• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring dengan Variasi Pelindung Lapisan Inti pada Uji Laboratorium Dua Dimensi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring dengan Variasi Pelindung Lapisan Inti pada Uji Laboratorium Dua Dimensi."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ix Universitas Kristen Maranatha

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH

GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI

PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI

LABORATORIUM DUA DIMENSI

Nurdiyana NRP: 1121022

Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D.

ABSTRAK

Pemecah gelombangadalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan gelombang dan untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut lepas, sehingga perairan pelabuhan dan/atau pantai tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut.Pemecah gelombang harus di desain sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan. Bangunan pemecah gelombang sisi miring adalah bangunan dari tumpukan batu. Tipe bangunan pemecah gelombang yang digunakan biasanya ditentukan oleh ketersediaan material di atau di dekat lokasi pekerjaan, kondisi laut, kedalaman air, dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan.

Penelitian ini bertujan untuk menganalisis kestabilan bangunan pemecah gelombang sisi miring dengan variasi pada lapisan inti yang berbeda pada 2 kemiringan bangunan 1:1,5 dan 1:2,0 yang menghadap ke arah laut. Selain itu untuk menganalisis pelindung yang tepat dari lapisan inti pada bangunan pemecah gelombang sisi miring dan yang mengalami penggerusan yang paling minimum terhadap bangunan pemecah gelombang tersebut.

Hasil penelitian menunjukan bahwa bangunan pemecah gelombang pada kemiringan 1:2,0 memiliki tinggi gelombang rata-rata, tinggi rayapan run up-run

down, tinggi gelombang pada saat kondisi overtopping, tinggi gelombangpada

saat kondisi Submerged paling kecil. Model bangunan pemecah gelombang yang menggunakan lapis lindung tetrapod dengan kemiringan 1:1,5 mengalami penggerusan dan beberapa tetrapod terpelanting sehingga bangunan pemecah gelombang tidak stabil. Penempatan geotube di muka bangunan dengan kemiringan 1:1,5 hasilnya cukup stabil. Penempatan geotekstil diantara lapisan inti dan lapis lindung batu pecah di muka bangunan dengan kemiringan 1:2,0 mengalami penggerusan di sisi bangunan. Penempatan geotube di lapisan inti dengan kemiringan 1:2,0 mendapatkan kemiringan bangunan yang paling stabil.

(2)

TWO-DIMENSIONAL LABORATORY TEST OF

RUBBLE-MOUND BREAKWATER WITH VARIATION

AT CORE LAYER

Nurdiyana NRP: 1121022

Supervisor: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D.

ABSTRACT

Breakwater is used to protect coastal area from waves and currents disturbance and also to protect the beach from erosion. This structure divide coastal areas and sea, so harbor and/or coastal areas are not excessively affected by waves. Breakwater must be designed so that the current cannot be caused silting. Rubble-mound breakwater is a structure made from piles of stones. The type of breakwater depends on availability material availability at or near working site, sea condition, water depth, and equipment.

The purpose of this study is to analyze the stability of two different slopes of rubble mound model with core layer variation facing the seaward, i.e., 1:1.5 and 1:2.0. In the other hand this study is to analyze the appropriate core armor layer that experienced minimum erosion to the breakwater.

The study showed that the breakwater at a slope of 1:2.0 has the smallest average wave height at overtopping condition and at submerged conditions and the smallest reduction between run-up and run-down. Breakwater using tetrapod protection layer with a slope of 1:1.5 has experience erosion and a few of tetrapod are thrown so the breakwater are not stable. Geotube placement in front of the building with a slope of 1:1.5 has a fairly stable result. Geotextile placement between the core layer and the armor layer of rubble mound in front of the building with a slope of 1:2.0 is experiencing erosion in the side of the building. Geotube placement in the core layer with a slope of 1:2.0 is the most stable.

