BENTUK DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY
KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Elsa Latupeirissa
NIM 1102590
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Bentuk dan Nilai Budaya Tradisi Maso Mata Rumah
pada Masyarakat
Desa Rumahkay Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat
Oleh
Elsa Latupeirissa
S.Pd UPI Bandung, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
© Elsa Latupeirissa 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui oleh:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Yus Rusyana
Pembimbing II,
Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M. Pd.
LEMBAR PENGESAHAN
Diketahui dan disahkan oleh:
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia,
Dr. Sumiyadi, M. Hum.
ABSTRAK
Tradisi Maso Mata Rumah merupakan sebuah tradisi yang telah dilaksanakan berpuluh-puluh tahun lamanya, diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya yang merujuk pada suatu budaya adat perkawinan dan lebih difokuskan pada proses menerima pengantin perempuan masuk ke mata rumah (rumah tua) pengantin laki-laki. Tradisi ini umumnya dimiliki oleh semua desa di Maluku. Walaupun kadang-kadang namanya agak berbeda, tetapi merujuk pada suatu maksud yang sama, yaitu memasukan pengantin perempuan ke mata rumah pengantin laki-laki. Warisan para leluhur yang telah ada perlu dibina dan dilestarikan sebagai bentuk kekayaan khazanah budaya, warisan ini tidak boleh punah karena di dalamnya ada unsur pendidikan dalam membentuk karakter masyarakat pendukungnya.
Teori yang digunakan untuk menganalisis data berkaitan dengan teori dari Hutomo, Danandjaja, dan Walgito tentang tradisi lisan, sastra lisan, adat perkawinan, nilai budaya serta hakekat keluarga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena menggambarkan tentang fenomena masyarakat Rumahkay mengenai tradisi Maso Mata Rumah. Tahapan demi tahapan diteliti secara cermat mulai dari tahap persiapan, sampai pada pelaksanaan tradisi tersebut.
Teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan observasi mengenai tradisi tersebut, serta wawancara dengan tokoh masyarakat, tua-tua adat, dan masyarakat untuk memperoleh informasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Catatan lapangan juga diperlukan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan perlu dalam mendukung penelitian tersebut. Sumber data utama ialah pemerintah desa, tua adat yang memimpin atau lebih memahami tradisi Maso Mata Rumah ini, dan masyarakat biasa untuk mengetahui fungsi dan nilai tradisi ini dalam kehidupan masyarakat.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………. iv
KATA PENGANTAR ……… vi
DAFTAR ISI ……… viii
DAFTAR TABEL ……… xiii
DAFTAR BAGAN ………. xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……….. 3
1.3 Rumusan Masalah ……….. 4
1.4 Tujuan Penelitian ……….. 4
1.5 Manfaat Penelitian …………..……….. 5
1.6 Defenisi Variabel ……….. 5
1.7 Asumsi Penelitian ……….. 6
BAB II TRADISI LISAN, NILAI BUDAYA, ADAT PERKAWINAN DAN HAKIKAT KELUARGA 2.1 Tradisi Lisan ………..……….. 8
2.1.1 Jenis-Jenis Tradisi Lisan ……….. 9
2.1.2 Pesan dalam Tradisi Lisan …..……… 12
2.1.3 Fungsi Tradisi Lisan ……..……….. 12
2.2 Sastra Lisan ……….… 13
2.2.1 Ciri-Ciri Sastra Lisan ………..……….. 14
2.3 Karya Sastra ………..……….. 15
2.4 Nilai Budaya ……….……….. 16
Halaman
2.4.2 Kebudayaan ………..……….. 17
2.4.3 Nilai Budaya ……….……….. 20
2.5 Hakikat Bahasa ………..……….. 22
2.5.1 Aspek Bahasa ……….. 24
2.5.2 Fungsi Bahasa ………..……….. 25
2.5.3 Ragam Bahasa ………..……….. 26
2.5.4 Semantik ……… 27
2.5.5 Makna dalam Kata ………. 28
2.6 Jenis Kata ……….. 31
2.7 Konsep Drama Sebagai Sebuah Karya Sastra ………... 33
2.8 Adat Perkawinan …………..……….. 34
2.8.1 Pengertian Perkawinan ……… 35
2.8.2 Tujuan Perkawinan ……… 36
2.8.3 Latar Belakang Perkawinan …...………... 36
2.8.4 Umur yang Ideal dalam Perkawinan ………. 38
2.9 Hakikat Keluarga ……… 39
2.9.1 Pengertian Keluarga ……… 39
2.9.2 Hubungan Antara Suami Istri ………. 40
2.10 Kehidupan Keluarga ………. 41
2.11 Peran Wanita ……….………. 43
2.12 Etnografi ………. 44
2.13 Kedwibahsaan ……… 45
2.14 Model Pelestarian ……….. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………….……….. 48
Halaman
3.3 Instrumen Penelitian ……….……….. 49
3.4 Langkah-Langkah Penelitian ……….. 59
3.5 Informan Penelitian ……….. 62
3.6 Data dan Sumber Data ……….. 62
3.7 Analisis Data ……….. 63
BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARKAT RUMAHKAY 4.1 Deskripsi Data dan Analisis Data ….……… 70
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 71
4.1.2 Religi dan Upacara Keagamaan ………..….……… 72
4.1.3 Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan …..……… 73
4.1.4 Tingkat Pendidikan ……….. 76
4.1.5 Bahasa …………...……….…. 76
4.1.6 Sistem Mata Pencaharian ………... 77
4.1.7 Sistem Teknologi dan Peralatan ……….... 77
4.2 Masyarakat Rumahkay dan Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah….. 78
4.2.1 Pra Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah …………….….. 78
4.2.2 Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah ….……….…. 94
4.3 Hasil Analisis ………... 176
4.3.1 Aspek Bentuk ………..……….. 160
4.3.2 Aspek Pesan ……….. 190
4.3.3 Aspek Fungsi ………..……….. 191
4.3.4 Aspek Nilai Budaya …….………. 194
Halaman
BAB V MODEL PELESTARIAN...……… 206
5.1 Model Pendokumentasian dalam Bentuk Buku 5.1.1 Dasar Pemikiran ………...………. 206
5.1.2 Dasar Kebudayaan …..……… 207
5.1.3 Latar Belakang Filosofi ………. 208
5.1.4 Latar Belakang Estetika ……..……… 209
5.1.5 Latar Belakang Budaya ……..……… 209
5.1.6 Model Pengembangannya ……..………. 210
5.1.7 Dampak yang Diharapkan …….……… 211
5.2 Model Pelestarian dalam Bentuk Penyuluhan 5.2.1 Dasar Pemikiran ……..……… 212
5.2.2 Latar Belakang Filosofis ……..………... 213
5.2.3 Latar Belakang Estetika ……..……… 213
5.2.4 Latar Belakang Budaya …….……… 214
5.2.5 Dampak yang Diharapkan ……….. … 221
5.3 Model Pelestarian Pembinaan Kelompok PKK dalam Pengelolaan Sumberdaya Pekarangan Berbasis Masyarakat dan Pengembangan Bahasa Daerah……….… 221
5.3.1 Latar Belakang ………... 221
5.3.2 Tujuan Pelaksanaan ……… 223
5.3.3 Sasaran Pelaksanaan ……….. 224
5.3.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ……….….. 225
5.3.5 Pelaksanaan Kegiatan ………. 225
5.3.6 Pelestarian Bahasa Daerah Rumahkay ……….. 227
Halaman
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan……….. 234
6.1.1 Gambaran Bentuk Tradisi …….………...……….. 234
6.1.2 Gambaran Penyampaian Pesan dalam Tradisi ……..………..…. 236
6.1.3 Gambaran Fungsi dalam Tradisi ……..………. 237
6.1.4 Gambaran Nilai Budaya dalam Tradisi ….……….… 238
6.2 Saran……… 239
DAFTAR PUSTAKA ………..……….… 240
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 244
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 1. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Bentuk Tradisi………. 41
2. Tabel 2. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Pesan Tradisi……….... 44
3. Tabel 3. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Fungsi Tradisi……….. 45
4. Tabel 4. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Nilai Budaya ………… 47
5. Tabel 5. Langkah-Langkah Penelitian………... 51
6. Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Analisis ………... 54
7. Tabel 7. Pedoman Analisis Bentuk Tradisi ……… 56
8. Tabel 8. Pedoman Analisis Pesan Tradisi.……….. 58
9. Tabel 9. Pedoman Analisis Fungsi Tradisi ………. 58
10. Tabel 10 Pedoman Analisis Nilai Budaya Tradisi ………. 59
11. Tabel 11 Tim Penggerak PKK Negeri Rumahkay ………. 66
12 Tabel 12 Klasfikasi Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan …………. 67
13. Tabel 13 Klasifikasi Mata Pencaharian Masyarakat Rumahkay ………… 68
14. Tabel 14 Kesimpulan Hasil Analisis Tindakan saat Pelamaran………. 167
15. Tabel 15 Kesimpulan Hasil Analsis Tindakan di Rumah Perempuan……… 168
16. Tabel 16 Kesimpulan Hasil Analisis Tindakan di Rumah Laki-laki………… 169
17. Tabel 17 Kesimpulan Hasil Analisis Peralatan ………... 170
18. Tabel 18 Kesimpulan Hasil Analisis Fungsi Tradisi ……….. 175
19. Tabel 19 Kesimpulan Hasil Analisis Nilai Budaya ……… 177
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka
kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia banyak sekali
kebudayaan yang mungkin belum sempat digali, ini berarti bahwa masyarakat masih
belum menaruh perhatiannya kepada kebudayaan negerinya sendiri. Kesadaran akan
berbagai kebudayaan yang dimiliki perlu dipupuk pada setiap generasi agar
kebudayaan tersebut jangan sampai punah.
