• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggali spiritualitas Santo Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Menggali spiritualitas Santo Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang."

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG” . Judul skripsi ini dipilih berdasarkan pengalaman pribadi penulis terhadap keprihatinan menurunnya semangat pelayanan katekis akibat adanya tantangan-tantangan pelayanan yakni arus besar perubahan zaman yang terjadi dewasa ini. Realitas pelayanan katekis menunjukkan adanya tantangan pelayanan yang menghambat dan mempersulit penghayatan spiritualitas pelayanan sehingga semangat melayani menurun. Hal ini tidak dapat dibiarkan sebaliknya harus disikapi dan ditanggapi secara bijaksana oleh para katekis. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk memberi inspirasi kepada para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani kebutuhan umat.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut diolah dengan menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II guna memperoleh inspirasi-inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II. Inspirasi-inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk meneguhkan dan meningkatkan semangat pelayanan mereka.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi banyak orang. Beliau adalah pribadi yang sangat kuat dalam iman, harapan dan kasih yang didukung oleh semangat doa mistis. Beliau pribadi yang penuh kasih sehingga disebut promotor kasih. Beliau pribadi yang tenang, lemah lembut dan murah senyum namun tegas pada keyakinannya. Beliau pribadi yang teguh, tangguh dan tanggap terhadap tantangan arus zaman, berani menghadapi penderitaan dan kematian. Semangat pelayanannya tidak pernah pudar meskipun menghadapi banyak tantangan dan ancaman pembunuhan. Beliau tidak kunjung lelah menyuarakan kasih Allah kepada dunia seperti seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya. Beliau telah menjadi garam dan terang dunia. Oleh karena itu pantaslah beliau menjadi teladan dan inspirasi bagi para katekis sebagai pelayan.

(2)

This undergraduate thesis entitles "EXPLORING THE SPIRITUALITY OF SAINT JOHN PAUL II AS A SOURCE OF INSPIRATION FOR THE MINISTRY OF CATECHISTS TODAY". This title was selected based on the author’s personal concern about the declining of the catechists of the ministry of catechists due to the challenges of the ministry that is the large current of the change of time today. The reality shows there are challenges which impede the appreciation of the spirituality of ministry so that the spirit of ministry declined. This situation cannot be allowed and have to be addressed and responded wisely by catechists. Based on this fact, this undergraduate thesis was intended to keep inspiration of catechist in order to remain energetic in servicing the needs of the people.

The main issue in this undergraduate thesis is what kind of inspiration based on the spirituality of St. John Paul II can be explore to enhance the ministry catechists today. This issue was elaborated by using literature on the ministerial story of St. John Paul II in order to get inspiration from his ministerial spirituality. Thus inspiration presented would be useful to strengthen and intensify the spirit of ministry of catechists.

St. John Paul II is a very inspired person to many people. He was the one who is very strong personal in faith, hope and love that supported by the mystical spirit of prayer. He was called promoter of love because he was a person full in love. He was a quiet, gentle, full of smile person as well as and firmly in his belief. He was a tenacious and resilient as well as ready to response to the today’s challenges. He dared to face suffering and death. His ministerial spirit never faded in spite of confronting challenges and threats of murder. He never exhausted expressing God love to the world as a mother who entirely devoted her affection to her children. Therefore, he was worth to become example and to give inspiration for catechists as a servent.

(3)

SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Patrick Marius NIM: 121124047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Skripsi ini kupersembahkan untuk Keuskupan Keningau Sabah, Pusat Pembangunan Pastoral Keuskupan Keningan (PPPKK), seluruh umat Paroki St.

Francis Xaverius terutama Komunitas Umat Kristiani (KUK) stasi St. Maicheal Kindasan, St. Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo, untuk kedua orang tua, kakak, adik dan sesama keluargaku serta sahabat-sahabat yang telah

(7)

v

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah

untuk sehari”

(8)
(9)
(10)

viii

Skripsi ini berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI

PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG” . Judul skripsi ini dipilih

berdasarkan pengalaman pribadi penulis terhadap keprihatinan menurunnya semangat pelayanan katekis akibat adanya tantangan-tantangan pelayanan yakni arus besar perubahan zaman yang terjadi dewasa ini. Realitas pelayanan katekis menunjukkan adanya tantangan pelayanan yang menghambat dan mempersulit penghayatan spiritualitas pelayanan sehingga semangat melayani menurun. Hal ini tidak dapat dibiarkan sebaliknya harus disikapi dan ditanggapi secara bijaksana oleh para katekis. Bertitik tolak dari kenyataan itu, skripsi ini dimaksudkan untuk memberi inspirasi kepada para katekis agar tetap bersemangat dalam melayani kebutuhan umat.

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II untuk meningkatkan semangat pelayanan katekis zaman sekarang. Persoalan tersebut diolah dengan menggunakan studi pustaka terhadap kisah pelayanan St. Yohanes Paulus II guna memperoleh inspirasi-inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II. Inspirasi-inspirasi yang dipaparkan kiranya dapat berguna bagi para katekis untuk meneguhkan dan meningkatkan semangat pelayanan mereka.

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang sangat menginspirasi banyak orang. Beliau adalah pribadi yang sangat kuat dalam iman, harapan dan kasih yang didukung oleh semangat doa mistis. Beliau pribadi yang penuh kasih sehingga disebut promotor kasih. Beliau pribadi yang tenang, lemah lembut dan murah senyum namun tegas pada keyakinannya. Beliau pribadi yang teguh, tangguh dan tanggap terhadap tantangan arus zaman, berani menghadapi penderitaan dan kematian. Semangat pelayanannya tidak pernah pudar meskipun menghadapi banyak tantangan dan ancaman pembunuhan. Beliau tidak kunjung lelah menyuarakan kasih Allah kepada dunia seperti seorang ibu yang mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya. Beliau telah menjadi garam dan terang dunia. Oleh karena itu pantaslah beliau menjadi teladan dan inspirasi bagi para katekis sebagai pelayan.

(11)

ix

This undergraduate thesis entitles "EXPLORING THE SPIRITUALITY OF SAINT JOHN PAUL II AS A SOURCE OF INSPIRATION FOR THE MINISTRY OF CATECHISTS TODAY". This title was selected based on the author’s personal concern about the declining of the catechists of the ministry of catechists due to the challenges of the ministry that is the large current of the change of time today. The reality shows there are challenges which impede the appreciation of the spirituality of ministry so that the spirit of ministry declined. This situation cannot be allowed and have to be addressed and responded wisely by catechists. Based on this fact, this undergraduate thesis was intended to keep inspiration of catechist in order to remain energetic in servicing the needs of the people.

The main issue in this undergraduate thesis is what kind of inspiration based on the spirituality of St. John Paul II can be explore to enhance the ministry catechists today. This issue was elaborated by using literature on the ministerial story of St. John Paul II in order to get inspiration from his ministerial spirituality. Thus inspiration presented would be useful to strengthen and intensify the spirit of ministry of catechists.

St. John Paul II is a very inspired person to many people. He was the one who is very strong personal in faith, hope and love that supported by the mystical spirit of prayer. He was called promoter of love because he was a person full in love. He was a quiet, gentle, full of smile person as well as and firmly in his belief. He was a tenacious and resilient as well as ready to response to the today’s challenges. He dared to face suffering and death. His ministerial spirit never faded in spite of confronting challenges and threats of murder. He never exhausted expressing God love to the world as a mother who entirely devoted her affection to her children. Therefore, he was worth to become example and to give inspiration for catechists as a servent.

(12)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG.

Skripsi ini disusun berdasarkan pengalaman peserta terhadap keprihatinan realitas pelayanan katekis dan realitas kehidupan beriman yang mengalami banyak hambatan dan kesulitan. Contohnya, sekularisme dan sekularisasi, globalisasi, budaya instan, relativisme, dampak perkembangan teknologi digital, fundamentalisme dan radikalisme, rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup, serta merebaknya kemiskinan. Menurunnya semangat pelayanan para katekis memicu pada usaha untuk memberi sumbangan pemikiran berupa inspirasi untuk meneguhkan dan menyemangat mereka agar tetap bersemangat melayani umat meskipun mengalami banyak tantangan pelayanan.

(13)

xi Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed. selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Agama Katolik dan sekaligus dosen pembimbing utama yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu untuk mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji III yang telah bersedia membaca, memberikan kritik dan masukan, serta mendampingi penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma dengan baik.

(14)

xii

Pastoral Keuskupan Keningau yang telah memberi dukungan penuh kepada penulis baik secara materi maupun non-materi selama kuliah sehingga penulisan skripsi ini selesai dengan baik.

