• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar/FPEB/472/UN.40.7.D1/LT/2013

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

EUIS SUHAENAH 0900874

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA

Oleh

EUIS SUHAENAH 0900874

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Euis Suhaenah

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN

MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA

Bandung, Oktober 2013

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING

Drs. Ani Pinayani, MM.

NIP. 19620612 198803 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung

Dr. Ikaputera Waspada, MM.

(4)

ABSTRAK

Euis Suhaenah. (2013). Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. Pembimbing. Drs. Ani Pinayani, MM.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil serta pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang ada di Wilayah Bandung Raya, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan survey eksplanatory, dengan menggunakan teknik sampel jenuh sebanyak 16 Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Secara simultan partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR GRAFIK x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah..…………... 1

1.2 Rumusan Masalah………..………...………...…..………... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…..….…...………... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian………...….………... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ……….………... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka………... 9

2.1.1 Konsep Koperasi...……….. 9

2.1.2 Konsep Baitul Maal Watamwil………...…... 21

2.1.3 Perkembangan KBMT……….…... 31

2.1.4 Konsep Partisipasi Anggota... 35

2.1.5 Konsep Kemampuan Manajerial Pengurus...…….. 42

2.2 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian... 45

2.3 Kerangka Pemikiran………... 46

2.4 Hipotesis………... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...……….………... 49

3.2 Metode Penelitian………...… 49

3.3 Populasi Dan Sampel………... 50

3.3.1 Populasi………..……... 50

3.3.2 Sampel ……….…….………... 50

3.4 Operasional Variabel ………….……….…...… 52

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data.……….…... 56

3.6 Instrumen Penelitian………... 56

3.6.1 Uji Instrumen Penelitian…….…….………... 58

3.7 Teknik Analisis Data…………...………...…...… 60

3.7.1 Teknik Analisis Data………...……….. 60

(6)
(7)

4.7.8 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan KBMT………. 4.7.9 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan Modal……….. 4.7.10 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan SHU………. 4.7 .11 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan Omset………... 4.7 .12 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus

Terhadap Perkembangan KBMT..……… 4.8 Implikasi Pendidikan………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………... 5.2 Saran………... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

133

135

137

139

140 141

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian,

“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai

modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama

dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”.

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Koperasi merupakan badan usaha

seperti badan usaha lainnya yang perlu dikelola secara profesional yang nantinya

akan menghasilkan suatu keuntungan untuk anggotanya, selanjutnya Koperasi

bukan kumpulan modal melainkan kumpulan orang seorang yang bekerjasama

untuk mencapai tujuan bersama yang bekerja berdasarkan prinsip Koperasi.

Kesamaan yang terlihat antara Koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu

sama-sama bertujuan untuk memperoleh laba, akan tetapi Koperasi memiliki ciri

yang sangat khas yaitu anggota Koperasi memiliki dual identity, sebagai pemilik

sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa. Identitas ganda inilah yang

menjadi kekuatan Koperasi. Anggota sebagai pemilik diharapkan dapat memberi

kontribusi pada Koperasi baik berupa modal, pelaksanaan program ataupun

pengawasan demi kemajuan suatu Koperasi. Peran anggota sebagai pelanggan

dapat memanfaatkan berbagai pelayanan usaha Koperasi.

Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau

badan hukum yang bertujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Koperasi ini dapat diterapkan untuk pendirian Baitul

Maal Wattamwil, karena dilatarbelakangi bahwa kedua lembaga tersebut

sama-sama berdiri dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah.

Sedangkan Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga keuangan mikro

yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam hal ini adalah anggotanya dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Dalam

(9)

Koperasi. Sehingga dalam organisasi sama halnya seperti Koperasi hanya saja

Baitul Maal Watamwil bergerak dalam usaha jasa keuangan syariah.

Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada awalnya berdiri sebagai lembaga

ekonomi rakyat yang membantu masyarakat yang kekurangan. Kegiatan utama

yang dilakukan dalam Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini adalah pengembangan

usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai bantuan permodalan. Untuk

melancarkan usaha pembiayaan (financing) tersebut, Koperasi Baitul Maal

Wattamwil berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang berasal dari

masyarakat lokal disekitarnya. Sebagai lembaga keuangan syariah, Koperasi

Baitul Maal Wattamwil harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.

Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan

berkembang.

Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga nonbank yang

berbentuk Koperasi berbasis syariah. Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini

berusaha memberikan bantuan dana kepada pedagang maupun usaha mikro yang

masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit dari bank. Walaupun dana

yang dipinjamkan masih berskala kecil, cukup membantu karena pembayarannya

bisa diangsur tanpa memberatkan anggotanya. Keberadaan Koperasi Baitul Maal

Wattamwil ini mampu berkontribusi sebagai salah satu lembaga pembiayaan

untuk usaha mikro melalui pinjaman tanpa menggunakan bunga atau riba,

sehingga masyarakat kecil dapat meningkatkan usahanya dalam berbagai bidang

tanpa takut dengan bunga yang tinggi.

Dengan berdirinya Koperasi Baitul Maal Wattamwil akan memberikan

kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi pengusaha atau

pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu menggali potensi,

meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan serta mengembangkan

perekonomian di Indonesia. Upaya meningkatkan profesionalisme membawa

Koperasi Baitul Maal Wattamwil kepada berbagai inovasi kegiatan usaha dan

produk usaha. Keberadaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil diharapkan mampu

mempunyai efek yang sangat kuat dalam menjalankan misi dan dapat mengurangi

(10)

bunganya relatif terlalu tinggi. Pemberian pembiayaan diharapkan dapat

memajukan ekonomi pengusaha kecil.

Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini merupakan salah satu model lembaga

keuangan syariah paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia.

Kehadiran Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam mengharapkan

adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah dan bebas dari unsur riba yang

dinyatakan haram.

Jati diri Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang paling pokok adalah

identitas dan ciri keislamannya. Secara historis, pendirian dan perkembangan

gerakan Koperasi Baitul Maal Wattamwil selalu berkaitan dengan nilai-nilai islam

dan respon atas kondisi umat islam. Para penggiat pun berupaya mengedepankan

berbagai identitas keislaman dalam operasionalisasi Koperasi Baitul Maal

Wattamwil, termasuk dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha yang

melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Secara penamaan, lembaga beserta

produk-produknya, mengesankan citra islami. Konsekuensi logis dari semua itu, Baitul

Maal wattamwil harus bertanggungjawab untuk istiqamah terhadap citra diri yang

demikian. Tidak saja kepada stakeholder yang bersifat sosiologis, melainkan juga

bertanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Kehadiran Koperasi Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam

mengharapkan adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah. Eksistensi

lembaga keuangan syariah sejenis Koperasi Baitul Maal Wattamwil, jelas

memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah terutama

dalam memberikan solusi bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta

menjadi inti kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi

penyangga utama sistem perekonomian nasional. Dilihat secara konsepsi,

Koperasi Baitul Maal Wattamwil merupakan suatu lembaga yang eksistensinya

sangat dibutuhkan masyarakat terutama kalangan mikro.

Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini belakangan sangat popular dikalangan

masyarakat mengingat dengan tumbuh semangatnya umat islam untuk mencari

(11)

Baitul Maal Wattamwil ini bertujuan untuk memberdayakan dan memajukan

perekonomian masyarakat.

Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sampai saat

ini telah mencapai jumlah jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dan tampil

sebagai pendorong intermediasi usaha kecil (mikro). Perkembangan ini

dibuktikan dengan jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang dikembangkan

sampai kepelosok Indonesia. Sejak pertama kali Koperasi Baitul Maal Wattamwil

pada tahun 1990 diperkenalkan, hanya ada beberapa puluh unit saja, dan pada saat

ini jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sudah lebih dari 5.500

(Asosiasi BMT Indonesia/Absindo, 2012).

