PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.
Bandung, Juni 2010 Yang membuat pernyataan,
Abdul Haris Odja
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita mendapat safaat dari Beliau di yaumil akhir nanti, Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat;
1. Bapak Dr. Johar Maknun, M.Si, selaku Pembimbing I telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi dari awal penyususnan hingga selesainya tesis ini.
2. Bapak Dr. Andi Suhandi, M.Si, selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan, saran, dan pemikiran yang membangun sejak penyusunan sampai dengan selesainya tesis ini.
4. Bapak Dr. Wawan Setiawan, M.Kom, selaku penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan tesis dan sekaligus memberikan penilaian (judgement) pada instrumen tes yang digunakan..
5. Bapak Prof. H. Furqon, Ph.D, Bapak Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed., Bapak Dr. Agus Rahayu, M.S, selaku direktur dan asisten direktur Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Liliasari, M.Pd, selaku ketua Program Studi IPA Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
7. Bapak Dr. Agus Setiawan, M.Si yang telah meluangkan waktu dalam memberikan penilaian (judgement) pada instrumen yang digunakan
8. Bapak dan Ibu dosen pada Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan .
9. Civitas akademika Universitas Negeri Gorontalo yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas belajar di Sekolah Pascasarjana UPI. 10.Bapak Kepala Sekolah SMPN 8 Gorontalo bersama rekan-rekan guru SMPN
8 Gorontalo yang telah membantu dan memfasilitasi selama penelitian.
segala bantuan dan kerja samanya sejak mengikuti studi sampai penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.
12.Orang tuaku tercinta Ayah (Ahmad Odja dan Harun Happy, S.Mek) dan Ibu (Rety S. Latif (Almh) dan Norce Dama) yang telah mencurahkan segala perhatian, didikan.
13.Isteriku tercinta Endang H, S.Pd. dan anak-anakku tersayang Muhammad Hafizh Odja dan Nurul Inayah Odja atas doa, pengertian, dan pengorbanan yang kalian berikan selama ditinggalkan untuk menempuh pendidkan di UPI. 14.Adik-adik dan kakak-kakakku (Yulman Odja, S.Pd, Sriwahyuni Odja,
Amd.Kom, Ais Happy, Robin Happy, Rais Happy, S.Pd) yang selalu memberikan semangat selama menempuh studi.
15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga amal baik yang telah Bapak, Ibu, dan rekan-rekan berikan kepada penulis demi kelancaran penyelesaian tesis ini , mendapat balasan karunia nikmat dari Allah SWT.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tesis ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan fisika di masa depan.
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN PENDEKATAN INKURI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP CAHAYA DAN KETERAMPILANBERPIKIR KRITIS SISWA SMP
(Abdul Haris Odja, 0808163) Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat potensi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep cahaya di SMP. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran konsep cahaya dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri. Metoda penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dan deskriptif yang dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo dengan sampel siswa kelas VIII semester II. Kajian difokuskan pada penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan pendekatan inkuiri, serta tanggapan siswa dan guru terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri. Pengumpulan data dilakukan dengan tes awal dan tes akhir untuk penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan pendekatan inkuiri menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan
DAFTAR ISI
BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN PENDEKATAN INKUIRI, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA, KONSEP CAHAYA ... 12
A. Desain Penelitian dan Metode Penelitian ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
A. Hasil Penelitian ... 63
1. Penguasaan Siswa Terhadap Konsep Cahaya ... 63
2. Penguasan Siswa Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis ... 72
3. Deskripsi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 80
4. Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 86
B. Pembahasan ... 90
1. Penguasaan Siswa Terhadap Konsep Cahaya ... 90
2. Penguasaan Siswa Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis ... 96
3. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri dari Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 100
4. Tanggapan Siswa Dan Guru Terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105
A. Kesimpulan ... 105
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
LAMPIRAN ... 112
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 17
2.2 Indikator Berpikir Kritis menurut Ennis ... ... 28
2.3 Perjanjian Tanda yang Digunakan Dalam Persoalan Cermin Lengkung ... 46