6. Orang tua, kakak, adik dan semua keluarga yang selalu memberi semangat, dukungan moral, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

7. Umat Paroki St. Francis Xaverius khususnya di stasi St. Micheal Kindasan, St. Yohanes Rasul Bomboi, dan St. Joseph Menawo yang telah memberi dukungan moral dan doa kepada penulis selama kuliah.

8. Seluruh staf perpustakaan Kolese St. Ignatius Kotabaru dan Perpustakaan Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang begitu bermurah hati untuk meminjamkan buku-buku yang penulis perlukan baik selama kuliah maupun selama penulisan skripsi ini sampai selesai.

9. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu memberi semangat, motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

10.Seluruh warga kampus Program Studi Pendidikan Agama Katolik yang telah menemani, memberi semangat serta dukungan doa hingga dari awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

(15)
(16)

xiv

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penulisan ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP... 11

A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II ... 12

1. Kisah Hidup sebelum Menjadi Imam ... 12

2. Panggilan Menjadi Imam ... 14

3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta ... 16

4. Kisah Hidup dan Pelayanan selama Menjabat Takhta Suci ... 18

a. Karya dan Kunjungan Pastoral ... 18

b. Serangan Percobaan Pembunuhan ... 21

(17)

xv

di Surga... 24

5. Penghargaan dan Gelar ... 26

a. Tokoh Dialog ... 26

b. Paus Orang Sakit dan Menderita ... 29

c. Santo yang Hidup ... 31

d. Yang Agung dan Yang Mulia ... 33

e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar ... 34

B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II ... 37

1. “Hidup, Bergerak dan Berada” dalam Yesus Kristus (Kis 17:28) ... 40

2. Teguh Berharap Walau dalam Situasi Tanpa Harapan ... 45

3. Cintakasih hingga Tuntas ... 48

4. Berdoa dalam Roh ... 59

BAB III. TANTANGAN DAN PELAYANAN KATEKIS ZAMAN INI .... 70

A. Tantangan Pelayanan Katekis Zaman Ini ... 71

1. Sekularisasi dan Sekularisme ... 72

2. Pandangan Hidup dan Budaya Instan ... 73

3. Ateisme dan Relativisme yang melahirkan Krisis Iman dan Moral ... 75

4. Dampak Perkembangan Teknologi Digital ... 75

5. Pluralitas yang diwarnai Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi ... 76

6. Rusaknya Keutuhan Ciptaan dan Lingkungan Hidup ... 78

7. Merebaknya Kemiskinan ... 79

B. Tugas dan Peranan Katekis sebagai Pelayan Umat pada Zaman Ini 81 1. Pelayanan ... 82

a. Pelayanan menurut Kitab Suci ... 82

b. Pelayanan menurut Dokumen Gereja ... 84

c. Pelayanan menurut Para Tokoh ... 87

1). Paus Fransiskus ... 87

(18)

xvi

2. Sosok Katekis ... 93

3. Kategori Katekis ... 96

4. Tugas dan Peran Katekis ... 98

5. Cakupan Pelayanan Katekis ... 104

a. Cakupan teritorial ... 104

b. Cakupan Bidang ... 105

6. Perkembangan Pelayanan Katekis ... 107

BAB IV. MENIMBA INSPIRASI DARI SANTO YOHANES PAULUS II BAGI PELAYANAN PARA KATEKIS ... 112

A. Katekis Menimba Inspirasi dari St. Yohanes Paulus II ... 113

1. Saksi Iman yang Sejati ... 114

2. Tanpa Doa Iman dan Kasih adalah Mati ... 117

3. Kesetiaan pada Tugas Pengutusan ... 120

4. Hati Penuh Pengharapan ... 122

5. Pemberani di waktu Penuh Ketakutan dan Penderitaan ... 124

6. Sang Kelana dan Misionaris Agung... 126

7. Pribadi yang Rendah Hati ... 128

8. Pribadi yang Utuh ... 130

9. Pribadi Penuh Kasih ... 132

10. Pribadi Multi-Talenta ... 135

B. Usulan Program Retret untuk Meningkatkan Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau 141 1. Latar Belakang Program... 141

2. Pengertian Retret... 145

3. Alasan Diadakan Program Retret ... 146

4. Tujuan Diadakan Retret ... 147

5. Gambaran Pelaksanaan Program Retret ... 149

6. Pemilihan Materi... 149

(19)

xvii

Semangat Pelayanan para Katekis di Paroki Santo Francis

Xaverius Keuskupan Keningau ... 157

BAB V. PENUTUP ... 173

A. Kesimpulan ... 173

B. Saran ... 176

DAFTAR PUSTAKA ... 178

LAMPIRAN ... 181

Lampiran 1: Data Diri Santo Yohanes Paulus II ... (1)

Lampiran 2: Beberapa Foto Kenangan Santo Yohanes Paulus II ... (3)

Lampiran 3: Beberapa Gambar Monumen Tanda Penghargaan Santo Yohanes Paulus II... (8)

Lampiran 4: Perjalanan Dunia Paus Yohanes Paulus II ... (9)

(20)

xviii A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2001, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 18 November 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misionaris Gereja, 7 Desember 1965.

ASG : Ajaran Sosial Gereja, Seri Dokumen Gerejawi Edisi Khusus (Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial gereja Tahun 1891-1991 dari Rerum Novarum sampai Centesimus Annus, diterjemahkan dari naskah resmi bahasa Latin oleh R. Hardawiryana, SJ), Agustus

1999.

(21)

xix

DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 November 1965.

EG : Evangelii Gaudium. Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil, 24 November 2013.

EN : Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975.

GE : Gravissimum Educationis, Penyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristiani, 28 Oktober 1965.

GS : Gaudium Et Spes, Kontitusi Pastoral Konsili Vatikan II mengenai Gereja di Dunia Dewasa Ini, 7 Desember 1965.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral Gereja Katolik, 22 Juni 1992.

KHK : Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Kontitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 21 November 1964.

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pelayanan Dan Kehidupan Para Imam, 7 Desember 1965. RM : Redemptoris Missio, Ensiklik Bapa Suci Yohanes Paulus II

(22)

xx Art : Artikel

AS : Amerika Serikat Bdk : Berdasarkan

CEP : Congregation for Evangelization of Peoples, Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, menerbitkan buku Pedoman Untuk Katekis, 3 Desember 1993.

CM : Congregation Missionis, Kongregasi Misi FI : Formatio Iman

Hal : Halaman

KAJ : Keuskupan Agung Jakarta KAS : Keuskupan Agung Semarang KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Pdt : Pendeta

PIA : Pendampingan Iman Anak

PIOD : Pendampingan Iman Orang Dewasa PIR : Pendampingan Iman Remaja

PIUL : Pendampingan Iman Lanjut Usia PPK : Pusat Pelatihan Katekis

PUK : Petunjuk Umum Katekese

PKKI : Pertemuan Kateketik Keuskupan Se-Indonesia Prodi : Program Studi

(23)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengawali Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Bapa Suci Fransiskus menyampaikan dorongan untuk melaksanakan seluruh kegiatan pewartaan atau yang sering disebut evangelisasi dengan penuh sukacita. Seruan tersebut mengajak seluruh keluarga besar Umat Allah untuk melakukan suatu pembaharuan atau suatu cara baru dalam melaksanakan visi dan misi bersama, yakni mewartakan kabar sukacita dengan penuh kegembiraan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, sukacita itu dapat dibagikan kepada orang lain jika seorang lebih dulu mengalami sukacita tersebut. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang yang telah menerima kasih Allah untuk tidak mampu membagikan kasih kepada sesama (EG 8).

Mengutip dari Ensiklik Deus Caritas Est, Bapa Suci mengungkapkan, “Menjadi seorang Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan mulia,

melainkan perjumpaan dengan suatu kejadian atau seseorang, yang memberikan cakrawala baru dan arah yang menentukan dalam hidup” (EG 7). Dengan kutipan

(24)

yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup,...”.(EG 4).

Hal-hal kecil tersebut tidak sama dengan hal biasa yang dilakukan dan yang ada di dalam Gereja, tetapi ada di mana kemungkinan sukacita atau kasih Allah boleh diterima dan dialami oleh orang lain. Bapa Suci dengan penuh semangat juga mengatakan bahwa “Gereja harus keluar” untuk mencari dan menemukan tempat

di mana benih kasih Allah dapat disemai.

