• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI KECAMATAN CIBEUNYING KALER KOTA BANDUNG TAHUN 1995-2008 :kajian sosial ekonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI KECAMATAN CIBEUNYING KALER KOTA BANDUNG TAHUN 1995-2008 :kajian sosial ekonomi."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 638/UN.40.2.3/PL/2011

Perkembangan Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung Tahun 1995-2008

Kajian Sosial-ekonomi

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

Kanisius Nico Demus (043877)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ABSTRAK

(3)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Metodologi dan Teknik Penelitian ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI ... 17

2.1 Ruang Lingkup Industri Kecil ... 18

2.2 Peranan Pemerintah Terhadap Industri Kecil di Indonesia ... 25

2.3 Kinerja Industri Kecil di Indonesia sekitar periode 1995-2008 ... 30

2.4 Kewirausahaan ... 33

2.5 Perubahan Sosial ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Persiapan Penelitian ... 47

3.1.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 47

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 48

3.1.3 Mengurus Perizinan ... 49

3.1.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ... 50

3.1.5 Proses Bimbingan ... 50

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 51

3.2.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 51

3.2.1.1 Pengumpulan Sumber Tertulis ... 52

3.2.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan ... 54

3.2.2 Kritik Sumber ... 58

3.2.2.1 Kritik Eksternal ... 59

3.2.2.2 Kritik Internal... 60

3.2.3 Interpretasi ... 62

3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 63

BAB IV PERKEMBANGAN INDUSTRI KAOS SABLON DI CIBEUNYING KALER ... 66

A. Deskripsi Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 67

1. Kondisi Geografis dan Sosial Ekonomi di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 67

a. Kondisi Geografis dan Administrasi Masyarakat Cibeunying Kaler ... 67

b. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Cibeunying Kaler ... 68

(4)

b. Proses Pemasaran ... 77

B. Hasil Penelitian ... 81

1. Latar Belakang Berdirinya Industri Kaos Sablon ... 81

2. Dinamika Industri Kaos Sablon di Kecamatan Cibeunying Kaler ... 82

3. Tenaga Kerja Industri Kaos Sablon ... 85

4. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha dan Pemerintah Dalam Mempertahankan Keberadaan Industri Kaos Sablon ... 86

5. Dampak Industri Kaos Sablon Terhadap Masyarakat Cibeunying Kaler ... 89

a. Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Kaos Sablon ... 89

b. Tingkat Kesejahteraan Pengusaha Kaos Sablon ... 93

c. Kewiraswastaan Masyarakat Cibeunying Kaler Dengan Adanya Industri Kaos Sablon ... 98

C. Pembahasan ... 100

1. Latar Belakang Berdirinya Industri Kaos Sablon... 100

2. Perkembangan Industri Kaos Sablon…………...………..102

3. Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengusaha dan Pemerintah……….103

a. Upaya Yang Dilakukan Pengusaha……….103

b. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah………...…103

4. Dampak Industri Kaos Sablon Terhadap Masyarakat Cibeunying Kaler Kota Bandung………106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

5.1 Kesimpulan ... 120

5.2 Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 127

DAFTAR NARASUMBER ... 131

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional sebagai usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam pelaksanaannya diharapkan berdampak positif untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tetapi, disisi lain tidak dapat dihindari munculnya berbagai kerawanan sosial sebagai akibat pengaruh lingkungan, baik yang beraspek nasional maupun regional serta berbagai masalah potensial mengandung kerawanan yang bila tidak diwaspadai, pada gilirannya akan menjadi hambatan bagi pembangunan itu sendiri. Kehidupan Kota besar seperti Bandung, yang serba sibuk dengan kegiatan regional, nasional maupun internasional, menampakan adanya kemajuan yang sangat pesat dan positif, namun disisi lain pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, modernisasi, arus urbanisasi, dan industrialisasi menyebabkan kehidupan masyarakat Bandung menjadi kompleks. Sehingga memerlukan akselerasi-akselerasi yang dinamis.

(6)

menjadi pangkal tolak bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengejar keuntungan komersial yang cenderung individualitis disebabkan terjadinya persaingan yang sangat kompetitif. Terkait dengan hal tersebut, munculnya berbagai skala industri merupakan bagian yang penting dalam pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik (Saripudin, 2005:166). Pembinaan masyarakat dari non Industri menuju masyarakat Industri dinilai sebagai usaha atau peranan baik dari pemerintah setempat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Pada kenyataannya, penduduk Kota Bandung memiliki kepadatan yang cukup tinggi, di mana terdapat “slum” area yang banyak dijumpai di Kota Bandung karena taraf kehidupannya relatif rendah. Jumlah penduduk Kota bandung yang sanngat besar. Kondisi ini mengandung konsekuensi, beratnya beban bagi sebuah kota, yang selaku menjadi tujuan urbanisasi dari berbagai pelosok tanah air. Dalam bukunya, payaman j. simanjuntak menjelaskan bahwa :

(7)

Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan dikehendaki. Setidak-tidaknya pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimimpinnya, yang kemudian dituangkan dalam suatu perencanaan untuk selanjutnya dilaksanakan. Pembangunan mungkin hanya menyangkut satu bidang kehidupan saja, namun juga mungkin dilakukan secara simultan terhadap pelbagai bidang kehidupan yang saling berkaitan ( Soerjono Soekanto, 1990:488 ). Bukan suatu hal yang mustahil, dengan adanya pembangunan yang telah dirancang, maka akan mengakibatkan terjadinya dampak pada masyarakat tersebut, pembangunan untuk masyarakat mungkin merupakan suatu pembaharuan yang memerlukan difusi yakni penyebaran unsur-unsur pembangunan tersebut, sampai warga masyarakat memutuskan untuk menerimanya.

Diungkapkan oleh Nursid Sumaatmaja (1998) pada bukunya dengan judul Manusia Dalam Konteks Sosial Budaya Dan Lingkungan Hidup. Menjelaskan

bahwa:

(8)

mengarah ke arah pada hal-hal yang negatif, dapat terjadi secara spontan tanpa rencana, serta dapat juga melalui perencanaan. Jika perubahan sosial itu

direncanakan ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka proses itu dapat dikonsepkan sebagai “pembangunan”.