3.1 Desain Penelitian ... 50
3.2 Kategori Validitas Butir Soal ... 54
3.3 Kategori Reliabilitas Tes ... 55
3.4 Kategori Tingkat Kemudahan Soal ... 56
3.5 Kategori Daya Pembeda... 57
3.6 Hasi Uji Coba Tes Penguasaan Konsep ... 57
3.7 Hasi Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 59
3.8 Kategori Tingkat N-Gain yang Dinormalisasi... 60
3.9 Kriteria Interprestasi Skor Angket ... 65
4.1 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal, Tes Akhir, dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 66
4.2 Hasil Uji-Homogenitas Skor Tes Awal, Tes Akhir, Dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 66
4.3 Uji Beda Rata-rata Penguasaan Konsep Cahaya Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67
4.5 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal, Tes Akhir dan Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
Dan Kelas Kontrol ... 74 4.6 Hasil Uji-Homogenitas Skor Tes Awal, Tes Akhir
Dan Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir kritis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 75 4.7 Uji Beda Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 76 4.8 Persentase Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Keterampilan
Berpikir Kritis Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 77 4.9 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri Dari
Aktivitas Guru ... 81 4.10 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri Dari Aktivitas Siswa... 83 4.11 Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif
Tipe NHT Dengan Pendekatan Inkuiri ... 86 4.12 Data Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bayangan Umbra dan Bayangan Penumbra ... ... 33
2.2 Pemantulan Teratur ... ... 34
2.3 Pemantulan Baur ... 34
2.4 Hukum Pemantulan Cahaya………. ... 35
2.5 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar ... 35
2.6 Cermin Cekung Bersifat Konvergen. ... 36
2.7 JalannyaSinar-sinar Istimewa Pada Cermin Cekung ... 37
2.8 Dua Sinar dari Titik P Mengumpul Setelah Dipantulkan Oleh Cermin Cekung, Membentuk Bayangan Nyata... 38
2.9 Jalan Sinar Pada Cermin Cekung... 40
2.10 Geometri Untuk Menentukan Perbesaran Bayangan Pada Cermin Cekung... 41
2.11 Bagian-bagian Cermin Cembung... 43
2.12 Sinar-sinar Istimewa Pada Cermin Cembung... 44
2.13 Dua Sinar dari Titik P Setelah Refleksi Oleh Cermin Cembung 44 3.1 Alur Penelitian ... 51
4.1 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir, dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Siswa Kedua Kelas ... 64
Dan Penerapan Pada Kedua Kelas ... ... 68 4.4 Diagram Perbandingan N-Gain Penguasaan Konsep Untuk Setiap Sub Konsep Cahaya Pada Kedua Kelas ... 71 4.5 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Tes Awal,Tes Akhir,
dan Gain yang dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kedua Kelas... 72 4.6 Diagram Perbandingan persentase Gain yang dinormalisasi
Tiap Individual Siswa Pada Kedua Kelas ... 73 4.7 Diagram Perbandingan N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 112
Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 159
Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen ... 207
Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket ... 221
Lampiran E : Pengolahan Data ... 236
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu dan kualitas pendidikan Indonesia diusahakan oleh pemerintah meningkat dari tahun ke tahun. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah mulai penyempurnaan kurikulum sampai dengan peningkatan kesejatraan guru melalui program sertifikasi. Penyempurnaan kurikulum telah beberapa kali dilakukan, terahir kurikulum 2004 (KBK) disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Semua upaya tidak akan ada manfaatnya jika pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tidak efektif dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara Asean. Hal ini ditunjukan catatan Human Development Report tahun 2000 versi UNDP. Peringkat Human Development Index (HDI) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan 105 dari 108 negara. Indonesia berada jauh di bawah Philipina (77), Thailand (76), Malaysia (61), Brunei Darussalam (32), Korea Selatan (30), dan Singapura (24). Demikian pula untuk IPA dan matematika Pada tahun 2003 oleh TIMSS, Indonesia berada pada urutan ke-36 dari 45 negara peserta baik pada bidang matematika maupun bidang sains (Pusat Kurikulum, 2007).
terutama pada pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Pembelajaran di kelas adalah salah satu faktor utama dalam peningkatan mutu pendidikan. Pelajaran IPA memiliki karesteristik tertentu dalam membelajarkannya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar ( Pusat Kurikulum, 2007). Rakow (Koes, 2003) mengungkapkan bahwa salah satu karesteristik guru-guru inkuiri yang sukses adalah mereka akan memperhatikan keterampilan berpikir maupun materi IPAnya.