(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... v

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Gelombang ... 6

2.2 Jenis Gelombang ... 7

2.3 Beberapa Definisi Gelombang ... 7

2.4 Panjang Gelombang ... 8

2.5 Koefisien Transmisi ... 9

2.6 Gelombang Pecah ... 9

2.7 Bangunan Pemecah Gelombang ... 12

2.7.1 Pemecah Gelombang Sisi Miring ... 15

2.7.2 Dimensi Pemecah Gelombang Sisi Miring ... 20

2.7.3 Stabilitas Bangunan Pemecah Gelombang ... 23

2.8 Stabilitas Fondasi Tumpukan Batu dan Pelindung Kaki ... 23

2.9 Uji Laboratorium Bangunan Pemecah Gelombang ... 25

BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1 Metode Penelitian ... 26

3.2 Laboratorium Balai Pantai ... 28

3.3 Persiapan Uji Laboratorium ... 33

3.4 Perencanaan Pemecah Gelombang Sisi Miring ... 34

3.5 Data Pengujian ... 42

BAB IV ANALISIS HASIL UJI MODEL BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING 4.1 Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring dengan Kemiringan Bangunan 1:1,5 Tanpa Lapisan Geotekstil dan Geotube pada Lapisan Inti ... 45 4.2 Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring dengan

Kemiringan Bangunan 1:1,5 dengan Penempatan Lapisan

(4)

Inti ... 48 4.3 Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring dengan

Kemiringan Bangunan 1:2,0 Menggunakan Lapisan Geotekstil Antara Lapis Inti Pasir dan Lapis Batu Pecah

pada Lapisan Inti ... 50 4.4 Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring dengan

Kemiringan Bangunan 1:2,0 dengan Penempatan Lapisan

Geotube yang diisi Pasir Ukuran Ø 0,8mm pada Lapisan

Inti ... 53 4.5 Hasil Analisis ... 64 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah Gelombang

Variasi 1 pada Kemiringan 1:1,5 Ukuran dalam Satuan (cm) .. 3

Gambar 1.2 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah Gelombang Variasi 2 pada Kemiringan 1:1,5 Ukuran dalam Satuan (cm) .. 3

Gambar 1.3 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah Gelombang Variasi 1 pada Kemiringan 1:2,0 Ukuran dalam Satuan (cm) .. 4

Gambar 1.4 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah Gelombang Variasi 2 pada Kemiringan 1:2,0 Ukuran dalam Satuan (cm) .. 4

Gambar 2.1 Sket Definisi Gelombang ... 8

Gambar 2.2 Penentuan Tinggi Gelombang Pecah ... 10

Gambar 2.3 Penentuan Kedalaman Gelombang Pecah ... 11

Gambar 2.4 Contoh Terbentuknya Gelombang Pecah ... 11

Gambar 2.5 Potongan Melintang Pemecah Gelombang Sisi Miring ... 13

Gambar 2.6 Potongan Melintang Pemecah Gelombang Sisi Tegak ... 13

Gambar 2.7 Potongan Melintang Pemecah Gelombang Campuran ... 14

Gambar 2.8 Kerusakan dan Perbaikan Pemecah Gelombang Sisi Miring ... 16

Gambar 2.9 Tampang Pemecah Gelombang Tumpukan Batu ... 16

Gambar 2.10 Batu Lapis Pelindung Buatan ... 18

Gambar 2.11 Batu Lapis Pelindung Buatan di Lapangan ... 18

Gambar 2.12 Perbandingan Run Up dan Run Down untuk Berbagai Tipe Sisi Miring ... 21

Gambar 2.13 Fondasi dan Pelindung Kaki dari Tumpukan Batu ... 24

Gambar 2.14 Angka Stabilitas Ns untuk Fondasi dan Pelindung Kaki ... 25

Gambar 3.1 Diagram Bagan Air (Flow Chart) Penelitian ... 27

Gambar 3.2 Diagram Bagan Pola Pikir ... 28

Gambar 3.3 Saluran Gelombang (Wave Flume) Laboratorium Balai Pantai ... 31

Gambar 3.4 Mesin Pembangkit Gelombang pada Saluran Gelombang ... 32

Gambar 3.5 Tampak Melintang Rencana Pemodelan Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring ... 34

Gambar 3.6 Benda Uji Batu Pelindung Buatan Tetrapod ... 35

Gambar 3.7 Tampak Melintang Pemodelan Bangunan Gelombang Sisi Miring Tanpa Lapisan Geotekstil dan Geotube Menggunakan Tetrapod dengan Kemiringan 1:1,5 ... 37

Gambar 3.8 Tampak Melintang Pemodelan Bangunan Gelombang Sisi Miring Tanpa Lapisan Geotekstil dan Geotube Menggunakan Tetrapod dengan Kemiringan 1:1,5 dari Sisi yang Berbeda .... 37

