugiyono, 2011 : 277). Pada penelitian ini, pemeriksaan dilakukan oleh
pembimbing untuk memeriksa keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian. Pengujian konfirmability dalam penelitian kualitatif, berarti menguji
hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
Pada penelitian ini digunakan kriteria derajat kepercayaan (credibility)
untuk menetapkan keabsahan data. Penerapan kriteria derajat kepercayaan
(credibility) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari
nonkualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan menunjukkan
derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2009 : 324). Penelitian
kriteria derajat kepercayaan untuk pengecekan keabsahan data dalam penelitian
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data penelitian,
diperoleh beberapa temuan pokok hasil penelitian sebagai berikut.
1. Learning obstacles siswa dalam mempelajari materi aljabar kelas VII SMP
pada penelitian ini dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu ontogenic obstacle
(kesulitan belajar yang disebabkan karena proses pembelajaran yang tidak
sesuai dengan kesiapan proses kognitif anak), didactical obstacle (kesulitan
belajar yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian metode pembelajaran yang
digunakan) dan epistemological obstacle (kesulitan belajar yang terjadi akibat
keterbatasan siswa pada konteks tertentu). Dari 198 siswa, terdapat 126 siswa
yang mengalami ontogenic obstacle, 59 siswa mengalami didactical obstacle,
71 siswa mengalami epistemological obstacle, 28 siswa mengalami ontogenic
obstacle dan didactical obstacle, 9 siswa mengalami didactical obstacle dan
epistemological obstacle, 28 siswa mengalami ontogenic obstacle dan
epistemological obstacle, 16 siswa mengalami ontogenic obstacle, didactical
obstacle dan epistemological obstacle, dan sejumlah 39 siswa tidak
mengalami hambatan ontogenic obstacle, didactical obstacle ataupun
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Ontogenic obstacle.
Penyebab dari kesulitan ini dapat dilihat dari berbagai hal, antara lain
disebabkan ketidakcermatan dalam membaca, ketidakcermatan dalam
berpikir, kelemahan dalam analisis masalah, kekuranggigihan (lack of
tenacious). Banyak siswa yang meremehkan masalah yang mudah (the
problem unimportant or easy) sehingga siswa menentukan jawaban secara
sembarangan atau memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka yaitu
menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban (finding answer
intuitively), menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa
pemikiran (solving the problem just technically/procedural process) atau
berpikir nalar hanya pada sebagian kecil dari masalah, kemudian
menyerah. Selain itu juga dikarenakan kepercayaan diri yang rendah (low
confidence) yaitu kurangnya rasa percaya diri siswa dan sikap berani
mengambil resiko untuk menyelesaikan masalah sesuai kemampuan, serta
sikap yang menganggap penyelesaian suatu masalah matematika terlalu
sulit, termasuk bagian dari apa yang disebut kecemasan matematika (math
anxiety).
b. Didactical obstacle.
Learning obstacle ini diduga muncul diantaranya karena desain didaktis
yang disajikan menggunakan ”cara cepat” sehingga kurang memberikan
pemahaman konsep bagi siswa, desain didaktis yang disajikan dalam
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk menggali pemahamannya, memuat suatu ”loncatan” yang cukup
besar sehingga kurang memperhatikan proses kognitif siswa sehingga
siswa masih mengalami banyak kesulitan dalam melakukan penyesuaian
dari berpikir aritmatika menuju berpikir aljabar (abstrak), konsep yang
disajikan tidak sistematis, serta kurang mendukung pemahaman yang
tuntas atas materi yang dipelajari.
c. Epistemological obstacle.
Learning obstacle ini diduga disebabkan karena latihan soal
(permasalahan) yang diberikan kurang bervariasi sehingga kurang
memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Oleh karena itu
menimbulkan ketidakmampuan siswa untuk melihat masalah yang biasa
dengan cara atau pendekatan yang baru atau tidak biasa, ketidakcermatan
dalam membaca, ketidakcermatan dalam berpikir, kelemahan dalam
analisis masalah, kurang latihan menyelesaikan soal cerita dan kurang
latihan menyelesaikan soal dengan berbagai konteks berkaitan dengan
materi bentuk aljabar sehingga siswa tidak mampu memanipulasi langkah
penyelesaian.
2. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, maka desain didaktis yang ditawarkan
adalah diawali dari aritmatika. Untuk menjembatani kesulitan dalam bergerak
dari aritmatika ke aljabar bentuk penalaran yang memberikan dasar untuk
beberapa perubahan dari belajar aritmatika, perubahan yang mendorong
munculnya pemikiran aljabar, maka diberikan suatu learning trajectory tahap
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
transisi tersebut, learning trajectory yang diberikan adalah secara fungsional
dan struktural. Secara fungsional adalah dengan memperhatikan prediksi
respon siswa dan antisipasi respon siswa sesuai dengan situasi didaktis yang
diberikan. Secara struktural yaitu konsep yang disajikan bertahap dan
menggunakan variasi konteks untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Pusat pembelajaran berada pada aktivitas siswa dengan harapan seperti dalam
Turmudi (2009 : 19) suatu keadaan kelas yang siswanya aktif melakukan
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan matematika untuk membangun
pemahaman matematika sedemikian sehingga matematika dipahami siswa
bukan hanya dihafal (rote learning). Agar konsep aljabar awal tertanam lebih
kuat, diberikan latihan-latihan soal yang memiliki konteks variatif, melalui
informasi secara langsung ataupun tidak langsung dan tingkat soal disusun
secara hirarkis dari sederhana hingga kompleks sesuai dengan urutan materi
yang diberikan. Situasi didaktis yang disajikan menekankan beberapa aspek
yaitu aspek aksi, formulasi, validasi dan intuisi matematis dalam pembelajaran
di kelas. Dalam proses pembelajaran, diawali melalui aktivitas dengan
melakukan suatu aksi (aksi mental) yaitu menyajikan suatu permasalahan
kontekstual. Berdasarkan aksi tersebut selanjutnya diharapkan dapat tercipta
suatu situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa sehingga terjadi
proses belajar. Dalam proses belajar ini siswa melakukan aksi atas situasi yang
ada sehingga tercipta situasi baru yang selanjutnya akan menjadi sumber
informasi bagi guru. Aksi lanjutan guru sebagai respon atas aksi siswa
Lia Ardian Sari, 2014
ANALISIS LEARNING OBSTACLES SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI MATERI ALJABAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
baru. Situasi didaktis yang dinamis menurut Suryadi (2013 : 8) dapat
digunakan guru sebagai kerangka acuan untuk memudahkan dalam membantu
proses berpikir siswa. Dari situasi-situasi tersebut diharapkan siswa mampu
membuat suatu formulasi dari aksi yang telah dilakukan, misalnya dengan
membuat pola dan menggeneralisasikannya. Dari formulasi yang telah
disusun, diberikan suatu situasi validasi dengan tujuan untuk
mengkonfirmasikan hasil pemikiran siswa. Keterkaitan antar situasi didaktis
yang tercipta pada setiap sajian masalah yang berbeda untuk menjaga
konsistensi proses berpikir siswa. Aspek intuisi matematis menurut Beb-Zeev
dan Star (dalam Suryadi, 2013 : 8) yaitu suatu bentuk penalaran yang dipandu
oleh adanya interaksi dengan lingkungan. Dalam desain didaktis hipotesis
yang ditawarkan ini, lingkungan belajar dikonstruksi dengan menggunakan
ilustrasi (gambar) diharapkan dapat secara efektif menumbuhkan intuisi
matematis siswa. Representasi informal yang diajukan siswa berdasarkan
intuisi matematis yang dimiliki diharapkan dapat menjadi landasan yang tepat
untuk mengarahkan proses berpikir siswa pada representasi matematis lebih
formal. Sesuai dengan pemaparan tersebut, desain didaktis hipotesis yang
ditawarkan memuat enam belas situasi didaktis yang disusun dengan
memperhatikan aspek-aspek yang telah dibahas sebelumnya termasuk di
dalamnya prediksi respon siswa serta antisipasi respon siswa sebagai upaya
untuk membantu proses berpikir siswa menjadi lebih terarah. Materi aljabar
yang diajarkan diantaranya adalah memperkenalkan konsep variabel,