Provinsi Gorontalo pada tahun 2009) terlihat dominasi guru dalam pembelajaran masih sangat besar, interaksi antara siswa dengan siswa dalam pembelajaran sangat jarang bahkan dapat dikatakan tidak ada. Guru merupakan sumber utama dalam memberikan materi pelajaran sehingga kemampuan berpikir siswa tidak berkembang. Guru lebih memilih pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dalam hal ini pendekatan ceramah dibandingkan dengan pendekatan yang berorientasi ke interaksi siswa.
Beberapa penelitian menyatakan metoda yang dominan digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metoda ceramah (Koes, 2003). Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik perkelas yang terlalu banyak.
yaitu : penekanannya pada hakekat sosial dari pembelajaran, pebelajar belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya, pebelajar dihadapkan pada proses berpikir dengan teman sebaya, dan membuat hasil belajar terbuka untuk semua pebelajar.
Lin (2006) dalam kajian pembelajaran kooperatif pada kelas sains menyatakan dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat merefleksikan pemikiran mereka sendiri dan lebih sadar dalam pengambilan keputusan sendiri dan kemampuan memecahkan masalah. Pada akhirnya, siswa tidak hanya lebih dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan mendengarkan tetapi juga menjadi unit yang kohesif bekerja sama untuk menghadapi tantangan.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri dapat dilakukan melalui pertanyaan oleh guru kepada siswa. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri yaitu : pertama strategi inkuiri menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Kedua seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Ketiga tujuan dari penggunaan strategi inkuri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis (Sanjaya, 2007).
Pembelajaran seperti inkuiri diharapkan membuat pembelajaran IPA khususnya fisika sesuai dengan karesteristik pembelajaran IPA yang telah disebutkan di atas dan dapat membantu siswa menjadi pemikir mandiri. Siswa harus terlibat secara aktif dalam mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan menggunakan bukti, merancang penyelidikan dan proses-prosesnya dan mengutamakan keingintahuan dan kreatifitas siswa.
konsep ini karena sebagian konsepnya dibelajarkan secara abstrak, sementara konsep ini dapat dibelajarkan secara kongkrit oleh karena itu agar siswa dapat memahami konsep-konsep dan hukum-hukum fisika khususnya masalah perambatan dan pemantulan cahaya, maka perlu diadakan penelitian untuk mencari cara pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads togathers (NHT) dengan pendekatan inkuiri sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa di SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads togethers dengan pendekatan inkuiri dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang muncul dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep cahaya di SMP antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together dengan pendekatan inkuiri dan mendapatkan pembelajaran
2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik cahaya di SMP antara yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dan pembelajaran
konvensional?
3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model kooperatif tipe
numbered heads together dengan pendekatan inkuiri pada konsep cahaya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah melihat potensi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep cahaya di SMP. Disamping itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran konsep cahaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan inkuiri.
D. Manfaat Penelitian
E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Asumsi
Model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dapat memfasilitasi siswa untuk bekerjasama dalam menemukan konsep-konsep yang pelajari dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Dengan cara demikian, maka proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan berpikir kritis siswa diharapkan berjalan lebih baik.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep cahaya dibandingkan penggunaan pembelajaran konvensional (Ha:A1 > A2 ).
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dengan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis dibandingkan penggunaan pembelajaran konvensional (Ha:B1 > B2 ).
F. Definisi Operasional
heads togather (NHT). Langkah-langkah pembelajaranya adalah sebagai
berikut : tahap satu guru membuat kelompok yang terdiri dari 5 siswa, masing-masing siswa diberi nomor satu sampai lima. Tahap kedua, guru memberikan pertanyaan atau tugas kepada siswa, pertanyaan dan tugas dibuat dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Tahap ketiga, siswa bekerjasama dalam menjawab pertanyaan atau tugas guru, seluruh anggota kelompok menguasai jawaban dari pertanyaan atau tugas yang ada dalam LKS. Tahap keempat, guru memanggil satu nomor, semua nomor yang dipanggil guru mempresentasikan hasil diskusi dan kerja kelompok. Keterlaksanaan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT diamati melalui lembar observasi 2. Pendekatan inkuiri adalah pendekatan dimana siswa menemukan
yaitu tahap dimana siswa bekerjasama dalam menjawab pertanyaan atau tugas guru, seluruh anggota kelompok menguasai jawaban dari pertanyaan atau tugas yang ada dalam LKS (heads togethers).