Hubungan antara kebudayaan dan masyarakat sangat erat karena kebudayaan
itu sendiri adalah cara suatu kumpulan manusia atau masyarakat mengadakan sistem
nilai yaitu berupa aturan-aturan yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih
tinggi nilainya, lebih dikehendaki dari yang lain (Semi, 1984:54). Kebudayaan
tentulah tidak akan terlepas dari sastra, begitu juga sebaliknya, sastra akan maju bila
ditunjang oleh kebudayaan yang kuat dan mengakar di kalangan masyarakat kita,
keduanya saling mendukung.
Di Indonesia, khususnya dalam dunia kesusasteraan kita mengenal istilah sastra
lisan dan sastra tulis. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaspisahkan
dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan dalam
membentuk apresiasi sastra masyarakat, sehingga sastra lisan dan sastra tulis hidup
berdampingan. Dikatakan sastra lisan karena sastra tersebut dituturkan secara lisan
dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan menggunakan
bahasa lisan tanpa naskah.
Masyarakat Indonesia menghadapi dua fenomena budaya yang saling
kebudayaan tumodern-nasional (Taum, 2011:1). Kehidupan kebudayaan
lisan-tradisional suku-suku bangsa di Indonesia beserta khzanah bahasa dan sastranya
masih merupakan fenomena yang hidup. Masyarakat tradisional, khususnya yang
hidup di pedesaan masih memiliki khazanah sastra lisan yang masih kental dalam
berbagai kegiatan ritual dan pertemuan-pertemuan khusus. Akan tetapi, tidaklah
banyak yang menaruh perhatiannya bagi tradisi-tradisi seperti ini, sehingga
lama-kelamaan akan pudar dan mungkin saja para generasi berikutnya tidak akan peduli
lagi terhadap tradisi-tradisi ini yang sebenarnya merupakan suatu kearifan lokal.
Apabila di daerah-daerah pedesaan penguasaan khzanah-khazanah sastra lisan dan
tradisional masih dianggap sebagai tolok ukur kepandaian dan tinggginya kedudukan
sosial seseorang di dalam masyarakat, maka di wilayah perkotaan teristimewa di
kalangan kaum terpelajar, mendengarkan sastra lisan dari daerahnya sendiri sudah
dianggap ketinggalan zaman atau dianggap kuno.
Berbicara tentang adat istiadat di daerah Maluku, sebenarnya merupakan suatu
hal yang sangat menarik karena banyak budaya yang dimiliki yang mungkin saja
tidak dimiliki oleh daerah lain. Tradisi Maso Mata Rumah merupakan sebuah tradisi
yang telah dilaksanakan berpuluh-puluh tahun lamanya yang telah diwariskan dari
generasi ke generasi. Tradisi ini merujuk kepada suatu budaya perkwainan yang
diadakan atau dilakukan untuk menerima pengantin perempuan masuk ke dalam mata
rumah (rumah tua) dari pengantin laki-laki. Tradisi Maso Mata Rumah ini pada
umumnya dimiliki oleh semua desa (kampung) di Maluku. Walaupun kadang-kadang
namanya agak berbeda, tetapi merujuk pada maksud yang sama yaitu memasukan
pengantin perempuan ke mata rumah pengantin laki-laki (masuk rumah tua). Kadang
juga tahapan-tahapan dalam ritual ini juga berbeda sesuai dengan tradisi dari
masing-masing desa (kampung).
Dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional
sebagai warisan budaya leluhur boleh dikatakan masih memegang peranan penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Kita menyadari bahwa upacara tradisional di
pendukungnya. Lagi pula upacara-upacara ini mengandung unsur nilai-nilai budaya
yang ditanamkan oleh para leluhur kita kepada generasi penerusnya. Dengan
ditanamkan seawal mungkin akan semakin memperkokoh kepribadian masyarakat
pendukungnya sehingga ada alasan tertentu untuk melestarikannya.
Kekayaan warisan budaya, yang diinventarisasikan dan didokumentasikan
secara baik akan sangat besar gunanya bagi pembinaan bangsa, negara dan warga
negara. Adat Upacara perkawinan pada saat ini, terlihat seperti kurang dikenal dan
dihayati oleh generasi muda. Penelitian ini bertujuan pula untuk memperkenalkan
adat dan upacara perkawinan agar dapat dihayati dan diamalkan sehingga pada
akhirnya akan membangkitkan kebanggaan nasional pada generasi muda terhadap
kebudayaan bangsa sendiri.
Warisan para leluhur yang telah ada perlu dibina dan dilestarikan sebagai
bentuk kekayaan khazanah budaya. Warisan ini tidak boleh pudar atau bahkan punah
begitu saja karena warisan ini sebagai sarana untuk menyampaikan pesan nilai
budaya yang di dalamnya ada unsur pendidikan dalam membentuk karakter
masyarakat yang perlu dijaga dan dilestarikan. Berdasarkan latar belakang masalah
penelitian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang bentuk
dan nilai budaya tradisi Maso Mata Rumah pada Masyarakat Desa Rumahkay
Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Dengan mengenal budaya daerah, maka kita akan memahami pula kebudayaan
itu. Salah satu cara yang dipakai untuk mempelajari dan mengenal budaya daerah
yaitu dengan mempelajari tradisi Maso Mata Rumah dalam masyarakat sekitar kita.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
1. bentuk tradisi Maso Mata Rumah;
2. pengungkapan pesan dalam tradisi Maso Mata Rumah;
3. fungsi dari tradisi Maso Mata Rumah;
4. nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi Maso Mata Rumah.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah pada masyarakat
desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat?
2. Adakah pesan yang disampaikan dalam ritual tersebut?
3. Apakah fungsi tradisi Maso Mata Rumah bagi masyarakat desa Rumahkay
Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat?