Persoalan untuk masa sekarang adalah siapakah pelaku pewarta sukacita Injil tersebut? Pada dasarnya seruan Bapa Suci Fransickus tersebut ditujukan kepada semua umat sebagai anggota Gereja, namun secara khusus kepada mereka yang bergiat dalam pewartaan terutama para katekis. Para katekis yang secara khusus menempuh studi kateketik maupun katekis sukarela kiranya menanggapi dengan penuh keterbukaan seruan Bapa Suci Fransiskus serta siap melaksanakannya.

Dalam perjalanan waktu, jumlah umat semakin bertambah dan tentunya membutuhkan tenaga pelayan yang mencukupi. Seperti yang pernah Yesus katakan kepada murid-Nya “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” (Mat 9:37). Sementara itu, umat juga dihadapkan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman yang semakin menggerogoti kehidupan rohani. Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dalam Direktorium Formatio Iman Menjadi Katolik Cerdas-Tangguh & Misioner Sejak Dini Sampai Mati – mengarisbawahi

(25)

munculnya Ateisme dan Relativisme (art. 17), Generasi Digital dan kecepatan-keluasan jejaring sosial (art. 18), pluralitas agama yang diwarnai gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme serta Globalisasi (art. 19,20), rusaknya keutuhan ciptaan dan lingkungan hidup (art. 21), dan merebaknya kemiskinan (art. 22).

Demikian situasi dunia banyak memberi kenikmatan duniawi yang sangat beragam dan sangat realistis pula. Dalam situasi seperti itu, baik pewartaan maupun pelayanan katekis menghadapi tantangan berat dan sulit dihadapi. Sementara itu, katekis juga mengalami banyak tantangan dan godaan yang membuat semangat pelayanan mereka semakin menurun. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan hanya sebagai kewajiban atau formalitas belaka, atau hanya pemenuhan kebutuhan pelayanan semata-mata demi mendapatkan kebahagiaan semu. Dalam situasi seperti itu, sukacita Injil atau kasih Allah menjadi semakin sulit untuk diwartakan. Sementara itu juga, berhadapan dengan pelbagai tantangan arus besar zaman, umat mengalami krisis iman dan krisis moral. Oleh hal demikian, sangat mendesaklah bagi Gereja untuk lebih giat dan aktif hadir di tengah hidup umat, melayani dan memperhatikan umat agar iman tetap terpelihara serta semakin berkembang. Karena itu, dibutuhkan tenaga pewarta terutama katekis untuk berperan mendampingi umat agar mengalami kasih Allah dalam hidupnya.

(26)

membiayai para calon katekis khusus studi teologi maupun ilmu kateketik, dan membina para katekis sukarela dengan harapan akan menjadi seorang katekis yang profesional serta berspiritualitas mendalam. Para katekis yang sudah melayani juga terus didampingi dan diberi pembinaan, kursus penyegaran pelayanan, dan pelatihan-pelatihan lainnya. Semua usaha tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan umat dan juga dalam usaha menanggapi seruan Bapa Suci Paus Fransiskus. Namun segala usaha tersebut tidaklah cukup untuk membina katekis yang sungguh berspiritual tangguh dan mendalam. Tidaklah cukup para katekis studi dan mengikuti banyak pelatihan dan pembinaan, tetapi membutuhkan pengolahan diri sendiri. Pengolahan diri sendiri pun harus ada dasar dan arahnya yang jelas pula. Maka dari itu, dalam skripsi ini penulis mengusulkan agar para katekis belajar dan menimba inspirasi dari spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II.

(27)

maupun kunjungan pastoral di masa kondisinya tidak mendukung. St. Yohanes Paulus II juga memiliki relasi yang sangat intim dengan Sang Sabda sumber kehidupan yakni Yesus Kristus, dan sangat dekat dengan Bunda Gereja Bunda Maria. Kedalaman hubungan dengan Yesus dan Bunda Maria inilah yang menjadi sumber kekuatan St. Yohanes Paulus II dalam melaksanakan pelayanannya dan dalam menghadapi serta menanggung segala penderitaan yang beliau alami selama masa hidupnya.

St. Yohanes Paulus II adalah pribadi yang suka mengampuni dan senang menghibur orang lain. Setelah luka dalam akibat peluru serangan percobaan pembunuhan sembuh, St. Yohanes Paulus II dengan hati yang terbuka dan penuh kasih mendekati pelaku serangan dan mengampuninya. St. Yohanes Paulus II tidak hanya mengampuni tetapi beliau juga menganggap pelaku serangan sebagai saudaranya. Tindakan St. Yohanes Paulus II mengampuni dan menganggap pelaku serangan sebagai saudara merupakan tindakan kasih yang memancarkan sukacita. Tindakan ini sungguh menggugah hati banyak orang. Selain itu, di masa-masa sakitnya menjadi parah dan ditempatkan di rumah sakit, beliau bahkan selalu memberi penghiburan kepada para pesakit yang lain.

(28)

sudah sejak kecil beliau telah mengalami banyak penderitaan. Beliau kehilangan semua orang tersayangnya yakni kedua orang tuanya dan juga kakaknya. Beliau mengalami kekejaman dan kekerasan pemerintahan tentara Nazi Jerman yang memaksa beliau berhenti sekolah dan mencari pekerjaan. Namun sampai pada titik akhir hidup, semangatnya tetap bernyala dan sangat menginspirasi serta mengagumkan banyak orang di seluruh dunia.

Oleh hal yang demikian para katekis sebagai pelayan perlulah menimba inspirasi dari St. Yohanes Paulus II misalnya kesetiaan pada tugas perutusan, ketekunan dalam doa, lemah lembut dan murah senyum, pemberani di waktu penuh ketakutan, hati penuh harapan meskipun dalam situasi tanpa harapan, pembela nilai luhur manusia, berani menghadapi sakit dan kematian, dan totalitas dalam pelayanan. Para ketekis perlu menggali spiritualitas pelayanan St. Yohanes Paulus II sebagai inspirasi pelayanan mereka dalam mewartakan Kabar Sukacita. Sukacita itu dapat dibagikan atau disebarkan kepada orang lain jika katekis lebih dulu memiliki sukacita tersebut. Itulah yang dilakukan oleh St. Yohanes Paulus II. Seperti yang dihadapi St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya, para katekis juga menghadapi tantangan besar yakni arus-arus perkembangan zaman yang dapat menghambat penghayatan panggilan katekis sebagai pelayan. Maka dari itu, penulis memberi judul skripsi ini, “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Tujuannya adalah,

(29)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Seperti apa sosok dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II? 2. Seperti apa sosok katekis dan pelayanan mereka kepada umat?

3. Inspirasi macam apa yang dapat digali dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II bagi pelayanan katekis zaman sekarang?

C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Menggambarkan spiritualitas dari St. Yohanes Paulus II sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

2. Menggambarkan sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka kepada umat.

3. Menyampaikan dan menguraikan inspirasi spiritualitas St. Yohanes Paulus II bagi pelayanan para katekis zaman sekarang.

D. Manfaat Penulisan

(30)

2. Memberi pengetahuan dan pemahaman kepada umat kristiani tentang sosok katekis zaman sekarang dan realitas pelayanan mereka kepada umat, agar katekis sendiri semakin disadarkan akan tugas dan perannya dalam Gereja. 3. Memberi inspirasi bagi para katekis dalam usaha menghayati dan mencintai

panggilannya sebagai pewarta dan saksi Kristus sehingga semakin bersemangat melayani umat.

E. Metode Penulisan

Skripsi ini adalah studi pustaka dengan menggunakan metode penulisan deskripsi intepretatif. Dengan metode deskripsi intepretatif cara penulisan yang dilakukan adalah penulisan yang dilandaskan dengan cara mengemukakan, menyampaikan atau menggambarkan apa yang sudah didapat melalui studi pustaka kemudian menjelaskan dan memaknainya. Berdasarkan judul yang dipilih, penulis akan menggambarkan kembali inspirasi dari spiritualitas St. Yohanes Paulus II kemudian memaknainya sebagai inspirasi bagi pelayanan katekis di zaman sekarang.

F. Sistematika Penulisan

Judul skripsi adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO YOHANES PAULUS II SEBAGAI SUMBER INSPIRASI BAGI PELAYANAN KATEKIS DI ZAMAN SEKARANG”. Dengan judul tersebut,

(31)

penulisan skripsi ini direncanakan terdiri dari lima bab yang isinya adalah seperti berikut:

Bab I menguraikan pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II membahas sosok pribadi dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II yang mencakup pembahasan kisah St. Yohanes Paulus II dari masa kecil, kisah pelayanan sampai pada titik akhir hidupnya, pengertian spiritualitas secara umum dan spiritualitas St. Yohanes Paulus II.

