No. Daftar/FPEB/472/UN.40.7.D1/LT/2013
PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN
MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh
EUIS SUHAENAH 0900874
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN
MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA
Oleh
EUIS SUHAENAH 0900874
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Euis Suhaenah
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN KEMAMPUAN
MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP PERKEMBANGAN KOPERASI BAITUL MAAL WATTAMWIL DI WILAYAH BANDUNG RAYA
Bandung, Oktober 2013
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING
Drs. Ani Pinayani, MM.
NIP. 19620612 198803 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, MM.
ABSTRAK
Euis Suhaenah. (2013). Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. Pembimbing. Drs. Ani Pinayani, MM.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil serta pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang ada di Wilayah Bandung Raya, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan survey eksplanatory, dengan menggunakan teknik sampel jenuh sebanyak 16 Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya. Teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Secara simultan partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
UCAPAN TERIMA KASIH ii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR GRAFIK x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..…………... 1
1.2 Rumusan Masalah………..………...………...…..………... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…..….…...………... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian………...….………... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ……….………... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka………... 9
2.1.1 Konsep Koperasi...……….. 9
2.1.2 Konsep Baitul Maal Watamwil………...…... 21
2.1.3 Perkembangan KBMT……….…... 31
2.1.4 Konsep Partisipasi Anggota... 35
2.1.5 Konsep Kemampuan Manajerial Pengurus...…….. 42
2.2 Kajian Empirik Beberapa Hasil Penelitian... 45
2.3 Kerangka Pemikiran………... 46
2.4 Hipotesis………... 48
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...……….………... 49
3.2 Metode Penelitian………...… 49
3.3 Populasi Dan Sampel………... 50
3.3.1 Populasi………..……... 50
3.3.2 Sampel ……….…….………... 50
3.4 Operasional Variabel ………….……….…...… 52
3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data.……….…... 56
3.6 Instrumen Penelitian………... 56
3.6.1 Uji Instrumen Penelitian…….…….………... 58
3.7 Teknik Analisis Data…………...………...…...… 60
3.7.1 Teknik Analisis Data………...……….. 60
4.7.8 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus
Terhadap Perkembangan KBMT………. 4.7.9 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus
Terhadap Perkembangan Modal……….. 4.7.10 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan SHU………. 4.7 .11 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus
Terhadap Perkembangan Omset………... 4.7 .12 Pengaruh Partisipasi Anggota dan Manajerial Pengurus
Terhadap Perkembangan KBMT..……… 4.8 Implikasi Pendidikan………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………... 5.2 Saran………... DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
133
135
137
139
140 141
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian,
“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama
dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi”.
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa Koperasi merupakan badan usaha
seperti badan usaha lainnya yang perlu dikelola secara profesional yang nantinya
akan menghasilkan suatu keuntungan untuk anggotanya, selanjutnya Koperasi
bukan kumpulan modal melainkan kumpulan orang seorang yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama yang bekerja berdasarkan prinsip Koperasi.
Kesamaan yang terlihat antara Koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu
sama-sama bertujuan untuk memperoleh laba, akan tetapi Koperasi memiliki ciri
yang sangat khas yaitu anggota Koperasi memiliki dual identity, sebagai pemilik
sekaligus sebagai pelanggan atau pengguna jasa. Identitas ganda inilah yang
menjadi kekuatan Koperasi. Anggota sebagai pemilik diharapkan dapat memberi
kontribusi pada Koperasi baik berupa modal, pelaksanaan program ataupun
pengawasan demi kemajuan suatu Koperasi. Peran anggota sebagai pelanggan
dapat memanfaatkan berbagai pelayanan usaha Koperasi.
Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum yang bertujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Koperasi ini dapat diterapkan untuk pendirian Baitul
Maal Wattamwil, karena dilatarbelakangi bahwa kedua lembaga tersebut
sama-sama berdiri dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah.
Sedangkan Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga keuangan mikro
yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam hal ini adalah anggotanya dengan berlandaskan pada prinsip syariah. Dalam
Koperasi. Sehingga dalam organisasi sama halnya seperti Koperasi hanya saja
Baitul Maal Watamwil bergerak dalam usaha jasa keuangan syariah.
Koperasi Baitul Maal Wattamwil pada awalnya berdiri sebagai lembaga
ekonomi rakyat yang membantu masyarakat yang kekurangan. Kegiatan utama
yang dilakukan dalam Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini adalah pengembangan
usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai bantuan permodalan. Untuk
melancarkan usaha pembiayaan (financing) tersebut, Koperasi Baitul Maal
Wattamwil berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang berasal dari
masyarakat lokal disekitarnya. Sebagai lembaga keuangan syariah, Koperasi
Baitul Maal Wattamwil harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.
Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mampu tumbuh dan
berkembang.
Baitul Maal Wattamwil merupakan sebuah lembaga nonbank yang
berbentuk Koperasi berbasis syariah. Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini
berusaha memberikan bantuan dana kepada pedagang maupun usaha mikro yang
masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan kredit dari bank. Walaupun dana
yang dipinjamkan masih berskala kecil, cukup membantu karena pembayarannya
bisa diangsur tanpa memberatkan anggotanya. Keberadaan Koperasi Baitul Maal
Wattamwil ini mampu berkontribusi sebagai salah satu lembaga pembiayaan
untuk usaha mikro melalui pinjaman tanpa menggunakan bunga atau riba,
sehingga masyarakat kecil dapat meningkatkan usahanya dalam berbagai bidang
tanpa takut dengan bunga yang tinggi.
Dengan berdirinya Koperasi Baitul Maal Wattamwil akan memberikan
kemudahan pelayanan jasa semi perbankan, terutama bagi pengusaha atau
pedagang golongan ekonomi lemah sehingga akan mampu menggali potensi,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan pendapatan serta mengembangkan
perekonomian di Indonesia. Upaya meningkatkan profesionalisme membawa
Koperasi Baitul Maal Wattamwil kepada berbagai inovasi kegiatan usaha dan
produk usaha. Keberadaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil diharapkan mampu
mempunyai efek yang sangat kuat dalam menjalankan misi dan dapat mengurangi
bunganya relatif terlalu tinggi. Pemberian pembiayaan diharapkan dapat
memajukan ekonomi pengusaha kecil.
Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini merupakan salah satu model lembaga
keuangan syariah paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia.
Kehadiran Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam mengharapkan
adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah dan bebas dari unsur riba yang
dinyatakan haram.
Jati diri Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang paling pokok adalah
identitas dan ciri keislamannya. Secara historis, pendirian dan perkembangan
gerakan Koperasi Baitul Maal Wattamwil selalu berkaitan dengan nilai-nilai islam
dan respon atas kondisi umat islam. Para penggiat pun berupaya mengedepankan
berbagai identitas keislaman dalam operasionalisasi Koperasi Baitul Maal
Wattamwil, termasuk dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha yang
melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Secara penamaan, lembaga beserta
produk-produknya, mengesankan citra islami. Konsekuensi logis dari semua itu, Baitul
Maal wattamwil harus bertanggungjawab untuk istiqamah terhadap citra diri yang
demikian. Tidak saja kepada stakeholder yang bersifat sosiologis, melainkan juga
bertanggung jawab kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Kehadiran Koperasi Baitul Maal Wattamwil muncul disaat umat islam
mengharapkan adanya lembaga keuangan yeng berbasis syariah. Eksistensi
lembaga keuangan syariah sejenis Koperasi Baitul Maal Wattamwil, jelas
memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah terutama
dalam memberikan solusi bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta
menjadi inti kekuatan ekonomi yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi
penyangga utama sistem perekonomian nasional. Dilihat secara konsepsi,
Koperasi Baitul Maal Wattamwil merupakan suatu lembaga yang eksistensinya
sangat dibutuhkan masyarakat terutama kalangan mikro.
Koperasi Baitul Maal Wattamwil ini belakangan sangat popular dikalangan
masyarakat mengingat dengan tumbuh semangatnya umat islam untuk mencari
Baitul Maal Wattamwil ini bertujuan untuk memberdayakan dan memajukan
perekonomian masyarakat.
Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sampai saat
ini telah mencapai jumlah jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dan tampil
sebagai pendorong intermediasi usaha kecil (mikro). Perkembangan ini
dibuktikan dengan jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil yang dikembangkan
sampai kepelosok Indonesia. Sejak pertama kali Koperasi Baitul Maal Wattamwil
pada tahun 1990 diperkenalkan, hanya ada beberapa puluh unit saja, dan pada saat
ini jumlah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Indonesia sudah lebih dari 5.500
(Asosiasi BMT Indonesia/Absindo, 2012).
