01/PGPAUD/01/2013
IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh:
ATIH FATMAWATI 0801496
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
01/PGPAUD/01/2013
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul, “Implementasi Playdough dalam Menstimulasi Kemampuan Motorik Kasar Anak” adalah sepenuhnya karya
saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya
orang lain. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keilmuan
dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.
Bandung, Januari 2013
Yang membuat pernyataan,
Atih Fatmawati
01/PGPAUD/01/2013
IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)
Oleh
Atih Fatmawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
© Atih Fatmawati
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
01/PGPAUD/01/2013
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)
Oleh:
ATIH FATMAWATI 0801496
Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I
Rudiyanto, M.Si NIP. 19740617 199903 1 003
Pembimbing II
Cucu Eliyawati, M.Pd NIP. 19701022 199802 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
01/PGPAUD/01/2013
“Allah memberikan ilmu dan kebijaksanaan kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Siapa yang memperoleh ilmu dan kebijaksanaan,
maka sungguh mendapatkan kebaikan yang banyak, dan hanya
orang-orang yang berimanlah yang dapat
merasakan nikmat Allah”
(Q.S Al-Baqarah: 260)
“Ketika tangan ini suatu saat nanti mulai lelah menggenggam
asa, seandainya pundak ini sudah tak kuasa menahan beban,
maka keyakinan hatilah yang akan kujadikan tumpuan. Aku
yakin dan aku harus yakin aku pasti bisa, karena menurut kata
hatiku, keberhasilan bukanlah suatu kebetulan tapi merupakan
suatu hal yang harus kuperjuangkan.
(Mierunique)
Kupersembahkan karya ini
sebagai tanda baktiku kepada Ayah dan Ibu
IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)
Atih Fatmawati 0801496
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten. Permasalahan tersebut menuntut perlunya suatu solusi baik berupa pendekatan, metode atau model pembelajaran untuk menanganinya. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran melalui playdough. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana sebelum diterapkan playdough?, (2) Bagaimana penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana?, (3) Bagaimana kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana setelah diterapkan playdough?. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pada anak Kelompok A TK Artha Kencana sebanyak 13 orang anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan beberapa tahapan diantaranya reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.
Kondisi awal kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana masih belum terstimulasi secara maksimal, dengan persentase keterampilan dalam kategori sebesar 69%, masih dalam proses 31% dan kategori berkembang baik 0%, namun setelah penerapan playdough, kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yang cukup baik. Persentase kemampuan motorik halus yang berada dalam kategori belum muncul sebesar 0%, tahap dalam proses sebesar 8% dan berkembang baik sebesar 92%.
Rekomendasi yang diberikan untuk pendidik anak usia dini yaitu playdough ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GRAFIK ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang ...
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Metode Penelitian ...
E. Manfaat Penelitian ...
F. Sistematika Penelitian ... i
BAB II KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN PLAYDOUGH. ...
A. Konsep Perkembangan Motorik ...
1. Pengertian Perkembangan Motorik ...
2. Lingkup Perkembangan Motorik ...
3. Prinsip Perkembangan Motorik ...
4. Pengaruh dan Fungsi Keterampilan Motorik ...
5. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik...
B. Konsep Bermain dan Permainan ...
C. Konsep Playdough ...
1. Pengertian Pemainan Dough ...
2. Manfaat Pemainan Dough ...
3. Kelebihan Playdough ...
4. Langkah-langkah Playdough ...
D. Penelitian yang Relevan ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...
B. Desain Penelitian ...
C. Metode Penelitian ...
D. Penjelasan Istilah ...
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...
F. Analisis Data ...
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...
A. Hasil Penelitian ...
1. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha
Kencana Sebelum diterapkan Playdough ...
2. Penerapan Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana ...
a. Proses Penerapan Playdough pada Siklus I ...
b. Proses Penerapan Playdough pada Siklus II ...
c. Proses Penerapan Playdough pada Siklus III ...
d. Proses Penerapan Playdough pada Siklus IV ...