Kota Bandung, pada saat ini tentunya tidak sama dengan Kota Bandung 20 tahun kebelakang, di mana sudah banyak kemajuan yang sangat pesat. Industri kecil menengah adalah suatu lahan baru dalam kemajuan yang terjadi di Kota bandung, banyaknya industri kecil menengah di Kota Bandung yang bermula dari tahun 1980-an, menyebabkan menjamurnya industri kecil menengah di Kota Bandung, baik dari usaha makanan, pakaian, sepatu, bahkan alat-alat lainnya yang mampu menjadi suatu barang yang bisa digunakan oleh para konsumen.

Memasuki dekade 90-an, Kota Bandung terkenal akan industri konveksinya yang terletak di sepanjang jalan (khususnya) Surapati sampai Cicaheum Kecamatan cibeunying kaler. Hampir di sisi kiri maupun kanan jalan banyak industri rumah tangga yang menawarkan jasa pembuatan baju dengan design yang tersendiri, bukan hanya penyediaan jasa pensablonan baju saja yang ditawarkan, pihak tersebut pun menawarkan berbagai jasa yang berkaitan dengan urusan sablon-menyablon ataupun kegiatan jasa yang berkaitan dengan industri konveksi. Industri konveksi yang berada di sekitaran jalan Surapati adalah industri konveksi yang pertama kali muncul diKota bandung.

(9)

mengalami pasang surutnya kegiatan ekonomi, letaknya yang strategis membuat banyak orang yang mencoba menanamkan modalnya untuk mencoba peruntungan dalam industri ini, Menurut Meredith 1984 dalam Partomo dan Soedjoeno (2004 : 70) wiraswastawan adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan-tindakan yang tepat guna memastikan sukses selanjutnya. Baik masyarakat sekitar maupun pendatang yang ingin mencoba mencari peruntungan di Kota Bandung.

Krisis yang sempat melanda di tahun 1997 ternyata tidak turut serta membuat industri konveksi di surapati ini mengalami gulung tikar, walau tidak dipungkiri banyak para pengusaha yang mengalami gulung tikar dikarenakan melambungnya harga-harga bahan pokok yang berkaitan dengan industri konveksi itu sendiri, baik dari bahan dasar kaos, tinta, benang jahit serta ongkos para pekerja yang bekerja didalamnya. Sentra industri konveksi Surapati tidak dipungkiri lagi memberi kontribusi yang besar tidak saja dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut tetapi juga proses pembangunan kota Bandung sebagai daerah otonom.

(10)

untuk bergerak dalam bisnis ini. Sehingga bisa saja dalam waktu singkat industri konveksi yang berada di sekitaran jalan Surapati ini mengalami gulung tikar.

Industri konveksi di daerah Surapati ini di pelopori oleh C-59 ( Caladi 59) yang berdiri pada tahun 1980-an. Perkembangan industri konveksi yang terjadi di daerah Surapati secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan, baik untuk masyarakat setempat ataupun orang-orang yang ingin mencoba peruntungannya di Surapati itu sendiri. Perkembangan industri konveksi itu sendiri sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari yang namanya pihak ketiga, banyaknya peranan yang “bermain” di industri konveksi ini akan membutuhkan banyaknya tenaga kerja

yang dibutuhkan. Industri ini mengalami perkembangan pada tahun 1980-an yang ditandai dengan semakin banyaknya jumlah industri konveksi.

(11)

Dengan karakter kewirausahaan para pengusaha konveksi di Surapati tidak hanya mampu mempertahankan usahanya dalam persaingan yang ketat, sehingga bukan hal yang mustahil bahwa banyak juga para pemilik konveksi yang berani untuk membuat label dari industri yang bergerak dalam industri baju yang telah mapan demi bertahannya industri konveksi yang mereka miliki. Disamping hal tersebut, kemampuan bertahan industri konveksi ketika krisis ekonomi tidak terlepas dari sikap adaptasi mereka yang sangat tinggi untuk melakukan suatu proses penyesuaian-penyesuaian terhadap bisnis yang sedang mereka jalankan.

Keberadaan industri konveksi di Surapati Kecamatan Cibeunying Kaler tidak hanya mengakibatkan perubahan dalam bidang ekonomi, tetapi juga telah mengubah keadaan sosial masyarakat setempat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Surapati didasarkan pada hubungan yang bersifat tradisional, antara lain faktor kekerabatan dan gotong royong, dianggap sangat penting dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Hal ini akan berpengaruh terhadap interaksi dan kelangsungan hidup masyarakat Surapati itu sendiri. Keberadaan industri konveksi ini telah memberikan kontribusi bagi perubahan sosial ekonomi masyarakat Surapati. Perubahan ekonomi dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu tingkat kesejahteraan masyarakat Khususnya pendatang. meliputi keuntungan yang didapatkan oleh para pengusaha dan pendapatan pekerja pada industri konveksi ini. Perubahan dalam bidang sosial adalah bertambahnya golongan baru di dalam masyarakat, tingkat pendidikan, dan adanya perubahan gaya hidup.

(12)

Kota Bandung pada tahun 1995-2010. Beberapa alasan yang membuat penulis mengambil perkembangan industri konveksi di Suci ini. Pertama, belum ada skripsi yang membahas mengenai perkembangan industri konveksi di kota Bandung dalam kurun waktu 1995-2010 dan dampaknya terhadap masyarakat industri konveksi Surapati Kota Bandung khususnya di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Kedua, industri konveksi surapati merupakan salah satu sentra konveksi di Kota bandung yang mampu bertahan ketika krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketiga,kehadiran industri konveksi di Surapati merupakan salah satu industri yang telah menyerap tenaga kerja, walaupun baru dalam skala pendidikan formal rendah, dan belum mampu menyerap tenaga kerja dilingkungan daerah Surapati itu sendiri, tapi bagaimanapun juga telah ikut mengurangi pengangguran.