Gambar 3.9 Tampak Samping Skesta Penempatan untuk Mengukur Tinggi Muka Air Gelombang di 3 Lokasi pada Kemiringan 1:1,5 Ukuran dalam Satuan (cm) ... 38

(6)

Gambar 3.11 Tabel Fungsi d/L untuk Pertambahan Nilai d/L0 ... 40

Gambar 4.1 Tampak Samping Skesta Penempatan untuk Mengukur Tinggi Muka Air Gelombang di 3 Lokasi pada Kemiringan 1:1,5 Ukuran dalam Satuan (cm) ... 44

Gambar 4.2 Tampak Samping Skesta Penempatan untuk Mengukur Tinggi Muka Air Gelombang di 3 Lokasi pada Kemiringan 1:2,0 Ukuran dalam Satuan (cm) ... 44

Gambar 4.3 Tinggi Gelombang Rata-rata Terhadap Tinggi Muka Air ... 45

Gambar 4.4 Kondisi Model Bangunan pada Tinggi Muka Air 0,38m ... 47

Gambar 4.5 Kondisi Model Bangunan pada Tinggi Muka Air 0,54m ... 47

Gambar 4.6 Kondisi Model Bangunan pada Tinggi Muka Air 0,70m ... 48

Gambar 4.7 Tinggi Gelombang Rata-rata Terhadap Tinggi Muka Air dengan Lapisan Geotube untuk Tinggi Gelombang di Depan Bangunan ... 49

Gambar 4.8 Tinggi Gelombang Rata-rata Terhadap Tinggi Muka Air dengan Lapisan Geotekstil ... 51

Gambar 4.9 Tinggi Gelombang Terhadap Tinggi Muka Air untuk di Depan Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dengan Kemiringan 1:2,0 untuk Tanpa Geotekstil dan dengan Geotekstil ... 52

Gambar 4.10 Tinggi Gelombang Rata-rata terhadap Tinggi Muka Air dengan Lapisan Geotube ... 54

Gambar 4.11 Tinggi Rayapan Run up-Run down untuk Bangunan Pemecah Gelombang dengan Variasi Pelindung pada Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Gelombang di Depan Bangunan dengan Tinggi Muka Air 0,54cm ... 56

Gambar 4.12 Tinggi Gelombang Overtopping untuk Bangunan Pemecah Gelombang dengan Variasi Pelindung pada Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Gelombang di Depan Bangunan ... 57

Gambar 4.13 Tinggi Gelombang Overtopping untuk Bangunan Pemecah Gelombang dengan Variasi Pelindung pada Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Gelombang di Belakang Bangunan ... 58

Gambar 4.14 Tinggi Gelombang Submerged untuk Bangunan Pemecah Gelombang dengan Variasi Pelindung pada Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Gelombang di Depan Bangunan ... 59

Gambar 4.15 Tinggi Gelombang Submerged untuk Bangunan Pemecah Gelombang dengan Variasi Pelindung pada Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Gelombang di Belakang Bangunan ... 60

Gambar 4.16 Koefisien Transmisi Gelombang pada Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dan Penempatan Variasi Pelindung pada Lapisan Inti dengan Kemiringan yang Berbeda ... 61

Gambar 4.17 Hasil Dokumentasi Perubahan Posisi Tetrapod Sebelum Pengujian untuk Kemiringan 1:2,0 dengan Penempatan Geotube pada Lapisan Inti ... 62

(7)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Ketiga Tipe Pemecah

Gelombang ... 15

Tabel 2.2 Koefisien Stabilitas KD untuk Batu Pecah ... 19

Tabel 2.3 Koefisien Lapis ... 22

Tabel 3.1 Rencana Eksperimental ... 33

Tabel 3.2 Tinggi Gelombang Rencana ... 35

Tabel 3.3 Skenario Pengujian Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod ... 36

Tabel 4.1 Data Tinggi Gelombang dengan Variasi Muka Air Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod ... 45

Tabel 4.2 Data Tinggi Gelombang dengan Variasi Muka Air Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dan Penempatan Geotube di Lapisan Inti untuk Tinggi Gelombang di Depan Bangunan ... 48

Tabel 4.3 Data Tinggi Gelombang dengan Variasi Muka Air Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dan Penambahan Geotekstil antara Lapisan Inti dan Lapisan Batu Pecah pada Bagian Muka Bangunan ... 50