4. Nilai-nilai budaya apa saja yang ada dalam tradisi Maso Mata Rumah pada
masyarakat desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian
Barat?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. mendeskripsikan bentuk tradisi atau ritual Maso Mata Rumah pada
masyarakat desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian
Barat;
2. mendeskripsikan pesan dalam ritual tradisi Maso Mata Rumah;
3. mendeskripsikan fungsi tradisi dalam masyarakat desa Rumahkay Kecamatan
4. mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi Maso
Mata Rumah pada masyarakat desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten
Seram Bagian Barat.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. peneliti dan peminat kajian tradisi lisan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang budaya-budaya yang ada di Indonesia khususnya di
daerah Maluku tentang adanya tradisi Maso Mata Rumah;
2. generasi muda, khususnya anak cucu masyarakat desa Rumahkay dalam
menambah pemahaman terhadap tradisi Maso Mata Rumah dan dapat
membangkitkan minat untuk memelihara serta melestarikan budaya daerah
sebagai suatu kearifan lokal;
3. bagi pemerintah desa Rumahkay dan pemerintah daerah Provinsi Maluku,
sebagai bahan referensi dan informasi tambahan dalam mengungkapkan
kekayaan budaya masyarakat Maluku.
1.6 Definisi Variabel
Untuk lebih operasional, maka dalam penelitian ini peneliti mendefinisikan
beberapa istilah sebagai berikut.
1. Bentuk Tradisi
Merupakan sebuah gambaran, sistem atau susunan, wujud yang ditampilkan
ke genarsi berikutnya, yang dapat dilihat dari segi latar, bahasa, pelaku,
tindakan, serta alat atau benda yang dipakai.
2. Nilai Budaya dalam tradisi Maso Mata Rumah
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Maso Mata Rumah yang bisa
dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat Rumahkay yang meliputi nilai
budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dalam hubungan manusia
dengan sesamnya, dalam hubungan manusia dengan karyanya, dalam hubungan
manusia dengan ruang dan waktu, serta dalam hubungan antara manusia dengan
alam.
3. Tradisi Maso Mata Rumah
Merupakan sebuah tradisi perkawinan adat yang dilakukan untuk menerima
pengantin perempuan masuk dalam persekutuan mata rumah (rumah tua)
pengantin laki-laki pada masyarakat desa Rumahkay.
4. Desa Rumahkay
Sebuah desa adat berada di pesisir pantai Pulau Seram kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram Bagian Barat.
1.7 Asumsi Penelitian
Asumsi yang peneliti gunakan sebagai pedoman dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Tradisi Maso Mata Rumah merupakan salah satu aset budaya yang turut
2. Dalam ritual Tradisi Maso Mata Rumah terdapat pesan yang dititipkan oleh
para leluhur pada generasi penerusnya.
3. Tradisi Maso Mata Rumah memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat.
4. Tradisi Maso Mata Rumah memiliki nilai-nilai budaya dalam membentuk
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan Etnografi. Peneliti ingin menggambarkan tentang fenomena masyarakat
Rumahkay mengenai tradisi Maso Mata Rumah, pesan yang disampaikan lewat ritual
tersebut, dan fungsi serta nilai yang terkandung di dalamnya. Tahapan demi tahapan
akan diteliti secara cermat mulai dari tahap persiapan, sampai pada pelaksanan ritual
tersebut.
Koentjaraningrat (2009:329) melihat penelitian kualitatif ini sebagai penelitian
yang bersifat etnografi yaitu suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa
dengan pendekatan antropologi. Hal inipun dibenarkan oleh Fathoni (2005:98) karena
bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu
daerah tertentu menjadi pokok deskripsi sebuah karangan etnografi, maka dibagi ke
dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah
baku. Susunan tata urut tersebut sebagai kerangka etnografi.
Dalam penelitian ini peneliti langsung berinteraksi dengan masyarakat desa
Rumahkay setempat sehingga segala permasalahan yang terkait dengan budaya
masyarakat setempat dapat diketahui, dipahami oleh peneliti secara jelas.
Desain penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dihasilkan data
deskriptif dan analisa serta interpretasi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan di dalam “natural setting” (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak kepada observasi pada tradisi Maso Mata Rumah serta mengamati
tahapan-tahapan yang dilalui, wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat,
tua-tua adat, dan masyarakat tentang ritua-tual untuk memperoleh informasi tentang bentuk,
pesan, fungsi, dan nilai budaya dari tradisi Maso Mata Rumah tersebut, dan
dokumentasi.
3.3 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri dan
memegang peranan penting sebagai pengamat penuh. Moleong (2000:19)
mengemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti
sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan
akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Di samping peneliti melakukan hal
tersebut, peneliti juga menggunakan :
1. Observasi Mendalam
Observasi dilakukan secara mendalam untuk melihat bentuk dan nilai budaya
dari tradisi Maso Mata Rumah. Untuk bentuk tradisi akan dilihat pada ritual
yang berlangsung yang dinyatakan dalam setiap bentuk ekspresi dari
perasaan, pikiran, sikap, dan tindakan berdasarkan syarat-syarat dan rukun
perbuatan atau tindakan tertentu yang diselenggarkan dalam prosesi atau
upacara.
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data berupa informasi tentang
bentuk, pesan, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi Maso
Mata Rumah. Wawancara ini akan ditujukan kepada tua-tua adat, pemerintah
negeri, dan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut
ini.
Tabel 1
Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan
Bentuk Tradisi Maso Mata Rumah
pada Masyarakat Desa Rumahkay
No Bentuk Indikator Instrumen Pertanyaan
1 Latar 1. Latar Tempat
2. Latar waktu
3. Latar suasana
1. Apakah ada tempat khusus yang
dipakai untuk melaksanakan tradisi
Maso Mata Rumah?
2. Apakah ada hari atau waktu khusus
dalam menentukan pelaksanaan
tradisi tersebut?
3. Apa arti hari atau waktu khusus itu
bagi masyarakat Rumahkay?
4. Apakah ada hubungannya dengan
kehidupan berumah-tangga?
5. Bagaimana suasana pelaksanaannya,
apakah bersifat sakral atau
merupakan suatu pertunjukan yang
bersifat menghibur?
6. Apakah pelaksanaan tradisi tersebut
bisa ditonton oleh orang lain (orang
yang tidak terlibat dalam tradisi
2. Bahasa Jenis-jenis bahasa
atau tuturan
1. Jenis bahasa apa saja yang dipakai
dalam tradisi itu?
2. Yang paling dominan digunakan
adalah bahasa apa?
3. Apakah bahasa itu bisa dikuasai oleh
seluruh partisipan yang ada?
1. Apa fungsi dari juru bicara ini?
2. Pada tahap-tahap apa saja ia
berperan?
3. Sampai sejauh mana keterlibatan
Pendeta dalam tradisi ini?
4. Apa saja peran dari pengantin
laki-laki dan perempuan?
5. Apakah mereka berdua ini
memegang peranan penting dalam
tradisi ini?
6. Apakah ada juga keterlibatan
Pemerintah desa dalam tradisi ini?
7. Fungsi Kepala desa dalam tradisi ini
pelamaran
5. Apakah ada acara penyerahan harta?
6. Kepada siapa harta itu diserahkan?
7. Bagaimana tata cara penyerahan
harta tersebut?
8. Apa maksud penyerahan harta itu?
9. Apakah ada acara khusus dalam
menyerahkan pengantin perempuan
kepada keluarga pengantin
laki-laki? Kalau ada jelaskan!
10.Adakah gerakan khusus yang harus
memasuki rumah
perempuan ketika memasuki rumah
pengantin laki-laki?
11.Kalau ada apa maksud gerakan itu
bagi masyarakat Rumahkay?
12.Apakah ada acara jamuan makan
bersama?
13.Adakah cara khusus yang dilakukan
dalam jamuan makan bersama?
2. Apa kegunaan dari benda itu?
3. Benda-benda apa saja yang
diberikan pada saat penyerahan
harta?
4. Apa arti benda-benda itu bagi
pengantin perempuan?
5. Apa arti penyerahan kain sarung
(kain Anahesu) dari pengantin
perempuan ke keluarga laki-laki?