Mengingat mayoritas anggota dan nasabahnya adalah pelaku usaha berskala
mikro, yang selama ini tidak diperhitungkan oleh perbankan sebagai target
nasabah yang menjanjikan. Masyarakat pun melalui BMT mulai belajar
mengakumulasikan modal bagi peningkatan kapasitas bisnis, atau pembuatan
bisnis baru. Berikut data mengenai perkembangan Koperasi Banitul Mall
Wattamwil (Modal, SHU, dan Omset) tahun 2009-2010, sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data Perkembangan KBMT Tahun 2009 - 2010
No
Nama BMT
Modal SHU Omset Perkembangan
2009 2010 2009 2010 2009 2010 Modal SHU Omset
Juta Rupiah %
1 BMT
A 54.746 78.055 11.010.000 12.462.000 29.279 43.052 42,58 13,19 47,04
2 BMT
B 54.563 53.553 790.272 884.333 50.521 51.657 -1,85 11,90 2,25
3 BMT
C 81.586 54.000 344.524 487.014 64.398 68.867 -33,81 41,36 6,94
4 BMT
D 282.575 184.281 483.876 1.785.757 55.634 36.070 -34,79 269,05 -35,17
5 BMT
E 126.358 119.428 150.960 227.612 4.448 15.313 -5,48 50,78 244,27
6 BMT
F 552.279 536.330 138.447 232.122 349.722 22.979 -2,89 67,66 -93,43
Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa perkembangan Koperasi
Baitul Mall Wattamwil di wilayah Bandung Raya belum berada pada kategori
yang berhasil karena hanya beberapa koperasi saja yang mengalami
perkembangan yang positif pada koperasinya. Begitu pula perkembangan
Koperasi Baitul Maal Wattamwil khususnya di wilayah Bandung Raya
mengalami penurunan dalam perkembangannya yang cukup drastis, sampai tahun
2012 yang terdaftar pada Dinas Koperasi sekitar 54 Koperasi tetapi kini jumlah
Koperasi yang masi aktif dalam usahanya hanya 31 saja.
Dengan adanya jumlah penurunan tersebut menjadi salah satu indikasi tidak
berkembangnya Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya,
Koperasi dapat berkembang merupakan tujuan yang diinginkan oleh seluruh
anggota dan pelaku kegiatan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.
Menurut Alfred Hanel Keberhasilan Koperasi dapat terlihat dari tiga
komponen yaitu sebagai berikut :
1. Business Succes
Yaitu keberhasilan dari suatu Koperasi yang dapat dilihat dari usaha
Koperasi itu sendiri seperti sejauh mana Koperasi dikelola secara efisien
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi
usaha) yang mandiri.
2. Member Succes
Efisiensi yang berorientasi pada anggota, yaitu pelayanan yang bersifat
menunjang anggota, yaitu pelayanan yang bersifat menunjang dari
perusahaan Koperasi, dalam hal ini kepentingan dan tujuan para anggota.
3. Development Succes
Berkaitan dengan dampak secara langsung atau tidak langsung yang
ditimbulkan oleh usaha Koperasi sehingga kontribusi Koperasi terhadap
Menurut Ropke (2003:70) keberhasilan sebuah Koperasi dipengaruhi oleh:
1. Faktor internal yang terdiri dari :
a. Pengelola (Pengurus dan manajer) b. Pelayanan
c. Partisipasi anggota d. Permodalan
2. Faktor eksternal yang terdiri dari :
a. Iklim usaha (persaingan)
b. Kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi.
Dari teori menurut Menurut Bernhard Limbong (2010:99) tingkat
keberhasilan Koperasi dilihat dari tiga faktor utama 1) partisipasi anggota,
partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota.
Kewajiban anggota adalah penyetoran simpanan pokok, simpanan wajib, dan atau
simpanan dari sisa hasil usaha (SHU) sebagai modal kerja. Sedangkan
pemanfaatan jasa pelayanan adalah hak sekaligus kewajiban. 2) Profesionalisme
manajeman, manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan
pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen
Koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership Koperasi,
mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi pasar,
jaringan yang dibangun, pemanfaatan IPTEK, serta riset dan informasi. 3) Faktor
yang berasal dari luar, faktor dari luar yang berpengaruh adalah peraturan
perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait
kebijakan dibidang ekonomi. Seperti UU penanaman modal, UU persaingan
usaha, UU pajak, UU perbankan, dan lain-lain.
Pengurus sebagai pengelola Koperasi Baitul Maal Wattamwil harus
mampu memberikan dorongan agar dapat menarik anggota untuk ikut serta
dalam pengembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Untuk menarik minat
seseorang agar menjadi anggota Koperasi Baitul Maal Wattamwil upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan yang baik bagi anggota
hal tersebut akan dapat baik dengan adanya prestasi dan hasil kerja yang baik
dari pengurus, dan partisipasi anggota.
