1
PENDAHULUAN
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas (PSAK 1 Revisi 2009). Sedangkan tujuan dari
pelaporan keuangan adalah “provide financial information about reporting entity that
is useful to present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making decisions in their capacity as capital providers” (Kieso 2011, 7). Meskipun banyak pihak yang menggunakan laporan keuangan, tujuan tersebut secara jelas meletakan investor sebagai pihak utama dari pelaporan keuangan dan proses alokasi modal sebagai fokus utama.
Efisiensi alokasi modal merupakan hal yang penting dalam mewujudkan ekonomi yang sehat. Namun informasi keuangan yang tidak handal dan tidak relevan menyebabkan alokasi modal yang buruk dan akhirnya mempengaruhi pasar sekuritas (Kieso 2011, 6). Untuk itu diperlukan suatu standar pelaporan keuangan guna menjamin kualitas dari suatu informasi keuangan.
2
IFRS (IFRS Foundation, 2012). IFRS berkembang sebagai jawaban atas pertanyaan yang ada dalam pikiran akuntan, professional keuangan, institusi keuangan dan regulator mengenai standar akuntansi manakah yang akan memecahkan keragaman praktik akuntansi seluruh dunia (Ankarath 2012, 12).
Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi terhadap IFRS dalam pengaturan standar akuntansi keuangan (IAI, 2008). IAI mengungkapkan bahwa kepatuhan terhadap IFRS meningkatkan keterbandingan maupun transparansi dari laporan keuangan. Di samping itu relevansi dan kehandalan merupakan kualitas dasar dari informasi keuangan dalam kerangka konseptual IFRS. Sehingga perlu dipertanyakan apakah proses konvergensi IFRS yang tidak murah tersebut menghasilkan peningkatan kualitas akuntansi di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia. Kualitas akuntansi diukur dengan manajemen laba dan relevansi nilai, seperti penelitian yang dilakukan Liu et al. (2011). Manajemen laba Peningkatan kualitas akuntansi ditunjukkan dengan menurunnya tingkat manajemen laba dan meningkatnya relevansi nilai dari laba dan nilai buku ekuitas (Barth et al., 2008).
3
laba dan penurunan praktik perataan laba (Liu et al., 2011). Ames (2013) menggunakan kualitas laba dalam mengukur kualitas akuntansi dan menemukan bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kualitas laba setelah adopsi IFRS di Afrika Selatan. Sedangkan di Jerman, kualitas akuntansi mengalami perbaikan baik pada masa IAS maupun pada masa adopsi IFRS secara sukarela, namun terjadi penurunan kualitas akuntansi pada masa adopsi IFRS secara wajib (Paananen dan Lin, 2009). Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengeta hui pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia.
Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui pengaruh adopsi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia. Santy et al., (2012) menemukan bahwa adopsi IFRS di Indonesia tidak mempengaruhi tingkat manajemen laba pada perusahaan perbankan di Indonesia. Sedangkan Narendra (2013) berhasil menemukan bahwa adopsi IFRS berpengaruh positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
4
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca mengenai program konvergensi IFRS yang dilakukan di Indonesia serta dampaknya terhadap kualitas akuntansi di Indonesia. Selain itu penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi Ikatan Akuntan Indonesia dalam menerapkan regulasi maupun strategi konvergensi IFRS lebih lanjut.
TINJAUAN TEORITIS
Manaje men Laba
5
Konve rgensi IFRS di Indonesia
Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia telah mengalami perkembangan yang panjang sampai dengan saat ini. Pada tahun 1974, Ikatan Akuntan Indonesia telah menyusun standar akuntansi dengan nama Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dengan US GAAP sebagai referensi utama. Namun sepuluh tahun kemudian standar akuntansi keuangan Indonesia beralih menggunakan standar milik International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai referensi utama (IAI, 2009). Kemudian pada tahun 1994 IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi terbitan IASC yang disebut dengan International Accounting Standard (IAS). Sehingga pada tanggal 1 Januari 2007 terdapat 28 PSAK yang disusun dengan menggunakan IAS sebagai referensi, 20 PSAK yang mengacu pada US GAAP, 8 PSAK yang dikembangkan sendiri oleh IAI dan sebuah PSAK bagi Bank Syariah yang mengacu pada Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) (Deloitte, 2007).
