• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI KEMAMPUAN MOTORIK HALUS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

01/PGPAUD/01/2013

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Menempuh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

ATIH FATMAWATI 0801496

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

01/PGPAUD/01/2013

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul, “Implementasi Playdough dalam Menstimulasi Kemampuan Motorik Kasar Anak” adalah sepenuhnya karya

saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya

orang lain. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keilmuan

dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya

ini.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan,

Atih Fatmawati

(3)

01/PGPAUD/01/2013

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh

Atih Fatmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Atih Fatmawati

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

01/PGPAUD/01/2013

LEMBAR PENGESAHAN

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh:

ATIH FATMAWATI 0801496

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Rudiyanto, M.Si NIP. 19740617 199903 1 003

Pembimbing II

Cucu Eliyawati, M.Pd NIP. 19701022 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

01/PGPAUD/01/2013

“Allah memberikan ilmu dan kebijaksanaan kepada siapa saja yang

dikehendaki-Nya. Siapa yang memperoleh ilmu dan kebijaksanaan,

maka sungguh mendapatkan kebaikan yang banyak, dan hanya

orang-orang yang berimanlah yang dapat

merasakan nikmat Allah”

(Q.S Al-Baqarah: 260)

“Ketika tangan ini suatu saat nanti mulai lelah menggenggam

asa, seandainya pundak ini sudah tak kuasa menahan beban,

maka keyakinan hatilah yang akan kujadikan tumpuan. Aku

yakin dan aku harus yakin aku pasti bisa, karena menurut kata

hatiku, keberhasilan bukanlah suatu kebetulan tapi merupakan

suatu hal yang harus kuperjuangkan.

(Mierunique)

Kupersembahkan karya ini

sebagai tanda baktiku kepada Ayah dan Ibu

(6)

IMPLEMENTASI PLAYDOUGH DALAM MENSTIMULASI

KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten Tahun Ajaran 2012-2013)

Atih Fatmawati 0801496

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan masalah yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana, Kota Serang Banten. Permasalahan tersebut menuntut perlunya suatu solusi baik berupa pendekatan, metode atau model pembelajaran untuk menanganinya. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran melalui playdough. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana sebelum diterapkan playdough?, (2) Bagaimana penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana?, (3) Bagaimana kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana setelah diterapkan playdough?. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak Kelompok A TK Artha Kencana.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas pada anak Kelompok A TK Artha Kencana sebanyak 13 orang anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan pelaksanaan beberapa tahapan diantaranya reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Kondisi awal kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana masih belum terstimulasi secara maksimal, dengan persentase keterampilan dalam kategori sebesar 69%, masih dalam proses 31% dan kategori berkembang baik 0%, namun setelah penerapan playdough, kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan yang cukup baik. Persentase kemampuan motorik halus yang berada dalam kategori belum muncul sebesar 0%, tahap dalam proses sebesar 8% dan berkembang baik sebesar 92%.

Rekomendasi yang diberikan untuk pendidik anak usia dini yaitu playdough ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

(7)

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GRAFIK ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Metode Penelitian ...

E. Manfaat Penelitian ...

F. Sistematika Penelitian ... i

BAB II KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN PLAYDOUGH. ...

A. Konsep Perkembangan Motorik ...

1. Pengertian Perkembangan Motorik ...

2. Lingkup Perkembangan Motorik ...

3. Prinsip Perkembangan Motorik ...

4. Pengaruh dan Fungsi Keterampilan Motorik ...

5. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik...

(8)

B. Konsep Bermain dan Permainan ...

C. Konsep Playdough ...

1. Pengertian Pemainan Dough ...

2. Manfaat Pemainan Dough ...

3. Kelebihan Playdough ...

4. Langkah-langkah Playdough ...

D. Penelitian yang Relevan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...

B. Desain Penelitian ...

C. Metode Penelitian ...

D. Penjelasan Istilah ...

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...

F. Analisis Data ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ...

1. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha

Kencana Sebelum diterapkan Playdough ...

2. Penerapan Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan

Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana ...

a. Proses Penerapan Playdough pada Siklus I ...

b. Proses Penerapan Playdough pada Siklus II ...

c. Proses Penerapan Playdough pada Siklus III ...

d. Proses Penerapan Playdough pada Siklus IV ...

3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha

(9)

B. Pembahasan ...

1. Kondisi Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha

Kencana Sebelum diterapkan Playdough ...

2. Penerapan Playdough dalam Meningkatkan Kemampuan

Motorik Halus Anak TK A Artha Kencana ...