Dengan kata lain “motor” penggerak bagi usaha Koperasi Baitul Maal Wattamwil adalah ditangan pengurus. Sehingga dibutuhkan orang-orang yang
mempunyai latar belakang pengetahuan yang luas dalam bidang Koperasi dan
dalam hal kemasyarakatan. Kemampuan manajerial pengurus diukur dari proses
mempengaruhi, pengambilan keputusan, komunikasi, dan inovatif. Peran
pemerintah diukur dari upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan
kondisi yang mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan, bimbingan dan
kemudahan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis
bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya”.
1.2 Rumusan Masalah
Perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil dipengaruhi oleh banyak
faktor, namun dalam penelitian ini penulis mengambil faktor partisipasi anggota
dan kemampuan manajerial pengurus yang mempengaruhi perkembangan
Koperasi Baitul Maal Wattamwil. Adapun rumusan masalah yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi
Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?
2. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap
perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya?
3. Bagaimana pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial
pengurus terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh partisipasi anggota terhadap perkembangan Koperasi Baitul Maal
Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.
2. Pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi
Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.
3. Pengaruh partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap
perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul
Maal Wattamwil.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai hal yang sejenis.
b. Memberikan sumbangan pemikiran dan perkembangan ilmu
pengetahuan bagi Prodi Pendidikan Ekonomi pada khususnya,
dan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis serta Universitas
Pendidikan Indonesia pada umumnya.
c. Memberikan masukan dan diharapkan mampu menjadi bahan
evaluasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 173) adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes,
gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda-benda, dan lain-lain.
Penelitian ini mengungkapkan tentang perkembangan Koperasi Baitul Maal
Wattamwil pada Koperasi Baitul Maal Wattamwil di wilayah Bandung Raya yaitu
Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat. Adapun yang
menjadi variabel penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas.
Dimana perkembangan Koperasi adalah sebagai variabel terikat (Y), partisipasi
anggota dan kemampuan manajerial pengurus sebagai variabel bebas (X), Kedua
variabel tersebut merupakan objek dari penelitian ini. Sedangkan yang menjadi
subjek dari penelitian ini adalah Koperasi Baitul Maal Wattamwil di wilayah
Bandung Raya.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode Survey Eksplanatori. Survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi serta menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data, sedangkan untuk eksplanatori adalah sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau
menolak teori dari hasil penelitian yang sudah ada. Jadi yang dimaksud survey
eksplanatori adalah suatu metode yang menjelaskan hubungan antara
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Suharsimi Arikunto
(2010:173) mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau totalitas kelompok subjek, yang menjadi sumber data untuk suatu
penelitian”.
Berdasarkan definisi diatas, maka populasi merupakan keseluruhan dari
objek yang akan diteliti. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh Koperasi Baitul mall wattamwil yang sudah memiliki badan
hukum Koperasi di wilayah Bandung Raya berjumlah 31 yang terdaftar di
Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat.
.
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiono, (2009: 118) “sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi”. Sedangkan menurut Sugiarto (2001:2)
sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Dalam hal
ini sampel yang diambil dalam penelitian menggunakan sampel jenuh karena
populasi kurang dari 30 sehingga untuk sampel diambil secara keseluruhan.
Sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh Koperasi
Baitull maal wattamwil di wilayah Bandung Raya.
Setelah peneliti melakukan tugas kelapangan bahwa dari 31 Koperasi
hanya 16 Koperasi saja yang mengizinkan untuk dijadikan sampel dalam
Tabel 3.1
Daftar Sampel Koperasi Baitul Maal Wattamwil di Wilayah Bandung Raya
No KBMT Alamat
1 Al-Hidayah
Jalan Halteu Utara Gg.XII no.108 Rt. 01 Rw.02 Bangus
Canang Bandung
2 Baraya JalanSariwangi Blok 24 Sukajadi Bandung
3 Barrah Jalan Kiara Sari Raya 10, Margasari, Margacinta
4 Beringharjo Jalan Kebonjati no. 22 kav.16 Bandung
5 Da'arul Tauhid Jalan Gegerkalong Girang No. 38
6 Dana Ukhuwah Jalan Kayu Ambon no. 48
7 Dinar Jalan Terusan Buah Batu Gg. kujang VIII Bandung
9 Duta Amanah Jalan Cihanjuang no. 35
10 El-Anshari
Jalan Pesantren no.50 Rt.07 Rw.08 Sukamiskin
Bandung
11 El-Bangkit Jalan Sukagalih 127, Sukajadi
12 El-Batasya Jalan Pamekaraya 106 Panghegar
12 El-Dana Manfaat Jalan Cihanjuang
13 ItQan Jalan Padasuka no. 160
14 Khalifah Jalan Kebon Gedang no. 80 Bandung
15 Mitra Sadaya Jalan Caringin no. 42
16 Mitrass Pesona Residence
17 Mughni Madani Komp. Cibiru Raya D11
18 Mustama Lembang
19 Nurul Ummah JL. Tubagus Ismail Gg. Aquarius no.12
20 Rabbani
JL. Cibedug no. 42 Kp. Pondok Rt. 05 Rw. 03 Ds.