(13)

– Cicaheum tetap menjadi salah satu sentra industri konveksi terpusat di Kota

Bandung.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam mengenai industri konveksi di Surapati - Cicaheum Kota Bandung. Permasalahan dan fokus kajian tersebut akan dikaji “Dinamika Industri

Konveksi di kecamatan Cibeunying Kaler kelurahan Sukaluyu dan Kelurahan

Cihaurgeulis Kota Bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji. Permasalahan utama yang menjadi pokok kajiannya adalah “Keberadaan Industri konveksi di Surapati ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat

di sekitar. Banyaknya tenaga kerja usia produktif yang berada di sekitaran jalan

Surapati dapat tersaingi oleh para pendatang yang berasal dari daerah luar

khususnya (Garut, Tasikmalaya, Banjar dan lain-lain.)”.

Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mengacu pada permasalahan utama, maka penulis berusaha merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi awal industri konveksi di Surapati Kecamatan Cibeunying kaler Kota Bandung ?

(14)

3. Bagaimanakah dampak dari perkembangan industri konveksi di Surapati -Cicaheum

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah, sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perkembangan awal industri konveksi di Surapati Kota Bandung sejak didirikannya. Di sini penulis berusaha untuk menggali dan memaparkan awal berdirinya industri konveksi ini, sehingga bisa dikenal luas oleh masyarakat dan sampai saat ini masih menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat dan pendatang di kecamatan Cibeunying kaler. 2. Mengungkapkan kondisi industri konveksi di Surapati pada tahun 1995

sampai dengan tahun 2010, melalui berbagai faktor untuk melihat peningkatan dan penurunan industri ini, dan memberikan gambaran secara lebih jelas lagi baik itu faktor modal, tenaga kerja, maupun faktor produksi lainnya sampai dengan pemasarannya.

3. Menjelaskan dampak industri konveksi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Bandung pada tahun 1995-2010 sebagai suatu pola interaksi pengembangan industri kecil di Surapati.Memaparkan kehidupan masyarakat kecamatan Cibeunying kaler kelurahan Cihaur Geulis dan Sukaluyu.

(15)

Penelitian skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Bagi dunia ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khazanah keilmuan sejarah. Sedangkan bagi mereka yang menaruh perhatian terhadap perkembangan Industri Kecil Menengah, penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan yang akan memperkaya khazanah pengetahuan tentang peranan IKM dalam perekonomian Indonesia. Keunggulan yang dimiliki IKM khususnya industri konveksi di Surapati dapat menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan bahan perbandingan dan inspirasi dalam pengembangan perusahaan kecil yang lebih fleksibel menghadapi berbagai kondisi perekonomian perusahaan besar.

1.5. Metodologi dan Teknik Penelitian

Metode adalah suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007 : 13). Metode ilmiah dikatakan sebagai suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode historis yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Metode historis yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986 : 32).

(16)

1. Heuristik, yaitu suatu kegiatan untuk mencari, menemukan atau mengumpulkan data serta fakta. Pada tahapan ini penulis mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan yang akan dibahas. Sumber sejarah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis terdiri dari buku, artikel, dan lain sebagainya. Selain menggunakan sumber tertulis, penulis juga menggunakan sumber lisan dengan pendekatan sejarah lisan sebagai sumber primer. Sumber lisan diperoleh dengan mewawancarai saksi atau pelaku sejarah yang sezaman sebagai narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi atas permasalahan yang dikaji.

2. Kritik atau analisis, yaitu menganalisis secara kritis sumber-sumber yang telah diperoleh dengan menyelidiki serta menilai apakah sumber-sumber yang telah terkumpul sesuai dengan masalah penelitian baik isi maupun bentuknya. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga di peroleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

(17)

Setelah melalui beberapa proses yang selektif maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini. 4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil

penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi (Ismaun, 2005 : 48-51).

Adapun pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan interdisipliner yakni pendekatan yang menggunakan satu disiplin ilmu sosial yang dominan, yang ditunjang dan dilengkapi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya, antara lain ekonomi dan sosiologi.

Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam upaya mengumpulkan informasi tentang penulisan skripsi ini, penulis akan melakukan teknik-teknik penelitian sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan. Sebagai langkah awal penulis mengumpulkan sumber-sumber yang sesuai dengan fokus kajian penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber atau literatur. Setelah itu penulis menganalisis setiap sumber yang diperoleh dengan membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain, sehingga diperoleh data-data yang penulis anggap otentik, kemudian data-data tersebut penulis paparkan dalam bentuk karangan naratif yaitu skripsi.

(18)

3. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan interview langsung. Wawancara yang penulis lakukan dalam rangka melakukan penelitian ini terdiri dari beberapa responden diantaranya yaitu pengusaha konveksi, pekerja konveksi, tokoh masyarakat, instansi desa, dan lain-lain.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika dari penulisa skripsi ini adalah :

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, metode penulisan serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

(19)

penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang penulis uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan.

3. Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini, penulis memaparkan metode yang digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Semua prosedur serta tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penelitian berakhir harus diuraikan secara rinci dalam bab ini. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam memberikan arahan dalam pemecahan masalah yang akan dikaji.

4. Bab IV Perkembangan Industri Konveksi kelurahan sukaluyu dan kelurahan cihaurgeulis dan Dampaknya terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

(20)

5. Bab V Kesimpulan dan Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Gottschlak, L. (1986). Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung : Historia Utama Press.

Partomo, T.S dan Soedjoeno, A.R. (2004). Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan Perubahan Sosial. Bandung : Masagi Foundation.

Simanjuntak, Payaman J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sjamsuddin, Helius. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Rajawali Press.

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali pers.

Suryaatmadja, N. 1986. Perspektif Study Sosial. Bandung: PT Alumni.

Wawancara :

Bapa Yan Hotman ( pemilik hoki studio )

Ujang ( makelar panama studio )

(22)

Arif ( penjahit hoki studio )

Why boasteth thyself

Oh, evil men

Playing smart

And not being clever?

