• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY

KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat

untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Elsa Latupeirissa

NIM 1102590

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Bentuk dan Nilai Budaya Tradisi Maso Mata Rumah

pada Masyarakat

Desa Rumahkay Kecamatan Kairatu

Kabupaten Seram Bagian Barat

Oleh

Elsa Latupeirissa

S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

© Elsa Latupeirissa 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Yus Rusyana

Pembimbing II,

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M. Pd.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Diketahui dan disahkan oleh:

Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia,

Dr. Sumiyadi, M. Hum.

(5)

ABSTRAK

Tradisi Maso Mata Rumah merupakan sebuah tradisi yang telah dilaksanakan berpuluh-puluh tahun lamanya, diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya yang merujuk pada suatu budaya adat perkawinan dan lebih difokuskan pada proses menerima pengantin perempuan masuk ke mata rumah (rumah tua) pengantin laki-laki. Tradisi ini umumnya dimiliki oleh semua desa di Maluku. Walaupun kadang-kadang namanya agak berbeda, tetapi merujuk pada suatu maksud yang sama, yaitu memasukan pengantin perempuan ke mata rumah pengantin laki-laki. Warisan para leluhur yang telah ada perlu dibina dan dilestarikan sebagai bentuk kekayaan khazanah budaya, warisan ini tidak boleh punah karena di dalamnya ada unsur pendidikan dalam membentuk karakter masyarakat pendukungnya.

Teori yang digunakan untuk menganalisis data berkaitan dengan teori dari Hutomo, Danandjaja, dan Walgito tentang tradisi lisan, sastra lisan, adat perkawinan, nilai budaya serta hakekat keluarga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena menggambarkan tentang fenomena masyarakat Rumahkay mengenai tradisi Maso Mata Rumah. Tahapan demi tahapan diteliti secara cermat mulai dari tahap persiapan, sampai pada pelaksanaan tradisi tersebut.

Teknik pengumpulan data lebih banyak menggunakan observasi mengenai tradisi tersebut, serta wawancara dengan tokoh masyarakat, tua-tua adat, dan masyarakat untuk memperoleh informasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Catatan lapangan juga diperlukan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan perlu dalam mendukung penelitian tersebut. Sumber data utama ialah pemerintah desa, tua adat yang memimpin atau lebih memahami tradisi Maso Mata Rumah ini, dan masyarakat biasa untuk mengetahui fungsi dan nilai tradisi ini dalam kehidupan masyarakat.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. iv

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR BAGAN ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….. 3

1.3 Rumusan Masalah ……….. 4

1.4 Tujuan Penelitian ……….. 4

1.5 Manfaat Penelitian …………..……….. 5

1.6 Defenisi Variabel ……….. 5

1.7 Asumsi Penelitian ……….. 6

BAB II TRADISI LISAN, NILAI BUDAYA, ADAT PERKAWINAN DAN HAKIKAT KELUARGA 2.1 Tradisi Lisan ………..……….. 8

2.1.1 Jenis-Jenis Tradisi Lisan ……….. 9

2.1.2 Pesan dalam Tradisi Lisan …..……… 12

2.1.3 Fungsi Tradisi Lisan ……..……….. 12

2.2 Sastra Lisan ……….… 13

2.2.1 Ciri-Ciri Sastra Lisan ………..……….. 14

2.3 Karya Sastra ………..……….. 15

2.4 Nilai Budaya ……….……….. 16

(7)

Halaman

2.4.2 Kebudayaan ………..……….. 17

2.4.3 Nilai Budaya ……….……….. 20

2.5 Hakikat Bahasa ………..……….. 22

2.5.1 Aspek Bahasa ……….. 24

2.5.2 Fungsi Bahasa ………..……….. 25

2.5.3 Ragam Bahasa ………..……….. 26

2.5.4 Semantik ……… 27

2.5.5 Makna dalam Kata ………. 28

2.6 Jenis Kata ……….. 31

2.7 Konsep Drama Sebagai Sebuah Karya Sastra ………... 33

2.8 Adat Perkawinan …………..……….. 34

2.8.1 Pengertian Perkawinan ……… 35

2.8.2 Tujuan Perkawinan ……… 36

2.8.3 Latar Belakang Perkawinan …...………... 36

2.8.4 Umur yang Ideal dalam Perkawinan ………. 38

2.9 Hakikat Keluarga ……… 39

2.9.1 Pengertian Keluarga ……… 39

2.9.2 Hubungan Antara Suami Istri ………. 40

2.10 Kehidupan Keluarga ………. 41

2.11 Peran Wanita ……….………. 43

2.12 Etnografi ………. 44

2.13 Kedwibahsaan ……… 45

2.14 Model Pelestarian ……….. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………….……….. 48

(8)

Halaman

3.3 Instrumen Penelitian ……….……….. 49

3.4 Langkah-Langkah Penelitian ……….. 59

3.5 Informan Penelitian ……….. 62

3.6 Data dan Sumber Data ……….. 62

3.7 Analisis Data ……….. 63

BAB IV DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH PADA MASYARKAT RUMAHKAY 4.1 Deskripsi Data dan Analisis Data ….……… 70

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 71

4.1.2 Religi dan Upacara Keagamaan ………..….……… 72

4.1.3 Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan …..……… 73

4.1.4 Tingkat Pendidikan ……….. 76

4.1.5 Bahasa …………...……….…. 76

4.1.6 Sistem Mata Pencaharian ………... 77

4.1.7 Sistem Teknologi dan Peralatan ……….... 77

4.2 Masyarakat Rumahkay dan Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah….. 78

4.2.1 Pra Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah …………….….. 78

4.2.2 Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah ….……….…. 94

4.3 Hasil Analisis ………... 176

4.3.1 Aspek Bentuk ………..……….. 160

4.3.2 Aspek Pesan ……….. 190

4.3.3 Aspek Fungsi ………..……….. 191

4.3.4 Aspek Nilai Budaya …….………. 194

(9)

Halaman

BAB V MODEL PELESTARIAN...……… 206

5.1 Model Pendokumentasian dalam Bentuk Buku 5.1.1 Dasar Pemikiran ………...………. 206

5.1.2 Dasar Kebudayaan …..……… 207

5.1.3 Latar Belakang Filosofi ………. 208

5.1.4 Latar Belakang Estetika ……..……… 209

5.1.5 Latar Belakang Budaya ……..……… 209

5.1.6 Model Pengembangannya ……..………. 210

5.1.7 Dampak yang Diharapkan …….……… 211

5.2 Model Pelestarian dalam Bentuk Penyuluhan 5.2.1 Dasar Pemikiran ……..……… 212

5.2.2 Latar Belakang Filosofis ……..………... 213

5.2.3 Latar Belakang Estetika ……..……… 213

5.2.4 Latar Belakang Budaya …….……… 214

5.2.5 Dampak yang Diharapkan ……….. … 221

5.3 Model Pelestarian Pembinaan Kelompok PKK dalam Pengelolaan Sumberdaya Pekarangan Berbasis Masyarakat dan Pengembangan Bahasa Daerah……….… 221

5.3.1 Latar Belakang ………... 221

5.3.2 Tujuan Pelaksanaan ……… 223

5.3.3 Sasaran Pelaksanaan ……….. 224

5.3.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ……….….. 225

5.3.5 Pelaksanaan Kegiatan ………. 225

5.3.6 Pelestarian Bahasa Daerah Rumahkay ……….. 227

(10)