6. Adakah artinya benda-benda yang
diberikan itu bagi kehidupan
berkeluarga kedua pengantin
Tabel 2
Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan
Pesan dalam Tradisi Maso Mata Rumah
pada Masyarakat Desa Rumahkay
No Pesan Indikator Instrumen Pertanyaan
1 Melalui tuturan
atau tindakan
Nasehat-nasehat
atau petuah,
tindakan
1. Adakah pesan yang disampaikan
dalam tradisi Maso Mata
Fungsi dalam Tradisi Maso Mata Rumah
pada Masyarakat Desa Rumahkay
No Fungsi Indikator Instrumen Pertanyaan
1 Sebagai alat
Rumah ini merupakan cerminan
masyarakat pada kehidupan
yang lampau?
2. Apakah tradisi ini bisa dijadikan
sebagai cerminan masyarakat
kehidupan berumah tangga yang
khas tersendiri bagi budaya yang
ada di masyarakat Rumahkay?
2. Tahapan apa saja yang bisa
dikatakan sebagai ciri khas
masyarakat Rumahkay?
1. Apakah tradisi ini bisa dijadikan
sebagai tolok ukur bagi kaum
wanita dalam menjalani
fungsinya sebagai istri dalam
kehidupan berumah tangga?
2. Apakah ada kaitan antara tradisi
ini dengan kehidupan yang akan
dijalani dalam berumah tangga
dalam hubungan antara suami
isteri maupun hubungan anatara
sang istri dengan keluarga
dilaksanakan? pemaksa dan
pengontrol
3. Dalam bentuk apa hukuman itu?
4. Sampai berapa lama hukuman
itu berlangsung?
Tabel 4
Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan
Nilai Budaya dalam Tradisi Maso Mata Rumah
pada Masyarakat Desa Rumahkay
No Aspek Nilai
Budaya Indikator Instrumen Pertanyaan
1 Nilai Budaya
merupakan salah satu
keyakinan akan sikap
percaya kepada
kekuasaan Tuhan
1. Sampai tahap manakah
keterlibatan Pendeta dalam
tradisi Maso Mata Rumah ini?
2. Adakah cara-cara tertentu yang
digunakan dalam hubungan
dengan Tuhan?
3. Tahap-tahap apa saja yang
dilakukan dalam menyatakan
relasi dengan Tuhan?
1. Adakah tahapan-tahapan yang
bisa memberikan gambaran
tentang sikap saling
menghormati, mengahrgai dan
sebagainya?
2. Apakah melalui tradisi ini bisa
mempersatukan sebuah
5. Nilai mempertahankan
sistem kekerabatan
6. Nilai pengakuan dan
penerimaan
tidak saling bertemu?
3. Dalam melaksanakan tradisi
ini apakah ada keputusan
sepihak yang diambil,
misalnya dalam menetukan
harta?
4. Apakah dalam tradisi ini bisa
memberikan suatu gambaran
bahwa dalam kehidupan
berkeluarga nantinya harus
saling mengasihi?
kepada terhadap harta
pusaka
3. Nilai kewajiban
4. Nilai kebijaksanaan
1. Apakah melalui tradisi ini bisa
memberikan komitmen bagi
kedua pasangan untuk
senantiasa setia dalam
menjalin ikatan pernikahan?
2. Apakah harta yang diberikan
menjadi kewajiban istri untuk
memeliharanya dan
Nilai pengharapan akan
masa depan
1. Apakah tradisi ini bisa
memberikan harapan bahwa
kehidupan berumah tangga
harus saling menhormati dan
menghargai bisa menciptakan
suasana hidup yang bahagia
5 Nilai budaya
dalam
hubungan
manusia
dengan alam
Sikap penyatuan dengan
alam
1. Apakah maksud dari waktu yang
ditentukan (tanuar/waktu saat
masyarakat menacari ikan)
dalam pelaksanaan tradisi ini
dengan kehidupan berumah
tangga?
2. Apakah sikap ini bisa
dinyatakan sebagai suatu sikap
yang menyatu dengan kehidupan
alam sekitar?
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mecatat hal-hal yang dianggap penting dan
perlu dalam mendukung penelitian tersebut.
3.4 Langkah-Langkah Peneltian
Menurut Spradley (Creswell, 1998:487) langkah-langkah dalam penelitian
etnografi adalah sebagai berikut :
1. location in information; 2. interviewing an informant;
3. making an ethnographic record;
6. making a domain analysis; 7. asking structural questions; 8. making a taxonomic analysis; 9. asking contrast question;
10.making a componential analysis; 11.discovering cultural themes; 12.writing the ethnography.
Berdasarkan sumber di atas maka langkah-langkah yang dilakukan peneliti
dalam penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.
Bagan 1
Langkah-langkah dalam Penelitian
Mempersiapkan peralatan
Menyusun laporan akhir dari hasil observasi dan
wawancara Menyimpulkan
hasil wawancara
Melakukan wawancara
Melakukan pendekatan Mengikuti ritual Mencari informan
Menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
Berdasarkan bagan di atas maka dapat dirincikan sebagai berikut.
Tabel 5
Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah Objek Sasaran /Tujuan Keterangan
1. Persiapan Tape
recorder
Handycam
Catatan lapangan
Merekam ritual tradisi serta kegiatan
wawancara (visual)
Sebagai dokumentasi secara audiovisual
Mencatat hal-hal yang dianggap
penting selama
observasi dan
wawancara
2. Mengikuti
ritual
Observasi penuh Untuk memperoleh
gambaran tentang
bentuk dan nilai
budaya tradisi Maso
Mata Rumah pada
masyarakat desa
2. Mencari
bentuk tradisi, pesan
dan fungsi serta nilai
diperoleh dari hasil
Catatan lapangan dianalisis sesuai dengan masalah
penelitian
langkah akhir
dalam penelitian
ini
3.5 Informan Penelitian
Informan yang dipilih oleh peneliti ialah orang yang mempunyai pengetahuan
tentang tradisi Maso Mata Rumah dan yang mempunyai banyak pengalaman tentang
latar penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan tujuan
penelitian itu sendiri yakni memperoleh gambaran tentang tradisi Maso Mata Rumah,
pesan yang tersirat di dalamnya dan fungsi serta makna budaya yang ada dalam
tradisi tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti menentukan
beberapa informan sebagai berikut:
1. staf Pemerintah Negeri Rumahkay;
2. tua-tua adat;
3. masyarakat biasa.
3.6 Data dan Sumber Data
Data yang dijadikan bahan penelitian adalah tradisi Maso Mata Rumah.
Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2011:157) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan teori tersebut maka sumber data dalam
penelitian ini tuturan dari tokoh masyarakat, tua-tua adat yang memimpin atau lebih
memahami ritual tradisi Maso Mata Rumah ini, dan masyarakat biasa untuk
mengetahui seberapa besar fungsi dan nilai tradisi ini dalam kehidupan masyarakat.
3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan sejak memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Dalam hal ini Sugiyono (2008:90)
menyatakan bahwa analisis data telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai hasil penelitian.
Analisis dilakukan terhadap bentuk, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung
dalam tradisi Maso Mata Rumah tersebut dan nantinya hasil wawancara akan
diinterpretasikan. Sebelum dianalisis, data yang telah dikumpulkan dalam bahasa
daerah terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk
mempermudah peneliti dalam memaknai dan menganalisisnya.
Data yang dianalisis berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan pada Bab I.
adapun cara menganalisisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6
Kisi-kisi Pedoman Analisis Data
Masalah Tujuan Indikator Aspek yang diukur
Adakah pesan
tindakan yang dilakukan
hubungan manusia
dengan sesamanya
4. Nilai budaya dalam
hubungan manusia
dengan ruang dan
waktu
5. Nilai budaya dalam
hubungan manusia
dengan alam
Dari kisi-kisi pedoman analisis data di atas dapat dijabarkan secara terperinci ke
dalam pedoman analisis bentuk tradisi, pesan, fungsi dan nilai budaya dari tradisi
Maso Mata Rumah sebagai berikut.