I said, you're working iniquity

To achieve vanity (if a-so a-so)

But the goodness of Jah, Jah

I-dureth for-I-ver

So if you are the big tree

We are the small axe

Ready to cut you down (well sharp)

To cut you down

These are the words

Of my master, keep on tellin' me

(23)

Shall prosper

And whosoever diggeth a pit

Shall fall in it, fall in it

And whosoever diggeth a pit

Shall fall in it (... fall in it)

If you are the big tree, let me tell you that

We are the small axe, sharp and ready

Ready to cut you down (well sharp)

To cut you down

(To cut you down)

(To cut you down)

These are the words

Of my master, tellin' me that

No weak heart

Shall prosper

And whosoever diggeth a pit

Shall fall in it, uh, bury in it

And whosoever diggeth a pit

Shall bury in it, uh (... bury in it)

If you are the big, big tree

We are the small axe

Ready to cut you down (well sharp)

(24)

If you are the big, big tree, let me tell you that Woman hold her head and cry,

'Cause her son had been shot down in the street and died From a stray bullet.

Woman hold her head and cry; Explaining to her was a passerby Who saw the woman cry (cry) Wondering how can she work it out,

Now she knows that the wages of sin is death, yeah! Gift of Jah is life. (life)

She cried: Ah-um, I - I know!

"Johnny was a good man," I - I know! (never did a thing wrong) "Johnny was a good, good, good, good, good, good, good, good, good, good, good man", (Johnny was good man)

she cried - she crie-ie-ie-ie-ie-ie-ie-ied!

Wo-ooh! Woman hold her head and cry,

As her son had been shot down in the street and died Just because of the system. (system)

Woman hold her head and cry; Comforting her I was passing by. She complained, then she cry:

Oh-ooh-wo-ah, cry (ah-ah), yeah, I know now (ah-ah), no I know, I know now: (Johnny was a good man)

(25)

Ah! Ah! (Johnny was a good man)

Can a woman tender care, she cried, (Never did a thing wrong) Cease towards the child she bear? (Johnny was a good man) Wo-ho-ho-ooh! Woman cry, woman - (Never did a thing wrong) She cried, wo-oh! She cried, yeah! (Johnny was a good man) Can a woman tender care

Cease towards the child she bear? (Never did a thing wrong) Wo-now, cry! (Johnny was a good man)

Bob Marley

Lihat Profil

Beri Komentar

Kirim ke Teman

Cetak Lirik

Koreksi Lirik

(26)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul “Perkembangan Industri Kaos sablon di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau metode sejarah dengan menggunakan studi literatur dan wawancara sebagai teknik penelitiannya.

(27)

43

sosial ekonomi masyarakat tersebut pada tahun 1995-2008. Dalam mengkaji permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu. Penggunaan pendekatan interdisipliner maksudnya ialah dalam menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarah menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya (Ismaun, 2005 :198).

Didalam metode historis terdapat langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis untuk melakukan penulisan mengenai permasalahan dalam penelitian ini :

(28)

44

b. Kritik, yakni menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah. Tujuan yang hendak dicapai dalam tahapan ini adalah untuk dapat menilai sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan dikaji dan membandingkan dengan data-data yang diperoleh dari sumber-sumber primer maupun sekunder dan disesuaikan dengan tema atau judul penulisan skripsi ini. Penilaian terhadap sumber sumber sejarah meliputi dua segi yaitu kritik ekstern dan kritik intern.

c. Interpretasi, yakni penanggapan terhadap fakta-fakta sejarah yang dipunguti dari sumber sejarah. Fakta sejarah yang telah ditemukan kemudian dihubungkan dengan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Setelah melalui beberapa proses yang selektif maka fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini.

d. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi (Ismaun, 2005 : 48-51).

Menurut Kuntowijoyo (2003 : 62), dalam melaksanakan penelitian sejarah terdapat 5 (lima) tahap yang harus dilakukan, yaitu :

1. Pemilihan topik 2. Pengumpulan sumber

3. Verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber) 4. Interpretasi

5. penulisan

(29)

45

dan dokumen serta dilengkapi wawancara dengan narasumber yang relevan dengan masalah yang dikaji. Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data didasarkan atas pertimbangan bahwa periode kajian penelitian ini masih memiliki kesempatan didapatkannya sumber lisan mengenai perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008 dan dampaknya terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Pertimbangan lain adalah pelaku mengalami, menyaksikan, melihat dan merasakan sendiri peristiwa yang terjadi pada masa lampau, khususnya peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini.

Untuk mempertajam analisis dalam penulisan maka penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Arti dari pendekatan interdisipliner disini adalah suatu pendekatan yang meminjam konsep pada ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi dan antropologi. Konsep-konsep yang dipinjam dari ilmu sosiologi seperti status sosial, peranan sosial, perubahan sosial, mobilitas sosial dan lainnya. Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah yang akan dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas (Sjamsuddin, 1996: 201).

(30)

46

3.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terdapat beberapa hal yang penulis lakukan dalam tahap ini. Langkah awal dari proses ini adalah penentuan metode dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Teknik yang digunakan adalah studi literatur, dokumentasi dan wawancara.

Penulis mencari sumber tertulis yang relevan dan ada korelasinya dengan permasalahan yang dikaji baik dari buku-buku maupun artikel. Persiapan penelitian yang dilakukan terdiri dari langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain:

3.1.1. Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap penelitian dan pengajuan tema penelitian merupakan tahap awal penelitian dengan mengajukan rancangan penelitian pada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Penulis mengajukan tema mengenai sejarah lokal

yang kemudian dijabarkan dalam judul ”Perkembangan Industri Kaos sablon

di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial Ekonomi)” kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI. Rancangan penelitian tersebut dipresentasikan dalam seminar proposal pada hari Rabu tanggal 10 September 2010, setelah judul dan rancangan penelitian disetujui maka dilakukan pengesahan penelitian yang ditetapkan dengan surat keputusan oleh TPPS dan ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Nomor 074/TPPS/JPS/2010.