3. Model pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru fisika di salah satu SMP Negeri yang ada di Kota Gorontalo yang menjadi tempat penelitian. Pembelajaran ini didominasi oleh metode ceramah yang diakhiri dengan kegiatan pembuktian (verifikasi) melalui kegiatan demonstrasi atau percobaan, dimana guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran konvensional yaitu guru memberi informasi, kemudian menerangkan suatu konsep, yang disertai dengan diskusi dengan siswa. Setelah itu siswa diminta memperhatikan demonstrasi atau melakukan percobaan untuk memverifikasi konsep yang telah diinformasikan sebelumnya. Selanjutnya meminta siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan atau pengamatan mereka. Kegiatan terakhir siswa mencatat materi yang diterangkan dan diberi soal-soal pekerjaan rumah.
cahaya meliputi: sumber cahaya, cahaya merambat lurus, sementara pemantulan cahaya mencakup hukum pemantulan cahaya, pemantulan pada cermin datar, pemantulan pada cermin cekung dan cembung.
5. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai kemampuan siswa memahami dan menerapkan konsep-konsep perambatan dan pemantulan cahaya, baik konsep secara teori maupun penerapannya. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pengetahuan (C1), pemahaman (C2) dan penerapan (C3). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dan deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri yang diterapkan. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Desain eksperimen yang digunakan adalah “The randomized Pretest-Posttest
control group design” (Fraenkel dan Wallen, 2007) dimana penentuan kelas kontrol dilakukan secara acak perkelas. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Desain penelitian tertera pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelas
Tes
Awal Perlakuan
Tes Akhir
Kelompok Eksperimen O X1 O
Kelompok Kontrol O X2 O
Keterangan:
O :Tes Awal-Tes Akhir
X1 :Perlakuan berupa pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri
B. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan ditunjukan pada Gambar 3.1
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester II salah satu SMP Negeri di Kota Gorontalo Propinsi Gorontalo pada tahun pelajaran 2009/2010. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas dari tujuh kelas yang memiliki kemampuan yang setara dengan teknik random perkelas tanpa mengacak siswa.
Pengelompokkan sampel terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan empat jenis instrumen pengumpul data yaitu, tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, lembar observasi, dan angket . 1. Tes Penguasaan Konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap konsep cahaya yang diajarkan. Pemberian tes awal untuk melihat kemampuan siswa sebelum mendapat perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri dan pembelajaran konvensional sedangkan tes akhir untuk melihat hasil yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan. Tes penguasaan konsep berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom yang dibatasi dari C1 sampai C3 yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis
contoh, membuat kesimpulan, menggunakan prosedur, menerapkan prinsip, mengidentifikasi kriteria, membuat hipotesis, dan mengidentifikasi alasan.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan observasi keterlaksanaan model kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri pada konsep cahaya.
4.Angket
Angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri pada konsep cahaya. Angket ini menggunakan skala likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
E. Teknik Analisis Tes
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas tinggi, reliabitas tinggi, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan sebaiknya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.