Halaman

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan……….. 234

6.1.1 Gambaran Bentuk Tradisi …….………...……….. 234

6.1.2 Gambaran Penyampaian Pesan dalam Tradisi ……..………..…. 236

6.1.3 Gambaran Fungsi dalam Tradisi ……..………. 237

6.1.4 Gambaran Nilai Budaya dalam Tradisi ….……….… 238

6.2 Saran……… 239

DAFTAR PUSTAKA ………..……….… 240

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….. 244

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Bentuk Tradisi………. 41

2. Tabel 2. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Pesan Tradisi……….... 44

3. Tabel 3. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Fungsi Tradisi……….. 45

4. Tabel 4. Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan Nilai Budaya ………… 47

5. Tabel 5. Langkah-Langkah Penelitian………... 51

6. Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Analisis ………... 54

7. Tabel 7. Pedoman Analisis Bentuk Tradisi ……… 56

8. Tabel 8. Pedoman Analisis Pesan Tradisi.……….. 58

9. Tabel 9. Pedoman Analisis Fungsi Tradisi ………. 58

10. Tabel 10 Pedoman Analisis Nilai Budaya Tradisi ………. 59

11. Tabel 11 Tim Penggerak PKK Negeri Rumahkay ………. 66

12 Tabel 12 Klasfikasi Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan …………. 67

13. Tabel 13 Klasifikasi Mata Pencaharian Masyarakat Rumahkay ………… 68

14. Tabel 14 Kesimpulan Hasil Analisis Tindakan saat Pelamaran………. 167

15. Tabel 15 Kesimpulan Hasil Analsis Tindakan di Rumah Perempuan……… 168

16. Tabel 16 Kesimpulan Hasil Analisis Tindakan di Rumah Laki-laki………… 169

17. Tabel 17 Kesimpulan Hasil Analisis Peralatan ………... 170

18. Tabel 18 Kesimpulan Hasil Analisis Fungsi Tradisi ……….. 175

19. Tabel 19 Kesimpulan Hasil Analisis Nilai Budaya ……… 177

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka

kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia banyak sekali

kebudayaan yang mungkin belum sempat digali, ini berarti bahwa masyarakat masih

belum menaruh perhatiannya kepada kebudayaan negerinya sendiri. Kesadaran akan

berbagai kebudayaan yang dimiliki perlu dipupuk pada setiap generasi agar

kebudayaan tersebut jangan sampai punah.

Hubungan antara kebudayaan dan masyarakat sangat erat karena kebudayaan

itu sendiri adalah cara suatu kumpulan manusia atau masyarakat mengadakan sistem

nilai yaitu berupa aturan-aturan yang menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih

tinggi nilainya, lebih dikehendaki dari yang lain (Semi, 1984:54). Kebudayaan

tentulah tidak akan terlepas dari sastra, begitu juga sebaliknya, sastra akan maju bila

ditunjang oleh kebudayaan yang kuat dan mengakar di kalangan masyarakat kita,

keduanya saling mendukung.

Di Indonesia, khususnya dalam dunia kesusasteraan kita mengenal istilah sastra

lisan dan sastra tulis. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaspisahkan

dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan dalam

membentuk apresiasi sastra masyarakat, sehingga sastra lisan dan sastra tulis hidup

berdampingan. Dikatakan sastra lisan karena sastra tersebut dituturkan secara lisan

dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan menggunakan

bahasa lisan tanpa naskah.

Masyarakat Indonesia menghadapi dua fenomena budaya yang saling

(13)

kebudayaan tumodern-nasional (Taum, 2011:1). Kehidupan kebudayaan

lisan-tradisional suku-suku bangsa di Indonesia beserta khzanah bahasa dan sastranya

masih merupakan fenomena yang hidup. Masyarakat tradisional, khususnya yang

hidup di pedesaan masih memiliki khazanah sastra lisan yang masih kental dalam

berbagai kegiatan ritual dan pertemuan-pertemuan khusus. Akan tetapi, tidaklah

banyak yang menaruh perhatiannya bagi tradisi-tradisi seperti ini, sehingga

lama-kelamaan akan pudar dan mungkin saja para generasi berikutnya tidak akan peduli

lagi terhadap tradisi-tradisi ini yang sebenarnya merupakan suatu kearifan lokal.

Apabila di daerah-daerah pedesaan penguasaan khzanah-khazanah sastra lisan dan

tradisional masih dianggap sebagai tolok ukur kepandaian dan tinggginya kedudukan

sosial seseorang di dalam masyarakat, maka di wilayah perkotaan teristimewa di

kalangan kaum terpelajar, mendengarkan sastra lisan dari daerahnya sendiri sudah

dianggap ketinggalan zaman atau dianggap kuno.

Berbicara tentang adat istiadat di daerah Maluku, sebenarnya merupakan suatu

hal yang sangat menarik karena banyak budaya yang dimiliki yang mungkin saja

tidak dimiliki oleh daerah lain. Tradisi Maso Mata Rumah merupakan sebuah tradisi

yang telah dilaksanakan berpuluh-puluh tahun lamanya yang telah diwariskan dari

generasi ke generasi. Tradisi ini merujuk kepada suatu budaya perkwainan yang

diadakan atau dilakukan untuk menerima pengantin perempuan masuk ke dalam mata

rumah (rumah tua) dari pengantin laki-laki. Tradisi Maso Mata Rumah ini pada

umumnya dimiliki oleh semua desa (kampung) di Maluku. Walaupun kadang-kadang

namanya agak berbeda, tetapi merujuk pada maksud yang sama yaitu memasukan

pengantin perempuan ke mata rumah pengantin laki-laki (masuk rumah tua). Kadang

juga tahapan-tahapan dalam ritual ini juga berbeda sesuai dengan tradisi dari

masing-masing desa (kampung).

Dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional

sebagai warisan budaya leluhur boleh dikatakan masih memegang peranan penting

dalam kehidupan bermasyarakat. Kita menyadari bahwa upacara tradisional di

(14)

pendukungnya. Lagi pula upacara-upacara ini mengandung unsur nilai-nilai budaya

yang ditanamkan oleh para leluhur kita kepada generasi penerusnya. Dengan

ditanamkan seawal mungkin akan semakin memperkokoh kepribadian masyarakat

pendukungnya sehingga ada alasan tertentu untuk melestarikannya.

Kekayaan warisan budaya, yang diinventarisasikan dan didokumentasikan

secara baik akan sangat besar gunanya bagi pembinaan bangsa, negara dan warga

negara. Adat Upacara perkawinan pada saat ini, terlihat seperti kurang dikenal dan

dihayati oleh generasi muda. Penelitian ini bertujuan pula untuk memperkenalkan

adat dan upacara perkawinan agar dapat dihayati dan diamalkan sehingga pada

akhirnya akan membangkitkan kebanggaan nasional pada generasi muda terhadap

kebudayaan bangsa sendiri.

Warisan para leluhur yang telah ada perlu dibina dan dilestarikan sebagai

bentuk kekayaan khazanah budaya. Warisan ini tidak boleh pudar atau bahkan punah

begitu saja karena warisan ini sebagai sarana untuk menyampaikan pesan nilai

budaya yang di dalamnya ada unsur pendidikan dalam membentuk karakter

masyarakat yang perlu dijaga dan dilestarikan. Berdasarkan latar belakang masalah

penelitian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang bentuk

dan nilai budaya tradisi Maso Mata Rumah pada Masyarakat Desa Rumahkay

Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Dengan mengenal budaya daerah, maka kita akan memahami pula kebudayaan

itu. Salah satu cara yang dipakai untuk mempelajari dan mengenal budaya daerah

yaitu dengan mempelajari tradisi Maso Mata Rumah dalam masyarakat sekitar kita.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

(15)

1. bentuk tradisi Maso Mata Rumah;

2. pengungkapan pesan dalam tradisi Maso Mata Rumah;

3. fungsi dari tradisi Maso Mata Rumah;

4. nilai-nilai budaya yang terdapat dalam tradisi Maso Mata Rumah.

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah pada masyarakat

desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat?

2. Adakah pesan yang disampaikan dalam ritual tersebut?

3. Apakah fungsi tradisi Maso Mata Rumah bagi masyarakat desa Rumahkay

Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat?

4. Nilai-nilai budaya apa saja yang ada dalam tradisi Maso Mata Rumah pada

masyarakat desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian

Barat?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. mendeskripsikan bentuk tradisi atau ritual Maso Mata Rumah pada

masyarakat desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian

Barat;

2. mendeskripsikan pesan dalam ritual tradisi Maso Mata Rumah;

3. mendeskripsikan fungsi tradisi dalam masyarakat desa Rumahkay Kecamatan

(16)

4. mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi Maso

Mata Rumah pada masyarakat desa Rumahkay Kecamatan Kairatu Kabupaten

Seram Bagian Barat.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. peneliti dan peminat kajian tradisi lisan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang budaya-budaya yang ada di Indonesia khususnya di

daerah Maluku tentang adanya tradisi Maso Mata Rumah;

2. generasi muda, khususnya anak cucu masyarakat desa Rumahkay dalam

menambah pemahaman terhadap tradisi Maso Mata Rumah dan dapat

membangkitkan minat untuk memelihara serta melestarikan budaya daerah

sebagai suatu kearifan lokal;

3. bagi pemerintah desa Rumahkay dan pemerintah daerah Provinsi Maluku,

sebagai bahan referensi dan informasi tambahan dalam mengungkapkan

kekayaan budaya masyarakat Maluku.