Mengingat mayoritas anggota dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala

mikro, yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan sebagai target

nasabah yang menjanjikan. Masyarakat pun melalui BMT mulai belajar

mengakumulasikan modal bagi peningkatan kapasitas bisnis, atau pembuatan

bisnis baru. Berikut data mengenai perkembangan Koperasi Banitul Mall

Wattamwil (Modal, SHU, dan Omset) tahun 2009-2010, sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Perkembangan KBMT Tahun 2009 - 2010

No

Nama BMT

Modal SHU Omset Perkembangan

2009 2010 2009 2010 2009 2010 Modal SHU Omset

Juta Rupiah %

1 BMT

A 54.746 78.055 11.010.000 12.462.000 29.279 43.052 42,58 13,19 47,04

2 BMT

B 54.563 53.553 790.272 884.333 50.521 51.657 -1,85 11,90 2,25

3 BMT

C 81.586 54.000 344.524 487.014 64.398 68.867 -33,81 41,36 6,94

4 BMT

D 282.575 184.281 483.876 1.785.757 55.634 36.070 -34,79 269,05 -35,17

5 BMT

E 126.358 119.428 150.960 227.612 4.448 15.313 -5,48 50,78 244,27

6 BMT

F 552.279 536.330 138.447 232.122 349.722 22.979 -2,89 67,66 -93,43

(12)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa perkembangan Koperasi

Baitul Mall Wattamwil di wilayah Bandung Raya belum berada pada kategori

yang berhasil karena hanya beberapa koperasi saja yang mengalami

perkembangan yang positif pada koperasinya. Begitu pula perkembangan

Koperasi Baitul Maal Wattamwil khususnya di wilayah Bandung Raya

mengalami penurunan dalam perkembangannya yang cukup drastis, sampai tahun

2012 yang terdaftar pada Dinas Koperasi sekitar 54 Koperasi tetapi kini jumlah

Koperasi yang masi aktif dalam usahanya hanya 31 saja.

Dengan adanya jumlah penurunan tersebut menjadi salah satu indikasi tidak

berkembangnya Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya,

Koperasi dapat berkembang merupakan tujuan yang diinginkan oleh seluruh

anggota dan pelaku kegiatan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Menurut Alfred Hanel Keberhasilan Koperasi dapat terlihat dari tiga

komponen yaitu sebagai berikut :

1. Business Succes

Yaitu keberhasilan dari suatu Koperasi yang dapat dilihat dari usaha

Koperasi itu sendiri seperti sejauh mana Koperasi dikelola secara efisien

dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi

usaha) yang mandiri.

2. Member Succes

Efisiensi yang berorientasi pada anggota, yaitu pelayanan yang bersifat

menunjang anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang dari

perusahaan Koperasi, dalam hal ini kepentingan dan tujuan para anggota.

3. Development Succes

Berkaitan dengan dampak secara langsung atau tidak langsung yang

ditimbulkan oleh usaha Koperasi sehingga kontribusi Koperasi terhadap

(13)

Menurut Ropke (2003:70) keberhasilan sebuah Koperasi dipengaruhi oleh:

1. Faktor internal yang terdiri dari :

a. Pengelola (Pengurus dan manajer) b. Pelayanan

c. Partisipasi anggota d. Permodalan

2. Faktor eksternal yang terdiri dari :

a. Iklim usaha (persaingan)

b. Kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi.

Dari teori menurut Menurut Bernhard Limbong (2010:99) tingkat

keberhasilan Koperasi dilihat dari tiga faktor utama 1) partisipasi anggota,

partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota.

Kewajiban anggota adalah penyetoran simpanan pokok, simpanan wajib, dan atau

simpanan dari sisa hasil usaha (SHU) sebagai modal kerja. Sedangkan

pemanfaatan jasa pelayanan adalah hak sekaligus kewajiban. 2) Profesionalisme

manajeman, manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan

pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen

Koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership Koperasi,

mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi pasar,

jaringan yang dibangun, pemanfaatan IPTEK, serta riset dan informasi. 3) Faktor

yang berasal dari luar, faktor dari luar yang berpengaruh adalah peraturan

perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait

kebijakan dibidang ekonomi. Seperti UU penanaman modal, UU persaingan

usaha, UU pajak, UU perbankan, dan lain-lain.

Pengurus sebagai pengelola Koperasi Baitul Maal Wattamwil harus

mampu memberikan dorongan agar dapat menarik anggota untuk ikut serta

dalam pengembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Untuk menarik minat

seseorang agar menjadi anggota Koperasi Baitul Maal Wattamwil upaya yang

dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan yang baik bagi anggota

(14)

hal tersebut akan dapat baik dengan adanya prestasi dan hasil kerja yang baik

dari pengurus, dan partisipasi anggota.