6
Manaje men Laba dan Konvergensi International Financial Reporting Standard
(IFRS)
7
Adopsi IFRS oleh Uni Eropa dan Australia pada tahun 2005 memulai efek domino yang menyebabkan IFRS digunakan lebih dari 120 negara di dunia pada saat ini (Larson dan Street, 2011). Demikian juga Indonesia yang memulai program konvergensi IFRS pada tahun 2009. Sebelum program konvergensi IFRS di Indonesia, International Accounting Standard dan United States Generally Accounting Principles merupakan dasar penyusunan utama standar akuntansi keuangan Indonesia. Saat ini IFRS terdiri dari sekitar 2000 halaman peraturan akuntansi, namun hal tersebut tidak sebanding dengan US GAAP yang dimuat dalam lebih dari 2000 pernyataan terpisah, dan banyak dari pernyataan terpisah tersebut yang memuat ratusan halaman. Perbedaan volume tersebut mencerminkan perbedaan antara rule-based approach yang mendasari US GAAP dengan principle-based approach yang mendasari IFRS (Gill, 2007). Principle-based accounting standards biasanya ditandai dengan pernyataan yang jelas mengenai tuj uan tetapi tidak memiliki petunjuk pelaksanaan yang rinci, sehingga akuntan dituntut untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam penerapanya (Collins et al., 2012). Pertimbangan profesional tersebut menyebabkan meningkatnya alternatif terkait perlakuan akuntansi dari suatu transaksi. Pada akhirnya menyebabkan peluang manajemen laba semakin besar. Sehingga hipotesis yang dirumuskan berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut:
8
Relevansi Nilai (Value of Relevance)
Relevansi nilai akuntansi didefinisikan sebagai kemampuan dari informasi yang dikungkapakan oleh laporan keunagan untuk menjelaskan dan menyimpulkan nilai perusahaan (Kargin, 2013). Dalam penelitian ini relevansi nilai dari suatu informasi akuntansi diukur dengan menggunakan hubungan statistik dari informasi dalam laporan keuangan dengan harga saham perusahaan tersebut (Silipo et al., 2011; Chua et al., 2012; Bilgic dan Ibis, 2013).
Relevansi Nilai dan Adopsi International Financial Reporting Standard (IFRS)
9
Pada tahun 2011 Financial Accounting Standard Board melakukan pembaruan Accounting Standard Codification Topic 820 tentang Fair Value Measurement, sedangkan International Accounting Standard Board menerbitkan IFRS 13 untuk mengatur Fair Value Measurement. Melalui ASC 820 dan IFRS 13, saat ini FASB dan IASB telah memiliki definisi yang sama untuk fair value atau nilai wajar, serta telah menyamakan berbagai aspek mengenai fair value. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa IFRS menggunakan akuntansi nilai wajar dalam aspek yang lebih luas dibandingkan dengan US GAAP. Seiring berlakunya PSAK adopsi IFRS bersamaan dengan pencabutan PSAK berbasis US GAAP, akuntansi nilai wajar mulai populer di Indonesia. Nilai wajar merupakan pengukuran berbasis pasar yang tidak terpengaruh o leh faktor spesifik dalam perusahaan sehingga merupakan pengukuran yang tidak bias serta konsisten dari waktu ke waktu maupun lintas perusahaan. Tidak seperti nilai wajar, seiring berjalanya waktu harga historis akan menjadi tidak relevan dalam menilai posisi posisi keuangan perusahaan saat ini (Penman, 2007). Sehingga hipotesis yang dirumuskan berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut:
10
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode analisis diklasifikasikan ke dalam 2 bagian (2006-2007 dan 2011-2012) untuk mencerminkan situasi sebelum dan setelah adopsi IFRS di dalam PSAK.
Pemilihan sampel yang digunakan dengan purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI sejak 2005 sampai dengan 2012.
2. Perusahaan yang tidak berpindah industri sejak 2005 sampai dengan 2012. 3. Perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham dan penggabungan
saham pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni.