Tabel 4.4 Tinggi Gelombang Rata-rata yang Terukur di Depan Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Lapis Utama Tetrapod dengan Kemiringan 1:2,0 untuk Tanpa Penambahan Geotekstil dan dengan Geotekstil ... 52

Tabel 4.5 Data Tinggi Gelombang dengan Variasi Muka Air Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dan Penempatan Geotube pada Lapisan Inti... 53

Tabel 4.6 Tinggi Rayapan, Run up, Run down untuk Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dan Penempatan Variasi Pelindung pada Lapisan Inti dengan Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Gelombang di Depan Bangunan dengan Tinggi Muka Air 0,54cm ... 55

Tabel 4.7 Tinggi Gelombang pada Bangunan Pemecah Gelombang Sisi Miring Menggunakan Tetrapod dan Penempatan Variasi Pelindung pada Lapisan Inti dengan Kemiringan yang Berbeda untuk Tinggi Muka Air 0,63m ... 57

(8)

DAFTAR NOTASI

A Luas permukaan

a Amplitudo gelombang

B Lebar puncak

C Kecepetan rambat gelombang

d Jarak antar muka air rerata dan dasar laut db Kedalaman gelombang pecah

Ei Energi gelombang sebelum mengenai struktur

Et Energi gelombang setelah melewati struktur

g Percepatan gravitasi H Tinggi gelombang rencana H1 Tinggi gelombang di laut dalam H2 Tinggi gelombang di depan bangunan H3 Tinggi gelombang di belakang bangunan Hb Tinggi gelombang pecah

Hi Tinggi gelombang sebelum mengenai struktur

Ht Tinggi gelombang setelah melewati struktur

Tinggi gelombang laut dalam ekivalen Ir Bilangan Irribaren

K Angka gelombang

KD Koefisien stabilitas batu pelindung

Kt Koefisien transmisi Kr Koefisien refraksi Ns3 Angka stabilitas rencana minimum

n Jumlah butir batu

P Porositas rerata lapis pelindung (%) Ru Nilai run up

Sr Perbandingan antara berat jenis batu dan berat jenis air laut T Periode gelombang

t Tebal lapis pelindung W Berat butir batu pelindung

  Sudut kemiringan sisi pemecah gelombang

σ Frekuensi gelombang

r Berat jenis batu

a Berat jenis air laut

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemecah gelombang atau breakwater adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pantai/pelabuhan dari gangguan gelombang dan untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut lepas, sehingga perairan pelabuhan dan/atau pantai tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Selain itu, bangunan pemecah gelombang harus di desain sehingga arus laut tidak menyebabkan pendangkalan.

Secara garis besar terdapat dua jenis konstruksi pemecah gelombang yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan pemecah gelombang lepas pantai (SPM, 1984). Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang.

Bangunan pemecah gelombang berdasarkan tipe bangunannya yaitu pemecah gelombang sisi miring, sisi tegak, dan gabungan antara sisi miring dan sisi tegak. Tipe bangunan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah pemecah gelombang sisi miring dengan menggunakan material pasir sebagai lapisan inti, batu pecah dan batu lindung buatan tetrapod. Bangunan pemecah gelombang sisi miring ini akan menggunakan variasi berupa penempatan geotekstil pada lapisan antara pasir halus dan batu pecah di bagian bangunan pemecah gelombang yang menghadap laut atau datangnya gelombang laut. Selain itu, bangunan pemecah gelombang ini akan menggunakan geotube pada lapisan utama/inti pasir halus.

(10)

Pengujian bangunan pemecah gelombang dilakukan untuk mendapatkan bangunan pemecah gelombang sisi miring yang paling stabil. Pengujian dilakukan di laboratorium Balai Pantai, Kementrian Pekerjaan Umum, Buleleng, Bali. Uji laboratorium bangunan pemecah gelombang sisi miring ini dilakukan untuk menghemat biaya operasional, mempersingkat waktu, dan untuk mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat dilaksanakan di lapangan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kestabilan bangunan pemecah gelombang sisi miring pada 2 kemiringan bangunan 1:1,5 dan 1:2,0 yang menghadap ke arah laut dengan variasi pada lapisan inti yang berbeda.