1.6 Definisi Variabel

Untuk lebih operasional, maka dalam penelitian ini peneliti mendefinisikan

beberapa istilah sebagai berikut.

1. Bentuk Tradisi

Merupakan sebuah gambaran, sistem atau susunan, wujud yang ditampilkan

(17)

ke genarsi berikutnya, yang dapat dilihat dari segi latar, bahasa, pelaku,

tindakan, serta alat atau benda yang dipakai.

2. Nilai Budaya dalam tradisi Maso Mata Rumah

Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Maso Mata Rumah yang bisa

dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat Rumahkay yang meliputi nilai

budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dalam hubungan manusia

dengan sesamnya, dalam hubungan manusia dengan karyanya, dalam hubungan

manusia dengan ruang dan waktu, serta dalam hubungan antara manusia dengan

alam.

3. Tradisi Maso Mata Rumah

Merupakan sebuah tradisi perkawinan adat yang dilakukan untuk menerima

pengantin perempuan masuk dalam persekutuan mata rumah (rumah tua)

pengantin laki-laki pada masyarakat desa Rumahkay.

4. Desa Rumahkay

Sebuah desa adat berada di pesisir pantai Pulau Seram kecamatan Kairatu,

Kabupaten Seram Bagian Barat.

1.7 Asumsi Penelitian

Asumsi yang peneliti gunakan sebagai pedoman dalam penelitian adalah sebagai

berikut.

1. Tradisi Maso Mata Rumah merupakan salah satu aset budaya yang turut

(18)

2. Dalam ritual Tradisi Maso Mata Rumah terdapat pesan yang dititipkan oleh

para leluhur pada generasi penerusnya.

3. Tradisi Maso Mata Rumah memiliki fungsi yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat.

4. Tradisi Maso Mata Rumah memiliki nilai-nilai budaya dalam membentuk

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

pendekatan Etnografi. Peneliti ingin menggambarkan tentang fenomena masyarakat

Rumahkay mengenai tradisi Maso Mata Rumah, pesan yang disampaikan lewat ritual

tersebut, dan fungsi serta nilai yang terkandung di dalamnya. Tahapan demi tahapan

akan diteliti secara cermat mulai dari tahap persiapan, sampai pada pelaksanan ritual

tersebut.

Koentjaraningrat (2009:329) melihat penelitian kualitatif ini sebagai penelitian

yang bersifat etnografi yaitu suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa

dengan pendekatan antropologi. Hal inipun dibenarkan oleh Fathoni (2005:98) karena

bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu komunitas dari suatu

daerah tertentu menjadi pokok deskripsi sebuah karangan etnografi, maka dibagi ke

dalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut suatu tata urut yang sudah

baku. Susunan tata urut tersebut sebagai kerangka etnografi.

Dalam penelitian ini peneliti langsung berinteraksi dengan masyarakat desa

Rumahkay setempat sehingga segala permasalahan yang terkait dengan budaya

masyarakat setempat dapat diketahui, dipahami oleh peneliti secara jelas.

Desain penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dihasilkan data

deskriptif dan analisa serta interpretasi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

(20)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan di dalam “natural setting” (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak kepada observasi pada tradisi Maso Mata Rumah serta mengamati

tahapan-tahapan yang dilalui, wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat,

tua-tua adat, dan masyarakat tentang ritua-tual untuk memperoleh informasi tentang bentuk,

pesan, fungsi, dan nilai budaya dari tradisi Maso Mata Rumah tersebut, dan

dokumentasi.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri dan

memegang peranan penting sebagai pengamat penuh. Moleong (2000:19)

mengemukakan kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti

sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan

akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Di samping peneliti melakukan hal

tersebut, peneliti juga menggunakan :

1. Observasi Mendalam

Observasi dilakukan secara mendalam untuk melihat bentuk dan nilai budaya

dari tradisi Maso Mata Rumah. Untuk bentuk tradisi akan dilihat pada ritual

yang berlangsung yang dinyatakan dalam setiap bentuk ekspresi dari

perasaan, pikiran, sikap, dan tindakan berdasarkan syarat-syarat dan rukun

perbuatan atau tindakan tertentu yang diselenggarkan dalam prosesi atau

upacara.

(21)

Wawancara digunakan untuk mendapatkan data berupa informasi tentang

bentuk, pesan, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi Maso

Mata Rumah. Wawancara ini akan ditujukan kepada tua-tua adat, pemerintah

negeri, dan masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut

ini.

Tabel 1

Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan

Bentuk Tradisi Maso Mata Rumah

pada Masyarakat Desa Rumahkay

No Bentuk Indikator Instrumen Pertanyaan

1 Latar 1. Latar Tempat

2. Latar waktu

3. Latar suasana

1. Apakah ada tempat khusus yang

dipakai untuk melaksanakan tradisi

Maso Mata Rumah?

2. Apakah ada hari atau waktu khusus

dalam menentukan pelaksanaan

tradisi tersebut?

3. Apa arti hari atau waktu khusus itu

bagi masyarakat Rumahkay?

4. Apakah ada hubungannya dengan

kehidupan berumah-tangga?

5. Bagaimana suasana pelaksanaannya,

apakah bersifat sakral atau

merupakan suatu pertunjukan yang

bersifat menghibur?

6. Apakah pelaksanaan tradisi tersebut

bisa ditonton oleh orang lain (orang

yang tidak terlibat dalam tradisi

(22)

2. Bahasa Jenis-jenis bahasa

atau tuturan

1. Jenis bahasa apa saja yang dipakai

dalam tradisi itu?

2. Yang paling dominan digunakan

adalah bahasa apa?

3. Apakah bahasa itu bisa dikuasai oleh

seluruh partisipan yang ada?

1. Apa fungsi dari juru bicara ini?

2. Pada tahap-tahap apa saja ia

berperan?

3. Sampai sejauh mana keterlibatan

Pendeta dalam tradisi ini?

4. Apa saja peran dari pengantin

laki-laki dan perempuan?

5. Apakah mereka berdua ini

memegang peranan penting dalam

tradisi ini?

6. Apakah ada juga keterlibatan

Pemerintah desa dalam tradisi ini?

7. Fungsi Kepala desa dalam tradisi ini

(23)

pelamaran

5. Apakah ada acara penyerahan harta?

6. Kepada siapa harta itu diserahkan?

7. Bagaimana tata cara penyerahan

harta tersebut?

8. Apa maksud penyerahan harta itu?

9. Apakah ada acara khusus dalam

menyerahkan pengantin perempuan

kepada keluarga pengantin

laki-laki? Kalau ada jelaskan!

10.Adakah gerakan khusus yang harus

(24)

memasuki rumah

perempuan ketika memasuki rumah

pengantin laki-laki?

11.Kalau ada apa maksud gerakan itu

bagi masyarakat Rumahkay?

12.Apakah ada acara jamuan makan

bersama?

13.Adakah cara khusus yang dilakukan

dalam jamuan makan bersama?

2. Apa kegunaan dari benda itu?

3. Benda-benda apa saja yang

diberikan pada saat penyerahan

harta?

4. Apa arti benda-benda itu bagi

pengantin perempuan?

5. Apa arti penyerahan kain sarung

(kain Anahesu) dari pengantin

perempuan ke keluarga laki-laki?