11
Pengukuran Manajemen Laba
Manajemen laba diukur dengan menggunakan nilai absolut dari akrual diskresioner. Healy (1985) membedakan antara akrual yang dimandatkan oleh badan penyusun standar dengan akrual yang timbul karena kebijakan manajer. Akrual yang timbul karena kebijakan manajer disebut dengan akrual diskresioner atau abnormal akrual. Melalui pemikiran tersebut banyak penelitian yang mencoba menghitung akrual diskresioner dengan mengurangkan total akrual dengan estimasi akrual diskresioner (normal accrual). Sampai saat ini telah ditemukan beberapa model dalam mengestimasi besarnya akrual diskresioner (Jones 1991, Dechow et al., 1995; Lacker and Richardson, 2004; Kothari et al., 2005). Penelitian ini akan menggunakan model milik Kothari et al. (2005) yaitu cross-sectional modified Jones model with current-year ROA dalam mengukur besarnya akrual diskresioner. Model estimasi akrual diskresioner ini diterapkan untuk setiap one digit code atau sektor industri menutur Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA). Akrual diskresioner diestimasi dengan persamaan berikut:
NDAi,t = (Assetsi,t-1)REVi,t - RECi,t)PPEi,t + ROAi,t
Dengan NDAi,t adalah estimasi akrual diskresioner dibagi dengan total aset perusahaan i pada tahun t; Assetsi,t-1 adalah total aset perusahaan i pada tahun t-1;
REVi,t adalah perubahan penjualan dibagi dengan total aset perusahaan i pada tahun
12
aset perusahaan i pada tahun t; ROAi,t adalah rasio return on assets perusahaan i pada periode t dan dan merupakan parameter industri yang diperoleh menggunakan model regresi berikut untuk setiap jenis industri:
TAi,t = (Assetsi,t-1)REVi,t - RECi,t)PPEi,t + ROAi,t i,t
TAi,t merupakan total akrual perusahaan i periode t yang diperoleh dengan mengurangkan laba bersih dengan arus kas operasi (Net Income – Cash flow from Operation).
Setelah memperoleh besarnya akrual diskresioner tiap tahun, dilakukan uji beda untuk menguji hipotesis pertama. Dilakukan uji beda rata-rata absolute value of discretionary accruals sebelum adopsi IFRS dengan setelah adopsi IFRS.
Pengukuran Relevansi Nilai
Penelitian ini menggunakan model yang digunakan oleh Kwong, 2010 yaitu modified price model (Ohlson, 1995) dalam memeriksa hubungan antara nilai pasar ekuitas dengan dua variabel utama dalam pelaporan keuangan, yaitu nilai buku ekuitas dengan laba. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:
P
it+1 = 0 + 1 BVPSit + 2 EPSit + it13
tahun t dan EPSit adalah laba bersih per lembar saham perusahaan i pada tahun t. Relevansi nilai diukur dengan besarnya koefisien korelasi (adjusted R2) antara variabel bebas dengan variabel terikat pada model regresi tersebut.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2005 sampai dengan 2012. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 182 perusahaan dan meliputi 728 tahun perusahaan. Sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Sampel Penelitian berdasarkan Sektor Industri
Sektor Industri Jumlah
Perusahaan
Tahun Perusahaan
Basic Industry and Chemicals 42 168
Miscellaneous Industry 31 124
Consumer Goods Industry 27 108
Property, Real Estate and Building Construction 24 96
Infrastructur, Utilitie and Transportation 13 52
Trade, Services and Investment 45 180
TOTAL 182 728
14
Statistik Deskriptif
Langkah awal analisis dimulai dengan mengidentifikasi tendensi sebaran dari masing- masing variabel. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melihat kenderungan dari masing- masing variabel penelitian. Tabel 2 menyajikan ringkasan statistik deskriptif dari masing- masing variabel.
Tabel 2
Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel Penelitian Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS
N Min Max Mean N Min Max Mean
Absolute DA 364 0.0019 4.5781 0.6304 364 0.0057 4.6870 0.6410
P (Share Price) 364 41 59000 2184.48 364 11 350000 6595.48
BVPS 364 -7355 28628 1219.32 364 -3221.04 37357.44 1877.52
EPS 364 -852 5095 154.91 364 17319.88 260474 1143.96
Sumber : Data sekunder yang diolah (2014)
Pengujian Hipotesis
Adopsi IFRS dan Manaje men Laba
15
seperti penawaran saham. Selain itu, penerapan principle based yang menyebabkan meningkatnya fleksibilitas dalam pelaporan keuangan juga diimbangi dengan batasan-batasan dalam IFRS yang mengurangi kesempatan untuk melakukan earnings management.