Dengan kata lain “motor” penggerak bagi usaha Koperasi Baitul Maal Wattamwil adalah ditangan pengurus. Sehingga dibutuhkan orang-orang yang

mempunyai latar belakang pengetahuan yang luas dalam bidang Koperasi dan

dalam hal kemasyarakatan. Kemampuan manajerial pengurus diukur dari proses

mempengaruhi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan inovatif. Peran

pemerintah diukur dari upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan

kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan, bimbingan dan

kemudahan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis

bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya”.

1.2 Rumusan Masalah

Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil dipengaruhi oleh banyak

faktor, namun dalam penelitian ini penulis mengambil faktor partisipasi anggota

dan kemampuan manajerial pengurus yang mempengaruhi perkembangan

Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Adapun rumusan masalah yang dirumuskan

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi

Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?

2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap

perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?

3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial

pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di

(15)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal

Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.

2. Pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi

Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.

3. Pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap

perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu

pengetahuan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul

Maal Wattamwil.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai hal yang sejenis.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu

pengetahuan bagi Prodi Pendidikan Ekonomi pada khususnya,

dan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis serta Universitas

Pendidikan Indonesia pada umumnya.

c. Memberikan masukan dan diharapkan mampu menjadi bahan

evaluasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan

subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes,

gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda-benda, dan lain-lain.

Penelitian ini mengungkapkan tentang perkembangan Koperasi Baitul Maal

Wattamwil pada Koperasi Baitul Maal Wattamwil di wilayah Bandung Raya yaitu

Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat. Adapun yang

menjadi variabel penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas.

Dimana perkembangan Koperasi adalah sebagai variabel terikat (Y), partisipasi

anggota dan kemampuan manajerial pengurus sebagai variabel bebas (X), Kedua

variabel tersebut merupakan objek dari penelitian ini. Sedangkan yang menjadi

subjek dari penelitian ini adalah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di wilayah

Bandung Raya.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode Survey Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi serta menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data, sedangkan untuk eksplanatori adalah sebuah penelitian yang

bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau

menolak teori dari hasil penelitian yang sudah ada. Jadi yang dimaksud survey

eksplanatori adalah suatu metode yang menjelaskan hubungan antara

(17)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Suharsimi Arikunto

(2010:173) mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek

penelitian atau totalitas kelompok subjek, yang menjadi sumber data untuk suatu

penelitian”.

Berdasarkan definisi diatas, maka populasi merupakan keseluruhan dari

objek yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh Koperasi Baitul mall wattamwil yang sudah memiliki badan

hukum Koperasi di wilayah Bandung Raya berjumlah 31 yang terdaftar di

Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dan

Kabupaten Bandung Barat.

.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiono, (2009: 118) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi”. Sedangkan menurut Sugiarto (2001:2)

sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan

prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Dalam hal

ini sampel yang diambil dalam penelitian menggunakan sampel jenuh karena

populasi kurang dari 30 sehingga untuk sampel diambil secara keseluruhan.

Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh Koperasi

Baitull maal wattamwil di wilayah Bandung Raya.

Setelah peneliti melakukan tugas kelapangan bahwa dari 31 Koperasi

hanya 16 Koperasi saja yang mengizinkan untuk dijadikan sampel dalam

(18)