1.Validitas Butir Soal
digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product
Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80< rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)
xy
r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)
2.Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002) menggunakan rumus korelasi product moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik) 0,60<r 11 ≤ 0,80 tinggi (baik)
0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang) 0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)
11
3. Tingkat Kemudahan Soal
Tingkat kemudahan soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kemudahan diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2002)
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul N = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi untuk indeks kemudahan adalah sebagai berikut: Arikunto, 2002) Tabel 3. 4 Kategori Tingkat Kemudahan
Batasan Kategori
P < 0,30 soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ P < 1,00 Soal mudah
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau daya pembeda adalah
JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)
Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda
Uji coba instrumen dilakukan pada salah satu SMPN di Propinsi Gorontalo yang siswanya telah melaksanakan pembelajaran materi perambatan dan pemantulan cahaya. Selanjutnya dilanjutkan dengan pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kemudahan, dan daya pembeda menggunakan ANATES V.4. Hasil uji coba tes penguasan konsep seperti pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Hasil Uji Coba Tes Penguasan Konsep (lanjutan) NO Daya Pembeda Tingkat
Kemudahan Validitas Reliabilitas
Keterangan Soal D Kriteria P Kriteria rxy Kriteria Nilai Kriteria
7 0,56 Baik 0,31 Sedang 0,52 Valid Dipakai
8 0,13 Jelek 0,16 Sukar 0,14 Tidak Valid Dibuang
9 0,56 Baik 0,48 Sedang 0,45 Valid Dipakai
10 0,69 Baik 0,28 Sukar 0,58 Valid Dipakai
11 0,25 Cukup 0,18 Sukar 0,22 Tidak Valid Dibuang
12 0,56 Baik 0,38 Sedang 0,51 Valid Dipakai
13 0,69 Baik 0,38 Sedang 0,54 Valid Dipakai
14 0,50 Baik 0,38 Sedang 0,41 Valid Dipakai
15 0,19 Jelek 0,2 Sukar 0,25 Tidak Valid Dibuang
16 0,56 Baik 0,44 Sedang 0,43 Valid Dipakai
17 0,50 Baik 0,18 Sukar 0,53 Valid Dipakai
18 0,56 Baik 0,39 Sedang 0,43 Valid Dipakai
19 0,44 Baik 0,18 Sukar 0,44 Valid Dipakai
20 0,75 Baik
Sekali 0,48 Sedang 0,52 Valid Dipakai
21 0,63 Baik 0,33 Sedang 0,53 Valid Dipakai
22 0,63 Baik 0,34 Sedang 0,43 Valid Dipakai
23 0,44 Baik 0,23 Sukar 0,43 Valid Dipakai
24 0,19 Jelek 0,2 Sukar 0,24 Tidak Valid Dibuang
Untuk hasil uji coba tes keterampilan berpikir kritis ditunjukan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis
tidak valid sehingga jumlah soal yang memenuhi syarat untuk digunakan berjumlah 13 butir soal. Dilihat dari tingkat kesulitannya, diperoleh 13 item dikategorikan sedang, 3 item sukar, 2 item mudah. Soal tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0.78 termasuk dalam kategori baik atau tinggi
G. Teknik Pengolahan Data
1. Gain yang Dinormalisasi
Pengolahan data secara garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan serta hirarki statistik. Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) sebagai berikut: Hake (Cheng, et.al, 2004)
2. Pengujian Statistik
Pengujian statistik yang dilakukan berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian data dan uji t, sebagai berikut :
a. Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS for
windows versi 16. Kriteria pengujian jika Sig > maka data terdistribusi normal dan jika Sig < maka data terdistribusi tidak normal (Wahyono, 2008)
b. Uji homogenitas varian data dengan Levene Test. Uji tersebut didasarkan pada rumus statistik (Ruseffendi, 2005) yaitu :
2
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan mengunakan sofware SPSS
for windows versi 16. Kriteria pengujian jika Sig > maka data memiliki homogenitas varian yang sama dan jika Sig < maka data tidak memiliki homogenitas varian yang sama atau homegenitas varian berbeda (Wahyono, 2008).
Pengujian hipotesis dilakukan dengan mengunakan sofware SPSS for windows
versi 16. Kriteria pengujian jika Sig > maka tidak terdapat pengaruh dari perlakuan atau tidak terdapat perbedaan signifikan hasil dari perlakuan dan jika Sig < maka terdapat pengaruh dari perlakuan atau terdapat perbedaan signifikan hasil dari perlakuan (Wahyono, 2008).
3. Pengolahan Hasil Angket dan Observasi
Pengolahan data berikutnya adalah data hasil angket dan observasi, data hasil angket dan observasi bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Penentuan jumlah skor kriterium = (skor tertinggi tiap aitem) x (jumlah aitem) x (jumlah responden), setelah skor kriterium diperoleh dilanjutkan dengan mencari persentase tiap aitem yang akan dihitung (Riduwan, 2008).