Lestari, (2013) mengungkapkan bahwa salah satu upaya untuk mengurangi praktik manajemen laba, IFRS melakukan pembatasan reklasifikasi antar surat berharga. IFRS melalui IAS 39 melarang reklasifikasi surat berharga dari atau menuju FVTPL (fair value through profit or loss) atau surat berharga yang diukur dengan menggunakan nilai wajar. Ketika tidak dilakukan pembatasan, reklasifikasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan earnings management. Sebagai contoh, ketika suatu surat berharga yang diklasifikasikan sebagai held to maturity mengalami peningkatan fair value, manajemen akan melakukan reklasifikasi surat berharga tersebut ke dalam kelas FVTPL. Sehingga peningkatan fair value yang semula tidak diakui sebagai keuntungan akan diakui sebagai keuntungan dalam laporan laba rugi, maka besarnya laba bersih akan seo lah-olah meningkat. Berlakunya PSAK 55 yang merupakan adopsi IAS 39 secara langsung akan menghentikan manuver manajemen laba tersebut.
16
laporan keuangan (Cahyati, 2011). Kondisi asimetri informasi ini menyebabkan penyusun laporan keuangan memiliki dominasi yang kuat atas informasi keuangan perusahaan dan berpotensi melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri seperti manajemen laba. Sehingga secara langsung peluang manajemen laba akan berkurang karena syarat pengungkapan oleh IFRS.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Van Tendeloo dan Vanstraelen (2005), Jeanjean dan Stolowy (2008), dan Santy et al., (2012). Van Tendeloo dan Vanstraelen (2005) tidak menemukan perbedaan per ilaku manajemen laba antara perusahaan yang mengadopsi IFRS dengan pengguna German GAAP. Sedangkan Jeanjean dan Stolowy (2008) membuktikan bahwa tidak terjadi penurunan praktek manajemen laba di UK dan Australia. Begitu juga dengan Santy et al., (2012) yang tidak menemukan perbedaan signifikan besarnya manajemen laba sebelum dan setelah adopsi IFRS pada perusahaan perbankan di Indonesia.
Tabel 3
Absolute DA Sebelum Adopsi IFRS 364 358.83 130614
Setelah Adopsi IFRS 364 370.17 134742
Total 728
17
Tabel 4
Test Statisticsa
Absolute DA
Mann-Whitney U 64184.000
Wilcoxon W 130614.000
Z -.728
Asymp. Sig. (2-tailed) .467
Sumber : Data sekunder yang diolah (2014)
Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Akuntansi
18
Tabel 5
Adjusted R2
Year Adjusted R Square
Sebelum Adopsi
IFRS 2006 0.592
2007 0.039
Setelah Adopsi IFRS 2011 0.632
2012 0.611
Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS terhadap kualitas akuntansi di Indonesia, dalam hal ini kualitas akuntansi diukur dengan besarnya manajemen laba dan relevansi nilai akuntansi. Berdasarkan uji beda yang dilakukan dengan Mann-Whitney test setelah mengetahui bahwa distribusi data tidak normal, besarnya manajemen laba sebelum dan seudah adopsi IFRS tidak berbeda secara signifikan. Namun relevansi nilai dari informasi akuntansi setelah adopsi IFRS mengalami peningkatan yang ditunjukan dari peningkatan nilai Adjusted R2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas akuntansi di Indonesia setelah adopsi IFRS, secara khusus peningkatan relevansi nilai informasi akuntansi.
19
dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada IFRS, antara lain dengan menetapkan aturan tambahan ataupun memperbaiki standar etika pro fesi bagi penyusun laporan keuangan. Begitu juga dengan kantor akuntan publik yang melakukan audit atas laporan keuangan, harus memperhatikan alternatif yang dipilih oleh pihak manajemen dalam melakukan praktik akuntansi, agar fleksibilitas yang ada tidak ditumpangi oleh kepentingan individu, namun dapat menggambarkan kondisi ekonomi dengan lebih baik.
Keterbatasan dan Saran
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dan kekurangan. Adapun keterbatasan dan kekurangannya adalah:
1. Sampel yang digunakan tidak meliputi perusahaan sektor pertanian dan pertambangan, karena ketersediaan data yang terbatas. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan perusahaan dalam sektor tersebut.
2. Masih terdapat beberapa IFRS versi 2009 yang belum diadopsi hingga tahun maupun 2012. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode 2013, di mana PSAK telah mengadopsi IFRS versi berikutnya.