Tabel 3.1

Daftar Sampel Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya

No KBMT Alamat

1 Al-Hidayah

Jalan Halteu Utara Gg.XII no.108 Rt. 01 Rw.02 Bangus

Canang Bandung

2 Baraya JalanSariwangi Blok 24 Sukajadi Bandung

3 Barrah Jalan Kiara Sari Raya 10, Margasari, Margacinta

4 Beringharjo Jalan Kebonjati no. 22 kav.16 Bandung

5 Da'arul Tauhid Jalan Gegerkalong Girang No. 38

6 Dana Ukhuwah Jalan Kayu Ambon no. 48

7 Dinar Jalan Terusan Buah Batu Gg. kujang VIII Bandung

9 Duta Amanah Jalan Cihanjuang no. 35

10 El-Anshari

Jalan Pesantren no.50 Rt.07 Rw.08 Sukamiskin

Bandung

11 El-Bangkit Jalan Sukagalih 127, Sukajadi

12 El-Batasya Jalan Pamekaraya 106 Panghegar

12 El-Dana Manfaat Jalan Cihanjuang

13 ItQan Jalan Padasuka no. 160

14 Khalifah Jalan Kebon Gedang no. 80 Bandung

15 Mitra Sadaya Jalan Caringin no. 42

16 Mitrass Pesona Residence

17 Mughni Madani Komp. Cibiru Raya D11

18 Mustama Lembang

19 Nurul Ummah JL. Tubagus Ismail Gg. Aquarius no.12

20 Rabbani

JL. Cibedug no. 42 Kp. Pondok Rt. 05 Rw. 03 Ds.

Cikole

21 Sanama JL. Cilaki no 41

22 Saudara Jalan Cirengot No.17 Rt. 02 Rw. 04

(19)

Tabel lanjutan

24 Harapan Ummat Coblong

25 Qolbu Jalan Taman sari bawah No. 43 Rt. 06 Rw. 20

26

Ad-da'wah pondok

pahala Cibeunying Kaler

27 Muslimun Jalan Sindang sari No. 11

28 Alkaf Jalan Cibuntu Timur No. 13

29 Muttaqin Babakan Ciparay

30 Salam Kiara Condong

31 Al-Barkah Jalan Terusan Jakarta

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian dan Perdagangan Kota

Bandung & Kabupaten Bandung Barat

3.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk mempermudah dalam pengujian hipotesis yang diajukan, dalam

penelitian ini terlebih dahulu setiap variable didefinisikan, kemudian dijabarkan

melalui operasionalisasi variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan

indikator penelitian dapat diketahui secara jelas. Operasionalisasi variabel

(20)

Tabel 3.2 Operasional Variabel Konsep Operasional

Variabel/Indikator Sumber Data Skala Partisipasi Anggota (X1) :

2.a. Partisipasi anggota dalam menyimpan, seperti :

1) tabungan idul fitri 2) tabungan kurban 3) tabungan pendidikan 2.b. Partisipasi anggota dalam

meminjam, seperti : keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang yang bekerja pada suatu responden mengenai tingkat kemampuan manajerial: a.Pengurus membuat

program kerja KBMT untuk satu tahun dengan rinci

b.pengurus membuat jadwal kerja untuk memudahkan melakukan evaluasi hasil kerja

c.pengurus menentukan langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan d.pengurus selalu berusaha

melakukan pembagian

(21)

kerja mulai dari proses awal hingga pelayanan terhadap anggota kepada karyawan untuk memajukan Koperasi mengolah semua masukan dari anggota

k.pengurus menciptakan iklim kerja yang dinamis dan kondusif

l. pengurus melakukan survey kepuasan anggota terhadap kinerja Koperasi m.pengurus membangkitkan

kesadaran anggota untuk berpartisipasi aktif

(22)

2. Kemampuan mengambil keputusan

q.pengurus selalu bersikap tegas dan adil dalam memberikan sanksi kepada karyawan kesesuaian target yang ditentukan dalam setiap pengambilan keputusan

2. Data diperoleh dari responden mengenai tingkat pengambilan keputusan : a.pengurus membuat

keputusan dengan cepat b.pengurus pernah membuat

keputusan yang salah Baitul Maal Wattamwil (Y):

(23)

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan

tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian.

b. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan

dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku

dan literatur.

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

tentang, partisipasi anggota, kemampuan manajerial pengurus, dan perkembangan

Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Skala yang digunakan dalam instrumen panelitian ini adalah skala likert.

Skala likert yaitu suatu skala yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau

pernyataan yang semuanya menunjukan sikap terhadap setiap jawaban.

Adapun ketentuan skala jawaban sebagai berikut :

Sangat setuju : 5

Setuju : 4

Kurang Setuju : 3

Tidak Setuju : 2

Sangat Tidak Setuju : 1

Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :

1) Menetukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh partisipasi

anggota, kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi

Baitul Maal Wattamwil di Bandung Raya .

2) Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu Koperasi Baitul Maal

Wattamwil di Bandung Raya.

3) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden

4) Memperbanyak angket

(24)

6) Mengelola dan menganalisis hasil angket.

Skor yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai tingkat pengukuran

ordinal, maka sebelum dianalisis variabel-variabel penelitian ini

ditransformasikan dari skala ordinal menjadi skala interval dengan

menggunakan methode succesuve interval dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

 Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan

 Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).

 Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

 Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.

 Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.

Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut:

SV = (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit) (Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)

Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: Y = SV + (1+ |SV min|)

Dimana nilai k = 1 + |SV min|

Selain itu, untuk mengolah data dari ordinal ke interval dengan

menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) juga dapat digunakan dengan

menggunakan program Succ97.

Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya

maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket

yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam tes, yaitu tes validitas

(25)

3.6.1 Uji Intrumen Penelitian a. Uji Validitas

Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut

menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya

tes tersebut. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment

dengan rumus :

diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai

r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya

responden.

Jika r hitung > r 0,05 dikatakan valid, sebaliknya jika r hitung  r 0,05 tidak valid.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya, (Riduwan, 2008: 217).

Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui

apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas

menggunakan rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji

(26)

a Menghitung harga varians tiap item dari setiap item

ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item

= jumlah kuadrat skor total

(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total

N = jumlah responden

c. menghitung Reliabilitas intrumen

Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data

tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau

konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok

individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus

alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

Dimana; r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal

n2 = Jumlah varians butir

2

(27)

Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan

taraf signifikansi pada

= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel,

sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.

3.7 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.7.1 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data

regresi berganda.Tujuannya adalah untuk mengetahui variable-variabel yang

dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program

komputer SPSS 16. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk

mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel

bebas dengan satu variabel terikat.

Model analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar

variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji kebenaran dari dugaan

sementara maka digunakan model Persamaan Regresi Linier Ganda sebagai

berikut :

Keterangan :

Y = Perkembangan KBMT B0 = Konstanta regresi

Β1 = Koefisien regresi X1 B2 = Koefisien regresi X2

X1 = Partisipasi Anggota X2 = Kemampuan Manajerial Pengurus

E = error / kesalahan pengganggu

3.7.2 Uji Normalitas

Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

melalui uji-t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai

distribusi normal. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menditeksi

apakan residual mempunyai distribusi normal atau tidak. (Yana Rohmana,

2010:52).

(28)

Untuk mendeteksi normal atau tidaknya variabel pengganggu dapat

melihatnya dari normal probability plot yang membentuk suatu garis lurus

diagonal, dan ploting data yang akan dibandingkan dengan garis diagonalnya.

Menurut Imam Ghazali dalam Suci Wulandari (2012:12) jika data menyebar

disekitar garis diagonalnya dan mengikuti arah garis diagonalnya/grafik

histogram maka, menunjukan pola distribusi normal dan sebaliknya.

3.7.3 Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas

antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut

variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang

nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk

medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati,

2001:166), yaitu:

1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi

(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang

signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.

2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,

perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya

koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.

3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi

terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai

Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu,

maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.

4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat

hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu

variabel independen lainnya.

5) Variance inflation factor dan tolerance.

Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan uji

(29)

16. Untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari hasil Collinerity Statistics.Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukan

adanya gejala multikolinearitas.

Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010: 149-154)

disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Tanpa ada perbaikan

2) Dengan perbaikan:

 Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori).

 Menghilangkan salah satu variabel independen.

Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series.

 Transformasi variabel.

 Penambahan Data.

d. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik, adalah bahwa

varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai

variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan

σ2

. Inilah yang disebut sebagai asumsi homoskedastisitas. (Gujarati, 2001:177).

Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh

nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai

konstan yang sama dengan σ2

atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.

Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab,

antara lain :

 Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.

(30)

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya

heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut:

1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :

 Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.

 Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan

keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai

taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).