Data pernyataan hasil angket yang bersifat positif kategori SS (sangat setuju) diberi skor tertinggi 4, S (setuju) dengan skor 3, TS (tidak setuju) skor 2 dan STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 1. Kriteria interprestasi skor berdasarkan jumlah skor kriterium di atas dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Kriteria Interprestasi Skor Angket
Batasan (persentase) Kategori
76-100 Sangat Baik
51-75 Baik
26-50 Kurang Baik
0-25 Sangat Kurang Baik
(Riduwan, 2008)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan: 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan
inkuri pada materi cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuri pada materi cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran konvensional.
3. Tanggapan siswa dan guru setelah memperoleh pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan pendekatam inkuiri pada konsep cahaya berespon positif (sangat
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Kegiatan penyelidikan pada tahap menyusun prosedur percobaan, kelompok mengalami kendala yang disebabkan oleh kurang terbiasanya siswa dalam menuliskan gagasan dan ide secara tertulis dengan bahasa sendiri, untuk mengatasi hal tersebut guru dapat membiasakan siswa dalam mengungkapkan gagasan atau ide baik dengan bahasa lisan dan tulisan dengan pemberian tugas menuliskan fenomena fisika yang diamati dalam kehidupan sehari-hari dengan kata-kata sendiri.
2. Untuk penyelidikan yang berhubungan dengan cahaya yang memerlukan ruangan gelap diupayakan guru meminimalisasi cahaya yang berasal dari luar caranya dengan menyediakan kain gorden yang tebal dan tidak transparan. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan inkuiri dapat
menggunakan alat-alat percobaan yang sederhana dan mudah di dapat dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus bergantung pada ketersediaan alat laboratorium sehingga memungkinkan guru untuk memberi tugas penyelidikan pada siswa diluar jam pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amin.M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan
Metode”Discovery” dan “Inquiry” Bagian I. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Arends, Richard I ( 2008). Learning To Teaach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Angela, Streeter. (1999). Coperative Learning Strategies. University of Iowa School Psychology Program. New York: Addison-Wesley Publishing Company.Tersediawww.education.uiowa.edu/schpsych/handouts/cooperativ e%20learning.pdf [ 10 Oktober 2009]
Bruce,Chip. (2009).Inquqry Pageonline tersedia pada
http://inquiry.illinois.edu/inquiry/definition.php3 [ 12 Desember 2009]. Cheng, K.K., et.al. (2004). “Using Online Homework System Enhances Student
Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. American
Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.
Costa, A.L . 1985. Goals for a Critical Thinking Curriculum. Dalam Costa A.L. (ed). Developing Mind : A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD: Alexandria, Virginia.
Dahar ,R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Daters, Kelly Morgan. (2005) “ Student Opinions Regarding Inquiry-Based Labs”
Journal of Chemical Education. Vol. 82 No. 8
Fraenkel, J.C. & Wallen, N.E. (1990). How to Design and Evaluate Research in
Education. New York: McGraw-Hill, inc.
Filsaime, Dennis, K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif
(terjemahan). Jakarta. Prestasi Pustakaraya.
Hofstein, Ari and Lunetta. Vincent N. (1982). “The Role of Laboratory in Science
Teaching: Negleted Aspect of Research”. Review of Educational
Research. 52(2), 201 – 207.
HO, Fui Fong and BOO, Hong Kwen. (2007). Cooperative learning: Exploring
its effectiveness in the Physics classroom. Asia-Pacific Forum on Science
Ibrahim, dkk (2005) Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.
Ibrahim, M. dan Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
Irwan (2007) Pembelajaran Tata surya Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan penguasaan Konsep Siswa Kelas 1 SMA. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Johnson & Johnson. (1998) Cooperative Learning And Social Interdependence
Theory [online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages/SIT.html [ 10
Oktober 2009].
Johnson & Johnson. (1998) Cooperative Learning, Values, and Culturally Plural Classrooms [online]. Tersedia: http://www.co-operation.org/pages [ 10 Oktober 2009].
Johnson & Johnson. (2009) The Cooperative Learning Institute Volume 24 • Issue
March, 2009 [online]. Tersedia:
http://www.co-operation.org/index.html#newsletters [10 Oktober 2009]
Johnson & Johnson. (1994) Cooperative Learning in the Classroom. Virginia, Association for Supervision and Curriculum Development.