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Ames, Daniel. (2013). IFRS Adoption and Accounting Quality: The Case of South Africa. Journal of Applied Economics and Business Research JAEBR, 3(3): 154-165.
Agostino, M., D. Drago, dan D. D. Silipo. (2011). The value relevance of IFRS in the European banking industry. Rev Quant Finan Acc, 36: 437–457.
Barth, M., W. R. Landsman, dan M. H. Lang. (2008). International Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46, 467-498.
Bilgic, F. A., dan C. Ibis. (2013). Effects of New Financial Reporting Standards on Value Relevance – A Study about Turkish Stock Markets. International Journal of Economics and Finance, 5(10): 126-139.
Cahyati, Ari D. (2011). Peluang Manajemen Laba Pasca Adopsi IFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris. JRAK, 2(1): 3-7.
Cahyonowati, N., dan D. Ratmono. (2012). Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai Informasi Akuntansi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 14(2): 105-115.
22
Chua, E. Y. L., C. S. Cheong, and G. Gould. 2012. The impact of mandatory IFRS adoption on accounting quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting Research, 11 (1): 119–146.
Collins, D. L., W. R. Pasewark, dan M. E. Riley. (2012). Financial Reporting Outcomes under Rules-Based and Principles-Based Accounting Standards. Accounting Horizons American Accounting Association, 26(4): 681–705. Dechow, P. M R.G. Sloan, and A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings
Management. The Accounting Review, 70(2): 193-225.
Deloitte. (2007). IFRS and Indonesian GAAP A Comparison. Jakarta.
Eaton, Sarah B (2005). Crisis and the Consolidation of International Accounting Standards: Enron, The IASB, and America. Business and Politics, 7(3), Art. 4. Gill, L.M. (2007). IFRS: Coming to America. Journal of Accountancy, June 2007: 70
–73.
Ginting, H. A. (2013). Pengaruh Penerapan IFRS terhadap Relevansi Nilai dari Nilai Buku per Lembar Saham dan Laba per Lembar Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
23
Healy, P.M. and J.M. Wahlen. (1999), A review of the earnings management literature and its implications for standard setting, Accounting Horizons December 1999: 365-383.
http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?id=19 diakses tanggal 17 Desember 2013
IFRS Foundation, “Report of the Trustees’ Strategy Review 2011, IFRSs as the
Global Standards: Setting a Strategy for the Foundation’s Second Decade”,
February 2012.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan (per 1 September 2007), Jakarta: Salemba Empat.
Jeanjean, T., Stolowy H. (2008). Do Accounting Standards Matter? An Exploratory Analysis of Earnings Management Before and After IFRS Adoption. Journal of Accounting and Public Policy, 27: 480–494.
Kieso, Donald E., J. J. Weygandt, dan T. D. Warfield. (2011).”Intermediate
Accounting”, Volume 1, IFRS Edition, New York : John Wiley & Sons. Inc. Kothari, S.P., A.J. Leone and C. Wasley. (2005). Performance Matched Discretionary
Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics, 39(1): 163–197. Larson, R., D. Street. (2011). IFRS Teaching Resources: Available and Rapidly
Growing. Accounting Education: An International Journal, 20(4), 317-338. Rudra, Titas. (2012). Does IFRs Influence Earnings Management? Evidence from
24
Santy, P., Tawakal, dan G. T. Pontoh. (2012). Pengaruh Adopsi IFRS terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin, Makasar.
Schipper, K. (1989). Commentary on earnings management. Accounting Horizons, 3: 91-102.
Kargin, Sibel. (2013). The Impact of IFRS on the Value Relevance of Accounting Information: Evidence from Turkish Firms. International Journal of Economics and Finance, 5(4): 71-80.
Khanagha, J. B. (2011). Value Relevance of Accounting Information in the United Arab Emirates. International Journal of Economics and Financial Issues, 1(2), 33-45..
Kwong, L. C. (2010). The Value Relevance of Financial Reporting in Malaysia: Evidence from Three Different Financial Reporting Periods. Malaysia International Journal of Business and Accountancy, 1(1): 1-19.
Larcker, D.F. and S.A. Richardson. (2004). Fees Paid to Audit Firms, Accrual Choices, and Corporate Governance. Journal of Accounting Research, 42(3): 625–656.