Cikole
21 Sanama JL. Cilaki no 41
22 Saudara Jalan Cirengot No.17 Rt. 02 Rw. 04
Tabel lanjutan
24 Harapan Ummat Coblong
25 Qolbu Jalan Taman sari bawah No. 43 Rt. 06 Rw. 20
26
Ad-da'wah pondok
pahala Cibeunying Kaler
27 Muslimun Jalan Sindang sari No. 11
28 Alkaf Jalan Cibuntu Timur No. 13
29 Muttaqin Babakan Ciparay
30 Salam Kiara Condong
31 Al-Barkah Jalan Terusan Jakarta
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian dan Perdagangan Kota
Bandung & Kabupaten Bandung Barat
3.4 Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah dalam pengujian hipotesis yang diajukan, dalam
penelitian ini terlebih dahulu setiap variable didefinisikan, kemudian dijabarkan
melalui operasionalisasi variabel. Hal ini dilakukan agar setiap variabel dan
indikator penelitian dapat diketahui secara jelas. Operasionalisasi variabel
Tabel 3.2 Operasional Variabel Konsep Operasional
Variabel/Indikator Sumber Data Skala Partisipasi Anggota (X1) :
2.a. Partisipasi anggota dalam menyimpan, seperti :
1) tabungan idul fitri 2) tabungan kurban 3) tabungan pendidikan 2.b. Partisipasi anggota dalam
meminjam, seperti : keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang yang bekerja pada suatu responden mengenai tingkat kemampuan manajerial: a.Pengurus membuat
program kerja KBMT untuk satu tahun dengan rinci
b.pengurus membuat jadwal kerja untuk memudahkan melakukan evaluasi hasil kerja
c.pengurus menentukan langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan d.pengurus selalu berusaha
melakukan pembagian
kerja mulai dari proses awal hingga pelayanan terhadap anggota kepada karyawan untuk memajukan Koperasi mengolah semua masukan dari anggota
k.pengurus menciptakan iklim kerja yang dinamis dan kondusif
l. pengurus melakukan survey kepuasan anggota terhadap kinerja Koperasi m.pengurus membangkitkan
kesadaran anggota untuk berpartisipasi aktif
2. Kemampuan mengambil keputusan
q.pengurus selalu bersikap tegas dan adil dalam memberikan sanksi kepada karyawan kesesuaian target yang ditentukan dalam setiap pengambilan keputusan
2. Data diperoleh dari responden mengenai tingkat pengambilan keputusan : a.pengurus membuat
keputusan dengan cepat b.pengurus pernah membuat
keputusan yang salah Baitul Maal Wattamwil (Y):
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian.
b. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang akan diteliti dengan mempelajari buku-buku
dan literatur.
3.6 Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tentang, partisipasi anggota, kemampuan manajerial pengurus, dan perkembangan
Koperasi Baitul Maal Wattamwil.
Skala yang digunakan dalam instrumen panelitian ini adalah skala likert.
Skala likert yaitu suatu skala yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau
pernyataan yang semuanya menunjukan sikap terhadap setiap jawaban.
Adapun ketentuan skala jawaban sebagai berikut :
Sangat setuju : 5
Setuju : 4
Kurang Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :
1) Menetukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh partisipasi
anggota, kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi
Baitul Maal Wattamwil di Bandung Raya .
2) Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu Koperasi Baitul Maal
Wattamwil di Bandung Raya.
3) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden
4) Memperbanyak angket
6) Mengelola dan menganalisis hasil angket.
Skor yang diperoleh dalam penelitian ini mempunyai tingkat pengukuran
ordinal, maka sebelum dianalisis variabel-variabel penelitian ini
ditransformasikan dari skala ordinal menjadi skala interval dengan
menggunakan methode succesuve interval dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan
Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut Proporsi (P).
Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.
Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk setiap kategori.
Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.
Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut:
SV = (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit) (Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)
Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus: Y = SV + (1+ |SV min|)
Dimana nilai k = 1 + |SV min|
Selain itu, untuk mengolah data dari ordinal ke interval dengan
menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) juga dapat digunakan dengan
menggunakan program Succ97.
Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya
maka alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itulah terhadap angket
yang diberikan kepada responden dilakukan 2 (dua) macam tes, yaitu tes validitas
3.6.1 Uji Intrumen Penelitian a. Uji Validitas
Suatu tes dikatakan memiliki validitas tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil dengan maksud digunakannya
tes tersebut. Dalam uji validitas ini digunakan teknik korelasi Product Moment
dengan rumus :
diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai
r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya
responden.
Jika r hitung > r 0,05 dikatakan valid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak valid.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
korelasinya, (Riduwan, 2008: 217).
Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui
apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas
menggunakan rumus Uji Reliabilitas (r11). Langkah-langkah untuk menguji
a Menghitung harga varians tiap item dari setiap item
ΣX2 = jumlah kuadrat jawaban responden tiap item (ΣX)2 = kuadrat skor seluruh respondendari tiap item
= jumlah kuadrat skor total
(ΣY)2 = jumlah kuadrat dari jumlah skor total
N = jumlah responden
c. menghitung Reliabilitas intrumen
Test of reliability digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data
tersebut menunjukan tingkat ketepatan, tingkat keakuratan, kestabilan atau
konsistensi dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok
individu walaupun dilaksanakan pada waktu yang berbeda.
Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus
alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:
Dimana; r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal
n2 = Jumlah varians butir
2
Kriteria pengujiannya adalah jika r hitung lebih besar dari r tabel dengan
taraf signifikansi pada
= 0,05, maka instrumen tersebut adalah reliabel,sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrument tidak reliabel.
3.7 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.7.1 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis data
regresi berganda.Tujuannya adalah untuk mengetahui variable-variabel yang
dapat mempengaruhi perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.
Alat bantu analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan program
komputer SPSS 16. Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk
mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel
bebas dengan satu variabel terikat.
Model analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antar
variabel bebas terhadap variabel terikat dan untuk menguji kebenaran dari dugaan
sementara maka digunakan model Persamaan Regresi Linier Ganda sebagai
berikut :
Keterangan :
Y = Perkembangan KBMT B0 = Konstanta regresi
Β1 = Koefisien regresi X1 B2 = Koefisien regresi X2
X1 = Partisipasi Anggota X2 = Kemampuan Manajerial Pengurus
E = error / kesalahan pengganggu
3.7.2 Uji Normalitas
Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
melalui uji-t hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai
distribusi normal. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menditeksi
apakan residual mempunyai distribusi normal atau tidak. (Yana Rohmana,
2010:52).
Untuk mendeteksi normal atau tidaknya variabel pengganggu dapat
melihatnya dari normal probability plot yang membentuk suatu garis lurus
diagonal, dan ploting data yang akan dibandingkan dengan garis diagonalnya.
Menurut Imam Ghazali dalam Suci Wulandari (2012:12) jika data menyebar
disekitar garis diagonalnya dan mengikuti arah garis diagonalnya/grafik
histogram maka, menunjukan pola distribusi normal dan sebaliknya.
3.7.3 Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel bebas
antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat disebut
variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel-variabel yang
nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol. Ada beberapa cara untuk
medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam model regresi OLS (Gujarati,
2001:166), yaitu:
1) Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
2) Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,
perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya
koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
3) Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap Xi
terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika nilai
Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan tertentu,
maka terdapat multikolinieritas variabel bebas.
4) Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat
hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu
variabel independen lainnya.
5) Variance inflation factor dan tolerance.
Dalam penelitian ini akan mendeteksi ada atau tidaknya multiko dengan uji
16. Untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari hasil Collinerity Statistics.Hasil VIF yang lebih besar dari lima menunjukan
adanya gejala multikolinearitas.
Apabila terjadi multikolinearitas menurut Yana Rohmana (2010: 149-154)
disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Tanpa ada perbaikan
2) Dengan perbaikan:
Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori).
Menghilangkan salah satu variabel independen.
Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series.
Transformasi variabel.
Penambahan Data.
d. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik, adalah bahwa
varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai
variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan
σ2
. Inilah yang disebut sebagai asumsi homoskedastisitas. (Gujarati, 2001:177).
Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi oleh
nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai
konstan yang sama dengan σ2
atau varian yang sama. Uji heteroskedasitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas.