3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut

variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi

heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :

 

d1 = perbedaan setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank

5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi

residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan

perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2hitung dan

χ2

tabel, apabila χ2hitung> χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi

heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2

hitung < χ2tabel maka

hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam

metode White selain menggunakan nilai χ2

hitung, untuk memutuskan apakah

(31)

Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi

Squares < α, berarti Ho ditolakjika probabilitas Chi Squares > α, berarti Ho

diterima.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan

bantuan program SPSS 16. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi

yaitu bahwa varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya

tidak memiliki pola tertentu.

e. Uji Autokorelasi

Autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan

observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengn asumsi metode OLS,

autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual lain.

Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual

adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual lain (Yana

Rohmana, 2010:192).

Akibat adanya autokorelasi adalah :

 Varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasi

 Model regrasi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai variable terikat dari nilai variable bebas tertentu

 Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien), sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat

Uji t tidak berlaku, jika uji t tetap digunakan maka kesimpulan yang diperoleh salah.

Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model

regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui

beberapa cara dibawah ini :

1) Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi

2) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson

(32)

3) Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif

maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar berikut :

Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin- Watson dengan

bantuan program SPSS 16. Uji ini mengahsilkan nilai DW hitung (d) dan nilai

DW tabel (dL dan du).

3.8 Pengujian Hipotesis

3.8.1 Pengujian secara parsial (Uji t)

Uji t atau pengujian secara parsial ini bertujuan untuk menguji tingkat

signifikasi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat

dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:

Ho : masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2.

Hi : masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2.

Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji t dengan rumus:

(33)

t =

Se

; i = X1, X2.

Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.

Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Yana Rohmana, 2010:74)

1) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05.

Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :

 Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel itu signifikan.

 Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak Ha, artinya variabel itu tidak signifikan.

Kaidah keputusan:

Tolak Ho jika t hit> t tabel, dan terima Ho jika t hit< t tabel.

3.8.2 Pengujian Secara Serempak (Uji F)

Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel

X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya.

Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut :

(Rohmana, 2010:78)

2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan

besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k -1) dan df untuk denominator (n-k).

3) Perbadingkan F hitung dengan F tabel, dengan kriteria Uji-F sebagai

(34)

 Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat

Y).

 Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh positif terhadap variabel terikat Y).

3.8.3 Koefisien Determinasi

Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2)

yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan

variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi

sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau

presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel

bebas X.

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel

terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus

koefisien determinasi sebagai berikut:

R2 =

=

 

 

2 2

y i yˆ

i (Rohmana, 2010:76)

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model

tersebut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian analisis menganai pengaruh partisipasi

anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi

Baitul Maal Wattamwil maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembanagn Koperasi

Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari perkembangan permodalan, sisa

hasil usaha dan volume usaha. Artinya bahwa semakin aktif para anggota

untuk berpartisipasi maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan

Koperasi Baitul Maal Wattamwil,

2. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap

perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari

perkembangan permodalan, sisa hasil usaha dan volume usaha. Artinya

bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial yang dimiliki pengurus maka

semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.

3. Partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul

Maal Wattamwil. Artinya semakin tinggi partisipasi anggota serta manajerial

pengurus yang ada maka akan semakin tinggi pula tingkat perkembangan

(36)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji dan dijelakan serta telah

ditarik kesimpulan, maka ada bebrapa saran yang bisa dilakukan yaitu sebagai

berikut :

1. Agar Koperasi Baitul Maal Wattamwil mampu terus berkembang dengan baik

maka anggota lebih diajak berperan aktif untuk berpartisipasi.

2. Pengurus aktif memberikan pemahaman kepada anggota mengenai peran

Koperasi Baitul Maal Wattamwil dengan lembaga keuangan lainnya agar

tidak adanya peyimpangan pemahaman anggotanya.

3. Pengurus harus mampu terus meningkatkan keterampilan diri baik dibidang

koperasi ataupun keterampilan lainnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan

agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

4. Adanya pembinaan kepada anggota sehingga memahami akan fungsi

Koperasi Baitul Maal Wattamwil agar meningkatkan kesadaran dalam

berkoperasi. Dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan dapat bekerja

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Budiwati, Neti. 2010. Manajemen Keuangan Koperasi. Bumi Siliwangi. Laboratorium Koperasi.