25
Liu, Chunhui, L. J. Yao, N. Hu & L. Liu. (2011). The Impact of IFRS on Accounting Quality in a Regulated Market: An Empirical Study of China. Journal of Accounting, Auditing & Finance, 26 (4), 659 – 676.
Majalah AI. 2009. Bagaimana Dunia Pendidikan Mengantisipasi Pemberlakuan IFRS 2012. No. 17, Tahun III. Halaman 20. Jakarta.
Nabil Elias. (2012). The Impact of Mandatory IFRS Adoption on Accounting Quality: Evidence from Australia. Journal of International Accounting Research 11(1): 147–154.
Nandakumar, A., R. Martin, K. J. Mehta, T. P. Ghosh, dan Y. A. Alkafaji. (2012).
“Memahami IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional”, Jakarta
Barat: Indeks.
Narendra, Abhiyoga. (2013). Pengaruh Pengadopsia n International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang.
Ohlson, J.A. (1995). Earnings, book value and dividends in equity valuation. Contemporary Accounting Research, 11(2): 661-687.
26
Penman, Stephen H. (2007). Financial Reporting Quality: Is Fair Value a plus or a minus? Accounting and Business Research, Special Issue: International Accounting Policy Forum: 33-44.
Soderstrom, N. S., dan K. J. Sun. (2007). IFRS Adoption and Accounting Quality: A Review. European Accounting Review, 16, 675-702.
Van Tendeloo, B., dan A. Vanstraelen. (2005). Earnings Management under German GAAP versus IFRS. European Accounting Review 14(1): 155-180.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel
No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk
3 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
5 ARNA Arwana Citramulia Tbk
6 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk
7 MLIA Mulia Industrindo Tbk
8 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
9 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
10 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
11 CTBN Citra Tubindo Tbk
12 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
13 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk
14 JPRS Jaya Pari Steel Corp. Tbk
15 LION Lion Metal Works Tbk
16 LMSH Lionmesh Prima Tbk
17 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
18 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk
19 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
20 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
21 EKAD Ekadharma International Tbk
22 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
23 INTI Intanwijaya Internasional Tbk
24 SRSN Indo Acidatama Tbk
25 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk
26 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk
27 APLI Asiaplast Industries Tbk
28 BRNA Berlina Tbk
29 FPNI Fatrapolindo Nusa Industri Tbk
30 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
31 SIMA Siwani Makmur Tbk
32 TRST Trias Sentosa Tbk
28
34 MAIN Malindo Feedmill Tbk
35 SIPD Sierad Produce Tbk
36 BRPT Barito Pacific Timber Tbk
37 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
38 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
39 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
40 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Corp Tbk
41 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk
42 SPMA Suparma Tbk
43 AUTO Astra Otoparts Tbk
44 BRAM Branta Mulia Tbk
45 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
46 GJTL Gajah Tunggal Tbk
47 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
48 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
49 NIPS Nipress Tbk
50 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk
51 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
52 ADMG Polychem Indonesia Tbk
53 ARGO Argo Pantes Tbk
54 ERTX Eratex Djaja Tbk
55 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
56 HDTX Panasia Indosyntex Tbk
57 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk
58 KARW Karwell Indonesia Tbk
59 MYRX Hanson International Tbk
60 MYTX APAC Citra Centertex Tbk
61 PBRX Pan Brothers Tbk
62 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk
63 RDTX Roda Vivatex Tbk
64 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
65 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk
66 TFCO Teijin Indonesia Fiber Tbk
67 BATA Sepatu Bata Tbk
68 BIMA Primarindo Asia Infrastructur Tbk
69 JECC Jembo Cable Company Tbk
70 KBLI GT Kabel Indonesia Tbk
71 KBLM Kabelindo Murni Tbk
72 SCCO Sucaco Tbk
73 VOKS Voksel Electric Tbk
29
75 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
76 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
77 DLTA Delta Djakarta Tbk
78 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
79 MYOR Mayora Indah Tbk
80 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk
81 SKLT Sekar Laut Tbk
87 RMBA Bentoel International Investama Tbk