Tabel 7
Pedoman Analisis Bentuk Tradisi Maso Mata Rumah
Bentuk Indikator Keterangan
1. Latar
Tempat pelaksanaan tradisi Waktu pelaksanaan tradisi Suasana pelaksanaan tradisi
2. Bahasa
Situasi komunikasi yang meliputi faktor pembicara,
pendengar, pokok
pembicaraan, tempat dan
suasana pembicaraan dalam
setiap tuturan.
Tuturan / bahasa yang dipakai pada waktu
pelamaran
Makna gramatikal dari tuturan yang terdapat dalam
tradisi Maso Mata Rumah
Makna leksikal dari tuturan yang terdapat dalam tradisi
Maso Mata Rumah
Makna referensial dari tuturan yang terdapat dalam
tradisi Maso Mata Rumah
bertamu di rumah
pengantin perempuan
Tuturan yang diucapkan pada saat
pelaksanaan tradisi di
rumah pengantin
laki- Kepala Desa (Bapa Raja) Keluarga pengantin Laki-laki
dan keluarga pengantin
perempuan
Di rumah pengantin laki-laki
Penyerahan harta
Penyerahan pengantin perempuan ke keluarga
laki-laki
Cara pengantin perempuan memasuki rumah pengantin
laki-laki
Jamuan makan bersama Acara penutup
5. Peralatan fisik
Saat pelamaran
Saat di rumah pengantin perempuan
Saat di rumah pengantin laki-laki.
Tabel 8
Pedoman Analisis Pesan
dalam Tradisi Maso Mata Rumah
Pesan dalam tradisi Indikator Keterangan
Melalui tuturan atau
tindakan
Nasehat-nasehat, petuah,
Tabel 9
Pedoman Analisis Fungsi
dalam Tradisi Maso Mata Rumah
Fungsi Indikator Keterangan
1. Sebagai alat
proyeksi
Melalui setiap ekspresi,
tindakan yang dilakukan
dalam ritual
Yang berhubungan dengan
cerminan hidup
2. Sebagai alat
legitimasi kebudayaan
Melalui setiap ekspresi,
tindakan yang dilakukan
dalam ritual
Yang berhubungan dengan
keabsahan kebudayaan
3. Alat pendidikan Melalui setiap ekspresi,
tindakan yang dilakukan
dalam ritual
Melalui setiap ekspresi,
tindakan yang dilakukan
dalam ritual
Yang berhubungan dengan
alat pengontrol
norma-norma masyarakat
Tabel 10
Pedoman Analisis Nilai Budaya
Dalam Tradisi Maso Mata Rumah
No Nilai Budaya Karakteristik Nilai Keterangan
1
Nilai budaya dalam
hubungan manusia
dengan Tuhan
1. Beriman, meyakini bahwa Tuhan
itu ada
beribadah kepada Tuhan dengan
2. Nilai persekutuan dan persaudaraan
3. Nilai musyawarah dan mufakat
4. Nilai mengasihi
5. Nilai mempertahankan sistem
kekerabatan
6. Nilai pengakuan dan penerimaan
3
Nilai budaya dalam
hubungan manusia
dengan karyanya
1. Nilai kesetiaan/kepatuhan
2. Nilai penghargaan terhadap harta
pusaka
Nilai pengharapan akan masa depan
5
Nilai budaya dalam
hubungan manusia
dengan alam
Sikap penyatuan dengan alam
Teknik triangulasi data juga dipakai oleh peneliti dalam menganalisis data ini.
Traingulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
BAB IV
DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH
PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY
4.1 Deskripsi Data dan Analisis Data 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Rumahkay adalah salah satu desa yang terletak di pesisir pantai, dan
merupakan desa adat yang masih memegang teguh pelaksanaan-pelaksanaan adat
dalam kehidupan masyarkatnya. Desa ini terletak di kecamatan Kairatu Kabupaten
Seram Bagian Barat.
Letak geografis desa Rumahkay sebagai berikut.
1. sebelah Timur berbatasan dengan Negeri (desa) Latu;
2. sebelah Barat berbatasan dengan Negeri (desa) Kamarian;
3. sebelah Utara berbatasan dengan Negeri (desa) Hunitetu;
4. sebelah selatan berbatasan dengan Selat Seram.
4.1.2 Sistem Religi dan Upacara Keagamaan
Berdasarkan sumber yang ada di Kantor Desa Rumahkay tahun 2012,
masyarakat Rumahkay seluruhnya menganut Agama Kristen, yang terdiri dari 2 (dua)
aliran, sebagian besar penduduknya beragama Kristen Protestan dan sisanya adalah
aliran Advent Hari Ke-7.
Sejalan dengan perkembangan Gereja serta berkembangnya pertumbuhan
Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) di Rumahkay, maka pada tahun 1982
wilayah pelayan jemaat dibagi ke dalam V Sektor Pelayanan yaitu :
1. Sektor Elim mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan
2. Sektor Maranatha mempunyai 3 (tiga) Unit Pelayanan
3. Sektor Betheden mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan
4. Sektor Imanuel mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan
5. Sektor Bethesda mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan.
Gambar 4.2
Gedung Gereja Sion
Selain itu, dalam Jemaat GPM Rumahkay terdapat juga Wadah-Wadah
Pelayanan dan Organisasi Gerejawi, yaitu:
1. Wadah Pelayanan Laki-Laki
2. Wadah Pelayanan Perempuan
3. Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil
4. Angkatan Muda
4.1.3 Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan
Desa Rumahkay dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang oleh masyarakat
Rumahkay sering disebut Bapa Raja dan dibantu oleh seorang Sekretaris Umum.
Selain itu ada juga yang disebut Badan Penasehat Desa (BPD) yang beranggotakan 9
(Sembilan) orang yang bertugas memberikan masukan-masukan atau nasehat
sehubungan dengan jalannya pemerintahan. Sekretaris Desa dibantu oleh:
1. Kepala Urusan Pemerintahan : W. Salawaney
2. Kepala Urusan Pembangunan : R. Corputty
3. Kepala Urusan Umum : S. Nusawakan
Desa Rumahkay sendiri terdiri dari 4 (empat) dusun yang masing-masing
dikepalai oleh :
1. Dusun Patital : H. Tuasuun
2. Dusun Patinila : M. Kakerissa
3. Dusun Solelatu : Y. Wairata
4. Dusun Memori : P. Akerina
Ada juga organisasi yang disebut dengan nama Tim Penggerak PKK Negeri
Rumahkay yang perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 12
Tim Penggerak PKK Negeri Rumahkay
Tahun 2008-2010
Umum Honorer Bantuan
1 Dusun
Berdasarkan data tahun 2010 jumlah kepala keluarga 400 kk, jumlah jiwa 2.492
4.1.4 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu penunjang dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Perlu dikemukakan
bahwa pada desa Rumahkay terdapat 1 Taman Kanak-Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar
(SD), 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 1 Sekolah Menengah Umum (SMU),
yang semuanya turut menunjang aktivitas pendidikan masyarakat Rumahkay.
Oleh karena itu, dalam hubungan dengan hal di atas, maka klasifikasi menurut
tingkat pendidikan dapat dilihat sebagai berikut .
Tabel 13
Klasifikasi Masyarakat Rumahkay
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada Tahun 2012
No TK SD SMP SMA Sarjana Jumlah
36 292 124 1120 45 1617
Sumber : Dokumentasi di Kantor Desa
4.1.5 Bahasa
Masyarakat desa Rumahkay dalam pergaulannya sehari-hari menggunakan
bahasa Melayu Ambon. Masyarakat Rumahkay ini juga memiliki bahasa daerah,
namun bahasa tersebut hanya dipakai pada acara-acara tertentu seperti pada acara
ritual tradisi Maso Mata Rumah. Oleh karena dipakai pada upacara-upacara adat saja
maka tidak semua masyarakat yang mengetahui bahasa tersebut.