6. Adakah artinya benda-benda yang

diberikan itu bagi kehidupan

berkeluarga kedua pengantin

(25)

Tabel 2

Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan

Pesan dalam Tradisi Maso Mata Rumah

pada Masyarakat Desa Rumahkay

No Pesan Indikator Instrumen Pertanyaan

1 Melalui tuturan

atau tindakan

Nasehat-nasehat

atau petuah,

tindakan

1. Adakah pesan yang disampaikan

dalam tradisi Maso Mata

Fungsi dalam Tradisi Maso Mata Rumah

pada Masyarakat Desa Rumahkay

No Fungsi Indikator Instrumen Pertanyaan

1 Sebagai alat

Rumah ini merupakan cerminan

masyarakat pada kehidupan

yang lampau?

2. Apakah tradisi ini bisa dijadikan

sebagai cerminan masyarakat

(26)

kehidupan berumah tangga yang

khas tersendiri bagi budaya yang

ada di masyarakat Rumahkay?

2. Tahapan apa saja yang bisa

dikatakan sebagai ciri khas

masyarakat Rumahkay?

1. Apakah tradisi ini bisa dijadikan

sebagai tolok ukur bagi kaum

wanita dalam menjalani

fungsinya sebagai istri dalam

kehidupan berumah tangga?

2. Apakah ada kaitan antara tradisi

ini dengan kehidupan yang akan

dijalani dalam berumah tangga

dalam hubungan antara suami

isteri maupun hubungan anatara

sang istri dengan keluarga

(27)

dilaksanakan? pemaksa dan

pengontrol

3. Dalam bentuk apa hukuman itu?

4. Sampai berapa lama hukuman

itu berlangsung?

Tabel 4

Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan

Nilai Budaya dalam Tradisi Maso Mata Rumah

pada Masyarakat Desa Rumahkay

No Aspek Nilai

Budaya Indikator Instrumen Pertanyaan

1 Nilai Budaya

merupakan salah satu

keyakinan akan sikap

percaya kepada

kekuasaan Tuhan

1. Sampai tahap manakah

keterlibatan Pendeta dalam

tradisi Maso Mata Rumah ini?

2. Adakah cara-cara tertentu yang

digunakan dalam hubungan

dengan Tuhan?

3. Tahap-tahap apa saja yang

dilakukan dalam menyatakan

relasi dengan Tuhan?

1. Adakah tahapan-tahapan yang

bisa memberikan gambaran

tentang sikap saling

menghormati, mengahrgai dan

sebagainya?

2. Apakah melalui tradisi ini bisa

mempersatukan sebuah

(28)

5. Nilai mempertahankan

sistem kekerabatan

6. Nilai pengakuan dan

penerimaan

tidak saling bertemu?

3. Dalam melaksanakan tradisi

ini apakah ada keputusan

sepihak yang diambil,

misalnya dalam menetukan

harta?

4. Apakah dalam tradisi ini bisa

memberikan suatu gambaran

bahwa dalam kehidupan

berkeluarga nantinya harus

saling mengasihi?

kepada terhadap harta

pusaka

3. Nilai kewajiban

4. Nilai kebijaksanaan

1. Apakah melalui tradisi ini bisa

memberikan komitmen bagi

kedua pasangan untuk

senantiasa setia dalam

menjalin ikatan pernikahan?

2. Apakah harta yang diberikan

menjadi kewajiban istri untuk

memeliharanya dan

Nilai pengharapan akan

masa depan

1. Apakah tradisi ini bisa

memberikan harapan bahwa

kehidupan berumah tangga

harus saling menhormati dan

menghargai bisa menciptakan

suasana hidup yang bahagia

(29)

5 Nilai budaya

dalam

hubungan

manusia

dengan alam

Sikap penyatuan dengan

alam

1. Apakah maksud dari waktu yang

ditentukan (tanuar/waktu saat

masyarakat menacari ikan)

dalam pelaksanaan tradisi ini

dengan kehidupan berumah

tangga?

2. Apakah sikap ini bisa

dinyatakan sebagai suatu sikap

yang menyatu dengan kehidupan

alam sekitar?

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mecatat hal-hal yang dianggap penting dan

perlu dalam mendukung penelitian tersebut.

3.4 Langkah-Langkah Peneltian

Menurut Spradley (Creswell, 1998:487) langkah-langkah dalam penelitian

etnografi adalah sebagai berikut :

1. location in information; 2. interviewing an informant;

3. making an ethnographic record;

(30)

6. making a domain analysis; 7. asking structural questions; 8. making a taxonomic analysis; 9. asking contrast question;

10.making a componential analysis; 11.discovering cultural themes; 12.writing the ethnography.

Berdasarkan sumber di atas maka langkah-langkah yang dilakukan peneliti

dalam penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.

Bagan 1

Langkah-langkah dalam Penelitian

Mempersiapkan peralatan

Menyusun laporan akhir dari hasil observasi dan

wawancara Menyimpulkan

hasil wawancara

Melakukan wawancara

Melakukan pendekatan Mengikuti ritual Mencari informan

Menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

(31)

Berdasarkan bagan di atas maka dapat dirincikan sebagai berikut.

Tabel 5

Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah Objek Sasaran /Tujuan Keterangan

1. Persiapan  Tape

recorder

Handycam

 Catatan lapangan

 Merekam ritual tradisi serta kegiatan

wawancara (visual)

 Sebagai dokumentasi secara audiovisual

 Mencatat hal-hal yang dianggap

penting selama

observasi dan

wawancara

2. Mengikuti

ritual

Observasi penuh Untuk memperoleh

gambaran tentang

bentuk dan nilai

budaya tradisi Maso

Mata Rumah pada

masyarakat desa

(32)

2. Mencari

bentuk tradisi, pesan

dan fungsi serta nilai

diperoleh dari hasil

(33)

 Catatan lapangan dianalisis sesuai dengan masalah

penelitian

langkah akhir

dalam penelitian

ini

3.5 Informan Penelitian

Informan yang dipilih oleh peneliti ialah orang yang mempunyai pengetahuan

tentang tradisi Maso Mata Rumah dan yang mempunyai banyak pengalaman tentang

latar penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar sesuai dengan tujuan

penelitian itu sendiri yakni memperoleh gambaran tentang tradisi Maso Mata Rumah,

pesan yang tersirat di dalamnya dan fungsi serta makna budaya yang ada dalam

tradisi tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat, maka peneliti menentukan

beberapa informan sebagai berikut:

1. staf Pemerintah Negeri Rumahkay;

2. tua-tua adat;

3. masyarakat biasa.

3.6 Data dan Sumber Data

Data yang dijadikan bahan penelitian adalah tradisi Maso Mata Rumah.

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2011:157) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan teori tersebut maka sumber data dalam

penelitian ini tuturan dari tokoh masyarakat, tua-tua adat yang memimpin atau lebih

memahami ritual tradisi Maso Mata Rumah ini, dan masyarakat biasa untuk

mengetahui seberapa besar fungsi dan nilai tradisi ini dalam kehidupan masyarakat.

(34)

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan sejak memasuki lapangan,

selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Dalam hal ini Sugiyono (2008:90)

menyatakan bahwa analisis data telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan

masalah, sebelum terjun ke lapangan dan terus berlanjut sampai hasil penelitian.

Analisis dilakukan terhadap bentuk, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung

dalam tradisi Maso Mata Rumah tersebut dan nantinya hasil wawancara akan

diinterpretasikan. Sebelum dianalisis, data yang telah dikumpulkan dalam bahasa

daerah terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk

mempermudah peneliti dalam memaknai dan menganalisisnya.

Data yang dianalisis berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan pada Bab I.

adapun cara menganalisisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6

Kisi-kisi Pedoman Analisis Data

Masalah Tujuan Indikator Aspek yang diukur

(35)

Adakah pesan

tindakan yang dilakukan

(36)

hubungan manusia

dengan sesamanya

4. Nilai budaya dalam

hubungan manusia

dengan ruang dan

waktu

5. Nilai budaya dalam

hubungan manusia

dengan alam

Dari kisi-kisi pedoman analisis data di atas dapat dijabarkan secara terperinci ke

dalam pedoman analisis bentuk tradisi, pesan, fungsi dan nilai budaya dari tradisi

Maso Mata Rumah sebagai berikut.

Tabel 7

Pedoman Analisis Bentuk Tradisi Maso Mata Rumah

Bentuk Indikator Keterangan

1. Latar

 Tempat pelaksanaan tradisi  Waktu pelaksanaan tradisi  Suasana pelaksanaan tradisi

2. Bahasa

 Situasi komunikasi yang meliputi faktor pembicara,

pendengar, pokok

pembicaraan, tempat dan

suasana pembicaraan dalam

setiap tuturan.