88 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
89 INAF Indofarma Tbk
90 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
91 KLBF Kalbe Farma Tbk
92 MERK Merck Indonesia Tbk
93 PYFA Pyridam Farma Tbk
94 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
95 SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk
96 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
97 MRAT Mustika Ratu Tbk
98 TCID Mandom Indonesia Tbk
99 UNVR Unilever Indonesia Tbk
100 LMPI Langgeng Makmur Ind. Tbk
101 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk
102 BKSL Sentul City Tbk
103 BMSR Bintang Mitra Semestaraya Tbk
104 CTRA Ciputra Development Tbk
105 CTRS Ciputra Surya Tbk
106 DART Duta Anggada Realty Tbk
107 DILD Dharmala Intiland Tbk
108 DUTI Duta Pertiwi Tbk
109 ELTY Bakrieland Development Tbk
110 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk
111 GMTD Gowa Makassar Tourism Dev. Tbk
112 JRPT Jaya Real Property Tbk
113 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk
114 KPIG Kridaperdana Indahgraha Tbk
30
116 LPCK Lippo Cikarang Tbk
117 LPKR Lippo Karawaci Tbk
118 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk
119 OMRE Indonesia Prima Property Tbk
120 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
121 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk
122 ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk
123 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk
124 TRUB Truba Alam Manunggal E. Tbk
125 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
126 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk
127 BTEL Bakrie Telecom Tbk
128 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk
129 ISAT Indosat Tbk
130 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
131 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
132 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk
133 CMPP Centris Multi Persada Pratama Tbk
134 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
135 RIGS Rig Tenders Tbk
136 SMDR Samudera Indonesia Tbk
137 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk
138 AIMS Akbar Indomakmur Stimec Tbk
139 AKRA AKR Corporindo Tbk
140 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk
141 INTA Intraco Penta Tbk
142 INTD Inter-Delta Tbk
143 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk
144 LTLS Lautan Luas Tbk
145 MDRN Modern Photo Tbk
146 META Nusantara Infrastructure Tbk
147 MICE Multi Indocitra Tbk
148 SDPC Millennium Pharmacon Int’l Tbk
149 SUGI Sugi Sama Persada Tbk
150 TGKA Tigaraksa Satria Tbk
151 TIRA Tira Austenite Tbk
152 TMPI AGIS Tbk
153 TURI Tunas Ridean Tbk
154 UNTR United Tractors Tbk
155 WICO Wicaksana Overseas Int’l Tbk
31
157 MPPA Matahari Putra Prima Tbk
158 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk
159 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk
160 BAYU Bayu Buana Tbk
161 FAST Fast Food Indonesia Tbk
162 JSPT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk
163 MAMI Mas Murni Indonesia Tbk
164 PANR Panorama Sentrawisata Tbk
165 PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk
166 PNSE Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk
167 PTSP Pioneerindo Gourmet Int’l Tbk
168 ABBA Abdi Bangsa Tbk
169 FORU Fortune Indonesia Tbk
170 SCMA Surya Citra Media Tbk
171 TMPO Tempo Inti Media Tbk
172 ASGR Astra Graphia Tbk
173 CENT Centrin Online Tbk
174 DNET Dyviacom Intrabumi Tbk
175 LMAS Limas Centric Indonesia Tbk
176 MLPL Multipolar Corporation Tbk
177 MTDL Metrodata Electronics Tbk
178 ALKA Alakasa Industrindo Tbk
179 BMTR Bimantara Citra Tbk
180 BNBR Bakrie & Brothers Tbk
181 GEMA Gema Grahasarana Tbk
32 Lampiran 2
Statitstik Deskriptif Variabel yang digunakan untuk menghitung absolute value
of discretionary accruals
Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Sebelum Adopsi IFRS Setelah Adopsi IFRS
N Min Max Mean N Min Max Mean
Absolute DA 364 0.0019 4.5781 0.6304 364 0.0057 4.6870 0.6410
P (Share Price) 364 41 59000 2184.48 364 11 350000 6595.48
BVPS 364 -7355 28628 1219.32 364 -3221.04 37357.44 1877.52
EPS 364 -852 5095 154.91 364 17319.88 260474 1143.96
Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)
Lampiran 3
Uji Normalitas Absolute Value of Discretionary Accruals
Periode
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Absolute Value of DA Sebelum Adopsi IFRS 0.17141 364 0.000 0.78290 364 0.000
Setelah Adopsi IFRS 0.16502 364 0.000 0.77301 364 0.000
Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)
Hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov memiliki signifikansi
33
Sumber: Data sekunder yang diolah (2014)
Nilai Variance Inflation Factor untuk masing- masing variabel independen memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen.
34