2. Menganalisis pelindung yang tepat dari lapisan inti pada bangunan pemecah gelombang sisi miring dan yang mengalami penggerusan yang paling minimum terhadap bangunan pemecah gelombang tersebut.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini terbatas antara lain:

1. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Pantai, Kementerian Pekerjaan Umum yang berlokasi di Jalan Gilimanuk – Singaraja KM 122, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali

2. Perumusan yang digunakan sesuai dengan literatur yang ada, sehingga tidak menggunakan penurunan rumus

3. Material yang digunakan untuk melapisi bangunan pemecah gelombang yaitu pasir ukuran Ø0,8mm, geotekstil, geotube, batu pecah ukuran 10mm dan 25mm, dan tetrapod

4. Tinggi muka air disimulasikan untuk empat kondisi, yaitu kondisi surut (38cm), kondisi muka air rerata (54cm), kondisi muka air sama dengan tinggi bangunan (63cm), dan kondisi bangunan tenggelam (70cm)

(11)

3 Universitas Kristen Maranatha 6. Bangunan pemecah gelombang atau breakwater menggunakan tipe sisi

miring dengan variasi pelindung lapisan inti pada kemiringan 1:1,5 dan 1:2,0 yang menghadap ke arah laut dalam Gambar 1.1 sampai Gambar 1.4

Tanpa lapisan geotekstil dan geotube dengan kemiringan 1:1,5 yang menghadap ke arah laut

Gambar 1.1 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah

Gelombang Variasi 1 pada Kemiringan 1:1,5

Ukuran dalam Satuan (cm)

Dengan lapisan geotube yang diisi pasir ukuran Ø 0,8mm dengan kemiringan 1:1,5 yang menghadap ke arah laut

Gambar 1.2 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah

Gelombang Variasi 2 pada Kemiringan 1:1,5

Ukuran dalam Satuan (cm)

Batu Pecah 25mm Arah Darat Arah Laut

Tetrapod

Batu Pecah 10mm

Pasir Ø0,8mm

Batu Pecah 25mm Arah Darat

Tetrapod

Batu Pecah 10mm

(12)

− Dengan lapisan geotekstil diantara pasir dan batu pecah dengan kemiringan 1:2 yang menghadap ke arah laut

Gambar 1.3 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah

Gelombang Variasi 1 pada Kemiringan 1:2,0

Ukuran dalam Satuan (cm)

Dengan lapisan geotube yang diisi pasir ukuran Ø 0,8mm dengan kemiringan 1:2 yang menghadap ke arah laut

Gambar 1.4 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah

Gelombang Variasi 2 pada Kemiringan 1:2,0

Ukuran dalam Satuan (cm)

Batu Pecah 10mm

Geotube berisi Pasir Ø0,8mm

Tetrapod

Arah Darat

Batu Pecah 25mm Arah Laut

Batu Pecah 25mm Arah Darat Arah Laut

Tetrapod

Batu Pecah 10mm

Pasir Ø0,8mm

(13)

5 Universitas Kristen Maranatha 7. Uji laboratorium bangunan pemecah gelombang sisi miring yang dilakukan

adalah untuk uji laboratorium 2 (dua) dimensi dengan simulasi gelombang reguler.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari beberapa bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Literatur membahas tentang landasan teori penelitian, rumusan-rumusan yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III Pengolahan Data yang membahas tentang pengolahan data penelitian bangunan pemecah gelombang dari variasi pelindung lapisan inti dengan menggunakan dua kemiringan yang berbeda yang menghadap ke arah laut.

BAB IV Analisis Data yang membahas tentang hasil analisis data pengujian secara manual dari variasi pelindung lapisan inti dengan menggunakan 2 kemiringan yang berbeda yang menghadap ke arah laut di laboratorium.

(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diberikan dari hasil uji laboratorium dua dimensi bangunan pemecah gelombang sisi miring dengan lapis lindung utama tetrapod adalah sebagai berikut:

1. Tinggi gelombang rata-rata di depan bangunan dengan kemiringan 1:2,0 memiliki nilai paling kecil di setiap tinggi muka air yang digunakan karena bangunan pemecah gelombangnya paling stabil.

2. Tinggi rayapan run up-run down untuk bangunan pemecah gelombang pada kemiringan 1:2,0 menunjukan paling kecil karena energi yang diserap pada bangunan lebih besar.