3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha
B. Pembahasan ...
1. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha
Kencana Sebelum diterapkan Playdough ...
2. Penerapan Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana ...
3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha
Kencana Setelah diterapkan Playdough ... 127
127
132
138
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
RIWAYAT HIDUP
140
140
141
143
DAFTAR TABEL
TABEL
2.1 Perkembangan Halus Motorik Anak Usia 3-5 Tahun (CRI) ...
2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun (DAP) ...
3.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Artha Kencana ...
3.2 Daftar Peserta Didik TK Artha Kencana ...
3.3 Kisi-kisi Instrumen ...
3.4 Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak ...
3.5 Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Permain Dough ...
3.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak ...
4.1 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...
4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...
4.3 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...
4.4 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...
4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...
4.6 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...
4.7 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...
4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...
4.9 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...
4.10 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...
4.11 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...
4.12 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...
4.13 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...
4.14 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK
4.1 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...
4.2 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...
4.3 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...
4.4 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...
4.5 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...
4.6 Grafik Keseluruhan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 64
78
94
108
122
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
A. Lampiran Pra Siklus ...
B. Lampiran Siklus I ...
C. Lampiran Siklus II ...
D. Lampiran Siklus III ...
E. Lampiran Siklus IV ...
F. Lampiran Surat ... 145
161
182
203
224
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang
sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak
prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagai
modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir
tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf
otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, hingga terdapat
beberapa teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan
telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun, sehingga anak usia dini
memerlukan stimulasi yang tepat melalui pendidikan anak usia dini
(Suyanto,2005:7).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan Undang-Undang RI
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan (Depdiknas, 2007:39).
Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang dikembangkan melalui
PAUD meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa, dan
2
Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan adalah aspek
perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978:150). Perkembangan motorik meliputi
perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan
gerakan yang menggunakan otot-otot besar seperti berjalan, berlari, melompat,
dan lain sebagainya, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang
menggunakan otot-otot halus seperti menulis, melipat, menggunting, dan lain
sebagainya (Suyanto, 2005:51).
Berbagai kemampuan yang dimiliki anak usia dini dalam menggunakan
otot-otot fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa
percaya diri pada anak bahwa anak mampu menguasai kemampuan motorik.
Kemampuan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam
penyesuaiaan sosial dan pribadi anak, karena kemampuan motorik ini memiliki
dua fungsi yaitu membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan untuk
membantu mendapatkan penerimaan sosial (Syaodih, 2005: 31).
Anak harus mampu mempelajari dan menguasai kemampuan motorik yang
memungkinkan anak mampu melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri untuk
mencapai kemandirian. Kemampuan ini meliputi kemampuan makan, memakai
baju, mandi, dan merawat diri sendiri, dan untuk mendapatkan penerimaan sosial,
anak dituntut untuk mampu melakukan berbagai kemampuan seperti membantu
pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah, menguasai keterampilan sekolah seperti
3
kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas bermain bola, memanjat atau
melempar (Syaodih, 2005:31).
Berbagai kemampuan motorik di atas, selayaknya dikuasai anak pada
masa kanak-kanak, karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya diri,
memilki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya,
sebaliknya bila anak tidak mampu menguasai kemampuan motorik tersebut, anak
cenderung akan merasa putus asa, tidak percaya diri, merasa diri tidak bisa
melakukan apa-apa yang pada akhirnya dapat membentuk penyesuaiaan sosial
dan pribadi yang buruk (Syaodih, 2005:31-32).
Pernyataan di atas memperkuat asumsi bahwa anak perlu mendapatkan
kesempatan untuk menggunaan kemampuan motoriknya. Tantangan bagi guru
atau pendidik adalah menciptakaan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi
proses perkembangan kemampuan motorik anak. Upaya yang dapat dilakukan
oleh pendidik atau guru untuk meningkatkan kemampuan motorik anak adalah
melalui kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan yang menyenangkan dan
dinyatakan sebagai wahana belajar bagi anak adalah bermain (Direktorat PAUD,
2006:5).