 Tuturan / bahasa yang dipakai pada waktu

pelamaran

(37)

 Makna gramatikal dari tuturan yang terdapat dalam

tradisi Maso Mata Rumah

 Makna leksikal dari tuturan yang terdapat dalam tradisi

Maso Mata Rumah

 Makna referensial dari tuturan yang terdapat dalam

tradisi Maso Mata Rumah

bertamu di rumah

pengantin perempuan

 Tuturan yang diucapkan pada saat

pelaksanaan tradisi di

rumah pengantin

laki- Kepala Desa (Bapa Raja)  Keluarga pengantin Laki-laki

dan keluarga pengantin

perempuan

 Di rumah pengantin laki-laki

(38)

 Penyerahan harta

 Penyerahan pengantin perempuan ke keluarga

laki-laki

 Cara pengantin perempuan memasuki rumah pengantin

laki-laki

 Jamuan makan bersama  Acara penutup

5. Peralatan fisik

 Saat pelamaran

 Saat di rumah pengantin perempuan

 Saat di rumah pengantin laki-laki.

Tabel 8

Pedoman Analisis Pesan

dalam Tradisi Maso Mata Rumah

Pesan dalam tradisi Indikator Keterangan

Melalui tuturan atau

tindakan

Nasehat-nasehat, petuah,

(39)

Tabel 9

Pedoman Analisis Fungsi

dalam Tradisi Maso Mata Rumah

Fungsi Indikator Keterangan

1. Sebagai alat

proyeksi

Melalui setiap ekspresi,

tindakan yang dilakukan

dalam ritual

Yang berhubungan dengan

cerminan hidup

2. Sebagai alat

legitimasi kebudayaan

Melalui setiap ekspresi,

tindakan yang dilakukan

dalam ritual

Yang berhubungan dengan

keabsahan kebudayaan

3. Alat pendidikan Melalui setiap ekspresi,

tindakan yang dilakukan

dalam ritual

Melalui setiap ekspresi,

tindakan yang dilakukan

dalam ritual

Yang berhubungan dengan

alat pengontrol

norma-norma masyarakat

Tabel 10

Pedoman Analisis Nilai Budaya

Dalam Tradisi Maso Mata Rumah

No Nilai Budaya Karakteristik Nilai Keterangan

1

Nilai budaya dalam

hubungan manusia

dengan Tuhan

1. Beriman, meyakini bahwa Tuhan

itu ada

(40)

beribadah kepada Tuhan dengan

2. Nilai persekutuan dan persaudaraan

3. Nilai musyawarah dan mufakat

4. Nilai mengasihi

5. Nilai mempertahankan sistem

kekerabatan

6. Nilai pengakuan dan penerimaan

3

Nilai budaya dalam

hubungan manusia

dengan karyanya

1. Nilai kesetiaan/kepatuhan

2. Nilai penghargaan terhadap harta

pusaka

Nilai pengharapan akan masa depan

5

Nilai budaya dalam

hubungan manusia

dengan alam

Sikap penyatuan dengan alam

Teknik triangulasi data juga dipakai oleh peneliti dalam menganalisis data ini.

Traingulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

(41)

BAB IV

DESKRIPSI, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BENTUK, PESAN, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA TRADISI MASO MATA RUMAH

PADA MASYARAKAT DESA RUMAHKAY

4.1 Deskripsi Data dan Analisis Data 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Rumahkay adalah salah satu desa yang terletak di pesisir pantai, dan

merupakan desa adat yang masih memegang teguh pelaksanaan-pelaksanaan adat

dalam kehidupan masyarkatnya. Desa ini terletak di kecamatan Kairatu Kabupaten

Seram Bagian Barat.

Letak geografis desa Rumahkay sebagai berikut.

1. sebelah Timur berbatasan dengan Negeri (desa) Latu;

2. sebelah Barat berbatasan dengan Negeri (desa) Kamarian;

3. sebelah Utara berbatasan dengan Negeri (desa) Hunitetu;

4. sebelah selatan berbatasan dengan Selat Seram.

(42)
(43)

4.1.2 Sistem Religi dan Upacara Keagamaan

Berdasarkan sumber yang ada di Kantor Desa Rumahkay tahun 2012,

masyarakat Rumahkay seluruhnya menganut Agama Kristen, yang terdiri dari 2 (dua)

aliran, sebagian besar penduduknya beragama Kristen Protestan dan sisanya adalah

aliran Advent Hari Ke-7.

Sejalan dengan perkembangan Gereja serta berkembangnya pertumbuhan

Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) di Rumahkay, maka pada tahun 1982

wilayah pelayan jemaat dibagi ke dalam V Sektor Pelayanan yaitu :

1. Sektor Elim mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan

2. Sektor Maranatha mempunyai 3 (tiga) Unit Pelayanan

3. Sektor Betheden mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan

4. Sektor Imanuel mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan

5. Sektor Bethesda mempunyai 4 (empat) Unit Pelayanan.

Gambar 4.2

Gedung Gereja Sion

(44)

Selain itu, dalam Jemaat GPM Rumahkay terdapat juga Wadah-Wadah

Pelayanan dan Organisasi Gerejawi, yaitu:

1. Wadah Pelayanan Laki-Laki

2. Wadah Pelayanan Perempuan

3. Sekolah Minggu Tunas Pekabaran Injil

4. Angkatan Muda

4.1.3 Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan

Desa Rumahkay dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang oleh masyarakat

Rumahkay sering disebut Bapa Raja dan dibantu oleh seorang Sekretaris Umum.

Selain itu ada juga yang disebut Badan Penasehat Desa (BPD) yang beranggotakan 9

(Sembilan) orang yang bertugas memberikan masukan-masukan atau nasehat

sehubungan dengan jalannya pemerintahan. Sekretaris Desa dibantu oleh:

1. Kepala Urusan Pemerintahan : W. Salawaney

2. Kepala Urusan Pembangunan : R. Corputty

3. Kepala Urusan Umum : S. Nusawakan

Desa Rumahkay sendiri terdiri dari 4 (empat) dusun yang masing-masing

dikepalai oleh :

1. Dusun Patital : H. Tuasuun

2. Dusun Patinila : M. Kakerissa

3. Dusun Solelatu : Y. Wairata

4. Dusun Memori : P. Akerina

(45)
(46)

Ada juga organisasi yang disebut dengan nama Tim Penggerak PKK Negeri

Rumahkay yang perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12

Tim Penggerak PKK Negeri Rumahkay

Tahun 2008-2010

Umum Honorer Bantuan

1 Dusun

Berdasarkan data tahun 2010 jumlah kepala keluarga 400 kk, jumlah jiwa 2.492

(47)

4.1.4 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu penunjang dalam meningkatkan taraf hidup

masyarakat, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Perlu dikemukakan

bahwa pada desa Rumahkay terdapat 1 Taman Kanak-Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar

(SD), 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 1 Sekolah Menengah Umum (SMU),

yang semuanya turut menunjang aktivitas pendidikan masyarakat Rumahkay.

Oleh karena itu, dalam hubungan dengan hal di atas, maka klasifikasi menurut

tingkat pendidikan dapat dilihat sebagai berikut .

Tabel 13

Klasifikasi Masyarakat Rumahkay

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pada Tahun 2012

No TK SD SMP SMA Sarjana Jumlah

36 292 124 1120 45 1617

Sumber : Dokumentasi di Kantor Desa

4.1.5 Bahasa

Masyarakat desa Rumahkay dalam pergaulannya sehari-hari menggunakan

bahasa Melayu Ambon. Masyarakat Rumahkay ini juga memiliki bahasa daerah,

namun bahasa tersebut hanya dipakai pada acara-acara tertentu seperti pada acara

ritual tradisi Maso Mata Rumah. Oleh karena dipakai pada upacara-upacara adat saja

maka tidak semua masyarakat yang mengetahui bahasa tersebut.