Bab III membahas tantangan dan pelayanan katekis zaman sekarang. Pembahasan dalam bab ini memberi gambaran tentang tantangan-tantangan pelayanan katekis dan pelayanan katekis kepada umat. Bab ini dimulai dengan pemaparan tujuh tantangan pelayanan zaman dewasa ini. Sebelum membahas pelayanan katekis, secara cermat akan dipaparkan arti pelayanan yang ditinjau dari 3 perspektif yaitu pelayanan menurut Kitab Suci, menurut Dokumen Gereja, dan pelayanan menurut beberapa tokoh. Pembahasan tentang pelayanan katekis zaman sekarang mencakup sosok, tugas dan peran katekis dalam Gereja. Selain itu, bab ini juga memberi gambaran tentang kategori katekis, cakupan pelayanan katekis dan perkembangan pelayanan katekis.

(32)

tentang usulan program retret sebagai usaha meningkatkan semangat pelayanan katekis di Paroki St. Francis Xaverius Keuskupan Keningau Sabah.

(33)

BAB II

PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP

Paus Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan, banyak hal yang dapat dipelajari darinya, baik itu sejarah hidupnya sebagai pelayan Gereja dan dunia maupun dokumen-dokumen yang telah diterbitkannya. Selama masa pelayanan Paus Yohanes Paulus II, banyak tantangan dan persoalan dunia yang telah dihadapi oleh Paus Yohanes Paulus II dengan penuh keberanian dan keyakinan serta harapan yang tak kunjung padam. Begitu unggul dan menginspirasikan kisah hidup dan pelayanannya sehingga sangat menarik dan berguna untuk dipelajari oleh para katekis sebagai sumber inspirasi bagi pelayanan mereka.

Oleh hal yang demikian, pembahasan dalam bab II ini menjadi bagian yang penting dalam keseluruhan tulisan ini, dimana menjadi sumber belajar utama untuk mencapai maksud dan tujuan utama penulisan skripsi. Adapun isi dari bab II ini adalah mengenai kisah hidup St. Yohanes Paulus II dari kecil sampai wafatnya, kisah pelayanan dan tantangan-tantangan yang dihadapinya baik sebelum terpilih menjadi Paus maupun setelah menjadi Paus, termasuk juga beberapa hal menarik tentang penghargaan dan gelar, dan yang paling penting adalah pembahasan tentang spiritualitas St. Yohanes Paulus II.

(34)

lebih menyoroti kisah hidup dan pelayanan sebelum terpilih menjadi Paus. Topik 4 lebih menyoroti kisah hidup, pelayanan dan perjuangan selama menjabat takhta suci, terutama penderitaan yang dialaminya karena justru itulah yang menjadi kekhasan dari keunggulan pelayanan St. Yohanes Paulus II. Topik 5 menyoroti hal-hal yang menarik dari pribadi St. Yohanes Paulus II yang mengungkapkan kebesaran dan keunggulan beliau. Sedangkan bagian kedua terdiri dari 4 topik yang menjadi sumber belajar utama dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St. Yohanes Paulus II 1. Kisah Hidup Sebelum Menjadi Imam

Leonora Wilson dalam buku kecil tulisannya yang berjudul Karol dari Polandia mengisahkan kehidupan masa kecil St. Yohanes Paulus II. Karol

Wojtyla adalah nama lahir St. Yohanes Paulus II. Dalam bahasa Inggris Karol berarti Charles. Nama keluarga Karol adalah Wojtyla. St. Yohanes Paulus II lahir pada tanggal 18 Mei 1920 di sebuah kota kecil bernama Wadowice di Negara Polandia. Rumah Wojtyla terletak di Church Street No. 7. Keluarga Wojtyla bukanlah keluarga yang kaya. Rumah yang mereka tempati adalah sebuah rumah yang biasa-biasa saja (Wilson, 2004: 6-7).

(35)

tinggal di rumah bersama ibunya. Ibu Wojtyla, nyonya Wojtyla tidak memiliki pekerjaan tetap. Wojtyla sejak usia dini sudah mendapat didikan yang sangat bagus dari ibunya dan belajar berdoa secara mandiri. Wojtyla sangat menyukai ketika ibunya bercerita tentang Allah, Yesus, Bunda Maria, dan tentang Gereja.

Memasuki usia Sekolah Dasar yaitu tujuh tahun, Wojtyla bersekolah di sekolah militer yaitu sekolah khusus putra (Wilson, 2004:14). Semenjak memasuki usia sekolah, Wojtyla semakin aktif dan semakin berkembang dalam banyak hal terutama bidang olahraga. Wojtyla dipanggil Lolek oleh teman-temannya. Tidak lama setelah ulang tahun yang kesembilan, Wojtyla mengalami kesedihan karena ibunya telah meninggal (Wilson, 2004:16).

Setelah selesai di sekolah militer, Wojtyla melanjutkan belajarnya di sekolah lain dan belajar lebih banyak tentang matematika, menulis dan ilmu pengetahuan yang lainnya (Wilson, 2004:18). Wojtyla pun semakin pintar dan semakin aktif melaksanakan banyak kegiatan bersama teman-temannya. Namun baru saja setahun di sekolah baru ini, saudaranya Edmund mengalami sakit dan tidak kunjung sembuh. Saudaranya Edmund akhirnya meninggal (Wilson, 2004:19).

(36)

atau imam. Belum sempat membuat pilihan, pada tahun 1938, Wojtyla dan ayahnya berpindah ke sebuah kota yang lebih besar yaitu Krakow. Di kota ini Wojtyla masuk universitas. Tono Suratman (2014:116) dalam tulisannya Santo Yohanes Paulus II Mencium Bumi Indonesia menuliskan, di Krakow Wojtyla

masuk Universitas Jaggiellonian. Di Universitas ini, sambil belajar filologi dan berbagai bahasa, Wojtyla juga tampil di beberapa grup teater dan menjadi penulis naskah drama. Kemampuan berbahasa Wojtyla berkembang dengan cepat sehingga beliau menguasai 12 bahasa asing, 9 daripadanya digunakan selama menjadi Paus.

Anthony Christie (2014: 56) dalam tulisannya mengisahkan tidak lama Wojtyla menetap di Krakow, perang pecah di Polandia akibat dari pendudukan Nazi pada tahun 1939. Orang-orang saling bertempur, pengeboman terjadi dimana-mana dan tank-tank tentara memenuhi kota. Banyak orang yang terbunuh dan dipenjarakan. Saat itu di Polandia tidak ada kebebasan dan keadaan sangatlah menyedihkan. Selama pendudukan Nazi, Wojtyla tidak dapat masuk ke sekolah karena semua sekolah ditutup (Wilson, 2004:22).

2. Panggilan Menjadi Imam

(37)

pertunjukkan lainnya. Ketika itu, dalam hati Wojtyla bertanya pada diri sendiri bahwa dia akan menjadi pemain film yang terkenal. Sementara ayah Wojtyla semakin menderita sakit keras dan akhirnya dipanggil oleh Allah Bapa. Saat inilah Wojtyla mengalami pergulatan, ia berdoa dan berdoa terus agar ada jawaban yang ia dapatkan. Akhirnya Wojtyla menyadari bahwa Allah menghendakinya untuk menjadi seorang imam. Sejak kesadaran ini, Wojtyla semakin rajin belajar meskipun masih bingung mau pergi ke mana. Saat ini hati Wojtyla sudah bulat dan sangat yakin akan menjadi imam (Christie, 2014:57), hanya saja dia belum tahu bagaimana caranya karena masih terjadi penindasan dari tentara Nazi.

Selama ini Wojtyla tidak pernah putus asa, sepulang dari bekerja Wojtyla semakin giat belajar. Perang semakin memburuk, keadaan dan situasi Polandia semakin memprihatinkan. Pada suatu hari minggu, terdengar suara tembakan dari luar rumahnya. Ternyata tentara Nazi sedang mencari dan menangkap semua laki-laki. Wojtyla segera bersembunyi sampai tentara pergi meninggalkan rumahnya (Wilson, 2004:24). Tono Suratman (2014:118) dalam tulisannya mencatat peristiwa yang terjadi pada tanggal 6 Agustus 1944 ini sebagai insiden kelam “Minggu Hitam”, karena Gestapo mengumpulkan para pria muda di Krakow

untuk mencegah meluasnya demonstrasi yang sedang terjadi di Warsawa. Rumah-rumah digeledah untuk mencari anak-anak muda. Wojtyla lolos dari penangkapan karena selama penggeledahan Wojtyla bersembunyi di ruang bawah tanah rumah pamannya.