Bermain merupakan wahana belajar bagi anak, karena selain merupakan
kegiatan yang menyenangkan, melalui bermain anak juga dapat mengungkapkan
gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungannya dengan lingkungan. Kegiatan
bermain dapat memberikan kesempatan pada anak-anak untuk mengekspresikan
dorongan-dorongan pada sistem motorik halusnya, serta kesempatan dalam
4
cara-cara baru, namun untuk mencapai tujuan tersebut (meningkatkan kemampuan
motorik halus), dibutuhkan intensitas permainan yang baik dan berkualitas.
Senada dengan pernyataan tersebut, dalam pasal 31 konferesi hak-hak anak
dinyatakan bahwa bermain bagi anak merupakan faktor yang paling berpengaruh
dalam periode perkembangan yang meliputi dunia fisik, sosial, dan sistem
komunikasi (Tedjasaputra, 2001: 16).
Sugianto (Kurniati, 2008: 11) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan
yang terjadi secara ilmiah pada anak dan juga membantu anak-anak untuk
memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam taraf berpikir maupun
perasaan. Selain itu, salah satu fungsi bermain yang diuraikan oleh Kamtini dan
Tanjung adalah nilai fisik dan kesehatan. Melalui bermain anak dapat melatih
mengembangkan otot-otot dan bagian tubuh lainnya yang akan menyehatkan diri
anak. Bermain juga dapat meningkatkan motorik kasar dan motorik halus anak.
Salah satu aktivitas permainan yang diasumsikan dapat meningkatkan
keterampilan motorik halus anak adalah permainan dengan menggunakan dough
atau yang dikenal dengan istilah playdough. Aktivitas playdough dapat
memberikan kesenangan anak pada anak terutama ketika anak membentuk
kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Aktivitas playdough juga tidak
akan membuat anak menjadi malas, karena anak akan terus menerus
menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk yang baru dan
unik, selain itu, aktivitas playdough ini memerlukan kelenturan dan keterkaitan
5
sederhana dan tidak mahal, karena media aktivitas ini dapat dibuat sendiri dari
bahan yang sederhana, ekonomis, dan mudah didapat.
Anak usia dini pada dasarnya memiliki potensi kemampuan motorik halus,
namun dalam tingkatan yang bervariasi, seperti halnya yang dialami oleh anak
dikelas A Taman Kanak-kanak (TK) Artha Kencana Kota Serang Banten tahun
ajaran 2012-2013. Setelah dilakukan observasi, kemampuan motorik halus anak di
kelas A tersebut cenderung masih belum terstimulasi secara optimal, hal ini
ditandai sebagian besar anak yang belum mampu melakukan gerakan motorik
halus seperti mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas, memegang
benda dengan satu tangan dan menggunakan gunting untuk memotong
bentuk-bentuk sederhana, melipat sederhana, meremas, mencetak, memilin, dan kegiatan
yang memerlukan kemampuan motorik halus lainnya, sehingga peneliti
bermaksud melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk membantu guru atau
pendidik di kelas A TK Artha Kencana untuk mengatasi permasalahan terkait
kemampuan motorik halus anak tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan.
Upaya yang akan dilakukan peneliti dan pendidik dalam mengatasi
permasalahan terkait motorik halus anak tersebut yaitu melalui aktivitas
playdough, karena selama ini aktivitas playdough cenderung jarang dilaksanakan
dan merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru di TK A Artha Kencana,
selain itu aktivitas playdough ini diasumsikan dapat menstimulasi kemampuan
6
Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini
memfokuskan kajian dengan judul “Implementasi Playdough dalam
Menstimulasi Kemampuan Motorik Halus Anak”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana
sebelum diterapkan playdough?
2. Bagaimana penerapan playdough dalam meningkatkan motorik halus anak
di TK A Artha Kencana?
3. Bagaimana kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana
setelah diterapkan playdough?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana
sebelum diterapkan playdough.
2. Mengetahui penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK A Artha Kencana.
3. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana
7
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Anak
Membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus
melalui kegiatan yang menyenangkan.