3. Tinggi gelombang untuk tinggi muka air 0,63m atau pada saat kondisi

Overtopping di kemiringan 1:2,0 menunjukan paling kecil karena penyerapan

energinya lebih besar terhadap bangunan.

4. Tinggi gelombang untuk tinggi muka air 0,70m atau pada saat kondisi

Submerged dilihat dari nilai koefisien trasmisi (Kt) di kemiringan1:2,0

dengan penempatan geotube menunjukan paling kecil, sehingga kondisi bangunan pemecah gelombang paling stabil.

5. Model bangunan pemecah gelombang menggunakan lapis lindung tetrapod dengan kemiringan 1:1,5 di muka bangunan mengalami penggerusan di lapisan inti dan beberapa lapis pelindung tetrapod terpelanting sehingga bangunan menjadi tidak stabil.

6. Untuk mengatasi penggerusan dilakukan penempatan geotube di muka bangunan yang menghadap ke laut untuk bangunan pemecah gelombang sisi miring menggunakan lapis lindung tetrapod dengan kemiringan 1:1,5 di muka bangunan dan hasilnya cukup stabil.

7. Untuk bangunan pemecah gelombang sisi miring menggunakan lapis lindung

tetrapod dengan kemiringan 1:2,0 di muka bangunan dilakukan penempatan

(15)

66 Universitas Kristen Maranatha akibat pasir dari lapisan inti yang tidak terlapisi oleh geotekstil masih terbawa air di dinding wave tank/flume.

8. Model bangunan pemecah gelombang sisi miring menggunakan lapis lindung

tetrapod diuji dengan menempatkan geotube di lapisan inti untuk kemiringan

bangunan 1:2,0 di muka bangunan yang menghadap laut untuk mendapatkan kemiringan bangunan yang paling stabil.

5.2 Saran

1. Uji Laboratorium Tiga Dimensi bangunan pemecah gelombang sisi miring dengan lapis lindung buatan tetrapod dan penempatan geotube pada lapisan inti dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

2. Uji Laboratorium Tiga Dimensi bangunan pemecah gelombang sisi miring dengan lapis lindung buatan selain tetrapod dan penempatan geotube pada lapisan inti dilakukan dengan menggunakan gelombang reguler dan irreguler. 3. Uji Laboratorium Tiga Dimensi bangunan pemecah gelombang sisi miring

dengan lapis lindung buatan dan penempatan geotube pada lapisan inti dilakukan dengan menggunakan variasi tinggi muka air.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. CERC, 1984, Shore Protection Manual Volume I, US Army Coastal Engineering Research Center, Washington.

2. CERC, 1984, Shore Protection Manual Volume II, US Army Coastal Engineering Research Center, Washington.

3. Triatmodjo, B., 2010, Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta. 4. Triatmodjo, B., 2011, Perencanaan Bangunan Pantai, Beta Offset,

Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1.1 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah
Gambar 1.3 Tampak Melintang Sketsa Bangunan Pemecah

Referensi

Dokumen terkait

Dari 13 satuan lahan yang ada pada lokasi penelitian, hanya 12 satuan lahan yang mempunyai nilai Z maksimum dan 1 satuan lahan lainnya yakni satuan lahan ke­13 tidak bisa

Dalam film yang aktor/aktris atau obyek lain muncul dengan tiba-tiba misalnya “pop in” pada layar maka aktor/aktris dalam adegan akan diminta untuk diam.. Orang atau obyek

terhadap jumlah spermatozoa tikus Balb/c jantan dengan waktu perlakuan yang lebih lama, dosis lebih akurat dan jumlah sampel yang lebih banyak..

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Area Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)

Untuk Persada Swalayan (Jl. MT Haryono), proporsi pengguna dan pelanggar jalan tidaklah berbeda secara signifikan. Tata guna lahan pada daerah ini adalah kawasan

Manfaat dari penulisan ini agar pihak universitas dan mahasiswa dapat menerapkan pelatihan Basic Clinical Skill yang ideal sebagai bagian dari penerapan strategi

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan bulan Agustus Tahun Dua Ribu Enam Belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini, Pokja IV Pelelangan Jasa Konsultansi ULP Kab,

proses kegiatan praktikum tersebut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Studi Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Identifikasi Karakteristik BenihPada