(38)

merupakan seorang pemandu. Wojtyla mengikuti wanita tersebut. Mereka melewati banyak bahaya ditembak dan ditangkap oleh tentara tetapi itu tidak pernah terjadi sampai mereka tiba di rumah tempat Uskup Krakow tinggal. Sejak saat inilah perjalanan Wojtyla menjadi imam dimulai. Di rumah uskup ini Wojtyla melaksanakan studinya untuk menjadi seorang imam (Wilson, 2004:24-25).

Pada tahun 1945 perang berhenti. Tentara-tentara meninggalkan Polandia. Sekolah-sekolah dan universitas pun mulai dibuka kembali (Wilson, 2004:26). Para pelajar keluar dari persembunyian dan bergotong-royong membersihkan seminari. Tono Suratman (2014:118) mengisahkan, pada waktu itu Wojtyla telah menolong seorang gadis Yahudi bernama Edith Zierer 14 tahun, yang sedang melarikan diri dari perkampungan buruh di Czestochow. Selain gadis malang tersebut, menurut beberapa organisasi Yahudi, Wojtyla telah banyak menolong orang Yahudi selama pendudukan Nazi. Pada tahun 1946 Wojtyla telah menyelesaikan studinya dan ditahbiskan sebagai imam pada Pesta Hari Raya Orang Kudus, 1 November 1946, oleh Uskup Agung Krakow, Kardinal Adam Stefan Sapieha dan melaksanakan Misa pertamanya di kota tempat ia dilahirkan (Tono Suratman, 2014:119).

3. Kisah Hidup dan Pelayanan sebelum Naik Takhta

(39)

anak-anak dan ia pun dicintai oleh banyak umat (Wilson, 2004:27). Tono Suratman (2014:119) menuliskan, tidak lama setelah ditahbiskan, Pastor Wojtyla dikirim oleh Kardinal Sapieha ke Roma untuk belajar di Universitas Angelicum, di bawah bimbingan seorang teolog kenamaan, Garrigou-Lagrange seorang imam dari ordo Dominikan Perancis. Pada tahun 1948, Pastor Wojtyla menyelesaikan studi doktoralnya dengan tesis yang mengangkat tema iman dalam kesaksian Santo Yohanes dari Salib.

Tono Suratman (2014:119-120) kemudian mengisahkan Pastor Wojtyla selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan pelayanan, terutama di waktu liburnya, Pastor Wojtyla menghabiskan waktunya untuk melaksanakan pelayanan pastoral kepada para imigran Polandia yang datang dari Perancis, Belgia dan Belanda. Setelah sekian lama belajar di Roma, pada tahun 1954 akhirnya Pastor Wojtyla memperoleh gelar doktor kedua untuk bidang filsafat di Universitas Angelicum. Pastor Wojtyla kemudian melanjutkan belajar di Universitas Katolik Lublin. Di universitas ini Ia mengambil kuliah di bidang filsafat dan teologi. Sementara ia juga aktif memberikan pelayanan iman kepada para mahasiswa. Selanjutnya ia menjadi pengajar mata kuliah teologi moral dan etika sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin. Selama periode ini Pastor Wojtyla menulis seri artikel di Koran Katolik Krakow, membuat karya sastra seperti puisi dan naskah drama.

(40)

menjadi Uskup, hidupnya menjadi lebih sibuk lagi. Meskipun demikian, ia tetap masih meluangkan waktu untuk anak-anak dan orang muda. Sekitar sembilan tahun kemudian Uskup Wojtyla dipanggil ke Roma. Ketika itu Bapa Suci Paus Paulus VI sangat tertarik dengan pekerjaan Uskup Wojtyla. Pada 13 Januari 1963 Uskup Wojtyla diangkat menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI, yang menjadikannya Kardinal pada 26 Juni 1967 (Tono Suratman, 2014:121-122).

Tono Suratman (2014:122-124) kemudian mengisahkan terpilihnya Kardinal Wojtyla menjadi paus. Pada tanggal 6 Agustus 1978, Paus Paulus VI meninggal dunia. Sebagai seorang Kardinal, Wojtyla datang kembali ke Roma untuk proses pemilihan paus. Paus baru yaitu Paus Yohanes Paulus I pun terpilih. Namun masa jabatannya berakhir terlalu cepat setelah 33 hari menjabat, Paus Yohanes Paulus I meninggal. Para Kardinal pun berkumpul kembali ke Roma untuk memilih paus baru. Tidak disangka dalam konklaf kali ini Kardinal Wojtyla terpilih menjadi Paus dan ia pun mengambil nama Paus Yohanes Paulus II untuk menghormati pendahulunya. Anthony Christie (2014:60) membuat catatan, pada pelantikannya, ia memilih untuk melakukan upacara yang sederhana seperti pendahulunya dan bukanlah sebuah koronisasi Paus besar-besaran.

4. Kisah Hidup dan Pelayanan Selama Menjabat Takhta Suci a. Karya dan Kunjungan Pastoral

(41)

manusia, St. Yohanes Paulus II melaksanakan tugas pelayanannya dengan semangat misioner yang tidak pernah mengenal lelah, penuh dedikasi dan dengan segenap tenaganya. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah mengadakan 104 kunjungan pastoral di luar Itali dan 146 di dalam Itali. Sementara itu, sebagai Uskup Roma, St. Yohanes Paulus II mengunjungi 317 dari 333 paroki kota. St. Yohanes Paulus II juga telah mengadakan pertemuan lebih banyak dari pendahulunya. Pertemuan yang diadakannya tidak hanya kepada Umat Allah atau anggota Gereja tetapi juga kepada para pemimpin bangsa-bangsa. Banyak tokoh pemerintah yang dijumpainya dalam 38 kunjungan resmi, 738 audiensi dan pertemuan dengan Kepala Negara, dan 246 audiensi dan pertemuan dengan Perdana Menteri dari seluruh dunia.

(42)

agama-agama lain seperti Anglikan, Lutheran, Yahuni, Gereja Ortodoks Oriental, Budha, dan Islam (Christi, 2014:74-83).

St. Yohanes Paulus II memiliki peran penting dalam runtuhnya komunisme. Beliau menjadi katalisator untuk “revolusi damai” yang meruntuhkan

komunisme di Polandia (Christi, 2014:83). Runtuhnya komunisme di Polandia disusuli dengan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman Timur, kemudian kehancuran komunisme Uni Soviet pada tahun 1990 (Tono Suratam, 2014:130). Dalam persiapan memasuki milenium ketiga dan persiapan merayakan Jubileum Agung tahun 2000, St. Yohanes Paulus II telah mengedarkan surat Apostolik Novo Ineunte Millennio, di mana, melalui surat tersebut, ia menunjukkan jalan

menuju masa depan kepada umat.

St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah melakukan banyak usaha dan dorongan luar biasa untuk kanonisasi dan beatifikasi. Beliau merayakan upacara beatifikasi 147 di mana ia menyatakan 1.338 orang kudus; dan 51 kanonisasi dengan jumlah 482 orang kudus. Beliau juga telah mengangkat Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menjadi seorang Doktor Gereja. St. Yohanes Paulus II juga telah memperluas Kardinal, menjadikannya 231 Kardinal dalam 9 consistories. Beliau mengatur 15 Sidang Sinode para Uskup – enam Sinode

Biasa. Satu Sinode Luar Biasa, dan delapan Sidang Khusus.

(43)

Hukum Kanonik Timur dan Barat, dan menciptakan lembaga baru dalam dan mereorganisasi Kuria Romawi. Selain menghasilkan banyak karya yang bersifat dokumen, St. Yohanes Paulus II juga menerbitkan lima buku sendiri.

Pada tanggal 9-14 Oktober 1980 St. Yohanes Paulus II datang ke Indonesia. Saat di Indonesia, Beliau telah mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Medan, dan Dili yang saat itu masih bagian dari Indonesia. Beliaulah Paus yang kedua berkunjung ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI di tahun 1970. Pada tahun 1993, Vatikan menetapkan hubungan diplomatik formal dengan Israel. Dan pada bulan Maret 2000, Ia mengunjungi Israel dan berdiri di atas tanah Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia juga berdiri pada suatu tempat yang memperlihatkan Danau Galilea yang dikatakan tempat Yesus mengajarkan kotbah di atas bukit.

b. Serangan Percobaan Pembunuhan

(44)

Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada tanggal 12 Mei 1982, di Fatimah, Portugal (Christie, 2014:86). Seorang pria berusaha menikam Paus dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Pelakunya adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol, bernama Juan Maria Fernandezy Krohn yang menentang reformasi Konsili Vatikan II dan memanggil St. Yohanes Paulus II sebagai seorang “agen dari Moskwa.” Juan

Maria Fernandezy Krohn kemudian divonis hukuman penjara enam tahun.