Keadaan heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab,
antara lain :
Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut:
1) Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3) Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran absolut
variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5) Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi
residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan
perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2hitung dan
χ2
tabel, apabila χ2hitung> χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi
heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2
hitung < χ2tabel maka
hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak. Dalam
metode White selain menggunakan nilai χ2
hitung, untuk memutuskan apakah
Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas Chi
Squares < α, berarti Ho ditolakjika probabilitas Chi Squares > α, berarti Ho
diterima.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji metode grafik, dengan
bantuan program SPSS 16. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi
yaitu bahwa varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya
tidak memiliki pola tertentu.
e. Uji Autokorelasi
Autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan
observasi lain yang berlainan waktu. Dalam kaitannya dengn asumsi metode OLS,
autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan residual lain.
Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual
adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan residual lain (Yana
Rohmana, 2010:192).
Akibat adanya autokorelasi adalah :
Varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasi
Model regrasi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai variable terikat dari nilai variable bebas tertentu
Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien), sehingga koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat
Uji t tidak berlaku, jika uji t tetap digunakan maka kesimpulan yang diperoleh salah.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui
beberapa cara dibawah ini :
1) Uji Breusch-Pagan-Godfrey untuk korelasi berordo tinggi
2) Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson
3) Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif
maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar berikut :
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji Durbin- Watson dengan
bantuan program SPSS 16. Uji ini mengahsilkan nilai DW hitung (d) dan nilai
DW tabel (dL dan du).
3.8 Pengujian Hipotesis
3.8.1 Pengujian secara parsial (Uji t)
Uji t atau pengujian secara parsial ini bertujuan untuk menguji tingkat
signifikasi dari setiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
dengan menganggap variabel lain konstan/tetap.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis:
Ho : masing- masing variabel Xi secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2.
Hi : masing-masing variabel Xi secara parsial berpengaruh terhadap variabel Y, dimana i = X1, X2.
Untuk menguji rumusan hipotesis diatas digunakan uji t dengan rumus:
t =
Se
; i = X1, X2.
Dimana merupakan nilai dari hipotesis nul.
Atau, secara sederhana t hitung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Yana Rohmana, 2010:74)
1) Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya (t tabel) dengan α = 0,05.
Keputusannya menerima atau menolak H0, sebagai berikut :
Jika t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha, artinya variabel itu signifikan.
Jika t hitung < nilai t kritisnya maka H0 diterima atau menolak Ha, artinya variabel itu tidak signifikan.
Kaidah keputusan:
Tolak Ho jika t hit> t tabel, dan terima Ho jika t hit< t tabel.
3.8.2 Pengujian Secara Serempak (Uji F)
Pengujian hipotesis secara keseluruhan merupakan penggabungan variabel
X terhadap variabel terikat Y untuk diketahui berapa besar pengaruhnya.
Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mencari F hitung dengan formula sebagai berikut :
(Rohmana, 2010:78)
2) Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya mencari F tabel berdasarkan
besaran α = 0,05 dan df dimana besarannya ditentukan oleh numerator (k -1) dan df untuk denominator (n-k).
3) Perbadingkan F hitung dengan F tabel, dengan kriteria Uji-F sebagai
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak (keseluruhan variabel bebas X tidak berpengaruh positif terhadap variabel terikat
Y).
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima (keseluruhan variabel bebas X berpengaruh positif terhadap variabel terikat Y).
3.8.3 Koefisien Determinasi
Menurut Gujarati (2001:98) dijelaskan bahwa koefisien determinasi (R2)
yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan
variabel bebas terhadap variabel terikat dari fungsi tersebut. Koefisien determinasi
sebagai alat ukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu memberikan proporsi atau
presentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel
bebas X.
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana perubahan variabel
terikat dijelaskan oleh variabel bebasnya, untuk menguji hal ini digunakan rumus
koefisien determinasi sebagai berikut:
R2 =
=
2 2
y i yˆ
i (Rohmana, 2010:76)
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2 < 1), dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat/dekat, atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat jauh/tidak erat, atau dengan kata lain model tersebut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian analisis menganai pengaruh partisipasi
anggota dan kemampuan manajerial pengurus terhadap perkembangan Koperasi
Baitul Maal Wattamwil maka penulis menyimpulkan bahwa :
1. Partisipasi anggota berpengaruh signifikan terhadap perkembanagn Koperasi
Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari perkembangan permodalan, sisa
hasil usaha dan volume usaha. Artinya bahwa semakin aktif para anggota
untuk berpartisipasi maka semakin tinggi pula tingkat perkembangan
Koperasi Baitul Maal Wattamwil,
2. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh signifikan terhadap
perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil, yang dilihat dari
perkembangan permodalan, sisa hasil usaha dan volume usaha. Artinya
bahwa semakin tinggi kemampuan manajerial yang dimiliki pengurus maka
semakin tinggi pula tingkat perkembangan Koperasi Baitul Maal Wattamwil.