Dalam dunia pendidikan bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia, namun
tidak menutup kemungkinan di kalangan pendidikan kadang juga menggunakan
4.1.6 Sistem Mata Pencaharian
Sebagian besar masyarakat Rumahkay berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Namun pekerjaan sebagai nelayan hanyalah merupakan pekerjaan musiman. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 14
Klasifikasi Mata Pencaharian
Masyarakat Rumahkay
Pada Tahun 2012
No Mata Pencaharian Jumlah
1
2
3
4
Petani dan nelayan
Pegawai Negeri
Wirausaha
Pengusaha
657
157
56
Sumber : Dokumentasi di Kantor Desa
Masyarakat desa Rumahkay juga memiliki 2 (dua) kelompok nelayan yang
diberi nama Kelompok Nelayan Sahir dan Kelompok Nelayan Nanumoni. Kedua
kelompok ini terdiri dari beberapa orang yang bertugas untuk mencari ikan dan
hasilnya akan dibagikan kepada anggota-anggota yang tergabung dalam
masing-masing kelompok tersebut.
4.1.7 Sistem Teknologi dan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam mencari ikan dan bercocok tanam pada
umumnya masih bercorak tradisional. Masyarakat dalam mencari ikan sebagian besar
masih menggunakan jaring, namun adapula yang menggunakan motor ikan.
4.2 Masyarakat Rumahkay dan Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah
Tradisi Maso Mata Rumah bagi masyarakat Rumahkay merupakan suatu
perkawinan adat yang sering mereka sebut dengan Amoi. Adat ini biasanya dilakukan
sebelum pemberkatan nikah secara Kristen di Gereja dan nikah pada catatan sipil,
bilamana pelaksanaan pernikahan itu berlangsung di desa Rumahkay.
Namun adat ini juga dapat dilakukan setelah pelaksanaan nikah secara Kristen
dan secara pemerintah, apabila pernikahan itu tidak dilakukan di desa Rumahkay.
Berikut ini akan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah
serta analisisnya.
4.2.1 Pra Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah
Dalam tahap pra pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah ini akan dibagi ke
dalam beberapa tahap atau peristiwa sehingga mempermudah dalam menganalisisnya.
Peristiwa 1
Sumber : Wawancara dengan Bpk Cale Sahetapy
Waktu : 22 Januari 2013, pukul 17. 00 WIT
Tempat : di rumah Bapak Cale Sahetapy di desa Rumahkay
yaitu X dan Y su ada hubungan kasih yang mengarah ke pembentukan
keluarga. Sehubungan deng itu, maka izinkan beta untuk
menyampaikannya ke bapa ibu bahwa katong dari keluarga laki-laki bermaksud vor minta kesediaan bapa ibu untuk menyempatkan diri vor katong ator akang sama-sama. Sekian dan terima kasih”
Surat ini diterima oleh orang tua dari calon pengantin perempuan. Ayah dari calon pengantin perempuan berumur 48 tahun bekerja di salah satu bank swasta di daerah kota Ambon. Saat penerimaan surat ini beliau sudah berada di desa Rumahkay. Jarak dari kota Ambon ke desa ini ditempuh dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 4 (empat) jam karena harus menyeberangi laut dengan menggunakan kapal Ferry.
a. Aspek Bentuk
- Latar
Latar pada peristiwa di atas ialah di rumah pengantin laki-laki yang dapat
dilihat dari proses menulis surat oleh ayah dari pengantin laki-laki, dan di rumah
pengantin perempuan, kedua keluarga tersebut berdomisili di desa Rumahkay.
Walaupun ayah dari pengantin perempuan bekerja di salah satu bank swasta di
Ambon, namun mereka memiliki rumah yang tetap di desa Rumahkay. Hal ini dapat
diketahui dari pernyataan bahwa saat penerimaan surat ini beliau sudah berada di
desa Rumahkay.
- Bahasa
1. Situasi komunikasi
Bahasa yang digunakan dalam menulis surat itu adalah bahasa Melayu Ambon
yang mengemukakan bahwa telah terjadi hubungan kasih yang mengarah kepada
pembentukan keluarga di antara X anak keluarga laki-laki dan Y anak keluarga
perempuan. Sehubungan dengan itu, maka keluarga laki-laki bermaksud
diminta menyempatkan diri dan waktu untuk kedatangan keluarga laki-laki. Surat ini
ditulis dari pihak keluarga laki-laki ke pihak keluarga perempuan. Bahasa Melayu
Ambon merupakan bahasa pengantar bagi masyarakat Rumahkay dalam
berkomunikasi. Berdasarkan
2. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Dari tuturan di atas terdapat beberapa kata yang bisa diberikan makna secara
leksikal, sebagai berikut:
Slamat = terbebas dari marabahaya, malapetaka (Mailoa, 2006 : 90)
Malam = waktu setelah matahari terbenam (Mailoa, 2006: 62)
Bapa = Bapak (Mailoa, 2006: 21)
deng = dengan, bersama ( Mailoa, 2006 : 32)
beta = saya atau aku (Mailoa, 2006 : 26)
mo = mau atau hendak (Mailoa, 2006 : 66)
kasitau = memberitahu; mengadukan (Mailoa, 2006 : 53)
vor = untuk, kepada (Mailoa, 2006 : 106)
dong = kalian atau mereka (Mailoa, 2006 : 33)
su = sudah, telah selesai melakukan suatu pekerjaan (Mailoa, 2006 : 92)
katong = kami, kita (jamak) (Mailoa, 2006 : 53)
ator = mengaturnya, menyusun sesuatu (Mailoa, 2006 : 6)
akang = itu dia; itu sudah (Mailoa, 2006 : 1)
Dari peristiwa di atas terdapat pula kata yang maknanya bisa dianalisis secara
gramatikal yaitu:
leksikal yaitu terhindar dari marabahaya tetapi menunjuk pada makna pemberian
salam.
3. Makna Referensial
Dari tuturan ini dapat ditemukan beberapa kata yang memiliki makna
referensial sebagai berikut.
Kata bapa akan merujuk maknanya pada: a) sapaan untuk orang laki-laki; b) panggilan kepada orang laki-laki yang lebih tua atau yang dihormati.
Kata beta merujuk maknanya pada diri sendiri atau pribadi
Kata kasitau merujuk pada usaha untuk menyampaikan atau memberitahukan sesuatu hal kepada orang lain
Kata malam merujuk pada a) suasana yang hanya disinari bulan dan kadang juga terdapat banyak bintang; b) waktu antara pukul 18.00 s.d. pukul 24.00; c) waktu
setelah matahari terbenam dan sebelum matahari terbit.
- Pelaku
Pelaku adalah ayah dari calon pengantin laki-laki yang berumur 47 tahun,
berprofesi sebagai nelayan yang bertindak sebagai si pengirim surat dan ayah dari
calon pengantin perempuan yang berumur 48 tahun bekerja sebagai salah satu
pegawai bank swasta di kota Ambon yang bertindak sebagai si penerima surat.
Selain kedua orang tersebut terdapat juga seseorang yang merupakan kerabat dekat
dari keluarga (keluarga calon pengantin laki-laki) yang bertugas untuk
menyampaikan surat ini ke tangan orang tua dari calon pengantin perempuan.
Pekerjaan nelayan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Rumahkay.
Sebagian besar mereka bekerja sebagai nelayan dan petani bagi masyarakat yang
berdomisili tetap di Rumahkay, tetapi ada juga anggota masyarakat yang selain
di kota Ambon seperti ayah dari pengantin perempuan. Hal ini disebabkan tuntutan
pekerjaan yang menghendaki mereka sehingga harus menetap di daerah tempat
mereka bekerja. Namun biasanya pada hari libur mereka akan berkunjung ke rumah
mereka di desa Rumahkay.
- Tindakan / gerak-gerik
Dalam peristiwa di atas dapat dilihat bahwa tindakan awal yang dilakukan
sebelum proses pelamaran adalah melalui kegiatan mengirim surat. Surat tersebut
bagi masyarakat Rumahkay merupakan suatu aturan adat yang harus dilakukan dan
dianggap resmi dan sah.