3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak TK A Artha

Kencana Setelah diterapkan Playdough ... 127

127

132

138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

RIWAYAT HIDUP

140

140

141

143

(10)

DAFTAR TABEL

TABEL

2.1 Perkembangan Halus Motorik Anak Usia 3-5 Tahun (CRI) ...

2.2 Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 2-5 Tahun (DAP) ...

3.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Artha Kencana ...

3.2 Daftar Peserta Didik TK Artha Kencana ...

3.3 Kisi-kisi Instrumen ...

3.4 Pedoman Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak ...

3.5 Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Permain Dough ...

3.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak ...

4.1 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...

4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...

4.3 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...

4.4 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...

4.5 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...

4.6 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...

4.7 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...

4.8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...

4.9 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...

4.10 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...

4.11 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...

4.12 Persentase Kategori Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...

4.13 Skor Penilaian Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...

4.14 Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...

(11)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK

4.1 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Pra Siklus ...

4.2 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus I ...

4.3 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus II ...

4.4 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus III ...

4.5 Persentase Kemampuan Motorik Halus Anak Siklus IV ...

4.6 Grafik Keseluruhan Kemampuan Motorik Halus Anak ... 64

78

94

108

122

(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

A. Lampiran Pra Siklus ...

B. Lampiran Siklus I ...

C. Lampiran Siklus II ...

D. Lampiran Siklus III ...

E. Lampiran Siklus IV ...

F. Lampiran Surat ... 145

161

182

203

224

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun

mental yang paling pesat. Pertumbuhan dan perkembangan telah dimulai sejak

prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel syaraf otak, sebagai

modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan. Setelah lahir

tidak terjadi lagi pembentukan sel syaraf otak, tetapi hubungan antar sel syaraf

otak (sinap) terus berkembang. Begitu pentingnya usia dini, hingga terdapat

beberapa teori yang menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan

telah tercapai, dan 80% pada usia delapan tahun, sehingga anak usia dini

memerlukan stimulasi yang tepat melalui pendidikan anak usia dini

(Suyanto,2005:7).

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berdasarkan Undang-Undang RI

Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan (Depdiknas, 2007:39).

Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang dikembangkan melalui

PAUD meliputi fisik-motorik, intelektual, moral, emosional, sosial, bahasa, dan

(15)

2

Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan adalah aspek

perkembangan motorik. Perkembangan motorik merupakan perkembangan

pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan

otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978:150). Perkembangan motorik meliputi

perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan

gerakan yang menggunakan otot-otot besar seperti berjalan, berlari, melompat,

dan lain sebagainya, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang

menggunakan otot-otot halus seperti menulis, melipat, menggunting, dan lain

sebagainya (Suyanto, 2005:51).

Berbagai kemampuan yang dimiliki anak usia dini dalam menggunakan

otot-otot fisiknya baik otot halus maupun otot kasar dapat menimbulkan rasa

percaya diri pada anak bahwa anak mampu menguasai kemampuan motorik.

Kemampuan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda dalam

penyesuaiaan sosial dan pribadi anak, karena kemampuan motorik ini memiliki

dua fungsi yaitu membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan untuk

membantu mendapatkan penerimaan sosial (Syaodih, 2005: 31).

Anak harus mampu mempelajari dan menguasai kemampuan motorik yang

memungkinkan anak mampu melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri untuk

mencapai kemandirian. Kemampuan ini meliputi kemampuan makan, memakai

baju, mandi, dan merawat diri sendiri, dan untuk mendapatkan penerimaan sosial,

anak dituntut untuk mampu melakukan berbagai kemampuan seperti membantu

pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah, menguasai keterampilan sekolah seperti

(16)

3

kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas bermain bola, memanjat atau

melempar (Syaodih, 2005:31).

Berbagai kemampuan motorik di atas, selayaknya dikuasai anak pada

masa kanak-kanak, karena pada diri anak akan terbentuk rasa percaya diri,

memilki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya,

sebaliknya bila anak tidak mampu menguasai kemampuan motorik tersebut, anak

cenderung akan merasa putus asa, tidak percaya diri, merasa diri tidak bisa

melakukan apa-apa yang pada akhirnya dapat membentuk penyesuaiaan sosial

dan pribadi yang buruk (Syaodih, 2005:31-32).

Pernyataan di atas memperkuat asumsi bahwa anak perlu mendapatkan

kesempatan untuk menggunaan kemampuan motoriknya. Tantangan bagi guru

atau pendidik adalah menciptakaan kondisi pembelajaran yang kondusif bagi

proses perkembangan kemampuan motorik anak. Upaya yang dapat dilakukan

oleh pendidik atau guru untuk meningkatkan kemampuan motorik anak adalah

melalui kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan yang menyenangkan dan

dinyatakan sebagai wahana belajar bagi anak adalah bermain (Direktorat PAUD,

2006:5).