Dalam dunia pendidikan bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia, namun

tidak menutup kemungkinan di kalangan pendidikan kadang juga menggunakan

(48)

4.1.6 Sistem Mata Pencaharian

Sebagian besar masyarakat Rumahkay berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Namun pekerjaan sebagai nelayan hanyalah merupakan pekerjaan musiman. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 14

Klasifikasi Mata Pencaharian

Masyarakat Rumahkay

Pada Tahun 2012

No Mata Pencaharian Jumlah

1

2

3

4

Petani dan nelayan

Pegawai Negeri

Wirausaha

Pengusaha

657

157

56

Sumber : Dokumentasi di Kantor Desa

Masyarakat desa Rumahkay juga memiliki 2 (dua) kelompok nelayan yang

diberi nama Kelompok Nelayan Sahir dan Kelompok Nelayan Nanumoni. Kedua

kelompok ini terdiri dari beberapa orang yang bertugas untuk mencari ikan dan

hasilnya akan dibagikan kepada anggota-anggota yang tergabung dalam

masing-masing kelompok tersebut.

4.1.7 Sistem Teknologi dan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam mencari ikan dan bercocok tanam pada

umumnya masih bercorak tradisional. Masyarakat dalam mencari ikan sebagian besar

masih menggunakan jaring, namun adapula yang menggunakan motor ikan.

(49)

4.2 Masyarakat Rumahkay dan Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah

Tradisi Maso Mata Rumah bagi masyarakat Rumahkay merupakan suatu

perkawinan adat yang sering mereka sebut dengan Amoi. Adat ini biasanya dilakukan

sebelum pemberkatan nikah secara Kristen di Gereja dan nikah pada catatan sipil,

bilamana pelaksanaan pernikahan itu berlangsung di desa Rumahkay.

Namun adat ini juga dapat dilakukan setelah pelaksanaan nikah secara Kristen

dan secara pemerintah, apabila pernikahan itu tidak dilakukan di desa Rumahkay.

Berikut ini akan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah

serta analisisnya.

4.2.1 Pra Pelaksanaan Tradisi Maso Mata Rumah

Dalam tahap pra pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah ini akan dibagi ke

dalam beberapa tahap atau peristiwa sehingga mempermudah dalam menganalisisnya.

Peristiwa 1

Sumber : Wawancara dengan Bpk Cale Sahetapy

Waktu : 22 Januari 2013, pukul 17. 00 WIT

Tempat : di rumah Bapak Cale Sahetapy di desa Rumahkay

(50)

yaitu X dan Y su ada hubungan kasih yang mengarah ke pembentukan

keluarga. Sehubungan deng itu, maka izinkan beta untuk

menyampaikannya ke bapa ibu bahwa katong dari keluarga laki-laki bermaksud vor minta kesediaan bapa ibu untuk menyempatkan diri vor katong ator akang sama-sama. Sekian dan terima kasih”

Surat ini diterima oleh orang tua dari calon pengantin perempuan. Ayah dari calon pengantin perempuan berumur 48 tahun bekerja di salah satu bank swasta di daerah kota Ambon. Saat penerimaan surat ini beliau sudah berada di desa Rumahkay. Jarak dari kota Ambon ke desa ini ditempuh dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 4 (empat) jam karena harus menyeberangi laut dengan menggunakan kapal Ferry.

a. Aspek Bentuk

- Latar

Latar pada peristiwa di atas ialah di rumah pengantin laki-laki yang dapat

dilihat dari proses menulis surat oleh ayah dari pengantin laki-laki, dan di rumah

pengantin perempuan, kedua keluarga tersebut berdomisili di desa Rumahkay.

Walaupun ayah dari pengantin perempuan bekerja di salah satu bank swasta di

Ambon, namun mereka memiliki rumah yang tetap di desa Rumahkay. Hal ini dapat

diketahui dari pernyataan bahwa saat penerimaan surat ini beliau sudah berada di

desa Rumahkay.

- Bahasa

1. Situasi komunikasi

Bahasa yang digunakan dalam menulis surat itu adalah bahasa Melayu Ambon

yang mengemukakan bahwa telah terjadi hubungan kasih yang mengarah kepada

pembentukan keluarga di antara X anak keluarga laki-laki dan Y anak keluarga

perempuan. Sehubungan dengan itu, maka keluarga laki-laki bermaksud

(51)

diminta menyempatkan diri dan waktu untuk kedatangan keluarga laki-laki. Surat ini

ditulis dari pihak keluarga laki-laki ke pihak keluarga perempuan. Bahasa Melayu

Ambon merupakan bahasa pengantar bagi masyarakat Rumahkay dalam

berkomunikasi. Berdasarkan

2. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Dari tuturan di atas terdapat beberapa kata yang bisa diberikan makna secara

leksikal, sebagai berikut:

Slamat = terbebas dari marabahaya, malapetaka (Mailoa, 2006 : 90)

Malam = waktu setelah matahari terbenam (Mailoa, 2006: 62)

Bapa = Bapak (Mailoa, 2006: 21)

deng = dengan, bersama ( Mailoa, 2006 : 32)

beta = saya atau aku (Mailoa, 2006 : 26)

mo = mau atau hendak (Mailoa, 2006 : 66)

kasitau = memberitahu; mengadukan (Mailoa, 2006 : 53)

vor = untuk, kepada (Mailoa, 2006 : 106)

dong = kalian atau mereka (Mailoa, 2006 : 33)

su = sudah, telah selesai melakukan suatu pekerjaan (Mailoa, 2006 : 92)

katong = kami, kita (jamak) (Mailoa, 2006 : 53)

ator = mengaturnya, menyusun sesuatu (Mailoa, 2006 : 6)

akang = itu dia; itu sudah (Mailoa, 2006 : 1)

Dari peristiwa di atas terdapat pula kata yang maknanya bisa dianalisis secara

gramatikal yaitu:

(52)

leksikal yaitu terhindar dari marabahaya tetapi menunjuk pada makna pemberian

salam.

3. Makna Referensial

Dari tuturan ini dapat ditemukan beberapa kata yang memiliki makna

referensial sebagai berikut.

Kata bapa akan merujuk maknanya pada: a) sapaan untuk orang laki-laki; b) panggilan kepada orang laki-laki yang lebih tua atau yang dihormati.

Kata beta merujuk maknanya pada diri sendiri atau pribadi

Kata kasitau merujuk pada usaha untuk menyampaikan atau memberitahukan sesuatu hal kepada orang lain

 Kata malam merujuk pada a) suasana yang hanya disinari bulan dan kadang juga terdapat banyak bintang; b) waktu antara pukul 18.00 s.d. pukul 24.00; c) waktu

setelah matahari terbenam dan sebelum matahari terbit.

- Pelaku

Pelaku adalah ayah dari calon pengantin laki-laki yang berumur 47 tahun,

berprofesi sebagai nelayan yang bertindak sebagai si pengirim surat dan ayah dari

calon pengantin perempuan yang berumur 48 tahun bekerja sebagai salah satu

pegawai bank swasta di kota Ambon yang bertindak sebagai si penerima surat.

Selain kedua orang tersebut terdapat juga seseorang yang merupakan kerabat dekat

dari keluarga (keluarga calon pengantin laki-laki) yang bertugas untuk

menyampaikan surat ini ke tangan orang tua dari calon pengantin perempuan.

Pekerjaan nelayan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Rumahkay.

Sebagian besar mereka bekerja sebagai nelayan dan petani bagi masyarakat yang

berdomisili tetap di Rumahkay, tetapi ada juga anggota masyarakat yang selain

(53)

di kota Ambon seperti ayah dari pengantin perempuan. Hal ini disebabkan tuntutan

pekerjaan yang menghendaki mereka sehingga harus menetap di daerah tempat

mereka bekerja. Namun biasanya pada hari libur mereka akan berkunjung ke rumah

mereka di desa Rumahkay.

- Tindakan / gerak-gerik

Dalam peristiwa di atas dapat dilihat bahwa tindakan awal yang dilakukan

sebelum proses pelamaran adalah melalui kegiatan mengirim surat. Surat tersebut

bagi masyarakat Rumahkay merupakan suatu aturan adat yang harus dilakukan dan

dianggap resmi dan sah.