(31)

47

Pada tahap ini merupakan salah satu langkah awal sebelum melakukan penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Rancangan ini merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam melakukan penelitian. Penulis mulai mengumpulkan data dan fakta mengenai tema yang akan dikaji. Penulis melakukan pencarian bahan pustaka dan wawancara sebagai sumber data. Selanjutnya, setelah memperoleh data dan fakta yang sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji, rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam bentuk proposal skripsi. Pada dasarnya sistematika dari proposal rencana penelitian ini memuat:

a. Judul Penelitian.

b. Latar belakang Masalah.

c. Rumusan dan Pembatasan Masalah Penelitian. d. Tujuan Penelitian.

e. Tinjauan Pustaka

f. Metodologi Penelitian dan Teknik Penelitian g. Sistematika Penulisan.

h. Daftar Pustaka

Proposal ini kemudian dipertimbangkan dan disetujui setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dengan judul “Perkembangan Industri Kaos sablon di Surapati Kota bandung Tahun 1995-2008 (Kajian Sosial

Ekonomi)”.

(32)

48

Mengurus perizinan dilakukan untuk memperlancar proses penelitian. Perizinan yang dimaksud berbentuk surat keterangan dan surat pengantar kepada personal ataupun instansi-instansi terkait. Surat ini dibuat sebagai bukti yang dapat menjelaskan dan memperkuat bahwa penulis merupakan salah satu mahasiswa yang sedang melakukan penelitian skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), legalitas surat ini telah ditandatangani oleh Pembantu Rektor I atas nama Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, sebagai bentuk rekomendasi dari Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI. Adapun surat izin penelitian tersebut ditujukan kepada:

1. Badan Pusat Statistik Kota bandung,

2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota bandung, 3. Kecamatan Cibeunying kaler

4. Kelurahan Sukaluyu 5. Kelurahan Cihaurgeulis 6. Pemilik Industri Kaos sablon,

7. Tokoh Masyarakat di kawasan Surapati.

3.1.4. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

(33)

49

maksimal, perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik. Adapun perlengkapan yang dibutuhkan selama penelitian diantaranya:

1. Surat izin dari Dekan FPIPS UPI, 2. Instrumen wawancara,

3. Alat perekam, 4. Alat Tulis, 5. Kamera foto.

3.1.5. Proses Bimbingan

Bimbingan merupakan proses konsultasi penelitian laporan penelitian yang dilakukan dengan pembimbing I dan II. Dalam proses penulisan skripsi ini npenulis dibimbing oleh dosen pembimbing I yaitu Didin Saripudin Ph.D , dan pembimbing II Lely Yulifar M.pd, sesuai dengan ketetapan dalam seminar proposal. Bimbingan ini sangat diperlukan sebagai langkah yang tepat dalam proses penyusunan laporan penelitian dan berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dihadapi sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan ketentuan. Proses bimbingan dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu dengan menentukan waktu pelaksanaan bimbingan yang dilakukan secara berkesinambungan.

(34)

50

memecahkan permasalahan yang dihadapi penulis. Setiap hasil bimbingan dicatat dalam sebuah buku bimbingan yang memuat secara rinci hasil bimbingan pada setiap pertemuan dan lembar bimbingan yang formatnya telah ditentukan oleh Jurusan Pendidikan Sejarah berisi hasil bimbingan secara garis besar. Oleh sebab itu, bimbingan sangat diperlukan sebagai upaya yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi yang sedang dilaksanakan oleh penulis.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan faktor yang penting dalam rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini penulis menempuh beberapa tahapan seperti heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat dari uraian di bawah ini.

3.2.1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Tahap ini merupakan langkah awal bagi penulis dalam proses mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang diperlukan dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini. Sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang langsung maupun tidak langsung menceritakan atau memberikan gambaran kepada kita tentang suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 73). Untuk mempermudah dalam

pengumpulan sumber sejarah yang berkaitan dengan “Perkembangan Industri

(35)

51

Ekonomi)”, maka pengumpulan sumber tersebut dilakukan melalui dua tahapan yaitu mencari dan mengumpulkan sumber tertulis dan sumber lisan. Sumber tertulis diperlukan dalam penelitian ini sebagai rujukan, sedangkan sumber lisan digunakan apabila sumber tertulis mengenai permasalahan yang dikaji dirasa masih kurang, oleh karenanya penulis menjadikan sumber lisan sebagai rujukan. Dalam penulisan skripsi ini penulis lebih banyak menggunakan sumber lisan. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber tertulis yang mengkaji tentang masalah perkembangan industri kaos sablon, selain itu karena waktu kajian dalam penelitian ini adalah pada tahun 1995-2008 memungkinkan masih terdapat narasumber yang bisa memberikan keterangan tentang perkembangan industri kaos sablon dan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Cibeunying Kaler.

3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis

Pada tahap ini dilakukan pencarian terhadap berbagai macam sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis berupa buku-buku, artikel, dokumen serta beberapa skripsi yang dapat membantu memecahkan persoalan yang dikaji. Sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan kemudian dibaca dan dikaji sehingga diperoleh data yang relevan dengan perkembangan industri kaos sablon Surapati Kota bandung tahun 1995-2008.

(36)

52

Perindustrian dan Perdagangan dan Kantor pemerintahan Surapati. Di tempat-tempat tersebut penulis memperoleh informasi yang berkaitan perkembangan industri kecil menengah. Lebih jelasnya, buku-buku yang diperoleh dari beberapa perpustakaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Perpustakaan UPI, ditempat ini penulis menemukan sumber-sumber yang mengkaji tentang perkembangan industri kecil menengah di Indonesia dan kajian mengenai sosiologi. Buku-buku tersebut membantu penulis dalam memahami karakteristik industri kecil Indonesia. Buku yang dianggap sangat berhubungan dengan permasalahan penelitian diantaranya adalah buku yang berjudul Manajemen industri, Usaha Kecil Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting dan Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan

Koperasi.

2. Perpustakaan Daerah Kota bandung, penulis memperoleh buku mengenai Usaha kecil menengah dan kewiraswastaan. Buku yang penulis anggap penting adalah buku Sukses di Ekonomi Liberal bagi Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota bandung, penulis memperoleh data kondisi geografis dan peta Kota bandung, data jumlah penduduk serta jumlah industri di Kecamatan Cibeunying Kaler.

(37)

53

5. Kantor Kecamatan Cibeunying kaler, penulis memperoleh data mengenai letak dan kondisi geografis Surapati serta kehidupan sosial dan tingkat pendidikan, jumlah industri, jumlah tenaga kerja serta jumlah penduduk Surapati tahun 1995-2010.