Bermain merupakan wahana belajar bagi anak, karena selain merupakan

kegiatan yang menyenangkan, melalui bermain anak juga dapat mengungkapkan

gagasan-gagasan secara bebas dalam hubungannya dengan lingkungan. Kegiatan

bermain dapat memberikan kesempatan pada anak-anak untuk mengekspresikan

dorongan-dorongan pada sistem motorik halusnya, serta kesempatan dalam

(17)

4

cara-cara baru, namun untuk mencapai tujuan tersebut (meningkatkan kemampuan

motorik halus), dibutuhkan intensitas permainan yang baik dan berkualitas.

Senada dengan pernyataan tersebut, dalam pasal 31 konferesi hak-hak anak

dinyatakan bahwa bermain bagi anak merupakan faktor yang paling berpengaruh

dalam periode perkembangan yang meliputi dunia fisik, sosial, dan sistem

komunikasi (Tedjasaputra, 2001: 16).

Sugianto (Kurniati, 2008: 11) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan

yang terjadi secara ilmiah pada anak dan juga membantu anak-anak untuk

memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam taraf berpikir maupun

perasaan. Selain itu, salah satu fungsi bermain yang diuraikan oleh Kamtini dan

Tanjung adalah nilai fisik dan kesehatan. Melalui bermain anak dapat melatih

mengembangkan otot-otot dan bagian tubuh lainnya yang akan menyehatkan diri

anak. Bermain juga dapat meningkatkan motorik kasar dan motorik halus anak.

Salah satu aktivitas permainan yang diasumsikan dapat meningkatkan

keterampilan motorik halus anak adalah permainan dengan menggunakan dough

atau yang dikenal dengan istilah playdough. Aktivitas playdough dapat

memberikan kesenangan anak pada anak terutama ketika anak membentuk

kombinasi yang baru dengan alat permainannya. Aktivitas playdough juga tidak

akan membuat anak menjadi malas, karena anak akan terus menerus

menggunakan daya imajinasinya untuk membuat bentuk-bentuk yang baru dan

unik, selain itu, aktivitas playdough ini memerlukan kelenturan dan keterkaitan

(18)

5

sederhana dan tidak mahal, karena media aktivitas ini dapat dibuat sendiri dari

bahan yang sederhana, ekonomis, dan mudah didapat.

Anak usia dini pada dasarnya memiliki potensi kemampuan motorik halus,

namun dalam tingkatan yang bervariasi, seperti halnya yang dialami oleh anak

dikelas A Taman Kanak-kanak (TK) Artha Kencana Kota Serang Banten tahun

ajaran 2012-2013. Setelah dilakukan observasi, kemampuan motorik halus anak di

kelas A tersebut cenderung masih belum terstimulasi secara optimal, hal ini

ditandai sebagian besar anak yang belum mampu melakukan gerakan motorik

halus seperti mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas, memegang

benda dengan satu tangan dan menggunakan gunting untuk memotong

bentuk-bentuk sederhana, melipat sederhana, meremas, mencetak, memilin, dan kegiatan

yang memerlukan kemampuan motorik halus lainnya, sehingga peneliti

bermaksud melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk membantu guru atau

pendidik di kelas A TK Artha Kencana untuk mengatasi permasalahan terkait

kemampuan motorik halus anak tersebut melalui kegiatan yang menyenangkan.

Upaya yang akan dilakukan peneliti dan pendidik dalam mengatasi

permasalahan terkait motorik halus anak tersebut yaitu melalui aktivitas

playdough, karena selama ini aktivitas playdough cenderung jarang dilaksanakan

dan merupakan alternatif pembelajaran yang relatif baru di TK A Artha Kencana,

selain itu aktivitas playdough ini diasumsikan dapat menstimulasi kemampuan

(19)

6

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini

memfokuskan kajian dengan judul Implementasi Playdough dalam

Menstimulasi Kemampuan Motorik Halus Anak”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan ke dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana

sebelum diterapkan playdough?

2. Bagaimana penerapan playdough dalam meningkatkan motorik halus anak

di TK A Artha Kencana?

3. Bagaimana kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana

setelah diterapkan playdough?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana

sebelum diterapkan playdough.

2. Mengetahui penerapan playdough dalam meningkatkan kemampuan

motorik halus anak di TK A Artha Kencana.

3. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana

(20)

7

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Anak

Membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus

melalui kegiatan yang menyenangkan.