- Peralatan atau benda yang digunakan

Sepucuk surat yang merupakan sebuah simbol dalam tradisi pelamaran di desa

Rumahkay. Surat itu ditulis di atas kertas putih, dan dimasukan ke dalam sebuah

amplop yang berwarna putih, karena surat ini merupakan surat pribadi antara kedua

keluarga tersebut sehingga hal ini tidak boleh atau tidak perlu diketahui oleh orang

lain. Dengan demikian harus di masukan ke dalam amplop putih bersih sebagai

bentuk penghormatan kepada orang tua calon pengantin perempuan.

b. Aspek Pesan

Dari peristiwa di atas dapat dikemukakan bahwa dalam sebuah hubungan antara

laki-laki dan perempuan sebaiknya diketahui oleh keluarga dari kedua belah pihak

apalagi kalau hubungan keduanya sudah mengarah kepada pembentukan keluarga

karena hubungan ini nantinya akan mengarah kepada penyatuan dua keluarga

(54)

c. Aspek Fungsi

 Sebagai Alat Legitimasi Kebudayaan

Untuk peristiwa ini bisa dijelaskan bahwa ada fungsi tradisi sebagai alat

legitimasi suatu kebudayaan, dimana surat yang dipakai dalam menyampaikan

maksud merupakan alat yang dianggap sah dalam tata cara perkawinan di desa

Rumahkay. Bagi masyarakat Rumahkay bila tidak di dahului dengan surat maka tidak

akan ada kegiatan selanjutnya atau dianggap tidak resmi dan ini berlaku untuk tradisi

Maso Mata Rumah. Oleh sebab itu surat ini berfungsi sebagai alat untuk

mengesahkan salah satu budaya di Rumahkay yaitu budaya maso minta atau

pelamaran.

d. Aspek Nilai Budaya

 Saling Menghargai dan Menghormati

Nilai yang bisa diangkat dalam peristiwa ini adalah nilai saling menghargai dan

menghormati, serta menjunjung harkat dan martabat dari perempuan dan

keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari surat yang berasal dari orang tua laki-laki ke

orang tua perempuan yang menyatakan tentang hubungan mereka. Perkawinan yang

dilaksanakan harus mendapat persetujuan dari keluarga perempuan dan keluarga

laki-laki. Sikap ini juga ditunjukan lewat sepucuk surat yang dimasukan ke dalam sebuah

amplop putih yang bersih, itu berarti bahwa keluarga laki-laki menghargai dan

(55)

Peristiwa 2

Sumber : Wawancara dengan bapak Cale Sahetapy

Waktu : 22 Januari 2013, pukul 17. 20 WIT

Tempat : Rumah bapak Cale Sahetapy di desa Rumahkay

Setelah mendapatkan surat, keluarga perempuan mengadakan musyawarah untuk membicarakan hal tersebut dan menentukan waktu untuk keluarga laki-laki bertamu. Ayah dari pengantin perempuan memanggil semua saudara baik yang berada di desa Rumahkay maupun yang ada di Ambon untuk berkumpul bersama dalam membicarakan

masalah tersebut. Sesudah semuanya berkumpul mereka mulai

membicarakannya di mulai oleh ayah pengantin perempuan sebagai orang tua kandung dari calon pengantin perempuan dan sekaligus sebagai penerima surat dari orang tua laki-laki. Oleh ayah pengantin perempuan mengungkapkan kepada semua saudara yang hadir bahwa ia telah mendapat surat dari keluarga laki-laki sehubungan dengan hubungan yang terjalin di antara kedua anak tersebut. Setelah itu terjalin komunikasi yang serius di antara semua yang hadir pada saat itu. Mereka yang hadir adalah saudara –saudara yang dianggap lebih tua (saudara kandung maupun sepupu) dan lebih penting adalah kepada mereka yang memahami tentang tradisi pelamaran dan tradisi perkawinan nantinya. Jadi tidak semua anggota keluarga yang terlibat, anak-anak dari mereka pun belum dilibatkan. Kumpul keluarga yang terjadi ini di rumah pengantin perempuan, dan seperti biasa mereka menggunakan tikar sebagai tempat duduk mereka dalam membicarakan sesuatu hal. Tempat berlangsungnya pembicaraan ini adalah di ruang keluarga, semua peralatan yang ada di ruangan itu disingkirkan dan kemudian diletakan tikar sebanyak dua lembar sebagai tempat duduk mereka. Setelah semua pembicaraan selesai, sudah ada sebuah kesepakatan yang harus disampaikan kepada pihak keluarga laki-laki, maka mereka pun menulis surat balasan kepada pihak keluarga laki-laki (jawaban atas surat keluarga laki-laki). Biasanya keluarga perempuan tidak keberatan, karena hubungan antara X dan Y juga telah diketahui oleh keluarga perempuan.

Surat balasan ini dikirim melalui salah seorang keluarga dekat dari pihak perempuan. Surat ini pun ditulis oleh ayah pengantin perempuan di atas kertas putih dan dimasukan ke dalam amplop.

(56)

saudara sepupu dari pihak ayah dan ibu mengadakan kumpul keluarga. Keluarga perempuan membicarakan persiapan-persiapan mereka dan juga menentukan harta yang harus diberikan oleh keluarga laki-laki. Sedangkan keluarga laki-laki membicarakan berbagai persiapan dan tanggung jawab mereka dalam pelaksanaan tradisi Maso Mata Rumah, selain itu juga mereka menentukan siapa saja yang akan mewakili untuk bertamu di rumah keluarga perempuan. Dalam membicarakan persiapan-persiapan tersebut masih menggunakan bahasa Melayu Ambon sebagai sarana berkomunikasi antar anggota keluarga. Keluarga yang berkumpul di kedua keluarga tersebut pada umumnya berusia antara 37 – 70 tahun.

a. Aspek Bentuk

- Latar

Latar yang ditemukan pada peristiwa di atas adalah yang pertama di rumah

pengantin perempuan pada saat kumpul keluarga. Ruangan yang dipakai untuk

berkumpul adalah di ruang keluarga, dimana ruang itu merupakan ruang tempat

pertemuan khusus bagi keluarga dalam membicarakan sesuatu maksud. Pada

umumnya rumah penduduk di desa Rumahkay walaupun kecil ukurannya selalu

terdapat salah satu ruangan yang dikhususkan untuk pertemuan keluarga karena

sering terjadi kegiatan kumpul bersama keluarga baik keluarga inti maupun keluarga

besar. Latar yang kedua adalah di rumah pengantin laki-laki dalam suasana kumpul

keluarga untuk menentukan persiapan-persiapan mereka dalam pelamaran nantinya.

- Bahasa

1. Situasi Komunikasi

Dalam membicarakan hal tersebut tuturan yang dipakai adalah bahasa Melayu

Ambon. Di sini terjadi komunikasi secara kekeluargaan dalam menentukan waktu

(57)

nantinya. Pada umumnya bahasa Melayu Ambon ini dipakai dalam komunikasi antar

anggota keluarga di rumah.

- Pelaku

Pelaku utama dalam peristiwa ini adalah ayah dari pengantin perempuan

sebagai orang yang mengundang keluarga besarnya untuk kumpul keluarga dan juga

sebagai penulis surat balasan kepada pihak keluarga laki-laki, pelaku yang kedua

adalah saudara kandung dan saudara sepupu dari ayah pengantin perempuan sebagai

orang yang diundang untuk menghadiri acara kumpul keluarga, pelaku yang ketiga

adalah ayah dari pengantin laki-laki sebagai penerima surat dari pihak perempuan,

pelaku keempat adalah saudara kandung dan saudara sepupu dari pengantin laki-laki,

dan pelaku yang kelima adalah salah seorang kerabat dekat dari keluarga pengantin

perempuan yang bertugas mengantarkan surat balasan kepada pihak laki-laki.

Saudara kandung dan saudara sepupu yang diundang oleh ayah pengantin perempuan

maupun ayah dari pengantin laki-laki semuanya merupakan saudara yang dianggap

memahami tradisi pelamaran ini dan tradisi perkawinan nantinya, jadi tidak semua

orang terlibat dalam kegiatan kumpul keluarga tersebut dan berdasarkan data di atas

maka yang hadir itu pada umumnya berusia 37-70 tahun. Usia yang demikian

dianggap sudah memiliki banyak pengalaman khusus pada acara pelamaran maupun

acara perkawinan adat nantinya.