Percobaan pembunuhan yang ketiga kalinya terjadi ketika St. Yohanes Paulus II berada di Manila, pada bulan Januari 1995 (Christie, 2014:87). Percobaan pembunuhan kali ini merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah serangan terorisme massal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstrimis, Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammad. Seorang pelaku bom bunuh diri yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade paus dan meledakkan diri namun gagal karena rencana pembunuhan telah diketahui.

c. Penderitaan yang Dialami

Stanislaw Dziwisz, Czeslaw Drazek, Renato Buzzonetti, dan Angelo Comastri dalam buku Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa (2010), banyak mengisahkan penderitaan yang dialami oleh St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya. Penulis memilih tulisan Renato Buzzonetti (2010:59-90) yang berjudul “Hari-hari penuh Penderitaan dan Harapan” karena beliau adalah dokter

(45)

Menurut Renato Buzzonetti, semenjak serangan percobaan pembunuhan pada tahun 1981, St. Yohanes Paulus II sering mendapat penyakit yang tidak mudah ditangani. Serangan itu sendiri paling tidak membuat St. Yohanes Paulus II harus dioperasi karena terjadi luka dalam akibat terkena peluru yang menembus bagian perut dan hampir mengenai tulang belakang, dan menyebabkan kerusakan pada bagian usus kecil dan usus besar, membran selaput perut, dan terjadi banyak pendarahan dalam. Tiga bulan kemudian dari peristiwa serangan, Paus sekali lagi menjalani operasi untuk mengangkat saluran pembuangan buatan yang dipasangkan ketika operasi pertama. Beberapa tahun berlalu, Paus menunjukkan gejala-gejala umumnya yang terjadi mengikut usia tua yang cepat karena terbebani oleh banyak kesulitan, keadaan tidak nyaman, dan pelbagai tantangan pelayanan yang dialaminya.

(46)

pendarahan. Pada 28 April 1994, sekali lagi beliau jatuh di apartemen yang menyebabkan pinggul kanan beliau retak dan keseleo.

Pada 14 Agustus 1996, St. Yohanes Paulus II mengalami radang usus buntu yang akut. Namun karena kesibukan tugas beliau, masalah kesehatan semakin menimbulkan keprihatinan umum. Pada 8 Oktober St. Yohanes Paulus II menjalani operasi yang keenam kalinya. Kehidupan publiknya semakin rumit karena komplikasi yang sering terjadi terutama pada tahun 2002 hingga tahun 2003 beliau mengalami penderitaan yang berulang kali kambuh pada lutut sebelah kanan karena osteoarthritis yang semakin parah. Di tahun 2004, St. Yohanes Paulus II menunjukkan kekecewaannya karena mengalami keharusan untuk tidak aktif dari tangan Tuhan sendiri. Memasuki tahun 2005, kondisi kesehatan St. Yohanes Paulus II mulai menurun secara drastis.

d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga Berdasarkan tulisan Renanto Buzzonetti (2010 :79-90) dokter pribadi St. Yohanes Paulus II yang berjudul “Hari-hari penuh dengan penderitaan” berikut adalah tahap-tahap penurunan kesehatannya secara kronologis, pada perjuangan akhir hidupnya sampai wafat.

(47)

kembali ke apartemennya di Vatikan dengan mobil, namun beberapa hari kemudian mengalami kesulitan bernafas. 21 Februari 2005: beliau menerima sakramen pengurapan orang sakit yang kedua kali dan dibawa ke rumah sakit. Selama berada di rumah sakit beliau berusaha sedapat mungkin melaksanakan tugas kewajibannya. 6 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II sempat merayakan misa di kapel rumah sakit.

Pada 13 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II kembali ke apartemennya di Vatikan dan sempat mengikuti nyanyian ratapan Yeremia. 20 dan 23 Maret 2005: Paus muncul di jendela kamarnya untuk melakukan berkat tetapi tak sanggup berbicara. 27 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II muncul di jendela apartemennya tanpa suara memberi berkat “Urbi et Orbi” dengan tanda salib besar yang terakhir

kalinya. 30 Maret 2005: beliau sempat memberkati kerumunan umat. Pipa pembantu dipasang demi lancarnya proses pemasukan makanan ke dalam tubuhnya. 31 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II diserang komplikasi demam tinggi, dan tekanan darah turun akibat infeksi pada saluran urine, dan menerima sakramen pengurapan orang sakit yang ke tiga kali. Pada 1 April 2005: kondisi St. Yohanes Paulus II sangat serius, namun masih sempat merayakan misa konselebrasi, mengikuti meditasi dan ibadat harian. 2 April 2005: pada pukul 07.30 kesadaran St. Yohanes Paulus II mulai menghilang dan kembali. Pada pukul 15.30 St. Yohanes Paulus II mengucapkan kata “perkenankanlah aku pulang ke

rumah Tuhan”, kemudian pada pukul 19.00 memasuki situasi koma. Pada pukul

(48)

5. Penghargaan dan Gelar

Salah satu tokoh populer yang dimuatkan oleh Anthony Christie (2014: 53-104) dalam buku tulisannya adalah St. Yohanes Paulus II. Tentu saja St. Yohanes Paulus II merupakan tokoh yang populer karena kontribusinya pada Gereja dan dunia. Bagi penulis tokoh St. Yohanes Paulus II adalah tokoh yang sangat menginspirasikan. Selain dari hasil karya dan pelayanan beliau seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, beberapa hal berikut juga sangat menarik dari tokoh St, Yohanes Paulus II.

a. Tokoh Dialog

Prof. Dr. E. Armada Riyanto CM (2010:307-330) dalam buku tulisannya Dialog Interreligius menyebut dan memuat tokoh St. Yohanes Paulus II sebagai

tokoh dialog. St. Yohanes Paulus II lah yang meneruskan semangat Enseklik Ecclesium Suam yang meletakkan perdamaian di atas segala-galanya, dan

beliaulah yang menerjemahkan semangat Konsili Vatikan II dalam tatanan dialog interreligius karena menurut beliau perdamaian tidak mungkin akan terwujud

(49)

Kehadiran sosok tokoh dialog ini telah memberi kontribusi luar biasa bukan saja pada Gereja tetapi juga di luar lingkup Gereja. Pokok dialog yang diperjuangkan oleh St. Yohanes Paulus II adalah keluhuran martabat manusia. Dalam banyak kesempatan beliau telah menyuarakan bahwa pentingnya menerima, menghargai, menghormati, dan menjunjung martabat keluhuran manusia. St. Yohanes Paulus II adalah seorang paus yang tidak kenal kata takut atau gentar. Beliau berani berkelana ke seluruh dunia untuk membawa pesan dialog, beliau juga berani menentang ideologi-ideologi yang tidak menghargai martabat manusia, beliau berani menentang dan mengkritik praktek kekerasan terutama perang. Contohnya, beliau berani mengkritik keputusan Presiden AS, George Bush Jr. karena menyerang Irak.

Sebagai tokoh dialog, St. Yohanes Paulus II tidak hanya pintar dalam berdialog tetapi lebih kepada “keindahan hati yang terbuka, menyambut dan

merangkul, mendengarkan dan menghargai kehadiran siapa saja” (Armada

Riyanto, 2010: 308). Beliau berani menemui para tokoh agama lain seperti Islam, Yahudi, Anglikan, Lutheran, Gereja Ortodoks, dan Buddha. Beliau juga berani bertemu dengan kelompok-kelompok masyarakat seperti orang sakit, orang miskin, orang muda, kaum remaja dan pemimpin negara. Menurut St. Yohanes Paulus II, kultur dialog sangat penting ditumbuhkan di tengah perbedaan-perbedaan yang ada, dan juga dalam situasi sosial yang terjadi demi terwujudnya keadilan dan perdamaian bagi semua (Krispurwana Cahyadi 2011:69).

(50)

wafatnya, pemerintah Sri Lanka yang mayoritas penduduknya beragama Budha dan Hindu pun menghormatinya secara khusus”. Suatu penghargaan dan

pengakuan yang sangat membanggakan, ketika seorang pendeta protestan di kota Chicago, Amerika Serikat, mengatakan Paus Yohanes Paulus II bukan milik Katolik saja tetapi milik dunia (Armada Riyanto, 2010: 309).