2. Bagi Guru

Sebagai masukan dan gambaran mengenai pelaksanaan playdough

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

3. Bagi Sekolah

Sebagai rujukan dalam pengembangan atau penyediaan sarana dan

prasarana yang menunjang terhadap pelaksanaan playdough dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus peserta didik.

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB yang

rangkuman pembahasannya adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan stuktur

(21)

8

2. Bab II Landasan Teori

Bab ini membahas tentang konsep kemampuan motorik halus anak

yang terdiri dari definisi motorik halus, perkembangan motorik halus,

tahapan/karakteristik perkembangan motorik halus anak, pengembangan

motorik halus anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

motorik halus anak, sedangkan untuk konsep playdough terdiri dari pengertian

playdough, langkah-langkah pembuatan dough, alat-alat playdough, manfaat

playdough, dan kelebihan playdough.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang metode penelitian yang digunakan untuk

melakukan penelitian, yakni metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang

terdiri dari metode penelitian yang digunakan, prosedur penelitian, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dsan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang

pertanyaan-pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, yang di dapatkan dari

(22)

9

5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan, serta rekomendasi yang bermanfaat bagi peneliti yang akan

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah

kelompok A TK Artha Kencana, yang beralamat di Jalan Karya Bakti II,

Kelurahan Sumur Pecung, Kecamatan Serang, Kabupaten Serang, Propinsi

Banten. Secara garis besar profil singkat mengenai TK Artha Kencana antara

lain sebagai berikut:

a. Sejarah Singkat TK Artha Kencana

TK Artha Kencana didirikan pada tahun 1979 atas usulan dari

masyarakat sekitar karena di lokasi tersebut belum terdapat arena bermain

bagi anak-anak terutama usia dini. TK Artha Kencana di dirikan oleh

kantor KPKN dan yang menjadi kepala sekolah pertama adalah Ibu

Suharti. Suasana TK Artha Kencana cukup nyaman, asri, kondusif, tenang,

dan sudah memiliki fasilitas yang cukup memadai. TK Artha Kencana telah

terakreditasi dengan nilai B (Baik) pada tahun tahun 2007.

b. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di Artha Kencana lebih banyak menggunakan

metode pembelajaran klasikal, dan cenderung menekankan pada bidang

pengembangan persiapan ke jenjang pendidikan sekolah dasar seperti

(24)

39

c. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan di Artha Kencana antara lain

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Nama Pendidikan Jabatan

1 Nurlaela SPd, MM S2 Kepala Sekoah

2 Hj. Ratna Fatimah S.Pd S1 Waki Kepala Sekolah

3 Kulsum S.Pd S1 Guru

4 Mujiati nufus S.Pd S1 Guru

5 Ending aprianita S.Hi S1 Guru

6 Mulyati A.ma D2 Guru

7 Maya sofa SMA Guru

Sumber: Arsip TK Artha Kencana

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik di TK Artha Kencana kelas A

yang berjumlah 12 orang yang terdiri dari anak perempuan sebanyak 9 orang,

sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 4 orang. Adapun daftar peserta didik

yang menjadi subjek dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.2

Daftar Peserta Didik Kelompok A TK Artha Kencana

No Nama Anak Jenis Kelamin

1 Ami Perempuan

2 Anir Perempuan

3 Arasyi Laki-laki

4 Desta Laki-laki

(25)

40

6 Hanan Perempuan

7 Haris Laki-laki

8 Lira Perempuan

9 Rannaz Perempuan

10 Tasya Perempuan

11 Tia Perempuan

12 Yuri Perempuan

13 Zalfa Perempuan

Sumber: Arsip TK Artha Kencana

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (classroom

action research) model Kemmis dan MC Taggart. Adapun jenis penelitian ini

menggunakan PTK partisipan karena dalam penelitian ini peneliti terlibat secara

langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir.

Sesuai dengan pernyataan Muslihudin (2009: 73), bahwa sejak perencanaan

penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat,

dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan

hasil penelitiannya.

Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan

Mc Taggart (Asrori, 2007: 68) menyebutkan empat komponen penelitian tindakan

kelas dengan model siklus, yaitu perencanaan (planning), tindakan(action),

pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Desain tersebut dapat dilihat

(26)

41

Gambar 3.1

Siklus Kemmis dan Mc Taggart Observasi

Observasi Observasi

Identifikasi

Tindakan

Refleksi

Tindakan Refleksi

Tindakan

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Perencanaan I

Perencanaan III

(27)

42

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul di lapangan

yaitu kurang terstimulasinya kemampuan motorik halus anak di TK A Artha

Kencana Kota Serang, Banten Tahun ajaran 2012/2013. Pelaksanaan penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha

Kencana yang dilakukan oleh peneliti, bekerjasama dengan guru, dengan

merencanakan dan memilih tindakan dalam upaya mengembangkan kemampuan

motorik halus anak secara berkesinambungan sehingga diharapkan dapat

mengembangkan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik dan

kemampuan motorik halus anak pun dapat tercapai dengan optimal.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

model Kemmis dan Mc Taggart. Adapun jenisnya yaitu PTK kolaborasi karena

dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru dalam proses penelitian

sejak awal sampai penelitian tersebut berakhir. Sesuai dengan pernyataan

Muslihudin (2009: 73), bahwa sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa

terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu

menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

Sebuah penelitian tindakan kelas tidak terlepas dari prosedur penelitian

yang digunakan sebagai dasar tindakan. Prosedur penelitian tindakan kelas

menurut Muslihuddin (2009: 50) adalah sebagai berikut:

“Penelitian tindakan kelas secara berurutan dimulai dengan perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana, tindakan, observasi, refleksi.Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan

(28)

43

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan melibatkan pihak

sekolah dan peneliti yang nantinya secara kolaboratif menyelesaikan

permasalahan yang ada didalam kelas melalui sebuah pembelajaran yang

menggunakan playdough. Melalui kolaborasi ini diharapkan dapat menemukan

solusi serta melakukan beberapa tindakan secara langsung dengan memanfaatkan

lingkungan dan media yang ada, dengan tujuan meningkatkan kemampuan

motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten tahun ajaran

2012/2013.

Prosedur penelitian bertujuan untuk mencapai hasil dan proses yang

terstruktur dengan baik. Tahapan-tahapan yang harus dicapai guna pencapaian

hasil dan kegiatan proses tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan awal yang menjadi titik tolak

adanya sebuah penelitian.Identifikasi masalah ini lahir dari latar belakang

masalah penelitian.Pada tahap pengidentifikasian masalah ini, peneliti berusaha

mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek penelitian.Adapun teknik

yang digunakan oleh peneliti dalam proses ini adalah observasi langsung ke

TK A Artha Kencana Kota Serang, Bantenyang dijadikan tempat penelitian.

Hal yang menjadi fokus observasi adalah kemampuan motorik halus anak yang

ada diTK A Artha Kencana Kota Serang, Banten serta proses pembelajarannya.

Hasil observasi tersebut kemudian dicatat kedalam catatan, secara apa adanya

(29)

44

beberapa anak yang mempunyai kemampuan motorik halus dibawah rata-ratadi

TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah

yang dilakukan sebelumnya. Tahapan pengumpulan data ini difokuskan kepada

kemampuan motorik halus anak, serta proses pembelajaran yang dilakukan.

Adapun data yang diambil adalah cara guru mengajar, permasalahan

kemampuan motorik halus anak, media atau sumber belajar yang digunakan,

serta kesulitan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kemampuan

motorik halus anak.

3. Penyusunan Rencana Tindakan

Tahapan penyusunan rencana adalah proses penyusunan strategi yang

akan digunakan untuk proses tindakan selanjutnya. Sebuah perencanaan

penelitian yang matang akan menghasilkan proses dan tujuan yang terfokus

serta hipotesis penelitian yang mempunyai keabsahan data. Penyusunan

rencana dilakukan sebagai langkah untuk memperbaiki proses pembelajaran

serta hasil dari kegiatan tersebut, yaitu perkembangan motorik halus anak.

4. Proses Pelaksanaan Tindakan

Tahap dari proses pelaksanaan tindakan pembelajaran untuk

(30)

45

Serang, Banten dilaksanakan setelah peneliti mengetahui fokus permasalahan.

Peneliti dan guru melaksanakan tindakan melalui sebuah aktivitas bermain

dengan menggunakan playdough. Pelaksanan tindakan ini bergunadan berperan

dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak TK A Artha

Kencana Kota Serang, dan dilaksanakan dalambeberapa siklus hingga hasil

yang diharapkan tercapai.

Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang

atau revisi terhadap pelaksanaan siklus sebelumnya untuk melanjutkan ke

siklus berikutnya. Setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan

kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.

Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai rencana pelaksanaan tindakan pada

setiap siklus antara lain:

a. Perencanaan (Planning)

1) Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan

tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Satuan Kegiatan

Harian (SKH). Adapun perencanaan untuk masing-masing siklus

antara lain:

Siklus I : Membuat pohon Keluarga

Siklus II : Membuat miniatur anggota keluarga

Siklus III : Membuat bebek mini

(31)

46

2) Mempersiapkan media untuk digunakan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, berupa playdough untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak di TK A Artha Kencana.

