• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PAUS YOHANES PAULUS II SANTO YANG HIDUP

A. Mengenal Kisah Hidup dan Pelayanan St Yohanes Paulus II

4. Kisah Hidup dan Pelayanan selama Menjabat Takhta Suci

Didorong oleh keprihatinan pastoralnya bagi seluruh Gereja dan juga didorong oleh rasa keterbukaan, solider, dan amal kasih terhadap seluruh umat

manusia, St. Yohanes Paulus II melaksanakan tugas pelayanannya dengan semangat misioner yang tidak pernah mengenal lelah, penuh dedikasi dan dengan segenap tenaganya. St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah mengadakan 104 kunjungan pastoral di luar Itali dan 146 di dalam Itali. Sementara itu, sebagai Uskup Roma, St. Yohanes Paulus II mengunjungi 317 dari 333 paroki kota. St. Yohanes Paulus II juga telah mengadakan pertemuan lebih banyak dari pendahulunya. Pertemuan yang diadakannya tidak hanya kepada Umat Allah atau anggota Gereja tetapi juga kepada para pemimpin bangsa-bangsa. Banyak tokoh pemerintah yang dijumpainya dalam 38 kunjungan resmi, 738 audiensi dan pertemuan dengan Kepala Negara, dan 246 audiensi dan pertemuan dengan Perdana Menteri dari seluruh dunia.

Pelayanan beliau juga banyak memberi perhatian kepada kaum muda. Kasihnya bagi orang-orang muda membawa pada penetapan Hari Pemuda Sedunia. Dengan adanya Hari Pemuda Dunia St. Yohanes Paulus II telah berjaya menyatukan jutaan orang muda dari seluruh dunia (Christie, 2014:73). Pada saat yang sama keluarga juga mendapat perhatian dari St. Yohanes Paulus II, secara khusus perawatannya untuk keluarga terungkap dalam Rapat Dunia Keluarga, yang dimulai pada tahun 1994. Selain itu, St. Yohanes Paulus II juga telah berhasil menjalin dialog dengan orang Yahudi dan dengan perwakilan-perwakilan masing-masing dari agama lain. Mereka juga yang diundang ke pertemuan dan doa untuk perdamaian, khususnya di Asisi. Tidak hanya menjalin dialog dengan orang Yahudi namun St. Yohanes Paulus II juga telah menjalin hubungan dengan

agama-agama lain seperti Anglikan, Lutheran, Yahuni, Gereja Ortodoks Oriental, Budha, dan Islam (Christi, 2014:74-83).

St. Yohanes Paulus II memiliki peran penting dalam runtuhnya komunisme. Beliau menjadi katalisator untuk “revolusi damai” yang meruntuhkan komunisme di Polandia (Christi, 2014:83). Runtuhnya komunisme di Polandia disusuli dengan runtuhnya Tembok Berlin di Jerman Timur, kemudian kehancuran komunisme Uni Soviet pada tahun 1990 (Tono Suratam, 2014:130). Dalam persiapan memasuki milenium ketiga dan persiapan merayakan Jubileum Agung tahun 2000, St. Yohanes Paulus II telah mengedarkan surat Apostolik Novo Ineunte Millennio, di mana, melalui surat tersebut, ia menunjukkan jalan menuju masa depan kepada umat.

St. Yohanes Paulus II selama jabatannya telah melakukan banyak usaha dan dorongan luar biasa untuk kanonisasi dan beatifikasi. Beliau merayakan upacara beatifikasi 147 di mana ia menyatakan 1.338 orang kudus; dan 51 kanonisasi dengan jumlah 482 orang kudus. Beliau juga telah mengangkat Theresia dari Kanak-Kanak Yesus menjadi seorang Doktor Gereja. St. Yohanes Paulus II juga telah memperluas Kardinal, menjadikannya 231 Kardinal dalam 9 consistories. Beliau mengatur 15 Sidang Sinode para Uskup – enam Sinode Biasa. Satu Sinode Luar Biasa, dan delapan Sidang Khusus.

St. Yohanes Paulus II telah menerbitkan 85 dokumen penting yang terdiri dari 14 Ensiklik, 15 amanat Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat Apostolik. St. Yohanes Paulus II juga telah mengeluarkan Katekismus Gereja Katolik. St. Yohanes Paulus II juga mengadakan reformasi terhadap Kitab

Hukum Kanonik Timur dan Barat, dan menciptakan lembaga baru dalam dan mereorganisasi Kuria Romawi. Selain menghasilkan banyak karya yang bersifat dokumen, St. Yohanes Paulus II juga menerbitkan lima buku sendiri.