Joyce, Bruce et.al (2009). Models of Teaching (terjemahan). Yokyakarta. Pustaka Pelajar
Juniarti (2007) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And
Composition Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Berpikir
Kreatif Siswa Sma Pada Materi Suhu Dan Kalor. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Koes, H Supriyanto. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang. IMSTEP JICA Kautz, Christian H. dan Jabot, Michael. (2003), A Model For Preparing
Preservise Physics Teachers Using Inquary-Based Methods. Journal of
physics teacher education. 1.(4).
Lestari (2007) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika. Skripsi F.PMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Lie, A (2007) Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperatif Learning di
Liliasari. 2002. Pengembangan model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Barsaing IX
Perguruan Tinggi Tahun Ajaran 2001-2002. Bandung: FPMIPA UPI.
Liliasari, (2005), Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.
Lin, Emily. (2006). Cooperative Learning in the Science Classroom. The Science
Teacher: 34-39. InfoTrac Science Collection. Web. 12 Nov. 2009 tersedia
www. galegroup.com/gps/start.do?prodId=IPS&userGroupName=ptn071 [ 15 November 2009]
Marshall Jill A. dan Dorward Yakobus T. (1997).Revisiting Inquiry and Prescriptive Laboratory Experiences in Introductory Physics. American
Journal of Physics.1997.
Maheady, Larry. et.al. (2006) “The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a
Diverse Group of Sixth Graders” Journal of Behavioral Education 15(1),
1053-0819.
Muijs, Daniel and Reynolds (2008) Effective Teaching. Pustaka Belajar. Yokyakarta
Mustaji dan Sugiarso (2005) Pembelajaran Berbasis Kontruktivistik Surabaya: UNESA University Press.
Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.
Nur, M,. dan Wikandari, P.R. (2004). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya Press.
Osarizalsyam. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Dua
Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Pada Konsep Ekosistem untuk Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar siswa. Tesis PPS UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan.
Pickard, . Marry. (2007) The New Booms Taxonomy : An Overview For Family
And Consumer Sciences Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 25, No. 1,
Pusat Kurikulum balitbang depdiknas. (2007). Model pengembangan silabus mata pelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran [ online]. Tersedia, www.puskur.net [ 4 Juli 2009 ]
Riduwan. (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variebel Penelitian. Bandung. Alpabeta
Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Scriven, Michael & Paul, Richard (1987). Defining Critical Thinking, [online]. Tersedia:
http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30 Oktober 2009]
Sidharta, Arief. (2005) Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan
Slavin, R.E ( 2008). Cooperative Learning; Teori riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Slavin, R.E (2008). Psikologi Pendidikan (terjemahan) Bandung: Macan Jaya Cemerlang
Suherman, E dkk (2001) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA –UPI.
Sudjana,N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Surya, Yohanes. Ph.D. (2006). IPA Fisika Gasing 2. Jakarta. Kandel dan Grasindo.
Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Social Studies. A Handbook for
Silberman, Mel. (2002). Active Learning 101 strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Yappendis.
Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tanel, Zafer and Erol, Mustafa (2008). Effects of Cooperative Learning on Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching Sequence.
Latin-American Journal of Physics Education. 2, (2), 1870-9095
Wasis dan Iriant, Sugeng Yuli. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Pusat Perbukuan. DEPDIKNAS.
Wahyono,Teguh. (2008) SPSS 16 Cara Mudah dan Praktis Melakukan Analisis Statistik dengan Berbagai Model analisis.Jakarta. Elex Media Komputindo. Wartono.(2003). Strategi Belajar Mengajar Fisika . Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wenning. J. Card. (2004) Inquiry Labs: What Physics Activities Should Include www.phy.ilstu.edu/pte/312content/inquiry_labs.pdf [ 9 Desember 2009] Wenning. J. Card. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices
and inquiry processes. Journal. Phys. Tchr. Educ. Online.
Willis, Judy (2007). Cooperative Learning Is a Brain Turn-On. Middle Scholl
Journal. Vol 38 No.4. Hal 4-13.
Yore, Larry D.(2001) What is Meant by Constructivist Science Teaching and Will
the Science Education Community Stay the Course for Meaningful
www.unr.edu/homepage/crowther/ejse/yore.html electronik journal of science education vol 5.[15 November 2009]