St. Yohanes Paulus II juga memiliki peran yang penting dalam runtuhnya ideologi Komunisme dan simbol keangkuhan peradaban yakni Tembok Berlin. Dunia sendiri menyaksikan ketegaran dan keberaniannya. Dimulai dari runtuhnya Komunisme di Polandia disusuli oleh negara-negara Komunisme yang beralih kepada demokrasi. Banyak peristiwa spektakuler yang mengagumkan sekaligus menginspirasikan seluruh dunia, antaranya adalah kunjungan St. Yohanes Paulus II ke Negara Kuba yang masih Negara Komunis dan sangat tertutup. Peristiwa Doa bersama di Asisi pada tahun 1986, di mana dalam acara yang belum pernah terjadi sebelumnya, para pemimpin agama berhimpun dan berdoa bersama-sama bagi perdamaian dunia. Inilah ciri khas dialogal St. Yohanes Paulus II yang didukung dan didasari oleh doa. Selain itu peristiwa yang tidak kalah mengagumkan adalah kebersamaannya dengan puluhan ribu pemuda-pemudi Muslim di Casablance, Maroco pada 19 Agustus 1985.

(51)

menawarkan rekonsiliasi. Beliau memohon maaf kepada umat Yahudi dan umat Muslim dan juga kepada dunia atas kekeliruan yang pernah dilakukan oleh Gereja namun juga sekaligus mengampuni. Beliau telah menghadirkan solidaritas yang penuh dengan cintakasih tanpa batas terhadap siapa pun terutama yang menderita.

b. Paus Orang Sakit dan Menderita

Stanislaw Dziwisz (2010: 21-34), sekretaris pribadi St. Yohanes Paulus II, menuliskan catatan yang menjelaskan betapa perhatiannya Paus Yohanes Paulus II kepada para orang menderita terutama orang sakit. Pengalaman penderitaan yang dialami selama sebelum menjadi Paus sungguh membekas sehingga pada pidato pertamanya sebagai Paus beliau menyampaikan keberpihakannya kepada para penderita. Sri Paus mengatakan bahwa para penderita memiliki kesamaan dengan Kristus yang telah menderita.

(52)

Bagi St. Yohanes Paulus II para penyandang cacat dan orang sakit memiliki martabat yang sama dengan yang lain yakni martabat citra Allah. Karena itu, mereka adalah saudara yang patut diperlakukan sebagaimana terhadap yang tidak sakit. Mengabaikan mereka berarti menolak kecitraan mereka dan berarti juga menolak Wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka. Stanislaw Dziwisz (2010: 28-31) menuliskan pandangan St. Yohanes Paulus II terhadap penderitaan. Menurut beliau mereka yang menderita merupakan model Kristus yang menyatakan suatu perintah kasih, karena itu menurutnya penderitaan adalah panggilan untuk mengasihi sesama, dan beliau juga memandang penderitaan sebagai “kunjungan dari Tuhan”.

(53)

c. Santo yang Hidup

Tentu saja tidak ada yang mendapat penghormatan santo atau santa selagi masih hidup tetapi bagian ini sangat menarik untuk ditelusuri. Setelah wafatnya, seluruh dunia berkabung untuk menghormati perginya sang pemberani, sang pencari kebenaran sejati, sang pencinta, dan sang pembela iman. Kekudusan dan kesucian serta keluhuran hidupnya menginspirasi banyak orang dan menginginkan beliau dijadikan santo dengan segera. Permintaan yang menginginkan agar Paus Yohanes Paulus II dinyatakan sebagai orang kudus, telah dikumpulkan oleh Angelo Comastri (2010:94-126) dalam tulisannya. Dengan adanya permintaan untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai orang kudus jelas menunjukkan bahwa beliau layak dijadikan orang kudus. Permintaan-permintaan itu pun ditanggapi oleh Vatikan dengan memulai penyelidikan dan pengamatan untuk memenuhi syarat-syarat seorang dapat dijadikan orang kudus.

(54)

dunia, dan beliau tidak pernah takut dan lelah melayani dan merangkul umat manusia dengan kasih yang mendalam.

Salah satu syarat penting dalam menentukan pengangkatan seorang menjadi orang kudus adalah mukjizat yang terjadi lewat doa perantaraan bagi nama yang bersangkutan. Paus Yohanes Paulus II, selain mukjizat yang terjadi setelah wafatnya, beberapa mukjizat telah terjadi selama kepausannya (saat masih hidup). Mukjizat-mukjizat tersebut telah dituliskan oleh Tono Suratman (2014:161-163) ketika membahas proses beatifikasi St. Yohanes Paulus II. Antaranya adalah, pada Januari 1980, di Castel Gondolfo, seorang anak perempuan 10 tahun, Stefani Mosco, yang cacat tubuh mengalami kesembuhan selang beberapa waktu setelah dihibur dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II. Pada tahun 1981, ketika berkunjung ke Manila, Filipina, seorang biarawati, Suster Madre Vangie, mengalami kesembuhan dari cacat tubuhnya selang beberapa menit setelah Paus berdoa dan meletakkan tangan di atas kepalanya. Pada tahun 1990, seketika setelah diberkati dan dicium oleh Paus Yohanes Paulus II, Helano Mireles seorang bocah Meksiko 10 tahun mengalami kesembuhan dari sakit leukemia.

(55)

Kristus. Paus Yohanes Paulus II juga telah dan senantiasa hidup dalam kekudusan dan kesucian. Beliau sangat mistis dalam doa sehingga melalui dia kasih Kristus dapat dihadirkan dalam dunia. Beliau tidak pernah berbicara buruk tentang orang lain melainkan beliau mencurahkan kasih yang begitu dalam dan tulus kepada semua orang. Sementara beliau mencari kebenaran sejati, pada masa yang sama beliau memperjuangkan kebenaran sejati yang dihayatinya. Demikianlah banyak hal yang menjadi alasan untuk mengatakan Paus Yohanes Paulus II adalah “santo

yang hidup”.

d. Yang Agung dan Yang Mulia

Tono Suratman (2014: 158-159, 164) memberi gambaran pemberian gelar “yang agung” dan “yang mulia” kepada Paus Yohanes Paulus II. Gelar “yang

agung” adalah gelar yang tidak mudah diperoleh. Tidak banyak orang yang

mendapat gelar “yang agung”. Pemberian gelar yang agung juga tidak ada ketentuannya yang resmi. Setelah wafatnya Paus Yohanes Paulus II, Gereja Katolik sangat terkesan sehingga memberi gelar “yang agung” untuk

menghormati dan memuliakannya. Sepanjang sejarah Gereja, hanya empat paus yang mendapat gelar “yang agung”, Paus Leo I (440-461), Paus Gregorius I

(590-604), dan Paus Nikolas (858-867). Paus Yohanes Paulus II adalah paus pertama yang mendapat gelar “yang agung” selama 10 abad terakhir.

(56)

yang mengumumkan sebutan “Venerabilis” terhadap Paus Yohanes Paulus II. Dengan sebutan “Venerabilis” Gereja secara resmi mengakui bahwa Paus Yohanes Paulus II telah hidup dalam kegagahan dan kebijakan yang sungguh luar biasa. Paus Yohanes Paulus II telah memberikan keteladanan hidup sebagai seorang Kristiani sejati yang sungguh luar biasa.

Sementara Anthony Christie (2014:102-103) dalam tulisannya menuliskan tempat-tempat yang telah diberi nama dengan memakai nama Paus Yohanes Paulus II. Semua penamaan tersebut adalah tanda pengakuan dan penghargaan atas kontribusi Paus Yohanes Paulus II yang begitu besar terutama perdamaian dunia dan penghargaannya terhadap keluhuran martabat manusia. Contohnya, Stasiun Roma Termini didedikasikan untuk Paus Yohanes Paulus II; di Polandia, salah satu dari bandara utama dinamakan Bandar Udara Internasional Yohanes Paulus II Krakow; di Portugal, Bandar Udara Yohanes Paulus II di Azores; di Brasil, stadion bola sepak di Moji-Mirim diberi nama Stadion Yohanes Paulus II; di Boston sebuah taman diberi nama Pope John Paul II Park Reservation; di Bacold City, sebuah menara diberi nama Menara Paus Yohanes Paulus II; dan di Kepulauan Shetland Selatan yakni di Pulau Livingston, patung Yohanes Paulus II pun didirikan.

e. Pribadi yang Tenang dan Komunikator Besar

(57)

Seluruh peristiwa dalam hidupnya dimaknai secara reflektif dan profetis. Stanislaw Dziwisz (2010: 36-37) mengisahkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh St. Yohanes Paulus II saat menjadi uskup dan kardinal.