Pada tanggal 9-14 Oktober 1980 St. Yohanes Paulus II datang ke Indonesia. Saat di Indonesia, Beliau telah mengunjungi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Medan, dan Dili yang saat itu masih bagian dari Indonesia. Beliaulah Paus yang kedua berkunjung ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI di tahun 1970. Pada tahun 1993, Vatikan menetapkan hubungan diplomatik formal dengan Israel. Dan pada bulan Maret 2000, Ia mengunjungi Israel dan berdiri di atas tanah Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia juga berdiri pada suatu tempat yang memperlihatkan Danau Galilea yang dikatakan tempat Yesus mengajarkan kotbah di atas bukit.

b. Serangan Percobaan Pembunuhan

Seperti yang dituliskan oleh Anthony Christie (2014:85) selama waktu jabatannya, St. Yohanes Paulus II mendapatkan tiga pencobaan pembunuhan. Pencobaan pembunuhan yang pertama terjadi pada tanggal 13 Mei 1981, ketika memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat St. Yohanes Paulus II hampir tewas oleh tembakan percobaan pembunuhan Mehmet Ali Agca, seorang ekstrimis Turki. Dengan peristiwa ini, Agca akhirnya dihukum penjara seumur hidup. Dua tahun kemudian, St. Yohanes Paulus II telah menjenguk Mehmet Ali Agca pelaku serangan percobaan pembunuhannya di penjara.

Sebuah percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada tanggal 12 Mei 1982, di Fatimah, Portugal (Christie, 2014:86). Seorang pria berusaha menikam Paus dengan sebilah bayonet, tetapi dicegah oleh para penjaga. Pelakunya adalah seorang pastor ultrakonservatif, berhaluan keras, warga negara Spanyol, bernama Juan Maria Fernandezy Krohn yang menentang reformasi Konsili Vatikan II dan memanggil St. Yohanes Paulus II sebagai seorang “agen dari Moskwa.” Juan Maria Fernandezy Krohn kemudian divonis hukuman penjara enam tahun.

Percobaan pembunuhan yang ketiga kalinya terjadi ketika St. Yohanes Paulus II berada di Manila, pada bulan Januari 1995 (Christie, 2014:87). Percobaan pembunuhan kali ini merupakan bagian dari Operasi Bojinka, sebuah serangan terorisme massal yang dikembangkan oleh anggota kaum ekstrimis, Ramzi Yousef dan Khalid Sheik Mohammad. Seorang pelaku bom bunuh diri yang menyamar sebagai seorang pastor direncanakan mendekati parade paus dan meledakkan diri namun gagal karena rencana pembunuhan telah diketahui.

c. Penderitaan yang Dialami

Stanislaw Dziwisz, Czeslaw Drazek, Renato Buzzonetti, dan Angelo Comastri dalam buku Izinkan Aku Pulang Ke Rumah Bapa (2010), banyak mengisahkan penderitaan yang dialami oleh St. Yohanes Paulus II selama pelayanannya. Penulis memilih tulisan Renato Buzzonetti (2010:59-90) yang berjudul “Hari-hari penuh Penderitaan dan Harapan” karena beliau adalah dokter pribadi St. Yohanes Paulus II.

Menurut Renato Buzzonetti, semenjak serangan percobaan pembunuhan pada tahun 1981, St. Yohanes Paulus II sering mendapat penyakit yang tidak mudah ditangani. Serangan itu sendiri paling tidak membuat St. Yohanes Paulus II harus dioperasi karena terjadi luka dalam akibat terkena peluru yang menembus bagian perut dan hampir mengenai tulang belakang, dan menyebabkan kerusakan pada bagian usus kecil dan usus besar, membran selaput perut, dan terjadi banyak pendarahan dalam. Tiga bulan kemudian dari peristiwa serangan, Paus sekali lagi menjalani operasi untuk mengangkat saluran pembuangan buatan yang dipasangkan ketika operasi pertama. Beberapa tahun berlalu, Paus menunjukkan gejala-gejala umumnya yang terjadi mengikut usia tua yang cepat karena terbebani oleh banyak kesulitan, keadaan tidak nyaman, dan pelbagai tantangan pelayanan yang dialaminya.