2. Bagi Guru
Sebagai masukan dan gambaran mengenai pelaksanaan playdough
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
3. Bagi Sekolah
Sebagai rujukan dalam pengembangan atau penyediaan sarana dan
prasarana yang menunjang terhadap pelaksanaan playdough dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus peserta didik.
F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang
rangkuman pembahasannya adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan stuktur
8
2. Bab II Landasan Teori
Bab ini membahas tentang konsep kemampuan motorik halus anak
yang terdiri dari definisi motorik halus, perkembangan motorik halus,
tahapan/karakteristik perkembangan motorik halus anak, pengembangan
motorik halus anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik halus anak, sedangkan untuk konsep playdough terdiri dari pengertian
playdough, langkah-langkah pembuatan dough, alat-alat playdough, manfaat
playdough, dan kelebihan playdough.
3. Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan untuk
melakukan penelitian, yakni metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang
terdiri dari metode penelitian yang digunakan, prosedur penelitian, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dsan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yang di dapatkan dari
9
5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang
dilakukan, serta rekomendasi yang bermanfaat bagi peneliti yang akan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah
kelompok A TK Artha Kencana, yang beralamat di Jalan Karya Bakti II,
Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang, Propinsi
Banten. Secara garis besar profil singkat mengenai TK Artha Kencana antara
lain sebagai berikut:
a. Sejarah Singkat TK Artha Kencana
TK Artha Kencana didirikan pada tahun 1979 atas usulan dari
masyarakat sekitar karena di lokasi tersebut belum terdapat arena bermain
bagi anak-anak terutama usia dini. TK Artha Kencana di dirikan oleh
kantor KPKN dan yang menjadi kepala sekolah pertama adalah Ibu
Suharti. Suasana TK Artha Kencana cukup nyaman, asri, kondusif, tenang,
dan sudah memiliki fasilitas yang cukup memadai. TK Artha Kencana telah
terakreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun tahun 2007.
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di Artha Kencana lebih banyak menggunakan
metode pembelajaran klasikal, dan cenderung menekankan pada bidang
pengembangan persiapan ke jenjang pendidikan sekolah dasar seperti
39
c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan di Artha Kencana antara lain
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Nama Pendidikan Jabatan
1 Nurlaela SPd, MM S2 Kepala Sekoah
2 Hj. Ratna Fatimah S.Pd S1 Waki Kepala Sekolah
3 Kulsum S.Pd S1 Guru
4 Mujiati nufus S.Pd S1 Guru
5 Ending aprianita S.Hi S1 Guru
6 Mulyati A.ma D2 Guru
7 Maya sofa SMA Guru
Sumber: Arsip TK Artha Kencana
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik di TK Artha Kencana kelas A
yang berjumlah 12 orang yang terdiri dari anak perempuan sebanyak 9 orang,
sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 4 orang. Adapun daftar peserta didik
yang menjadi subjek dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Tabel 3.2
Daftar Peserta Didik Kelompok A TK Artha Kencana
No Nama Anak Jenis Kelamin
1 Ami Perempuan
2 Anir Perempuan
3 Arasyi Laki-laki
4 Desta Laki-laki
40
6 Hanan Perempuan
7 Haris Laki-laki
8 Lira Perempuan
9 Rannaz Perempuan
10 Tasya Perempuan
11 Tia Perempuan
12 Yuri Perempuan
13 Zalfa Perempuan
Sumber: Arsip TK Artha Kencana
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (classroom
action research) model Kemmis dan MC Taggart. Adapun jenis penelitian ini
menggunakan PTK partisipan karena dalam penelitian ini peneliti terlibat secara
langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir.
Sesuai dengan pernyataan Muslihudin (2009: 73), bahwa sejak perencanaan
penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat,
dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan
hasil penelitiannya.
Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan
Mc Taggart (Asrori, 2007: 68) menyebutkan empat komponen penelitian tindakan
kelas dengan model siklus, yaitu perencanaan (planning), tindakan(action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Desain tersebut dapat dilihat
41
Gambar 3.1
Siklus Kemmis dan Mc Taggart Observasi
Observasi Observasi
Identifikasi
Tindakan
Refleksi
Tindakan Refleksi
Tindakan
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Perencanaan I
Perencanaan III
42
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul di lapangan
yaitu kurang terstimulasinya kemampuan motorik halus anak di TK A Artha
Kencana Kota Serang, Banten Tahun ajaran 2012/2013. Pelaksanaan penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha
Kencana yang dilakukan oleh peneliti, bekerjasama dengan guru, dengan
merencanakan dan memilih tindakan dalam upaya mengembangkan kemampuan
motorik halus anak secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat
mengembangkan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan
kemampuan motorik halus anak pun dapat tercapai dengan optimal.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
model Kemmis dan Mc Taggart. Adapun jenisnya yaitu PTK kolaborasi karena
dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru dalam proses penelitian
sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir. Sesuai dengan pernyataan
Muslihudin (2009: 73), bahwa sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.
Sebuah penelitian tindakan kelas tidak terlepas dari prosedur penelitian
yang digunakan sebagai dasar tindakan. Prosedur penelitian tindakan kelas
menurut Muslihuddin (2009: 50) adalah sebagai berikut:
“Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi.Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan
43
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melibatkan pihak
sekolah dan peneliti yang nantinya secara kolaboratif menyelesaikan
permasalahan yang ada didalam kelas melalui sebuah pembelajaran yang
menggunakan playdough. Melalui kolaborasi ini diharapkan dapat menemukan
solusi serta melakukan beberapa tindakan secara langsung dengan memanfaatkan
lingkungan dan media yang ada, dengan tujuan meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten tahun ajaran
2012/2013.
Prosedur penelitian bertujuan untuk mencapai hasil dan proses yang
terstruktur dengan baik. Tahapan-tahapan yang harus dicapai guna pencapaian
hasil dan kegiatan proses tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahapan awal yang menjadi titik tolak
adanya sebuah penelitian.Identifikasi masalah ini lahir dari latar belakang
masalah penelitian.Pada tahap pengidentifikasian masalah ini, peneliti berusaha
mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek penelitian.Adapun teknik
yang digunakan oleh peneliti dalam proses ini adalah observasi langsung ke
TK A Artha Kencana Kota Serang, Bantenyang dijadikan tempat penelitian.
Hal yang menjadi fokus observasi adalah kemampuan motorik halus anak yang
ada diTK A Artha Kencana Kota Serang, Banten serta proses pembelajarannya.
Hasil observasi tersebut kemudian dicatat kedalam catatan, secara apa adanya
44
beberapa anak yang mempunyai kemampuan motorik halus dibawah rata-ratadi
TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah
yang dilakukan sebelumnya. Tahapan pengumpulan data ini difokuskan kepada
kemampuan motorik halus anak, serta proses pembelajaran yang dilakukan.
Adapun data yang diambil adalah cara guru mengajar, permasalahan
kemampuan motorik halus anak, media atau sumber belajar yang digunakan,
serta kesulitan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kemampuan
motorik halus anak.
3. Penyusunan Rencana Tindakan
Tahapan penyusunan rencana adalah proses penyusunan strategi yang
akan digunakan untuk proses tindakan selanjutnya. Sebuah perencanaan
penelitian yang matang akan menghasilkan proses dan tujuan yang terfokus
serta hipotesis penelitian yang mempunyai keabsahan data. Penyusunan
rencana dilakukan sebagai langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran
serta hasil dari kegiatan tersebut, yaitu perkembangan motorik halus anak.
4. Proses Pelaksanaan Tindakan
Tahap dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran untuk
45
Serang, Banten dilaksanakan setelah peneliti mengetahui fokus permasalahan.
Peneliti dan guru melaksanakan tindakan melalui sebuah aktivitas bermain
dengan menggunakan playdough. Pelaksanan tindakan ini bergunadan berperan
dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak TK A Artha
Kencana Kota Serang, dan dilaksanakan dalambeberapa siklus hingga hasil
yang diharapkan tercapai.
Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang
atau revisi terhadap pelaksanaan siklus sebelumnya untuk melanjutkan ke
siklus berikutnya. Setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan
kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai rencana pelaksanaan tindakan pada
setiap siklus antara lain:
a. Perencanaan (Planning)
1) Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan
tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Satuan Kegiatan
Harian (SKH). Adapun perencanaan untuk masing-masing siklus
antara lain:
Siklus I : Membuat pohon Keluarga
Siklus II : Membuat miniatur anggota keluarga
Siklus III : Membuat bebek mini
46
2) Mempersiapkan media untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, berupa playdough untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak di TK A Artha Kencana.
3) Mempersiapkan instrumen, merekam,serta menganalisis data dari
hasil proses dan hasil pelaksanaan.
4) Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil
tindakan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang
dirancang sebelumnya dan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada
saat yang bersamaan, kegiatan ini disertai dengan observasi. Proses
pelaksanaan penelitian, dilakukan dengan kegiatan bermain melalui media
playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A
Artha Kencana Kota Serang, Banten.
c. Pengamatan
Pengamatan merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh
pengamat ketika proses berlangsung. Tahap pengamatan dilakukan ketika
proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu kepada instrumen
penelitian, dan berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan
tindakan dengan rencana tindakan, disamping itu, proses pengamatan
47
melalui pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I,
siklus II, dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan yang
diinginkan.
d. Refleksi
Proses refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi
yang diperoleh dari proses penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan oleh
peneliti sebagai guru, untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan yang sudah
dilakukan. Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses,
masalah dan hambatan yang ditemukan dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Proses refleksi
ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu
keberhasilan penelitian tindakan kelas. Pada umumnya pelaksanaan proses
refleksi harus diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam, artinya begitu
selesai observasi atau pengamatan, harus langsung diadakan proses
refleksi.
D. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
1. Motorik Halus
Motorik halus adalah kemampuan anak beraktifitas dengan
menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar,
48
147). Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri
dari kemampuan umum, penargetan, memotong dan menempel dan
kemampuan menggunakan peralatan grafik yang dikhususkan pada
kemampuan meremas, memilin, mencetak, menggunting, memotong dan
menempel (Coughlin, 2000:31; Kostelnik,1993:327).
2. Playdough
Playdough yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pendapat
Einon, D (Novitasari, 2009: 13) yaitu aktivitas permainan dengan
menggunakan media dough atau bahan yang lembut, memiliki warna yang
bermacam-macam, dan mudah dibentuk dan erlengkapan yang digunakan
dalam playdough dalam penelitian ini terdiri dari bahan adonan (dough),
gunting plastik, pisau plastik, dan cetakan.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan ketika
sebelum melakukan, pada saat proses penelitian berlangsung, serta sesudah
penelitian dilakukan. Tujuan pengambilan data adalah untuk mendapatkan
informasi mengenai objek yang diteliti.Adapun teknik pengumpulan data yang
49
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data
mengunakan alat indra secara langsung atau suatu teknik yang dapat dilakukan
guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan
dan permasalahan anak. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini
mengunakan teknik observasi terstuktur. Sugiono (2007:167) mengemukakan
bahwa observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, serta kapan dan dimana
tempatnya.Format penilaian yang dirancang mengunakan alat obsevasi
berbentuk rating scale.
Observasi digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang lebih
mendalam tentang kemampuan motorik halus anak. Observasi ini dilakukan
oleh peneliti sebelum, pada saat penelitian dan sesudah diterapkannya kegiatan
belajar dengan playdough guna menstimulasi kemampuan motorik halus anak
di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.Studi dokumentasi digunakan karena dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa proses
dan hasil yang dicapai dari penerapan kegiatan belajar melalui kegiatan
50
Artha Kencana Kota Serang, Banten. Studi dokumentasi digunakan untuk
mempertegas bagaimana proses pelaksanaan kegiatan playdough pada setiap
siklusnya.
2. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 136), instrumen penelitian memiliki pengertian
sebagai berikut, yakni:
“Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki
tingkatan dalam penilaianya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu: (1) belum
dapat melakukan sendiri, (2) mampu melakukan dengan bantuan, (3) mampu
melakukan sendiri.
Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini
secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut (Margono, 2002: 157):
a. Menganalisis Variabel Penelitian
Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub
variabel/dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rinci dan jelas
sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti.
51
peneliti mengunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan
ilmiah seperti dalam CRI, DAP dan teori lainnya.
b. Menetapkan Jenis Instrumen
Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang
akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di
lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur
variable, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya
berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman observasi dalam bentuk rating scale, dan studi dokumentasi terhadap
penerapan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen
Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub
variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data.
Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus
52
Dokumentasi
Membentuk 8 Observasi, Studi Dokumentasi
Anak
Menggunting 9, 10 Observasi, Studi Dokumentasi
Anak
Memotong 11 Observasi, Studi Dokumentasi
Anak
Menempel 12 Observasi, Studi Dokumentasi
Anak
2 Playdough Perencanaan 1,2 Observasi, Studi
Penilaian 15, 16 Observasi, Studi Dokumentasi
Guru
d. Membuat Instrumen Penelitian
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya,
peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau
pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi
dalam bentuk rating scale.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
53
Tabel 3.4
Pedoman Observasi Kemampuan Motorik HalusAnak Usia 4-5 Tahun
No Indikator Kategori 1 2 3 menggunakan cetakan jari, tangan, dan anggota tubuh lainnya
54
11 Anak dapat menempel suatu bagian objek tertentu yaitu antara lain kertas, kain, atau hiasan
Sumber: Coughlin (2000: 31)
Keterangan:
1 Belum mampu melakukan sendiri 2 Mampu melakukan dengan bantuan 3 Mampu melakukan sendiri
Tabel 3.5
Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Playdough
No Indikator/Aspek Pelaksanaan Ya Tidak 1 Membuat rencana kegiatan harian (RKH)
2 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan RKH
3 Mengatur tempat duduk anak sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan
4 Mengajak anak bernyanyi dan bermain tepuk bersama-sama dikaitkan tema dan subtema
5 Menunjukkan gambar-gambar, alat peraga dan sumber belajar terkait tema dan subtema
6 Mengadakan aktivitas tanya jawab, bercakap-cakap, ilustrasi kasus atau bercerita mengenai tema dan subtema.
7 Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak baik secara individual ataupun kelompok pada tahap pendalaman dan perluasan tema dan subtema
8 Mengatur tugas yang akan dikerjakan anak
9 Membimbing anak bermain, bekerja dan berkarya baik secara individu maupun kelompok melalui playdough
10 Meminta anak untuk mengumpulkan hasil karyanya 11 Meminta anak untuk menilai hasil karyanya dan
karya temannya
12 Memotivasi anak untuk berkarya lebih baik.
13 Mengadakan tanya jawab tentang aktivitas belajar yang telah dilakukan.
14 Membimbing anak untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
55
16 Menilai pencapaian kompetensi anak
e. Judgment Instrumen
Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah
dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang
pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan untuk merevisi
instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya,
misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti
item/pernyataan dalam masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi
dan lain sebagainya.
F. Analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan
teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh
Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan
distribusi frekuensi, penjalasannya antara lain sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,
menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada
dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari
setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data
yang berupa hasil observasi mengenai penerapan playdough untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota
56
2. Pendeskripsian Data
Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi
perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik. Data yang
telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap
aspek peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana
Kota Serang, Banten yang diteliti.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi
dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada
akhir siklus satu kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan seterusnya serta
kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Adapun cara perhitungan kemampuan
motorik halus adalah dengan menggunakan distribusi frekuensi, antara lain
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak
No Kategori Interval Tally F %
a) Jumlah indikator/item dikalikan dengan nilai tertinggi (keterangan pada pedoman observasi)
12 x 3 = 36
b) Hasil perkalian dikurangi jumlah indikator/item 36 – 12 = 24
c) Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori (keterangan pada pedoman observasi)
57
Berdasarkan perhitungan data di atas maka jumlah interval yang akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 8. Interval untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
Kategori BM = 12-19, DP = 20-27, BB = ≥ 28
2) Menggisi Tally dan Frekuensi (F)
Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan motorik halus yang terdapat pada lampiran.