3) Mempersiapkan instrumen, merekam,serta menganalisis data dari

hasil proses dan hasil pelaksanaan.

4) Membuat pedoman observasi untuk mengamati proses dan hasil

tindakan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang

dirancang sebelumnya dan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada

saat yang bersamaan, kegiatan ini disertai dengan observasi. Proses

pelaksanaan penelitian, dilakukan dengan kegiatan bermain melalui media

playdough dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A

Artha Kencana Kota Serang, Banten.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan oleh

pengamat ketika proses berlangsung. Tahap pengamatan dilakukan ketika

proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu kepada instrumen

penelitian, dan berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan

tindakan dengan rencana tindakan, disamping itu, proses pengamatan

(32)

47

melalui pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I,

siklus II, dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan yang

diinginkan.

d. Refleksi

Proses refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi

yang diperoleh dari proses penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan oleh

peneliti sebagai guru, untuk mendiskusikan hasil dari kegiatan yang sudah

dilakukan. Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses,

masalah dan hambatan yang ditemukan dan dilanjutkan dengan refleksi

terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Proses refleksi

ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu

keberhasilan penelitian tindakan kelas. Pada umumnya pelaksanaan proses

refleksi harus diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam, artinya begitu

selesai observasi atau pengamatan, harus langsung diadakan proses

refleksi.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

1. Motorik Halus

Motorik halus adalah kemampuan anak beraktifitas dengan

menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar,

(33)

48

147). Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri

dari kemampuan umum, penargetan, memotong dan menempel dan

kemampuan menggunakan peralatan grafik yang dikhususkan pada

kemampuan meremas, memilin, mencetak, menggunting, memotong dan

menempel (Coughlin, 2000:31; Kostelnik,1993:327).

2. Playdough

Playdough yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pendapat

Einon, D (Novitasari, 2009: 13) yaitu aktivitas permainan dengan

menggunakan media dough atau bahan yang lembut, memiliki warna yang

bermacam-macam, dan mudah dibentuk dan erlengkapan yang digunakan

dalam playdough dalam penelitian ini terdiri dari bahan adonan (dough),

gunting plastik, pisau plastik, dan cetakan.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan ketika

sebelum melakukan, pada saat proses penelitian berlangsung, serta sesudah

penelitian dilakukan. Tujuan pengambilan data adalah untuk mendapatkan

informasi mengenai objek yang diteliti.Adapun teknik pengumpulan data yang

(34)

49

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dimaksudkan untuk memperoleh data

mengunakan alat indra secara langsung atau suatu teknik yang dapat dilakukan

guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan

dan permasalahan anak. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini

mengunakan teknik observasi terstuktur. Sugiono (2007:167) mengemukakan

bahwa observasi terstuktur adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, serta kapan dan dimana

tempatnya.Format penilaian yang dirancang mengunakan alat obsevasi

berbentuk rating scale.

Observasi digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang lebih

mendalam tentang kemampuan motorik halus anak. Observasi ini dilakukan

oleh peneliti sebelum, pada saat penelitian dan sesudah diterapkannya kegiatan

belajar dengan playdough guna menstimulasi kemampuan motorik halus anak

di TK A Artha Kencana Kota Serang, Banten.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik.Studi dokumentasi digunakan karena dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa proses

dan hasil yang dicapai dari penerapan kegiatan belajar melalui kegiatan

(35)

50

Artha Kencana Kota Serang, Banten. Studi dokumentasi digunakan untuk

mempertegas bagaimana proses pelaksanaan kegiatan playdough pada setiap

siklusnya.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 136), instrumen penelitian memiliki pengertian

sebagai berikut, yakni:

“Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki

tingkatan dalam penilaianya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu: (1) belum

dapat melakukan sendiri, (2) mampu melakukan dengan bantuan, (3) mampu

melakukan sendiri.

Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini

secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut (Margono, 2002: 157):

a. Menganalisis Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub

variabel/dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rinci dan jelas

sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti.

(36)

51

peneliti mengunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan

ilmiah seperti dalam CRI, DAP dan teori lainnya.

b. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian yang

akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan data di

lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan untuk mengukur

variable, sub variabel atau indikator yang telah ditentukan sebelumnya

berdasarkan teori. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman observasi dalam bentuk rating scale, dan studi dokumentasi terhadap

penerapan playdough untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel, sub

variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan sumber data.

Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus

(37)

52

Dokumentasi

Membentuk 8 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Menggunting 9, 10 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Memotong 11 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

Menempel 12 Observasi, Studi Dokumentasi

Anak

2 Playdough Perencanaan 1,2 Observasi, Studi

Penilaian 15, 16 Observasi, Studi Dokumentasi

Guru

d. Membuat Instrumen Penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya,

peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item atau

pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan. Jenis

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi

dalam bentuk rating scale.

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

(38)

53

Tabel 3.4

Pedoman Observasi Kemampuan Motorik HalusAnak Usia 4-5 Tahun

No Indikator Kategori 1 2 3 menggunakan cetakan jari, tangan, dan anggota tubuh lainnya

(39)

54

11 Anak dapat menempel suatu bagian objek tertentu yaitu antara lain kertas, kain, atau hiasan

Sumber: Coughlin (2000: 31)

Keterangan:

1 Belum mampu melakukan sendiri 2 Mampu melakukan dengan bantuan 3 Mampu melakukan sendiri

Tabel 3.5

Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Playdough

No Indikator/Aspek Pelaksanaan Ya Tidak 1 Membuat rencana kegiatan harian (RKH)

2 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan RKH

3 Mengatur tempat duduk anak sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan

4 Mengajak anak bernyanyi dan bermain tepuk bersama-sama dikaitkan tema dan subtema

5 Menunjukkan gambar-gambar, alat peraga dan sumber belajar terkait tema dan subtema

6 Mengadakan aktivitas tanya jawab, bercakap-cakap, ilustrasi kasus atau bercerita mengenai tema dan subtema.

7 Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak baik secara individual ataupun kelompok pada tahap pendalaman dan perluasan tema dan subtema

8 Mengatur tugas yang akan dikerjakan anak

9 Membimbing anak bermain, bekerja dan berkarya baik secara individu maupun kelompok melalui playdough

10 Meminta anak untuk mengumpulkan hasil karyanya 11 Meminta anak untuk menilai hasil karyanya dan

karya temannya

12 Memotivasi anak untuk berkarya lebih baik.

13 Mengadakan tanya jawab tentang aktivitas belajar yang telah dilakukan.

14 Membimbing anak untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

(40)

55

16 Menilai pencapaian kompetensi anak

e. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang telah

dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli di bidang

pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan untuk merevisi

instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatannya,

misalnya dengan membuang instrumen yang tidak perlu, mengganti

item/pernyataan dalam masing-masing indikator, perbaikan isi atau redaksi

dan lain sebagainya.

F. Analisis data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan

teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif yang dikembangkan oleh

Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan

distribusi frekuensi, penjalasannya antara lain sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus,

menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data mentah yang ada

dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari

setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data

yang berupa hasil observasi mengenai penerapan playdough untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana Kota

(41)

56

2. Pendeskripsian Data

Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah direduksi

perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi dan grafik. Data yang

telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap

aspek peningkatan kemampuan motorik halus anak di TK A Artha Kencana

Kota Serang, Banten yang diteliti.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi

dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada

akhir siklus satu kesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan seterusnya serta

kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Adapun cara perhitungan kemampuan

motorik halus adalah dengan menggunakan distribusi frekuensi, antara lain

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Distribusi Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Anak

No Kategori Interval Tally F %

a) Jumlah indikator/item dikalikan dengan nilai tertinggi (keterangan pada pedoman observasi)

12 x 3 = 36

b) Hasil perkalian dikurangi jumlah indikator/item 36 – 12 = 24

c) Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori (keterangan pada pedoman observasi)

(42)

57

Berdasarkan perhitungan data di atas maka jumlah interval yang akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 8. Interval untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Kategori BM = 12-19, DP = 20-27, BB = ≥ 28

2) Menggisi Tally dan Frekuensi (F)

Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan motorik halus yang terdapat pada lampiran.

3) Mencari Persentase

Persentase kemampuan motorik halus anak dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

X F

X 100%

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi playdough dalam

menstimulasi kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana,

dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan motorik halus anak di A TK Artha Kencana sebelum

penerapan playdough masih belum terstimulasi secara optimal hal ini

ditandai dengan belum terlihatnya keterampilan anak dalam aktivitas gerak

yang memerlukan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus

yang belum terstimulasi diantaranya kemampuan meremas, memilin,

mencetak, membentuk, menggunting, memotong dan menempel objek.

2. Playdough yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak di Kelompok A TK Artha Kencana dilaksanakan dalam 4

siklus. Adapun prosedur untuk setiap siklusnya yaitu membuat rancangan

pembelajaran, melaksanakan kegiatan, melakukan observasi dan terakhir

melakukan refleksi. Tema yang digunakan untuk siklus kesatu dan kedua

adalah Keluargaku sedangkan untuk siklus ketiga dan keempat adalah

Binatang. Observasi pada siklus pertama menggambarkan adanya

peningkatan yang cukup baik terkait kemampuan motorik halus anak,

begitupun dengan hasil observasi pada siklus kedua, ketiga dan keempat.