- Peralatan atau benda yang digunakan
Sepucuk surat yang merupakan sebuah simbol dalam tradisi pelamaran di desa
Rumahkay. Surat itu ditulis di atas kertas putih, dan dimasukan ke dalam sebuah
amplop yang berwarna putih, karena surat ini merupakan surat pribadi antara kedua
keluarga tersebut sehingga hal ini tidak boleh atau tidak perlu diketahui oleh orang
lain. Dengan demikian harus di masukan ke dalam amplop putih bersih sebagai
bentuk penghormatan kepada orang tua calon pengantin perempuan.
b. Aspek Pesan
Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan bahwa dalam sebuah hubungan antara
laki-laki dan perempuan sebaiknya diketahui oleh keluarga dari kedua belah pihak
apalagi kalau hubungan keduanya sudah mengarah kepada pembentukan keluarga
karena hubungan ini nantinya akan mengarah kepada penyatuan dua keluarga
c. Aspek Fungsi
Sebagai Alat Legitimasi Kebudayaan
Untuk peristiwa ini bisa dijelaskan bahwa ada fungsi tradisi sebagai alat
legitimasi suatu kebudayaan, dimana surat yang dipakai dalam menyampaikan
maksud merupakan alat yang dianggap sah dalam tata cara perkawinan di desa
Rumahkay. Bagi masyarakat Rumahkay bila tidak di dahului dengan surat maka tidak
akan ada kegiatan selanjutnya atau dianggap tidak resmi dan ini berlaku untuk tradisi
Maso Mata Rumah. Oleh sebab itu surat ini berfungsi sebagai alat untuk
mengesahkan salah satu budaya di Rumahkay yaitu budaya maso minta atau
pelamaran.
d. Aspek Nilai Budaya
Saling Menghargai dan Menghormati
Nilai yang bisa diangkat dalam peristiwa ini adalah nilai saling menghargai dan
menghormati, serta menjunjung harkat dan martabat dari perempuan dan
keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari surat yang berasal dari orang tua laki-laki ke
orang tua perempuan yang menyatakan tentang hubungan mereka. Perkawinan yang
dilaksanakan harus mendapat persetujuan dari keluarga perempuan dan keluarga
laki-laki. Sikap ini juga ditunjukan lewat sepucuk surat yang dimasukan ke dalam sebuah
amplop putih yang bersih, itu berarti bahwa keluarga laki-laki menghargai dan
Peristiwa 2
Sumber : Wawancara dengan bapak Cale Sahetapy
Waktu : 22 Januari 2013, pukul 17. 20 WIT
Tempat : Rumah bapak Cale Sahetapy di desa Rumahkay
Setelah mendapatkan surat, keluarga perempuan mengadakan musyawarah untuk membicarakan hal tersebut dan menentukan waktu untuk keluarga laki-laki bertamu. Ayah dari pengantin perempuan memanggil semua saudara baik yang berada di desa Rumahkay maupun yang ada di Ambon untuk berkumpul bersama dalam membicarakan
masalah tersebut. Sesudah semuanya berkumpul mereka mulai
membicarakannya di mulai oleh ayah pengantin perempuan sebagai orang tua kandung dari calon pengantin perempuan dan sekaligus sebagai penerima surat dari orang tua laki-laki. Oleh ayah pengantin perempuan mengungkapkan kepada semua saudara yang hadir bahwa ia telah mendapat surat dari keluarga laki-laki sehubungan dengan hubungan yang terjalin di antara kedua anak tersebut. Setelah itu terjalin komunikasi yang serius di antara semua yang hadir pada saat itu. Mereka yang hadir adalah saudara –saudara yang dianggap lebih tua (saudara kandung maupun sepupu) dan lebih penting adalah kepada mereka yang memahami tentang tradisi pelamaran dan tradisi perkawinan nantinya. Jadi tidak semua anggota keluarga yang terlibat, anak-anak dari mereka pun belum dilibatkan. Kumpul keluarga yang terjadi ini di rumah pengantin perempuan, dan seperti biasa mereka menggunakan tikar sebagai tempat duduk mereka dalam membicarakan sesuatu hal. Tempat berlangsungnya pembicaraan ini adalah di ruang keluarga, semua peralatan yang ada di ruangan itu disingkirkan dan kemudian diletakan tikar sebanyak dua lembar sebagai tempat duduk mereka. Setelah semua pembicaraan selesai, sudah ada sebuah kesepakatan yang harus disampaikan kepada pihak keluarga laki-laki, maka mereka pun menulis surat balasan kepada pihak keluarga laki-laki (jawaban atas surat keluarga laki-laki). Biasanya keluarga perempuan tidak keberatan, karena hubungan antara X dan Y juga telah diketahui oleh keluarga perempuan.
Surat balasan ini dikirim melalui salah seorang keluarga dekat dari pihak perempuan. Surat ini pun ditulis oleh ayah pengantin perempuan di atas kertas putih dan dimasukan ke dalam amplop.
saudara sepupu dari pihak ayah dan ibu mengadakan kumpul keluarga. Keluarga perempuan membicarakan persiapan-persiapan mereka dan juga menentukan harta yang harus diberikan oleh keluarga laki-laki. Sedangkan keluarga laki-laki membicarakan berbagai persiapan dan tanggung jawab mereka dalam pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah, selain itu juga mereka menentukan siapa saja yang akan mewakili untuk bertamu di rumah keluarga perempuan. Dalam membicarakan persiapan-persiapan tersebut masih menggunakan bahasa Melayu Ambon sebagai sarana berkomunikasi antar anggota keluarga. Keluarga yang berkumpul di kedua keluarga tersebut pada umumnya berusia antara 37 – 70 tahun.
a. Aspek Bentuk
- Latar
Latar yang ditemukan pada peristiwa di atas adalah yang pertama di rumah
pengantin perempuan pada saat kumpul keluarga. Ruangan yang dipakai untuk
berkumpul adalah di ruang keluarga, dimana ruang itu merupakan ruang tempat
pertemuan khusus bagi keluarga dalam membicarakan sesuatu maksud. Pada
umumnya rumah penduduk di desa Rumahkay walaupun kecil ukurannya selalu
terdapat salah satu ruangan yang dikhususkan untuk pertemuan keluarga karena
sering terjadi kegiatan kumpul bersama keluarga baik keluarga inti maupun keluarga
besar. Latar yang kedua adalah di rumah pengantin laki-laki dalam suasana kumpul
keluarga untuk menentukan persiapan-persiapan mereka dalam pelamaran nantinya.
- Bahasa
1. Situasi Komunikasi
Dalam membicarakan hal tersebut tuturan yang dipakai adalah bahasa Melayu
Ambon. Di sini terjadi komunikasi secara kekeluargaan dalam menentukan waktu
nantinya. Pada umumnya bahasa Melayu Ambon ini dipakai dalam komunikasi antar
anggota keluarga di rumah.
- Pelaku
Pelaku utama dalam peristiwa ini adalah ayah dari pengantin perempuan
sebagai orang yang mengundang keluarga besarnya untuk kumpul keluarga dan juga
sebagai penulis surat balasan kepada pihak keluarga laki-laki, pelaku yang kedua
adalah saudara kandung dan saudara sepupu dari ayah pengantin perempuan sebagai
orang yang diundang untuk menghadiri acara kumpul keluarga, pelaku yang ketiga
adalah ayah dari pengantin laki-laki sebagai penerima surat dari pihak perempuan,
pelaku keempat adalah saudara kandung dan saudara sepupu dari pengantin laki-laki,
dan pelaku yang kelima adalah salah seorang kerabat dekat dari keluarga pengantin
perempuan yang bertugas mengantarkan surat balasan kepada pihak laki-laki.
Saudara kandung dan saudara sepupu yang diundang oleh ayah pengantin perempuan
maupun ayah dari pengantin laki-laki semuanya merupakan saudara yang dianggap
memahami tradisi pelamaran ini dan tradisi perkawinan nantinya, jadi tidak semua
orang terlibat dalam kegiatan kumpul keluarga tersebut dan berdasarkan data di atas
maka yang hadir itu pada umumnya berusia 37-70 tahun. Usia yang demikian
dianggap sudah memiliki banyak pengalaman khusus pada acara pelamaran maupun
acara perkawinan adat nantinya.