Djazuli. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Firdaus, Agus. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat.

Halomoan, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.

Hanel, Alfred, 1989. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan

Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung: UNPAD.

Hanel, Alfred. 2005. Organisasi Koperasi. Jakarta: Graha Ilmu

Hendar, Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.

Hendar, Kusnandi. 2009. Ekonomi Koperasi, Edisi ke-2. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.

Hendrojogi. 2004. Koperasi: Azas-azas, Teori dan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.

Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Pers.

Indrawan, Rully. Pendidikan Koperasi. [online] Tersedia di

(38)

Limbong, Bernhard. 2010. Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Pondasi Ekonomi

Rakyat. Jakarta: Margaretha Pustaka.

Mistia, HM. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Partisipasi

Anggota terhadap Efektifitas Organisasi Koperasi (survey pada Koperasi

Pegawai Negeri Republik Indonesia Se-Kabupaten Sukabumi.). Bandung.Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Muhamad. 2010. Politik Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhamad, Ridwan. 2004. Manajemen Baitul Maal Wattamwil. Yogyakarta: UII Pers.

Mulyawardani, Sofyan. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kebijakan

Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada Koperasi

Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nugraha, Lucky. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan

Pembinaan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada

Koperasi Mahasiswa Anggota FKKMI Jawa Barat). Bandung.Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nurapiany, Resti, 2006. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Pelayanan Koperasi

terhadap Keberhasilan Koperasi Simpan-Pinjam. (Survei pada Koperasi

Simpan Pinjam Padamukti Garut). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Revrisond, Baswir. 2000. Koperasi Indonesia Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE.

Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

(39)

Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta. Erlangga.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.

Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Perpustakaan UIN Sunan Kalijati: ISES.

Subandi.2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta

Sudarsono, Edilius. 2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana.(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Thoby Mutis. Pengembangan Koperasi. Jakarta: Gramedia.

Tiara, PR. 2009. Pengaruh kemampuan manajerial dan motivasi kerja manajer

terhadap keberhasilan koperasi (survey pada koperasi karyawan di

Kabupaten Cirebon) .Bandung. Skrips UPI. Tidak Diterbitkan.

Tohirin, Achmad. Implementasi Perbankan Islam -pengaruh sosio-Ekonomis dan perannya dalam pembangunan, jurnal ekonomi pembangunan : Yogyakarta, 2003.

Ukas, Maman. 2009. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasinya. Bandung: Agnini.

Umar, Chapra Muhammad. 2001. Pandangan Islam terhadap Kesejahteraan,

ekonom Muslim, Jakarta.

Gambar

Tabel 1.1 Data Perkembangan KBMT Tahun 2009 - 2010
Tabel 3.1
Tabel  lanjutan
Tabel 3.2 Operasional Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah deskriptif kemampuan manajerial pengurus, partisipasi anggota, lingkungan usaha dan

Sehubungan dengan diperlukannya data dalam rangka penelitian skripsi dengan judul “Pe ngaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan manajerial Pengurus Terhadap

Penelitian tentang siste m tabungan hari raya di Baitul Maal Wattamwil (BMT) Ar-Rahma h menuru t ekonomi Islam, yang dilakukan berdasarkan wawancara dengan anggota

Maka dari itu, penelitian ini membahas mengenai aplikasi simpan pinjam pada Koperasi Baitul Mal Wattamwil Nurussyifa Sungai Rengas Kabupaten Kubu Raya yang dapat mengolah

Partisipasi anggota dalam mengikuti rapat anggota tahunan yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan ketua koperasi, pengurus koperasi dan juga tiga anggota koperasi

STRATEGI BAURAN PROMOSI DALAM MENINGKATKAN JUMLAH CALON ANGGOTA PADA KOPERASI BMT-UGT (Baitul Maal wat Tamwil-Usaha Gabungan Terpadu) SIDOGIRI CABANG MALANG.. Adalah

memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan koperasi, tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Koperasi merupakan

Partisipasi anggota dalam mengikuti rapat anggota tahunan yaitu berdasarkan hasil wawancara dengan ketua koperasi, pengurus koperasi dan juga tiga anggota koperasi