Setelah menjadi Uskup Agung Krakow tantangan yang beliau alami semakin kuat sampai pada permusuhan terhadap beliau. Demikian juga setelah menjadi kardinal tantangan yang dihadapi semakin sulit. St. Yohanes Paulus II dituduh sebagai musuh negara oleh rezim yang berkuasa. Media yang ada dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah terhadap beliau. Pertentangan terus dilaksanakan oleh rezim pemerintah dengan pelbagai cara sampai pada usaha memecah belah para pemimpin Gereja. Semua tantangan dihadapinya dengan bijaksana. Pertentangan terus diusahakan oleh Rezim dengan pelbagai cara namun semuanya menemui kegagalan karena beliau saat itu sebagai kardinal senantiasa menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan loyalitas kepada primatnya.

(58)

Sementara Paus Yohanes Paulus II adalah pribadi yang rendah hati. Menerima siapa pun yang datang dan belajar dari siapa pun. Beliau adalah pendengar yang baik. Beliau seorang yang memiliki loyalitas yang tinggi sementara teguh dalam pendirian. Beliau menentang segala bentuk kejahatan dan kekerasan sementara beliau merangkul dengan kasih setiap manusia dari latar belakang derajat sosial apa pun. Beliau adalah misionaris yang mewartakan Injil ke seluruh dunia. Beliau sanggup melupakan dirinya demi pelayanan apostoliknya. Beliau adalah pribadi yang autentik, sungguh menyelami dirinya dalam kedalaman jiwanya. Dalam kalimat lain Paus Yohanes Paulus II menyatu dengan hati nuraninya. Sungguh Paus Yohanes Paulus II menjadi dirinya sendiri, yang telah ditebus oleh Kristus dan yang telah dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah, untuk menabur kasih dan menebar harapan ke seluruh benua. Itulah Paus Yohanes Paulus II sebagai “komunikator besar” (Dziwisz, 2010:120) yang berkeliling ke seluruh dunia sebagai misionaris untuk mewartakan Injil.

(59)

pelayanan. Beliau senantiasa bersemangat untuk melayani. Beliau sangat dipercayai dalam pelayanan oleh primatnya, karena itu dapat dikatakan beliau begitu cepat diangkat menjadi uskup, kardinal dan kemudi terpilih menjadi paus.

Selama menjabat kursi paus, beliau telah melaksanakan tugas perutusan dengan semangat yang sangat menginspirasikan banyak orang. Meskipun menghadapi dan mengalami situasi dunia yang tanpa harapan, beliau telah memberikan kontribusi besar kepada peradaban dunia terutama keadilan dan perdamaian dunia. Beliau adalah sosok pribadi yang sangat berkarisma. Keteguhan dan kelemahlembutannya telah menyentuh hati banyak orang. Ketabahan dan keberanian beliau berhadapan dengan situasi dunia sangat mengkagumkan sehingga banyak orang di seluruh dunia merasa kehilangan setelah kematiannya. Hal yang membuat St. Yohanes Paulus II dapat melaksanakan tugasnya dengan sangat baik meskipun mengalami banyak tantangan dan penderitaan adalah, beliau memiliki kedalaman spiritualitas yang sangat kaya seperti yang dibahas pada bagian berikut.

B. Spiritualitas Santo Yohanes Paulus II

(60)

yang dapat dipelajari dari tokoh St. Yohanes Paulus II, penulis akan memaparkan beberapa gagasan yang kurang lebih dapat memperjelas pengertian tentang spiritualitas yang dimaksudkan.

Kevin Treston (1991:10) dalam tulisannya tentang spiritualitas guru dan katekis “Paths and Stories” menjelaskan spiritualitas adalah semangat mencari Tuhan dalam peristiwa kehidupan sehari-hari sehingga dibawa kepada keutuhan baru dari keberadaan manusia. Spiritualitas adalah usaha pria dan wanita memperoleh kepenuhan dalam Yesus. “Aku datang, supaya mereka mempunyai

hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Dari

penjelasan Kevin Treston tersebut dapat dijelaskan bahwa spiritualitas adalah keterarahan hidup kepada Tuhan Yesus Kristus.

Spiritualitas berasal dari bahasa Latin: “Spirare” yang berarti “bernafas”.

Dalam bahasa Inggris Spirituality, berasal dari kata dasar spirit yang berarti roh atau jiwa. Kata “inti sebagai manusia” berarti merupakan unsur hakiki pada

manusia (Kevin Treston, 1991:10). Berdasarkan kisah penciptaan (Kej 1:3) hembusan nafas kehidupan, yakni “roh” dari Allah menjadikan manusia makhluk

rohani, namun meskipun sebagai makhluk rohani yang memiliki kemampuan untuk menjadi spiritual, “tidak ada yang dapat memaksa seseorang menjadi

spiritual. Spiritualitas adalah pilihan untuk ambil bagian dalam anugerah keagungan Allah”. Berdasarkan tulisan Kevin Treston (1991:14-15) dapat

(61)

relasi dengan Allah dan sesama dalam keterbukaan akan bimbingan Roh Kudus, menuju kepenuhan hidup dan kekudusan.

Pdt. Em. Widi Artanto dalam tulisannya yang berjudul “Spiritualitas

Pelayanan: Perjumpaan Dengan Allah dan Sesama”, dalam buku yang diedit oleh

Pdt. Dr. Asnath N. Natar (2002) dengan judul “Pelayan, Spiritualitas dan

Pelayanan, memaparkan pengertian spiritualitas berdasarkan teks asli Alkitab.

“Spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani)….yang

berarti “nafas atau angin yang mengarahkan dan menghidupkan (Asnath N. Natar,

2002:7). Berdasarkan pengertian tersebut spiritualitas adalah sumber semangat untuk hidup, yang memberi daya untuk terus hidup dan bertumbuh serta berkembang, memberi kemampuan untuk menghadapi dan melaksanakan banyak karya dalam hidup sehari-hari, yang diperoleh melalui hubungan atau relasi intim dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan alam ciptaan dan dengan Sang Pencipta.

(62)

seorang dalam melaksanakan tugas perutusannya (Kongregasi Evangelisasi untuk Bangsa-Bangsa, CEP. 1997:22).

St. Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Redemptoris Missio (1990:99) mengatakan “Spiritualitas ini pertama-tama sekali diungkapkan dengan suatu

hidup yang benar-benar taat setia kepada Roh”. Taat berarti hormat dan patuh kepada Roh sedangkan setia berarti komitmen yang terus-menerus kepada Roh. Spiritualitas ini jugalah yang menyiapkan hati untuk selalu terbuka pada pembentukan dari dalam oleh Roh. Spiritualitas merupakan upaya terus menerus dengan bantuan Roh untuk hidup serupa dengan Kristus (RM 87). Serupa dengan Kristus berarti, arah dan tujuan spiritualitas adalah kemuliaan Allah itu sendiri. Seperti Yesus yang selama hidupnya selalu terarah kepada Bapa di surga, demikian spiritualitas adalah hidup yang selalu terarah kepada Allah Bapa di surga (RM 87).

St. Yohanes Paulus II adalah sosok pribadi yang memiliki kedalaman spiritualitas yang sangat kaya. Secara garis besar, spiritualitas St. Yohanes Paulus II dapat ditelusuri dalam empat pokok yaitu iman (Hidup, bergerak dan berada” dalam Yesus Kristus), harapan (Teguh Berharap Walau Dalam Situasi Tanpa Harapan), kasih (Cintakasih Hingga Tuntas), dan doa (Berdoa dalam Roh), sebagai yang dijelaskan berikut.

1. “Hidup, bergerak dan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan me nurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan | 316 air madu dilakukan dengan membuat bangunan penurun kadar air madu yang terdiri

d) Keempat musim yang ada adalah akibat dari rotasi bumi pada porosnya yang miring 23,45 derajat terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari. Selama setengah tahun,

Pengujian mesin diesel dengan bahan bakar minyak vegetative dan minyak diesel didapatkan bahwa dengan minyak vegetatif mempunyai efisiensi dan daya mesin yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta

Hal ini berarti lansia laki- laki mempunyai tingkat keseimbangan lebih baik dengan kriteria risiko jatuh rendah, sedangkan lansia perempuan mempunyai tingkat

• Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis dengan bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam

Dapat dilihat pada gambar diatas pesan info akan muncul apabila proses dekripsi sudah selesai dan hasil dekripsi muncul pada bagian plainteks dengan hasil yang