3. Partisipasi anggota dan kemampuan manajerial pengurus secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan Koperasi Baitul
Maal Wattamwil. Artinya semakin tinggi partisipasi anggota serta manajerial
pengurus yang ada maka akan semakin tinggi pula tingkat perkembangan
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji dan dijelakan serta telah
ditarik kesimpulan, maka ada bebrapa saran yang bisa dilakukan yaitu sebagai
berikut :
1. Agar Koperasi Baitul Maal Wattamwil mampu terus berkembang dengan baik
maka anggota lebih diajak berperan aktif untuk berpartisipasi.
2. Pengurus aktif memberikan pemahaman kepada anggota mengenai peran
Koperasi Baitul Maal Wattamwil dengan lembaga keuangan lainnya agar
tidak adanya peyimpangan pemahaman anggotanya.
3. Pengurus harus mampu terus meningkatkan keterampilan diri baik dibidang
koperasi ataupun keterampilan lainnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan
agar mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
4. Adanya pembinaan kepada anggota sehingga memahami akan fungsi
Koperasi Baitul Maal Wattamwil agar meningkatkan kesadaran dalam
berkoperasi. Dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan dapat bekerja
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Budiwati, Neti. 2010. Manajemen Keuangan Koperasi. Bumi Siliwangi. Laboratorium Koperasi.
Djazuli. 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Firdaus, Agus. 2004. Perkoperasian: Sejarah, Teori dan Praktek. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Gujarati, Damodar,. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Salemba Empat.
Halomoan, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.
Hanel, Alfred, 1989. Pokok-pokok Pikiran Organisasi Koperasi dan Kebijakan
Pengembangan di Negara-negara Berkembang. Bandung: UNPAD.
Hanel, Alfred. 2005. Organisasi Koperasi. Jakarta: Graha Ilmu
Hendar, Kusnadi. 1999. Ekonomi Koperasi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.
Hendar, Kusnandi. 2009. Ekonomi Koperasi, Edisi ke-2. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
Hendrojogi. 2004. Koperasi: Azas-azas, Teori dan Praktek. Jakarta: Rajawali Pers.
Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Pers.
Indrawan, Rully. Pendidikan Koperasi. [online] Tersedia di
Limbong, Bernhard. 2010. Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Pondasi Ekonomi
Rakyat. Jakarta: Margaretha Pustaka.
Mistia, HM. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan Partisipasi
Anggota terhadap Efektifitas Organisasi Koperasi (survey pada Koperasi
Pegawai Negeri Republik Indonesia Se-Kabupaten Sukabumi.). Bandung.Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.
Muhamad. 2010. Politik Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhamad, Ridwan. 2004. Manajemen Baitul Maal Wattamwil. Yogyakarta: UII Pers.
Mulyawardani, Sofyan. 2012. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Kebijakan
Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada Koperasi
Wanita Anggota PUSKOWAN Jawa Barat). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.
Nugraha, Lucky. 2010. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus dan
Pembinaan Pemerintah terhadap Keberhasilan Koperasi. (Survey pada
Koperasi Mahasiswa Anggota FKKMI Jawa Barat). Bandung.Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.
Nurapiany, Resti, 2006. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Pelayanan Koperasi
terhadap Keberhasilan Koperasi Simpan-Pinjam. (Survei pada Koperasi
Simpan Pinjam Padamukti Garut). Bandung. Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.
Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Revrisond, Baswir. 2000. Koperasi Indonesia Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE.
Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi, Teori dan Manajemen. Jakarta : Salemba Empat
Sitio, Arifin. 2001. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta. Erlangga.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Perpustakaan UIN Sunan Kalijati: ISES.
Subandi.2010. Ekonomi Koperasi (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta
Sudarsono, Edilius. 2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana.(2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Thoby Mutis. Pengembangan Koperasi. Jakarta: Gramedia.
Tiara, PR. 2009. Pengaruh kemampuan manajerial dan motivasi kerja manajer
terhadap keberhasilan koperasi (survey pada koperasi karyawan di
Kabupaten Cirebon) .Bandung. Skrips UPI. Tidak Diterbitkan.
Tohirin, Achmad. Implementasi Perbankan Islam -pengaruh sosio-Ekonomis dan perannya dalam pembangunan, jurnal ekonomi pembangunan : Yogyakarta, 2003.
Ukas, Maman. 2009. Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasinya. Bandung: Agnini.
Umar, Chapra Muhammad. 2001. Pandangan Islam terhadap Kesejahteraan,
ekonom Muslim, Jakarta.