3) Mencari Persentase
Persentase kemampuan motorik halus anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P =
X F
X 100%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi playdough dalam
menstimulasi kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana,
dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan motorik halus anak di A TK Artha Kencana sebelum
penerapan playdough masih belum terstimulasi secara optimal hal ini
ditandai dengan belum terlihatnya keterampilan anak dalam aktivitas gerak
yang memerlukan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus
yang belum terstimulasi diantaranya kemampuan meremas, memilin,
mencetak, membentuk, menggunting, memotong dan menempel objek.
2. Playdough yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana dilaksanakan dalam 4
siklus. Adapun prosedur untuk setiap siklusnya yaitu membuat rancangan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan, melakukan observasi dan terakhir
melakukan refleksi. Tema yang digunakan untuk siklus kesatu dan kedua
adalah Keluargaku sedangkan untuk siklus ketiga dan keempat adalah
Binatang. Observasi pada siklus pertama menggambarkan adanya
peningkatan yang cukup baik terkait kemampuan motorik halus anak,
begitupun dengan hasil observasi pada siklus kedua, ketiga dan keempat.
3. Kemampuan motorik halus anak setelah diterapkannya playdough
141
keempat. Kemampuan motorik halus anak yang mengalami peningkatan
diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk,
memtong dan menempel objek.
4. Kelemahan dan keterbatasan penelitian ini yaitu kurang maksimalnya
penyediaan sarana dalam pelaksanaan playdough, pengkondisian kelas
yang belum maksimal, dan penelitian ini cenderung terfokus pada kegiatan
playdough dan pencapaian kemampuan motorik halus yang hanya dapat
distimulasi oleh playdough saja, sehingga kurang memperhatikan
kemampuan motorik halus yang lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa
hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan
motorik halus anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan
memberikan kesempatan bagi anak untuk berpaktrik melalui kegiatan
yang menarik, salah satunya melalui playdough.
b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan playdough dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak, misalnya dengan
memaksimalkan media yang akan digunakan dalam penerapan
142
yang beraneka warna, gunting, pisau, cetakan, roller, dan lain
sebagainya.
2. Bagi Pengelola Kelompok A TK Artha Kencana
a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain
anak yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik
halus anak.
b. Pengelola hendaknya dapat mengikutsertakan pendidik untuk
mengikuti pelatihan demi untuk meningkatkan profesionalisme
pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media
pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara
lebih mendalam lagi terhadap penerapan playdough untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan playdough yang lebih
baik lagi dengan memvariasikan jenis kegiatan dan alat permainan
DAFTAR PUSTAKA
Amung Ma’mun, Yudha. M. Saputra. (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar
Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikn dan Kebudayaan.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Beaty, J. (1994). Observing Development of The Young Children. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.
Coughlin, P. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Jakarta: Children Resources International. Inc.
Depdiknas. (2007). Kurikulum TK Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Direktorat PAUD. (2006). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
Hurlock, B.E. (1978). Perkembangan Anak, Edisi keenam Penerjemah Muslidah Zarkasih Jakarta: Erlangga.
Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kostelnik, M.K, Soderman A.K, dan Whiren A.P. (1993). Developmentally Apropriate Curriculum: Best Practice in Early Childhood Education. New Jersey: Prentice Hall.
Kurniati, Euis. (2008). Konsep Dasar Bermain. Bandung: Depdiknas dan Universitas Pendidikan Indonesia.
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Novitasari, N. (2009). Efektivitas Media Playdough Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Gunung Berapi Dalam Mata Pelajaran IPA. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: IKAPI.
Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud.
Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.