Tahun 1992, Paus kembali menjalani operasi medis serius karena mengalami tumor berbahaya dari usus besarnya. Di masa-masa sulitnya ini, St. Yohanes Paulus II tetap bersemangat melakukan kunjungan internasionalnya sampai yang terakhir kalinya yaitu pada 5 September 2004. Perjalanan-perjalanan yang beliau lakukan memang sangat melelahkan sehingga akhirnya mengharuskan beliau sendiri untuk berjalan menggunakan kursi roda. Suaranya melemah, ungkapan wajahnya menunjukkan penderitaan yang dialami, dan tatapan wajahnya juga merawang jauh. Ini menunjukkan beliau memang mengalami masa-masa sulit terutama karena derita sakit. Tahun 1993, beliau terjatuh tersandung karena terinjak jubahnya sendiri. Insiden ini menyebabkan

pendarahan. Pada 28 April 1994, sekali lagi beliau jatuh di apartemen yang menyebabkan pinggul kanan beliau retak dan keseleo.

Pada 14 Agustus 1996, St. Yohanes Paulus II mengalami radang usus buntu yang akut. Namun karena kesibukan tugas beliau, masalah kesehatan semakin menimbulkan keprihatinan umum. Pada 8 Oktober St. Yohanes Paulus II menjalani operasi yang keenam kalinya. Kehidupan publiknya semakin rumit karena komplikasi yang sering terjadi terutama pada tahun 2002 hingga tahun 2003 beliau mengalami penderitaan yang berulang kali kambuh pada lutut sebelah kanan karena osteoarthritis yang semakin parah. Di tahun 2004, St. Yohanes Paulus II menunjukkan kekecewaannya karena mengalami keharusan untuk tidak aktif dari tangan Tuhan sendiri. Memasuki tahun 2005, kondisi kesehatan St. Yohanes Paulus II mulai menurun secara drastis.

d. Detik-detik Terakhir Sebelum Dijemput Menghadap Bapa di Surga Berdasarkan tulisan Renanto Buzzonetti (2010 :79-90) dokter pribadi St. Yohanes Paulus II yang berjudul “Hari-hari penuh dengan penderitaan” berikut adalah tahap-tahap penurunan kesehatannya secara kronologis, pada perjuangan akhir hidupnya sampai wafat.

31 Januari 2015: beberapa audiensi dibatalkan karena Paus menderita flu. 1 Februari 2005: St. Yohanes Paulus II dilarikan ke Poliklinik Gemelli Roma pada malam hari untuk dirawat dan diagnosis. 5 Februari 2005: kesehatan beliau mulai membaik dan tinggal beberapa hari di rumah sakit. 10 Februari 2005: kesehatannya St. Yohanes Paulus II membaik sehingga diperkenankan

kembali ke apartemennya di Vatikan dengan mobil, namun beberapa hari kemudian mengalami kesulitan bernafas. 21 Februari 2005: beliau menerima sakramen pengurapan orang sakit yang kedua kali dan dibawa ke rumah sakit. Selama berada di rumah sakit beliau berusaha sedapat mungkin melaksanakan tugas kewajibannya. 6 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II sempat merayakan misa di kapel rumah sakit.

Pada 13 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II kembali ke apartemennya di Vatikan dan sempat mengikuti nyanyian ratapan Yeremia. 20 dan 23 Maret 2005: Paus muncul di jendela kamarnya untuk melakukan berkat tetapi tak sanggup berbicara. 27 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II muncul di jendela apartemennya tanpa suara memberi berkat “Urbi et Orbi” dengan tanda salib besar yang terakhir kalinya. 30 Maret 2005: beliau sempat memberkati kerumunan umat. Pipa pembantu dipasang demi lancarnya proses pemasukan makanan ke dalam tubuhnya. 31 Maret 2005: St. Yohanes Paulus II diserang komplikasi demam tinggi, dan tekanan darah turun akibat infeksi pada saluran urine, dan menerima sakramen pengurapan orang sakit yang ke tiga kali. Pada 1 April 2005: kondisi St. Yohanes Paulus II sangat serius, namun masih sempat merayakan misa konselebrasi, mengikuti meditasi dan ibadat harian. 2 April 2005: pada pukul 07.30 kesadaran St. Yohanes Paulus II mulai menghilang dan kembali. Pada pukul 15.30 St. Yohanes Paulus II mengucapkan kata “perkenankanlah aku pulang ke rumah Tuhan”, kemudian pada pukul 19.00 memasuki situasi koma. Pada pukul 20.00 Misa pesta Kerahiman Ilahi diselenggarakan di kaki tempat tidurnya, dan pada pukul 21.37 St. Yohanes Paulus II menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Dokumen terkait