3.2.1.2. Pengumpulan Sumber Lisan

Pengumpulan sumber lisan dilakukan dengan mencari narasumber yang dianggap relevan dan dapat memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Proses mencari narasumber tersebut dilakukan dengan cara mendatangi instansi terkait seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan yang dapat memberikan informasi secara umum mengenai perkembangan industri di Kecamatan Cibeunying Kaler. Kemudian penulis juga mendatangi kantor Kelurahan yang memberikan informasi mengenai perkembangan industri kaos sablon. Langkah selanjutnya penulis mendatangi industri kaos sablon di Surapati untuk memperoleh narasumber baik dari pemilik maupun pekerja industri kaos sablon serta tokoh masyarakat setempat.

(38)

54

lainnya, sehingga kurang memungkinkan untuk dilaksanakannya wawancara secara simultan. Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan atas dua jenis, yaitu:

1. Wawancara terstruktur atau berencana yaitu wawancara yang berdasarkan pada pedoman wawancara yang terdapat dalam instrumen penelitian, terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya dengan maksud untuk mengontrol dan mengukur isi wawancara supaya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan. Semua responden yang diseleksi untuk diwawancarai diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan tata urutan yang seragam.

2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak terencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang tetap yang harus dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat, 1994: 138).

Dalam teknis pelaksanaannya, penulis menggabungkan kedua cara tersebut yaitu dengan mencoba menyusun daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian diikuti dengan wawancara yang tidak terstruktur yaitu penulis memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar wawancara lebih terfokus, data lebih mudah diperoleh serta narasumber lebih bebas untuk mengungkapkan segala sesuatu yang diketahuinya.

(39)

55

bercerita tentang berbagai peristiwa yang dialaminya, disaksikannya, dilihatnya bahkan dirasakannya.

Sebelum melakukan wawancara, penulis dan narasumber menentukan waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Selain itu penulis menyiapkan berbagai perlengkapan untuk merekam dan mencatat semua informasi yang dipaparkan oleh narasumber. Narasumber pertama yang penulis kunjungi ialah Bapa wiwid salah seorang pelopor berdirinya industri kaos sablon di Surapati. Pertanyaan yang penulis ajukan terhadap narasumber adalah sejarah berdirinya industri kaos sablon di Surapati, seputar perkembangan industri kaos sablon di Surapati, dan bagaimana upaya beliau mempertahankan industri kaos sablon yang cenderung sangat labil karena kondisi perekonomian seperti krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997.

(40)

56

Narasumber ketiga adalah beberapa orang yang bekerja pada industri kaos sablon dari beberapa generasi, diantaranya ibu entik (penjahit) dan slamet ( tukang sablon ), rahmat dan gino (pekerja tahun 2000an). Pertanyaan yang penulis ajukan terhadap narasumber banyak berkaitan dengan bagaimana gambaran kehidupan para buruh industri kaos sablon dilihat dari tingkat kesejahteraan. Disamping itu pertanyaan yang penulis ajukan diantaranya adalah hubungan buruh dan majikan serta dampak yang dirasakan dengan keberadaan industri kaos sablon.

Narasumber keempat adalah tokoh mayarakat diantaranya yaitu Bapak alfonius merupakan sesepuh warga surapati dan ibu Amin, sehingga dapat diajukan pertanyaan mengenai kondisi dan kebiasaan masyarakat di kawasn Surapati, khususnya karena peranan dari keberadaan industri kaos sablon. Selain tokoh masyarakat penulis juga menjadikan masyarakat Surapati yang berada di sekitar industri kaos sablon sebagai narasumber. Pertanyaan yang diajukan terhadap narasumber adalah mengenai keberadaan industri kaos sablon di Surapati dari tahun 1995 sampai 2008 terhadap masyarakat sekitar.

(41)

57

tahun 1997 terjadi krisis ekonomi dilihat dari aspek permodalan, tenaga kerja, peralatan, proses produksi dan pemasaran, serta bagaimana peranan dari keberadaan industri kaos sablon terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar.

3.2.2. Kritik Sumber

Setelah melakukan langkah pertama, yaitu heuristik (pengumpulan sumber) baik pengumpulan sumber tertulis maupun sumber lisan, penulis kemudian melakukan tahapan selanjutnya yaitu kritik sumber. Dalam tahap ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber tertulis maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk dinilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan dan keobjektifannya.

Dalam bukunya Sjamsuddin (2007: 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber tersebut yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah di ubah ?

3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya ? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten, apakah ia mengetahui fakta ?

(42)

58

Kegiatan ini perlu dilakukan mengingat semua data yang diperoleh dari sumber tertulis atau lisan tidak mempunyai tingkat kebenaran yang sama.

Data dan informasi yang telah penulis peroleh diselidiki kesesuaian, keterkaitan dan keobjektifannya secara eksternal maupun internal. Kritik sumber sangat penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber. Pengujian tersebut mengenai kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan. Dengan demikian dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan. Fungsi kritik bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007: 132). Kritik sumber terbagi dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal.

3.2.2.1. Kritik Eksternal

Berikut adalah pengertian kritik eksternal menurut Sjamsuddin,

Kritik eksternal adalah cara pengujian sumber terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah secara terinci. Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 133-134).

(43)

59

Pada tahap ini diupayakan semaksimal mungkin untuk melakukan penelitian sumber tertulis. Adapun sumber-sumber tertulis tersebut adalah buku-buku, artikel, dan arsip-arsip atau dokumen-dokumen. Seluruh sumber sejarah yang dipakai sebagai sumber tulisan memberikan informasi berupa data yang diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, hingga pada akhirnya diperoleh fakta yang kredibel tentang perkembangan industri kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008.

Kritik eksternal juga dilakukan terhadap sumber lisan dilakukan oleh penulis dengan melakukan pengidentifikasian terhadap narasumber, apakah betul mengetahui dan mengalami peristiwa sejarah yang sedang dikaji oleh penulis. Untuk itu diperhatikan faktor usia, kondisi fisik dan prilaku narasumber, apakah mengatakan yang sebenarnya (jujur) dan yang terpenting adalah daya ingat narasumber, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikannya. Narasumber yang penulis kunjungi memiliki usia yang tidak terlalu tua, sehingga daya ingatnya masih kuat. Di samping itu, narasumber juga mengetahui sejarah dan perkembangan industri kaos sablon yang sedang penulis kaji.