3. Kemampuan motorik halus anak setelah diterapkannya playdough

(44)

141

keempat. Kemampuan motorik halus anak yang mengalami peningkatan

diantaranya kemampuan meremas, memilin, mencetak, membentuk,

memtong dan menempel objek.

4. Kelemahan dan keterbatasan penelitian ini yaitu kurang maksimalnya

penyediaan sarana dalam pelaksanaan playdough, pengkondisian kelas

yang belum maksimal, dan penelitian ini cenderung terfokus pada kegiatan

playdough dan pencapaian kemampuan motorik halus yang hanya dapat

distimulasi oleh playdough saja, sehingga kurang memperhatikan

kemampuan motorik halus yang lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan diatas, terdapat beberapa

hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan

motorik halus anak melalui pembelajaran yang menyenangkan dan

memberikan kesempatan bagi anak untuk berpaktrik melalui kegiatan

yang menarik, salah satunya melalui playdough.

b. Guru hendaknya dapat mengoptimalkan penerapan playdough dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus anak, misalnya dengan

memaksimalkan media yang akan digunakan dalam penerapan

(45)

142

yang beraneka warna, gunting, pisau, cetakan, roller, dan lain

sebagainya.

2. Bagi Pengelola Kelompok A TK Artha Kencana

a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain

anak yang dapat menstimulasi perkembangan kemampuan motorik

halus anak.

b. Pengelola hendaknya dapat mengikutsertakan pendidik untuk

mengikuti pelatihan demi untuk meningkatkan profesionalisme

pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media

pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara

lebih mendalam lagi terhadap penerapan playdough untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan playdough yang lebih

baik lagi dengan memvariasikan jenis kegiatan dan alat permainan

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Amung Ma’mun, Yudha. M. Saputra. (2000). Perkembangan Gerak dan Belajar

Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikn dan Kebudayaan.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Beaty, J. (1994). Observing Development of The Young Children. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.

Coughlin, P. (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Jakarta: Children Resources International. Inc.

Depdiknas. (2007). Kurikulum TK Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Direktorat PAUD. (2006). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Luar Sekolah Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.

Hurlock, B.E. (1978). Perkembangan Anak, Edisi keenam Penerjemah Muslidah Zarkasih Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B.E. (1980). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Kostelnik, M.K, Soderman A.K, dan Whiren A.P. (1993). Developmentally Apropriate Curriculum: Best Practice in Early Childhood Education. New Jersey: Prentice Hall.

Kurniati, Euis. (2008). Konsep Dasar Bermain. Bandung: Depdiknas dan Universitas Pendidikan Indonesia.

Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novitasari, N. (2009). Efektivitas Media Playdough Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Gunung Berapi Dalam Mata Pelajaran IPA. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

(47)

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: IKAPI.

Sumantri. (2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud.

Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Gambar

TABEL
Grafik Keseluruhan Kemampuan Motorik Halus Anak ..........................
GAMBAR
Tabel 3.2 Daftar Peserta Didik Kelompok A TK Artha Kencana
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui origami pada anak Kelompok A TK Kusuma Baciro Gondokusuman Yogyakarta. Jenis

Kemampuan motorik halus anak masih rendah berdasar pengamatan dalam kegiatan yang melibatkan motorik halus, sebagian besar anak masih banyak dibantu melalui

Tetapi dalam kenyataannya di TK Pertiwi Talakbroto, Simo, Boyolali tahun pelajaran 2013/2014 kemampuan motorik halus anak masih rendah terbukti dengan koordinasi mata

Subjek dalam penelitian adalah 24 anak usia 4-5 tahun (Kelompok A) di TK Ibnul Qoyyim Sleman. Objek penelitian ini berupa keterampilan motorik halus. Teknik pengumpulan data

(3) Peran guru dalam merencanakan pembelajaran dalam menstimulasi motorik halus pada anak usia 5- 6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal III Kecamatan Pontianak Tenggara yaitu

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B TK Pamardisiwi Muja-Muju dapat ditingkatkan melalui kegiatan

Hal tersebut sudah sangat terbukti dengan diadakan penelitian tentang keterampilan motorik halus anak melalui permainan Kubuk Manuk di kelompok A TK ABA Nur-Huda,

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus melalui origami pada anak Kelompok A TK Kusuma Baciro Gondokusuman Yogyakarta. Jenis