- Tindakan / gerak-gerik
Ada kegiatan kumpul keluarga atau bagi masyarakat Rumahkay sering disebut „kumpul orang sudara‟. Tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Rumahkay ketika hendak melakukan sesuatu hal seperti pada proses pelamaran dan tradisi Maso
Mata Rumah ini. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membicarakan segala sesuatu
melibatkan kerabat baik yang berada di desa Rumahkay maupun keluarga yang
berada di luar desa tersebut.
Kegiatan yang kedua adalah proses pengiriman surat balasan dari ayah
pengantin perempuan ke ayah pengantin laki-laki. Tindakan ini merupakan suatu
bentuk penghormatan kepada keluarga laki-laki. Hal ini ditunjukan pula lewat surat
yang ditulis di atas kertas putih dan dimasukan ke dalam amplop putih yang bersih.Isi
surat yang ditulis itu merupakan hasil dari kesepakatan bersama dengan keluarga
dalam acara kumpul keluarga tersebut.
- Peralatan atau benda yang digunakan
Karena baru merupakan acara kumpul keluarga maka pakaian yang dipakai
tidaklah terlalu resmi, pelaku-pelaku yang hadir semuanya menggunakan baju kaos
ataupun kemeja tapi yang tidak bersifat formal layaknya cara berpakaian orang yang
berumur antara 37-70 tahun.
Di samping itu ditemukan juga tikar sebagai tempat duduk mereka dalam
melakukan kegiatan kumpul keluarga. Walaupun tersedia kursi dan sejenisnya tapi
mereka lebih memilih menggunakan tikar, hal ini sudah menjadi tradisi mereka
masyarakat Rumahkay bahwa dengan tikar mereka akan merasa seperti adanya suatu
pereskutuan yang kuat. Jadi tikar ini melambangkan adanya persekutuan dan
persaudaraan.
Peralatan atau benda yang ditemukan dalam peristiwa ini pula adalah surat yang
ditulis oleh ayah pengantin perempuan kepada ayah pengantin laki-laki, surat ini
dimasukan ke dalam sebuah amplop yang berwarna putih. Dalam proses pelamaran di
b. Aspek pesan
Pesan yang tersirat dari peristiwa ini adalah musyawarah untuk mufakat itu
sangat penting, untuk mencapai suatu kesepakatan perlu adanya
pertimbangan-pertimbangan atau masukan dari orang lain guna menyempurnakan kesepakatan itu,
karena melalui kegiatan tersebut bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan.
Hal ini dinyatakan dalam peristiwa kumpul keluarga yang melambangkan suatu
ikatan kekeluargaan yang erat.
c. Aspek Fungsi
Sebagai alat pendidikan
Dari peristiwa ini bisa ditemukan fungsi sebagai alat pendidikan. Tradisi ini
berfungsi untuk memberikan didikan bagi generasi yang ada dan generasi yang
berikutnya bahwa „kumpul orang sudara’ (kumpul keluarga) itu sangat penting dalam
upaya untuk mengatasi suatu masalah. Masalah yang terasa berat akan menjadi ringan
bila dilakukan dengan cara kumpul keluarga ini. Kumpul keluarga ini juga bisa
dijadikan sebagai cerminan kehidupan masyarakat Rumahkay ke depan untuk selalu
mementingkan ikatan persaudaraan dalam setiap kegiatan.
d. Nilai Budaya
Nilai Persekutuan dan Persaudaraan.
Kumpul keluarga yang dilakukan merupakan simbol dari suatu keutuhan
genealogi (hubungan darah) dalam persekutuan mata rumah. Kumpul keluarga dalam
rangka membicarakan sesuatu hal merupakan hal yang positif dalam membina
Nilai Mempertahankan Sistem Kekerabatan
Selain persekutuan dan persaudaraan, peristiwa ini juga bisa dijadikan sebagai
nilai untuk mempertahankan sistem kekerabatan. Dengan berkumpulnya keluarga
dalam suatu mata rumah (rumah tua) menandakan bahwa sistem kekerabatan itu tetap
bertahan dan utuh.
Nilai Musyawarah dan Mufakat
Dalam rangka mencapai suatu kesepakatan bersama maka dilakukanlah
kegiatan kumpul keluarga ini atau bagi masyarakat Rumahkay disebut kumpul orang
sudara karena tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencapai suatu keputusan yang
akan dijalankan secara bersama, oleh sebab itu musyawarah untuk mufakat sangat
perlu dilakukan.
Peristiwa 3
Sumber : wawancara dengan Bapak Cale Sahetapy
Waktu wawancara : 22 Januari 2013, pukul 17. 35 WIT
Tempat wawancara : Rumah bapak Cale Sahetapy di desa Rumahkay
Tiba pada waktu yang telah ditentukan oleh keluarga pengantin perempuan, semua saudara yang hadir pada saat kumpul keluarga juga hadir pada acara ini. Pada umunya keluarga yang berdomisili di Ambon sudah datang lebih dahulu bahkan sudah ada satu hari sebelum pelaksanaan acara pelamaran ini. Mereka yang hadir pada umumnya berpakaian yang rapi artinya semuanya menggunakan kemeja dan celana kain untuk yang lelaki atau bapak-bapak, sedangkan yang perempuan atau ibu-ibu menggunakan setelan (atasan dan rok). Tempat untuk melakukan acara ini adalah di rumah pengantin perempuan khusus di ruang depan dari bangunan rumah atau bagi masyarakat Rumahkay menyebutnya ruang tamu.
rumah mempersilakan mereka masuk. Setelah dipersilakan masuk mereka duduk di tempat yang telah disediakan. Berbeda dengan acara kumpul keluarga yang menggunakan tikar sebagai tempat duduk, namun ini merupakan suatu acara yang dianggap formal maka mereka duduk di kursi-kursi atau sofa yang telah disediakan. Karena ruangan yang di depan (ruang tamu) tidak terlalu besar maka mereka juga menggunakan ruang keluarga sebagai tempat pertemuan mereka. Ruangan inipun sudah disediakan kursi-kursi menjaga kemungkinan kalau di ruangan depan tidak mampu menapung jumlah orang yang hadir. Pakaian yang dikenakan oleh keuarga pengantin laki-laki juga terkesan rapi semuanya menggunakan kemeja dan celana kain. Sedangkan yang perempuan atau ibu-ibu menggunakan blus (atasan) dan rok.
Setelah semuanya duduk maka perwakilan dari keluarga laki-laki yang adalah saudara kandung dari ayah pengantin laki-laki memulai pembicaraan dengan menyampaikan maksud kedatangan untuk melamar anak perempuan dari keluarga tersebut. Biasanya keluarga perempuan tidak keberatan atas lamaran keluarga laki-laki kepada anak perempuan mereka, karena hubungan mereka telah diketahui oleh dua keluarga yang bersangkutan dan dengan diam-diam telah direstui. Di sini terjadi komunikasi antara pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu Ambon. Setelah terjadi kesepakatan maka kemudian mereka menetukan tanggal yang tepat untuk pelaksanaan Adat Maso Mata Rumah, sekaligus menentukan harta yang harus diberikan.
Setelah perbincangan selesai, oleh tuan rumah menyuguhkan minuman dan makanan ringan untuk dicicipi bersama oleh kedua belah pihak. Setelah itu keluarga laki-laki pamit pulang, sebelum melangkah keluar mereka saling berjabat tangan dan mengucapkan salam perpisahan.
a. Aspek bentuk
- Latar
Untuk latar waktu adalah pada saat pelamaran yaitu waktu yang telah
ditentukan untuk kedua pihak bertemu. Tempat yang ditemukan adalah di rumah
pengantin perempuan khususnya di ruang depan atau bagi masyarakat Rumahkay
menyebutnya ruang tamu, karena ruangan ini selalu dipakai oleh yang empunya