- Tindakan / gerak-gerik

Ada kegiatan kumpul keluarga atau bagi masyarakat Rumahkay sering disebut „kumpul orang sudara‟. Tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Rumahkay ketika hendak melakukan sesuatu hal seperti pada proses pelamaran dan tradisi Maso

Mata Rumah ini. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membicarakan segala sesuatu

(58)

melibatkan kerabat baik yang berada di desa Rumahkay maupun keluarga yang

berada di luar desa tersebut.

Kegiatan yang kedua adalah proses pengiriman surat balasan dari ayah

pengantin perempuan ke ayah pengantin laki-laki. Tindakan ini merupakan suatu

bentuk penghormatan kepada keluarga laki-laki. Hal ini ditunjukan pula lewat surat

yang ditulis di atas kertas putih dan dimasukan ke dalam amplop putih yang bersih.Isi

surat yang ditulis itu merupakan hasil dari kesepakatan bersama dengan keluarga

dalam acara kumpul keluarga tersebut.

- Peralatan atau benda yang digunakan

Karena baru merupakan acara kumpul keluarga maka pakaian yang dipakai

tidaklah terlalu resmi, pelaku-pelaku yang hadir semuanya menggunakan baju kaos

ataupun kemeja tapi yang tidak bersifat formal layaknya cara berpakaian orang yang

berumur antara 37-70 tahun.

Di samping itu ditemukan juga tikar sebagai tempat duduk mereka dalam

melakukan kegiatan kumpul keluarga. Walaupun tersedia kursi dan sejenisnya tapi

mereka lebih memilih menggunakan tikar, hal ini sudah menjadi tradisi mereka

masyarakat Rumahkay bahwa dengan tikar mereka akan merasa seperti adanya suatu

pereskutuan yang kuat. Jadi tikar ini melambangkan adanya persekutuan dan

persaudaraan.

Peralatan atau benda yang ditemukan dalam peristiwa ini pula adalah surat yang

ditulis oleh ayah pengantin perempuan kepada ayah pengantin laki-laki, surat ini

dimasukan ke dalam sebuah amplop yang berwarna putih. Dalam proses pelamaran di

(59)

b. Aspek pesan

Pesan yang tersirat dari peristiwa ini adalah musyawarah untuk mufakat itu

sangat penting, untuk mencapai suatu kesepakatan perlu adanya

pertimbangan-pertimbangan atau masukan dari orang lain guna menyempurnakan kesepakatan itu,

karena melalui kegiatan tersebut bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan.

Hal ini dinyatakan dalam peristiwa kumpul keluarga yang melambangkan suatu

ikatan kekeluargaan yang erat.

c. Aspek Fungsi

 Sebagai alat pendidikan

Dari peristiwa ini bisa ditemukan fungsi sebagai alat pendidikan. Tradisi ini

berfungsi untuk memberikan didikan bagi generasi yang ada dan generasi yang

berikutnya bahwa „kumpul orang sudara’ (kumpul keluarga) itu sangat penting dalam

upaya untuk mengatasi suatu masalah. Masalah yang terasa berat akan menjadi ringan

bila dilakukan dengan cara kumpul keluarga ini. Kumpul keluarga ini juga bisa

dijadikan sebagai cerminan kehidupan masyarakat Rumahkay ke depan untuk selalu

mementingkan ikatan persaudaraan dalam setiap kegiatan.

d. Nilai Budaya

 Nilai Persekutuan dan Persaudaraan.

Kumpul keluarga yang dilakukan merupakan simbol dari suatu keutuhan

genealogi (hubungan darah) dalam persekutuan mata rumah. Kumpul keluarga dalam

rangka membicarakan sesuatu hal merupakan hal yang positif dalam membina

(60)

 Nilai Mempertahankan Sistem Kekerabatan

Selain persekutuan dan persaudaraan, peristiwa ini juga bisa dijadikan sebagai

nilai untuk mempertahankan sistem kekerabatan. Dengan berkumpulnya keluarga

dalam suatu mata rumah (rumah tua) menandakan bahwa sistem kekerabatan itu tetap

bertahan dan utuh.

 Nilai Musyawarah dan Mufakat

Dalam rangka mencapai suatu kesepakatan bersama maka dilakukanlah

kegiatan kumpul keluarga ini atau bagi masyarakat Rumahkay disebut kumpul orang

sudara karena tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencapai suatu keputusan yang

akan dijalankan secara bersama, oleh sebab itu musyawarah untuk mufakat sangat

perlu dilakukan.

Peristiwa 3

Sumber : wawancara dengan Bapak Cale Sahetapy

Waktu wawancara : 22 Januari 2013, pukul 17. 35 WIT

Tempat wawancara : Rumah bapak Cale Sahetapy di desa Rumahkay

Tiba pada waktu yang telah ditentukan oleh keluarga pengantin perempuan, semua saudara yang hadir pada saat kumpul keluarga juga hadir pada acara ini. Pada umunya keluarga yang berdomisili di Ambon sudah datang lebih dahulu bahkan sudah ada satu hari sebelum pelaksanaan acara pelamaran ini. Mereka yang hadir pada umumnya berpakaian yang rapi artinya semuanya menggunakan kemeja dan celana kain untuk yang lelaki atau bapak-bapak, sedangkan yang perempuan atau ibu-ibu menggunakan setelan (atasan dan rok). Tempat untuk melakukan acara ini adalah di rumah pengantin perempuan khusus di ruang depan dari bangunan rumah atau bagi masyarakat Rumahkay menyebutnya ruang tamu.

(61)

rumah mempersilakan mereka masuk. Setelah dipersilakan masuk mereka duduk di tempat yang telah disediakan. Berbeda dengan acara kumpul keluarga yang menggunakan tikar sebagai tempat duduk, namun ini merupakan suatu acara yang dianggap formal maka mereka duduk di kursi-kursi atau sofa yang telah disediakan. Karena ruangan yang di depan (ruang tamu) tidak terlalu besar maka mereka juga menggunakan ruang keluarga sebagai tempat pertemuan mereka. Ruangan inipun sudah disediakan kursi-kursi menjaga kemungkinan kalau di ruangan depan tidak mampu menapung jumlah orang yang hadir. Pakaian yang dikenakan oleh keuarga pengantin laki-laki juga terkesan rapi semuanya menggunakan kemeja dan celana kain. Sedangkan yang perempuan atau ibu-ibu menggunakan blus (atasan) dan rok.

Setelah semuanya duduk maka perwakilan dari keluarga laki-laki yang adalah saudara kandung dari ayah pengantin laki-laki memulai pembicaraan dengan menyampaikan maksud kedatangan untuk melamar anak perempuan dari keluarga tersebut. Biasanya keluarga perempuan tidak keberatan atas lamaran keluarga laki-laki kepada anak perempuan mereka, karena hubungan mereka telah diketahui oleh dua keluarga yang bersangkutan dan dengan diam-diam telah direstui. Di sini terjadi komunikasi antara pihak keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu Ambon. Setelah terjadi kesepakatan maka kemudian mereka menetukan tanggal yang tepat untuk pelaksanaan Adat Maso Mata Rumah, sekaligus menentukan harta yang harus diberikan.

Setelah perbincangan selesai, oleh tuan rumah menyuguhkan minuman dan makanan ringan untuk dicicipi bersama oleh kedua belah pihak. Setelah itu keluarga laki-laki pamit pulang, sebelum melangkah keluar mereka saling berjabat tangan dan mengucapkan salam perpisahan.

a. Aspek bentuk

- Latar

Untuk latar waktu adalah pada saat pelamaran yaitu waktu yang telah

ditentukan untuk kedua pihak bertemu. Tempat yang ditemukan adalah di rumah

pengantin perempuan khususnya di ruang depan atau bagi masyarakat Rumahkay

menyebutnya ruang tamu, karena ruangan ini selalu dipakai oleh yang empunya

Gambar

Tabel 1 Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan
Tabel 3 Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan
Tabel 4 Pedoman Wawancara untuk Menjelaskan
gambaran tentang
+7

Referensi

Dokumen terkait