3.2.2.2. Kritik Internal

Berikut adalah pengertian kritik internal menurut Sjamsuddin,

(44)

60

Kritik internal adalah cara pengujian dari isi sumber sejarah. Penulis melakukan kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis untuk memperoleh fakta secara objektif. Kritik internal terhadap sumber tertulis tersebut dilakukan dengan membandingkan antara sumber-sumber yang telah terkumpul dan menentukan sumber yang relevan dan akurat dengan permasalahan yang dikaji.

Selain melakukan kritik terhadap sumber tertulis, penulis pun melakukan kritik terhadap sumber lisan. Hal yang pertama kali dilakukan adalah identifikasi terhadap narasumber yang diwawancarai. Identifikasi tersebut dilakukan dengan cara memilih tokoh yang layak diwawancarai, mengamati usia dan daya ingat para narasumber agar didapat informasi yang akurat, serta dengan membandingkan hasil wawancara dari narasumber yang satu dengan narasumber yang lainnya (cross checking) untuk meminimalisir subjektivitas dalam penulisan sejarah. Hal yang perlu diperhatikan disini adalah kredibilitas narasumber dalam menyampaikan informasi. Seperti yang diungkapkan oleh Lucey bahwa kredibilitas narasumber dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasinya seperti usia, watak, pendidikan dan kedudukan (dikutip oleh Sjamsuddin, 2007: 115).

(45)

61

kajian yang penulis teliti yaitu tahun 1995-2008. Selain itu, penulis juga mewawancarai tenaga kerja kaos sablon, tokoh masyarakat serta masyarakat sekitar tentang tanggapannya untuk mengetahui seberapa jauh peranan industri kaos sablon terhadap masyarakat Surapati.

3.2.3. Interpretasi

Setelah menyelesaikan tahapa kritik sumber, langkah selanjutnya yang penulis lakukan adalah interpretasi. Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences). Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya bukti-bukti sejarah (evidences) dan fakta-fakta sebagai saksi-saksi sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang disaksikannya dari realitas masa lampau. Interpretasi merupakan proses pemberian penafsiran terhadap fakta atau data yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini, fakta-fakta yang telah dikumpulkan dipilih dan diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang dikaji sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam Bab I.

(46)

62

kaos sablon di Surapati tahun 1995-2008 yang telah terkumpul disusun dan kemudian ditafsirkan sehingga menjadi sebuah rekonstruksi imajinatif yang diharapkan dapat memberikan penjelasan terhadap inti masalah penelitian.

Dalam melaksanakan tahapan ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan suatu bentuk pendekatan dalam sejarah yang menggunakan bantuan disiplin-disiplin lain (ilmu-ilmu sosial). Untuk membantu mempertajam analisis dibantu oleh ilmu sosial diantaranya Sosiologi dan ekonomi. Dari Sosiologi penulis menggunakan beberapa konsep diantaranya perubahan sosial, mobilitas sosial, gaya hidup, interaksi manusia dalam keluarga dan masyarakat. Sedangkan dalam Ekonomi penulis menggunakan konsep-konsep seperti, tenaga kerja, biaya produksi, harga barang/harga bahan baku, pemasaran, tingkat kesejahteraan dalam membantu untuk mengkaji perkembangan industri kaos sablon dan dampaknya bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Surapati, Kota bandung. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas.

3.3. Laporan Hasil Penelitian

(47)

63

sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah. Pada tahap ini, penulis melakukan penulisan akhir sebagai hasil dari ketiga tahapan sebelumnya, yaitu heuristik, kritik, dan interpretasi. Memasuki tahap ini sejarawan akan mengerahkan segala daya pikirannya dengan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya sehingga pada akhirnya ia harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh penelitiannya atau penemuannya ke dalam suatu penulisan yang utuh (Sjamsuddin, 2007 : 155 -156).

Hasan Usman dalam Abdurrahman (1999: 67-68) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa syarat umum yang harus diperhatikan oleh seorang peneliti dalam melakukan pemaparan sejarah, yaitu:

1. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan bahasa secara baik, agar data dapat dipaparkan seperti seperti apa adanya atau seperti yang dipahami oleh peneliti dan dengan gaya bahasa yang khas.

2. Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah itu disadari sebagai bagian dari sejarah yang lebih umum, karena ia didahului oleh masa dan diikuti oleh masa pula. Dengan perkataan lain, penulisan itu ditempatkannya sesuai dengan perjalanan sejarah.

3. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca.

(48)

64

itu didasarkan pada bukti-bukti terseleksi, bukti yang cukup lengkap dan detail fakta yang akurat.

Pada tahap ini seluruh hasil penelitian yang berupa data-data dan fakta-fakta yang telah mengalami proses heuristik, kritik dan interpretasi dituangkan oleh penulis ke dalam bentuk tulisan. Dalam historiografi ini penulis mencoba untuk mensintesakan dan menghubungkan keterkaitan antara fakta-fakta yang ada sehingga menjadi suatu penulisan sejarah.

Penulisan laporan ini dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Laporan tersebut disusun dengan gaya bahasa sederhana, ilmiah dan menggunakan cara-cara penulisan atau teknik penulisan yang sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

(49)

65

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Cikal bakal industri kaos sablon dikota Bandung sebenarnya berasal dari aktivitas sablon yang berada diwilayah pemukiman Surapati – Cicaheum, tepatnya di Kawasan Muararajeun ( Kelurahan Cihaurgeulis), Kota Bandung. Namun dalam perkembangannya, usaha sablon ini meningkat dan meluas keterampilannya, dimana keterampilan sablon ini kemudian didukung eh keterampilan lainnya seperti jahit dan obras, yang menjadikan kawasan ini sebagai kawasan industri dalam skala rumah tangga. Sekitar akhir tahun 80-an, beberapa pengusaha sablon membuka usaha dijalan suci. Usaha-usaha ini menjadi pelopor bagi kegiatan yang muncul kemudian. Komoditas pada usaha sablon ini mencakup kaos, jaket, spanduk, plakat, dan barang-barang lainnya yang proses produksinya melalui proses sablon. Usaha-usaha salon pelopor ini antara lain: C-59, SAS, dan Surya. Para pekerj pada usaha-usaha diatas setelah merasa cukup mendapat ilmu dan permodalan kemudia berusaha untuk membuka show room sendiri.

Dalammenjalankan suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk mempertahankan kebeadaan industri, salah satunya industri kaos sablon di Surapati Kota Bandung. Besar kecilnya sebuah usaha sangat ditentukan pada jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.tinggi rendahnya kapasitas produksi yang dihasilkan tergantung pada jumlah modal yang dimiliki dan pesanan dari konsumen. Kapasitas produksi yang tinggi, berarti memerlukan bahan baku dan ongkos produksi yang lebih banyak. Dengan, demikian, jumlah modal yang dibutuhkan punharus lebih banyak. Modal dibagi menjadi dua yaitu berupa uang dan alat-alat produksi atau modal brgerak dan modal tidak bergerak.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, I dan Maryani, E. (1997). Geografi Ekonomi. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP Bandung.

Amir. (2000). Wiraswasta Manusia Unggul-Berbudi Luhur. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.

Alma, B. (2001). Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.

Gottschlak, L. (1986). Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

Hasan, B. (2002). Manajemen industri. Bandung : pustaka Ramadhan Bandung. Horton, P.B dan Hunt C.L. (1992). Sosiologi. Jakarta : Erlangga.

Ismaun . 1992 . Pengantar Ilmu Sejarah . Bandung : Bina Cipta. Kasmir. (2006). Kewirausahaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Lauer, R.H. (1993). Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka Cipta. Mubyarto. (1983). Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta : Sinar

Harapan.

Sartika, T dan Abd. Rachman. (2004) Ekonomi Skala Kecil/menengah dan Koperasi. Bogor : Ghalia Indonesia

Simanjuntak, P.J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Suryana,.Dr., Msi . (2001). Kewirausahaan manajemen usaha kecil 1 : pedoman praktis, kiat dan proses menuju sukses. Jakarta : Salemba

Sumaatmaja, N. (2000). Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Partomo, T.S dan Soedjoeno, A.R. (2004). Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

(52)

126

Saripudin, D. (2005). Mobilitas dan Perubahan Sosial. Bandung : Masagi Foundation.

Sajogyo, P. (1989). Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Soekanto, S. (2004). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Susilo, Y. S. (2008). Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Sektoral.

Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Suwarsono dan Alvin, Y. So. (1991). Perubahan Sosial dan Pembagunan di Indonesia : Teori-Teori Modernisasi, Depedensi dan Sistem Dunia. Jakarta : LP3ES.

Tambunan, T. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Beberapa Isu Penting. Jakarta : Salemba Empat.

UPI. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyudiarto, D.( 2005). Kapita selekta budaya. Surakarta : STSI

Wibowo. S, et al. (1991). Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sumber dokumen :

Badan Pusat Statistik Kota Bandung. (1995). Bandung Dalam Angka Tahun 1995 Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

_____________________________. (1996). Bandung Dalam Angka Tahun 1996. Bandung : Kantor Statistik Kota Bandung.

_____________________________. (1997). Bandung Dalam Angka Tahun 1997. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

(53)

127

_____________________________. (1999). Bandung Dalam Angka Tahun 1999. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

_____________________________. (2000). Bandung Dalam Angka Tahun 2000. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

_____________________________. (2001). Bandung Dalam Angka Tahun 2001. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

______________________________. (2002). Hasil Registrasi Penduduk 2002. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

_____________________________. (2003). Bandung Dalam Angka Tahun 2003. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

______________________________. (2004). Bandung Dalam Angka Tahun 2004. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

______________________________. (2005). Bandung Dalam Angka Tahun 2005. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

_______________________________. (2006). Bandung Dalam Angka Tahun 2006. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

________________________________. (2007). Bandung Dalam Angka Tahun 2007 Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung.

(54)

128

Kecamatan Cibeunying Kaler. (2000). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2000. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

_________________________. (2001). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2001. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

_________________________. (2002). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2002. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

____________________________. (2003). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2003. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

____________________________. (2004). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2004. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

____________________________. (2005). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2005. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

____________________________. (2006). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2006. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

____________________________. (2007). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2005. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

____________________________. (2008). Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Cibeunying Kaler 2006. Bandung: Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler.

Munamah, M. (2008) . Kegiatan Pokja Sentra Kaos Suci . Bandung : KOPSENKAOS (Koperasi Sentra Kaos Suci).

(55)

129

sumber internet :

Kuncoro, M. (1997) Usaha Kecil di Indonesia : Profil, masalah dan strategi pemberdayaan.Tersedia:http://akuntansiumkm.wordpress.com/2010/02/16/ transformasi-manajemen-ukm/ [17 maret 2011]

Sumber Skripsi :

Referensi

Dokumen terkait

ƒ Untuk melaksanakan Pasal 41 ayat (4) dan ayat (5) UU 1/2004 diterbitkan PP Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Bidang Negara Pada BUMN dan

Jumlah penduduk penganggur terpaksa, yaitu yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu tetapi masih mencari penghasilan tambahan, naik dari 2.053.168 orang pada Agustus 2006

PNS Pindahan yang dinyatakan tidak lulus dalam setiap tahapan seleksi akan diberikan surat jawaban yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bandung yang ditandatangani Kepala BKD

Partisipasi (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan, dengan koefisien regresi sebesar 0,254 yang artinya apabila perhatian karyawan meningkat sebesar 1

Berdasarkan berbagai perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah reputasi penjamin emisi, reputasi auditor, probabilitas

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan makna ragam gerak yang terkandung pada tari Jepin Pisau dan menggambarkan struktur

1) Mengulas kembali pembelajaran tentang cara bernyanyi dengan memperhatikan panjang pendeknya nada, menuliskan laporan tentang lingkungan rumah yang sehat, dan sebagainya. 2)

Ada juga pendapat yang menyatakan pada masa Prabu Guru Aji Putih nama kerajaan itu adalah Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya